Fans Page Facebook http://imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Sabtu, 25 Februari 2012

Minggu Prapaska I


Mg Prapaskah I : Kej 9:8-25; 1Petr 3:18-22; Mrk 1:12-15

"Segera sesudah itu Roh memimpin Dia ke padang gurun"

Padang gurun di daerah Timur Tengah membentang sangat luas, dan ketika berada di tengah padang gurun apa yang dapat dilihat adalah pasir dan debu, serta sejauh mata dapat memandang: ke atas kelihatan langit luas dan di dataran tiada tanaman atau pohon serta tidak kelihatan lalu lalang orang maupun kendaraan. Dengan kata lain pergi ke padang gurun berarti pergi ke tempat sunyi sepi, dan di dalam kesepian yang memuncak tersebut orang dapat melakukan apapun menurut kemauan atau keinginan sendiri. Di dalam kesepian pada umumnya muncul dorongan dan godaan yang berasal dari Roh atau setan alias untuk melakukan apa yang baik atau yang jahat. Namun siapapun yang memasuki padang guru didorong dan dipimpin oleh Roh tentu memiliki tujuan atau cita-cita yang baik, mulia dan luhur. Memasuki masa Prapaskah atau Puasa hemat saya juga bagaikan memasuki padang gurun, maka kami berharap anda semua memasuki masa Prapaskah ini juga didorong dan dipimpin oleh Roh, sehingga apa yang kita lakukan selama masa Prapaskah adalah apa-apa yang menuntun dan mengarahkan kita menuju keselamatan jiwa kita. Marilah meneladan Yesus yang memasuki padang gurun dalam pimpinan Roh agar kita juga mampu mengatasi aneka godaan dan rayuan setan atau roh jahat dalam hidup dan kerja kita sehari-hari.

"Segera sesudah itu Roh memimpin Dia ke padang gurun. Di padang gurun itu Ia tinggal empat puluh hari lamanya, dicobai oleh Iblis. Ia berada di sana di antara binatang-binatang liar dan malaikat-malaikat melayani Dia" (Mrk 1:12-13)

Situasi masyarakat atau Negara kita masa kini kiranya bagaikan padang gurung, dimana aneka cobaan atau godaan dari Iblis atau setan merajalela di sana-sini di dalam hidup sehari-hari, lebih-lebih di kota-kota besar atau mereka yang berada, hidup dan bekerja dalam peredaran uang. Godaan Iblis yang paling kentara dan mudah memang melalui uang, karena dengan uang orang lalu dapat melakukan apapun sesuai dengan kemauan atau keinginan diri sendiri, entah itu yang terkait dengan kenikmatan phisik, psikologis, social atau emosional: makanan dan minuman, seks, aneka jenis narkoba, aneka jenis barang mewah, dst..yang mendorong orang untuk egois atau puas diri maupun sombong atau melecehkan orang lain. Orang yang sudah dikuasai oleh Iblis kehilangan jati dirinya sebagai yang ber-Tuhan atau tidak menghayati kasih Allah lagi. Jati dirinya terletak kepada tindakan mampu membeli dan menguasai, bukan melayani, memberi dan bermurah hati sebagaimana Allah telah bermurah hati kepada kita.

Memasuki atau hidup di tengah masyarakat dijiwai oleh Roh berarti hidup dan bertindak menghayati keutamaan-keutamaan seperti "kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri" (Gal 5:22-23). Kemurahan atau bermurah hati kiranya merupakan salah satu keutamaan yang mendesak dan up to date untuk kita hayati dan sebarluaskan pada masa kini mengingat dan memperhatikan semangat egois alias kekurang pekaan terhadap orang lain semakin merajalela dan menjangkiti banyak orang. Murah hati secara harafiah berarti hatinya dijual murah sehingga siapapun dapat membeli hatiku, dengan kata lain bermurah hati berarti berusaha memperhatikan siapapun tanpa pandang bulu. Salah satu bentuk perhatian yang sungguh dibutuhkan masa kini adalah kehadiran, dimana orang memboroskan waktu dan tenaga bagi orang lain, yang dihadiri.

