Fans Page Facebook http://imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Jumat, 02 Juli 2010

MInggu Biasa XIV - Yes 66: 10-14; Gal 6:14-18; Luk 10:1-12.17-20

"Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada Tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu"

Mg Biasa XIV: Yes 66: 10-14; Gal 6:14-18; Luk 10:1-12.17-20


Akhir-akhir ini kasus pelecehan  seksual yang dilakukan oleh sementara imam/pastor diangkat alias menjadi wacana publik, sementara itu jumlah imam/pator yang mengundurkan diri terus berlangsung dan panggilan untuk menjadi imam merosot. Jumlah pekerja dalam Gereja, imam, bruder atau suster semakin merosot dan kebutuhn pelayanan umat semakin meningkat. Sering saya dengar keluh kesah umat betapa sulitnya minta bantuan imam untuk memimpin ibadat atau penerimaan sakramen, misalnya penerimaan sakramen minyak suci bagi mereka yang menderita sakit keras, perayaan ekaristi untuk pemakaman, dst.. Memang tantangan dan godaan menjadi imam, bruder atau suster maupun hidup berkeluarga pada masa kini sungguh berat dan banyak, maka baiklah kita tanggapi sabda Yesus hari ini, sebagaimana menjadi Warta Gembira hari ini.

 

"Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada Tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu. Pergilah, sesungguhnya Aku mengutus kamu seperti anak domba ke tengah-tengah serigala. Janganlah membawa pundi-pundi atau bekal atau kasut, dan janganlah memberi salam kepada siapa pun selama dalam perjalanan" (Luk 10:2-4).  

 

Kita dipanggil oleh Yesus untuk mohon dengan rendah hati agar Tuhan mengirimkam pekerja-pekerja, imam, bruder atau suster yang siap sedia serta dengan belas kasih melayani umat Allah. Kami merasa dalam hal ini peran orangtua atau keluarga dominan alias penting sekali, antara lain suasana hidup berkeluarga atau di dalam keluarga. Hidup suami-isteri didasari dan dijiwai oleh cinta kasih dan ketika mengawali hidup baru sebagai suami-isteri saling berjanji untuk saling mengasihi baik dalam sehat maupun sakit, untung maupun malang sampai mati. Maka  suasana hidup berkeluarga hendaknya sungguh dijiwai oleh cintakasih, yang antara lain relasi antar anggota keluarga ditandai atau diwarnai oleh 'saling sabar, saling bermurah hati, saling tidak marah dan tidak menyimpan kesalahan, saling rendah hati, saling menghormati, saling percaya, saling peka akan kebutuhan yang lain lebih-lebih bagi yang sakit, sedih dan menderita, dst" (lih 1Kor 13:4-7),.

 

Dalam kebersamaan cintakasih hendaknya diusahakan setiap hari ada doa bersama, antara lain berdoa kepada Tuhan mohon agar Ia mengirimkan pekerja-pekerja dalam kebun anggur Tuhan. Kepada para orangtua kami ingatkan dan harapkan bahwa ketika salah seorang anaknya ada yang merasa tergerak dan terpanggil untuk menjadi imam, bruder dan suster hendaknya didukung, dan tidak dihalang-halangi melalui aneka cara. Yesus mengingatkan bahwa ada serigala-serigala yang siap menerkam dalam perjalanan hidup kita. Serigala-serigala itu ada kemungkinan ada di dalam hati kita masing-masing, yaitu berupa ketakutan atau kekhawatiran. Pada uumnya mereka yang khawatir adalah orang-orang kota yang kaya dan hanya memiiki dua atau tiga anak.

 

Sebagai orang yang beriman kepada Yesus Kristus kita juga diutus untuk mewartakan kabar baik, yaitu hidup dan bertindak sesuai dengan ajaran-ajaran atau sabda-sabdaNya dalam keadaan atau situasi apapun, kapanpun dan dimanapun. Kita diingatkan oleh Yesus bahwa kita 'seperti anak domba ke tengah serigala-seigala. Janganlah membawa pundit-undi atau bekal atau kasut, dan janganlah memberi salam kepada siapapun selama dalam perjalanan".  Peringatan atau pesan Yesus ini kiranya dapat kita hayati dengan hidup dan bertindak sederhana atau.lebih mengandalkan diri pada manusia daripada aneka macam sarana-prasarana seperti uang, alat-alat, kendaraan dst.. Dengan kata lain hendaknya berpegang pada motto "the man behind the gun" (manusia yang berada dibalik senjata atau  aneka sarana-prasarana). Aneka sarana-prasarana memang dapat menjadi 'serigala-serigala'yang siap menerkam, melumpuhkan atau melemahkan serta membuat frustrasi manusianya. Kita juga diingatkan untuk 'tidak memberi salam kepada siapapun selama di perjalanan', artinya tidak menyeleweng atau mengerjakan pekerjaan sambilan.

 

"Aku sekali-kali tidak mau bermegah, selain dalam salib Tuhan kita Yesus Kristus, sebab olehnya dunia telah disalibkan bagiku dan aku bagi dunia." (Gal 6:14)

Kebanyakan dari kita bermegah atas apa yang kita miliki atau kuasai saat ini, misalnya pangkat, kedudukan, harta benda/uang, kecantikan, ketampanan, kepandaian, dst.. alias bermegah atas halhal duniawi. Paulus memberi kesaksian bahwa ia hanya bermegah dalam salib Tuhan kita Yesus Kristus "sebab olehnya dunia telah disalibkan bagiku dan aku bagi dunia".  Entah sudah berapa kali kita yang beriman kepada Yesus Kristas nenbuat tanda salib, kiranya tak ada seorangpun yang sempat menghitung atau nengingat-ingatnya. Dalam membuat tanda salib antara lain dengan telunjuk jari kita menunjuk atau  menepuk dahi, dada dan bahu, yang berarti otak/pikiran, hati/jantung dan kekuatan kita. Bukankah hal itu berarti kita menyalibkan atau mempersembahkan pikiran, perasaan dan kekuatan kita kepada Yang Tersalib?  

