Fans Page Facebook http://imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Sabtu, 13 Oktober 2012

Minggu Biasa XXVIII

Mg Biasa XXVIII: Keb 7:7-11; Ibr 4:12-13; Mrk 10:17-30
"Alangkah sukarnya orang yang beruang masuk ke dalam Kerajaan Allah."

Pada era kemajuan sarana-prasarana teknologi canggih yang terus bertumbuh dan berkembang saat ini, antara lain sarana komunikasi seperti tilpon/HP atau internet, kiranya segala sesuatu ingin diselesaikan dengan seccpat mungkin. Maka mau tak mau hal itu juga mempengaruhi cara hidup dan cara bertindak manusia, yaitu ingin 'cepat-cepat sukses atau menikmati sesuatu, dst.', misalnya cepat-cepat menerima ijazah kemudian membeli nilai atau menyontek, cepat-cepat ingin kaya maka kemudian melakukan korupsi seenaknya, cepat-cepat naik pangkat dan golongan atau jabatan kemudian melakukan KKN, cepat-cepat ingin menikmati kegairahan seksual kemudian meskipun masih remaja atau muda-mudi melakukan hubungan seks bebas yang berdampak kehamilan dan kemudian melakukan aborsi, dst.. Yang kiranya marak pada masa kini adalah cepat-cepat menikmati makanan atau minuman, dan untuk itu senantiasa mengkonsumsi makanan dan minuman instant dalam kemasan. Penelitian menunjukkan bahwa karena begitu banyak mengkonsumsi (kalau tidak boleh dikatakan sebagai menu sehari-hari) makanan dan minuman instant maka daya tahan fisik melemah alias tidak memiliki kebugaran dan kesehatan fisik/tubuh yang handal dan tahan terhadap aneka serangan virus penyakit. Sabda hari ini mengingatkan dan mengajak kita semua untuk hidup dan bertindak mengikuti proses sebagaimana dikehendaki oleh Allah.

"Anak-anak-Ku, alangkah sukarnya masuk ke dalam Kerajaan Allah. Lebih mudah seekor unta melewati lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah." (Mrk 10:24-25).
"Masuk ke dalam Kerajaan Allah"  berarti hidup dan bertindak sesuai dengan perintah dan kehendak Allah, tidak hidup dan bertindak hanya mengikuti selera pribadi atau keinginan sendiri. Kebanyakan orang masa kini adalah hidup dan bertindak mengikuti selera atau keinginan pribadi, cari seenaknya sendiri; aneka aturan atau tata tertib berhenti dalam tulisan dan tidak pernah dilakukan atau dihayati, sebagaimana dapat kita saksikan di jalanan dimana para pengendara kurang atau tidak mentaati rambu-rambu lalu lintas. Demikian juga banyak orang telah melanggar perjanjian atau ikrar yang telah diucapkan, misalnya janji baptis, janji perkawinan, kaul, janji/sumpah pegawai atau jabatan dst..

"Jer basuki mowo beyo" = untuk hidup bahagia, damai sejahtera orang harus siap sedia berkorban dan berjuang, demikian kata peribahasa Jawa. Peribahasa ini kiranya merupakan suatu ajakan bagi kita semua untuk hidup dan bertindak mengikuti proses sebagaimana dikehendaki oleh Allah. Marilah kita lihat dan cermati bahwa tanaman atau binatang yang hidup, tumbuh dan berkembang sesuai dengan proses alamiah lebih sehat dan segar daripada yang perkembangan dan pertumbuhannya diintervensi dengan obat atau vitamin buatan. Sebagai contoh ayam kampung yang tumbuh berkembang secara alamiah meskipun kecil lebih mahal dan berkualitas daripada ayam piaraan dikandang yang dibesarkan dengan suntikan hormon maupun makanan-makanan instant.

Kepada para pelajar atau peserta didik kami harapkan berusaha menjadi pandai atau cerdas dengan berproses seperti biasa saja, artinya belajar terus menerus, tidak hanya belajar menjelang ulangan atau ujian, demikian juga dalam hal mengusahakan keterampilan hendaknya mulai dari yang sederhana kemudian berkembang ke yang lebih sulit dan akhirnya yang sulit dan berbelit-belit. Kepada mereka yang ingin kaya hendaknya lebih mengandalkan pada keterampilan, kecakapan dan kemampuannya, tidak melakukan korupsi sedikitpun dan dalam bentuk apapun.

Kita juga diingatkan bahwa 'bersama dan bersatu dengan Allah' pekerjaan atau tugas sesulit dan seberat apapun pasti akan dapat kita lakukan, karena bersama dan bersatu denganNya segala sesuatu mungkin dapat dilakukan. Tumbuh berkembang menjadi pribadi yang cerdas spiritual, beriman dan bermoral memang tidak mudah dan harus menghadapi aneka macam bentuk tantangan, hambatan maupun masalah yang berat dan sulit. Pengalaman menunjukkan bahwa mereka yang siap sedia bekerja  keras dengan membaktikan diri sepenuhnya kepada tugas dan pekerjaan serta Penyelenggaraan Ilahi senantiasa sukses menyelesaikan tugas atau pekerjaan sesulit dan seberat apapun. Hidup baik, suci dan berbudi pekerti luhur di era kemerosotan moral masa  kini tetap mungkin jika kita usahakan bersama dan bersatu dengan Tuhan. Tuhan senantiasa menyertai perjalanan hidup dan tugas kita jika kita membuka diri terhadapNya.

"Firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua mana pun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita. Dan tidak ada suatu makhluk pun yang tersembunyi di hadapan-Nya, sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia, yang kepada-Nya kita harus memberikan pertanggungan jawab" (Ibr 4:12-13)

Kutipan di atas ini mengingatkan dan mengajak kita semua untuk senantiasa hidup dan bertindak berpedoman pada firman atau sabda Tuhan, antara lain sebagaimana tertulis di dalam Kitab Suci.  Marilah kita ingat dan sadari serta tentu saja kita tiru bahwa para santo-santa semasa hidupnya senantiasa berpedoman pada sabda Tuhan, yang kemudian juga diikuti oleh para gembala kita, paus maupun uskup, dan juga para imam, dimana para gembala kita memiliki motto pelayanan dan perjalanan panggilan dari ayat-ayat Kitab Suci. "Firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita", demikian peringatan bagi kita semua.
Dalam kenyataan sehari-hari sering terjadi bahwa kata-kata teman atau saudara sendiri lebih kuat dan tajam daripada firman atau sabda Allah. Hal ini menunjukkan bahwa yang bersangkutan kurang atau tidak beriman. Kami berharap kepada segenap umat beriman atau beragama untuk setiap hari membaca dan merenungkan apa yang tertulis di dalam Kitab Suci, dan temukan ayat yang mengesan serta selanjutnya jadikan pedoman atau pegangan perjalanan hidup dan panggilan anda. Tentu saja ayat tersebut sesuai dengan pengalaman iman atau perjalanan hidup anda. Sebagai contoh ketika menjelang ditahbiskan imam saya menemukan ayat Kitab Suci " Di dalam Dia kita beroleh keberanian dan jalan masuk kepada Allah dengan penuh kepercayaan oleh iman kita kepada-Nya." (Ef 3:12). Yang tercetak dengan tebal inilah yang menjadi motto penghayatan imamat saya sampai sekarang.
 
