Fans Page Facebook http://imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Sabtu, 22 Oktober 2011

Minggu Biasa XXX

"Hukum manakah yang terutama dalam hukum Taurat?

Mg Biasa XXX: Kel 22: 21-27; 1Tes  1:5c-10;  Mat 22:34-40

Di Indonesia telah diberlakukan aneka tata tertib berupa undang-undang, peraturan pemerintah, keputusan pemerintah, peraturan daerah dst., dan kiranya tidak ada seorangpun yang dapat menghafalkannya. Hemat saya semakin banyak tata tertib diberlakukan berarti masyarakatnya kurang beriman atau kurang hidup dalam saling mengasihi satu sama lain; akhirnya tata tertib  yang ada banyak dilanggar dan penyelenggara pemerintahan pun disibukkan oleh aneka urusan yang terkait dengan pelanggaran tata tertib, sehingga kurang memperhatikan usaha atau gerakan untuk mensejahterakan rakyat. Yang cukup memprihatinkan adalah usaha untuk membuat peraturan daerah yang hanya mementingkan kelompok tertentu dalam hal keagamaan. Hemat saya semua agama mengajarkan cintakasih, maka sebenarnya jika segenap anggota masyarakat yang ada di daerah tersebut hidup saling mengasihi sebagaimana diajarkan oleh agamanya, maka orang tidak disibukkan oleh aneka urusan kerukunan umat beragama. Sebenarnya masalah pokok di dalam masyarakat adalah kesejahteraan social-ekonomi rakyat, maka sekiranya rakyat dalam keadaan sejahtera secara social-ekonomi tak perlu adanya aneka peraturan daerah yang sering terkesan tidak adil. Maka baiklah saya mengajak anda sekalian untuk merenungkan dan menghayati hukum utama, sebagaimana diajarkan oleh Yesus di bawah ini.

"Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri" (Mat 22:37-39) 

Cukup banyak dalam mengasihi saudara atau sesamanya hanya terbatas secara phisik saja, itupun tidak secara utuh; mereka mengasihi tanpa hati, jiwa dan akal budi. Para orangtua juga sering merasa sudah cukup dengan memenuhi kebutuhan phisik anak-anaknya, entah itu berupa makanan, minuman, pakaian atau aneka macam jenis barang dan perhiasan. Yesus mengingatkan kita agar dalam mengasihi 'dengan segenap hati dan dengan segenap jiwa dan dengan segenap akal budi', tidak hanya dengan segenap phisik saja, sebagaimana dilakukan oleh para pelacur maupun pelanggannya.

Segenap berarti seutuhnya tidak kurang sedikitpun, jika berkurang berarti tidak genap atau tidak utuh maka juga berarti sakit. Orang yang sakit hati, sakit jiwa atau sakit akal budi jelas tidak mungkin dapat mengasihi sesamanya dengan baik dan benar. Sakit hati berarti akan mudah membenci atau menyendiri alias mudah marah, sakit jiwa berarti gila atau sinthing, sakit akal budi berarti kurang cerdas atau bodoh. Maka marilah kita berusaha untuk tidak sakit hati, sakit jiwa atau sakit akal budi, kita berusaha bersama agar hati, jiwa, akal budi maupun tubuh kita sehat wal'afiat.

Para suami-isteri yang berbahagia kiranya memiliki pengalaman saling mengasihi dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan segenap tubuh, yang antara lain memuncak dalam hubungan seksual, relasi kasih yang memungkinkan berbuah, yaitu anak manusia yang tidak lain adalah 'buah kasih' atau 'yang terkasih'.  Maka kami berharap kepada para suami-isteri untuk dapat menjadi  teladan dalam saling mengasihi dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan segenap tubuh, tentu pertama-tama dan terutama bagi anak-anaknya yang dianugerahkan oleh Tuhan. Kami percaya jika anak-anak memiliki teladan saling mengasihi yang baik dan benar, maka di kemudian hari mareka dapat memperkembangkan dan memperdalam hidup saling mengasihi dalam lingkungan yang lebih luas.

Para imam, bruder dan suster yang baik dan bahagia kiranya juga memiliki pengalaman dalam mengasihi dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan segenap tubuh, tentu saja tidak sampai pada hubungan seksual, melainkan membaktikan tenaga dan waktunya secara total  bagi tugas pengutusan yang diterima dari Tuhan melalui pembesar atau atasannya. Maka kepada rekan-rekan imam, bruder dan suster kami berharap dapat menjadi teladan dalam membaktikan diri sepenuhnya pada tugas pengutusan atau pekerjaan. Dengan kata lain menjadi teladan dalam 'bekerja keras'. "Bekerja keras adalah sikap dan perilaku yang suka berbuat hal-hal yang positif dan tidak suka berpangku tanga serta selalu gigih dan sungguh-sungguh dalam melakukan sesuatu" (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka – Jakarta 1997, hal 10).

"Memang kamu tahu, bagaimana kami bekerja di antara kamu oleh karena kamu.Dan kamu telah menjadi penurut kami dan penurut Tuhan; dalam penindasan yang berat kamu telah menerima firman itu dengan sukacita yang dikerjakan oleh Roh Kudus, sehingga kamu telah menjadi teladan untuk semua orang yang percaya di wilayah Makedonia dan Akhaya." (1Tes 1:5c-7)

Sapaan Paulus kepada umat di Tesalonika di atas ini kiranya baik untuk kita renungkan atau refleksikan. Marilah kita menjadi 'penurut-penurut Tuhan' artinya orang yang setia melaksanakan kehenda Tuhan alias kapanpun dan dimanapun menjadi sahabat-sahabat Tuhan, hidup dan bertindak bersama dan bersatu dengan Tuhan. Jika kita bersama dan bersatu dengan Tuhan, ketika harus menghadapi aneka tantangan, masalah atau hambatan, kita akan tetap dalam keadaan ceria dan suka cita 'yang dikerjakan oleh Roh Kudus, sehingga menjadi teladan bagi semua umat beriman'.