 

"Dunia telah disalibkan bagiku dan aku bagi dunia"  berarti aku  harus bekerja keras menyelamatkan dunia seisinya dengan hidup mendunia, berpartisipasi dalam seluk-beluk atau hal ihkwal duniawi. Kita menycikan dunia dan dengan semakin mendunia kita semakin suci. Dengan kata lain mendunia, entah belajjar atau bekerja, entah sedang rekreasi, berjalan, dst.. bagaikan beribadat. Dalam bahasa /spiritualitas  Ignatian hal itu berarti menemukan Tuhan dalam segala sesuatu atau menghayati segala sesuatu di dalam Tuhan ('contemplativus in actione'). Dalam hal ini Romo JB Mangunwijaya pr alm. sering mengingatkan demikian dalam berbagai kesempatan "Jangan mencari kesucian di kapel, di gedung gereja, di tempat ziarah dst.., tetapi carilah kesucian di kamar mandi, di WC/toilet, di kamar makan, di dapur, di tempat tidur, di kantor, di jalanan dst."

 

"Bersukacitalah bersama-sama Yerusalem, dan bersorak-soraklah karenanya, hai semua orang yang mencintainya! Bergiranglah bersama-sama dia segirang-girangnya, hai semua orang yang berkabung karenanya" (Yes 66:10), demikian peringatan atau ajakan Yesaya. Yerusalem adalah kota suci, kota atau tempat idaman, sedangkan yang menjadi tempat idaman kita masa kini atau 'Yerusalem' kita adalah keluarga dan tempat kerja/belajar, dimana kita memoboroskan waktu dan tenaga kita setiap hari. Di dalam keluarga atau tempat kerja/belajar kita masing-masing kita diharapkan untuk senantiasa bersukacita, bergirang bersama segirang-girangnya. Maka marilah kita mawas diri apakah di dalam keluarga dan tempat kerja/belajar kita sungguh bersukacita meskipun harus menghadapi aneka tantangan, masalah dan hambatan. Menghadapi tantangan, masalah dan hambatan dengan sukacita atau girang berarti akan mampu mengatasinya, tentu saja sukacita atau kegirangan dalam dan bersama dengan Tuhan, karena Tuhan senantiasa mendampingi perjalanan hidup dan pelaksanaa pekerjaan atau tugas. .   

 

" Bersorak-sorailah bagi Allah, hai seluruh bumi, mazmurkanlah kemuliaan nama-Nya, muliakanlah Dia dengan puji-pujian!....Seluruh bumi sujud menyembah kepada-Mu, dan bermazmur bagi-Mu, memazmurkan nama-Mu." Pergilah dan lihatlah pekerjaan-pekerjaan Allah; Ia dahsyat dalam perbuatan-Nya terhadap manusia: Ia mengubah laut menjadi tanah kering, dan orang-orang itu berjalan kaki menyeberangi sungai. Oleh sebab itu kita bersukacita karena Dia"

(Mzm 66:1-2.4-6)

Jakarta, 4 Juli 2010


3 Juli - Ef 2:19-22; Yoh 20:24-29

"Berbahagialah mereka yang tidak melihat namun percaya"

(Ef 2:19-22; Yoh 20:24-29)

 

"Tetapi Tomas, seorang dari kedua belas murid itu, yang disebut Didimus, tidak ada bersama-sama mereka, ketika Yesus datang ke situ. Maka kata murid-murid yang lain itu kepadanya: "Kami telah melihat Tuhan!" Tetapi Tomas berkata kepada mereka: "Sebelum aku melihat bekas paku pada tangan-Nya dan sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu dan mencucukkan tanganku ke dalam lambung-Nya, sekali-kali aku tidak akan percaya." Delapan hari kemudian murid-murid Yesus berada kembali dalam rumah itu dan Tomas bersama-sama dengan mereka. Sementara pintu-pintu terkunci, Yesus datang dan Ia berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata: "Damai sejahtera bagi kamu!" Kemudian Ia berkata kepada Tomas: "Taruhlah jarimu di sini dan lihatlah tangan-Ku, ulurkanlah tanganmu dan cucukkan ke dalam lambung-Ku dan jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah." Tomas menjawab Dia: "Ya Tuhanku dan Allahku!" Kata Yesus kepadanya: "Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya."(Yoh 20:24-29), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St.Tomas, rasul, pada hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Kata 'melihat' dan 'percaya' merupakan salah satu cirikhas dari Injil Yohanes. Maka baiklah dalam rangka mengenangkan pesta St.Tomas hari ini saya mengajak anda sekalian berrefleksi perihal dua kata tersebut di dalam hidup kita sehari-hari. Sebagai orang beriman kita memiliki tugas rasuli (sebagai yang diutus), tugas untuk menjadi pewarta-pewarta kabar baik atau gembira. Menjadi pewarta kabar baik atau gembira berarti cara hidup dan cara bertindak kita dimanapun dan kapanpun senantiasa menggembirakan serta memotivasi mereka yang melihat untuk semakin percaya atau beriman kepada Tuhan, semakin suci, semakin berbakti kepada Tuhan melalui sesamanya. Orang melihat kita mungkin akan berseru "Kami telah melihat Tuhan", Tuhan yang hidup dan berkarya dalam diri kita yang lemah dan rapuh ini. Pengalaman Tomas kiranya juga mengingatkan kita semua pentingnya 'perjumpaan umat beriman' secara periodik, untuk ber-curhat perihal pengalaman hidup beriman sehari-hari, sebagaimana terjadi di beberapa daerah: ada pertemuan mingguan antar umat satu lingkungan untuk berdoa dan bertukar pengalaman bersama, ada pertemuan setiap sore di dalam keluarga antara anggota keluarga untuk makan bersama dan berdoa serta curhat bersama, dst… Kami berharap di dalam keluarga-keluarga setiap hari dapat terjadi perjumpaan bersama antar anggota keluarga, dan jika tidak mungkin setiap hari kiranya dapat setiap minggu (week-end) dalam waktu yang lebih panjang atau longgar. Kebersamaan antar seluruh anggota keluarga dalam kasih merupakan salah satu bentuk kerasulan tersendiri pada masa kini.