"Maka itu aku berdoa dan akupun diberi pengertian, aku bermohon lalu roh kebijaksanaan datang kepadaku. Dialah yang lebih kuutamakan dari pada tongkat kerajaan dan takhta, dan dibandingkan dengannya kekayaan kuanggap bukan apa-apa.Permata yang tak terhingga nilainya tidak kusamakan dengan dia, sebab segala emas di bumi hanya pasir saja di hadapannya dan perak dianggap lumpur belaka di sampingnya.Ia kukasihi lebih dari kesehatan dan keelokan rupa, dan aku lebih suka memiliki dia dari pada cahaya, sebab kilau dari padanya tidak kunjung hentinya." (Keb 7:7-10). Hidup dan bertindak 'dalam Dia/Allah' memang tak terlepas dari doa. Dengan kata lain saya mengajak dan mengingatkan kita semua untuk tidak melupakan doa-doa harian sebagai umat beriman atau beragama. Hadapi dan sikapi aneka tugas, pekerjaan, masalah, tantangan dan beban dalam dan dengan doa alias bersama dan bersatu dengan Allah, karena dengan demikian pasti akan dapat kita laksanakan dengan baik dan sukses.
 
"Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana. Kembalilah, ya TUHAN -- berapa lama lagi? -- dan sayangilah hamba-hamba-Mu! Kenyangkanlah kami di waktu pagi dengan kasih setia-Mu, supaya kami bersorak-sorai dan bersukacita semasa hari-hari kami. Buatlah kami bersukacita seimbang dengan hari-hari Engkau menindas kami, seimbang dengan tahun-tahun kami mengalami celak " (Mzm 90:12-15)
 
Ign 14 Oktober 2012

Jumat, 12 Oktober 2012

13 Okt

"Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan yang memeliharanya."
(Gal 3:22-29; Luk 11:27-28)

"Ketika Yesus masih berbicara, berserulah seorang perempuan dari antara orang banyak dan berkata kepada-Nya: "Berbahagialah ibu yang telah mengandung Engkau dan susu yang telah menyusui Engkau." Tetapi Ia berkata: "Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan yang memeliharanya." (Luk 11:27-28), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Pada bulan Rosario ini kita semua diajak untuk berdoa Rosario setiap hari seraya mengenangkan SP Maria, Bunda atau Teladan hidup umat beriman. Dalam kutipan Warta Gembira hari ini dikisahkan pujian ibu yang mengandung dan menyusui Yesus, yang tidak lain adalah SP Maria. Menanggapi pujian tersebut dengan rendah hati Yesus bersabda bahwa "Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan yang memeliharanya.". Sabda ini sekilas kelihatan bahwa Yesus tidak mengakui 'ibu-Nya', namun yang benar apa yang disabdakan tidak lain perihal SP Maria. "Mendengarkan firman Allah dan memeliharanya" itulah keunggulan SP Maria, yang hendaknya kita juga berusaha meneladannya. Maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan segenap umat beriman untuk senantiasa berusaha dengan sepenuh hati 'mendengarkan dan memelihara firman Allah'. Untuk dapat mendengarkan firman Allah dengan baik dan benar perlu rendah hati, maka pertama-tama marilah kita berusaha hidup dan bertindak dengan rendah hati. Sedangkan yang dimaksudkan dengan 'memelihara' hemat saya adalah meresapkan atau mencecap dalam-dalam firman yang telah kita dengarkan, agar merasuki atau menjiwai cara hidup dan cara bertindak kita. Apa yang tertulis di dalam Kitab Suci memang pertama-tama dan terutama untuk dibacakan dan didengarkan serta kemudian dicecap dalam-dalam, bukan untuk bahan diskusi atau perdebatan. Keutamaan 'mendengarkan dan memelihara' ini hemat saya perlu dibiasakan atau dididikkan pada anak-anak sedini mungkin di dalam keluarga melalui teladan konkret orangtua. Ingatlah dan sadari bahwa kebanyakan dari kita lemah dalam hal pemeliharaan, dan banyak orang lebih suka membeli atau mengadakan daripada memelihara, atau merawat, sebagaimana terjadi , maaf kalau salah, suami-isteri suka membuat anak tetapi tak mau dan tak mampu memelihara atau merawatnya dengan baik.

·   "Kamu semua adalah anak-anak Allah karena iman di dalam Yesus Kristus. Karena kamu semua, yang dibaptis dalam Kristus, telah mengenakan Kristus. Dalam hal ini tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus.Dan jikalau kamu adalah milik Kristus, maka kamu juga adalah keturunan Abraham dan berhak menerima janji Allah" (Gal 3:26-29). Kutipan ini mengingatkan kita semua agar kita senantiasa hidup bersaudara atau bersahabat dengan siapapun, tanpa pandang bulu, SARA, pangkat, kedudukan, jabatan dst… Aneka perbedaan yang ada bersifat fungsional, yaitu berfungsi untuk memperdalam dan meneguhkan persaudaraan atau persahabatan yang ada. Sedangkan untuk mengusahakan persaudaraan atau persahabatan tidak lain adalah dengan menghayati apa yang sama di antara kita secara mendalam dan handal. Jika kita mampu menghayati apa yang sama di antara kita dengan mendalam dan handal, maka apa yang berbeda antar kita akan fungsional memperdalam persaudaraan atau persahabatan. Tak jemu-jemunya saya mengingatkan bahwa laki-laki dan perempuan yang saling berbeda satu sama lain ternyata saling tertarik, tergerak untuk saling mendekat, bersahabat dan bersatu. Dengan kata lain apa yang berbeda menjadi daya tarik, daya pikat, daya pesona untuk mengenal, mendekat, bercakap-cakap dan bersahabat. Hendaknya aneka perbedaan antar kita, tidak hanya beda kelamin, sungguh dihayati sebagai daya tarik, daya pikat dan daya pesona untuk mendekat dan bersahabat. Persaudaraan dan persahabatan sejati sungguh mendesak dan up to date untuk kita hayati dan sebarluaskan pada masa kini, mengingat dan memperhatikan tawuran antar pelajar dan mahasiswa marak di sana-sini, padahal mereka adalah masa depan kita. Semoga mereka yang berkarya di dalam sekolah atau pendidikan bekerjasama dengan para orangtua memberi perhatian yang memadai perihal persaudaraan atau persahabatan sejati.

