Fans Page Facebook http://imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Jumat, 09 Maret 2012

Minggu Prapaska III

Minggu Prapaska III : Kel 20:1-17; 1Kor 1:22-25; Yoh 2:13-25

"Ambil semuanya ini dari sini, jangan kamu membuat rumah Bapa-Ku menjadi tempat berjualan."

Sikap mental materilistis begitu menjiwai cara hidup dan cara bertindak mayoritas orang masa kini, termasuk orang-orang Indonesia. Yang cukup atau sangat memprihatinkan adalah bidang pendidikan dan keagamaan, dimana seharusnya mereka yang berkarya di dalam dua bidang pelayanan ini sungguh memperhatikan jiwa manusia, namun ternyata lebih memperhatikan aneka harta benda atau uang. Bahkan jika dicermati dengan teliti korupsi yang terjadi di Indonesia ini mayoritas terjadi di dua bidang pelayanan tersebut: pendidikan dan agama. Dalam bidang pendidikan misalnya masalah BOS (Bantuan Operasional Sekolah): kiranya kurang lebih kebocoran anggaran dalam BOS alias yang dikorupsi kurang lebih 30% jumlahnya, yang dilakukan oleh pegawai atau pejabat dijajaran pelayanan pendidikan dari tingkat menteri sampai kepala sekolah atau bahkan para guru. Dalam bidang pelayanan pendidikan juga terjadi korupsi dalam bentuk 'mark-up' anggaran, yang dilakukan di sekolah-sekolah maupun kantor-kantor pelayanan pendidikan. Di bidang pelayanan agama, misalnya dalam pengurusan naik haji, yang setiap tahun melibatkan ribuan orang: saya memperoleh info bahwa korupsi dilakukan sejak pendaftaran naik haji sampai dengan pelaksanaan. Padahal jika dicermati cukup banyak umat Islam yang naik haji dengan tekun menabung sedikit demi sedikit dari beaya yang harus dikumpulkan atau mungkin harus menjual tanah warisan leluhur. Warta Gembira hari ini mengingatkan dan mengajak kita untuk memberantas aneka bentuk komersialisasi atau korupsi di pelayanan keagamaan.

"Ambil semuanya ini dari sini, jangan kamu membuat rumah Bapa-Ku menjadi tempat berjualan." (Yoh 2:16).

Tempat ibadat seperti gereja, masjid, kuil dst.. adalah tempat suci, dimana orang datang untuk berdoa atau beribadat kepada Tuhan dengan harapan agar dirinya semakin suci, semakin membaktikan diri seutuhnya kepada Tuhan. Dalam kisah Warta Gembira hari ini dikisahkan tentang adanya orang-orang yang menjadikan tempat ibadat sebagai pasar alias tempat untuk mencari keuntungan pribadi. Hal ini berarti terjadi pelecehan tempat ibadat, merendahkan jati diri tempat ibadat, maka dengan keras Yesus memarahi mereka yang melecehkan tempat ibadat tersebut, menjadikan tempat ibadat sebagai pasar, tempat berjualan, tempat untuk mengeruk dan mengumpulkan keuntungan pribadi sebesar-besarnya.

Tema APP tahun ini adalah "Katolik Sejati harus Berbagi dan Peduli", suatu ajakan bagi kita semua untuk mawas diri perihal keimanan kita sebagai orang Katolik. Katolik sering diartikan sebagai 'umum", maka menjadi Katolik sejati antara lain harus memperhatikan kepentingan umum, terutama memperhatikan mereka yang miskin dan berkekurangan di dalam lingkungan hidup maupun lingkungan kerja kita masing-masing. Kita diharapkan memiliki dan menghayati kepekaan social, dan tidak egois. Marilah kita ingat atau kenangkan bahwa ketika berada di tempat ibadat dan sedang beribadat bersama pada umumnya kebersamaan kita sungguh menarik, mempesona dan memikat, karena semuanya kelihatan ceria serta tidak kelihatan materialistis, tidak ada pameran kekayaan dst..

Apa yang terjadi di tempat ibadat atau tempat suci hendaknya juga terjadi di dalam cara hidup dan cara bertindak dimana pun dan kapan pun, atau dengan kata lain ada kesatuan antara doa dan karya, spiritual dan phisik. "Dalam tempat suci hanya dapat diizinkan hal-hal yang berguna bagi pelaksanaan atau peningkatan ibadat, kesalehan dan keagamaan, serta dilarang segala sesuatu yang tidak cocok dengan kesucian tempat itu. Namun Ordinaris sesekali dapat memberi izin untuk penggunaan lain, asalkan tidak bertentangan dengan kesucian tempat itu" (KHK kan 1210). Senada tempat suci adalah aneka fungsi atau jabatan gerejani/keagamaan, misalnya seksi-seksi atau komisi-komisi dalam keagamaan. Maklum ada beberapa oknum yang berfungsi sebagai seksi social di paroki mengkomersielkan diri melalui pelayanan kematian atau pemakaman, ada juga seksi social paroki yang mencari keuntungan pribadi dalam aneka pelayanan social dengan mengambil sebagian sumbangan dari umat yang diterima, dengan kata lain mereka memanfaatkan orang miskin maupun orang sedang susah untuk mencari keuntungan pribadi. Kami berharap kepada para pastor paroki untuk mencermati apa yang terjadi dalam seksi-seksi paroki, dan ketika terjadi komersialisasi fungsi hendaknya segera dibereskan.