Di samping murah hati adalah kelemah-lembutan, mengingat dan memperhatikan aneka bentuk kekerasan yang mengarah ke tawuran, saling merusak dan membunuh dst..semakin marak di sana-sini, lebih-lebih atau terutama di kota-kota besar. Untuk mendukung kebutuhan hidup layak orang bekerja keras, namun sungguh sayang kekerasan tidak berhenti pada kerja, tetapi melebar dan meluas dalam kehidupan bersama, bahkan dalam hidup bersama yang paling mendasar, yaitu hidup berkeluarga. Orang mau jalan sendiri-sendiri tanpa memperhatikan kepentingan orang lain, dan ketika ada orang lain yang mengahanginya kemudian dihadapi dengan kekerasan atau kekuatan phisik. Kekerasan sebagaimana sering dilakukan FPI ternyata juga menarik dan memikat cukup banyak orang muda untuk bergabung, artinya menghadapi dan menyelesaikan masalah dengan kekerasan phisik. Kekerasan dilawan kekerasan akan terjadi saling menghancurkan dan membunuh, maka hendaknya hadapi dan sikapi kekerasan dengan kelemah-lembutan. Sikap lemah lembut kiranya merupakan pengahayatan iman akan Allah yang senantiasa lemah lembut tcrhadap manusia ciptaanNya. Sikap lemah lembut juga merupakan perwujudan sikap hormat terhadap orang lain, yaitu "sikap dan perilaku yang menghargai orang lain, siapa pun dia tanpa memandang kedudukan, kekayaan dan kekuasaannya" (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka – Jakarta 1997, hal 25).

"Kamu sekarang diselamatkan oleh kiasannya, yaitu baptisan -- maksudnya bukan untuk membersihkan kenajisan jasmani, melainkan untuk memohonkan hati nurani yang baik kepada Allah -- oleh kebangkitan Yesus Kristus, yang duduk di sebelah kanan Allah, setelah Ia naik ke sorga sesudah segala malaikat, kuasa dan kekuatan ditaklukkan kepada-Nya." (1Ptr 3:21-22).

Kita diingatkan bahwa selama masa Prapaskah ini kita diajak untuk membersihkan hari nurani kita, sehingga memiliki hati yang suci dan dari hati kita, sebagaimana dari Hati Kudus Yesus keluar air dan darah segar sebagai lambang sakramen-sakramen yang menyelamatkan, keluarlah apa-apa yang menyelamatkan, membahagiakan dan menghidupkan orang lain. Secara konkret kita diajak untuk mawas diri perihal baptisan, dimana ketika dibaptis kita menerima anugerah atau rahmat Allah untuk hanya mau mengabdi Allah saja serta menolak godaan setan. Hemat saya jika orang setia pada janji baptis akan memiliki hati nurani yang bersih atau suci. Marilah mawas diri perihal baptisan kita dan kelak di malam Paskah kita perbaharui bersama-sama.

"Sesungguhnya Aku mengadakan perjanjian-Ku dengan kamu dan dengan keturunanmu, dan dengan segala makhluk hidup yang bersama-sama dengan kamu: burung-burung, ternak dan binatang-binatang liar di bumi yang bersama-sama dengan kamu, segala yang keluar dari bahtera itu, segala binatang di bumi. Maka Kuadakan perjanjian-Ku dengan kamu, bahwa sejak ini tidak ada yang hidup yang akan dilenyapkan oleh air bah lagi, dan tidak akan ada lagi air bah untuk memusnahkan bumi." (Kej 9:9-11). Kutipan dari Kitab Kejadian ini kiranya dapat menjadi motivasi dan kekuatan kita dalam mawas diri perihal baptisan. Jika kita setia pada janji baptis maka kita akan hidup bahagia, mulia dan sejahtera, baik secara jasmani maupun rohani, phisik maupun spiritual. Semua ciptaan Allah di bumi akan baik adanya sebagaimana ketika ia baru diciptakan jika kita semua setia pada janji baptis kita masing-masing.

