Fans Page Facebook http://imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Sabtu, 26 November 2011

Mg Adven I

"Berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu bilamanakah tuan rumah itu pulang, menjelang malam, atau tengah malam, atau larut malam, atau pagi-pagi buta"
Ketika saya mendapat berita bahwa ibu/simbok saya yang telah lansia tidak mau makan dan sulit minum lagi, maka saya sering menengoknya dan pada suatu haripun kami, anak-anak, berempat, berkumpul untuk berdoa serta memberi sakramen minyak suci. Kami sadar bahwa simbok saya tidak lama lagi akan segera dipanggil Tuhan, maka kepada kakak saya yang ada di rumah saya berharap dapat menemani simbok. Sepanjang malam sampai pagi hari, pada saat simbok dipanggil Tuhan,  kakak saya perempuan dan adik saya menunggui atau menemani simbok. Mereka berdua katanya menemani sampai kurnang lebih pukul 04.30 pagi, pada jam ini kakak perempuan saya pergi ke dapur untuk memasak dan adik saya nonton TV, dengan kata lain simbok sendirian saja. Kurang lebih pk 05.40 adik saya menengok simbok dan ternyata telah dipanggil Tuhan. Sepanjang malam berjaga-jaga dengan harapan dapat menemani simbok ketika dipanggil Tuhan, ternyata meleset, itulah yang terjadi. Tugas berjaga-jaga memang diharapkan senantiasa berada dalam kesiap-siagaan. Memasuki tahun baru liturgy, masa adven, ini kita diajak untuk mawas diri perihal 'berjaga-jaga', maka marilah kita renungkan sabda hari ini. Secara kebetulan juga hari Minggu Adven I/taun baru liturgy ini juga Tahun Baru  Hijriah (1 Suro)
"Berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu bilamanakah tuan rumah itu pulang, menjelang malam, atau tengah malam, atau larut malam, atau pagi-pagi buta" (Mrk 13:35)
Orang yang berjaga-jaga pada umumnya dalam keadaan sehat wal'afiat lahir dan batin, jasmani dan rohani. Seorang yang bertugas sebagai penjaga malam untuk menjaga keamanan kantor, wilayah/perumahan dst.. harus dalam keadaan sehat wal'afiat agar dapat berjaga semalam suntuk. Selama kurang lebih empat minggu kita diajak untuk mempersiapkan diri atau berjaga-jaga dalam rangka  menyambut kelahiran atau kedatangan Penyelamat Dunia, hari Natal. Pada umumnya di lingkungan Gereja Katolik (di paroki, di wilayah/stasi, lingkungan) diselenggarakan pendalaman iman Adven, maka dengan ini kami mengajak anda sekalian untuk berpartisipasi dalam kegiatan pendalaman iman atau doa bersama di lingkungan-lingkungan selama masa Adven ini. Sekiranya tidak mungkin berpartisipasi dalam lingkungan karena berbagai alasan yang dapat dipertanggungjawabkan, baiklah di dalam keluarga diselenggarakan pendalaman iman atau doa bersama.
Berjaga-jaga di sini kiranya lebih diharapkan secara spiritual daripada material, rohani daripada jasmani. Dengan kata lain kita diharapkan mengusahakan kebersihan atau kesucian jiwa, hati dan pikiran kita, sehingga layak menyambut kelahiran Penyelamat Dunia. "Kukatakan kepada semua orang: berjaga-jagalah!" (Mrk 13:37), demikian sabda Yesus. Memang sabda ini kiranya juga dapat ditafsirkan agar kita semua siap sedia sewaktu-waktu dipanggil Tuhan alias meninggal dunia, dan kemudian hidup mulia dan berbahagia selama di sorga. Kami percaya kita semua mendambakan setelah meninggal dunia nanti segera hidup mulia dan bahagia selamanya di sorga, maka marilah kita wujudkan dambaan kita dengan penuh harapan.