"Orang-orang Yahudi menghendaki tanda dan orang-orang Yunani mencari hikmat, tetapi kami memberitakan Kristus yang disalibkan: untuk orang-orang Yahudi suatu batu sandungan dan untuk orang-orang bukan Yahudi suatu kebodohan, tetapi untuk mereka yang dipanggil, baik orang Yahudi, maupun orang bukan Yahudi, Kristus adalah kekuatan Allah dan hikmat Allah. Sebab yang bodoh dari Allah lebih besar hikmatnya dari pada manusia dan yang lemah dari Allah lebih kuat dari pada manusia" (1Kor 1:22-25).

Orang-orang Yahudi begitu mengandalkan diri pada rumus-rumus hukum atau peraturan, sebagaimana tertulis dalam Kitab Suci, sedangkan orang-orang Yunani begitu mengandalkan otak atau kecerdasan berpikir, sehingga mereka tak mampu memahami bahwa Penyelamat Dunia, Yesus, Mesias harus mati disalibkan dalam rangka memenuhi tugas pengutusanNya. Maka Paulus berkata bahwa 'pemberitaan Kristus yang disalibkan: untuk orang-orang Yahudi suatu batu sandungan dan untuk orang-orang bukan Yahudi suatu kebodohan, tetapi bagi mereka yang dipanggil merupakan kekuatan dan hikmat Allah'. Sebagai orang beriman, khususnya yang beriman kepada Yesus Kristus kami ajak dan ingatkan agar mengimani pemberitaan Kristus yang disalibkan.

Mengimani Dia yang wafat di kayu salib berarti siap sedia dengan jiwa besar dan hati rela berkorban dalam cara hidup dan cara bertindak demi keselamatan jiwa manusia. Dengan kata lain siap sedia untuk menderita demi sesuatu yang baik, luhur, mulia dan suci. "Jer basuki mowo beyo" = Untuk hidup mulia dan damai sejahtera orang harus rela berjuang atau berkorban, demikian kata dan makna sebuah peribahasa Jawa. Ajaran dan hukum yang utama dan pertama-tama adalah cintakasih, panggilan untuk saling mengasihi satu sama lain dalam hidup sehari-hari. Cintakasih sejati pasti disertai dengan pengorbanan dan perjuangan, sebagaimana disabdakan oleh Yesus:"Seorang perempuan berdukacita pada saat ia melahirkan, tetapi sesudah ia melahirkan anaknya, ia tidak ingat lagi akan penderitaannya, karena kegembiraan bahwa seorang manusia telah dilahirkan ke dunia.Demikian juga kamu sekarang diliputi dukacita, tetapi Aku akan melihat kamu lagi dan hatimu akan bergembira dan tidak ada seorang pun yang dapat merampas kegembiraanmu itu dari padamu" (Yoh 16:21-22). Bukankah kelahiran seorang anak merupakan buah saling mengasihi?

"Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu.Jangan membunuh. Jangan berzinah. Jangan mencuri. Jangan mengucapkan saksi dusta tentang sesamamu.Jangan mengingini rumah sesamamu; jangan mengingini isterinya, atau hambanya laki-laki, atau hambanya perempuan, atau lembunya atau keledainya, atau apa pun yang dipunyai sesamamu." (Kel 20:12-17). Kutipan dari Kitab Keluaran ini hemat saya merupakan perintah moral yang sangat jelas dan kiranya dapat dilaksanakan dalam "kekuatan Allah dan hikmat Allah", artinya dalam kesatuan dan kebersamaan dengan Tuhan. Maka marilah kita mawas diri: apakah sebagai orang beriman kita sungguh mengandalkan diri pada kekuatan dan hikmat Allah, hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak dan perintah Allah. Kehendak dan perintah Allah antara lain dapat kita temukan dalam spiritualitas atau visi-misi hidup dan kerja bersama, sebagaimana tertulis di dalam Anggaran Dasar, Konstitusi atau Pedoman Hidup. "Apakah karena dorongan Roh Kudus kita hidup dan bertindak?"

"Taurat TUHAN itu sempurna, menyegarkan jiwa; peraturan TUHAN itu teguh, memberikan hikmat kepada orang yang tak berpengalaman.Titah TUHAN itu tepat, menyukakan hati; perintah TUHAN itu murni, membuat mata bercahaya. Takut akan TUHAN itu suci, tetap ada untuk selamanya; hukum-hukum TUHAN itu benar, adil semuanya, lebih indah dari pada emas, bahkan dari pada banyak emas tua; dan lebih manis dari pada madu, bahkan dari pada madu tetesan dari sarang lebah"

(Mzm 19:8-11)

Ign 11 Maret 2012

 


10 Maret


"Ia menerima orang-orang berdosa dan makan bersama-sama dengan mereka."

(Mi 7:14-15.18-20; Luk 15:1-3.11-32)

" Para pemungut cukai dan orang-orang berdosa biasanya datang kepada Yesus untuk mendengarkan Dia. Maka bersungut-sungutlah orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat, katanya: "Ia menerima orang-orang berdosa dan makan bersama-sama dengan mereka." Lalu Ia mengatakan perumpamaan ini kepada mereka" (Luk 15:1-3), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat memang dikenal sebagai orang-orang yang sombong, yang senantiasa merasa dirinya yang terbaik dan meremehkan atau melecehkan orang-orang berdosa. Padahal jika dicermati secara mendalam banyak orang melakukan dosa atau berbuat jahat karena kesombongan mereka, sebagaimana juga terjadi di negeri kita ini. Hemat saya banyak orang berbuat jahat atau melakukan apa yang tidak baik disebabkan oleh cara hidup dan cara bertindak para pejabat atau petinggi atau mereka yang berpengaruh dalam kehidupan bersama, yang sombong, yang melecehkan mereka yang miskin, bodoh, kurang terdidik dst.. Perumpamaan perihal anak hilang hari ini hemat saya lebih terarah atau ditujukan kepada orang-orang sombong seperti orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat yang bersungut-sungut ketika menyaksikan Yesus menerima orang-orang berdosa dan makan  bersama-sama dengan mereka. Maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan siapapun yang sombong untuk bertobat serta menjadi rendah hati, kemudian meneladan Yesus yang dengan penuh belas kasih menerima dan makan bersama-sama dengan orang berdosa. Saya percaya bahwa kita semua sebenarnya juga berdosa, namun sering tak menyadarinya atau memang sengaja menyembunyikannya. Ketika ada orang mengampuni mereka yang berdosa atau bersalah, hendaknya juga tidak bersungut-sungut, melainkan bersyukur dan berterima kasih. Sekali lagi rasanya kita ini lebih seperti anak sulung yang merasa diri baik-baik terus-menerus, padahal tindakan baik yang kita lakukan hanya bertujuan agar dipuji orang. Sekiranya anda merasa diri bagaikan anak bungsu, yang hilang, hendaknya dengan rendah hati serta penuh harapan mengakui dosa-dosanya serta mohon kasih pengampunan Allah. Fungsikan aneka kesempatan mengaku dosa yang ada di gereja-gereja atau kapel-kapel untuk mengaku dosa sccara pribadi.

