Fans Page Facebook http://imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Sabtu, 05 Februari 2011

7 Feb - Kej 1:1-19; Mrk 6:53-56

"Semua orang yang menjamahNya menjadi sembuh"

(Kej 1:1-19; Mrk 6:53-56)

 

"Setibanya di seberang Yesus dan murid-murid-Nya mendarat di Genesaret dan berlabuh di situ. Ketika mereka keluar dari perahu, orang segera mengenal Yesus. Maka berlari-larilah mereka ke seluruh daerah itu dan mulai mengusung orang-orang sakit di atas tilamnya kepada Yesus, di mana saja kabarnya Ia berada. Ke mana pun Ia pergi, ke desa-desa, ke kota-kota, atau ke kampung-kampung, orang meletakkan orang-orang sakit di pasar dan memohon kepada-Nya, supaya mereka diperkenankan hanya menjamah jumbai jubah-Nya saja. Dan semua orang yang menjamah-Nya menjadi sembuh" (Mrk 6:53-56), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Yesus boleh digelari sebagai 'dokter ajaib', karena siapapun, yang sedang menderita sakit, yang menjamahNya segera sembuh dari penyakitnya. Dari Pribadi Yesus ada kekuatan penyembuhan luar biasa, dan tentu saja hanya mereka yang beriman kepadaNya yang dapat disembuhkan. Dengan bergairah menghadap Yesus dan menyamahNya berarti ada kemauan kuat dari si penderita sakit untuk sembuh dari penyakitnya. Memang secara psikis dan spiritual kemauan dan kehendak kuat alias penyerahan diri total penderita sakit untuk disembuhkan merupakan modal kekuatan penyembuhan tersendiri, disamping kekuatan rahmat atau anugerah Tuhan. Maka dengan ini kami mengingatkan siapapun yang sedang menderita sakit, entah sakit apapun, untuk tetap bergairah hidup alias siap sedia untuk disembuhkan; kegairahan dan kesiap-sediaan anda untuk disembuhkan merupakan awal yang kuat dalam proses penyembuhan, dan peran obat atau dokter bersama para pembantunya sekedar meneguhkan kegairahan dan kesiap-sediaan anda, sebagai dorongan Tuhan dalam diri anda yang dalam keadaan lemah dan rapuh. Sehat dan sakit, sembuh dari penyakit memang erat kaitannya dengan iman. Tentu saja yang kami maksudkan dengan iman disini adalah penyerahan diri seutuhnya pada penghayatan panggilan atau pelaksanaan tugas pengutusan sesuai dengan kehendak Tuhan, sehingga yang bersangkutan hidup dan bertindak sesuai dengan tata tertib yang berlaku bagi dirinya, sebagai terjemahan kehendak Tuhan. Dengan kata lain jika anda mendambakan hidup sehat dan segar bugar baik secara jasmani mapun rohani, phisik maupun spiritual, kami harapkan mentaati dan melaksanakan sepenuhnya aneka tata tertib yang terkait dengan hidup dan panggilan anda, antara lain: makan dan minum sesuai dengan pedoman 'empat sehat lima sempurna' atau berdasarkan kesehatan bukan kenikmatan, olah raga, istirahat dan bekerja secara teratur dst…

·   "Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air" (Kej 1:2). Mengawali karya penciptaan 'Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air', yang kiranya berarti Roh Allah menghidupi seluruh ciptaan Allah di dunia ini, menganugerahi daya tumbuh dan berkembang sesuai dengan jati diri masing-masing ciptaan. 'Jamahan' atau sentuhan Roh Allah pada ciptaan, antara lain dalam dalam tanah menimbulkan tunas-tunas muda tumbuh-tumbuhan atau tanaman, yang kemudian tumbuh berkembang menjadi besar. Kembali kepada 'Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air', baiklah kita renungkan makna dan arti air bagi kehidupan dan perkembangan seluruh ciptaan Allah di bumi ini yang hidup, entah itu binatang, tanaman maupun manusia. Air merupakan kebutuhan vital bagi binatang, tanaman maupun manusia, kekurangan air berarti kematian mendekat atau di ambang pintu. Air memang 'maha penting dan maha kuasa' dalam binatang, tanaman maupun manusia. Kekuasaannya antara lain ketika terjadi banjir bandang, sebagaimana terjadi masa kini akibat dari pemanasan global, telah meluluh-lantakkan binatang, tanaman maupun manusia, termasuk karya-karya manusia seperti bangunan dan serana-prasarana kehidupan lainnya. Sebaliknya ketika kekurangan air terjadi penderitaan umat manusia juga. Maka baiklah kita jaga sumber-sumber air sehingga mengalirkan air sesuai dengan kebutuhan; hendaknya usaha penggundulan bukit-bukit hijau maupun pembabatan pohon-pohon di hutan dikendalikan atau dihentikan sama sekali. Sayang bahwa sumber-sumber air yang sehat dan juga berguna untuk pertanian pada masa kini telah dikuasai oleh para pengusaha dan didukung oleh pejabat setempat untuk dikomersielkan, sebagaimana kita lihat aneka macam air dalam kemasan botol plastik yang merajalela saat ini. Sumber air dimonopoli orang-orang tertentu, dan buah kinerja mereka pun merusak kwalitas air tanah dengan adanya sampah-sampah plastik berserakan di sana-sini. Mari kita adakan gerakan untuk tidak mengkomsumsi air dalam kemasan plastik, jika kita mendambakan anak cucu kita masa depan bahagia dan damai sejahtera.

 

"Pujilah TUHAN, hai jiwaku! TUHAN, Allahku, Engkau sangat besar! Engkau yang berpakaian keagungan dan semarak, yang berselimutkan terang seperti kain,… yang telah mendasarkan bumi di atas tumpuannya, sehingga takkan goyang untuk seterusnya dan selamanya. Dengan samudera raya Engkau telah menyelubunginya; air telah naik melampaui gunung-gunung."

(Mzm 104:1-2a.5-6)

Jakarta, 7 Februari 2011.    


Jumat, 04 Februari 2011

Mg Biasa V - Yes 58:7-10; 1Kor 2:1-5; Mat 5:13-16

"Kamu adalah garam dunia."

