Mg Biasa XXVI: Bil 11:25-29; Yak 5:1-8; Mrk 9:38-43.45.47-48
"Jangan kamu cegah dia! Sebab tidak seorang pun yang telah mengadakan mujizat demi nama-Ku, dapat seketika itu juga mengumpat Aku."
Ketika saya bertugas sebagai Ekonom Keuskupan Agung Semarang, saya sering bepergian cukup lama berhubungan dengan tugas tersebut, entah di dalam negeri atau ke luar negeri. Waktu itu saya bepergian ke luar negeri dan begitu pulang kembali ke tempat tinggal, wisma uskup, saya memperoleh informasi bahwa salah seorang pegawai telah dipanggil Tuhan. Dalam hati saya bertanya-tanya: bagaimana urusan pemakaman dst.., tiba-tiba salah seorang pegawai yang bertugas dalam keuangan memberi laporan kepada saya bahwa telah mengeluarkan uang melebihi dari wewenang yang dimiliki guna urusan pemakaman pegawai yang dipanggil Tuhan tersebut. Yang bersangkutan minta maaf, namun sebaliknya saya sangat berterima kasih atau kebijakan dan tindakannya, karena ia telah melakukan tugas yang seharusnya menjadi tugas atau pekerjaan saya. Dalam hidup sehari-hari hal itu dapat terjadi dalam diri siapa saja, dimana tugas pekerjaan utamanya dikerjakan orang lain: ada yang marah-marah karena merasa dilecehkan atau dilangkahi, sebagaimana dikatakan para rasul kepada Yesus, yang melaporkan bahwa ada orang yang mengusir setan atau mengadakan mujizat dalam nama Yesus. Yesus tidak marah, melainkan mengingatkan para rasul, sebagaimana saya kutipkan di atas. Maka marilah kita renungkan atau refleksikan sabda Yesus di bawah ini.
"Jangan kamu cegah dia! Sebab tidak seorang pun yang telah mengadakan mujizat demi nama-Ku, dapat seketika itu juga mengumpat Aku." (Mrk 9:39)
Semua yang dimaksudkan dengan mujizat atau perbuatan baik, mulia, luhur dan bermoral berasal dari Tuhan atau tindakan sebagai perwujudan kehendak Tuhan. Dengan kata lain sungguh dilakukan oleh orang yang sungguh beriman handal dan mendalam. Tuhan menghendaki apa yang diciptakan dalam keadaan baik adanya, maka jika terjadi dalam diri ciptaanNya tidak baik serta ada orang yang berusaha dengan kerja keras memperbaikinya, berarti orang yang bersangkutan tidak mengumpat atau melawan kehendak Tuhan. Maka ketika ada orang yang berbuat demikian hendaknya disyukuri dan diterimakasihi, bukan dicegah atau dilarang.
Dalam sabda hari ini kita semua juga diingatkan agar senantiasa memfungsikan semua anggota tubuh kita untuk melakukan apa yang baik, luhur dan bermoral. Dengan keras dan tegas Yesus bersabda bahwa jika ada anggota tubuh kita yang melakukan perbuatan tidak baik, tidak luhur dan tidak bermoral, lebih baik dipotong saja. Apa yang disabdakan oleh Yesus ini kiranya pada masa sekarang juga masih dilakukan oleh aliran agama Islam tertentu, sebagaimana kita ketahui akan adanya hukuman mati dengan dipancung atau dirajam sampai mati atau pemotongan anggota tubuh yang melakukan kejahatan. Maka kami harapkan kita semua memfungsikan semua anggota tubuh kita untuk melakukan apa yang baik, mulia, luhur dan bermoral.
Pelanggaran pemfungsian anggota mulai dari pikiran atau otak, yang kemudian menjadi nyata dalam omongan/mulut atau bahkan langsung ke tindakan konkret dengan kaki atau tangan. Melalui mulut misalnya dengan omongan keras atau marah-marah, bicara jorok atau porno, sedangkan dengan tangan atau kaki pada umumnya melukai orang lain. Masuknya pikiran jahat pada umumnya melalui mata atau telinga; apa yang dilihat dan didengarkan memotivasi pikiran untuk memikirkan sesuatu, yang selanjutnya menjadi nyata dalam tindakan. Maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan kita semua agar memfungsikan mata dan telinga alias indera penglihatan dan pendengaran guna membina pikiran dan hati kita berpikir dan berperasaan jernih, sehingga cara hidup dan cara bertindak kita akhirnya juga bersih dan jernih. Jika pikiran dan hati kita bersih dan jernih, maka kita juga tidak akan mudah marah ketika ada orang melakukan apa yang baik, sebagaimana kita lakukan alias tidak menjadi curiga atau bahkan melarangnya.