"Bernyanyilah bagi-Nya, bermazmurlah bagi-Nya, percakapkanlah segala perbuatan-Nya yang ajaib! Bermegahlah di dalam nama-Nya yang kudus, biarlah bersukahati orang-orang yang mencari TUHAN! Carilah TUHAN dan kekuatan-Nya, carilah wajah-Nya selalu! Ingatlah perbuatan-perbuatan ajaib yang dilakukan-Nya, mujizat-mujizat-Nya dan penghukuman-penghukuman yang diucapkan-Nya" (Mzm 105:2-5)
Ign.13 Okt 2012

Rabu, 10 Oktober 2012

12 Okt


"Setiap rumah tangga yang terpecah-pecah, pasti runtuh"
(Gal 3:7-14; Luk 11:15-26)

"Tetapi ada di antara mereka yang berkata: "Ia mengusir setan dengan kuasa Beelzebul, penghulu setan." Ada pula yang meminta suatu tanda dari sorga kepada-Nya, untuk mencobai Dia. Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka lalu berkata: "Setiap kerajaan yang terpecah-pecah pasti binasa, dan setiap rumah tangga yang terpecah-pecah, pasti runtuh. Jikalau Iblis itu juga terbagi-bagi dan melawan dirinya sendiri, bagaimanakah kerajaannya dapat bertahan? Sebab kamu berkata, bahwa Aku mengusir setan dengan kuasa Beelzebul.Jadi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Beelzebul, dengan kuasa apakah pengikut-pengikutmu mengusirnya? Sebab itu merekalah yang akan menjadi hakimmu. Tetapi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Allah, maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu. Apabila seorang yang kuat dan yang lengkap bersenjata menjaga rumahnya sendiri, maka amanlah segala miliknya. Tetapi jika seorang yang lebih kuat dari padanya menyerang dan mengalahkannya, maka orang itu akan merampas perlengkapan senjata, yang diandalkannya, dan akan membagi-bagikan rampasannya. Siapa tidak bersama Aku, ia melawan Aku dan siapa tidak mengumpulkan bersama Aku, ia mencerai-beraikan." "Apabila roh jahat keluar dari manusia, ia pun mengembara ke tempat-tempat yang tandus mencari perhentian, dan karena ia tidak mendapatnya, ia berkata: Aku akan kembali ke rumah yang telah kutinggalkan itu. Maka pergilah ia dan mendapati rumah itu bersih tersapu dan rapi teratur. Lalu ia keluar dan mengajak tujuh roh lain yang lebih jahat dari padanya, dan mereka masuk dan berdiam di situ. Maka akhirnya keadaan orang itu lebih buruk dari pada keadaannya semula." (Luk 11:15-26), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Rumahtangga atau keluarga kuat, damai sejahtera dan bahagia, maka hidup bersama di masyarakat pun akan demikian adanya. Dengan kata lain hidup rumah tangga atau berkeluarga memang sungguh merupakan dasar atau modal utama hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Maka berrefleksi atas Warta Gembira hari ini pertama-tama dan terutama kami mengajak dan mengingatkan anda semua yang hidup berrumahtangga atau berkeluarga untuk senantiasa mengusahakan kesatuan yang didasarkan pada cintakasih dalam situasi dan kondisi macam apapun. Ingatlah dan hayati bahwa cintakasih lah yang mendasari dan mengikat anda berdua sebagai suami-isteri, demikian juga kehadiran anak-anak di dalam keluarga juga karena cintakasih. Hadapi segala macam godaan untuk bercerai atau kemunduran hidup saling mengasihi dengan segala kerendahan hati seraya mengandalkan diri pada Allah yang telah mempertemukan anda berdua. Kami berharap entah suami atau isteri tidak berselingkuh, memang semakin anda berdua semakin dekat satu sama lain pasti akan semakin mengenal kelemahan dan kekurangan pasangannya. Tetapi ingat bahwa jika tidak mampu mengasihi mereka yang setiap hari hidup bersama, maka anda pun tak akan dapat mengasihi orang lain; semakin anda terampil saling mengasihi dengan orang-orang yang setiap hari hidup dan berkerja bersama, maka anda semakin terampil juga mengasihi orang lain, orang-orang yang baru saja dikenal dan bertemu. Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh, demikian kata sebuah pepatah yang hendaknya kita renungkan.
·   "Jadi kamu lihat, bahwa mereka yang hidup dari iman, mereka itulah anak-anak Abraham. Dan Kitab Suci, yang sebelumnya mengetahui, bahwa Allah membenarkan orang-orang bukan Yahudi oleh karena iman, telah terlebih dahulu memberitakan Injil kepada Abraham: "Olehmu segala bangsa akan diberkati."Jadi mereka yang hidup dari iman, merekalah yang diberkati bersama-sama dengan Abraham yang beriman itu" (Gal 3:7-9). Sebagai orang beriman, entah agama atau kepercayaannya apapun sering disebut sebagai 'anak-anak Abraham', karena Abraham adalah bapa umat beriman. Memang orang mengaku beragama belum tentu beriman, sebaliknya orang yang sungguh beriman tidak otomatis juga beragama. Hemat saya yang penting dan utama adalah beriman bukan beragama, dan iman harus diwujudkan dalam tindakan atau perilaku, tidak berhenti pada wacana atau omongan. Maka marilah kita berlomba dalam mewujudkan iman dalam cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari dimana pun dan kapan pun. Hendaknya jangan memang suku, agama atau ras, maupun pangkat dan kedudukan, dalam menilai orang, melainkan perilaku atau tindakannya sebagai perwujudan iman. Kami berharap kepada para pemuka atau pemimpin agama untuk dapat menjadi teladan dalam penghayatan iman, dalam cara hidup dan cara bertindak yang baik, mulia dan bermoral atau berbudi pekerti luhur. Para pemuka, pemimpin atau tokoh agama hendaknya tidak menjadi batu sandungan bagi orang lain melakukan apa yang berdosa atau jahat. Pada masa kini hemat saya sedang terjadi krisis keteladanan atau inspirasi untuk berbuat baik.
"Haleluya! Aku mau bersyukur kepada TUHAN dengan segenap hati, dalam lingkungan orang-orang benar dan dalam jemaah. Besar perbuatan-perbuatan TUHAN, layak diselidiki oleh semua orang yang menyukainya. Agung dan bersemarak pekerjaan-Nya, dan keadilan-Nya tetap untuk selamanya. Perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib dijadikan-Nya peringatan; TUHAN itu pengasih dan penyayang." (Mzm 111:1-4)
Ign 12 Oktober 2012