Keutamaan harapan itulah yang hendaknya kita refleksikan, usahakan dan perdalam selama masa Adven ini. Cirikhas orang yang berpengharapan antara lain: ceria/gembira, dinamis, cekatan, kerja keras serta melakukan lakutapa atau matiraga. Kita semua mengharapkan rahmat kegembiraan dan kebahagiaan sejati, hidup selamat dan damai sejahtera; dan itulah inti rahmat Natal yang kita nantikan atau harapkan. Maka baiklah kami mengajak dan mengingatkan kita semua untuk berusaha hidup baik dan berbudi pekerti luhur dengan penuh harapan. Perkenankan saya mengangkat masalah lakutapa atau matiraga sebagai salah satu nilai yang harus dihayati orang yang berpengharapan. Salah satu tujuan lakutpa atau matiraga adalah untuk memperoleh rahmat yang didambakan dari Tuhan, dan rahmat yang kita dambakan adalah damai sejahtera lahir dan batin, jasmani dan rohani. Matiraga berarti mengendalikan gerak seluruh anggota tubuh sedemikian rupa sehingga tidak pernah melakukan dosa atau mengurangi apa yang biasa. Dengan kata lain wujud matiraga dapat berupa tindakan-tindakan baik atau pengumpulan harta benda atau uang sebagai pengurangan keperluan atau kebutuhan biasa kita, yang kemudian kita sumbangkan bagi mereka yang miskin dan berkekurangan. Aksi Adven secara nyata itulah yang hendaknya kita lakukan.
"Kamu tidak kekurangan dalam suatu karunia pun sementara kamu menantikan penyataan Tuhan kita Yesus Kristus.Ia juga akan meneguhkan kamu sampai kepada kesudahannya, sehingga kamu tak bercacat pada hari Tuhan kita Yesus Kristus. Allah, yang memanggil kamu kepada persekutuan dengan Anak-Nya Yesus Kristus, Tuhan kita, adalah setia." (1Kor 1:7-9)
Kita semua telah menerima karunia dari Tuhan secara melimpah ruah: hidup dan segala sesuatu yang kita miliki, kuasai dan nikmati sampai saat ini adalah karunia Tuhan yang kita terima melalui sekian banyak orang yang telah berbuat baik kepada kita dengan aneka cara dan bentuk. Maka benarlah apa yang dikatakan oleh Paulus bahwa "kamu tidak kekurangan dalam suatu karunia pun sementara menantikan penyataan Tuhan kita Yesus Kristus. Ia juga akan meneguhkan kamu sampai kepada kesudahannya".  Maka kami harapkan kita tidak mensia-siakan aneka karunia Tuhan yang telah kita terima sampai kini.
Marilah kita fungsikan  aneka karunia untuk mengusahakan dan menjaga agar kita 'tak bercacat pada hari Tuhan kita Yesus Kristus'. Marilah kita mawas diri perihal relasi kita dengan Tuhan, sesama manusia, aneka ciptaan lainnya maupun dengan lingkungan hidup kita. Apakah kita tetap berrelasi baik dan benar, sehingga cara hidup dan  cara bertindak kita tidak pernah mengecewakan atau menyakiti Tuhan, sesama,  ciptaan lainnya maupun lingkungan hidup kita? Apakah cara hidup dan cara bertindak kita senantiasa berkenan di hati Tuhan dan saudara-saudari kita sehingga kita semakin dikasihi oleh Tuhan dan saudara-saudari kita, apakah kita menjaga dan melestarikan lingkungan hidup yang baik?
Kita semua menyongsong atau menantikan hari-hari pesta atau kenangan yang sarat dengan persaudaraan atau perdamaian sejati, antara lain Hari Solidaritas Nasional tgl 20 Des, Hari Natal tgl 25 Des dan Hari Perdamaian Sedunia tgl 1 Januari, maka marilah kita siapkan diri kita sebaik mungkin sehingga kita layak berpartisipasi dalam perayaan-perayaan  atau kenangan-kenangan tersebut. Kita bangun dan perdalam persaudaraan atau persahabatan sejati dalam hidup sehari-hari kita dimana pun dan kapan pun. Marilah kita saling meneguhkan dalama usaha membangun dan memperdalam persaudaraan atau persahabatan sejati. Kita renungkan sapaan Yesaya ini: " Sungguh, Abraham tidak tahu apa-apa tentang kami, dan Israel tidak mengenal kami. Ya TUHAN, Engkau sendiri Bapa kami; nama-Mu ialah "Penebus kami" sejak dahulu kala. Ya TUHAN, mengapa Engkau biarkan kami sesat dari jalan-Mu, dan mengapa Engkau tegarkan hati kami, sehingga tidak takut kepada-Mu? Kembalilah oleh karena hamba-hamba-Mu, oleh karena suku-suku milik kepunyaan-Mu!" (Yes 63:16-17)
" Ya Allah semesta alam, kembalilah kiranya, pandanglah dari langit, dan lihatlah! Indahkanlah pohon anggur ini, batang yang ditanam oleh tangan kanan-Mu! Kiranya tangan-Mu melindungi orang yang di sebelah kanan-Mu, anak manusia yang telah Kauteguhkan bagi diri-Mu itu, maka kami tidak akan menyimpang dari pada-Mu. Biarkanlah kami hidup, maka kami akan menyerukan nama-Mu" (Mzm 80:15-16.18-19)
Ign 27 November 2011