Dalam hidup beriman atau beragama kita harus melaksanakan aneka tata tertib yang terkait dengan iman atau agama kita dalam hidup pribadi maupun hidup bersama. Sikapi dan hayati atau laksanakan aneka tata tertib dalam dan dengan cintakasih, maka akan terasa enak, nikmat dan ringan adanya, serta dengan ceria atau sukacita kita melaksanakannya. Taat pada dan setia melakasanakan tata tertib pada masa kini sungguh mendesak dan up to date untuk dihayati dan dan disebarluaskan, mengingat dan mempertimbangkan banyak orang tidak taat lagi pada aneka tata tertib, melanggar tata tertib seenaknya dan tidak merasa bersalah atau berdosa.

Berbagai bentuk dan jenis penindasan berat akan dihadapi dan dialami oleh siapapun yang setia dan taat pada tata tertib. Sadari dan hayati bahwa penindasan atau penderitaan yang lahir dari kesetiaan dan ketaatan pada tata tertib merupakan jalan atau wahana menuju ke keselamatan atau kebahagiaan sejati, terutama kebahagiaan atau keselamatan jiwa. Keselamatan atau kebahagiaan jiwa, entah jiwa kita sendiri atau jiwa orang lain, hendaknya menjadi pedoman atau barometer keberhasilan penghayatan iman atau ajaran agama kita. Maka jangan bangga ketika hanya sukses atau berhasil dalam hal material saja, tetap gagal dalam hal spiritual. Jangan bangga ketika dipuji dan dikagumi, tetapi tidak dicintai. Dicintai berarti disukai oleh Tuhan dan semua orang, karena setia dan taat pada kehendak Tuhan.  

"Janganlah kautindas atau kautekan seorang orang asing, sebab kamu pun dahulu adalah orang asing di tanah Mesir. Seseorang janda atau anak yatim janganlah kamu tindas. Jika engkau memang menindas mereka ini, tentulah Aku akan mendengarkan seruan mereka, jika mereka berseru-seru kepada-Ku dengan nyaring. Maka murka-Ku akan bangkit dan Aku akan membunuh kamu dengan pedang, sehingga isteri-isterimu menjadi janda dan anak-anakmu menjadi yatim"(Kel 22:21-24), demikian firman Tuhan kepada bangsa terpilih yang sedang dalam perjalanan menuju Tanah Terjanji. Kita semua sedang di dalam perjalanan menuju 'tanah terjanji', yaitu hidup mulia selamanya di surga setelah dipanggil Tuhan nanti, maka hendaknya di dalam perjalanan ini 'jangan menindas janda atau anak yatim'.

"Aku mengasihi Engkau, ya TUHAN, kekuatanku!Ya TUHAN, bukit batuku, kubu pertahananku dan penyelamatku, Allahku, gunung batuku, tempat aku berlindung, perisaiku, tanduk keselamatanku, kota bentengku!Terpujilah TUHAN, seruku; maka aku pun selamat dari pada musuhku." (Mzm 18:2-4)

Ign 23 Oktober 2011


22 Okt


"Biarkanlah dia tumbuh tahun ini lagi"

(Rm 8:1-11; Luk 13:1-9)

"Pada waktu itu datanglah kepada Yesus beberapa orang membawa kabar tentang orang-orang Galilea, yang darahnya dicampurkan Pilatus dengan darah korban yang mereka persembahkan.  Yesus menjawab mereka: "Sangkamu orang-orang Galilea ini lebih besar dosanya dari pada dosa semua orang Galilea yang lain, karena mereka mengalami nasib itu?  Tidak! kata-Ku kepadamu. Tetapi jikalau kamu tidak bertobat, kamu semua akan binasa atas cara demikian.  Atau sangkamu kedelapan belas orang, yang mati ditimpa menara dekat Siloam, lebih besar kesalahannya dari pada kesalahan semua orang lain yang diam di Yerusalem?  Tidak! kata-Ku kepadamu. Tetapi jikalau kamu tidak bertobat, kamu semua akan binasa atas cara demikian."  Lalu Yesus mengatakan perumpamaan ini: "Seorang mempunyai pohon ara yang tumbuh di kebun anggurnya, dan ia datang untuk mencari buah pada pohon itu, tetapi ia tidak menemukannya.  Lalu ia berkata kepada pengurus kebun anggur itu: Sudah tiga tahun aku datang mencari buah pada pohon ara ini dan aku tidak menemukannya. Tebanglah pohon ini! Untuk apa ia hidup di tanah ini dengan percuma!  Jawab orang itu: Tuan, biarkanlah dia tumbuh tahun ini lagi, aku akan mencangkul tanah sekelilingnya dan memberi pupuk kepadanya,  mungkin tahun depan ia berbuah; jika tidak, tebanglah dia!"(Luk 13:1-9), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Allah adalah maha sabar dan maha belas kasih; kepada siapapun yang sungguh beriman kepadaNya ketika berdosa atau bersalah pasti akan diampuni melalui orang-orang yang baik hati di sekitar lingkungan hidup dan kerja kita. Marilah kita sadari dan hayati bahwa bertambah  usia pada umumnya kita juga bertambah dosanya, dan dengan demikian kesabaran dan belas kasih Allah sungguh nyata, karena kita dibiarkan saja. Dengan kata lain marilah kita hayati kesabaran dan belas kasih Allah dan kemudian kita teruskan atau salurkan kepada saudara-saudari kita dimanapun dan kapanpun. Kita semua umat beriman dipanggil untuk menjadi pembantu Allah dalam menyalurkan kesabaran dan belas kasih, dan hal itu kiranya secara konkret menjadi nyata dalam fungsi kita sebagai 'penyiram' (perawat atau pengelola). Sebagai 'penyiram' memang harus hidup dijiwai oleh kesabaran dan belas kasih, sebagaimana dihayati oleh para petani, yang merawat tanamannya. Ingatlah dan sadari bahwa kesabaran dan belas kasih sungguh dibutuhkan oleh semua ciptaan Allah di bumi ini: manusia, binatang maupun tanaman, maka marilah kita sikapi, entah itu manusia, binatang maupun tanaman dengan dan dalam kesabaran dan belas kasih. Para ibu yang pernah mengandung dan melahirkan anak kiranya memiliki pengalaman kesabaran dan belas kasih, maka kemi harapkan dapat menjadi teladan dalam penghayatan maupun penyebaran kesabaran dan belas kasih. Kami berharap kepada para guru, orangtua, pamong atau pendamping dst.. menghayati fungsinya dalam dan dengan kesabaran dan belas kasih.