Kepada kita semua juga diingatkan bahwa lebih baik anggota tubuh kita tidak sempurna tetapi bersih dan suci daripada anggota tubuh lengkap dan sempurna tetapi senantiasa digunakan untuk melakukan kejahatan. Dalam aneka pemberitaan, entah melalui TV atau youtube, kita sering melihat orang-orang cacat fisik namun sungguh unggul dalam suatu permainan olah raga atau sukses hidup berkeluarga. Semoga kita semua yang memiliki anggota tubuh utuh dan sehat suskses dalam aneka tugas dan kewajiban maupun penghayatan panggilan.
"Jadi sekarang hai kamu orang-orang kaya, menangislah dan merataplah atas sengsara yang akan menimpa kamu! Kekayaanmu sudah busuk, dan pakaianmu telah dimakan ngengat! Emas dan perakmu sudah berkarat, dan karatnya akan menjadi kesaksian terhadap kamu dan akan memakan dagingmu seperti api. Kamu telah mengumpulkan harta pada hari-hari yang sedang berakhir." (Yak 5:1-3).
Apa yang dikatakan oleh Yakobus di atas ini kiranya merupakan peringatan jelas dan tegas bagi siapapun yang bersikap mental materialistis atau duniawi selama hidup di dunia ini. Maka kami berharap kepada segenap umat beriman atau beragama untuk tidak bersikap mental materialistis, namun sungguh hidup sederhana dan tentu saja juga tidak materialistis, maklum ada orang yang terpaksa hidup sederhana karena kemiskinannya tetapi bersikap mental materialistis. Aneka bentuk harta benda dan uang ketika kita mati atau dipanggil Tuhan tiada gunanya lagi, atau bahkan ketika anda kaya raya akan harta benda dan uang tetapi kurang memperhatikan pendidikan anak-anak anda, maka harta benda dan uang yang anda tinggalkan pasti akan menjadi rebutan dan menimbulkan kericuhan dalam diri anak-anak yang anda tinggalkan.
Peringatan Yakobus di atas hendaknya sungguh menjadi bahan refleksi atau permenungan bagi mereka yang kaya akan harta benda atau uang. Memang tidak salah anda menjadi kaya akan harta benda atau uang, namun hendaknya fungsikan harta benda atau uang anda sebagai bantuan atau pertolongan bagi anda untuk mengejar tujuan manusia diciptakan, yaitu untuk memuji, memuliakan, menghormati dan mengabdi Tuhan demi keselamatan jiwa. Semakin anda memiliki banyak harta benda dan uang kami harapkan anda juga semakin suci, semakin membaktikan diri sepenuhnya kepada Tuhan, sehingga juga semakin dikasihi oleh Tuhan dan sesama manusia
"Lalu turunlah TUHAN dalam awan dan berbicara kepada Musa, kemudian diambil-Nya sebagian dari Roh yang hinggap padanya, dan ditaruh-Nya atas ketujuh puluh tua-tua itu; ketika Roh itu hinggap pada mereka, kepenuhanlah mereka seperti nabi, tetapi sesudah itu tidak lagi." (Bil 11:25). Kutipan ini kiranya dapat menjadi pertolongan bagi kita dalam mawas diri, terutama dalam rangka mengenali peringatan Tuhan melalui gejala-gejala alam yang terjadi dalam lingkungan hidup kita. Dalam hal ini kiranya para petani sungguh mahir, artinya mereka sungguh peka akan peringatan Tuhan melalui peristiwa alam. Secara konkret kami ingatkan perihal bencana banjir maupun kekeringan yang sering terjadi. Bukankah banjir maupun kekeringan terjadi karena keserakahan manusia dalam menggunakan hasil bumi, seperti pembabatan hutan maupun pertambangan yang tak peduli terhadap lingkungan hidup. Maka dengan ini kami berharap kepada mereka yang serakah menggunakan 'hasil bumi' untuk mengendalikan diri, dan ingatlah akan anak-cucu-cicit atau keturunan anda di masa depan.
"Takut akan TUHAN itu suci, tetap ada untuk selamanya; hukum-hukum TUHAN itu benar, adil semuanya, Lagipula hamba-Mu diperingatkan oleh semuanya itu, dan orang yang berpegang padanya mendapat upah yang besar. Siapakah yang dapat mengetahui kesesatan? Bebaskanlah aku dari apa yang tidak kusadari. Lindungilah hamba-Mu, juga terhadap orang yang kurang ajar; janganlah mereka menguasai aku! Maka aku menjadi tak bercela dan bebas dari pelanggaran besar" (Mzm 19:10.12-14)
Ign 30 September 2012