Fans Page Facebook http://imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Sabtu, 23 Januari 2010

25 Jan - Kis 22:3-16; Mrk 16:15-18

"Pergilah ke seluruh dunia dan beritakanlah Injil kepada segala makhluk".

(Kis 22:3-16; Mrk 16:15-18)

 

"Lalu Ia berkata kepada mereka: "Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk. Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum. Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya: mereka akan mengusir setan-setan demi nama-Ku, mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru bagi mereka, mereka akan memegang ular, dan sekalipun mereka minum racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka; mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh." (Mrk 16:15-18), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan Pesta Bertobatnya St.Paulus, rasul, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Sebelum bertobat Paulus dengan gencar kemana-mana mengejar dan menyiksa para pengikut Yesus Kristus, namun setelah bertobat dengan gencar, tanpa kenal lelah dan siap menderita 'pergi ke seluruh dunia, memberitakan Injil kepada segala makhluk'. Pertobatan sebagai anugerah Tuhan telah mengubah seluruh cara hidup dan cara bertindak Paulus, maka baiklah dalam rangka mengenangkan pertobatannya kami mengajak kita semua untuk mawas diri perihal pertobatan atau pembaharuan hidup yang harus kita laksanakan.  Bertobat antara lain berarti kita meninggalkan cara hidup dan cara bertindak yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan, dan kemudian hidup sesuai dengan kehendakNya, dikuasaiNya, sehingga mau tidak mau kita akan digerakkan untuk meneladan Paulus: 'pergi ke seluruh dunia, memberitakan Injil kepada segala makhluk'. Karena bersama dan bersatu dengan Tuhan, maka kita mampu mengusir setan, melawan aneka rayuan atau godaan untuk berbuat dosa, dan kita tak pernah takut menghadapi aneka tantangan dan hambatan maupun masalah dalam kehidupan sehari-hari. Bersama dan bersatu dengan Tuhan kita juga mampu menyembuhkan mereka yang sakit, lebih-lebih yang sakit hati. Sakit hati sungguh merupakan penyakit yang sulit disembuhkan, banyak orang sakit hati kemudian tidak mau bergaul dan menyapa mereka yang dirasa telah menyakiti hatinya. Bahkan ada rumor "sakit hati dibawa sampai mati", artinya tak tersembuhkan. Kepada mereka yang sakit hati hendaknya didekati dengan rendah hati dan baik hati sambil mendengarkan yang bersangkutan apa yang ia rasakan sebagai yang menyakiti hatinya. Selanjutnya yang bersangkutan kita ingatkan bahwa ia sebenarnya telah menerima kasih pengampunan melimpah ruah dari sesamanya, antara lain dari orangtua dan mereka yang dekat dengannya, dan kemudian kita ajak untuk mengampuni mereka yang telah menyakiti hatinya.

·   "Sekarang, mengapa engkau masih ragu-ragu? Bangunlah, berilah dirimu dibaptis dan dosa-dosamu disucikan sambil berseru kepada nama Tuhan" (Kis 22:16), demikian akhir kata Paulus kepada mereka yang meragukan dirinya telah bertobat. Paulus mensharingkan pengalaman imannya, kisah pertobatannya dengan terbuka, tanpa ditutupi sedikitnya. Cara Paulus yang membuka diri ini kiranya layak kita ikuti atau tiru dalam kehidupan kita sehari-hari: menyadari dan menghayati diri sebagai orang berdosa yang dipanggil Tuhan untuk berpartisipasi dalam karya penyelamatanNya. Keberanian membuka diri dan membagikan pengalaman sebagai orang berdosa yang dikasihi Tuhan merupakan rahmat atau anugerah Tuhan, bukan hasil usaha atau jerih payah kita. Cara hidup dan cara bertindak yang demikian ini hemat saya sudah merupakan warta gembira atau kabar  baik. Maka dengan ini kami mengajak kita semua, tidak ada kata terlambat jika belum dilakukan, marilah kita sadari dan hayati kebenaran iman bahwa kita adalah orang-orang berdosa yang dipanggil Tuhan untuk berpartisipasi dalam karya penyelamatanNya. Tanda atau gejala penghayatan iman macam ini antara lain nampak dalam penghayatan keutamaan-keutamaan atau nilai-nilai sebagai buah Roh, seperti "kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri" (Gal 5:22-23). Keutamaan atau nilai mana yang memadai atau sesuai dengan tuntutan lingkungan hidup, kiranya masing-masing dari kita dapat memilih sendiri. Dimana tidak ada kesabaran kita bawa kesabaran, dimana tidak ada kelemah-lembutan kita bawa kelemah-lembutan, dst.. Hari ini kebetulan juga hari Penutupan Pekan Dosa Sedunia untuk persatuan umat Kristen, maka baiklah kita mawas diri apakah kita telah bersatu sebagai umat Kristen, murid-murid atau pengikut Yesus. Persatuan umat Kristen merupakan salah satu bentuk pewartaan kabar baik atau kabar gembira yang mendesak dan up to date pada masa kini.

 

"Pujilah TUHAN, hai segala bangsa, megahkanlah Dia, hai segala suku bangsa! Sebab kasih-Nya hebat atas kita, dan kesetiaan TUHAN untuk selama-lamanya. Haleluya!" (Mzm 117)

 

Jakarta, 25 Januari 2010             


24 Jan - Neh 8:3-5a.6-7.9-11; 1Kor 12:12-30; Luk 1:1-4; 4:14-21

"Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik"

 Mg Biasa III: Neh 8:3-5a.6-7.9-11; 1Kor 12:12-30;  Luk 1:1-4; 4:14-21


Setiap pengikraran, janji, peresmian, pelantikan, pengukuhan, dst..pada umumnya merupakan kabar baik, misalnya saat-saat pembaptisan, saling menerimakan Sakramen Perkawinan, tahbisan imam, kaul membiara, sumpah jabatan, dst.. Di balik kabar baik yang menggembirakan tersebut terkandung harapan atau dambaan bahwa mereka akan melalukan sesuatu yang berguna bagi kebahagiaan dan kesejahteraan mereka sendiri maupun sesamanya, karena dalam pengikraran, janji, peresmian, pelantikan, pengukuhan tersebut mengandung panggilan atau tugas perutusan yang harus dihayati dan dilaksanakan. Hemat saya semuanya itu dapat mengambil inspirasi dari apa yang terjadi dalam diri Yesus sebagaimana diwartakan dalam Warta Gembira hari ini :"Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang."(Luk 4:18-19). Maka marilah kita yang telah berjanji, diresmikan, dilantik dst. mawas diri dengan bantuan kutipan Warta Gembira di atas ini; kita diutus untuk meneladan Yesus sebagai pewarta-pewarta kabar baik:

 

1)      Menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin. Jika kita cermati masyarakat kita, kiranya masih banyak mereka yang miskin, entah secara material maupun spiritual. Baik kepada yang miskin secara material maupun spiritual, kita dipanggil untuk menyampaikan kabar baik. Kabar baik bagi yang miskin secara material berarti materi atau harta benda dan uang, yang mereka butuhkan untuk hidup layak dan sejahtera, maka baiklah kita berani menyisihkan sebagian harta kekayaan kita dan kemudian kita sumbangkan kepada mereka yang miskin dan berkekurangan secara material tersebut. Penyampaian sumbangan dapat secara pribadi dan langsung atau melalui lembaga-lembaga sosial pemerhati orang-orang miskin. Miskin secara spiritual berarti berdosa atau tidak/kurang bermoral, maka kepada mereka kita sampaikan kasih pengampunan serta tuntunan atau bimbingan untuk bertobat dan memperbaharui diri. Hendaknya dengan rendah hati dan lemah lembut kita bersikap terhadap mereka yang miskin secara spiritual.

2)      Memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan. Orang-orang tawanan berarti mereka yang ditawan secara phisik maupun spiritual; secara phisik adalah mereka yang berada di Lembaga Pemasyarakatan atau penjara, sedangkan secara spiritual adalah mereka yang terikat oleh nafsu-nafsu yang tak teratur, terkait dengan aneka kenikmatan duniawi seperti makan, minum, narkoba, seks, dst., sehingga cara hidup mereka tak teratur alias amburadul. Kepada mereka yang berada di Lembaga Pemasyarakatan baiklah kita kunjungi jika mungkin dan kalau tidak mungkin kita doakan. Sedangkan mereka yang tertawan oleh kelekatan atau nafsu tak teratur, baiklah dengan rendah hati kita tegor dan peringatkan. Kita beritahu bahaya-bahaya yang mengancam hidup mereka karena kenikmatan atau kelekatan tak teratur dan kemudian kita bimbing mereka ke cara hidup yang baik dan benar.   

3)      Memberitakan penglihatan bagi orang-orang buta. Yang dimaksudkan orang buta disini kiranya baik buta secara phisik maupun spiritual. Kepada mereka yang buta secara phisik mungkin sulit bagi kita untuk menyembuhkan agar mereka dapat melihat, maka baiklah kita beri perhatian mereka yang buta secara spiritual. Buta secara spiritual antara tidak dapat membedakan mana yang baik dan buruk  maupun benar dan salah. Kebutaan macam ini dapat terjadi karena yang bersangkutan tidak pernah mawas diri atau melakukan pemeriksaan batin. Maka baiklah kepada mereka ini kita bimbing untuk mawas diri atau pemeriksaan batin, tentu saja kita sendiri telah terbiasa mawas diri atau memeriksa batin kita sendiri, syukur mahir dalam mawas diri atau pembedaan roh. Salah satu cara awal yang baik untuk membimbing dalam hal mawas diri dan pemeriksaan batin antara lain yang bersangkutan hendaknya diperlihatkan apa yang baik dan benar dan kemudian diajak untuk melaksanakan atau menghayatinya. Dengan membiasakan diri untuk melakukan apa yang benar dan baik, maka yang bersangkutan akan terbantu untuk mawas diri atau pemeriksaan batin dengan baik dan benar juga. 

4)      Membebaskan orang-orang yang tertindas. Ada orang yang tertindas secara phisik maupun spiritual. Untuk membebaskan mereka yang tertindas secara phisik kita harus menegor dan mengingatkan mereka yang menindas untuk tidak menindas; mereka yang menindas pada umumnya mereka yang berada 'di atas' seperti pemimpin, manajer, direktur, ketua, orangtua, kakak, dst… Yang cukup banyak terjadi hemat saya adalah mereka yang tertindas secara spiritual alias dikuasai oleh cita-cita, impian, harapan, dambaan yang mustahil untuk dicapai. Maka kepada mereka ini kita bimbing untuk lebih mengenal diri sendiri dengan tepat dan benar, dan kemudian menempatkan dirinya sesuai dengan kemampuan dan kesempatan yang ada. Mereka kita tuntun dan ajak untuk hidup dan bertindak sesuai dengan kemampuan dan kesempatan yang ada; menerima diri apa adanya dan kemudian berusaha mengembangkan dirinya sesuai dengan kemampuan dan kesempatan.    

5)      Memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang. Rahmat Tuhan adalah hidup mulia, damai sejahtera, selamat dan bahagia, maka memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang berarti  menyampakan apa yang membuat orang lain hidup mulia, damai sejahtera, selamat dan bahagia, berarti hidup berbudi pekerti luhur atas cerdas spiritual. Kita beritakan nilai-nilai yang terkandung dalam berbudi pekerti luhur, yaitu "bekerja keras, berani memikul resiko, berdisiplin, beriman, berhati lembut, berinisiatif, berpikir matang, berpikiran jauh ke depan, bersahaja, bersemangat, bersikap konstruktif, bersyukur, bertanggung jawab, bertenggang rasa, bijaksana, cerdik, cermat, dinamis, efisien, gigih, hemat, jujur, berkemauan keras, kreatif, kukuh hati, lugas, mandiri, mawas diri, menghargai karya orang lain, menghargai kesehatan, menghargai waktu, pemaaf, pemurah, pengabdian, pengendalian diri, produktif, rajin, ramah tamah, rasa kasih sayang, rasa percaya diri, rela berkorban, rendah hati, sabar, setia, sikap adil, sikap hormat, sikap tertib, sopan santun, sportif, susila, tangguh, tegas, tekun, tetap janji, terbuka dan ulet "(Prof.Dr.Sedyawati: Pedoman Penananam Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka, Jakarta 1997)