·   "Siapakah Allah seperti Engkau yang mengampuni dosa, dan yang memaafkan pelanggaran dari sisa-sisa milik-Nya sendiri; yang tidak bertahan dalam murka-Nya untuk seterusnya, melainkan berkenan kepada kasih setia? Biarlah Ia kembali menyayangi kita, menghapuskan kesalahan-kesalahan kita dan melemparkan segala dosa kita ke dalam tubir-tubir laut. Kiranya Engkau menunjukkan setia-Mu kepada Yakub dan kasih-Mu kepada Abraham seperti yang telah Kaujanjikan dengan bersumpah kepada nenek moyang kami sejak zaman purbakala" (Mi 7:18-20). Kutipan ini kiranya dapat menjadi kekuatan dan dorongan bagi kita semua untuk tidak takut dan tidak malu mengakui dosa dan kesalahan kita kepada Allah maupun saudara-saudari yang telah kena dampak perilaku dosa dan perubuatan salah kita. Allah adalah Maha Setia dan Maha Pengampun, kesetiaan dan kasih pengampunanNya telah menjadi nyata melalui sekian banyak orang yang telah memperhatikan kita serta tidak pernah memperhitungkan kesalahan dan dosa-dosa kita. Tentu saja pertama-tama dan terutama mereka itu  adalah  ibu kita masing-masing. Bukankah ketika kita masih bayi atau kecil pasti senantiasa menyusahkan dan membuat ibu menderita, dan ibu tidak pernah mengingat dan memperhitungkan kesalahan dan dosa-dosa kita, sebagaimana sering dikidungkan dalam sebuah nyanyian "Kasih ibu kepada beta, tak terhingga sepanjang masa, hanya memberi tak harap kembali, bagai sang surya menyinari dunia"?. Kakak-kakak kandung kita atau bapak kita juga demikian adanya, dengan setia dan kasih pengampunan memperlakukan kita. Jika kita berani dan mampu menghayati kesetiaan dan kasih pengampunan ibu dengan mendalam, kiranya kita memiliki kekuatan dan keberanian untuk mengakui kesalahan dan dosa-dosa kita terhadap saudara-saudari kita yang lain serta mohon kasih pengampunan mereka. Marilah kita saling setia dalam mengasihi dan mengampuni satu sama lain, tanpa pandang bulu.

"Pujilah TUHAN, hai jiwaku! Pujilah nama-Nya yang kudus, hai segenap batinku! Pujilah TUHAN, hai jiwaku, dan janganlah lupakan segala kebaikan-Nya! Dia yang mengampuni segala kesalahanmu, yang menyembuhkan segala penyakitmu, Dia yang menebus hidupmu dari lobang kubur, yang memahkotai engkau dengan kasih setia dan rahmat" (Mzm 103:1-4)

Ign 10 Maret 2012


Kamis, 08 Maret 2012

9 Maret


"Kerajaan Allah akan diambil dari padamu dan akan diberikan kepada suatu bangsa yang akan menghasilkan buah Kerajaan itu."

(Kej 37:3-4.12-13a.17b-28; Mat 21:33-43.45-46)