11 Okt


"Ia akan memberikan Roh Kudus kepada mereka yang meminta kepadaNya."
(Gal 3:1-5; Luk 11:5-13)

" Lalu kata-Nya kepada mereka: "Jika seorang di antara kamu pada tengah malam pergi ke rumah seorang sahabatnya dan berkata kepadanya: Saudara, pinjamkanlah kepadaku tiga roti, sebab seorang sahabatku yang sedang berada dalam perjalanan singgah ke rumahku dan aku tidak mempunyai apa-apa untuk dihidangkan kepadanya; masakan ia yang di dalam rumah itu akan menjawab: Jangan mengganggu aku, pintu sudah tertutup dan aku serta anak-anakku sudah tidur; aku tidak dapat bangun dan memberikannya kepada saudara. Aku berkata kepadamu: Sekalipun ia tidak mau bangun dan memberikannya kepadanya karena orang itu adalah sahabatnya, namun karena sikapnya yang tidak malu itu, ia akan bangun juga dan memberikan kepadanya apa yang diperlukannya. Oleh karena itu Aku berkata kepadamu: Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan. Bapa manakah di antara kamu, jika anaknya minta ikan dari padanya, akan memberikan ular kepada anaknya itu ganti ikan? Atau, jika ia minta telur, akan memberikan kepadanya kalajengking? Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan Roh Kudus kepada mereka yang meminta kepada-Nya." (Luk 11:5-13), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Sebagai orang beriman atau beragama kiranya kita sering berdoa, dan isi doa pada umumnya adalah permohonan. Secara kebetulan hari ini, 11 Oktober 2012, adalah Hari Pemakluman Tahun Iman dari 11 Oktober 2012 s/d 24 Oktober 2013, maka kami berharap jika mengajukan permohonan kepada Tuhan dalam doa, hendaknya mohon agar iman kita semakin tangguh dan handal, mendalam, benar dan akurat. Untuk itu sebagaimana disabdakan oleh Yesus, marilah kita mohon karunia Roh Kudus, karena dengan demikian permohonan kita pasti akan terkabul. Dengan kata lain marilah kita mohon agar kita hidup dan bertindak dijiwai oleh Roh Kudus alias iman, pembaktian diri sepenuhnya kepada Tuhan. Memang permohonan ini akan menjadi kenyataan alias terwujud butuh kerjasama kita yang memohonnya, antara lain, sebagaimana diharapkan oleh Gembala kita, marilah kita baca, fahami, renungkan dan cecap dalam-dalam apa yang tertulis dalam dokomen-dokumen guna mendukung hidup beriman, seperti Kitab Suci, Dokumen-dokumen Konsili Vatikan II maupun Katekismus Gereja Katolik. Sekiranya kita tidak mungkin membaca seluruhnya, baiklah kita pilih apa yang sesuai dengan panggilan maupun tugas pengutusan kita. Dokumen-dokumen Konsili Vatikan II hemat kami sungguh lengkap, mencakup semua dimensi hidup kita di tengah masyarakat: hidup beragama/menggereja, bermasyarakat, politik, social, berkeluarga, pelayanan pendidikan, liturgy dst.. Pembacaan atau pendalaman kiranya dapat dilakukan secara pribadi atau bersama-sama di dalam keluarga, tempat kerja, sekolah, komunitas, dst..

·   "Jadi bagaimana sekarang, apakah Ia yang menganugerahkan Roh kepada kamu dengan berlimpah-limpah dan yang melakukan mujizat di antara kamu, berbuat demikian karena kamu melakukan hukum Taurat atau karena kamu percaya kepada pemberitaan Injil?" (Gal 3:5). Sebagai orang yang telah dibaptis maupun menerima Sakramen Krisma kita telah menerima anugerah Roh Kudus, maka baiklah anugerah ini tidak kita sia-siakan. Apakah melalui cara hidup dan cara bertindak kita sering terjadi mujizat? Kami percaya bahwa setiap hari kita melakukan mujizat jika kita hidup dijiwai oleh Roh Kudus. Bentuk mujizat adalah berupa pembaharuan-pembaharuan atau penemuan-penemuan hal-hal baru. Maka baiklah aneka macam bentuk pembaharuan atau penemuan baru hendaknya tidak dihayati hanya karena kerja keras atau usaha kita, tetapi juga karena campur tangan Allah melalui Roh yang dianugerahkan kepada kita. Hendaknya jangan ada orang yang menyombongkan diri karena kesuksesan atau keberhasilan, dengan kata lain hayati dengan rendah hati segala keberhasilan dan kesuksesan, semakin sukses dan berhasil dalam hidup dan kerja hendaknya semakin bersyukur dan berterima kasih.  Kutipan di atas juga mengingatkan dan mengajak kita untuk pertama-tama mentaati dan melaksanakan aneka aturan dan tata tertib, dan dimana perlu mengatasinya, artinya secara konkret dapat dikatakan melanggar tata tertib atau aturan, tetapi yang benar adalah demi keselamatan jiwa lebih banyak kita mengatasi tata tertib atau aturan. Hendaknya kita hidup dan bertindak dengan pedoman pada nilai-nilai moral bukan hukum. Untuk itu binalah kebersihan suara hati anda, antara lain dengan senantiasa melakukan apa yang baik dan menyelamatkan, terutama keselamatan jiwa manusia. Marilah kita hidup dan bertindak lebih berpedoman pada perintah Allah daripada perintah manusia.