 

"Kamu semua adalah tubuh Kristus dan kamu masing-masing adalah anggotanya" (1Kor 12:27)

 

Kutipan dari surat Paulus kepada umat di Korintus di atas ini merupakan peringatan atau ajakan bagi kita semua untuk hidup dalam persaudaraan dan persahabatan sejati atau persatuan. Kita semua sama-sama anggota dan kepala kita adalah Kristus. Sebagai sesama saudara atau sahabat kiranya kita prihatin atau sedih dan menderita jika di antara saudara atau sahabat kita ada yang miskin, buta, tertawan dan  tertindas. Marilah kita buka mata dan telinga kita untuk melihat dan mendengarkan apakah ada saudara atau sahabat kita yang miskin, buta, tertawan dan tertindas; jika ada marilah kita sampaikan 'rahmat Tuhan' kepada mereka. Kami berharap kehadiran dan kedatangan kita dimanapun dan kapanpun dapat meneladan atau menghayati apa yang disabdakan oleh Yesus "Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya." (Luk 4:21), artinya kehadiran dan kedatangan kita senantiasa menyelamatkan dan membahagiakan orang lain. Tentu saja hal itu mengandaikan kita sendiri selamat dan bahagia, Roh Tuhan hidup dan berkarya dalam diri kita; kita menghayati diri sebagai yang telah 'terurapi', setia pada janji-janji yang pernah kita ikrarkan, menghayati aneka aturan yang terkait dengan panggilan dan tugas pengutusan kita. 

 

"Taurat TUHAN itu sempurna, menyegarkan jiwa; peraturan TUHAN itu teguh, memberikan hikmat kepada orang yang tak berpengalaman. Titah TUHAN itu tepat, menyukakan hati; perintah TUHAN itu murni, membuat mata bercahaya.Takut akan TUHAN itu suci, tetap ada untuk selamanya; hukum-hukum TUHAN itu benar, adil semuanya" (Mzm 19:8-10)

 

Jakarta, 24 Januari 2010


Jumat, 22 Januari 2010

23 Jan - 2Sam 1:1-4.11-12.19.23-27; Mrk 3:20-21

"Kata mereka Ia tidak waras lagi"

(2Sam 1:1-4.11-12.19.23-27; Mrk 3:20-21)

 

"Kemudian Yesus masuk ke sebuah rumah. Maka datanglah orang banyak berkerumun pula, sehingga makan pun mereka tidak dapat. Waktu kaum keluarga-Nya mendengar hal itu, mereka datang hendak mengambil Dia, sebab kata mereka Ia tidak waras lagi" (Mrk 3:20-21), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Jika membaca dan merengkan kutipan Warta Gembira yang singkat di atas, saya pribadi senantiasa teringat pada pengalaman pribadi yang sudah cukup lama namun mengesan sampai kini. Pengalaman itu adalah ketika saya sebagai Ekonom Keuskupan Agung Semarang terlibat dalam kepanitiaan menyambut kedatangan Paus Yohanes Paulus II di Yogyakarta, antara lain saya berpartisipasi dalam hal keuangan atau pendanaan, dll.. Dua bulan menjelang hari H saya memang harus bekerja keras, selain tugas pelayanan sebagai ekonom KAS harus tetap berjalan, saya harus rapat ke sana kemari sampai larut malam, bahkan seminggu terakhir menjelang hari H paling banyak saya tidur selama 3 jam per hari. Salah seorang pejabat atasan Tarekat saya mengingatkan: "Nanti setelah selesai kegiatan kunjungan Paus, kamu hendaknya istirahat/liburan", hal itu dikatakan agar saya tidak jatuh sakit. Kenyataannya saya tidak mengambil istirahat atau liburan, dan meskipun harus bekerja keras juga tidak jatuh sakit. Bekerja dengan gembira serta menikmati pekerjaan itulah yang saya hayati, sehingga tak terasa lelah atau bosan. Memang orang yang gembira, ceria dan dapat menikmati apa yang berat atau dalam iman menghadapi segala sesuatu  sering dipandang gila oleh orang lain  Dengan ini kami mengharapkan anda semua: hadapi dan sikapi segala sesuatu, termasuk yang berat dan penuh tantangan, dengan gembira, ceria dan nikmat, maka akan enak dan nikmat adanya, tak akan merasa lelah atau bosan. Orang yang gembira dan ceria memang menarik orang lain untuk mendekat dan mengerumuni, sebagaimana terjadi pada diri orang gila yang senyum gembira terus menerus. Hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak Tuhan sepenuhnya pada masa kini mungkin dipandang gila oleh banyak orang, mengingat dan mempertimbangkan cukup banyak orang tidak setia pada kehendak dan panggilan Tuhan.

·   "Merasa susah aku karena engkau, saudaraku Yonatan, engkau sangat ramah kepadaku; bagiku cintamu lebih ajaib dari pada cinta perempuan. Betapa gugur para pahlawan dan musnah senjata-senjata perang!" (2Sam 1:26-27), demikian kutipan ratapan Daud akan kematian Yonatan. Mungkin kita berpikir: "Ya pada umumnya memberi sambutan pada upacara penguburan orang mati pasti akan mengatakan apa yang baik tentang yang bersangkutan". Apa yang dihayati Daud kiranya tidak sekedar sopan santun atau formalitas belaka, melainkan sungguh keluar dari lubuk hati dan pengalaman hidupnya. "Cintamu lebih ajaib dari pada cinta perempuan", itulah kutipan ratapan yang selayaknya menjadi permenungan atau refleksi kita, yaitu cinta para pahlawan bangsa.. Para pahlawan bangsa pada umumnya lebih memperhatikan kepentingan bangsa atau umum daripada kelurganya, pasangan hidupnya sendiri, dan memang keluarga dan pasangan hidupnya juga mendukung dan mendampinginya. Untuk mewujudkan cita-cita kemerdekaan maupun menghayati dasar Negara, Pancasila, hemat saya dibutuhkan pribadi-pribadi yang berjiwa pahlawan, entah laki-laki atau perempuan. Maka kami mengharapkan jiwa pahlawan ini sedini mungkin dibinakan atau dididikkan pada anak-anak kita di dalam keluarga maupun sekolah, dan tentu saja dengan teladan konkret dari para orangtua dan para guru/pendidik. Didik dan binalah anak-anak untuk tumbuh berkembang menjadi 'man or woman with/for others', pribadi-pribadi yang memiliki kepekaan sosial tinggi, peka terhadap lingkungan hidupnya, senantiasa fungsional yang menyelamatkan bagi lingkungan hidupnya dimanapun dan kapanpun. Kina didik dan bina anak-anak kita sehingga kelak sungguh menjadi kader, dan untuk itu gerakan kaderisasi sedini mungkin dilaksanakan mulai dalam dan melalui keluarga. Fungsikan anak-anak sedini mungkin sesuai dengan kemampuan dan perkembangan kepribadiannya bagi keselamatan dan kesejahteraan keluarga; jauhkan aneka bentuk pemanjaan pada anak-anak.