26 Nov

"Berjagalah senantiasa sambil berdoa"
(Dan 7:15-27; Luk 21:34-36)
 "Jagalah dirimu, supaya hatimu jangan sarat oleh pesta pora dan kemabukan serta kepentingan-kepentingan duniawi dan supaya hari Tuhan jangan dengan tiba-tiba jatuh ke atas dirimu seperti suatu jerat. Sebab ia akan menimpa semua penduduk bumi ini. Berjaga-jagalah senantiasa sambil berdoa, supaya kamu beroleh kekuatan untuk luput dari semua yang akan terjadi itu, dan supaya kamu tahan berdiri di hadapan Anak Manusia." (Luk 21:34-36), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan St.Yohanes Berchmans, biarawan Yesuit, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   "Tiga benda inilah yang paling kusayangi: dengan tiga benda ini aku mati dengan rela hati", demikian kata Yohanes Berchmans di akhir hidupnya seraya memegang salib, rosario dan aturan-aturan Serikat Yesus. Ia adalah pengikut St.Ignatius Loyola yang kerja keras dalam melaksanakan tugas belajarnya, sehingga senantiasa sukses dalam belajar, dan dipanggil Tuhan dalam usia muda karena penyakit. Memegang salib berarti berbakti kepada Yesus, menjadi sahabat Yesus, memegang rosario berarti berbakti kepada Bunda Maria alias meneladan Bunda Maria, teladan umat beriman, sedangkan memegang aturan Serikat Yesus berarti taat dan setia melaksanakan aneka tata tertib yang terkait dengan panggilan hidupnya. Dengan kata lain Yohanes Berchmans sungguh menghayati sabda Yesus juga, yaitu "Berjaga-jagalah senantiasa sambil berdoa, supaya kamu beroleh kekuatan untuk luput dari semua yang akan terjadi, dan supaya kamu tahan di hadapan Anak Manusia". Maka di akhir tahun liturgy ini kami mengajak kita semua untuk mawas diri: apakah kita senantiasa berjaga-jaga sambil berdoa dalam hidup dan bertindak kita setiap hari. Berjaga-jaga berarti senantiasa siap sedia atas segala sesuatu yang akan terjadi, sedangkan sambil berdoa berarti kesiap-siagaan bersama dan bersatu dengan Tuhan, dengan kata lain dalam keadaan dan situasi apapun senantiasa setia pada iman, setia pada kehendak dan perintah Tuhan, senantiasa hidup baik dan berbudi pekerti luhur. Marilah setiap hari kita renungkan sabda Tuhan dan kita hayati, kita berdoa rosario serta membaca dan merefleksikan tata tertib yang terkait dengan panggilan, tugas pengutusan dan kewajiban kita masing-masing.
·   "Lalu Majelis Pengadilan akan duduk, dan kekuasaan akan dicabut dari padanya untuk dimusnahkan dan dihancurkan sampai lenyap. Maka pemerintahan, kekuasaan dan kebesaran dari kerajaan-kerajaan di bawah semesta langit akan diberikan kepada orang-orang kudus, umat Yang Mahatinggi: pemerintahan mereka adalah pemerintahan yang kekal, dan segala kekuasaan akan mengabdi dan patuh kepada mereka" (Dan 7:26-27), demikian penglihatan Daniel. 'Pemerintahan, kekuasaan dan kebesaran dari kerajaan-kerajaan di bawah semesta langit akan diberikan kepada orang-orang kudus' inilah yang kiranya baik kita renungkan atau refleksikan. Orang kudus berarti orang baik dan berbudi pekerti luhur, membaktikan diri seutuhnya kepada Tuhan, mengandalkan diri pada Penyelenggaraan Ilahi dalam cara hidup dan cara bertindaknya setiap hari kapan pun dan dimana pun. Tuhan hidup dan berkarya dimana saja dan kapan saja, terutama dalam diri maanusia yang diciptakan sesuai dengan gambar atau citraNya. Maka membaktikan diri sepenuhnya kepada Tuhan secara konkret berarti membaktikan diri kepada sesama manusia demi keselamatan atau kesejahteraan mereka, terutama jiwa manusia. Kami berharap kepada para pemimpin maupun pebisnis atau mereka yang berada di dalam poros bisnis dan poros badan publik untuk senantiasa berpihak pada dan bersama dengan rakyat. Ingatlah dan sadari bahwa anda dapat duduk di badan publik di tingkat apapun kiranya karena dukungan rakyat, demikian pula anda sukses dalam bisnis karena dukungan rakyat juga. Maka jika anda yang berada di poros bisnis maupun poros badan publik tidak memihak dan bersama rakyat berarti anda bunuh diri pelan-pelan dan pada waktunya akan segera hancur berantakan. Para pengelola, pengurus maupun pelaksana karya pendidikan atau sekolah hendaknya senantiasa berpihak pada peserta didik, maka boroskan waktu, tenaga dan harta benda atau uang anda bagi para peserta didik. Para kepala daerah beserta para pembantunya kami harapkan sungguh berpihak pada dan bersama rakyat yang harus dilayani. Kepada semua saja yang berpengaruh dalam hidup bersama kami harapkan hidup dengan rendah hati dan melayani.
"Pujilah Tuhan, hai anak-anak manusia, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya. Pujilah Tuhan, hai Israel, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya. Pujilah Tuhan, hai para imam Tuhan, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya. Pujilah Tuhan, hai para hamba Tuhan, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya. Pujilah Tuhan, hai roh dan jiwa orang-orang benar, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya. Pujilah Tuhan, hai semua yang mursid dan rendah hati, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya" (Dan 3:82-87)
Ign 26 November 2011

Kamis, 24 November 2011

25 Nov


"Langit dan bumi akan berlalu tetapi perkataanKu tidak akan berlalu."

(Dan 7:2-14; Luk 21:29-33)

" Lalu Yesus mengatakan perumpamaan ini kepada mereka: "Perhatikanlah pohon ara atau pohon apa saja. Apabila kamu melihat pohon-pohon itu sudah bertunas, kamu tahu dengan sendirinya bahwa musim panas sudah dekat. Demikian juga, jika kamu melihat hal-hal itu terjadi, ketahuilah, bahwa Kerajaan Allah sudah dekat. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya angkatan ini tidak akan berlalu, sebelum semuanya terjadi. Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataan-Ku tidak akan berlalu." (Luk 21:29-33), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Segala sesuatu yang ada di bawah kolong langit atau di bumi ini memang tidak abadi, sementara sifatnya, termasuk manusia sebagai ciptaan terluhur atau termulia di bumi ini. Namun  sabda Tuhan tidak akan berlalu begitu saja. Kita semua tahu bahwa sabda Tuhan yang tertulis sekian abad yang lalu sampai kini masih berlaku dan up to date, tak pernah dilupakan orang, sementara itu manusia serta karya-karyanya dengan mudah berlalu dan dilupakan orang. Kita semua kiranya mendambakan apa yang tahan lama atau tidak akan mudah berlalu atau dilupakan, maka marilah kita miliki dan hayati sabda Tuhan sebagaimana tertulis di dalam Kitab Suci. Kiranya tidak perlu seluruh isi Kitab Suci dikuasai dan dihayati, tetapi cukuplah ada ayat-ayat yang mengesan bagi kita masing-masing sungguh kita miliki dan hayati. Sebagai contoh kiranya adalah ajaran perihal kasih, karena kasih juga bersifat tak terbatas, maka perkenankan saya mengangkat ajaran kasih Yesus untuk kita refleksikan dan hayati. " Kasihilah musuhmu, berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu" (Luk 6:27).  Perihal saling mengasihi kiranya kita semua tahu bahwa kapan kita mulai dan mengakhiri dalam saling mengasihi kita tidak tahu sama sekali. Ambil contoh: apakah anda sebagai suami-isteri tahu persis kapan mulai mengasihi pasangan anda dan akan berakhir dalam mengasihi? Kiranya tak ada yang tahu. Maka marilah kita perdalam dan perkuat penghayatan sabda Yesus di atas ini: saling mengasihi dan berbuat baik dengan dan kepada siapapun, dimana pun dan kapan pun tanpa pandang bulu. Ingatlah dan sadari bahwa jika selama hidup di dunia ini sungguh saling mengasihi dan berbuat baik, maka ketika kita telah mati dan menjadi tanah kembali kita pasti terus dikasihi dan dibaiki oleh orang lain, saudara-saudari kita yang telah kita kasihi dan kepada mereka kita senantiasa berbuat baik.