"Ia menumbuhkan sebuah tanduk keselamatan bagi kita di dalam keturunan Daud, hamba-Nya itu, -- seperti yang telah difirmankan-Nya sejak purbakala oleh mulut nabi-nabi-Nya yang kudus -- untuk melepaskan kita dari musuh-musuh kita dan dari tangan semua orang yang membenci kita, untuk menunjukkan rahmat-Nya kepada nenek moyang kita dan mengingat akan perjanjian-Nya yang kudus, yaitu sumpah yang diucapkan-Nya kepada Abraham, bapa leluhur kita, bahwa Ia mengaruniai kita, supaya kita, terlepas dari tangan musuh, dapat beribadah kepada-Nya tanpa takut, dalam kekudusan dan kebenaran di hadapan-Nya seumur hidup kita" (Luk 1:69-75)
Ign 11 Oktober 2012 

Selasa, 09 Oktober 2012

10 Okt


"Berikanlah kami setiap hari makanan kami yang secukupnya"
(Gal 2:1-2.7-14; Luk 11:1-4)

" Pada suatu kali Yesus sedang berdoa di salah satu tempat. Ketika Ia berhenti berdoa, berkatalah seorang dari murid-murid-Nya kepada-Nya: "Tuhan, ajarlah kami berdoa, sama seperti yang diajarkan Yohanes kepada murid-muridnya." Jawab Yesus kepada mereka: "Apabila kamu berdoa, katakanlah: Bapa, dikuduskanlah nama-Mu; datanglah Kerajaan-Mu. Berikanlah kami setiap hari makanan kami yang secukupnya dan ampunilah kami akan dosa kami, sebab kami pun mengampuni setiap orang yang bersalah kepada kami; dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan." (Luk 11:1-4), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Sebagai orang yang beriman kepada Yesus Kristus kiranya setiap hari kita berdoa 'Bapa Kami', yang diajarkan oleh Yesus. Doa yang diajarkan oleh Yesus sungguh sederhana, sesuai dengan kebutuhan hidup kita sehari-hari, antara lain kita berdoa "Berikanlah kami setiap hari makanan yang secukupnya". Sejauh mana kita hayati isi doa ini dalam hidup sehari-hari, maka marilah kita berrefleksi. Agar kita dapat hidup sehat dan segar bugar memang kita butuh makan dan minum secukupnya, dan kiranya perlu berpedoman pada motto "empat sehat lima sempurna". Namun jika diperhatikan dan dicermati kiranya tidak semua orang dapat mengkonsumsi makanan dan minuman sesuai dengan motto tersebut, karena ada sementara orang yang serakah. Maka dengan ini kami mengingatkan siapapun yang dengan serakah mengkonsumi makanan dan minuman untuk ingat akan mereka yang miskin dan berkekurangan dengan hidup sederhana, makan dan minum secukupnya dan bukan sebanyak-banyaknya. Berikanlah kelebihan yang anda miliki kepada mereka yang miskin dan berkekurangan dalam hal makan dan minum sehat yang memadai. Kami ingatkan juga kepada kita semua agar mengkonsumsi makanan dan minuman yang sehat bagi tubuh kita, antara lain diusahakan makanan organik, bukan instant. Makanan yang tidak organik akan membuat ketahanan tubuh kita rentan dan kurang handal, mudah membuat diri kita jatuh sakit. Hendaknya anak-anak di dalam keluarga sedini mungkin dibiasakan makan dan minum secukupnya sesuai dengan prinsip hidup sehat dan bugar. Secara khusus kami ingatkan agar bayi atau anak dapat menerima ASI yang memadai dan jangan tergesa-gesa memberi susu kaleng/susu sapi.
·   "Aku pergi berdasarkan suatu penyataan. Dan kepada mereka kubentangkan Injil yang kuberitakan di antara bangsa-bangsa bukan Yahudi -- dalam percakapan tersendiri kepada mereka yang terpandang --, supaya jangan dengan percuma aku berusaha atau telah berusaha" (Gal 2:2). Injil adalah warta atau kabar gembira, sesuatu yang menggembirakan dan membahagiakan. Kami percaya bahwa kita semua mendambakan hidup bahagia dan gembira, sehat wal'afiat dan tidak pernah menderita sakit apapun. Kami percaya juga bahwa kita semua berusaha keras mengusahakan hidup bahagia dan gembira, dan berharap segala usaha dan jerih payah kita tidak percuma dan sia-sia. Agar usaha dan kerja keras kita tidak sia-sia atau percuma, maka baiklah kita jaga kesehatan dan kebugaran serta kemudian kita usahakan melakukan apa saja yang berguna bagi kesehatan dan kebugaran tubuh kita. Kita semua juga diharapkan mempengaruhi mereka yang terpandang dalam hidup sehari-hari dalam masyarakat, agar mereka mengusahakan hidup sehat dan bugar bagi saudara-saudarinya, misalnya para tokoh masyarakat maupun agama. Secara khusus kami berharap kepada para tokoh atau pemuka agama untuk senantiasa memberitakan apa yang baik, menggembirakan dan membahagiakan. Kami harapkan para tokoh atau pemuka agama menghayati salah satu isi doa Bapa Kami yang lain, yaitu "ampunilah kami seperti kami pun senantiasa mengampuni mereka yang bersalah kepada kami". Dengan kata lain hendaknya senantiasa hidup saling mengampuni serta tidak pernah marah sedikitpun kepada orang lain, terutama mereka yang menyakiti atau mengecewakan kita. Mereka yang mudah marah juga dengan mudah akan jatuh sakit, karena marah dapat mengurangi kekebalan dan ketahanan tubuh/fisik. Ingatlah, sadari dan hayati bahwa anda semua sampai kini telah menerima kasih pengampunan Allah secara melimpah ruah melalui sekian banyak orang yang memperhatikan dan mengasihi kita melalui aneka bentuk dan cara. Jika kita dapat menghayati kasih pengampunan dengan baik, maka hidup ini akan bahagia, damai dan nikmat, dalam keadaan, situasi dan kondisi macam apapun kita senantiasa berterima kasih dan bersyukur.
"Pujilah TUHAN, hai segala bangsa, megahkanlah Dia, hai segala suku bangsa! Sebab kasih-Nya hebat atas kita, dan kesetiaan TUHAN untuk selama-lamanya. Haleluya!" (Mzm 117)
Ign 10 Oktober 2012
__._,_.___

Senin, 08 Oktober 2012

9 Okt


"Maria telah memilih bagian yang terbaik yang tidak akan diambil dari padanya."
(Gal 1:13-24; Luk 10:38-42)