·   "Keinginan daging adalah maut, tetapi keinginan Roh adalah hidup dan damai sejahtera. Sebab keinginan daging adalah perseteruan terhadap Allah, karena ia tidak takluk kepada hukum Allah; hal ini memang tidak mungkin baginya. Mereka yang hidup dalam daging, tidak mungkin berkenan kepada Allah. Tetapi kamu tidak hidup dalam daging, melainkan dalam Roh, jika memang Roh Allah diam di dalam kamu" (Rm 8:6-9), demikian kesaksian iman dan peringatan Paulus kepada umat di Roma, kepada kita semua segenap umat beriman. Sebagai umat beriman kita semua dipanggil untuk hidup dalam dan oleh Roh, sehingga cara hidup dan cara bertindak kita menghasilkan buah-buah Roh seperti "kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri" (Gal 5:22-23). Maka perkenankan dengan ini secara khusus saya mengingatkan dan mengajak segenap rohaniwan dan rohaniwati untuk dapat menjadi teladan dalam hidup oleh Roh alias penghayatan keutamaan-keutamaan sebagai buah Roh di atas. Marilah kita sadari dan hayati bahwa sebagai rohaniwan dan rohaniwati kita memiliki tugas pengutusan untuk menyirami umat Allah dengan keutamaan-keutamaan tersebut, agar segenap umat Allah akhirnya juga menghayati atau menghasilkan keutamaan-keutamaan sebagai buah Roh tersebut di atas. Maka perkenankan saya mengangkat keutamaan 'sabar' yang menurut hemat saya pada masa kini sungguh mendesak untuk kita hayati dan sebarluaskan. "Sabar adalah sikap dan perilaku yang menunjukkan kemampuan dalam mengendalikan gejolak diri dan tetap bertahan seperti keadaan semula dalam menghadapi berbagai rangsangan atau masalah" (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka-Jakarta 1997, hal 24)

"TUHANlah yang empunya bumi serta segala isinya, dan dunia serta yang diam di dalamnya. Sebab Dialah yang mendasarkannya di atas lautan dan menegakkannya di atas sungai-sungai. "Siapakah yang boleh naik ke atas gunung TUHAN? Siapakah yang boleh berdiri di tempat-Nya yang kudus?""Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya, yang tidak menyerahkan dirinya kepada penipuan, dan yang tidak bersumpah palsu" (Mzm 24:1-4).

Ign 22 Oktober 2011

 