Mg Biasa V: Yes 58:7-10; 1Kor 2:1-5; Mat 5:13-16

 

"Small is beautiful" = Kecil itu indah, demikian kata sebuah pepatah. Pada masa kini aneka macam sarana-prasarana teknologi semakin kecil bentuknya, dan yang kecil tersebut sungguh menentukan, misalnya serat optic yang berfungsi untuk melancarkan komunikasi melalui anek macam sarana komunikasi seperti HP dan internet. Pohon besar yang rindang berasal dari biji kecil, yang tumbuh dan berkembang pelan-pelan serta meyakinkan. Anak-anak kecil mungkin kurang diperhitungkan dalam percaturan hidup bersama di tengah masyarakat, namun ketika anak kecil pergi tanpa diketahui kemana atau dimana, maka orangtua dengan susah payah dan kerja keras mencarinya, sedangkan ketika yang pergi anak besar atau orang dewasa dibiarkan saja. Bercermin dari pengalaman tersebut para penjahat sering menggunakan anak kecil sebagai sandra untuk memaksa orangtua atau keluarganya menebus dengan jumlah uang yang cukup besar. Warta gembira hari ini mengingatkan kita semua sebagai umat beriman yang sungguh benar alias hidup jujur dan berbudi pekerti luhur, meskipun secara nominal jumlahnya kecil hendaknya tidak takut dan gentar. Maka marilah kita renungkan sabda Yesus hari ini sebagai pedoman atau acuan cara hidup dan cara bertindak kita.

 

"Kamu adalah garam dunia." (Mat 5:13)  

 

Makanan atau masakan tanpa garam hambar rasanya dan kurang nikmat. Garam memang berfungsi untuk membuat makanan atau masakan menjadi enak dan nikmat, tentu saja dalam jumlah yang sesuai artinya tidak terlalu sedikit atau terlalu banyak alias harus persis sebagaimana dibutuhkan. Yesus bersabda kepada kita semua yang percaya kepadaNya bahwa "Kamu adalah garam dunia".  Sabda ini mengajak dan mengingatkan kita semua agar kehadiran atau sepak terjang kita dimanapun dan kapanpun senantiasa membuat lingkungan hidup bersama menjadi menarik, memikat dan mempesona alias siapapun yang ada dalam kebersamaan hidup tersebut merasa kerasan dan bahagia.     

 

Dalam makanan atau masakan garam yang dibutuhkan memang hanya sedikit atau kecil sekali, maka baiklah meskipun kita kecil atau sendirian hendaknya tetap setia pada tugas dan penggilan untuk tetap berarti atau bermakna dalam lingkungan hidup. Maksudnya jika saya sebagai orang Kristen atau Katolik hanya sendirian saja di tempat tinggal atau masyarakat atau tempat kerja hendaknya tidak takut dan gentar dan setia pada iman kepercayaannya. Yang penting dan utama adalah cara hidup dan cara bertindak sesuai dengan kehendak Tuhan atau janji-janji yang pernah diikrarkan, seperti janji baptis, janji perkawinan, janji kepegawaian dst…

 

Selain menjadi 'garam dunia' kita juga dipanggil untuk menjadi 'terang dunia'. Sumber sinar terang juga kecil, namun begitu berfungsi sangat membantu dalam penerangan. Menjadi 'terang dunia' antara lain berarti bahwa sepak terjang dan kehadiran kita dimanapun dan kapanpun senantiasa membuat terang benderang hidup bersama, artinya masing-masing semakin hidup dan bertindak sesuai dengan panggilan dan tugas pengutusannya. Kehadiran dan sepak terjang kita membuat saudara-saudari atau sesama kita semakin fungsional dalam keselamatan hidup bersama.

 

Menjadi 'terang dunia' juga dapat menjadi menjadi 'facilitator', dimana kehadiran dan sepak terjang kita senantiasa menjadi panutan atau teladan dalam cara hidup dan cara kerja. Mereka yang melihat dan hidup atau bekerja bersama dengan kita merasa dipermudah dan diperlancar dalam melaksanakan tugas pengutusan atau kewajibannya. Dengan kata lain 'orang pandai sejati' berarti dapat membuat apa yang sulit dan berbelit-belit menjadi sederhana sehingga dapat diketahui dan difahami oleh semua atau banyak orang. Menjadi 'terang dunia' juga berarti hidup dan bertindak dengan terang-terangan alias tidak ada kebohongan, manipulasi atau kepalsuan sedikitpun alias 'telanjang', tiada yang disembunyikan sedikitpun. Orang yang demikian berarti hidup jujur, disiplin, teratur, sederhana dan hati maupun budinya senantiasa terbuka terhadap yang lain atau seaamanya, lebih-lebih atau terutama terbuka pada Penyelenggaraan Ilahi. Maka baiklah kita renungkan apa yang dikatakan oleh Paulus kepada umat di Korintus di bawah ini. .        

 

"Aku juga telah datang kepadamu dalam kelemahan dan dengan sangat takut dan gentar. Baik perkataanku maupun pemberitaanku tidak kusampaikan dengan kata-kata hikmat yang meyakinkan, tetapi dengan keyakinan akan kekuatan Roh, supaya iman kamu jangan bergantung pada hikmat manusia, tetapi pada kekuatan Allah" (1Kor 2:3-5)

 

Datang dan hadir dalam kelemahan diri dan kekuatan Roh itulah yang dihayati oleh Paulus dan diharapkan  dari kita semua, orang beriman, juga demikian adanya. Sebagai orang beriman kita diharapkan tidak mengandalak kekuatan dan hikmat manusia, melainkan kekuatan Roh atau hikmat ilahi. Roh hidup dan berkarya dalam seluruh ciptaan Allah, terutama dalam diri manusia, gambar dan citra Allah, manusia yang berkehendak baik tanpa pandang bulu atau SARA. Maka dalam kelemahan diri dan kekuatan Roh berarti senantiasa membuka diri terhadap siapapun yang berkehendak baik alias siap sedia untuk hidup dan bekerja bersama-sama atau bergotong-royong. Sendirian saja kita tak mungkin berbuat apa-apa.