Karena keserakahan dan kesombongan manusia, maka air bah atau banjir bandang merajalela dimana-mana sebagaimana terjadi akhir-akhir ini. Karena pemanasan global suhu air laut naik, demikian juga permukaan air laut naik, sehingga menimbulkan badai disana-sini dan banjir rob di pantai-pantai. Hemat saya bencana air bah dalam aneka bentuk ini karena keserakahan manusia mengkomsumsi hasil bumi, seperti kayu, minyak, aneka jenis tambang dst..: hutan digunduli, tanah diobrak-abrik sehingga musnahlah kehidupan yang ada di dalamnya atau di atasnya. Kami berharap kepada mereka yang serakah untuk bertobat, karena dengan keserakahan anda berarti hati nurani anda sungguh busuk dan kotor serta menjijikkan. Bersihkan hati nurani anda dengan meninggalkan aneka bentuk keserakahan dan kesombongan.  Sebaliknya kepada mereka yang telah memiliki hati nurani bersih dan suci kami harapkan meningkatkan dan memperdalam doa dengan permohonan agar mereka yang kotor hati nuraninya dapat memperoleh rahmat dan kekuatan untuk membersihkannya.

"Beritahukanlah jalan-jalan-Mu kepadaku, ya TUHAN, tunjukkanlah itu kepadaku. Bawalah aku berjalan dalam kebenaran-Mu dan ajarlah aku, sebab Engkaulah Allah yang menyelamatkan aku, Engkau kunanti-nantikan sepanjang hari. Ingatlah segala rahmat-Mu dan kasih setia-Mu, ya TUHAN, sebab semuanya itu sudah ada sejak purbakala. Dosa-dosaku pada waktu muda dan pelanggaran-pelanggaranku janganlah Kauingat, tetapi ingatlah kepadaku sesuai dengan kasih setia-Mu, oleh karena kebaikan-Mu, ya TUHAN. TUHAN itu baik dan benar; sebab itu Ia menunjukkan jalan kepada orang yang sesat." (Mzm 25:4-8)

Ign 26 Februari 2012

   


25 Feb


"Bukan orang sehat yang memerlukan tabib tetapi orang sakit"

(Yes 58: 9b-14; Luk 5:27-32)

"Kemudian, ketika Yesus pergi ke luar, Ia melihat seorang pemungut cukai, yang bernama Lewi, sedang duduk di rumah cukai. Yesus berkata kepadanya: "Ikutlah Aku!" Maka berdirilah Lewi dan meninggalkan segala sesuatu, lalu mengikut Dia. Dan Lewi mengadakan suatu perjamuan besar untuk Dia di rumahnya dan sejumlah besar pemungut cukai dan orang-orang lain turut makan bersama-sama dengan Dia. Orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat bersungut-sungut kepada murid-murid Yesus, katanya: "Mengapa kamu makan dan minum bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?" Lalu jawab Yesus kepada mereka, kata-Nya: "Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit; Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, tetapi orang berdosa, supaya mereka bertobat." (Luk 5: 27-32), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat memang dikenal sebagai orang-orang sombong, yang senantiasa mengagung-agungkan dirinya serta melecehkan orang lain, terutama mereka yang berdosa. Orang-orang berdosa tidak diselamatkan, melainkan dilecehkan dan disingkirkan dari pergaulan di tengah masyarakat, maka ketika Yesus memperhatikan orang-orang berdosa serta makan bersama mereka, orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat berkata kepadaNya :"Mengapa kamu makan dan minum bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa". Yesus adalah Penyelamat Dunia, yang datang untuk menyelamatkan seluruh dunia, maka dimana ada yang tidak selamat, terutama maanusia, Ia segera menyelamatkannya. Sebagai orang yang beriman kepadaNya kita dipanggil untuk meneladan Dia, maka marilah kita perhatikan dan cermati dengan teliti apakah ada yang tidak selamat di lingkungan hidup dan kerja kita, terutama manusia-manusianya. Dengan rendah hati kita datangi dan tolong mereka: yang sakit kita sembuhkan, yang berdosa kita ampuni, yang lemah kita kuatkan, yang kurang diperhatikan kita perhatikan dst.. Demikian juga lingkungan hidup yang kotor dan kumuh segera kita bersihkan, yang amburadul segera kita atur. Jika ada orang yang berkomentar seperti orang-orang Farisi atau ahli-ahli Taurat, sikapi saja bagaikan 'angin berlalu'. Secara khusus kami ingatkan para guru/pendidik untuk memperhatikan mereka yang bodoh, nakal dan kurangajar serta tidak melecehkan mereka. Dengan rendah hati dan sabar dampingi dan didik mereka, beri kemungkinan dan kesempatan bagi mereka untuk membebaskan diri dari kebodohan, kenakalan dan kekurangajaran mereka.