 

"TUHAN, Allah semesta alam, berapa lama lagi murka-Mu menyala sekalipun umat-Mu berdoa? Engkau memberi mereka makan roti cucuran air mata, Engkau memberi mereka minum air mata berlimpah-limpah, Engkau membuat kami menjadi pokok percederaan tetangga-tetangga kami, dan musuh-musuh kami mengolok-olok kami." (Mzm 80:5-7)

Jakarta, 23 Januari 2010


Kamis, 21 Januari 2010

22 Jan - 1Sam 24:3-21; Mrk 3:13-19

"Ia menetapkan dua belas orang untuk menyertai Dia dan untuk diutusNya memberitakan Injil"

(1Sam 24:3-21; Mrk 3:13-19)

 

"Kemudian naiklah Yesus ke atas bukit. Ia memanggil orang-orang yang dikehendaki-Nya dan mereka pun datang kepada-Nya. Ia menetapkan dua belas orang untuk menyertai Dia dan untuk diutus-Nya memberitakan Injil dan diberi-Nya kuasa untuk mengusir setan. Kedua belas orang yang ditetapkan-Nya itu ialah: Simon, yang diberi-Nya nama Petrus, Yakobus anak Zebedeus, dan Yohanes saudara Yakobus, yang keduanya diberi-Nya nama Boanerges, yang berarti anak-anak guruh, selanjutnya Andreas, Filipus, Bartolomeus, Matius, Tomas, Yakobus anak Alfeus, Tadeus, Simon orang Zelot, dan Yudas Iskariot, yang mengkhianati Dia." (Mrk 3:13-19), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Fungsi duabelas rasul yang dipilih oleh Yesus untuk masa kini diemban oleh para uskup, yang jumlahnya melebihi dua belas. Para uskup dipilih oleh Paus, penerus karya Yesus, pengganti Santo Petrus, dan proses pemilihannya memang cukup lama, antara lain dengan minta masukan atau informasi dari pribadi-pribadi yang dinilai mengenal dengan baik 'calon uskup' yang bersangkutan. Jabatan Uskup pada dasarnya tidak terbatas, artinya sampai mati, namun karena alasan keterbatasan diri, entah karena sakit atau lanjut usia, ada kemungkinan untuk mengundurkan diri. "Untuk dinilai cakap sebagai calon Uskup, seseorang harus: 1) unggul dalam iman, hidup baik, kesalehan, semangat merasul, kebijaksanaan, kearifan dan dalam keutamaan-keutamaan manusiawi….2) mempunyai nama baik, 3) sekurang-kurangnya berusia tiga puluh lima tahun, 4) sekurang-kurangnya sudah lima tahun ditahbiskan imam, 5) mempunyai gelar doktor atau sekurang-kurangnya lisensiat dalam Kitab Suci, teologi atau hukum kanonik yang diperolehnya pada lembaga pendidikan lanjut yang disahkan Takhta Apostolik, atau sekurang-kurangnya mahir sungguh-sungguh dalam matakuliah-matakuliah itu" (KHK kan 378). Syarat-syarat tersebut diandaikan agar yang bersangkutan dapat 'memberitakan Injil' dengan baik dalam berbagai kesempatan dan kemungkinan, termasuk menggembalakan atau melayani umat Allah. Mengingat tugas berrat dan mulia tersebut, maka kita sebagai umat Allah dipanggil untuk senantiasa mendoakannya, antara lain dalam setiap Perayaan Ekaristi. Dukungan konkret terhadap para uskup kiranya juga dapat kita wujudkan dalam cara hidup dan cara bertindak kita yang ditandai atau dijiwai oleh iman, hidup baik, kesalehan, semangat merasul, kebijaksanaan, kearifan dan dalam keutamaan-keutamaan manusiawi.

·   "Engkau lebih benar dari pada aku, sebab engkau telah melakukan yang baik kepadaku, padahal aku melakukan yang jahat kepadamu. Telah kautunjukkan pada hari ini, betapa engkau telah melakukan yang baik kepadaku: walaupun TUHAN telah menyerahkan aku ke dalam tanganmu, engkau tidak membunuh aku" (1Sam 24:18-19), demikian kata Saul kepada Daud, pengakuan jujur Saul terhadap Daud. Entah Daud atau Saul kiranya dapat menjadi teladan kita. Meneladan Saul berarti mereka yang berfungsi sebagai pembesar atau petinggi hendaknya jujur terhadap diri sendiri, jika salah hendaknya mengakui kelasahannya dengan rela dan besar hati, meskipun hal itu dilakukan kepada anggota, bawahan atau anak buah. Sebaliknya kita semua hemat saya dipanggil untuk meneladan Daud, yang tidak mencelakakan atau melukai orang lain sedikitpun, meskipun secara rational maupun faktual dapat dilakukan, dengan kata lain hendaknya kita senanitiasa berbuat baik kepada siapapun dan dimanapun. Ingat dan hayati bahwa sebagai orang yang beriman kepada Yesus Kristus, Pewarta Kabar Baik, kita dipanggil untuk senantiasa menjadi pewarta-pewarta kabar baik.  Hendaknya apa yang tersiarkan atau terkabarkan dari diri kita masing-masing adalah apa yang baik, membahagiakan dan menyelamatkan, maka masing-masing dari kita hendaknya senantiasa hidup baik. Untuk hidup baik pada masa kini hemat saya kita tak dapat berusaha sendirian, melainkan harus bekerjasama dengan orang lain, sebagaimana para rasul maupun penerusnya, para uskup, senantiasa juga hidup dan berkarya dalam kolegialitas. Maka hendaknya sering diselenggarakan pertemuan, curhat atau diskusi, entah secara formal atau informal, antar kita. Kami percaya pertemuan antara orang-orang atau pribadi-pribadi yang berkehendak baik pasti akan menghasilkan buah yang tak terduga, yang lebih baik.