 

Rekan-rekan yang hidup berkeluarga sebagai suami-isteri serta telah dianugerahi anak oleh Allah kiranya dapat mawas diri apa arti dan makna bekerjasama atau bergotong-royong . Bukankah anda berdua telah bekerjasama atau bergotong-royong dalam keterbukaan atau ketelanjangan untuk berpartisipasi dalam karya penciptaan atau Penyelenggaraan Ilahi, ketika anda berdua sedang berkasih mesra dalam hubungan seksual?  Ada suami-isteri telah bertahun-tahun hidup bersama dan secara rutin berhubungan seks tetapi tidak dianugerahi anak, dan dengan demikian mereka menyadari dan menghayati tak mungkin hanya mengandalkan yang manusiawi saja tetapi harus mengandalkan diri pada Yang Ilahi. Anak adalah anugerah Allah, maka hendaknya suami-isteri merenungkan dan menghayati kesaksian Paulus ini: "Aku menanam, Apolos menyiram, tetapi Allah yang memberi pertumbuhan" (1Kor 3:6)  

 

The last but not the least, marilah sebagai 'garam dan terang dunia' kita hayati ajakan Yesaya ini, yaitu  "supaya engkau memecah-mecah rotimu bagi orang yang lapar dan membawa ke rumahmu orang miskin yang tak punya rumah, dan apabila engkau melihat orang telanjang, supaya engkau memberi dia pakaian dan tidak menyembunyikan diri terhadap saudaramu sendiri!"(Yes 58:7). Menjadi 'garam dan terang dunia' harus menjadi konkret dalam kepedulian terhadap sesama manusia, terutama mereka yang miskin dan berkekurangan, yang lapar dan telanjang tak punya pakaian. Iman tanpa penghayatan konkret dalam kepedulian terhadap mereka yang miskin dan berkekurangan tiada artinya alias mereka yang tidak peduli terhadap mereka yang miskin dan berkekurangan hambar hidupnya bagi masyarakat dan lingkungan hidupnya.

 

"Di dalam gelap terbit terang bagi orang benar; pengasih dan penyayang orang yang adil. Mujur orang yang menaruh belas kasihan dan yang memberi pinjaman, yang melakukan urusannya dengan sewajarnya. Sebab ia takkan goyah untuk selama-lamanya; orang benar itu akan diingat selama-lamanya. Ia tidak takut kepada kabar celaka, hatinya tetap, penuh kepercayaan kepada TUHAN."

(Mzm 112:4-7)

Jakarta, 6 Februari 2011

 


Kamis, 03 Februari 2011

5 Feb - Ibr 13:15-17.20-21; Mrk 6:30-34

"Tergeraklah hatiNya oleh belas kasihan kepada mereka"
(Ibr 13:15-17.20-21; Mrk 6:30-34)

"Kemudian rasul-rasul itu kembali berkumpul dengan Yesus dan memberitahukan kepada-Nya semua yang mereka kerjakan dan ajarkan.1 Lalu Ia berkata kepada mereka: "Marilah ke tempat yang sunyi, supaya kita sendirian, dan beristirahatlah seketika!" Sebab memang begitu banyaknya orang yang datang dan yang pergi, sehingga makan pun mereka tidak sempat. Maka berangkatlah mereka untuk mengasingkan diri dengan perahu ke tempat yang sunyi. Tetapi pada waktu mereka bertolak banyak orang melihat mereka dan mengetahui tujuan mereka. Dengan mengambil jalan darat segeralah datang orang dari semua kota ke tempat itu sehingga mendahului mereka. Ketika Yesus mendarat, Ia melihat sejumlah besar orang banyak, maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka seperti domba yang tidak mempunyai gembala. Lalu mulailah Ia mengajarkan banyak hal kepada mereka." (Mrk 6:30-34), demikian kutipan Warta Gembira hari ini. 
Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St.Agata, perawan dan martir, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

•    Hidup terpanggil sebagai imam, bruder atau suster alias tidak menikah pada umumnya memang dapat membaktikan diri seutuhnya bagi pelayanan orang banyak, tanpa pandang bulu atau SARA. Mereka kurang lebih meneladan Yesus yang 'tergerak hatiNya oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka seperti domba yang tidak mempunyai gembala'. Hati yang tergerak kepada keselamatan jiwa manusia, sehingga hatinya tertambat pada Allah sepenuhnya, itulah yang dialami atau dinikmati oleh mereka yang terpanggil secara khusus untuk hidup tidak menikah, sebagaimana juga telah dinikmati oleh St.Agata yang kita kenangkan hari ini. "Hati yang tergerak oleh belas kasihan" kiranya juga menjadi panggilan kita semua umat beriman, orang yang percaya kepada Allah. "Compassion", kepedulian kepada orang lain, lebih-lebih mereka yang miskin dan menderita dalam berbagai hal itulah yang hendaknya kita hayati, perdalam dan sebar-luaskan. Marilah kita perhatikan
 anak-anak atau sesama kita yang kurang memperoleh perhatian kasih sayang dari orangtua mereka atau saudara-saudarinya, sehingga mereka harus menggelandang atau menjadi anak jalanan. Jika kita jujur melihat dan mengakui diri kiranya kebanyakan dari kita lebih memiliki kesempatan dan kemungkinan untuk menghayati kepedulian terhadap orang lain daripada mereka yang harus diperhatikan, dengan kata lain jumlah yang peduli kiranya lebih besar daripada yang diperhatikan, tentu saja yang memiliki kemungkinan untuk peduli melaksanakannya, serta tidak hidup serakah, berfoya-foya. Maka dengan ini kami mengingatkan dan mengajak siapapun yang cukup berada atau kaya akan harta benda dan uang untuk tidak serakah dan berfoya-foya, melainkan peduli terhadap mereka yang miskin, berkekurangan dan menderita.