·   "Aku terus melihat dalam penglihatan malam itu, tampak datang dengan awan-awan dari langit seorang seperti anak manusia; datanglah ia kepada Yang Lanjut Usianya itu, dan ia dibawa ke hadapan-Nya. Lalu diberikan kepadanya kekuasaan dan kemuliaan dan kekuasaan sebagai raja, maka orang-orang dari segala bangsa, suku bangsa dan bahasa mengabdi kepadanya. Kekuasaannya ialah kekuasaan yang kekal, yang tidak akan lenyap, dan kerajaannya ialah kerajaan yang tidak akan musnah" (Dan 7:13-14), demikian penglihatan Daniel, orang yang setia pada imannya, setia pada kehendak dan perintah Tuhan dalam situasi dan kondisi apapun. Kiranya kita semua mendambakan sebagaimana dilihat oleh Daniel tersebut, yaitu nama baik kita tak akan musnah alias nama kita senantiasa dikenang atau diabadikan seperti para santo-santa atau pahlawan, yang namanya diabadikan untuk nama baptis atau nama bangunan dan jalan. Bukankah para santo-santa atau pahlawan menghayati cara hidup dan cara bertindak tidak untuk kepentingan pribadi atau golongan, melainkan demi keselamatan atau kesejahteraan umum/bersama? Hidup mengasihi dan berbuat baik memang berarti hidup dan bertindak demi keselamatan atau kesejahteraan umum. Kami berharap kepada para pemimpin di tingkat dan bidang kehidupan apapun dapat menjadi teladan dalam cara hidup dan cara bertindak demi keselamatan atau kesejahteraan umum/bersama. Maka secara konkret kami ingatkan lagi para orangtua atau bapak-ibu: hendaknya orangtua dapat menjadi teladan cara hidup dan cara bertindak demi keselamatan atau kesejahteraan umum bagi anak-anak yang dianugerahkan oleh Tuhan kepada mereka. Ketika anak-anak menerima teladan macam itu dan juga dididik untuk itu, maka kami yakin kita semua akan hidup saling mengasihi dan berbuat baik. Para orangtua jika mendambakan namanya senantiasa dikenang oleh anak-cucu, cicit dan canggah atau keturunannya hendaknya mendidik dan membina anak-anaknya untuk hidup saling mengasihi dan berbuat baik dengan teladan konkret setiap hari.

"Pujilah Tuhan, hai gunung-gemunung, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya. Pujilah Tuhan, hai segala tumbuhan di bumi, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya. Pujilah Tuhan, hai segenap mata air dan bukit, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya. Pujilah Tuhan, hai lautan dan sungai, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya. Pujilah Tuhan, hai raksasa lautan dan segala apa yang bergerak di dalam air, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya. Pujilah Tuhan, hai unggas di udara, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya. Pujilah Tuhan, hai segala binatang buas dan ternak di bumi, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya." (Dan 3:75-81)

Ign 25 November 2011

 