 

"Kasihanilah aku, ya Allah, kasihanilah aku, sebab kepada-Mulah jiwaku berlindung; dalam naungan sayap-Mu aku akan berlindung, sampai berlalu penghancuran itu. Aku berseru kepada Allah, Yang Mahatinggi, kepada Allah yang menyelesaikannya bagiku. Kiranya Ia mengirim utusan dari sorga dan menyelamatkan aku, mencela orang-orang yang menginjak-injak aku. S el a Kiranya Allah mengirim kasih setia dan kebenaran-Nya."

(Mzm 57:2-4)

       

Jakarta, 22 Januari 2010


Rabu, 20 Januari 2010

21 Jan - 1Sam 18:6-9; 19:1-7; Mrk 3:7-12

"Ia dengan keras melarang mereka memberitahukan siapa Dia".

(1Sam 18:6-9; 19:1-7; Mrk 3:7-12)

 

"Kemudian Yesus dengan murid-murid-Nya menyingkir ke danau, dan banyak orang dari Galilea mengikuti-Nya. Juga dari Yudea, dari Yerusalem, dari Idumea, dari seberang Yordan, dan dari daerah Tirus dan Sidon datang banyak orang kepada-Nya, sesudah mereka mendengar segala yang dilakukan-Nya.Ia menyuruh murid-murid-Nya menyediakan sebuah perahu bagi-Nya karena orang banyak itu, supaya mereka jangan sampai menghimpit-Nya. Sebab Ia menyembuhkan banyak orang, sehingga semua penderita penyakit berdesak-desakan kepada-Nya hendak menjamah-Nya. Bilamana roh-roh jahat melihat Dia, mereka jatuh tersungkur di hadapan-Nya dan berteriak: "Engkaulah Anak Allah."Tetapi Ia dengan keras melarang mereka memberitahukan siapa Dia." (Mrk 3:7-12), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St.Agnes, perawan dan martir, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   "`Agnes' dalam bahasa Latin berarti `anak domba' atau `kurban', sementara dalam bahasa Yunani berarti `murni, suci'. Agnes seorang gadis remaja yang cantik jelita dan berasal dari keluarga kaya. Banyak pemuda bangsawan Romawi terpikat padanya; mereka saling bersaing agar dapat memperisteri Agnes. Tetapi Agnes menolak mereka semua dengan halus dan mengatakan bahwa ia telah mengikatkan diri pada seorang Kekasih yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang." (www.indocell.net/yesaya). Yang disebut 'seorang Kekasih' disini tidak lain adalah Tuhan, maka terikat mesra dengan Tuhan tak akan terpengaruh oleh aneka macam rayuan kenikmatan duniawi, yang didambakan banyak orang. Menghayati semangat kemartiran masa kini kiranya dapat berupa kesetiaan dan keterikatan sepenuhnya kepada Tuhan, yang menjadi nyata dalam hidup sehari-hari; bersatu mesra dengan Tuhan akan mampu mengalahkan aneka macam godaan dan rayuan setan yang menggejala dalam tawaran-tawaran kenikmatan duniawi ini serta mampu menangkal aneka macam penyakit maupun menyembuhkan mereka yang sakit. Persatuan mesra dengan Tuhan ini pertama-tama nampak dalam cara hidup dan cara bertindak atau perilaku, bukan kata-kata atau omongan; pewartaan kabar baik melalui dan dengan parilaku bukan dengan omongan. Orang yang hidup baik, berbudi pekerti luhur dan suci kiranya akan menarik, memikat dan mempesona, dan siapapun yang berdekatan atau bersama dengannya pasti akan merasa sungguh hidup, segar bugar, bergairah serta semakin tergerak untuk membaktikan diri seutuhnya kepada Tuhan dalam dan melalui cara hidup dan cara bertindak setiap hari. Marilah meneladan St.Agnes, yang bersatu mesra dengan Tuhan, sehingga tetap tegar, segar, ceria dan bergembira meskipun harus menghadapi siksaan, tantangan dan hambatan.  

·   "Janganlah raja berbuat dosa terhadap Daud, hambanya, sebab ia tidak berbuat dosa terhadapmu; bukankah apa yang diperbuatnya sangat baik bagimu! Ia telah mempertaruhkan nyawanya dan telah mengalahkan orang Filistin itu, dan TUHAN telah memberikan kemenangan yang besar kepada seluruh Israel. Engkau sudah melihatnya dan bersukacita karenanya. Mengapa engkau hendak berbuat dosa terhadap darah orang yang tidak bersalah dengan membunuh Daud tanpa alasan?"(1Sam 19:4-5), demikian kata Yonatan kepada Saul, yang hendak membunuh Daud., dan Saul pun melaksanakan peringatan tersebut. Kita semua dipanggil untuk meneladan Yonatan, yaitu tanpa takut dan gentar untuk mengingatkan apa yang benar dan baik yang harus dilakukan dalam berbagai kesempatan dan kemungkinan. Marilah kita ingatkan dan tegor dengan rendah hati mereka yang sering dengan mudah ingin menghabisi 'orang yang tak bersalah', demi gengsi, kedudukan, jabatan atau kehormatan duniawi. Mengingat dan mempertimbangkan masih maraknya aneka bentuk kekerasan terhadap anak-anak, yang tak bersalah, yang dilakukan oleh orangtuanya, marilah kita bersama-sama mengingatkan dan menegor mereka. Ketika anak-anak dibiarkan menerima kekerasan dari orangtuanya atau orang dewasa, maka kelak kemudian hari ketika anak-anak menjadi dewasa pasti juga dengan mudah melakukan kekerasan terhadap sesamanya. Dengan ini kami mengingatkan dan mengajak para orangtua, ayah dan ibu, untuk tidak bertindak keras apalagi sampai melukai hati anak-anak; hendaknya janji saling mengasihi baik dalam untung maupun malang, sehat maupun sakit, juga dihayati dalam mengasihi anak-anaknya, yang mungkin merepotkan dan nakal. Ingat anak kalau tidak nakal bukan anak lagi, dengan kata lain anak nakal atau kurangajar adalah biasa, yang tidak biasa adalah orangtua/dewasa nakal atau kurangajar.