 "Dengarkanlah suatu perumpamaan yang lain. Adalah seorang tuan tanah membuka kebun anggur dan menanam pagar sekelilingnya. Ia menggali lobang tempat memeras anggur dan mendirikan menara jaga di dalam kebun itu. Kemudian ia menyewakan kebun itu kepada penggarap-penggarap lalu berangkat ke negeri lain. Ketika hampir tiba musim petik, ia menyuruh hamba-hambanya kepada penggarap-penggarap itu untuk menerima hasil yang menjadi bagiannya. Tetapi penggarap-penggarap itu menangkap hamba-hambanya itu: mereka memukul yang seorang, membunuh yang lain dan melempari yang lain pula dengan batu. Kemudian tuan itu menyuruh pula hamba-hamba yang lain, lebih banyak dari pada yang semula, tetapi mereka pun diperlakukan sama seperti kawan-kawan mereka. Akhirnya ia menyuruh anaknya kepada mereka, katanya: Anakku akan mereka segani. Tetapi ketika penggarap-penggarap itu melihat anaknya itu, mereka berkata seorang kepada yang lain: Ia adalah ahli waris, mari kita bunuh dia, supaya warisannya menjadi milik kita. Mereka menangkapnya dan melemparkannya ke luar kebun anggur itu, lalu membunuhnya. Maka apabila tuan kebun anggur itu datang, apakah yang akan dilakukannya dengan penggarap-penggarap itu?" Kata mereka kepada-Nya: "Ia akan membinasakan orang-orang jahat itu dan kebun anggurnya akan disewakannya kepada penggarap-penggarap lain, yang akan menyerahkan hasilnya kepadanya pada waktunya." Kata Yesus kepada mereka: "Belum pernahkah kamu baca dalam Kitab Suci: Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru: hal itu terjadi dari pihak Tuhan, suatu perbuatan ajaib di mata kita. Sebab itu, Aku berkata kepadamu, bahwa Kerajaan Allah akan diambil dari padamu dan akan diberikan kepada suatu bangsa yang akan menghasilkan buah Kerajaan itu. Ketika imam-imam kepala dan orang-orang Farisi mendengar perumpamaan-perumpamaan Yesus, mereka mengerti, bahwa merekalah yang dimaksudkan-Nya. Dan mereka berusaha untuk menangkap Dia, tetapi mereka takut kepada orang banyak, karena orang banyak itu menganggap Dia nabi." (Mat 21:33-43.45-46), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   "Diwenehi ati ngrogoh rempelo", demikian kata  sebuah peribahasa Jawa yang menggambarkan orang serakah. Perumpamaan sebagaimana dikisahkan dalam Warta Gembira hari ini juga menggambarkan para imam dan orang-orang Farisi yang serakah, maka ketika mereka tahu disindir oleh Yesus kemudian berusaha 'menangkap Dia'. Keserakahan kiranya juga terjadi di Indonesia masa kini, yang nampak dalam aneka bentuk korupsi yang dilakukan oleh para pejabat atau petinggi negeri, sebagaimana hampir setiap hari menjadi bahan pembicaraan atau percakapan melalui aneka jenis atau macam media massa. Mereka melakukan korupsi atau tindakan serakah tidak tahu malu lagi, meskipun sudah diketahui oleh banyak orang. Memang mereka lebih suka dirajai oleh harta benda/uang, jabatan atau kehormatan duniawi daripada dirajai oleh Allah, dengan kata lain yang menjadi 'tuan' mereka adalah harta benda/uang, jabatan dan kehormatan duniawi, bukan Allah. Sebagai orang beriman atau beragama kita diingatkan bahwa kita adalah anggota Kerajaan Allah, artinya kita dikuasai oleh Allah, dan karena Allah maha segalanya maka mau tak mau kita harus senantiasa melaksanakan kehendak dan perintah Allah di dalam cara hidup dan cara bertindak setiap hari dimana pun dan kapanpun. Saya pribadi sampai kini merasa lebih banyak belajar perihal Allah yang meraja atau Kerajaan Allah dari dan melalui orang-orang miskin dan sederhana; belajar perihal keutamaan-keutamaan atau nilai-nilai kehidupan, yang menyelamatkan dan membahagiakan jiwa. Mereka lebih dirajai oleh Allah daripada orang-orang kaya atau para pejabat tinggi.

·    "Apakah untungnya kalau kita membunuh adik kita itu dan menyembunyikan darahnya? Marilah kita jual dia kepada orang Ismael ini, tetapi janganlah kita apa-apakan dia, karena ia saudara kita, darah daging kita."(Kej 37:26-27), demikian kata Yehuda kepada saudara-saudaranya dalam rangka menyelamatkan saudara mereka, yang bernama Yusuf. Dengan cerdas Yehuda menanggapi keserakahan dan kebencian saudara-saudaranya. Masa kini kiranya kita juga membutuhkan orang-orang cerdas dalam rangka menanggapi kebejatan moral para tokoh dan pemuka negeri kita ini. Maka dengan ini kami mengetok hati anda sekalian, orang-orang jujur dan baik, marilah kita hadapi para koruptor negeri kita ini dengan cerdas. Orang-orang jujur dan baik hendaknya dijaga dan dilindungi, atau kepada anda yang jujur dan baik kami harapkan untuk tetap setia dalam kejujuran dan kebaikan. Percayalah bahwa kejujuran dan kebaikan pada waktunya nanti pasti akan mengalahkan dan menumpas aneka bentuk kejahatan, kebohongan dan tindakan korupsi. Kita siapkan anak-anak atau generasi muda kita agar tetap hidup jujur dan baik, agar masa depan mereka mampu menyelamatkan negeri ini dari kehancuran. Kita tahu sejarah Yusuf, yang dibenci saudara-saudaranya, akhirnya menjadi penyelamat mereka. Sabar dan tekunlah dalam kejujuran dan kebaikan.

" Ketika Ia mendatangkan kelaparan ke atas negeri itu, dan menghancurkan seluruh persediaan makanan, diutus-Nyalah seorang mendahului mereka: Yusuf, yang dijual menjadi budak. Mereka mengimpit kakinya dengan belenggu, lehernya masuk ke dalam besi, sampai saat firman-Nya sudah genap, dan janji TUHAN membenarkannya" (Mzm 105:16-19)

Ign 9 Maret 2012


Rabu, 07 Maret 2012

8 Maret


"Sekarang ia mendapat hiburan dan engkau sangat menderita"

(Yer 17:5-10; Luk 16:19-31)