21 Okt

"Mengapakah kamu tidak dapat menilai zaman ini?
(Rm 7:18-25a; Luk 12:54-59)
"Yesus berkata pula kepada orang banyak: "Apabila kamu melihat awan naik di sebelah barat, segera kamu berkata: Akan datang hujan, dan hal itu memang terjadi. Dan apabila kamu melihat angin selatan bertiup, kamu berkata: Hari akan panas terik, dan hal itu memang terjadi. Hai orang-orang munafik, rupa bumi dan langit kamu tahu menilainya, mengapakah kamu tidak dapat menilai zaman ini? Dan mengapakah engkau juga tidak memutuskan sendiri apa yang benar? Sebab, jikalau engkau dengan lawanmu pergi menghadap pemerintah, berusahalah berdamai dengan dia selama di tengah jalan, supaya jangan engkau diseretnya kepada hakim dan hakim menyerahkan engkau kepada pembantunya dan pembantu itu melemparkan engkau ke dalam penjara. Aku berkata kepadamu: Engkau tidak akan keluar dari sana, sebelum engkau membayar hutangmu sampai lunas." (Luk 12:54-59), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Di dalam kehidupan sehari-hari cukup banyak tanda-tanda, entah yang dibuat untuk kepentingan tertentu atau terjadi secara alamiah di lingkungan hidup kita maupun di dalam tubuh kita sendiri. Di dalam tubuh kita sendiri ada tanda-tanda  akan terjadinya perubahan phisik atau kesehatan dan bagi rekan-rekan perempuan dewasa kiranya ada tanda-tanda khusus ketika akan mengalami menstruasi atau bagi yang sudah menikah tanda-tanda akan hamil. Hemat saya ketika kita peka akan tanda-tanda dalam tubuh kita serta mampu menilainya, maka kita juga akan peka terhadap tanda-tanda zaman. Maka kami harap pertama-tama kita masing-masing peka terhadap tanda-tanda yang ada di dalam tubuh kita masing-masing. "Hai orang-orang munafik, rupa bumi dan langit kamu tahu menilainya, mengapakah kamu tidak dapat menilai zaman ini?", demikian sabda atau kritikan Yesus terhadap orang-orang munafik. Marilah kita lihat, cermati dan imani tanda-tanda kehadiran Tuhan dalam hidup kita sehari-hari, dalam lingkungan hidup dan kerja kita, terutama dalam diri manusia, saudara-saudari kita, yang diciptakan sesuai dengan gambar atau citra Tuhan. KehadiranNya dalam diri manusia antara lain menjadi nyata dalam kehendak baik, maka marilah kita lihat dan imani kehendak baik saudara-saudari kita, dan kami percaya masing-masing dari kita pasti memiliki kehendak baik. Kita sinerjikan kehendak baik kita untuk mengusahakan, membangun dan memperdalam perdamaian atau persaudaraan sejati di antara umat manusia di bumi ini.
·   "Di dalam batinku aku suka akan hukum Allah, tetapi di dalam anggota-anggota tubuhku aku melihat hukum lain yang berjuang melawan hukum akal budiku dan membuat aku menjadi tawanan hukum dosa yang ada di dalam anggota-anggota tubuhku" (Rm 7:22-23), demikian kesaksian iman Paulus, yang kiranya baik menjadi refleksi atau permenungan kita sebagai umat beragama atau beriman. Kecenderungan anggota-anggota tubuh kita memang lebih terarah untuk melakukan perbuatan dosa, hanya mengikuti selera pribadi atau kemauan sendiri, demi kenikmatan tubuh. Sebaliknya sebagaimana dikatakan oleh Paulus "di dalam batinku aku suka hukum Allah", maka baiklah apa yang ada di dalam batin dengan kerja keras dan bantuan rahmat Tuhan kita wujudkan di dalam perbuatan atau tindakan. Dengan bantuan rahmat Tuhan alias bersama dan bersatu dengan Tuhan kita pasti akan mampu mewujudkan kehendak atau hukum Allah yang ada di dalam batin kita. Memang sendirian saja kita akan lebih sulit mewujudkannya, maka marilah kita bekerjasama mewujudkannya, saling membantu dan menolong sesuai dengan kemampuan, kemungkinan dan kesempatan kita masing-masing. Dengan bekerjasama atau bergotong-royong kita akan lebih berdaya dan bergairah dalam mewujudkan apa yang ada di dalam batin kita. Hendaknya kita juga dengan rela dan jiwa besar mensharingkan apa yang ada di dalam batin kita kepada saudara-saudari kita, sehingga kita juga saling diperkaya. Kepada mereka yang masih merasa "menjadi tawanan hukum dosa yang ada di dalam anggota-anggota tubuh", untuk segera membebaskan diri, dan jika perlu minta bantuan orang lain. Sebagai tawanan dosa kami harapkan tidak takut atau tidak malu minta bantuan kepada orang lain. Percayalah, imanilah bahwa banyak orang siap untuk membantu anda, karena orang baik yang berkehendak baik sangat banyak.
"Ajarkanlah kepadaku kebijaksanaan dan pengetahuan yang baik, sebab aku percaya kepada perintah-perintah-Mu. Engkau baik dan berbuat baik; ajarkanlah ketetapan-ketetapan-Mu kepadaku. Biarlah kiranya kasih setia-Mu menjadi penghiburanku, sesuai dengan janji yang Kauucapkan kepada hamba-Mu. Biarlah rahmat-Mu sampai kepadaku, supaya aku hidup, sebab Taurat-Mu adalah kegemaranku" (Mzm 119:66.68.76-77)
Ign 21 Oktober 2011