·   "Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah, yang dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru" (Ef 2:19-20), demikian peringatan Paulus kepada umat di Efesus, kepada kita semua yang beriman kepada Yesus Kristus. Kita sama-sama anggota keluarga Allah, paguyuban umat yang beriman kepada Allah, tiada lagi orang asing atau pendatang, tetapi semuanya anggota. Karena kita dibangun di atas para rasul dan nabi, maka mau tak mau cara hidup dan cara bertindak kita memiliki sifat rasuli dan kenabian. Perihal rasuli sudah saya coba paparkan secara sederhana di atas, maka perkenankan di sini saya sampaikan perihal kenabian. Seorang nabi adalah yang diutus Allah untuk membawa kebenaran-kebenaran atau meneruskan kehendak Allah, maka menghayati panggilan kenabian kita diharapkan kita senantiasa membawa kebenaran-kebenaran dimanapun dan kapanpun. Apa yang disebut benar senantiasa berlaku secara universal atau umum, dimana saja dan kapan saja, tiada terikat oleh ruang dan waktu. Apa yang benar dan baik antara lain adalah keselamatan jiwa, maka menghayati panggilan kenabian berarti senantiasa mengusahakan keselamatan jiwa dalam cara hidup dan cara bertindak. Demi keselamatan jiwa ada kemungkinan orang harus menderita secara phisik, dibenci orang lain, khususnya oleh mereka yang kurang beriman. Panggilan kenabian pada masa kini sungguh mendesak untuk kita hayati bersama-sama, mengingat dan memperhatikan masih maraknya kebohongan-kebohongan di sana-sini dalam hidup sehari-hari. Sekali lagi kami berharap hendaknya anak-anak di dalam keluarga senantiasa dilatih dan dibiasakan untuk melakukan apa yang benar dan baik, jauhkan aneka bentuk kebohongan-kebohongan.

 

"Pujilah TUHAN, hai segala bangsa, megahkanlah Dia, hai segala suku bangsa! Sebab kasih-Nya hebat atas kita, dan kesetiaan TUHAN untuk selama-lamanya. Haleluya!" (Mzm 117)

 

Jakarta, 3 Juli 2010     .     


Kamis, 01 Juli 2010

2 Juli - Am 8:4-6.9-12; Mat 9:9-13

"Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan"

(Am 8:4-6.9-12; Mat 9:9-13)

 

"Setelah Yesus pergi dari situ, Ia melihat seorang yang bernama Matius duduk di rumah cukai, lalu Ia berkata kepadanya: "Ikutlah Aku." Maka berdirilah Matius lalu mengikut Dia. Kemudian ketika Yesus makan di rumah Matius, datanglah banyak pemungut cukai dan orang berdosa dan makan bersama-sama dengan Dia dan murid-murid-Nya. Pada waktu orang Farisi melihat hal itu, berkatalah mereka kepada murid-murid Yesus: "Mengapa gurumu makan bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?" Yesus mendengarnya dan berkata: "Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit. Jadi pergilah dan pelajarilah arti firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, karena Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa." (Mat 9:9-13), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St.Bernardino Realino dkk, para imam Yesuit, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Orang-orang Farisi memang begitu menekankan peraturan sebagaimana tertulis dan kurang menghayati jiwa atau tujuan sejati dari peraturan. Hemat saya semua peraturan dibuat dan diundangkan berdasarkan kasih dan bertujuan mewujudkan kasih juga, dengan kata lain yang utama dan pertama-tama adalah kasih atau belas kasih bukan peraturan, formalitas, liturgy, dst.. Maka cukup menarik tanggapan Yesus atas kata-kata orang Farisi kepada para murid Yesus: "Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit. Jadi pergilah dan pelajarilah arti firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, karena Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa".  Kita semua yang beriman pada Yesus Kristus, dan kiranya secara khusus para imam/pastor, dipanggil untuk menjadi saksi dan teladan belas kasihan dalam hidup, kerja dan pelayanan kita dimanapun dan kapanpun. Memang yang lebih membutuhkan belas kasihan adalah mereka yang sakit atau berdosa, maka pertama-tama saya mengingatkan dan mengajak mereka yang berkarya bagi orang sakit, entah dokter, perawat dan petugas lainnya, untuk sungguh berbelas kasih kepada para pasien: melayani, merawat, memperlakukan para pasien dengan rendah hati, lemah lembut, penuh senyum, murah hati, dst…  Para imam atau pastor kami dambakan juga menjadi teladan dan saksi dalam hal belas kasihan kepada umat yang dipercayakan untuk dilayani atau digembalakan: salurkan kasih pengampunan kepada mereka yang berdosa atau bersalah.