24 Nov


"Bangkitlah dan angkatlah mukamu sebab penyelamatanmu sudah dekat."
(Dan 6:12-28; Luk 21:20-28)
 "Apabila kamu melihat Yerusalem dikepung oleh tentara-tentara, ketahuilah, bahwa keruntuhannya sudah dekat. Pada waktu itu orang-orang yang berada di Yudea harus melarikan diri ke pegunungan, dan orang-orang yang berada di dalam kota harus mengungsi, dan orang-orang yang berada di pedusunan jangan masuk lagi ke dalam kota, sebab itulah masa pembalasan di mana akan genap semua yang ada tertulis. Celakalah ibu-ibu yang sedang hamil atau yang menyusukan bayi pada masa itu! Sebab akan datang kesesakan yang dahsyat atas seluruh negeri dan murka atas bangsa ini, dan mereka akan tewas oleh mata pedang dan dibawa sebagai tawanan ke segala bangsa, dan Yerusalem akan diinjak-injak oleh bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, sampai genaplah zaman bangsa-bangsa itu." "Dan akan ada tanda-tanda pada matahari dan bulan dan bintang-bintang, dan di bumi bangsa-bangsa akan takut dan bingung menghadapi deru dan gelora laut. Orang akan mati ketakutan karena kecemasan berhubung dengan segala apa yang menimpa bumi ini, sebab kuasa-kuasa langit akan goncang. Pada waktu itu orang akan melihat Anak Manusia datang dalam awan dengan segala kekuasaan dan kemuliaan-Nya. Apabila semuanya itu mulai terjadi, bangkitlah dan angkatlah mukamu, sebab penyelamatanmu sudah dekat." (Luk 21:20-28), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St.Andreas Dung Lac, imam dan kawan-kawannya, martir Vietnam hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Menghadapi atau berada di dalam saat-saat akhir pada umumnya harus menghadapi aneka masalah serta ketegangan maupun godaan, serta tawaran yang dapat melumpuhkan atau mengaburkan jati diri kita sebagai orang beriman. Demikian juga ketika ada aneka macam musibah dan bencana alam pada umumnya orang bertanya-tanya: tanda apa ini, mengapa semuanya itu terjadi. Terhadap aneka musibah atau bencana orang sering menyikapi sebagai suatu peringatan dari Tuhan kepada umat manusia. Dengan kata lain aneka masalah, ketegangan, musibah dan bencana alam disikapi sebagai ajakan untuk 'bangkit dan mengangkat muka'. "Apabila semuanya itu mulai terjadi, bangkitlah dan angkatlah mukamu, sebab penyelamatanmu sudah dekat", demikian sabda Yesus. Marilah di hari-hari terakhir tahun liturgy, menjelang tahun baru liturgy, kita mawas diri: apakah kita telah bangkit dan mengangkat muka ke atas, artinya mengarahkan hati, jiwa, akal budi dan tubuh kita kepada Allah, kepada Penyelenggaraan Ilahi, sehingga cara hidup dan cara bertindak kita semakin baik, suci dan berbudi pekerti luhur. Apakah kita telah siap meninggalkan cara-cara hidup lama atau kebiasaan hidup yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan, serta kemudian menghayati hidup baru sesuai kehendak dan perintah Tuhan dalam hidup dan kerja kita sehari-hari dimana pun dan kapan pun.
·   "Allahku telah mengutus malaikat-Nya untuk mengatupkan mulut singa-singa itu, sehingga mereka tidak mengapa-apakan aku, karena ternyata aku tak bersalah di hadapan-Nya; tetapi juga terhadap tuanku, ya raja, aku tidak melakukan kejahatan." (Dan 6:23), demikian kata Daniel, yang dituduh bersalah atau melakukan kejahatan oleh beberapa oriang, kepada raja yang berusaha mencari kebenaran. "Malaikat Allah telah mengatupkan mulut singa-singa' yang diharapkan menerkam dan mencabik-cabik tubuh Daniel. Suatu keajaiban atau mujizat terjadi: orang benar tak akan dimusnahkan. Kita semua umat beriman dipanggil untuk senantiasa berada dalam kebenaran atau selalu melakukan apa yang benar dan tidak pernah melakukan kejahatan sedikitpun, entah yang melukai diri sendiri maupun orang lain. Jika kita senantiasa berada di dalam kebenaran hendaknya tidak takut terhadap aneka ancaman, tekanan, terror maupun tuduhan palsu yang berusaha menghancurkan atau melumpuhkan iman kita.  Hadapi, sikapi dan hayati aneka hal-hal tersebut dengan tenang dan lemah lembut, sebagai wujud kepercayaan kita atas Penyelenggaraan Ilahi. Percayalah dan hayatilah bahwa kebenaran pasti akan menang atas kebohongan, kejujuran menang atas kepalsuan; memang untuk itu harus menghadapi 'ujian' sebagaimana dihadapi oleh Daniel. Kepada mereka yang berwenang untuk mengambil keputusan seperti 'raja', yang menguji Daniel, kami harapkan meneladan sang raja tersebut, yang tidak mudah begitu percaya terhadap aneka tuduhan jahat yang diarahkan kepada seseorang. Ujilah tuduhan tersebut melalui aneka cara guna menemukan kebenaran; jangan tergesa-gesa termakan oleh issue-issue yang menyesatkan, yang memang sering lebih vocal daripada berita-berita baik. Kepada kita semua umat beriman, marilah meneladan para martir Vietnam yang kita kenangkan hari ini: setia pada iman dalam keadaan atau kondisi apapun, dan siap mati demi kesetiaan iman.
" Pujilah Tuhan, hai embun dan salju yang membadai, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya. Pujilah Tuhan, hai es dan kedinginan, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya. Pujilah Tuhan, hai embun beku dan salju, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya. Pujilah Tuhan, hai siang dan malam, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya. Pujilah Tuhan, hai cahaya dan kegelapan, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya. Pujilah Tuhan, hai halilintar dan awan-kemawan, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya. Biarlah bumi memuji Tuhan, nyanyikan dan meninggikan Dia selama-lamanya." (Dan 3:68-74)
Ign 24 November 2011
 