 

"Kasihanilah aku, ya Allah, sebab orang-orang menginjak-injak aku, sepanjang hari orang memerangi dan mengimpit aku! Seteru-seteruku menginjak-injak aku sepanjang hari, bahkan banyak orang yang memerangi aku dengan sombong ….. Kepada Allah, firman-Nya kupuji, kepada TUHAN, firman-Nya kupuji, kepada Allah aku percaya, aku tidak takut. Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadap aku?. Nazarku kepada-Mu, ya Allah, akan kulaksanakan, dan korban syukur akan kubayar kepada-Mu."

(Mzm 56:2-3.11-13)

Jakarta, 21 Januari 2010


Selasa, 19 Januari 2010

20 Jan - 1Sam 17:32-33,37,40-51: Mrk 3:1-6

"Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat?"

(1Sam 17:32-33,37,40-51: Mrk 3:1-6)

 

"Kemudian Yesus masuk lagi ke rumah ibadat. Di situ ada seorang yang mati sebelah tangannya. Mereka mengamat-amati Yesus, kalau-kalau Ia menyembuhkan orang itu pada hari Sabat, supaya mereka dapat mempersalahkan Dia. Kata Yesus kepada orang yang mati sebelah tangannya itu: "Mari, berdirilah di tengah!" Kemudian kata-Nya kepada mereka: "Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat, menyelamatkan nyawa orang atau membunuh orang?" Tetapi mereka itu diam saja. Ia berdukacita karena kedegilan mereka dan dengan marah Ia memandang sekeliling-Nya kepada mereka lalu Ia berkata kepada orang itu: "Ulurkanlah tanganmu!" Dan ia mengulurkannya, maka sembuhlah tangannya itu. Lalu keluarlah orang-orang Farisi dan segera bersekongkol dengan orang-orang Herodian untuk membunuh Dia." (Mrk 3:1-6), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Hari Sabat adalah hari yang secara khusus dipersembahkan kepada Tuhan, yang dalam tradisi Yahudi berarti pada hari itu tidak boleh bekerja. Tujuan atau makna utama mempersembahkan kepada Tuhan adalah keselamatan jiwa alias  berbuat baik kepada saudara-saudarinya. Maka untuk berbuat baik tidak terikat oleh aturan dan tatanan apapun, dan apa yang disebut baik senantiasa berlaku universal, dimana saja. Perbuatan baik mengatasi batas SARA, territorial, fungsi atau jabatan, dst.., maka orang baik pada umumnya berwawasan global, nasional, kebangsaan, serta senantiasa mengusahakan dan memperjuangkan persatuan dan perdamaian. Munculnya aneka macam golongan dan aliran sekaligus juga mengalirnya aneka aturan dan tatanan hidup, yang tanpa sadar mengikat dan membatasi cara hidup dan cara bertindak orang, yang membawanya ke fanatisme sempit seperti orang-orang Farisi. Fanatisme sempit ini juga berdampak munculnya perilaku jahat, yang dihayati sebagai penghayatan iman, maka sering muncul 'demi atau atas nama Tuhan/Allah membunuh dan berbuat tidak baik kepada orang lain'. Sabda Yesus hari ini mengingatkan dan mengajak kita semua untuk senantiasa berpedoman pada keselamatan jiwa dalam cara hidup dan cara bertindak kita dimanapun dan kapanpun. Maka aneka peraturan atau kebijakan yang bertentangan dengan keselamatan jiwa manusia, hendaknya dibongkar dan dihancurkan; demi keselamatan jiwa tidak perlu takut dan gentar mengatasi atau melanggar peraturan yang berlawanan dengan kemanusiaan dan keselamatan jiwa. Ada kemungkinan, sebagaimana dialami oleh Yesus, hidup dan berjuang demi keselamatan jiwa akan menghadapi aneka tantangan, hambatan dan tentangan.

·   "Engkau mendatangi aku dengan pedang dan tombak dan lembing, tetapi aku mendatangi engkau dengan nama TUHAN semesta alam" (1Sam 17:45), demikian kata Daud kepada orang Filistin. Pedang, tombak dan lembing adalah senjata-senjata untuk membutuh dan mematikan orang lain. Pada masa kini senjata-senjata itu antara lain seperti bom, peluru kendali, pesawat tempur, tank, rudal, dst.., yang berharga mahal dan fungsinya tidak lain adalah untuk membunuh dan menghancurkan. Pembunuhan dan penghancuran demi perdamaian, begitulah motto yang berlaku, maka tidak mengherankan paska pembunuhan dan penghancuran lahirlah balas dendam yang lebih kejam. Senjata lain yang mematikan adalah racun atau uang. Sebagai orang beriman kita dipanggil untuk hidup dan bertindak 'dengan nama Tuhan', mendatangi dan menyapa serta memperlakukan siapapun 'dengan nama Tuhan'. Dengan nama Tuhan  berarti sesuai dengan kehendak Tuhan, dan kehendak Tuhan adalah persaudaraan atau persahabatan sejati, demi keselamatan jiwa manusia. Sayang pada masa kini Negara atau keluarga merasa aman dan damai serta selamat ketika memiliki dan menguasai senjata-senjata yang mematikan tersebut, bukan karena iman atau persembahan dirinya secara total kepada Tuhan. Kenyataan yang terjadi juga: dampak semangat hidup macam itu adalah perbedaan-perbedaan yang mencemaskan dan mengkhawatirkan. Hidup dan bertindak dengan nama Tuhan memang juga dapat berarti hidup sederhana di dunia masa kini, tidak serakah, tidak sombong dan berbohong, yang dilambangkan oleh Daud, dimana dengan batu dan alat pelempar mampu mengalahkan pedang, tombak dan lembing. Pengalaman yang demikian pernah terjadi di Filipina dengan 'people power' nya, antara lain para ibu/wanita berbaris dengan rosario di tangan menghadapi tank-tank tempur tentara, dan pasukan tentara pun mundur teratur.