·   "Terimalah didikanku, lebih dari pada perak, dan pengetahuan lebih dari pada emas pilihan. Karena hikmat lebih berharga dari pada permata, apa pun yang diinginkan orang, tidak dapat menyamainya." (Am 8:10-11).  Kutipan ini kiranya baik menjadi permenungan atau refleksi kita bersama. "Hikmat lebih berharga dari pada permata", inilah yang selayaknya menjadi pedoman atau tuntunan cara hidup dan cara bertindak kita dimanapun dan kapanpun. Pertama-tama kami ingatkan para orangtua yang memiliki anak-anak: hendaknya pendidikan anak-anak lebih diutamakan daripada kebutuhan yang lain. Pengalaman menunjukkan ketika orangtua memperhatikan pendidikan anak-anaknya maka berbahagia dan sejahtera masa depan anak-anak maupun orangtua sendiri. Wariskan kepada anak-anak nilai-nilai atau keutamaan-keutamaan kehidupan bukan uang, emas, permata atau berlian. Kepada para pengambil kebijakan atau keputusan dalam hidup bersama, misalnya para anggota DPR dan  kepala daerah maupun presiden,  kami harapkan memberi anggaran yang memadai bagi program pendidikan anak-anak; tekankan lebih ke 'spiritual dan human investment daripada material invesment'. Jangan bangga dengan bangunan gedung tinggi, ber-AC, dst.. sementara itu rakyatnya kurang terdidik, miskin dan amoral.  Permata, uang, harta benda, dst.. dapat hilang dan musnah dalam waktu sesaat, tetapi dididikan nilai, keutamaan dan budi pekerti hemat saya akan abadi sampai mati. Secara umum kami berharap agar anak-anak dan generasi muda sungguh memperoleh kesempatan untuk tumbuh dan berkembang yang memadai sesuai dengan tuntutan zaman. Maka kami berharap kepada orangtua, orang dewasa serta yang berkuasa, untuk memberi kemungkinan dan kesempatan tersebut; tidak memperhatikan pendidikan dan pembinaan anak-anak serta generasi muda berarti mau bunuh diri pelan-pelan alias masa depan suram.

 

"Aku akan berpegang pada ketetapan-ketetapan-Mu, janganlah tinggalkan aku sama sekali. Dengan apakah seorang muda mempertahankan kelakuannya bersih? Dengan menjaganya sesuai dengan firman-Mu. Dengan segenap hatiku aku mencari Engkau, janganlah biarkan aku menyimpang dari perintah-perintah-Mu"

 (Mzm. 119:8-10)

     

Jakarta, 2 Juli 2010


Rabu, 30 Juni 2010

1Juli - Am 7:10-17; Mat 9:1-4

"Mengapa kamu memikirkan hal-hal yang jahat di dalam hatimu?"

(Am 7:10-17; Mat 9:1-4)

 

"Sesudah itu naiklah Yesus ke dalam perahu lalu menyeberang. Kemudian sampailah Ia ke kota-Nya sendiri. Maka dibawa oranglah kepada-Nya seorang lumpuh yang terbaring di tempat tidurnya. Ketika Yesus melihat iman mereka, berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu: "Percayalah, hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni." Maka berkatalah beberapa orang ahli Taurat dalam hatinya: "Ia menghujat Allah." Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka, lalu berkata: "Mengapa kamu memikirkan hal-hal yang jahat di dalam hatimu?" (Mat 9:1-4), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Orang-orang ahli Taurat pada masa kini antara lain para ahli kitab suci, ahli hukum/aturan, dst… lebih-lebih para ahli hukum. Mengapa? Perhatikan saja dalam berbagai macam persidangan atau rapat dimana para ahli hukum senantiasa berusaha melihat dan mengangkat kekurangan, kejahatan dan kelemahan orang lain guna menjatuhkan orang lain dan memenangkan dirinya sendiri. Apalagi ahli hukum yang telah memperoleh pesan sponsor alias diberi uang pelicin atau sogokan pasti berusaha mati-matian, bekerja keras untuk berpikiran jahat terhadap yang lain. Apa yang terjadi di dalam persidangan memang saling menyalahkan, dan dengan demikian memang sungguh melelahkan serta memboroskan waktu, tenaga dan dana/uang. Kami harapkan di dalam hidup sehari-hari gaya hidup dan kerja di persidangan tersebut tidak terjadi, dimana orang senantiasa berpikiran jahat di dalam hatinya. Sabda Yesus hari ini kiranya baik kita renungkan dan refleksikan secara mendalam, artinya kita tanggapi dengan sepenuh hati. Marilah kita buang pikiran jahat di dalam hati kita masing-masing serta senantiasa berusaha berpikiran baik di dalam hati kita masing-masing. Orang yang berpikiran jahat berarti hidup bersama setan atau roh jahat, dan dengan demikian memang menjadi ahli kejahatan, sedangkan orang yang berpikiran baik berarti hidup bersama dengan Roh Kudus atau Tuhan, dan dengan demikian menjadi ahli atau pakar kebaikan, senang berbuat baik kepada sesamanya. Sebagai orang beriman kita semua dipanggil untuk senantiasa saling berbuat baik satu sama lain, dan hal itu antara lain dapat dimulai dan didasari oleh hati yang senantiasa berpikiran baik. Kami percaya di dalam diri kita masing-masing lebih banyak apa yang baik daripada yang jahat, maka marilah kita saling mengangkat dan mewujudkan apa yang baik di dalam diri kita masing-masing.