" Ketika Yesus dan murid-murid-Nya dalam perjalanan, tibalah Ia di sebuah kampung. Seorang perempuan yang bernama Marta menerima Dia di rumahnya. Perempuan itu mempunyai seorang saudara yang bernama Maria. Maria ini duduk dekat kaki Tuhan dan terus mendengarkan perkataan-Nya, sedang Marta sibuk sekali melayani. Ia mendekati Yesus dan berkata: "Tuhan, tidakkah Engkau peduli, bahwa saudaraku membiarkan aku melayani seorang diri? Suruhlah dia membantu aku." Tetapi Tuhan menjawabnya: "Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya." (Luk 10:38-42), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Warta Gembira di atas ini kiranya menjadi inspirasi motto 'ora et labora' = berdoa dan bekerja. Kita semua dipanggil untuk meneladan Maria, dan tentu saja tidak dalam arti berkanjang dalam doa terus-menerus tanpa mengerjakan sesuatu tugas duniawi yang lain. Saya sangat terkesan akan sharing pengalaman pimpinan Biara Trapistin Gedono, dimana pada suatu saat ketika menerima kunjungan beberapa suster, ia mengatakan bahwa sepanjang hari para suster Trapistin berrekreasi, yang berrekreasi bersama dengan Tuhan. Bagi kebanyakan orang mungkin terasa aneh: bagaimana berrekreasi dengan Tuhan? Mungkinkah hal itu dilakukan? Saya pribadi menangkap hal itu senada dengan semangat Ignatius Loyola "contemplativus in action" = menemukan Tuhan dalam segala sesuatu atau menghayati segala sesuatu dalam Tuhan. Rasanya cukup banyak orang bersikap mental seperti Marta, yaitu mengeluh dan menggerutu ketika sedang bekerja atau melayani atau ketika sukses bekerja tidak ada yang memujinya. Bekerja keras dan sukses disertai keluh kesah dan gerutu pasti tidak akan menarik dan mempesona bagi orang lain. Maka dengan  ini kami mengajak kita semua, umat beriman, hendaknya dalam hidup maupun bekerja kita senantiasa bergembira, bersyukur dan berterima kasih, entah dalam pekerjaan atau tugas sebesar dan seberat apapun. Segala sesuatu jika dikerjakan dalam kegembiraan, syukur dan terima kasih alias dalam Tuhan akan enak adanya, nikmat dalam hidup, serta senantiasa siapapun yang melihatnya akan terpesona dan terpikat. Marilah kita 'berrekreasi dengan Tuhan terus-menerus' sepanjang perjalanan hidup dan tugas kita masing-masing.

·   "Di hadapan Allah kutegaskan: apa yang kutuliskan kepadamu ini benar, aku tidak berdusta" (Gal 1:20), demikian kata Paulus dalam mengawali suratnya kepada umat di Galatia. Apa yang dilakukan dan dikatakan oleh Paulus ini kiranya dapat kita lakukan juga: menulis apapun dengan benar dan tidak pernah berdusta sedikitpun. Di lingkungan pegawai dan pejabat pemerintahan atau kantor-kantor dan perusahaan  kiranya masih terjadi kebohongan tulisan, misalnya yang marak adalah 'mark-up' anggaran atau pemalsuan kwitansi. Yang lebih memprihatinkan adalah apa yang terjadi di lingkungan pendidikan atau persekolahan, yaitu berupa pemalsuan nilai-nilai hasil ulangan maupun ujian. Sistem kelulusan ujian nasional yang ada pada saat ini memotivasi para guru untuk tidak jujur dalam memberi nilai mata pelajaran para peserta didiknya; demi kelulusan nilai-nilai yang memang tidak dapat diperoleh dari bahan ujian nasional, melainkan ujian sekolah, maka nilai-nilai ujian sekolah 'dinaikkan' atau dalam bahasa halus 'disesuaikan'. Memang banyak orang begitu mahir dalam hal penyesuaian, tetapi bukan penyesuaian menuju yang baik atau lebih baik, melainkan menuju ke kejahatan atau kebobrokan moral. Tindakan 'mark-up' anggaran yang terjadi di sana-sini di lingkungan pemerintahan, kantor maupun perusahaan, hemat kami merupakan buah atau korban kemerosotan pendidikan kita, yaitu 'penyesuaian nilai' yang dilakukan. Dengan ini kami berharap kita semua berusaha jujur dan tidak berdusta dalam aneka tulisan apapun, dan hal ini hendaknya sedini mungkin dibiasakan atau dididikkan pada anak-anak di dalam keluarga maupun sekolah-sekolah. Ingatlah dan sadari bahwa jika kita terbiasa mudah berdusta yang akan celaka atau rugi adalah diri kita sendiri, bukan orang lain. Kami juga berharap kita semua jujur terhadap diri sendiri, tidak mendustai dirinya sendiri.
"Engkaulah yang membentuk buah pinggangku, menenun aku dalam kandungan ibuku. Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang Kaubuat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya.Tulang-tulangku tidak terlindung bagi-Mu, ketika aku dijadikan di tempat yang tersembunyi, dan aku direkam di bagian-bagian bumi yang paling bawah" (Mzm 139:13-15)
Ign 9 Oktober 2012

Minggu, 07 Oktober 2012

8 Okt

"Siapakah sesamaku manusia?"
(Gal 1:6-12; Luk 10:25-37)