23 Nov


" Aku tidak akan memakannya lagi sampai ia beroleh kegenapannya dalam Kerajaan Allah."
(Dan 5:1-6.13-14.16-17.23-28; Luk 22:12-19)
"Lalu orang itu akan menunjukkan kepadamu sebuah ruangan atas yang besar yang sudah lengkap, di situlah kamu harus mempersiapkannya." Maka berangkatlah mereka dan mereka mendapati semua seperti yang dikatakan Yesus kepada mereka. Lalu mereka mempersiapkan Paskah. Ketika tiba saatnya, Yesus duduk makan bersama-sama dengan rasul-rasul-Nya. Kata-Nya kepada mereka: "Aku sangat rindu makan Paskah ini bersama-sama dengan kamu, sebelum Aku menderita. Sebab Aku berkata kepadamu: Aku tidak akan memakannya lagi sampai ia beroleh kegenapannya dalam Kerajaan Allah." Kemudian Ia mengambil sebuah cawan, mengucap syukur, lalu berkata: "Ambillah ini dan bagikanlah di  antara kamu. Sebab Aku berkata kepada kamu: mulai dari sekarang ini Aku tidak akan minum lagi hasil pokok anggur sampai Kerajaan Allah telah datang." Lalu Ia mengambil roti, mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka, kata-Nya: "Inilah tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku." (Luk 22:12-19), demikian kutipan Warta Gembira hari ini. 
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   "Kegenapan dalam Kerajaan Allah" artinya saat Yesus mempersembahkan Diri seutuhnya dengan wafat di kayu salib demi keselamatan dan kebahagiaan kita semua, terutama jiwa kita. Maka pada akhir tahun Liturgi ini kita juga dipanggil untuk mawas diri : sejauh mana setelah mengarungi perjalanan iman selama ini kita siap sedia untuk mempersembahkan diri kepada Allah melallui saudara-saudari atau sesama kita demi keselamatan jiwa kita sendiri maupun jiwa orang lain. Yesus mempersiapkan diri dengan makan bersama dengan sahabat-sahabatnya, para rasul, sebagai ajakan bagi mereka untuk meneladanNya. Marilah kita mawas diri apakah hati, jiwa, akal budi dan tenaga atau tubuh kita sungguh telah kita baktikan sepenuhnya kepada Allah melalui pelayanan bagi sesama atau saudara-saudari kita. Dalam hal ini kiranya para suami-isteri atau bapak-ibu telah memiliki pengalaman dalam saling menyerahkan diri atau mengasihi satu sama lain, maka kami berharap pengalaman tersebut terus diperdalam dan disebarluaskan dalam cara hidup dan cara bertindak setiap hari serta kami berharap para orangtua dapat menjadi teladan bagi anak-anaknya dalam saling menyerahkan atau membaktikan diri sepenuhnya. Kepada para pelajar atau mahasiswa kami ajak mawas diri apakah sungguh-sungguh membaktikan diri untuk belajar, mengerahkan waktu dan tenaga sepenuhnya untuk belajar sehingga semakin terampil belajar; demikian para pekerja kami harapkan sungguh mengerahkan waktu dan tenaga terhadap pekerjaan yang dibebankan atau yang menjadi tanggungjawabnya. Semoga kita semua juga siap sedia sewaktu-waktu harus mempersembahkan diri secara total kepada Allah artinya dipanggil Allah sewaktu-waktu alias meninggal dunia.
·   "Lalu dibawalah Daniel menghadap raja. Bertanyalah raja kepada Daniel: "Engkaukah Daniel itu, salah seorang buangan yang telah diangkut oleh raja, ayahku, dari tanah Yehuda? Telah kudengar tentang engkau, bahwa engkau penuh dengan roh para dewa, dan bahwa padamu terdapat kecerahan, akal budi dan hikmat yang luar biasa. Kepadaku telah dibawa orang-orang bijaksana, para ahli jampi, supaya mereka membaca tulisan ini dan memberitahukan maknanya kepadaku, tetapi mereka tidak sanggup mengatakan makna perkataan itu." (Dan 5:13-16). Pada diri Daniel memang "terdapat kecerahan, akal budi dan hikmat yang luar biasa", sehingga sanggup membaca tulisan dan mengatakan makna tulisan atau perkataan itu, sementara orang-orang bijak lainnya tak mampu. Sebagai orang beriman kita semua dipanggil untuk seperti Daniel, yang memiliki kecerahan, akal budi dan hikmat yang luar biasa. Untuk itu kiranya kita harus bekerja keras belajar terus-menerus melalui aneka cara atau bentuk, entah belajar di sekolah/perguruan tinggi atau belajar dari kehidupan sehari-hari. Dalam kehidupan sehari-hari kiranya banyak hal dan peristiwa yang dapat menjadi sarana atau wahana pembelajaran kita. Maka marilah kita dengan rendah hati membuka mata dan telinga kita untuk mencermati aneka hal dan peristiwa guna mengambil apa-apa yang dapat mendewasakan pribadi maupun iman kita, sehingga kita cerdas beriman. Orang yang cerdas beriman di mana pun dan kapan pun akan fungsional untuk menyelamatkan diri, saudara-saudari maupun lingkungan hidup dan kerjanya. Marilah kita bekerjasama, saling membantu dalam mengusahakan kecerdasan beriman atau kecerdasan spiritual.
"Pujilah Tuhan, hai matahari dan bulan, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya.Pujilah Tuhan, hai segala bintang di langit, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya. Pujilah Tuhan, hai segala hujan dan embun, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya. Pujilah Tuhan, hai segala angin, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya. Pujilah Tuhan, hai api dan panas terik, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya. Pujilah Tuhan, hai kedinginan dan pembekuan, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya" (Dan 3:62-67)
Ign 23 November 2011