 "Ada seorang kaya yang selalu berpakaian jubah ungu dan kain halus, dan setiap hari ia bersukaria dalam kemewahan. Dan ada seorang pengemis bernama Lazarus, badannya penuh dengan borok, berbaring dekat pintu rumah orang kaya itu, dan ingin menghilangkan laparnya dengan apa yang jatuh dari meja orang kaya itu. Malahan anjing-anjing datang dan menjilat boroknya. Kemudian matilah orang miskin itu, lalu dibawa oleh malaikat-malaikat ke pangkuan Abraham. Orang kaya itu juga mati, lalu dikubur. Dan sementara ia menderita sengsara di alam maut ia memandang ke atas, dan dari jauh dilihatnya Abraham, dan Lazarus duduk di pangkuannya. Lalu ia berseru, katanya: Bapa Abraham, kasihanilah aku. Suruhlah Lazarus, supaya ia mencelupkan ujung jarinya ke dalam air dan menyejukkan lidahku, sebab aku sangat kesakitan dalam nyala api ini. Tetapi Abraham berkata: Anak, ingatlah, bahwa engkau telah menerima segala yang baik sewaktu hidupmu, sedangkan Lazarus segala yang buruk. Sekarang ia mendapat hiburan dan engkau sangat menderita. Selain dari pada itu di antara kami dan engkau terbentang jurang yang tak terseberangi, supaya mereka yang mau pergi dari sini kepadamu ataupun mereka yang mau datang dari situ kepada kami tidak dapat menyeberang. Kata orang itu: Kalau demikian, aku minta kepadamu, bapa, supaya engkau menyuruh dia ke rumah ayahku, sebab masih ada lima orang saudaraku, supaya ia memperingati mereka dengan sungguh-sungguh, agar mereka jangan masuk kelak ke dalam tempat penderitaan ini. Tetapi kata Abraham: Ada pada mereka kesaksian Musa dan para nabi; baiklah mereka mendengarkan kesaksian itu. Jawab orang itu: Tidak, Bapa Abraham, tetapi jika ada seorang yang datang dari antara orang mati kepada mereka, mereka akan bertobat. Kata Abraham kepadanya: Jika mereka tidak mendengarkan kesaksian Musa dan para nabi, mereka tidak juga akan mau diyakinkan, sekalipun oleh seorang at

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   "Berakit-rakit ke hulu, berrenang-renang ke tepian, bersakit-sakit dahulu dan bersenang-senang kemudian", demikian kata sebuah peribahasa. Isi peribahasa ini hemat saya telah dihayati dalam dunia kerja, yaitu bekerja keras lebih dahulu baru kemudian menerima imbal jasa atau gajian. Ada rumor juga bahwa apa yang telah kita nikmati di dunia ini di akhirat nanti tidak boleh menikmati lagi, sedangkan apa yang belum kita nikmati selama di dunia ini maka di akhirat nanti dengan leluasa dan seenaknya kita boleh menikmati. Misalnya orang yang selama di dunia jarang dan tak pernah berdoa, maka di akhirat nanti harus berdoa terus menerus, orang yang selama di dunia ini hidup seenaknya dan berpesta- pora, maka di akhirat nanti harus bekerja keras dan bermatiraga. Maka marilah selama masa Prapaska ini kita mawas diri sejauh mana kita bermatiraga alias berusaha mengendalikan gerak langkah raga atau anggota tubuh sedemikian rupa sehingga gerak langkahnya sesuai dengan kehendak Tuhan. Secara konkret kami berharap kepada para pelajar atau mahasiswa agar belajar sungguh-sungguh setiap hari, demikian juga para pekerja yang bekerja dalam bidang apapun, kami harapkan sungguh bekerja keras. "Bekerja keras adalah sikap dan perilaku yang suka berbuat hal-hal yang positif dan tidak suka berpangku tangan serta selalu gigih dan sungguh-sungguh dalam melakukan sesuatu" (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka-Jakarta 1997, hal 10). Mereka yang bermalas-malas kami harapkan segera bertobat.

·   "Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN! Ia akan seperti pohon yang ditanam di tepi air, yang merambatkan akar-akarnya ke tepi batang air, dan yang tidak mengalami datangnya panas terik, yang daunnya tetap hijau, yang tidak kuatir dalam tahun kering, dan yang tidak berhenti menghasilkan buah." (Yer 17:7-8), demikian peringatan nabi Yeremia kepada kita semua umat beriman. Kita semua kiranya mendambakan senantiasa di dalam berkat dan rahmat Tuhan, sehingga cara hidup dan cara bertindak kita senantiasa kerbuahkan apa-apa yang baik, menyelamatkan dan membahagiakan, terutama keselamatan dan kebahagiaan jiwa, entah jiwa kita sendiri maupun jiwa orang-orang yang kena dampak  cara hidup dan cara bertindak kita. Maka hendaknya kita sungguh menaruh harapan kepada Tuhan, bukan kepada manusia atau ciptaan-ciptaan lainnya di bumi ini, seperti tanaman atau binatang maupun aneka macam jenis harta benda, jabatan dan kehormatan duniawi. Menaruh harapan kepada Tuhan berarti cita-cita, dambaan, kerinduan atau impian kita senantiasa sesuai dengan kehendak Tuhan. Secara konkret sebagai orang yang telah dibaptis berarti senantiasa hidup dan bertindak menolak semua godaan setan dan hanya mengabdi Tuhan saja, sebagai suami-isteri senantiasa saling mengasihi baik dalam untung maupun malang, sehat maupun sakit, sebagai biarawan-biarawati atau anggota lembaga hidup bakti senantiasa membaktikan diri sepenuhnya kepada Tuhan melalui sesamanya maupun tugas pekerjaan, dst… Semoga cara hidup dan cara bertindak kita senantiasa menghasilkan buah-buah kebaikan dimanapun dan kapanpun.

"Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh, tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam. Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil" (Mzm 1:1-3)

Ign 8 Maret 2012


Selasa, 06 Maret 2012

7 Maret


"Anak Manusia datang bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani "

(Yer 18:18-20; Mat 20:17-28)

"Ketika Yesus akan pergi ke Yerusalem, Ia memanggil kedua belas murid-Nya tersendiri dan berkata kepada mereka di tengah jalan: "Sekarang kita pergi ke Yerusalem dan Anak Manusia akan diserahkan kepada imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, dan mereka akan menjatuhi Dia hukuman mati. Dan mereka akan menyerahkan Dia kepada bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, supaya Ia diolok-olokkan, disesah dan disalibkan, dan pada hari ketiga Ia akan dibangkitkan." Maka datanglah ibu anak-anak Zebedeus serta anak-anaknya itu kepada Yesus, lalu sujud di hadapan-Nya untuk meminta sesuatu kepada-Nya. Kata Yesus: "Apa yang kaukehendaki?" Jawabnya: "Berilah perintah, supaya kedua anakku ini boleh duduk kelak di dalam Kerajaan-Mu, yang seorang di sebelah kanan-Mu dan yang seorang lagi di sebelah kiri-Mu." Tetapi Yesus menjawab, kata-Nya: "Kamu tidak tahu, apa yang kamu minta. Dapatkah kamu meminum cawan, yang harus Kuminum?" Kata mereka kepada-Nya: "Kami dapat." Yesus berkata kepada mereka: "Cawan-Ku memang akan kamu minum, tetapi hal duduk di sebelah kanan-Ku atau di sebelah kiri-Ku, Aku tidak berhak memberikannya. Itu akan diberikan kepada orang-orang bagi siapa Bapa-Ku telah menyediakannya." Mendengar itu marahlah kesepuluh murid yang lain kepada kedua saudara itu. Tetapi Yesus memanggil mereka lalu berkata: "Kamu tahu, bahwa pemerintah-pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi dan pembesar-pembesar menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu; sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang."(Mat 20:17-28), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Memperhatikan dan mencermati aneka kekerasan dan kebrutalan yang hampir setiap hari terjadi di kota-kota di Indonesia masa kini menunjukkan  bahwa mereka yang terlibat di dalam kekerasan atau kebrutalan menerima pendidikan yang keras di dalam keluarga atau sekolahnya, atau mereka terbiasa melihat kekerasan di lingkungan hidup mereka. Kekerasan yang terjadi belum tentuk secara phisik, mungkin secara social, emosional, psikis atau spiritual, namun demikian berarti tetap akan menjiwai orang yang bersangkutan untuk bertindak keras dan brutal jika ada kesempatan. Pemerintah-pemerintah melalui aparat-aparatnya juga sering melaksanakan  pemerintahannya dengan kekerasan. Sabda hari ini mengajak dan mengingatkan kita semua untuk memerintah dengan semangat melayani. Kepada mereka yang berada di jajaran pemerintahan, entah menjadi pejabat atau pegawai, kami ingatkan akan sumpah anda, yaitu ketika diangkat menjadi pejabat atau pegawai anda berjanji untuk melayani atau mengabdi rakyat. Hendaknya tidak hanya manis di mulut ketika sedang bersumpah, tetapi juga manis dalam cara hidup dan cara bertindak atau memfungsikan jabatannya. Layanilah dengan segenap hati, jiwa, akal budi dan tenaga anda, mereka yang harus anda layani. Melayani atau mengabdi orang lain berarti berusaha dengan sungguh-sungguh membahagiakan orang yang dilayani, demi keselamatan dan kesejahteraan hidup mereka. Semoga anda para pejabat atau pegawai pemerintahan tidak gila harta benda/uang, jabatan/kedudukan atau kehormatan duniawi.

·   "Perhatikanlah aku, ya TUHAN, dan dengarkanlah suara pengaduanku! Akan dibalaskah kebaikan dengan kejahatan? Namun mereka telah menggali pelubang untuk aku! Ingatlah bahwa aku telah berdiri di hadapan-Mu, dan telah berbicara membela mereka, supaya amarah-Mu disurutkan dari mereka" (Yer 18:19-20), demikian doa Yeremia yang menerima ancaman untuk dibunuh oleh mereka yang memusuhinya. Orang baik, benar, jujur dan rendah hati di negeri ini juga sering menerima ancaman atau terror dari para penguasa yang gila harta benda/uang, jabatan maupun kehormatan duniawi, entah secara langsung atau melalui suruhan/perantara. Kepada mereka yang sering menerima ancaman atau terror yang demikian itu kami harapkan tetap tenang dan tegar seraya persembahkan semuanya kepada Tuhan. Jangan hadapi dan sikapi ancaman atau terror dengan takut dan balas dendam, karena dengan demikian kekerasan dan kebrutalan akan muncul. Tetap berdirilah teguh dalam Tuhan, yang berarti tetap baik, benar, jujur dan rendah hati, karena dengan demikian ancaman atau terror akan mundur dan berhenti dengan sendirinya. Ancaman dan terror berasal dari setan, dengan kekuatan setan, dan kita percaya Tuhan pasti mengalahkan setan, maka bersama dan bersatu dengan Tuhan kita dapat mengatasi ancaman dan terror. Marilah kita ingat dan kenangkan dan belajar darinya, yaitu para ibu dan anak-anak berbaris teratur seraya berdoa rosario dengan tenang dan tegar menghadapi tentara-tentara dengan tank perang serta pesenyataan mutakhir lainnya, dimana akhirnya kekerasan yang dikirim oleh Presiden Marcos, yang gila akan harta benda/uang, jabatan dan kehormatan duniawi, mundur teratur. Doa telah mengalahkan kekerasan phisik, itulah yang terjadi.