Selasa, 18 Oktober 2011

20 Okt


"Aku datang untuk melemparkan api ke bumi"
(Rm 6:19-23; Luk 12:49-53)
"Aku datang untuk melemparkan api ke bumi dan betapakah Aku harapkan, api itu telah menyala! Aku harus menerima baptisan, dan bebetapakah susahnya hati-Ku, sebelum hal itu berlangsung! Kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di  bumi? Bukan, kata-Ku kepadamu, bukan damai, melainkan pertentangan. Karena mulai dari sekarang akan ada pertentangan antara lima orang di dalam satu rumah, tiga melawan dua dan dua melawan tiga. Mereka akan saling bertentangan, ayah melawan anaknya laki-laki dan anak laki-laki melawan ayahnya, ibu melawan anaknya perempuan, dan anak perempuan melawan ibunya, ibu mertua melawan menantunya perempuan dan menantu perempuan melawan ibu mertuanya." (Luk 12:49-53), demikian kutipan Warta Gembira hari  ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Fungsi api adalah membakar, dan aneka jenis benda yang dapat terbakar dengan mudah akan segera ludes menjadi abu, sedangkan benda keras seperti besi, batu atau beton dapat meleleh, sedangkan logam mulia seperti emas terbakar akan semakin kelihatan keaslian atau kemurniannya. Maka jika Yesus "datang untuk melemparkan api ke bumi dan betapa Aku harapkan, api itu menyala" berarti ia menghendaki pemurnian atau penjernihan iman kita. Iman mendasari hidup sejati dan mengatasi relasi darah atau daging, maka baiklah kita mawas diri perihal keimanan atau panggilan kita masing-masing, apakah kita setia pada iman atau panggilan. Sebagai orang yang telah dibaptis hendaknya kita setia pada janji baptis, sedangkan yang terpanggil secara khusus entah menjadi suami-isteri, pastror, bruder atau suster hendaknya setia pada janji atau kaul yang telah diikrarkan. Jauhkan semangat KKN (Kolusi, Korupsi dan Neptisme). Sekiranya terpaksa harus kolusi atau neoptisme tidak apa-apa asal tidak korupsi, karena dengan saling kenal lebih mendalam karena ikatan darah atau teman akan mendukung kerjasama yang baik asal tidak korupsi. Dengan kata lain kami harapkan kita semua serentak dan bekerjasama memberantas korupsi dalam bentuk apapun, karena korupsi merupakan bentuk pembusukan hidup bersama, sehingga hidup bersama tidak sedap dan nikmat lagi. Kami harap anak-anak sedini mungkin dibiasakan hidup jujur dan disiplin serta tidak melakukan tindakan amoral sahabatnya korupsi seperti menipu, berbohong, manipulasi dan seterusnya.
·   "Sekarang, setelah kamu dimerdekakan dari dosa dan setelah kamu menjadi hamba Allah, kamu beroleh buah yang membawa kamu kepada pengudusan dan sebagai kesudahannya ialah hidup yang kekal" (Rm 6:22), demikian peringatan Paulus kepada umat di Roma, kepada kita semua umat beriman. Sebagai umat beriman atau beragama kita semua diharapkan menjadi 'hamba-hamba Allah', yang berarti senantiasa taat dan setia pada kehendak atau perintah Allah, tidak hidup dan bertindak mengikuti selera pribadi atau keinginan/kemauan sendiri. Maka marilah kita semua setia dalam menjalankan aneka macam tata tertib atau kewajiban sebagai umat beragama atau beriman. Memang kesetiaan atau ketaatan pada perintah atau kehendak Tuhan antara lain menjadi nyata dalam kesetiaan atau ketaatan pada aneka tata tertib dalam hidup dan kerja bersama dimanapun dan kapanpun. Sekali lagi saya angkat apa itu setia: "setia adalah sikap dan perilaku yang menunjukkan keterikatan dan kepedulian atas perjanjian yang telah dibuat. Ini diwujudkan dalam perilaku tetap memilih dan mempertahankan perjanjian yang telah dibuat dari godaan-godaan lain yang lebih menguntungkan" (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka – Jakarta 1997, hal 24-25). Pada masa yang diwarnai semangat materialistis dan hedonis saat ini memang banyak godaan-godaan yang dapat merongrong atau menghancurkan kesetiaan kita pada perjanjian yang telah kita buat. Godaan utama kiranya uang, karena ketika orang kaya akan uang atau dikuasai oleh uang, maka yang bersangkutan dengan mudah mengikuti godaan lainnya seperti kenikmatan seksual dengan berhubungan seksual dengan orang yang bukan pasangan hidupnya atau yang merayu muda-mudi untuk bergaul bebas  sampai hubungan seksual. Orang dengan mudah menjadikan tubuhnya sebagai hamba dosa, dan ada kecenderungan  mengkormersielkan anggota tubuh atau memandang tubuh manusia sebagai kesatuan daging belaka. Marilah kita lawan atau atasi aneka godaan bersama-sama, saling membantu dan mendukung.
"Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh,tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam.Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil." (Mzm 1:1-3)
Ign 20 Oktober 2011

19 Okt


 "Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu sangkakan."

(Rm 6:12-18; Luk 12:39-48)