Minggu, 20 November 2011

22 Nov


"Waspadalah supaya kamu jangan disesatkan"
(Dan 2:31-35; Luk 21:5-11)
" Ketika beberapa orang berbicara tentang Bait Allah dan mengagumi bangunan itu yang dihiasi dengan batu yang indah-indah dan dengan berbagai-bagai barang persembahan, berkatalah Yesus: "Apa yang kamu lihat di situ -- akan datang harinya di mana tidak ada satu batu pun akan dibiarkan terletak di atas batu yang lain; semuanya akan diruntuhkan." Dan murid-murid bertanya kepada Yesus, katanya: "Guru, bilamanakah itu akan terjadi? Dan apakah tandanya, kalau itu akan terjadi?" Jawab-Nya: "Waspadalah, supaya kamu jangan disesatkan. Sebab banyak orang akan datang dengan memakai nama-Ku dan berkata: Akulah Dia, dan: Saatnya sudah dekat. Janganlah kamu mengikuti mereka. Dan apabila kamu mendengar tentang peperangan dan pemberontakan, janganlah kamu terkejut. Sebab semuanya itu harus terjadi dahulu, tetapi itu tidak berarti kesudahannya akan datang segera." Ia berkata kepada mereka: "Bangsa akan bangkit melawan bangsa dan kerajaan melawan kerajaan, dan akan terjadi gempa bumi yang dahsyat dan di berbagai tempat akan ada penyakit sampar dan kelaparan, dan akan terjadi juga hal-hal yang mengejutkan dan tanda-tanda yang dahsyat dari langit." (Luk 21:5-11), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St.Sesilia, perawan dan martir, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   "Saya ingin hatiku bersih dan tubuhku tidak tercemar. Keperawananku telah saya janjikan bagi Tuhan", demikian kata-kata Sesilia, yang cantik, dalam menanggapi pinangan seorang pemuda bernama Valerianus. Valerianus pun tidak marah, tetapi justru terharu oleh jawaban Sesilia dan akhirnya ia belajar tentang agama Katolik serta akhirnya menjadi Katolik.  Karena kesetiaan imannya akhirnya Sesilia dihukum mati dengan pedang. Setia pada penghayatan iman pada masa kini kiranya juga harus menghadapi aneka tantangan, hambatan dan masalah, bahkan ada aneka macam rayuan atau tawaran yang menyesatkan, yang kelihatan menarik dan mempesona. Usaha pencemaran hati dan tubuh memang dapat lahir dari diri kita sendiri maupun dari orang lain di sekitar kita. Godaan atau penyesatan yang mendatangi muda-mudi pada umumnya erat kaitannya dengan kenikmatan seksual, entah itu dengan beronani atau bermasturbasi atau berhubungan seks dengan lawan jenis.  Maka dengan ini kami mengingatkan dan mengajak baik rekan-rekan muda-mudi maupun para orangtua untuk waspada terhadap aneka rayuan atau tawaran yang dapat mencemarkan hati maupun tubuh, yang ada relasinya dengan kenikmatan seksual. Para orangtua hendaknya menjadi teladan atau saksi kesetiaan dalam perkawinan alias tidak pernah selingkuh, dan pada waktunya sesuai dengan perkembangan pribadi anak, hendaknya orangtua memberi bimbingan dalam hal seksual kepada anak-anaknya. Kepada rekan-rekan muda-mudi kami harapkan menghadirkan diri sedemikian rupa sehingga tidak merangsang lawan jenis tergoda untuk berbuat jahat atau yang tak bermoral.
·   "Sementara tuanku melihatnya, terungkit lepas sebuah batu tanpa perbuatan tangan manusia, lalu menimpa patung itu, tepat pada kakinya yang dari besi dan tanah liat itu, sehingga remuk. Maka dengan sekaligus diremukkannyalah juga besi, tanah liat, tembaga, perak dan emas itu, dan semuanya menjadi seperti sekam di tempat pengirikan pada musim panas, lalu angin menghembuskannya, sehingga tidak ada bekas-bekasnya yang ditemukan. Tetapi batu yang menimpa patung itu menjadi gunung besar yang memenuhi seluruh bumi"(Dan 2:34-35). Kutipan ini kiranya menggambarkan bahwa aneka macam jenis harta benda yang ada di dunia ini bersifat sementara saja, tidak ada yang abadi. Namun dalam kenyataan banyak orang tersesat dengan berbakti kepada harta benda duniawi yang sementara itu, sehingga hidupnya sungguh mengadalkan diri pada harta benda atau uang, dan dengan uangnya orang menyesatkan diri dengan membeli orang alias melacur atau menggauli gadis-gadis atau perawan cantik dengan imbalan segepok uang. Dengan kata lain orang yang demikian itu membuat manusia bagaikan harta benda saja, mencemarkan tubuhnya sendiri maupun tubuh orang lain. Maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan anda semua untuk tidak 'gila akan uang atau harta benda', dan kepada rekan-rekan perempuan kami harapkan juga tidak dengan mudah menjual diri alias melacur dengan alasan apapun. Rekan-rekan laki-laki, entah yang masih remaja/belum menikah atau sudah berkeluarga serta beruang, kami harapkan juga tidak dengan mudah menggunakan uangnya untuk menccmarkan dirinya sendiri maupun orang lain. Marilah kita saling membantu dalam menjaga dan mengusahakan kebersihan hati maupun tubuh kita masing-masing, sebagai citra atau gambar Allah.
"Pujilah Tuhan, hai segala buatan Tuhan, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya. Pujilah Tuhan, hai segala malaekat Tuhan, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya. Pujilah Tuhan, hai segenap langit, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya. Pujilah Tuhan, hai segala air di atas langit, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya. Pujilah Tuhan, hai segala tentara Tuhan, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya" (Dan 3:57-61)
Ign 22 November 2011