"Sebab aku mendengar banyak orang berbisik-bisik, -- ada kegentaran dari segala pihak! -- mereka bersama-sama bermufakat mencelakakan aku, mereka bermaksud mencabut nyawaku.Tetapi aku, kepada-Mu aku percaya, ya TUHAN, aku berkata: "Engkaulah Allahku!"Masa hidupku ada dalam tangan-Mu, lepaskanlah aku dari tangan musuh-musuhku dan orang-orang yang mengejar aku!" (Mzm 31:14-16) Ign 7 Maret 2012


Minggu, 04 Maret 2012

6 Maret


"Barangsiapa terbesar di antara kamu  hendaklah ia menjadi pelayanmu"

(Yes 1:10.16-20; Mat 23:1-12)

"Maka berkatalah Yesus kepada orang banyak dan kepada murid-murid-Nya, kata-Nya: "Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi telah menduduki kursi Musa. Sebab itu turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya. Mereka mengikat beban-beban berat, lalu meletakkannya di atas bahu orang, tetapi mereka sendiri tidak mau menyentuhnya. Semua pekerjaan yang mereka lakukan hanya dimaksud supaya dilihat orang; mereka memakai tali sembahyang yang lebar dan jumbai yang panjang; mereka suka duduk di tempat terhormat dalam perjamuan dan di tempat terdepan di rumah ibadat; mereka suka menerima penghormatan di pasar dan suka dipanggil Rabi. Tetapi kamu, janganlah kamu disebut Rabi; karena hanya satu Rabimu dan kamu semua adalah saudara. Dan janganlah kamu menyebut siapa pun bapa di bumi ini, karena hanya satu Bapamu, yaitu Dia yang di sorga. Janganlah pula kamu disebut pemimpin, karena hanya satu Pemimpinmu, yaitu Mesias. Barangsiapa terbesar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu. Dan barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan." (Mat 23:1-12), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Para pemimpin pada umumnya sering suka memberi perintah, petunjuk, arahan atau peraturan dan kebijakan, tetapi mereka sendiri tidak melaksanakan atau menghayati apa yang telah mereka katakan. Dengan kata lain mereka sungguh munafik, seperti orang-orang Farisi: melakukan perbuatan baik agar dilihat dan dipuji orang, sedangkan ketika tak dilihat orang bertindak atau berperilaku seenaknya sendiri. Sering mereka juga memberi pengarahan atau petunjuk kepada bawahannya untuk hidup dan bertindak saling melayani, namun mereka sendiri tidak melayani melainkan minta dilayani. Sabda hari ini mengajak dan mengingatkan kita semua bahwa siapapun merasa diri sebagai yang terbesar atau terkemuka, hendaknya menjadi pelayan bagi yang lain. Melayuni berarti dengan rendah hati senantiasa berusaha untuk membahagiakan mereka yang harus dilayani. Pertama-tama kami berharap kepada para orangtua atau bapak-ibu untuk senantiasa berusaha membahagiakan anak-anaknya. Hal ini tidak berarti memanjakannya, melainkan membina dan mendidik anak-anak sedini mungkin dalam hal saling melayani, maka pertama-tama mereka harus mengalami dilayani. Kebahagiaan sejati orangtua hemat terletak pada kenyataan bahwa anak-anak tumbuh berkembang sebagai pribadi yang cerdas beriman, hidup dan bertindak dalam dan dengan semangat melayani. Para orangtua hendaknya dapat menjadi teladan hidup saling melayani bagi anak-anaknya, demikian juga para pemimpin atau atasan hendaknya menjadi teladan bagi anak buah atau bawahannya dalam hidup saling melayani. Marilah kita hidup dan bertindak saling melayani, saling membahagiakan, saling menyelamatkan.

·   "Basuhlah, bersihkanlah dirimu, jauhkanlah perbuatan-perbuatanmu yang jahat dari depan mata-Ku. Berhentilah berbuat jahat, belajarlah berbuat baik; usahakanlah keadilan, kendalikanlah orang kejam; belalah hak anak-anak yatim, perjuangkanlah perkara janda-janda!" (Yes 1:16-17). Seruan Tuhan melalui nabi Yesaya ini selayaknya kita renungkan dan hayati. Kita semua diajak untuk membersihkan diri, entah secara spiritual maupun phisik dan tentu saja terutama atau lebih-lebih secara spiritual, karena jika orang memiliki hati dan jiwa yang bersih maka yang bersangkutan pasti akan hidup dan bertindak baik kepada siapapun dan dimana pun. Orang yang bersih hati dan jiwanya senantiasa akan hidup dengan jujur dan tidak pernah menipu atau berbohong. Jika kita semua belum bersih hati dan jiwa kita, maka marilah kita tanggapi seruan Yesaya "Berhentilah berbuat jahat, belajarlah berbuat baik: usahakan keadilan, kendalikan orang kejam, belalah hak anak-anak yatim, perjuangkanlah perkara janda-janda". Anak-anak yatim maupun para janda sering diperlakukan dengan kejam, mungkin tidak secara phisik melainkan secara psikologis dan social atau spiritual. Lebih-lebih para janda muda dan cantik sering menjadi bahan omongan atau ngrumpi atau ngrasani, entah yang dilakukan oleh kaum lelaki maupun perempuan. Ngrumpi atau ngrasani berarti melecehkan harkat martabat manusia, karena pada umumnya memperbincangkan kekurangan atau kelemahan orang lain dan jarang ntmembicarakaan kelebihan atau kebaikan orang lain. Maka orang yang suka ngrumpi atau ngrasani berarti berdosa, dan kami harapkan untuk bertobat. Ngrasani atau ngrumpi juga berarti sombong, kebalikan dari rendah hati. Rendah hati merupakan cirikhas utama siapapun yang hidup dan bertindak melayani.