·   "Aku harus mempersembahkan korban keselamatan, dan pada hari ini telah kubayar nazarku itu. Itulah sebabnya aku keluar menyongsong engkau, untuk mencari engkau dan sekarang kudapatkan engkau. Telah kubentangkan permadani di atas tempat tidurku, kain lenan beraneka warna dari Mesir. Pembaringanku telah kutaburi dengan mur, gaharu dan kayu manis" (Am 7:14-17), demikian ungkapan seorang perempuan sundal alias pelacur. Saya kira seorang pelacur yang baik senantiasa berusaha dengan keras membahagiakan dan menyenangkan tamu-tamunya atau mereka yang mendatanginya; ia akan memberi pelayanan dalam bentuk apapun kepada para tamunya. Maka dalam sebuah seminar yang saya hadiri ada seorang pembicara (ibu) yang dalam ceramahnya ada selingan dan saran :"Para ibu atau isteri hendaknya belajar dari para pelacur bagaimana cara membahagiakan dan menyenangkan suaminya". Tentu saja bukan saran atau nasihat bagi para ibu untuk melacurkan diri, melainkan gaya dan sikap hidup membahagiakan dan menyenangkan orang lain. Rasanya kita semua mendambakan dan merindukan hidup bahagia dan senang, maka marilah kita dengan segala upaya serta bantuan rahmat Tuhan berusaha saling membahagiakan dan menyenangkan satu sama lain dimanapun dan kapanpun serta dalam kondisi dan situasi apapun. Ingat bagi kita yang beriman kepada Yesus Kristus, Warta Gembira dan Pewarta Gembira, berarti kita dipanggil untuk meneladanNya dengan menjadi pawarta gembira. Kehadiran  dan sepak terjang kita dimanapun dan kapanpun hendaknya menggembirakan dan menyenangkan, sehingga memberdayakan orang lain untuk semakin beriman, mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan atau Penyelenggaraan Ilahi. Tidak ada alasan untuk tidak gembira bagi yang beriman kepada Tuhan.

 

"Taurat TUHAN itu sempurna, menyegarkan jiwa; peraturan TUHAN itu teguh, memberikan hikmat kepada orang yang tak berpengalaman. Titah TUHAN itu tepat, menyukakan hati; perintah TUHAN itu murni, membuat mata bercahaya. Takut akan TUHAN itu suci, tetap ada untuk selamanya; hukum-hukum TUHAN itu benar, adil semuanya, lebih indah dari pada emas, bahkan dari pada banyak emas tua; dan lebih manis dari pada madu, bahkan dari pada madu tetesan dari sarang lebah" (Mzm 19:8-11)..

       

Jakarta, 1 Juli 2010


Senin, 28 Juni 2010

30 Juni - Am 5:14-15.21-24; Mat 8:28-34

"Suruhlah kami pindah ke dalam kawanan babi itu."

(Am 5:14-15.21-24; Mat 8:28-34)

 

"Setibanya di seberang, yaitu di daerah orang Gadara, datanglah dari pekuburan dua orang yang kerasukan setan menemui Yesus. Mereka sangat berbahaya, sehingga tidak seorang pun yang berani melalui jalan itu. Dan mereka itu pun berteriak, katanya: "Apa urusan-Mu dengan kami, hai Anak Allah? Adakah Engkau ke mari untuk menyiksa kami sebelum waktunya?" Tidak jauh dari mereka itu sejumlah besar babi sedang mencari makan. Maka setan-setan itu meminta kepada-Nya, katanya: "Jika Engkau mengusir kami, suruhlah kami pindah ke dalam kawanan babi itu." Yesus berkata kepada mereka: "Pergilah!" Lalu keluarlah mereka dan masuk ke dalam babi-babi itu. Maka terjunlah seluruh kawanan babi itu dari tepi jurang ke dalam danau dan mati di dalam air. Maka larilah penjaga-penjaga babi itu dan setibanya di kota, diceriterakannyalah segala sesuatu, juga tentang orang-orang yang kerasukan setan itu. Maka keluarlah seluruh kota mendapatkan Yesus dan setelah mereka berjumpa dengan Dia, mereka pun mendesak, supaya Ia meninggalkan daerah mereka" (Mat 8:28-34), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Para penjahat pada umumnya ketakutan ketika berjumpa dengan para petugas keamanan, maka sering terjadi perubahan ruman muka atau gerak-gerik, bahkan ketika terjebak mereka sering berteriak lebih dulu dengan gertakan keras guna membela diri. Begitulah juga yang terjadi dengan setan yang bertemu dengan Yesus dan berteriak "Apa urusanMu dengan kami, hai Anak Allah? Adakah Engkau ke mari untuk menyiksa kami sebelum waktunya?...Jika Engkau mengusir kami, suruhlah kami pindah ke dalam kawanan babi itu". Apa yang diminta dikabulkan oleh Yesus dan setan-setan itupun masuk ke dalam babi-babi. Dua hal kiranya dapat saya angkat dari kisah ini. Pertama-tama adalah bahwa siapapun yang sedang berbuat jahat pada umumnya merasa diri tidak aman dan terancam terus menerus, serta senantiasa berusaha melindungi diri melalui berbagai cara. Semakin melindungi diri berarti semakin menyendiri dan juga semakin terancam, maka kepada para penjahat kami harapkan bertobat. Kedua perihal babi: rasanya jika rekan-rekan umat Islam menyikapi babi sebagai yang haram dan dengan demikian tidak boleh dikomsumsi merupakan kebiasaan yang sudah lama terjadi di Timur Tengah, sehingga para penginjil pun menggunakan 'babi' sebagai tempat berlindung setan. Mungkin karena babi mengandung lemak yang tinggi dan dengan demikian berbahaya untuk kesehatan tubuh (tentu saja jika mengkonsumsi berlebihan), maka diperlakukan sebagai tempat setan. Bercermin dari ini saya ingatkan: marilah kita mengkonsumsi aneka makanan dan minuman yang membuat tubuh kita sehat dan segar bugar.