21 Nov


"Janda ini memberi dari kekurangannya bahkan ia memberi seluruh nafkahnya"
(Dan 1:1-6.8-20; Luk 21:1-4)
" Ketika Yesus mengangkat muka-Nya, Ia melihat orang-orang kaya memasukkan persembahan mereka ke dalam peti persembahan. Ia melihat juga seorang janda miskin memasukkan dua peser ke dalam peti itu. Lalu Ia berkata: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang itu. Sebab mereka semua memberi persembahannya dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, bahkan ia memberi seluruh nafkahnya." (Luk 21:1-4), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta 'SP Maria dipersembahkan kepada Allah' hari ini, saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Persembahan kepada Allah maupun sesama yang benar dan baik adalah 'memberi dari kekurangan' bukan 'memberi dari kelimpahan'. Memberi dari kelimpahan berarti memberi sisa-sisa kepada orang lain alias membuang sampah atau menjadikan orang lain sebagai tempat sampah, dan dengan demikian melecehkan atau menginjak-injak harkat martabat manusia. Maka kami mengajak anda sekalian sebagai umat beriman atau beragama untuk mawas diri: apakah kita sungguh menghayati iman kita, yang berarti memberikan atau mempersembahkan diri seutuhnya kepada Allah melalui sesama atau saudara-saudari kita. Ingatlah, sadari dan hayati bahwa hidup dan segala sesuatu yang kita miliki dan kuasai sampai saat ini adalah anugerah Allah, maka selayaknya kita bersyukur dan berterima kasih dengan mempersembahkan diri kepadaNya. Secara konkret persembahan diri kepada Allah selain setia berdoa setiap hari tentu saja juga harus menjadi nyata dalam cara hidup dan cara bertindak. Maka hendaknya sebagai pelajar atau mahasiswa memboroskan waktu dan tenaganya untuk belajar, sebagai pekerja hendaknya memboroskan waktu dan tenaganya pada pekerjaan yang dibebankannya dst.. Namun hemat saya entah apapun yang menjadi tugas, kewajiban atau pekerjaan kita, hendaknya dilaksanakan dengan semangat belajar, sebagaimana dicanangkan oleh UNESCO dalam memasuki Millenium Ketiga ini dengan empat mottonya, yaitu "learning to be, learning to learn, learning to do, learning to live together".
·   "Orang-orang muda yang tidak ada sesuatu cela, yang berperawakan baik, yang memahami berbagai-bagai hikmat, berpengetahuan banyak dan yang mempunyai pengertian tentang ilmu, yakni orang-orang yang cakap untuk bekerja dalam istana raja, supaya mereka diajarkan tulisan dan bahasa orang Kasdim" (Dan 1:4). Marilah ajakan atau peringatan di atas ini kita refleksikan atau renungkan serta kemudian kita hayati. Rekan-rekan muda-mudi hendaknya berusaha untuk "berperawakan baik, memahami berbagai-bagai hikmat, berpengetahuan banyak dan mempunyai pengertian tentang ilmu", dan untuk itu caranya tidak lain adalah memiliki semangat belajar yang tinggi, handal dan tangguh. Tidak hanya belajar di sekolah/perguruan tinggi saja, tetapi juga belajar dari kehidupan sehari-hari dalam rangka menghadapi aneka masalah, tantangan, hambatan  atau peristiwa-peristiwa. Anda juga dapat belajar dari aneka berita atau informasi yang diwartakan oleh berbagai sarana komunikasi seperti majalah, koran, TV, internet dst..  Selanjutnya hendaknya dikembangkan semangat 'belajar sendiri' atau 'auto study'. Kepada para orang tua maupun guru/pendidik kami harapkan mengajarkan 'tulisan dan bahasa', artinya mengajarkan tata krama atau sopan santun yang baik sesuai dengan situasi dan lingkungan setempat. Setiap suku dan bangsa memiliki tata krama atau sopan santun yang berbeda satu sama lain, namun juga ada yang sama. Sebagai contoh: di daerah Batak ketika anda disuguhi makanan dan minuman dalam suatu harus dihabiskan, bahkan boleh dibawa pulang, itulah sopan santun yang baik; sedangkan di Jawa ketika disuguhi makanan yang demikian itu biasanya hanya dimakan sedikit alias harus disisakan, itulah sopan santun yang baik.  Berdiri merupakan tanda hormat, tetapi juga dapat merupakan tanda tidak hormat. Karena kita belum tentu menguasai aneka kebiasaan aneka suku atau bangsa, maka pada suatu saat ketika kita memperoleh kesempatan untuk datang ke tempat-tempat tersebut, tidak lain dari kita dituntut sikap belajar. Lihat dan cermati dan kemudian tiru saja cara bertindak orang setempat yang dinilai sopan, meskpun bagi kita terasa tidak sopan.
"Terpujilah Engkau, Tuhan, Allah nenek moyang kami, yang patut dihormati dan ditinggikan selama-lamanya. terpujilah nama-Mu yang mulia dan kudus, yang patut dihormat dan ditinggikan selama-lamanya. Terpujilah Engkau dalam Bait-Mu yang mulia dan kudus, Engkau patut dinyanyikan dan dimuliakan selama-lamanya. Terpujilah Engkau di atas takhta kerajaan-Mu, Engkau patut dinyanyikan dan ditinggikan selama-lamanya. Terpujilah Engkau yang mendugai samudera raya dan bersemayam di atas kerub-kerub, Engkau patut dihormat dan ditinggikan selama-lamanya.Terpujilah Engkau di bentangan langit, Engkau patut dinyanyikan dan dimuliakan selama-lamanya."
 (Dan 3:52-56)
Ign 21 November 2011