"Tetapi ketahuilah ini: Jika tuan rumah tahu pukul berapa pencuri akan datang, ia tidak akan membiarkan rumahnya dibongkar. Hendaklah kamu juga siap sedia, karena Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu sangkakan." Kata Petrus: "Tuhaern, kamikah yang Engkau maksudkan dengan perumpamaan itu atau juga semua orang?" Jawab Tuhan: "Jadi, siapakah pengurus rumah yang setia dan bijaksana yang akan diangkat oleh tuannya menjadi kepala atas semua hambanya untuk memberikan makanan kepada mereka pada waktunya? Berbahagialah hamba, yang didapati tuannya melakukan tugasnya itu, ketika tuannya itu datang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya tuannya itu akan mengangkat dia menjadi pengawas segala miliknya. Akan tetapi, jikalau hamba itu jahat dan berkata di dalam hatinya: Tuanku tidak datang-datang, lalu ia mulai memukul hamba-hamba laki-laki dan hamba-hamba perempuan, dan makan minum dan mabuk, maka tuan hamba itu akan datang pada hari yang tidak disangkakannya, dan pada saat yang tidak diketahuinya, dan akan membunuh dia dan membuat dia senasib dengan orang-orang yang tidak setia. Adapun hamba yang tahu akan kehendak tuannya, tetapi yang tidak mengadakan persiapan atau tidak melakukan apa yang dikehendaki tuannya, ia akan menerima banyak pukulan. Tetapi barangsiapa tidak tahu akan kehendak tuannya dan melakukan apa yang harus mendatangkan pukulan, ia akan menerima sedikit pukulan. Setiap orang yang kepadanya banyak diberi, dari padanya akan banyak dituntut, dan kepada siapa yang banyak dipercayakan, dari padanya akan lebih banyak lagi dituntut" (Luk 12:39-48), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Masing-masing dari kita memiliki tugas pengutusan atau kewajiban yang berbeda satu sama lain, tergantung dari fungsi atau jabatan atau pekerjaan kita masing-masing. Sabda hari ini mengingatkan dan mengajak kita bahwa apapun yang menjadi tugas pengutusan atau kewajiban kita hendaknya dilaksanakan atau dikerjakan dengan sungguh-sungguh, bekerja keras agar selesai pada waktunya. Ada runmor "Jika orang merasa memiliki banyak uang maka yang bersangkutan akan boros uang, jika orang merasa memiliki banyak waktu, maka yang bersangkutan akan boros waktu alias bekerja seenaknya sambil bermalas-malasan". Marilah kita renungkan sabda Yesus ini, yaitu "Setiap orang yang kepadanya banyak diberi, dari padanya akan banyak diituntut, dan kepada siapa yang banyak dipercayakan, dari padanya akan lebih banyak lagi dituntut". Berapa banyak kita diberi atau dipercayakan marilah kita kerjakan dengan sungguh-sungguh, selesai pada waktunya atau sebagaimana diharapkan. Ingatlah dan hayatilah bahwa pertanggungjawaban dari apa yang kita lakukan akan dilakukan sewaktu-waktu, dan kita tahu tahu persis kapan waktunya, sebagaimana kita juga tidak tahu kapan akan meninggal dunia atau dipanggil Tuhan. Baiklah kita usahakan jika sewaktu-waktu kita dipanggil Tuhan atau meninggal dunia tidak meninggalkan beban atau masalah kepada mereka yang kita tinggalkan, karena semuanya sudah kita laksanakan atau kerjakan dengan baik, tuntas dan selesai.

·   "Janganlah kamu menyerahkan anggota-anggota tubuhmu kepada dosa untuk dipakai sebagai senjata kelaliman, tetapi serahkanlah dirimu kepada Allah sebagai orang-orang, yang dahulu mati, tetapi yang sekarang hidup. Dan serahkanlah anggota-anggota tubuhmu kepada Allah untuk menjadi senjata-senjata kebenaran." (Rm 6:13), demikian peringatan Paulus kepada umat di Roma, kepada kita semua segenap umat beriman atau beragama. Kita dipanggil untuk memfungsikan anggota-anggota tubuh kita sebagai senjata kebenaran untuk melakukan apa yang benar, baik dan mulia, sesuai dengan kehendak Tuhan. Hendaknya jangan memfungsikan anggota tubuh kita untuk berdosa, entah itu berarti menyakiti orang lain atau menjual diri sebagai pemuas nafsu seks kepada orang lain. Ingatlah dan hayati bahwa tubuh kita adalah 'bait Allah', Allah hidup dan berkarya dalam tubuh kita yang lemah dan rapuh ini. Maka dengan ini kami berharap kepada mereka yang dengan mudah mencemarkan anggota-anggota tubuh, entah secara aktif maupun pasif, untuk bertobat. Secara khusus saya mengajak dan mengingatkan rekan-rekan muda-mudi untuk senantiasa menjadi semua anggota tubuh tetap suci, tidak tercemar sedikitpun. Kepada mereka yang dianugerahi kecantikan atau ketampanan, kami harapkan hidup dan bertindak dengan penuh syukur dan terima kasih, tidak menghadirkan atau menampilkan sedemikian rupa sehingga merangsang orang lain melakukan dosa. Dengan kata lain hendaknya kecantikan atau ketampanan tidak untuk dijual-belikan atau dikomersielkan. Entah laki-laki atau perempuan ketika melihat lawan jenisnya yang cantik atau tampan, hendaknya langsung memuji dan bersyukur kepada Tuhan, bukan untuk menguasainya melainkan melayaninya, artinya tidak pernah melukai sedikitpun.

" Jikalau bukan TUHAN yang memihak kepada kita, -- biarlah Israel berkata demikian --jikalau bukan TUHAN yang memihak kepada kita, ketika manusia bangkit melawan kita, maka mereka telah menelan kita hidup-hidup, ketika amarah mereka menyala-nyala terhadap kita; maka air telah menghanyutkan kita, dan sungai telah mengalir melingkupi diri kita, maka telah mengalir melingkupi diri kita air yang meluap-luap itu. Terpujilah TUHAN yang tidak menyerahkan kita menjadi mangsa bagi gigi mereka!" (Mzm 124:1-6)