·   "Segala jalan orang terbuka di depan mata TUHAN, dan segala langkah orang diawasi-Nya. Orang fasik tertangkap dalam kejahatannya, dan terjerat dalam tali dosanya sendiri. Ia mati, karena tidak menerima didikan dan karena kebodohannya yang besar ia tersesat" (Am 5:21-23). Apa yang kita lakukan atau katakan, bahkan yang sedang kita pikirkan dan dambakan diketahui oleh Tuhan, tiada yang tersembunyi sedikitpun perihal diri kita di 'mata Tuhan'. Maka sebagai orang beriman kami mengajak anda sekalian untuk senantiasa jujur terhadap diri sendiri. Jika kita dapat setia jujur terhadap diri sendiri dalam kondisi dan situasi apapun dan dimanapun, maka dengan mudah kita bertindak jujur terhadap orang lain, sesama dan lingkungan hidup kita. "Jujur adalah sikap dan perilaku yang tidak suka berbohong dan berbuat curang, berkata-kata benar apa adanya dan berani mengakui kesalahan, serta rela berkorban untuk kebenaran" (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka – Jakarta 1997, hal 17). Didik dan biasakan anak-anak anda di dalam keluarga perihal kejujuran ini sedini mungkin serta jauhkan aneka macam bentuk kebohongan dan kecurangan; orangtua hendaknya menjadi teladan dalam hal kejujuran. Kami berharap juga kepada para pemimpin, atasan, pejabat dan petinggi di tingkat dan bidang kehidupan bersama dimanapun untuk menjadi teladan dalam hal kejujuran. Semoga para penegak hukum seperti polisi, hakim, jaksa, dll..juga dapat menjadi teladan dalam hal kejujuran; demikian juga para anggota DPR, entah di tingkat pusat maupun daerah. Hidup dan bertindak jujur di Negara kita masa kini sungguh up to date dan mendesak untuk dihayati dan disebarluaskan mengingat dan memperhatikan aneka kebohongan dan korupsi masih marak di sana-sini, di berbagai bidang kehidupan bersama.

 

"Dengarlah, hai umat-Ku, Aku hendak berfirman, hai Israel, Aku hendak bersaksi terhadap kamu: Akulah Allah, Allahmu! Bukan karena korban sembelihanmu Aku menghukum engkau; bukankah korban bakaranmu tetap ada di hadapan-Ku? Tidak usah Aku mengambil lembu dari rumahmu atau kambing jantan dari kandangmu, sebab punya-Kulah segala binatang hutan, dan beribu-ribu hewan di gunung. Aku kenal segala burung di udara, dan apa yang bergerak di padang adalah dalam kuasa-Ku" (Mzm 50: 7-11).

           

Jakarta, 30 Juni 2010


29 Juni - Kis 12:1-11; 2Tim 4:6-8.17-18; Mat 16:13-19

"Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya"

HR St Petrus dan St Paulus : Kis 12:1-11; 2Tim 4:6-8.17-18; Mat 16:13-19


 

"Uskup Gereja Roma, yang mewarisi secara tetap  tugas yang secara istimewa diberikan kepada Petrus, yang pertama di antara para rasul, dan harus diteruskan kepada para penggantinya, adalah kepala Dewan Para Uskup, Wakil Kristus dan Gembala Gereja universal di dunia ini, yang karenanya berdasarkan tugasnya mempunyai kuasa jabatan, tertinggi, penuh, langsung dan universal dalam Gereja yang selalu dapat dijalankannya dengan bebas" (KHK kan 331)

"Hidup yang dibaktikan dengan pengikraran nasihat-nasihat injili adalah bentuk kehidupan tetap di mana orang beriman, dengan mengikuti Kristus secara lebih dekat atas dorongan Roh Kudus, dipersembahkan secara utuh kepada Allah yang paling dicintai, agara demi kehormatan bagiNya dan demi pembangunan Gereja serta keselamatan dunia mereka dilengkapi alasan baru dan khusus, mengejar kesempurnaan cintakasih dalam pelayanan Kerajaan Allah, dan sebagai tanda unggul dalam Gereja mewartakan kemuliaan surgawi" (KHK kan 573 $ 1).

Kutipan dari Kitab Hukum Kanonik di atas ini kiranya dapat menjadi inspirasi dalam rangka merayakan St.Petrus dan St.Paulus, paus pertama dan rasul agung/ulung: Petrus yang duduk di tahta kepausan dan Paulus yang berkeliling dunia untuk mewartakan kabar baik kepada segala bangsa.

 

"Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga."(Mat 16:19)

Kutipan di atas ini adalah sabda Yesus kepada Petrus, paus pertama. Paus sebagai "Wakil Kristus dan Gembala Gereja universal di dunia ini" mengemban 'kunci Kerajaan Sorga', maka sungguh memiliki tugas mahaberat dan mulia. Meskipun Paus mempunyai kuasa jabatan tertinggi, Yang Mulia senantiasa menyatakan diri sebagai 'servus servorum' (hamba dari para hamba). Kepemimpinan di dalam Gereja memang kepemimpinan partisipatif, dimana sang pemimpin senantiasa mendengarkan yang dipimpin dengan rendah hati dan sepenuh hati agar pelayanannya sesuai kebutuhan yang dipimpin dalam rangka mengusahakan keselamatan jiwa. Maka meskipun memiliki kebebasan penuh, Paus tak pernah menggunakan kebebasan seenaknya, menurut keinginan pribadi, apalagi Paus adalah 'kepala Dewan para Uskup', yang berarti harus menghayati jabatan atau fungsinya dalam kolegialitas. Para Uskup juga memiliki kuasa tertinggi di wilayah keuskupannya, maka para Uskup mengambil bagian dalam jabatan kepemimpinan Paus, penerus.tahta St.Petrus. 