" Pada suatu kali berdirilah seorang ahli Taurat untuk mencobai Yesus, katanya: "Guru, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?" Jawab Yesus kepadanya: "Apa yang tertulis dalam hukum Taurat? Apa yang kaubaca di sana?" Jawab orang itu: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri." Kata Yesus kepadanya: "Jawabmu itu benar; perbuatlah demikian, maka engkau akan hidup." Tetapi untuk membenarkan dirinya orang itu berkata kepada Yesus: "Dan siapakah sesamaku manusia?" Jawab Yesus: "Adalah seorang yang turun dari Yerusalem ke Yerikho; ia jatuh ke tangan penyamun-penyamun yang bukan saja merampoknya habis-habisan, tetapi yang juga memukulnya dan yang sesudah itu pergi meninggalkannya setengah mati. Kebetulan ada seorang imam turun melalui jalan itu; ia melihat orang itu, tetapi ia melewatinya dari seberang jalan. Demikian juga seorang Lewi datang ke tempat itu; ketika ia melihat orang itu, ia melewatinya dari seberang jalan. Lalu datang seorang Samaria, yang sedang dalam perjalanan, ke tempat itu; dan ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ia pergi kepadanya lalu membalut luka-lukanya, sesudah ia menyiraminya dengan minyak dan anggur. Kemudian ia menaikkan orang itu ke atas keledai tunggangannya sendiri lalu membawanya ke tempat penginapan dan merawatnya. Keesokan harinya ia menyerahkan dua dinar kepada pemilik penginapan itu, katanya: Rawatlah dia dan jika kaubelanjakan lebih dari ini, aku akan menggantinya, waktu aku kembali. Siapakah di antara ketiga orang ini, menurut pendapatmu, adalah sesama manusia dari orang yang jatuh ke tangan penyamun itu?" Jawab orang itu: "Orang yang telah menunjukkan belas kasihan kepadanya." Kata Yesus kepadanya: "Pergilah, dan perbuatlah demikian!" (Luk 10:25-37), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Sebagai manusia kita adalah ciptaan Allah dan ketika diciptakan baik adanya, tiada cacat-cela sedikitpun, dan kita dipanggil untuk hidup saling mengasihi sebagai saudara agar kelak ketika dipanggil Tuhan atau setelah meninggal dunia menikmati hidup kekal mulia selamanya di sorga. Namun dalam perjalanan waktu kiranya kita mengalami erosi sehingga tambah usia dan pengalaman juga berarti tambah musuh atau orang-orang yang kurang atau tidak kita sukai. Sabda hari ini mengingatkan dan mengajak kita semua untuk hidup saling mengasihi dengan siapapun, tanpa pandang bulu, dan terutama dengan mereka yang mungkin memusuhi kita atau menderita, kurang diperhatikan. Kita dipanggil untuk meneladan orang Samaria yang baik dan bermurah hati terhadap orang Yahudi yang kesakitan karena dirampok, padahal orang Yahudi dikenal membenci orang Samaria. Kita semua dipanggil untuk memiliki keutamaan belas kasih kepada siapapun, terutama mereka yang sakit dan menderita. Secara khusus kami mengingatkan siapapun yang berkarya dalam karya kesehatan, entah di rumah sakit atau di tempat lain untuk menjadi saksi belas kasih. Ingat kata Inggris rumah sakit atau hospital dan dapat menjadi kata sifat hospitality yang berarti kemurahan hati atau keramahan, tentu terhadap para pasien atau yang menderita sakit. Biarlah entah pasien maupun keluarga atau kerabatnya dapat menikmati keramahan, belas kasih dan kemurahan hati para dokter, perawat maupun tenaga medis dan para-medis lainnya.
·   "Aku menegaskan kepadamu, saudara-saudaraku, bahwa Injil yang kuberitakan itu bukanlah injil manusia.Karena aku bukan menerimanya dari manusia, dan bukan manusia yang mengajarkannya kepadaku, tetapi aku menerimanya oleh penyataan Yesus Kristus" (Gal 1:11-12). Apa yang dilakukan oleh orang Samaria yang baik hati kiranya sungguh merupakan pewujudan kehendak Tuhan, dan kita semua sebagai umat beriman dipanggil untuk meneladannya. Maka marilah kemanapun kita pergi atau dimanapun kita berada senantiasa memberitakan apa yang dikehendaki atau diperintahkan oleh Tuhan, dan hemat kami semua perintah dan kehendakNya dapat dipadatkan dalam perintah untuk saling mengasihi sebagaimana Tuhan telah mengasihi kita. Cintakasih bebas dan dan tak terbatas, dan salah satu wujud cintakasih yang terkait dengan Warta Gembira hari adalah berbuat baik kepada orang yang sedang mengalami kesulitan hidup tanpa pandang bulu. Dalam lingkungan hidup maupun kerja kita di tengah masyarakat pada saat ini kiranya ada orang-orang yang sungguh membutuhkan pertolongan atau kebaikan/kemurahaan hati anda, maka bukalah hati, jiwa dan tenaga maupun kekayaan anda guna membantu mereka yang sedang berada di dalam kesulitan hidup, entah itu dalam hal ekonomi, agama maupun relasi pribadi dalam keluarga dan tempat kerja. Marilah kita saling berbelas kasih, sebagaimana Tuhan senantiasa berbelas kasih kepada kita orang yang lemah dan rapuh ini.
"Perbuatan tangan-Nya ialah kebenaran dan keadilan, segala titah-Nya teguh, kokoh untuk seterusnya dan selamanya, dilakukan dalam kebenaran dan kejujuran. Dikirim-Nya kebebasan kepada umat-Nya, diperintahkan-Nya supaya perjanjian-Nya itu untuk selama-lamanya; nama-Nya kudus dan dahsyat" (Mzm 11:7-9)
Ign 8 Oktober 2012