•    "Marilah kita, oleh Dia, senantiasa mempersembahkan korban syukur kepada Allah, yaitu ucapan bibir yang memuliakan nama-Nya. Dan janganlah kamu lupa berbuat baik dan memberi bantuan, sebab korban-korban yang demikianlah yang berkenan kepada Allah" (Ibr 13:15-16). Sebagai orang beriman hendaknya kita senantiasa bersyukur dan berterima kasih atas berbagai anugerah yang kita terima dari Allah melalui orang-orang yang telah berbuat baik kepada kita dalam berbagai kesempatan sampai kini. Syukur dan terima kasih tersebut kemudian kita teruskan kepada saudara-saudari kita dengan 'berbuat baik dan memberi bantuan'  bagi mereka yang sungguh membutuhkan. Marilah kita lihat lingkungan hidup dan kerja kita setiap hari: kepada siapa saja perbuatan baik dan bantuan tersebut harus kita sampaikan? Sekiranya dalam lingkungan hidup dan kerja anda setiap hari tidak ada yang butuh kebaikan dan bantuan anda, baiklah membuka wawasan yang lebih luas:
 perhatikan  pemberitaan dari aneka mass media dimana setiap hari disampaikan berita-berita perihal orang atau wilayah yang harus dibantu, apalagi pada masa kini yang sarat dengan bencana alam akibat dari pemanasan global kiranya cukup banyak orang atau wilayah yang membutuhkan kebaikan dan bantuan anda. "Sithik ora katampik, akeh soyo pikoleh" = sedikit tidak ditolak, banyak lebih baik, demikian motto berbuat baik dan membantu orang lain. Kami berharap kebiasaan berbuat baik dan memberi bantuan ini sedini mungkin dibiasakan pada anak-anak di dalam keluarga dan diperdalam di sekolah-sekolah, tentu saja dengan teladan konkret dari para orangtua maupun pendidik/guru. Marilah kita sadari dan hayati bahwa kita dapat tumbuh berkembang seperti apa adanya saat ini karena kebaikan dan bantuan begitu banyak orang, dan selayaknya kita juga suka berbuat baik dan memberi bantuan.

"TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku. Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang; Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena nama-Nya. Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku. Engkau menyediakan hidangan bagiku, di hadapan lawanku; Engkau mengurapi kepalaku dengan minyak; pialaku penuh melimpah. Kebajikan dan kemurahan belaka akan mengikuti aku, seumur hidupku; dan aku akan diam dalam rumah TUHAN sepanjang masa"
 (Mzm 23:1.3-6).
   Jakarta, 5 Februari 2011 . 




Rabu, 02 Februari 2011

4 Feb - Ibr 13:1-8; Mrk 6:14-29

"Apa saja yang kauminta akan kuberikan kepadamu"

(Ibr 13: 1-8; Mrk 6:14-29)

 

"Akhirnya tiba juga kesempatan yang baik bagi Herodias, ketika Herodes pada hari ulang tahunnya mengadakan perjamuan untuk pembesar-pembesarnya, perwira-perwiranya dan orang-orang terkemuka di Galilea. Pada waktu itu anak perempuan Herodias tampil lalu menari, dan ia menyukakan hati Herodes dan tamu-tamunya. Raja berkata kepada gadis itu: "Minta dari padaku apa saja yang kauingini, maka akan kuberikan kepadamu!", lalu bersumpah kepadanya: "Apa saja yang kauminta akan kuberikan kepadamu, sekalipun setengah dari kerajaanku!" Anak itu pergi dan menanyakan ibunya: "Apa yang harus kuminta?" Jawabnya: "Kepala Yohanes Pembaptis!" Maka cepat-cepat ia pergi kepada raja dan meminta: "Aku mau, supaya sekarang juga engkau berikan kepadaku kepala Yohanes Pembaptis di sebuah talam!" Lalu sangat sedihlah hati raja, tetapi karena sumpahnya dan karena tamu-tamunya ia tidak mau menolaknya. Raja segera menyuruh seorang pengawal dengan perintah supaya mengambil kepala Yohanes. Orang itu pergi dan memenggal kepala Yohanes di penjara. Ia membawa kepala itu di sebuah talam dan memberikannya kepada gadis itu dan gadis itu memberikannya pula kepada ibunya. Ketika murid-murid Yohanes mendengar hal itu mereka datang dan mengambil mayatnya, lalu membaringkannya dalam kuburan." (Mrk 6:21-29), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Penguasa atau pemimpin yang 'gila harta/uang, gila kedudukan/jabatan dan gila kehormatan duniawi' sungguh membahayakan bagi orang-orang baik dan benar yang berjuang demi kebenaran dan kebaikan. Herodes adalah penguasa atau pemimpin yang demikian itu, dan kiranya pada masa kini juga ada pemimpin atau penguasa yang demikian antara lain penguasa atau pemimpin diktator. Mereka yang mencoba merongrong kedudukan atau kehormatan penguasa atau pemimpin diktator pada umunnya segera  disingkirkan atau dihabisi, entah dengan cara kasar atau cara halus. Cara-cara itu misalnya: memutarbalikkan perkara, diam-diam meracuni pejuang kebenaran sebagaimana pernah terjadi pada diri Munir, dst.. Dengan uang dan kuasanya orang memang dapat berbuat apapun sesuai dengan keinginan atau gejolak nafsunya, termasuk mengingini isteri saudaranya yang cantik sebagaimana dilakukan Herodes. Kami berharap kepada para pejuang kebenaran untuk terus berjuang melawan aneka macam bentuk kebohongan atau manipulasi yang masih marak terjadi di Indonsia masa kini. Kasus korupsi dibelokkan menjadi percaturan politik, menutupi kasus korupsi dengan mengangkat dan membesar-besarkan kasus kecil, sehingga perhatian rakyat dibelokkan, dst.., itulah yang sering terjadi di negeri kita tercinta ini. Fakta bahwa masih cukup banyak rakyat menderita dan miskin menunjukkan bahwa pemimpin beserta para pembamtunya kurang atau tidak memperhatikan kesejahteraan rakyat.

·   "Hendaklah kamu semua penuh hormat terhadap perkawinan dan janganlah kamu mencemarkan tempat tidur, sebab orang-orang sundal dan pezinah akan dihakimi Allah." (Ibr 13:4). Tempat tidur bagi suami-isteri adalah tempat untuk memadu kasih, dan di tempat tidur itulah mereka semakin memperdalam dan memperkuat kasih mereka. Namun di tempat tidur juga pada umumnya terjadi perselingkuhan, misalnya tempat-tempat tidur di hotel-hotel atau losmen/tempat penginapan. Kita semua diingatkan untuk menjaga kesucian hidup perkawinan. Maka pertama-tama kami mengajak dan mengingatkan para suami-isteri untuk senantiasa saling setia satu sama lain dalam mengasihi sampai mati, sedangkan kepada kita semua hendaknya tidak mengganggu mereka yang telah menjadi suami atau isteri. Serapat-rapatnya anda menyimpan tindakan perzinahan atau perselingkuhan pada suatu saat akan terbongkar juga. Mereka yang suka berselingkuh dengan berganti-ganti pasangan selingkuh, penghakiman Allah kemungkinan akan terjadi dengan penyakit yang anda alami, yang tak akan tersmbuhkan, misalnya HIV. Jika kita semua dapat menjadi kesucian atau kesetiaan hidup berkeluarga sebagai suami-isteri kiranya hidup bersama di dunia ini sungguh damai, aman-tenteram dan sejahtera baik lahir maupun batin, jasmani maupun rohani. Secara khusus kami berharap kepada rekan muda-mudi atau remaja untuk tidak mengadakan hubungan seks bebas dengan pacar atau tunangannya, hendaknya saling menjaga dan mengingatkan agar sebagai jejaka atau perawan tetap setia pada jati dirinya, tidak jatuh menjual keperawanannya atau keperjakaannya hanya demi kenikmatan sesaat dan kemudian akan menderita selamanya.