"Bukan karena korban sembelihanmu Aku menghukum engkau; bukankah korban bakaranmu tetap ada di hadapan-Ku? Tidak usah Aku mengambil lembu dari rumahmu atau kambing jantan dari kandangmu" (Mzm 50:8-9)

Ign 6 Maret 2012


5 Maret


 "Hendaklah kamu murah hati"

(Dan 9:4b-10; Luk 6:36-38)

"Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati." "Janganlah kamu menghakimi, maka kamu pun tidak akan dihakimi. Dan janganlah kamu menghukum, maka kamu pun tidak akan dihukum; ampunilah dan kamu akan diampuni. Berilah dan kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu." (Luk 6:36-38), demikian kutipan Warta  Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Murah hati secara sederhana dan harafiah kiranya dapat diartikan sebagai 'hatinya dijual murah', maksudnya siapapun diberi perhatian tanpa pandang bulu. Hal ini kiranya sangat sesuai dengan tema APP tahun ini yaitu "Katolik Sejati Harus Berbagi dan Peduli", ajakan bagi kita semua untuk tidak menjadi orang egois, yang hanya mementingkan atau mengedepankan kepentingan pribadi, kelompok atau golongan. Jika kita dengan jujur mawas diri kiranya kita akan menyadari dan menghayati diri sebagai pribadi yang telah menerima kemurahan hati Allah secara berlimpah-limpah melalui sekian banyak orang yang telah memperhatikan kita melalui aneka cara dan bentuk, maka selayaknya kita menyalurkan kemurahan hati Allah tersebut kepada saudara-saudari kita. Tentu saja pertama-tama dan terutama kita hendaknya bermurah hati kepada mereka yang setiap hari hidup dan bekerja dengan kita, entah di dalam keluarga maupun tempat kerja. Jika seluruh anggota keluarga saling bermurah hati, kemudian kami harapkan bersama-sama bermurah hati kepada keluarga-keluarga lain dalam satu ruikun tetangga atau warga, sehingga terjadilah kebersamaan hidup masyarakat yang ditandai dengan saling bermurah hati. Kepada para pemimpin karya atau perusahaan atau kantor kami harapkan mewujudkan kemurahan hati dengan sering mendatangi  dan menyapa dengan rendah hati rekan-rekan kerja, para pembantu maupun bawahannya. Secara khusus kita semua diingatkan dan diajak untuk memperhatikan saudara-saudari kita yang miskin dan berkekurangan, entah secara spiritual maupun phisik, rohani maupun jasmani. Kemurahan hati juga dapat diwujudkan dengan mengampuni siapapun yang telah bersalah kepada kita atau menyakiti kita, sebagaimana sering kita doakan dalam Doa Bapa Kami "ampunilah kami seperti kami pun mengampuni mereka yang bersalah kepada kami". Tak henti-hentinya saya mengingatkan dan mengajak anda sekalian agar anak-anak sedini mungkin dididik dan dibiasakan dalam hal saling bermurah hati.

·   "Ya TUHAN, kami, raja-raja kami, pemimpin-pemimpin kami dan bapa-bapa kami patutlah malu, sebab kami telah berbuat dosa terhadap Engkau. Pada Tuhan, Allah kami, ada kesayangan dan keampunan, walaupun kami telah memberontak terhadap Dia, dan tidak mendengarkan suara TUHAN, Allah kami, yang menyuruh kami hidup menurut hukum yang telah diberikan-Nya kepada kami dengan perantaraan para nabi, hamba-hamba-Nya." (Dan 9:8-10). Para pemimpin dan tokoh di Indonesia ini kiranya telah terbiasa melakukan perbuatan yang tak berkenan di hati Tuhan alias berdosa, melakukan apa yang jahat seperti korupsi dan berbohong tak terasa lagi alias mereka telah kehilangan rasa malu atau "rasa bersalah", yang dalam bahasa Jawa disebut "rai gedeg" (=bermuka gedeg), dimana semua perbubatan dosa atau jahatnya dengan jelas diketahui oleh banyak orang tak tahu malu lagi. Mereka omong dan memberi pengarahan bagus-bagus, tetapi perilaku mereka jahat dan brengsek. Ketika orang berbohong dan berusaha menutupi kebohongannya maka kebohongan yang kemudian lebih besar dan mencolok, semakin berbohong semakin sombong. Sudah menjadi rahasia umum dan pemberitaan di berbagai  mass media bahwa para pejabat pemerintah memperkaya diri pribadi atau golongannya melalui aneka macam jenis proyek. Sebagai contoh: proyek senilai 100 milyard rupiah pada umumnya akan dikorupsu sebesar kurang lebih 30% s/d 40% dari jumlah anggaran tersebut, sehingga dana untuk proyek secara konkret tidak memadai lagi. Maka tidak mengherankan bahwa hasil proyek atau pembangunan gedung sering terbengkali, jalan-jalan tol cepat rusak, maupun jalan-jalan raya demikian adanya juga, dst.. Marilah kita doakan agar para pemimpin atau pejabat tidak memperkaya diri atau hanya mencari kepentingan  diri sendiri maupun kelompoknya, semoga mereka setia pada janji atau sumpahnya yaitu untuk melayani atau mangabdi rakyat, yang berarti senantiasa mengutamakan atau mengedepankan kepentingan, kesejahteraan atau kebahagiaan dan keselamatan rakyat. Semoga mereka yang berada di poros badan publik maupun poros bisnis memihak kepentingan dan kebutuhan mereka yang berada di poros komunitas atau rakyat.

"Janganlah perhitungkan kepada kami kesalahan nenek moyang kami; kiranya rahmat-Mu segera menyongsong kami, sebab sudah sangat lemah kami. Tolonglah kami, ya Allah penyelamat kami, demi kemuliaan nama-Mu! Lepaskanlah kami dan ampunilah dosa kami oleh karena nama-Mu! Biarlah sampai ke hadapan-Mu keluhan orang tahanan; sesuai dengan kebesaran lengan-Mu, biarkanlah hidup orang-orang yang ditentukan untuk mati dibunuh" (Mzm 79:8-9.11)

Ign 5 Maret 2012