MgBiasa XXVII


MgBiasa XXVII: Kej 2:18-26; Ibr 2:9-11; Mrk 10:2-12
"Apakah seorang suami diperbolehkan menceraikan isterinya?"
Dari pasangan hidup suami-isteri, yang sering dengan mudah menceraikan pasangannya pada umumnya adalah pihak suami, karena pada umumnya juga laki-laki lebih mudah tergoda dengan  jenis lain, apalagi jika pelayanan sang isteri dalam berbagai hal kurang memuaskan. Pendek kata pada umumnya penyebab perceraian suami-isteri adalah sang suami. Kasus yang sering saya dengar, misalnya: suami berselingkuh dengan perempuan lain dan pada suatu saat sang isteri tahu, maka sang isteri pun muak dan tergerak untuk bercerai dengan suaminya, juga ada alasan  bercerai karena tidak mau dimadu. Itulah gejala umum yang terjadi di masyarakat, maka tidak mengherankan juga diangkat dalam Kitab Suci dalam rangka mengajarkan perkawinan atau hidup suami-isteri yang benar dan baik. Maka marilah kita renungkan dan hayati apa yang disabdakan oleh Yesus di bawah ini, khususnya anda semua yang hidup berkeluarga sebagai suami isteri.
"Pada awal dunia, Allah menjadikan mereka laki-laki dan perempuan, sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya,sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu.Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia." (Mrk 1):6-9)
Hidup berkeluarga sebagai suami-isteri diikat oleh cintakasih, dan cintakasih tersebut berasal dari Allah dan Allah adalah 'Alpha dan Omega', awal dan akhir. Dengan kata lain ikatan suami-isteri diawali oleh Allah dan diakhiri oleh Allah juga, manusia tidak boleh mengakhiri seenaknya menurut keinginan sendiri atau selera pribadi. "Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan oleh manusia", demikian jawaban Yesus menanggapi pertanyaan orang-orang yang mempertanyakan perihal perceraian antara suami-isteri. Memang orang pada umumnya menceraikan pasangan hidupnya karena kedegilan hatinya, karena keras hatinya atau tertutup hatinya.
Setelah menjadi suami-isteri, laki-laki dan perempuan 'menjadi satu daging', karena mereka saling mengasihi dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan segenap tenaga/tubuh, sehingga mereka sehati, sejiwa, seakal budi dan setubuh: persetubuhan atau hubungan seksual antara suami-isteri merupakan wujud saling mengasihi yang handal dan mendalam. Kesatuan mereka karena kasih tiada sesuatu pun yang ditutupi antar mereka, bahkan karena kasih mereka saling menghadirkan diri dalam keadaan telanjang bulat tidak malu, bahkan kasih mereka semakin akurat, mendalam dan handal. Kami berharap keterbukaan secara fisik untuk bukan formalitas belaka atau permainan sandiwara.
Buah persatuan antar suami-isteri antara lain adalah 'anak' sebagai buah kasih atau yang terkasih. Kasih sebagaimana saya katakan di atas tiada awal dan akhir. Kasih hemat saya juga merupakan ajaran semua agama, maka kami harapkan para pengkotbah atau pemuka agama senantiasa dalam kasih menyampaikan ajaran-ajaran atau kotbah-kotbahnya. Ada pepatah 'dalamnya laut dapat diduga, dalamnya hati siapa tahu'. Kiranya hanya orang yang memiliki kasih  dan senantiasa hidup saling mengasihi akan tahu dalamnya hati, hatinya sendiri maupun hati orang lain. Hanya dalam dan oleh kasih kita dapat tumbuh berkembang dengan baik, sebagaimana dikehendaki oleh Allah yang telah menciptakan kita karena kasihNya. Jenis kehidupan lain, selain manusia, yang ada di permukaan bumi ini, juga dapat hidup, tumbuh dan berkembang karena kasih.
Hidup saling mengasihi hemat saya mudah dilakukan atau dihayati, jika kita menyadari dan menghayati diri sebagai 'yang terkasih' atau buah kasih. Karena masing-masing dari kita adalah 'yang terkasih' maka bertemu dengan orang lain, siapapun, secara otomatis akan saling mengasihi. Kami berharap anak-anak di dalam keluarga dididik dan dibina sedini mungkin hidup saling mengasihi dengan teladan konkret dari orangtua. Tawuran sampai pembunuhan antar pelajar sebagaimana terjadi akhir-akhir ini, hemat saya karena mereka tidak merasa dikasihi atau kurang kasih dari orangtuanya. Tak jemu-jemunya saya mengingatkan bahwa salah satu wujud kasih yang penting dan utama adalah 'boros waktu dan tenaga' bagi yang terkasih, sehingga terjadi tatap muka, percakapan dan curhat bersama. Hemat saya aneka sarana tehnologi modern saat ini, seperti  HP, Ipad, Internet dst.. merupakan godaan hebat atau gangguan dalam saling mengasihi dengan benar dan baik, dimana orang malas untuk bertatap muka, silaturahmi, bercurhat dengan orang lain, melainkan menyibukkan diri dengan sarana-sarana komunikasi tersebut. Semoga anak-anak diingatkan perihal bahaya dan ancaman dari sarana-sarana komunikasi modern dan canggih secara teknologi masa kini.
"Dia, yang untuk waktu yang singkat dibuat sedikit lebih rendah dari pada malaikat-malaikat, yaitu Yesus, kita lihat, yang oleh karena penderitaan maut, dimahkotai dengan kemuliaan dan hormat, supaya oleh kasih karunia Allah Ia mengalami maut bagi semua manusia. Sebab memang sesuai dengan keadaan Allah -- yang bagi-Nya dan oleh-Nya segala sesuatu dijadikan --, yaitu Allah yang membawa banyak orang kepada kemuliaan, juga menyempurnakan Yesus, yang memimpin mereka kepada keselamatan, dengan penderitaan.Sebab Ia yang menguduskan dan mereka yang dikuduskan, mereka semua berasal dari Satu; itulah sebabnya Ia tidak malu menyebut mereka saudara" (Ibr 2:9-11).
Sebagai orang beriman kita semua adalah saudara. Bukankah dalam menyapa orang lain yang belum kenal kita juga menyapanya dengan kata 'saudara'? Yesus, Allah yang menjadi manusia seperti kita, kecuali dalam hal dosa, memperlakukan kita, yang beriman kepadaNya, sebagai saudara, dan Ia memimpin kita, saudara-saudariNya 'kepada kemuliaan, dengan penderitaan'. Memang untuk hidup bahagia dan damai sejahtera orang harus melalui penderitaan, kerja keras dan pengorbanan. Demikian juga hidup bersaudara atau bersahabat dengan orang lain, tanpa pandang bulu.
Laki-laki dan perempuan pada masa pacaran atau tunangan kiranya masing-masing sungguh rela berkorban dan menderita bagi kekasihnya, namun sering ketika sudah menjadi suami-isteri dapat terjadi kemerotosan dalam hal berkorban dan berjuang. Kami berharap anak-anak di dalam keluarga sedini mungkin dibina dan dididik dalam hal berkorban dan berjuang demi kebahagiaan atau kesejahteraan sejati, jauhkan aneka macam pemanjaan yang akan mencelakakan dirinya maupun anda sebagai orangtuanya. Sebagai orang katolik atau kristen kami percaya bahwa anda memasang salib di kamar, entah kamar tamu atau kamar lainnya, maka pandanglah dan renungkanlah salib yang anda pasang setiap hari. Dan tentu saja kami berharap anda yang percaya kepada Yesus Kristus dengan jiwa besar dan hati rela berkorban meneladan penderitaan dan pembaktian DiriNya demi keselamatan umat manusia.
 "Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia." Lalu TUHAN Allah membentuk dari tanah segala binatang hutan dan segala burung di udara. Dibawa-Nyalah semuanya kepada manusia itu untuk melihat, bagaimana ia menamainya; dan seperti nama yang diberikan manusia itu kepada tiap-tiap makhluk yang hidup, demikianlah nanti nama makhluk itu." (Kej 2:18-19). Kutipan ini kiranya mengingatkan kita semua, bahwa sebagai manusia kita harus bersahabat atau bersaudara dengan siapapun, demikian juga dengan "segala binatang hutan dan segala burung di udara". Tentu pertama-tama saya mengingatkan kita semua agar kaum laki-laki dan kaum perempuan tidak saling melccehkan atau merendahkan, melainkan saling bekerja sama. Aneka perbedaan yang ada antar laki-laki dan perempuan hendaknya dihayati sebagai daya tarik, daya pikat atau daya dorong untuk bersahabat atau bersaudara. Selanjutnya marilah kita semua membangun dan memperdalam persahabatan dengan aneka binatang di darat maupun di laut dan burung di udara.
"Berbahagialah setiap orang yang takut akan TUHAN, yang hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya! Apabila engkau memakan hasil jerih payah tanganmu, berbahagialah engkau dan baiklah keadaanmu! Isterimu akan menjadi seperti pohon anggur yang subur di dalam rumahmu; anak-anakmu seperti tunas pohon zaitun sekeliling mejamu! Sesungguhnya demikianlah akan diberkati orang laki-laki yang takut akan TUHAN." (Mzm 128:1-4)
Ign 7 Oktober 2012