 

"TUHAN adalah terangku dan keselamatanku, kepada siapakah aku harus takut? TUHAN adalah benteng hidupku, terhadap siapakah aku harus gemetar? Sekalipun tentara berkemah mengepung aku, tidak takut hatiku; sekalipun timbul peperangan melawan aku, dalam hal itu pun aku tetap percaya. Sebab Ia melindungi aku dalam pondok-Nya pada waktu bahaya; Ia menyembunyikan aku dalam persembunyian di kemah-Nya, Ia mengangkat aku ke atas gunung batu" (Mzm 27:1.3.5).

      

Jakarta, 4 Februari 2011


Selasa, 01 Februari 2011

3 Feb - Ibr 12:18-19.21-24; Mrk 6:7-13

"Mereka mengusir banyak setan dan mengoles banyak orang sakit dengan minyak dan menyembuhkan mereka"

(Ibr 12:18-19.21-24; Mrk 6:7-13)

 

"Ia memanggil kedua belas murid itu dan mengutus mereka berdua-dua. Ia memberi mereka kuasa atas roh-roh jahat, dan berpesan kepada mereka supaya jangan membawa apa-apa dalam perjalanan mereka, kecuali tongkat, roti pun jangan, bekal pun jangan, uang dalam ikat pinggang pun jangan, boleh memakai alas kaki, tetapi jangan memakai dua baju. Kata-Nya selanjutnya kepada mereka: "Kalau di suatu tempat kamu sudah diterima dalam suatu rumah, tinggallah di situ sampai kamu berangkat dari tempat itu. Dan kalau ada suatu tempat yang tidak mau menerima kamu dan kalau mereka tidak mau mendengarkan kamu, keluarlah dari situ dan kebaskanlah debu yang di kakimu sebagai peringatan bagi mereka." Lalu pergilah mereka memberitakan bahwa orang harus bertobat, dan mereka mengusir banyak setan, dan mengoles banyak orang sakit dengan minyak dan menyembuhkan mereka." (Mrk 6:7-13), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St.Blasius, Uskup dan martir, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Para murid dipanggil dan diutus oleh Yesus untuk mengusir roh-roh jahat serta menyembuhkan aneka macam penderita sakit. Dalam melaksanakan tugas pengutusan mereka diharapkan tidak mengandalkan diri pada harta benda, alat-alat atau sarana-prasana dan uang, melainkan pertama-tama dan terutama kehadiran diri mereka, sebagai murid-murid Yesus. Memang pada umumya orang kerasukan setan atau menderita sakit karena kurang (merasa) dikasihi, maka hemat saya alat pengusiran setan maupun penyembuhan penderita sakit pertama-tama dan terutama adalah kasih. Bahasa Inggris 'rumah sakit' adalah 'hospital', dan dari kata 'hospital' dapat menjadi kata sifat 'hospitality', yang berarti keramahan atau kelemah-lembutan. Maka kami berharap kepada mereka yang berpartisipasi dalam proses penyembuhan penderita sakit apapun kami harapkan menghadirkan diri dengan ramah dan lemah-lembut. Keramahan dan kelemah-lembutan anda akan menggairahkan hidup penderita sakti, sehingga dari pribadi penderita sakit tumbuh dan berkembang kekuatan untuk penyembuhan  dirinya. Para murid 'mengoles dengan minyak' para penderita sakit dan mereka sembuh. Apa yang dilakukan oleh para murid di sini pada masa kini dikenangkan dengan pemberian 'minyak suci' /Sakramen Orang Sakit bagi para penderita sakit. Maka baiklah jika mungkin para penderita sakit keras diusahakan dapat menerima sakramen ini atau pengurapan minyak suci. Secara khusus hari ini kita kenangkan St.Blasius, yang doa dan berkatnya diimani dapat menyembuhkan sakit tenggorokan, maka baiklah pada hari ini kita usahakan untuk dapat menerima "Berkat Santo Blasius".

·    "Aku sangat ketakutan dan sangat gemetar." (Ibr 12:21), demikian kata Musa setelah menerima penglihatan perihal 'gunung/bukit yang suci'. Gunung atau bukit memang bagi kebanyakan suku diimani sebagai tempat suci atau keramat. Sebagai contoh gunung Merapi di Jawa Tengah sering disebut sebagai 'kyai', kyai Semar, dan ketika meletus diimani sedang memberi berkat. Ketika gunung sedang memberi berkat alias meletus memang banyak orang sangat ketakutan dan gemetar. Maaf kalau sedikit porno: buah dada perempuan sering juga disebut sebagai gunung/bukit nona, dan laki-laki yang melihatnya dapat gemetar, entah gemetar karena gairah nafsu seksual atau takut menyentuhnya atau menciumnya. Bukankah dari buah dada juga dikeluarkan air susu ibu yang menyehatkan? Dengan kata lain kami berharap kepada para ibu yang sedang memiliki bayi atau anak untuk memberi ASI yang memadai bagi anak-anaknya agar anak-anak tumbuh berkembang menjadi sehat wal'afiat, segar bugar dan cerdas. Ingat dan perhatikan pada umumnya ibu menyusui bayinya lebih sering pada buah dada sebelah kiri, sehingga kepada bayi bagian kananlah yang menempel di buah dada ibu. Menyusui selain memberi gizi phisik juga gizi rohani atau spiritual, yaitu kasih. Kami berharap belahan otak bagian kanan anak-anak dapat memperoleh perhatian yang memadai dalam proses pendidikan atau pembinaan, tidak hanya belahan otak bagian kiri saja. Otak bagian kiri lebih pada pikiran, sedangkan bagian kanan pada rasa atau kasih sayang. Rasa dan kasih sayang ini antara lain dapat dikembangkan dan diperdalam dalam seni (suara, lukis, tari, dst..) serta olaharaga, maka hendaknya jangan diabaikan pembinaan seni dan olahraga bagi anak-anak.