 

"Terpujilah TUHAN, gunung batuku, yang mengajar tanganku untuk bertempur, dan jari-jariku untuk berperang; yang menjadi tempat perlindunganku dan kubu pertahananku, kota bentengku dan penyelamatku, perisaiku dan tempat aku berlindung, yang menundukkan bangsa-bangsa ke bawah kuasaku!" (Mzm 144:1-2)

 

Jakarta, 20 Januari 2010


Senin, 18 Januari 2010

19 jan - 1Sam 16:1-13; Mrk 2:23-28

"Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat"

(1Sam 16:1-13; Mrk 2:23-28)

 

"Pada suatu kali, pada hari Sabat, Yesus berjalan di ladang gandum, dan sementara berjalan murid-murid-Nya memetik bulir gandum. Maka kata orang-orang Farisi kepada-Nya: "Lihat! Mengapa mereka berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat?" Jawab-Nya kepada mereka: "Belum pernahkah kamu baca apa yang dilakukan Daud, ketika ia dan mereka yang mengikutinya kekurangan dan kelaparan, bagaimana ia masuk ke dalam Rumah Allah waktu Abyatar menjabat sebagai Imam Besar lalu makan roti sajian itu -- yang tidak boleh dimakan kecuali oleh imam-imam -- dan memberinya juga kepada pengikut-pengikutnya?" Lalu kata Yesus kepada mereka: "Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat, jadi Anak Manusia adalah juga Tuhan atas hari Sabat" (Mrk 2:23-28), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Berbagai jenis peraturan pada umumnya menimbulkan aneka masalah. Proses pembuatan peraturan pada umumnya juga disertai perdebatan dan diskusi panas dan berkepanjangan, sedangkan dalam pelaksanaan peraturan juga sering terjadi saling tarik-ulur dalam penafsiran, dst.. Maklum berbagai peraturan sering hanya dibuat dan disikapi demi kepentingan diri sendiri atau golongan sendiri, bukan demi manusia atau rakyat pada umumnya. Warta Gembira hari ini mengingatkan kita babwa peraturan demi manusia bukan manusia demi peraturan, peraturan demi persatuan dan kebersamaan bukan persatuan dan kebersamaan demi peraturan.  Semakin banyak peraturan, entah dalam hal jumlah aturan, pasal atau ayat-ayat pada umumnya juga menunjukkan makin banyak adanya penyelewengan atau pelanggaran aturan. Marilah kita lihat, sikap dan hayati aneka macam aturan dalam dan oleh semangat cintakasih serta demi keselamatan jiwa manusia, jika kita mendambakan bahwa aneka aturan sungguh menjadi sarana persatuan dan kebersamaan. Hal ini hemat saya perlu dibiasakan atau dididikkan sedini mungkin kepada anak-anak di dalam keluarga maupun sekolah dengan teladan konkret dari orangtua maupun para guru. Di dalam keluarga kiranya pada umumnya tidak ada peraturan yang tertulis, melainkan lisan, namun demikian ditaati dan dilaksanakan dengan baik: masing-masing anggota tanggap akan kebutuhan yang lain maupun tuntutan situasi dan lingkungan hidup, demi kebahagiaan dan kesejahteraan bersama. Semoga pengalaman dalam keluarga ini tumbuh berkembang dalam pergaulan yang lebih luas: dalam tempat kerja/tugas maupun masyarakat pada umumnya.

·   "Janganlah pandang parasnya atau perawakan yang tinggi, sebab Aku telah menolaknya. Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati." (1Sam 16:7), demikian firman Tuhan kepada Samuel. Kutipan ini sungguh bagus untuk kita renungkan, refleksikan dan hayati. Memang kebanyakan dari kita melihat sesamanya 'apa yang di depan mata' saja dan tidak sampai 'melihat hati', maka banyak orang hidup dengan penuh sandiwara, kebohongan dan kepalsuan. Pemalsuan di Indonesia dalam berbagai hal rasanya cukup marak, dan hal itu dilakukan untuk mencari keuntungan diri sendiri. Dampak dari berbagai pemalsuan adalah penderitaan manusia atau perpecahan , apalagi jika pemalsuan terjadi dalam aneka kebutuhan hidup manusia setiap hari seperti makanan, minuman, sarana kecantikan, peralatan listrik, dst.. Demi keselamatan dan kebahagiaan pribadi kita sendiri maupun saudara-saudari atau sesama, kita dipanggil untuk 'melihat hati'. Dari kedalaman hati setiap orang kiranya ada dambaan atau kerinduan untuk hidup bahagia dan damai sejahtera lahir batin, jasmani dan rohani; maka untuk saling mengenal dan mengetahui isi hati kita masing-masing, marilah kita 'curhat' atau sharing, kita saling memberikan dan mendengakan isi hati kita. Ketika kita terbiasa untuk curhat atau sharing, kiranya lama kelamaan akan mahir 'melihat hati', dan dengan demikian kita tidak mudah tertipu atau terjebak oleh aneka macam rayuan dan godaan dari kepalsuan-kepalsuan dan kebohongan-kebohongan yang marak masa kini. Ada orang tergiur harga mobil murah, padahal belum melihat barangnya, ketika ada orang menawari langsung dibayar; ada orang tergiur jutaan rupiah melalui tawaran SMS, dst.., padahal semuanya itu adalah tipuan belaka. Salah satu cara untuk mendukung kemahiran 'melihat hati' adalah hidup dan bertindak sederhana.. Percayalah jika kita hidup sederhana tidak akan tertipu oleh aneka macam kebohongan dan pemalsuan. Dari anak-anak yang diajukan Samuel, akhirnya yang terpilih adalah Daud, yang masih kekanak-kanakan dan kurang terpandang.