·   "TUHAN akan menuntun engkau senantiasa dan akan memuaskan hatimu di tanah yang kering, dan akan membaharui kekuatanmu; engkau akan seperti taman yang diairi dengan baik dan seperti mata air yang tidak pernah mengecewakan" (Yes 58:11). Kutipan ini kiranya menjadi hiburan dan kekuatan serta dorongan bagi siapapun yang menghendaki bebas dari dosa, kelemahan dan kerapuhan, putus asa, dst.. Tuhan akan menuntun anda melalui orang-orang baik dan rendah hati di lingkungan hidup dan kerja anda. Maka kepada mereka yang berdosa, lemah dan rapuh kami harapkan tetap memiliki pengharapan, yang menjadi nyata dalam kegairahan dan keceriaan dalam menanggapi aneka ajakan untuk diampuni, disembuhkan atau dikuatkan. Harapan merupakan salah satu dari ketiga keutamaan utama, maka kami ajak anda untuk sungguh menghayati keutamaan harapan ini. Marilah kita imani  janji bahwa "engkau akan seperti taman yang diairi dengan baik dan seperti mata air yang tidak pernah mengecewakan". Pengharapan bertemu dengan uluran kasih sayang dan perhatian akan menjadi  sesuatu yang indah, mempesona dan memikat, sehingga siapapun yang menghayati pertemuan ini akan tidak pernah mengecewakan siapapun, melainkan senantiasa membahagiakan. Kepada mereka yang patah hati karena putus pacar atau tunangan, kami harapkan tetap bergairah dan gembira, dan ingat serta sadari pepatah bahwa 'dunia ini tidak seperti seluas daun kelor' alias dunia ini begitu sempit. Hayati bahwa jodoh ada di tangan Tuhan, bukan hasil jerih payah, perjuangan dan keringat anda. Demikian juga kepada mereka yang merasa gagal dalam ulangan atau ujian, hendaknya tetap bergairah, serta jadikan kegagalan sebagai dorongan dan motivasi untuk terus belajar tiada henti. Cukup banyak orang-orang sukses dalam karir atau profesi  di dunia ini karena kegagalan-kegagalan yang dialaminya. Ada penulis buku yang termashyur saat ini dari pengalaman telah berkali-kali tulisannya ditolak oleh penerbit, namun tak pernah putus asa dan menjadikan penolakan sebagai kesempatan untuk terus memperbaharui dan mengembangkan dirinya.

"Sendengkanlah telinga-Mu, ya TUHAN, jawablah aku, sebab sengsara dan miskin aku. Peliharalah nyawaku, sebab aku orang yang Kaukasihi, selamatkanlah hamba-Mu yang percaya kepada-Mu. Engkau adalah Allahku, kasihanilah aku, ya Tuhan, sebab kepada-Mulah aku berseru sepanjang hari.Buatlah jiwa hamba-Mu bersukacita, sebab kepada-Mulah, ya Tuhan, kuangkat jiwaku.Sebab Engkau, ya Tuhan, baik dan suka mengampuni dan berlimpah kasih setia bagi semua orang yang berseru kepada-Mu.Pasanglah telinga kepada doaku, ya TUHAN, dan perhatikanlah suara permohonanku."