 

"Besarlah TUHAN dan sangat terpuji di kota Allah kita 48:3 Gunung-Nya yang kudus, yang menjulang permai, adalah kegirangan bagi seluruh bumi; gunung Sion itu, jauh di sebelah utara, kota Raja Besar. Dalam puri-purinya Allah memperkenalkan diri-Nya sebagai benteng."(Mzm 48:2-4)

 

Jakarta, 3 Februari 2011  "Gong Xi Fa Cai"  


2 Feb - Mal 3:1-4; Luk 2:22-32

"Semua anak laki-laki sulung harus dikuduskan bagi Allah"

(Mal 3:1-4; Luk 2:22-32)

 

"Dan ketika genap waktu pentahiran, menurut hukum Taurat Musa, mereka membawa Dia ke Yerusalem untuk menyerahkan-Nya kepada Tuhan, seperti ada tertulis dalam hukum Tuhan: "Semua anak laki-laki sulung harus dikuduskan bagi Allah", dan untuk mempersembahkan korban menurut apa yang difirmankan dalam hukum Tuhan, yaitu sepasang burung tekukur atau dua ekor anak burung merpati. Adalah di Yerusalem seorang bernama Simeon. Ia seorang yang benar dan saleh yang menantikan penghiburan bagi Israel. Roh Kudus ada di atasnya, dan kepadanya telah dinyatakan oleh Roh Kudus, bahwa ia tidak akan mati sebelum ia melihat Mesias, yaitu Dia yang diurapi Tuhan. Ia datang ke Bait Allah oleh Roh Kudus. Ketika Yesus, Anak itu, dibawa masuk oleh orang tua-Nya untuk melakukan kepada-Nya apa yang ditentukan hukum Taurat, ia menyambut Anak itu dan menatang-Nya sambil memuji Allah, katanya: "Sekarang, Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firman-Mu, sebab mataku telah melihat keselamatan yang dari pada-Mu, yang telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa, yaitu terang yang menjadi penyataan bagi bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan bagi umat-Mu, Israel." (Luk 2:22-32), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta 'Yesus dipersembahkan di Kenisah' hari ini, saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Anak adalah anugerah Allah, maka pada umumnya ketika suami-isteri dianugerahi anak untuk pertama kalinya pasti akan bersyukur dan berterima kasih dengan sepenuh hati kepada Allah, apalagi jika anak yang pertama atau sulung tersebut adalah laki-laki. Tradisi mempersembahkan atau menguduskan anak sulung bagi Allah  kiranya telah berlangsung sejak zaman dahulu kala. Baiklah kami mengajak dan mengingatkan para bapak-ibu atau orangtua: kiranya tidak hanya anak pertama saja yang dikuduskan atau dipersembahkan bagi Allah, melainkan semua anak yang dianugerahkan Allah kepada anda berdua. Secara konkret; hendaknya anak-anak dididik dan didampingi agar tumbuh berkembang sebagai pribadi yang dikasihi oleh Allah dan sesama manunia. Maka anak-anak harus tumbuh berkembang menjadi pribadi yang baik, berbudi pekerti luhur atau cerdas secara spiritual. Hendaknya pertama-tama dan terutama agar anak tumbuh berkembang menjadi  pribadi yang baik, yang menjadi tujuan atau arah pendidikan dan pendampingan, entah di dalam keluarga maupun sekolah, bukan kecerdasan otak melulu, sebagaimana diimpikan sebagian besar orangtua masa kini. Anak-anak 'diperkosa' dengan aneka les privat, itulah yang sering terjadi di kota-kota besar seperti Jakarta. Kami berharap para orangtua atau bapak-ibu untuk boros waktu dan tenaga bagi anak-anak, dan dapat menjadi teladan sebagai pribadi baik dan berbudi pekerti luhur. Semoga kelak anak-anak tumbuh berkembang menjadi 'man or woman for/with others'.

·   "Lihat, Aku menyuruh utusan-Ku, supaya ia mempersiapkan jalan di hadapan-Ku!" (Mal 3:1). Kutipan ini hendaknya dihayati sebagai sabda Tuhan bagi para orangtua dalam menyikapi anak-anak yang dianugerahkan kepada mereka berdua. Hayatilah bahwa anak-anak yang dianugerahkan Tuhan kepada anda berdua memperoleh tugas sebagai utusan 'supaya ia mempersiapkan jalan di hadapanKu'. Anak-anak ketika baru saja lahir memang sungguh menarik, mempesona dan memikat, karena ia masih suci murni, belum berdosa atau ternoda sedikitpun, maka tugas orangtua adalah memperdalam kesucian tersebut dalam perjalanan hidupnya. Untuk itu kami mengajak dan mengingatkan para orangtua/bapak-ibu menghayati motto bapak pendidikan kita, Ki Hajar Dewantoro, yaitu 'ing arso asung tulodho, ing madyo ambangun karso, tut wuri handayani' ( = keteladanan, pemberdayaan dan motivasi). Ketika anak-anak masih kecil hendaknya orangtua/bapak ibu dapat menjadi teladan kesucian atau pribadi berbudi pekerti luhur, dan ketika anak-anak mulai remaja hendaknya diberdayakan, sedangkan ketika telah dewasa dimotivasi. Dengan kata lain hendaknya diusahakan kaderisasi sedini mungkin di dalam keluarga. Seorang kader adalah orang yang fungsional menyelamatkan lingkungan hidupnya, maka gerakan kaderisasi anak-anak di dalam keluarga dapat diwujudkan sedini mungkin anak-anak difungsikan untuk kebutuhan hidup sehari-hari, misalnya kebersihan dan penghematan enerji: membuang sampah pada tempatnya dan mematikan listrik atau aliran kran air yang tak berguna/tak dibutuhkan dst… Fungsikan anak-anak mulai dari yang sederhana, dan terus menerus bertambah sulit sedikit demi sediikit sesuai dengan kemampuan anak-anak.