 

"Aku telah mendapat Daud, hamba-Ku; Aku telah mengurapinya dengan minyak-Ku yang kudus, maka tangan-Ku tetap dengan dia, bahkan lengan-Ku meneguhkan dia …. Dia pun akan berseru kepada-Ku: 'Bapaku Engkau, Allahku dan gunung batu keselamatanku.' Aku pun juga akan mengangkat dia menjadi anak sulung, menjadi yang mahatinggi di antara raja-raja bumi" (Mzm 89:21-22.27-28)

 

Jakarta, 19 Januari 2010


Minggu, 17 Januari 2010

18 Jan - 1Sam 15: 16-23; Mrk 2:18-22

"Anggur yang baru hendaknya disimpan dalam kantong yang baru pula."

(1Sam 15: 16-23; Mrk 2:18-22)

 

"Pada suatu kali ketika murid-murid Yohanes dan orang-orang Farisi sedang berpuasa, datanglah orang-orang dan mengatakan kepada Yesus: "Mengapa murid-murid Yohanes dan murid-murid orang Farisi berpuasa, tetapi murid-murid-Mu tidak?" Jawab Yesus kepada mereka: "Dapatkah sahabat-sahabat mempelai laki-laki berpuasa sedang mempelai itu bersama mereka? Selama mempelai itu bersama mereka, mereka tidak dapat berpuasa. Tetapi waktunya akan datang mempelai itu diambil dari mereka, dan pada waktu itulah mereka akan berpuasa. Tidak seorang pun menambalkan secarik kain yang belum susut pada baju yang tua, karena jika demikian kain penambal itu akan mencabiknya, yang baru mencabik yang tua, lalu makin besarlah koyaknya. Demikian juga tidak seorang pun mengisikan anggur yang baru ke dalam kantong kulit yang tua, karena jika demikian anggur itu akan mengoyakkan kantong itu, sehingga anggur itu dan kantongnya dua-duanya terbuang. Tetapi anggur yang baru hendaknya disimpan dalam kantong yang baru pula." (Mrk 2:18-22), demkian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengawali Pekan Doa Sedunia untuk Persatuan Umat Kristiani hari ini, saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai  berikut:

·   Mereka yang  baru saja mengikrarkan atau berjanji untuk menempuh cara hidup baru, misalnya hidup berkeluarga, baru saja dibaptis, tugas atau jabatan baru, rumah baru, dst… pada umumnya bergembira dan berpesta pora, ceria serta penuh dengan harapan dan cita-cita. Semangat hidup baru sungguh menyala dan membara dalam hati mereka, sehingga membakar seluruh tubuh dan dengan demikian ceria dan berbahagia. Warta Gembira hari ini mengingatkan dan mengajak kita semua untuk senantiasa hidup dan bertindak dalam dan dengan semangat baru, yang menjiwai hidup baru tersebut: semangat baru tidak hanya dalam hari-hari, minggu-minggu atau bulan-bulan pertama sebagai pengantin baru, baptisan baru, pejabat baru, dst.. melainkan terus menerus dihayati dalam perjalanan hidup dan tugas dan panggilan sampai mati. Semangat baru tersebut tidak lain adalah hidup sesuai dengan kehendak Roh Kudus, sehingga cara hidup dan cara bertindak kita menghasilkan buah-buah Roh seperti "kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri"(Gal 5:22-23). Untuk membantu agar semangat baru tersebut dapat dihayati lebih baik, kiranya baik bahwa rumus-rumus janji yang kita ikrarkan untuk menempuh hidup atau tugas baru tersebut ditempatkan di meja kerja kita, di daun pintu kamar mandi/toilet, di kamar tidur dst..agar setiap saat kita dapat membacanya serta merenungkannya kembali. Sekiranya anda saat ini dalam cara hidup dan cara bertindak tidak atau kurang sesuai dengan janji yang pernah diikrarkan, hendaknya bermatiraga alias mengendalikan kebutuhan raga dan gerak raga sedemikian pula sehingga kita dapak kembali setia pada janji yang pernah kita ikrarkan.

·   "Apakah TUHAN itu berkenan kepada korban bakaran dan korban sembelihan sama seperti kepada mendengarkan suara TUHAN? Sesungguhnya, mendengarkan lebih baik dari pada korban sembelihan, memperhatikan lebih baik dari pada lemak domba-domba jantan" (1Sam 15:22), demikian jawaban Samuel kepada Saul, yang melaporkan bahwa "rakyat mengambil dari jarahan itu kambing domba dan lembu-lembu yang terbaik dari yang dikhususkan untuk ditumpas itu, untuk mempersembahkan korban kepada TUHAN" (1Sam  15:21). Jawaban tersebut kiranya juga menjadi peringatan bagi kita semua akan pentingnya "mendengarkan dan memperhatikan suara Tuhan". Suara, kehendak dan karya Tuhan kiranya dapat kita dengarkan dan perhatikan melalui ciptaan-ciptaanNya, dan terutama dalam diri manusia yang diciptakan sesuai dengan gambar atau citra Tuhan. Dengan kata lain kita dipanggil untuk lebih melihat, mendengarkan, mencermati dan memperhatikan apa yang  baik, indah, luhur dan mulia dalam diri saudara-saudari kita daripada apa yang buruk, jorok, hina dst.. Baik dalam diri kita sendiri maupun saudara-saudari kita kiranya lebih banyak apa yang baik, indah, luhur dan mulia daripada yang sebaliknya, entah itu dalam bentuk tubuh, omongan maupun perilaku, seperti buah-buah Roh yang saya kutipkan di atas. Untuk itu memang dari diri kita masing-masing diharapkan hidup dan bertindak.dengan rendah hati; dan hanya dalam kerendahan hati kita akan mampu 'mendengarkan dan memperhatikan suara Tuhan'. Jauhkan aneka macam bentuk cara hidup dan cara bertindak sombong atau angkuh. Marilah kita saling mendengarkan dan memperhatikan.

 

"Bukan karena korban sembelihanmu Aku menghukum engkau; bukankah korban bakaranmu tetap ada di hadapan-Ku? Tidak usah Aku mengambil lembu dari rumahmu atau kambing jantan dari kandangmu,.... Siapa yang mempersembahkan syukur sebagai korban, ia memuliakan Aku; siapa yang jujur jalannya, keselamatan yang dari Allah akan Kuperlihatkan kepadanya."(Mzm 50:8-9.23)

Jakarta, 18 Januari 2010