 

"Tuhan telah mendampingi aku dan menguatkan aku, supaya dengan perantaraanku Injil diberitakan dengan sepenuhnya dan semua orang bukan Yahudi mendengarkannya"

(2Tim 4:17)      

 

Kutipan di atas ini adalah pengalaman atau kesaksian Paulus yang disampaikan kepada Timotius dan kita semua. Paulus tergerak untuk meneladan Yesus 'yang berkeliling dari desa ke desa, kota ke kota' untuk mewartakan Injil atau Warta Gembira. Paulus tanpa kenal lelah mewartakan Warta Gembira ke seluruh dunia, tanpa takut dan gentar menghadapi aneka tantangan, masalah, ancaman serta kesulitan. Paulus percaya sepenuhnya bahwa "Tuhan telah mendampingi aku dan menguatkan aku", maka bersama dan bersatu dengan Tuhan tiada ketakutan dan kegentaran sedikitpun. Apa yang dikerjakan oleh Paulus ini dalam perjalanan sejarah Gereja sampai kini dilakukan oleh aneka lembaga hidup bakti, biarawan-biarawati, sesuai dengan charisma atau spiritualitas pendiri mereka masing-masing. Maka terjadilah keaneka-ragaman pelayanan pastoral di dalam mewartakan Warta Gembira.

 

Konggregasi Suci untuk Lembaga Hidup Bakti dan Institut Sekuler bersama dengan Konggregasi Suci untuk Para Uskup : "DIRECTIVES FOR THE MUTUAL RELATIONS BETWEEN BISHOPS AND RELIGIOUS IN THE CHURCH" (1978)

 

Di dalam sejarah Gereja pernah terjadi ketegangan antara uskup dan pemimpin lembaga hidup bakti setempat atau pastor paroki dan paguyuban gerejani seperti  Gerakan Kharismatik, Legio Mariae, Pemuda Katolik, PMKRI, dll.. Konggregasi Suci untuk Lembaga Hidup Bakti bersama Konggregasi Suci untuk Para Uskup pada tahun 1978 menerbitkan Arahan untuk Hubungan Timbal Balik ("Mutuae Relationis") antara para uskup dan lembaga hidup bakti. Isi  dokumen 'Mutuae Relationis' ini kiranya baik sekali kita hayati dalam rangka merayakan pesta St.Petrus dan St.Paulus, dua pribadi yang berbeda satu sama lain namun bekerjasama dengan baik.

 

Kerjasama kiranya merupakan keutamaan yang mendesak dan up to date untuk kita hayati dan sebarluaskan pada masa kini, mengingat dan memperhatikan semakin maraknya permusuhan, pertentangan, cekcok dst.. dalam kehidupan dan kerja bersama. Bekerjasama berarti saling memberi dan menerima, melayani, mendengarkan, memperhatikan, mengasihi dst.. , sebagaimana terjadi dalam umat Gereja Purba, dimana "semua orang yang telah menjadi percaya tetap bersatu, dan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama, dan selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing. Dengan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Allah. Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati, sambil memuji Allah."(Kis 2:44-47)     

 

Cara hidup umat Gereja Purba tersebut kiranya dapat menjadi inspirasi atau teladan bagi kita semua pada masa kini dalam rangka memperkuat dan mengusahakan kerjasama baik dalam hidup bersama maupun kerja. Sikap mental kerjasama hemat saya sedini mungkin hendaknya dibiasakan atau dididikkan pada anak-anak di dalam keluarga serta kemudian diperdalam dan diperkembangkan di sekolah-sekolah. Kerjasama di tingkat paroki maupun keuskupan hendaknya juga diperkuat dan diperdalam terus menerus. Salah satu usaha memperkuat dan membangun kerjama antara lain dimulai dengan menghayati apa yang sama di antara kita secara mendalam bersama-sama, sehingga apa yang berbeda di antara kita akan fungsional memperteguh atau memperkuat kerjasama. Dengan kata lain hendaknya jangan membesar-besarkan perbedaan yang ada. Perbedaan yang ada di antara kita bersifat fungsional agar pelayanan pastoral Gereja dapat menjangkau semua kalangan atau tingkat kehidupan yang ada.  Marilah kita belajar bekerjasama dari anggota-anggota tubuh kita, yang bekerjasama dengan baik, dimana masing-masing anggota di tempat masing-masing dan fungsional sepenuhnya bagi kebutuhan seluruh tubuh. Tidak ada iri hati di antara anggota tubuh kita.