 

"Angkatlah kepalamu, hai pintu-pintu gerbang, dan terangkatlah kamu, hai pintu-pintu yang berabad-abad, supaya masuk Raja Kemuliaan! "Siapakah itu Raja Kemuliaan?" "TUHAN, jaya dan perkasa, TUHAN, perkasa dalam peperangan!" Angkatlah kepalamu, hai pintu-pintu gerbang, dan terangkatlah kamu, hai pintu-pintu yang berabad-abad, supaya masuk Raja Kemuliaan! "Siapakah Dia itu Raja Kemuliaan?" "TUHAN semesta alam, Dialah Raja Kemuliaan!" (Mzm 24:7-10)

Jakarta, 2 Februari 2011        

 


Senin, 31 Januari 2011

1 Feb - Ibr 12:1-4; Mrk 5:21-43

 "Imanmu telah menyelamatkan engkau".

(Ibr 12:1-4; Mrk 5:21-43)

 

"Adalah di situ seorang perempuan yang sudah dua belas tahun lamanya menderita pendarahan. Ia telah berulang-ulang diobati oleh berbagai tabib, sehingga telah dihabiskannya semua yang ada padanya, namun sama sekali tidak ada faedahnya malah sebaliknya keadaannya makin memburuk. Dia sudah mendengar berita-berita tentang Yesus, maka di tengah-tengah orang banyak itu ia mendekati Yesus dari belakang dan menjamah jubah-Nya. Sebab katanya: "Asal kujamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh." Seketika itu juga berhentilah pendarahannya dan ia merasa, bahwa badannya sudah sembuh dari penyakitnya. Pada ketika itu juga Yesus mengetahui, bahwa ada tenaga yang keluar dari diri-Nya, lalu Ia berpaling di tengah orang banyak dan bertanya: "Siapa yang menjamah jubah-Ku?" Murid-murid-Nya menjawab: "Engkau melihat bagaimana orang-orang ini berdesak-desakan dekat-Mu, dan Engkau bertanya: Siapa yang menjamah Aku?" Lalu Ia memandang sekeliling-Nya untuk melihat siapa yang telah melakukan hal itu. Perempuan itu, yang menjadi takut dan gemetar ketika mengetahui apa yang telah terjadi atas dirinya, tampil dan tersungkur di depan Yesus dan dengan tulus memberitahukan segala sesuatu kepada-Nya. Maka kata-Nya kepada perempuan itu: "Hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau. Pergilah dengan selamat dan sembuhlah dari penyakitmu!"" (Mrk 5:25-34), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Sehat dan sakit, sembuh dari aneka macam bentuk penyakit erat kaitannya dengan iman. Orang yang sungguh beriman kiranya senantiasa dalam keadaan sehat wal'afiat, segar bugar baik secara jasmani maupun rohani. Beriman berarti mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan, sehingga cara hidup dan cara bertindaknya senantiasa sesuai dengan kehendak Tuhan. Kehendak Tuhan antara lain tercermin atau menjadi nyata dalam aneka tata tertib yang terkait dengan panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing, maka jika kita mendambakan hidup sehat wal'afiat dan segar bugar, hendaknya mentaati dan melaksanakan sepenuh tata tertib yang terkait dengan panggilan dan tugas pengutusan kita. Anak-anak sedini mungkin di dalam keluarga untuk dibiasakan dan dididik mentaati serta melaksanakan tata tertib yang ada. Pertama-tama marilah masing-masing dari kita dengan rendah hati dan bantuan rahmat Tuhan senantiasa berusaha untuk hidup teratur dan tertib. Kami berharap bagi siapapun yang berpengaruh dalam kehidupan dan kerja bersama dapat menjadi teladan dalam pelaksanaan tata tertib.  Marilah kita hayati atau laksanakan 7 prinsip Suryamentaraman ini, yaitu : "Toto -> teratur, Titi-> teliti, hati-hati, Titis-> tepat, berfokus, efektif dan efisien, Temen-> jujur, tulus, Tetep-> konsisten, mantap, Tatag-> tabah, Tatas-> tegas"

·   "Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah" (Ibr 12:2). Marilah kita hayati 7 prinsip di atas 'dengan mata yang tertuju kepada Yesus', yang berarti meneladan cara hidup dan cara bertindak Yesus. Hemat saya 7 prinsip tersebut di atas juga dihayati oleh Yesus dalam melaksanakan tugas pengutusanNya untuk menyelamatkan dunia seisinya. Memang penghayatan 7 prinsip di atas sungguh menuntut perjuangan dan pengorbanan alias 'tekun memikul salib'. Tekun memikul salib antara lain mempersembahkan pikiran/otak, perasaan/hati dan tenaga pada panggilan dan tugas pengutusan. Jika masing-masing dari kita setia 'memkul salib kehidupan' kiranya kita bersama-sama akan mencapai kesempurnaan hidup, yaitu ketika meninggal dunia atau dipanggil Tuhan segera menikmati hidup bahagia dan mulia selamanya di sorga bersama Allah Pencipta dan Yesus Kristus yang kita imani. Marilah kita kenangkan bahwa setiap kali mengawali doa, yang berarti mengawali suatu tindakan, kita sering membuat tanda salib, dengan harapan dan dambaan agar apapun yang kita lakukan sungguh meneladan cara hidup dan cara bertindak Yang Tersalib. Semoga setiap membuat tanda salib tidak hanya manis di bibir atau mulut, tetapi juga menjadi manis dalam kaki, tangan, otak alias seluruh anggota tubuh kita, sehingga cara hidup dan cara bertindak kita sungguh menarik, memikat dan mempesona bagi siapapun.

 

"Nazarku akan kubayar di depan mereka yang takut akan Dia. Orang yang rendah hati akan makan dan kenyang, orang yang mencari TUHAN akan memuji-muji Dia; biarlah hatimu hidup untuk selamanya! Segala ujung bumi akan mengingatnya dan berbalik kepada TUHAN; dan segala kaum dari bangsa-bangsa akan sujud menyembah di hadapan-Nya." (Mzm 22:26b-28)

Jakarta, 1 Februari 2011


Minggu, 30 Januari 2011

31 Jan - Ibr 11:32-40; Mrk 5:1-20

"Beritahukanlah kepada mereka segala sesuatu yang telah diperbuat oleh Tuhan atasmu dan bagaimana Ia telah mengasihani engkau!"