Ign 19 Oktober 2011


18 Okt


"Kerajaan Allah sudah dekat padamu"
(2Tim 4:10-17b; Luk 10:1-9)
"Kemudian dari pada itu Tuhan menunjuk tujuh puluh murid yang lain, lalu mengutus mereka berdua-dua mendahului-Nya ke setiap kota dan tempat yang hendak dikunjungi-Nya. Kata-Nya kepada mereka: "Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada Tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu. Pergilah, sesungguhnya Aku mengutus kamu seperti anak domba ke tengah-tengah serigala. Janganlah membawa pundi-pundi atau bekal atau kasut, dan janganlah memberi salam kepada siapa pun selama dalam perjalanan. Kalau kamu memasuki suatu rumah, katakanlah lebih dahulu: Damai sejahtera bagi rumah ini. Dan jikalau di situ ada orang yang layak menerima damai sejahtera, maka salammu itu akan tinggal atasnya. Tetapi jika tidak, salammu itu kembali kepadamu. Tinggallah dalam rumah itu, makan dan minumlah apa yang diberikan orang kepadamu, sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya. Janganlah berpindah-pindah rumah. Dan jikalau kamu masuk ke dalam sebuah kota dan kamu diterima di situ, makanlah apa yang dihidangkan kepadamu, dan sembuhkanlah orang-orang sakit yang ada di situ dan katakanlah kepada mereka: Kerajaan Allah sudah dekat padamu." (Luk 10:1-9), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St.Lukas, Pengarang Injil, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·    Lukas, pengarang Injil, merupakan salah satu teman seperjalanan Paulus dalam rangka berkeliling dunia untuk mewartakan Kerajaan Allah. Kutipan Warta Gembira di atas ini kiranya menggambarkan secara singkat pengalaman perjalanannya dalam menemani Paulus berkeliling dunia. Maka baiklah dalam rangka mengenangkan St.Lukas hari ini marilah kita mawas diri perihal penghayatan atau pelaksanaan tugas kita sebagai pewarta Kerajaan Allah, artinya mewartakan Allah yang meraja. "Katakanlah kepada mereka: Kerajaan Allah sudah dekat padamu", demikian perintah Yesus kepada para muridNya. Allah yang meraja hidup dan berkarya di mana saja dan kapan saja, maka panggilan untuk mewartakan Kerajaan Allah berarti dengan rendah hati melihat dan mengimani Allah yang hidup dan berkarya di dalam seluruh ciptaanNya. Dalam rangka melaksanakan tugas pengutusan ini kita diharapkan lebih mengandalkan diri pada Penyelenggaraan Ilahi daripada pada aneka sarana-prasarana duniawi, karena kita harus menghadapi aneka macam tantangan, hambatan dan masalah, "Aku mengutus kamu seperti anak domba ke tengah-tengah serigala", demikan peringatan Yesus. Melaksanakan tugas pengutusan bersama dan bersatu dengan Tuhan kita pasti dapat mengatasi aneka tantangan, hambatan dan masalah serta dapat menyembuhkan orang sakit apapun. Bersama dan bersatu dengan Allah juga berarti senantiasa bersama-sama dengan rekan-rekan seperutusan. Maka marilah melaksanakan tugas pengutusan bersama-sama dengan semangat gotong-royong.
·   "Tuhan telah mendampingi aku dan menguatkan aku, supaya dengan perantaraanku Injil diberitakan dengan sepenuhnya dan semua orang bukan Yahudi mendengarkannya" (2Tim 4:17), demikian kesaksian iman Paulus. Kesaksian iman Paulus ini kiranya dapat menjadi kesaksian kita juga dalam rangka melaksanakan tugas pengutusan untuk mewartakan Kerajaan Allah. Marilah kita hayati pendampingan Tuhan dengan mengimani kehendak baik saudara-saudari kita dimanapun dan kapanpun atau apa-apa yang baik, indah, mulia dan luhur di lingkungan hidup kita. Marilah kita imani bahwa orang yang berkehendak baik lebih banyak dari pada orang yang berkehendak jahat. Injil atau Warta Gembira diperuntukkan bagi seluruh bangsa di dunia, maka hendaknya kita tidak takut jika diutus kemanapun juga dalam rangka melaksanakan tugas pengutusan; hendaknya kita tidak takut berkata-kata perihal apa yang benar, baik, mulia, luhur dan indah kepada siapapun dan dimanapun. Tentu saja daari diri kita pribadi diharapkan baik adanya alias senantiasa berniat, berkehendak dan bersikap serta bertindak baik. Kita imani bahwa kebaikan pasti dapat mengalahkan kejahatan. Kita dapat belajar dari para pawang binatang buas yang dengan cintkasih mendekati dan bergaul dengan binatang buas dan akhirnya binatang yang menakutkan banyak orang dapat menjadi sahabat. Maka dekati dan sikapi orang, suasana atau tempat yang kelihatannya menakutkan dalam dan dengan cintakasih; siapapun atau apapun ketika didekati dan disikapi dengan dan dalam cintakasih pasti akan menjadi sahabat dan tidak menakutkan. Biasakan mendekati dan menyikapi segala sesuatu dalam dan oleh cintakasih, sebagai bukti bahwa Tuhan sungguh mendampingi hidup, perjalanan dan kesibukan kita.
"Segala yang Kaujadikan itu akan bersyukur kepada-Mu, ya TUHAN, dan orang-orang yang Kaukasihi akan memuji Engkau. Mereka akan mengumumkan kemuliaan kerajaan-Mu, dan akan membicarakan keperkasaan-Mu, untuk memberitahukan keperkasaan-Mu kepada anak-anak manusia, dan kemuliaan semarak kerajaan-Mu. Kerajaan-Mu ialah kerajaan segala abad, dan pemerintahan-Mu tetap melalui segala keturunan. TUHAN setia dalam segala perkataan-Nya dan penuh kasih setia dalam segala perbuatan-Nya" (Mzm 145:10-13)
Ign 18 Oktober 2011