 

"Aku hendak memuji TUHAN pada segala waktu; puji-pujian kepada-Nya tetap di dalam mulutku. Karena TUHAN jiwaku bermegah; biarlah orang-orang yang rendah hati mendengarnya dan bersukacita.Muliakanlah TUHAN bersama-sama dengan aku, marilah kita bersama-sama memasyhurkan nama-Nya!Aku telah mencari TUHAN, lalu Ia menjawab aku, dan melepaskan aku dari segala kegentaranku.Tujukanlah pandanganmu kepada-Nya, maka mukamu akan berseri-seri, dan tidak akan malu tersipu-sipu. Orang yang tertindas ini berseru, dan TUHAN mendengar; Ia menyelamatkan dia dari segala kesesakannya." (Mzm 34:2-7)

 

Jakarta, 29 Juni 2010


Minggu, 27 Juni 2010

28 Juni - Am 2:6-10.13-16; Mat 8:18-22

"Ikutlah Aku dan biarlah orang-orang mati menguburkan orang-orang mati mereka"

(Am 2:6-10.13-16; Mat 8:18-22)

 

"Ketika Yesus melihat orang banyak mengelilingi-Nya, Ia menyuruh bertolak ke seberang. Lalu datanglah seorang ahli Taurat dan berkata kepada-Nya: "Guru, aku akan mengikut Engkau, ke mana saja Engkau pergi." Yesus berkata kepadanya: "Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya." Seorang lain, yaitu salah seorang murid-Nya, berkata kepada-Nya: "Tuhan, izinkanlah aku pergi dahulu menguburkan ayahku." Tetapi Yesus berkata kepadanya: "Ikutlah Aku dan biarlah orang-orang mati menguburkan orang-orang mati mereka."(Mat 8:18-22), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Mengikuti Tuhan atau beriman memang harus total tanpa syarat atau catatan kaki sedikitpun, tidak ada tawar menawar. "Ikutilah Aku dan biarlah orang-orang mati menguburkan orang-orang mati mereka", demikian jawaban Yesus atas orang yang mau mengikuti Dia dengan minta izin dahulu untuk menguburkan ayahnya, yang sebenarnya hanya mau mengundurkan diri saja. Orang mati di sini kiranya juga menggambarkan orang yang tidak hidup bergairah, tidak ingin tumbuh berkembang lebih lanjut, maju terus mengikuti perkembangan dan tuntutan zaman alias 'berhenti di tempat'/'mandheg'. Mengikuti Tuhan atau hidup beriman berarti harus siap berubah dan berkembang. Ingatlah dan hayatilah bahwa yang abadi di dunia ini adalah perubahan dan perkembangan, maka siapapun yang tak bersedia berubah atau berkembang pasti akan segera mati, terlindas arus perkembangan dan perubahan. Sel-sel anggota tubuh kita sendiri terus tumbuh berkembang dan berubah, maka tidak siap sedia tumbuh dan berubah berarti mengingkari diri sendiri. Memang kita diharapkan tidak asal tumbuh berkembang dan berubah, melainkan tumbuh berkembang dan berubah ke arah persahabatan mesra dengan Tuhan maupun sesama manusia, sehingga semakin dikasihi oleh Tuhan dan sesama manusia. Untuk itu kita memang harus berani meninggalkan kehendak dan keinginan diri pribadi dan hanya mau mengikuti kehendak dan perintah Tuhan, yang antara lain dapat kita temukan dalam diri sesama yang berkehendak baik. Maka marilah kita dengarkan dan ikuti kehendak baik saudara-saudari kita, dengan kata lain marilah kita saling membagikan dan menerima kehendak baik  serta kemudian kita sinerjikan untuk tumbuh berkembang dan berubah bersama-sama.

·   "Karena TUHANlah yang memberikan hikmat, dari mulut-Nya datang pengetahuan dan kepandaian.Ia menyediakan pertolongan bagi orang yang jujur, menjadi perisai bagi orang yang tidak bercela lakunya, sambil menjaga jalan keadilan, dan memelihara jalan orang-orang-Nya yang setia" (Am 2:6-8).  Jujur, tak bercela, adil dan setia itulah keutamaan-keutamaan yang harus kita hayati dan sebarluaskan. "Jujur adalah sikap dan perilaku yang tidak suka berbohong dan berbuat curang, berkata-kata benar apa adanya dan berani mengakui kesalahan, serta rela berkorban untuk kebenaran…adil adalah sikap dan perilaku yang tidak berat sebelah dalam mempertimbangkan keputusan, tidak memihak dan menggunakan standar yang sama bagi semua pihak…setia adalah sikap dan perilaku yang menunjukkan keterikatan dan kepedulian atas perjanjian yang telah dibuat" (lihat: Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka – Jakarta 1997, hal 17, 24, 25). Siapapun yang bersikap dan berperilaku jujur, adil dan setia pasti akan memperoleh pertolongan dari Tuhan melalui orang-orang yang baik di sekitarnya, dan dengan demikian ia pasti tetap jujur, adil dan setia dalam hal apapun, kapanpun dan dimanapun. Kami harapkan anak-anak sedini mungkin dibiasakan atau dididik dalam hal jujur, adil dan setia di dalam keluarga dan tentu saja dengan teladan konkret dari para orangtua, serta kemudian ditindak-lanjuti di sekolah-sekolah sebagai bantuan bagi para orangtua dalam mendidik anak-anak mereka. Hendaknya ada kerjasama antara orangtua dan sekolah di dalam mendidik dan membina anak-anak, maka baiklah secara periodik sering diselenggarakan pertemuan dan dialog antar para orangtua dan staf kependidikan di sekolah dalam pendampingan dan pendidikan anak-anak. Ingatlah dan hayatilah bahwa anak-anak adalah buah atau korban kerjasama, dan hanya dapat tumbuh berkembang atau berubah ke arah yang baik dalam kerjasama atau kebersamaan juga.

 

"Perhatikanlah ini, hai kamu yang melupakan Allah; supaya jangan Aku menerkam, dan tidak ada yang melepaskan. Siapa yang mempersembahkan syukur sebagai korban, ia memuliakan Aku; siapa yang jujur jalannya, keselamatan yang dari Allah akan Kuperlihatkan kepadanya."

(Mzm 50:22-23)

Jakarta, 28 Juni 2010