(Ibr 11:32-40; Mrk 5:1-20)

"Ia memohon dengan sangat supaya Yesus jangan mengusir roh-roh itu keluar dari daerah itu. Adalah di sana di lereng bukit sejumlah besar babi sedang mencari makan, lalu roh-roh itu meminta kepada-Nya, katanya: "Suruhlah kami pindah ke dalam babi-babi itu, biarkanlah kami memasukinya!" Yesus mengabulkan permintaan mereka. Lalu keluarlah roh-roh jahat itu dan memasuki babi-babi itu. Kawanan babi yang kira-kira dua ribu jumlahnya itu terjun dari tepi jurang ke dalam danau dan mati lemas di dalamnya. Maka larilah penjaga-penjaga babi itu dan menceriterakan hal itu di kota dan di kampung-kampung sekitarnya. Lalu keluarlah orang untuk melihat apa yang terjadi. Mereka datang kepada Yesus dan melihat orang yang kerasukan itu duduk, sudah berpakaian dan sudah waras, orang yang tadinya kerasukan legion itu. Maka takutlah mereka. Orang-orang yang telah melihat sendiri hal itu menceriterakan kepada mereka tentang apa yang telah terjadi atas orang yang kerasukan setan itu, dan tentang babi-babi itu. Lalu mereka mendesak Yesus supaya Ia meninggalkan daerah mereka. Pada waktu Yesus naik lagi ke dalam perahu, orang yang tadinya kerasukan setan itu meminta, supaya ia diperkenankan menyertai Dia. Yesus tidak memperkenankannya, tetapi Ia berkata kepada orang itu: "Pulanglah ke rumahmu, kepada orang-orang sekampungmu, dan beritahukanlah kepada mereka segala sesuatu yang telah diperbuat oleh Tuhan atasmu dan bagaimana Ia telah mengasihani engkau!" Orang itu pun pergilah dan mulai memberitakan di daerah Dekapolis segala apa yang telah diperbuat Yesus atas dirinya dan mereka semua menjadi heran" (Mrk 5:10-20), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St.Yohanes Bosco, imam, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Yohanes Bosco dikenal sebagai seorang imam yang sungguh memberi perhatian terhadap pendidikan atau pendampingan anak-anak dan generasi muda, maka ia dijadikan pelindung generasi muda di dalam Gereja Katolik. Anak-anak dan generasi muda masa kini, lebih-lebih yang hidup dan tinggal di kota-kota besar, telah 'kerasukan setan atau roh jahat', antara lain menggejala dalam bentuk kecanduan menggunakan HP atau computer untuk main-main sendiri, sehingga mendorong dan memotivasi mereka menjadi pribadi yang egois, keras dan hanya mau mengikuti keinginan atau selera pribadi. Maka dengan ini kami berharap kepada para orangtua maupun guru/pendidik untuk sungguh-sungguh memperhatikan dan mendidik atau mendampingi anak-anak dan generasi muda agar mereka tidak kecanduan aneka macam sarana-prasarana modern masa kini. Setan atau roh jahat masa kini menggejala dalam aneka bentuk tawaran kenikmatan phisik dan pribadi. Kami tidak bermaksud anda 'mengusir' atau memusnahkan aneka macam sarana-prasarana modern tersebut, melainkan hendaknya anak-anak dan generasi muda dididik dan didampingi untuk memfungsikan aneka macam sarana-prasarana sebagai bantuan atau wahana pendewasaan kepribadian, sehingga mereka tumbuh berkembang menjadi pribadi yang cerdas beriman. Kami berharap  para orangtua dan pendidik/guru menjadi pembantu Tuhan dalam mendidik dan mendampingi anak-anak serta generasi muda, artinya mendidik dan mendampingi anak-anak dan generasi muda sesuai dengan kehendak Tuhan. Biarlah anak-anak dan generasi muda semakin dikasihi oleh Tuhan dan sesamanya, dan kemudian menyebarkan luaskan kasih tersebut kepada sesamanya.

·   "Allah telah menyediakan sesuatu yang lebih baik bagi kita; tanpa kita mereka tidak dapat sampai kepada kesempurnaan" (Ibr 11:40). Kutipan ini hendaknya menjadi pegangan atau pedoman para orangtua dan guru/ pendidik dalam mendidik dan mendampingi anak-anak dan generasi muda. Apa yang baik yang dianugerahkan oleh Allah kepada para orangtua dan guru/pendidik? Kiranya cukup banyak yang telah anda terima, maka baiklah saya angkat salah satu yang baik, yaitu pengalaman berbuat baik kepada orang lain alias menjadi 'man or woman with/for others'. Pengalaman ini hendaknya diteruskan pada anak-anak atau  generasi muda sebagai warisan yang tak akan mudah hancur atau musnah. Dengan kata lain para orangtua dan guru/pendidik hendaknya dapat menjadi teladan dalam hal berbuat baik kepada orang lain, terutama bagi mereka yang miskin dan berkekurangan. Semoga anak-anak dan generasi muda 'dapat sampai kepada kesempurnaan'  dengan bantuan dan pendampingan para orangtua dan guru/pendidik. Ingat dan hayati bahwa anak-anak dan generasi muda pada umumnya lebih suci dan baik dari pada orangtua dan guru/pendidik, dan dalam iman kita hayati bahwa mengabdi Tuhan antara lain harus menjadi nyata dalam pengabdian atau pelayanan kepada anak-anak dan generasi muda. "Boroskan waktu dan tenaga maupun dana anda bagi pendidikan dan pendampingan anak-anak serta generasi muda!'.

 

"Terpujilah TUHAN, sebab kasih setia-Nya ditunjukkan-Nya kepadaku dengan ajaib pada waktu kesesakan! Aku menyangka dalam kebingunganku: "Aku telah terbuang dari hadapan mata-Mu." Tetapi sesungguhnya Engkau mendengarkan suara permohonanku, ketika aku berteriak kepada-Mu minta tolong. Kasihilah TUHAN, hai semua orang yang dikasihi-Nya! TUHAN menjaga orang-orang yang setiawan, tetapi orang-orang yang berbuat congkak diganjar-Nya dengan tidak tanggung-tanggung." (Mzm 31:22-24)

  

Jakarta, 31 Januari 2011