Minggu, 16 Oktober 2011

17 Okt


"Demikianlah jadinya dengan orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri"
(Rm 4:20-25; Luk 12:13-21)
"Seorang dari orang banyak itu berkata kepada Yesus: "Guru, katakanlah kepada saudaraku supaya ia berbagi warisan dengan aku." Tetapi Yesus berkata kepadanya: "Saudara, siapakah yang telah mengangkat Aku menjadi hakim atau pengantara atas kamu?" Kata-Nya lagi kepada mereka: "Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu." Kemudian Ia mengatakan kepada mereka suatu perumpamaan, kata-Nya: "Ada seorang kaya, tanahnya berlimpah-limpah hasilnya. Ia bertanya dalam hatinya: Apakah yang harus aku perbuat, sebab aku tidak mempunyai tempat di mana aku dapat menyimpan hasil tanahku. Lalu katanya: Inilah yang akan aku perbuat; aku akan merombak lumbung-lumbungku dan aku akan mendirikan yang lebih besar dan aku akan menyimpan di dalamnya segala gandum dan barang-barangku. Sesudah itu aku akan berkata kepada jiwaku: Jiwaku, ada padamu banyak barang, tertimbun untuk bertahun-tahun lamanya; beristirahatlah, makanlah, minumlah dan bersenang-senanglah! Tetapi firman Allah kepadanya: Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang telah kausediakan, untuk siapakah itu nanti? Demikianlah jadinya dengan orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri, jikalau ia tidak kaya di hadapan Allah." (Luk 12:13-21), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St Ignasius dari Antiokhia, uskup dan martir, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Anak-anak yang bersika mental materilistis ketika kedua orangtuanya telah meninggal dunia pada umumnya akan segera minta berbagi warisan, dan ada kemungkinan pembagian warisan tidak adil, sehingga ada yang protres serta minta bantuan orang lain atau mengeluh kepada Tuhan dalam doa-doanya, sebagaimana kata salah seorang dari orang banyak yang mendengarkan pengajaranNya berseru kepada Yesus "Guru, katakan kepada saudaraku supaya ia membagi warisan dengan aku". Sikap mental anak-anak yang demikian itu kiranya merupakan warisan dari orangtuanya yang bersikap mental materilistis, maka kami berharap kepada para orangtua untuk tidak bersikap mental materialistis. Ingatlah dan sadari ketika meninggal dunia atau  dipanggil Tuhan aneka harta benda atau uang anda tidak akan dibawa serta, dan tentu akan menimbulkan masalah di antara anak-anak anda jika anda sendiri bersikap mental materialistis. Maka kami berharap anda sebagai orangtua sungguh "kaya di hadapan Tuhan" artinya sungguh berbudi pekerti luhur, membaktikan diri sepenuhnya kepada Tuhan, bersikap social, dst.. Wariskan nilai-nilai atau keutamaan-keutamaan hidup yang membahagiakan dan menyelamatkan jiwa kepada anak-anak anda, bukan warisan berupa harta benda atau uang. Kebahagiaan sejati orangtua terjadi ketika anak-anaknya tumbuh berkembang menjadi 'orang', artinya hidup berbahagia dan damai sejahtera serta berbudi pekerti luhur karena didikan atau cintakasih dari orangtua. Marilah meneladan kemartiran St.Ignasius dari Antiokhia dengan sungguh hidup dan bertindak berdasarkan iman kita kepada Tuhan.
·   "Terhadap janji Allah ia tidak bimbang karena ketidakpercayaan, malah ia diperkuat dalam imannya dan ia memuliakan Allah, dengan penuh keyakinan, bahwa Allah berkuasa untuk melaksanakan apa yang telah Ia janjikan.Karena itu hal ini diperhitungkan kepadanya sebagai kebenaran" (Rm 4:20-22), demikian kata Paulus mengenangkan iman bapa Abraham. Kiranya dengan ini pula Paulus mengingatkan kita semua sebagai orang-orang beriman untuk tetap percaya dan setia pada janji Tuhan, meskipun untuk itu harus menghadapi aneka masalah, tantangan dan hambatan. Hendaknya kita tidak pernah bimbang menghadapi aneka tantangan, hambatan atau masalah yang muncul karena kesetiaan pada iman, panggilan atau tugas pengutusan, melainkan tetaplah gembira dan bergairah atau bersemangat, karena dengan demikian anda akan memiliki kemampuan yang diteguhkan oleh Tuhan untuk mengatasi masalah, tantangan atau hambatan tersebut. Jika kita tetap gembira dan bergairah, maka kinerja syaraf dan metabolism darah kita berjalan secara baik dan optimal, sehingga kita memiliki ketabahan dan ketahanan dalam menghadapi tantangan, hambatan atau masalah. Sebagai orang beriman tidak alasan untuk tidak gembira atau bergairah, karena Tuhan senantiasa menyertai dan mendampingi atau menjiwai diri kita yang lemah dan rapuh ini. Wujudkan iman anda kepada Tuhan dengan hidup dan bertindak dalam Tuhan, sehingga bersama dan bersatu dengan Tuhan segala sesuatu menjadi mungkin, dapat kita kerjakan atau atasi.
"Ia menumbuhkan sebuah tanduk keselamatan bagi kita di dalam keturunan Daud, hamba-Nya itu, -- seperti yang telah difirmankan-Nya sejak purbakala oleh mulut nabi-nabi-Nya yang kudus -- untuk melepaskan kita dari musuh-musuh kita dan dari tangan semua orang yang membenci kita, untuk menunjukkan rahmat-Nya kepada nenek moyang kita dan mengingat akan perjanjian-Nya yang kudus, yaitu sumpah yang diucapkan-Nya kepada Abraham, bapa leluhur kita, bahwa Ia mengaruniai kita, supaya kita, terlepas dari tangan musuh, dapat beribadah kepada-Nya tanpa takut, dalam kekudusan dan kebenaran di hadapan-Nya seumur hidup kita" (Luk 1:69-75)
Ign 17 Oktober 2011