 (Mzm 86:1-6)

Ign 25 Februari 2012


Kamis, 23 Februari 2012

24 Feb


"Waktunya akan datang mempelai itu diambil dari mereka dan pada waktu itulah mereka akan berpuasa"

(Yes 58:1-9a; Mat 9:14-15)

"Kemudian datanglah murid-murid Yohanes kepada Yesus dan berkata: "Mengapa kami dan orang Farisi berpuasa, tetapi murid-murid-Mu tidak?" Jawab Yesus kepada mereka: "Dapatkah sahabat-sahabat mempelai laki-laki berdukacita selama mempelai itu bersama mereka? Tetapi waktunya akan datang mempelai itu diambil dari mereka dan pada waktu itulah mereka akan berpuasa" (Mat 9:14-15), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Tujuan atau maksud utama berpuasa adalah agar orang bersatu dengan Tuhan dalam cara hidup dan cara bertindak setiap hari, maka bagi siapapun yang demikian ini tidak perlu berpuasa. Namun jika kita semua dengan jujur mawas diri kiranya kita tidak senantiasa bersatu dalam Tuhan dalam cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari alias kita dalam keadaan dosa. Dalam warta gembira hari ini digambarkan kemesraan hidup bersama dengan Tuhan bagaikan sepasang mempelai yang baru saja menikah, dimana mereka berdua sungguh ceria dan bahagia serta karena baru saja saling menerimakan Sakramen Perkawinan maka mereka berdua dalam keadaan suci adanya. Anda yang pernah mengalami hal itu, yaitu kebersamaan sebagai sepasang mempelai yang baru saja menikah, kiranya sulit menggambarkan dengan jelas kebahagiaan waktu itu. Banyak orang datang untuk memberi salam dan mereka pun juga dalam keadaan baik adanya, cara menghadirkan diri sungguh mempesona dan menarik. Selesai pesta perkawinan kiranya suasana menjadi lain dan kurang menarik, mempesona dan memikat, karena masing-masing orang ada kecenderungan hidup  dan bertindak menurut kemauan atau keinginan sendiri, mengikuti nafsu pribadinya. Kita semua rasanya memiliki kecenderungan yang demikian itu, maka marilah kita tangkal dengan berpuasa atau matiraga. Kiranya sikap mental Farisi masih merasuki cara hidup dan cara bertindak kita, dimana kita kurang mendalam dalam hidup beriman atau beragama, karena hanya menekankan hal-hal diluar, yang kelihatan orang lain saja alias munafik.

·   "Berpuasa yang Kukehendaki, ialah supaya engkau membuka belenggu-belenggu kelaliman, dan melepaskan tali-tali kuk, supaya engkau memerdekakan orang yang teraniaya dan mematahkan setiap kuk, supaya engkau memecah-mecah rotimu bagi orang yang lapar dan membawa ke rumahmu orang miskin yang tak punya rumah, dan apabila engkau melihat orang telanjang, supaya engkau memberi dia pakaian dan tidak menyembunyikan diri terhadap saudaramu sendiri" (Yes 58:6-7). Kita diingatkan bahwa berpuasa memiliki dimensi sosial, yaitu buah berpuasa berguna bagi orang lain selain perubahan cara hidup dan cara bertindak kita ke arah yang lebih baik atau bermoral. Kita sendiri tidak lagi menjadi orang yang lalim melainkan alim, yang kemudian berdampak sosial seperti mendamaikan yang  bermusuhan, membebaskan yang teraniaya, memberi makan kepada yang lapar, memberi pakaian kepada yang telanjang, dst..Kami percaya di masa Puasa atau Prapaskah/Tobat ini ada gerakan menyisihkan sebagai harta benda atau uang untuk kemudian dikumpulkan dan diperbantukan kepada mereka yang membutuhkan tanpa pandang bulu. Maka sudah sekian lama diselenggarakan APP, yaitu Aksi Puasa Pembangunan, suatu ajakan untuk mengadakan gerakan membangun hidup bersama yang damai dan sejahtera sebagaimana menjadi dambaan semua orang. Maka hemat saya selain berpartisipasi dalam gerakan pengumpulan harta benda atau uang. kami harapkan masing-masing dari kita secara langsung dapat memperhatikan dan membantu saudara-saudari kita di lingkungan hidup dan kerja kita yang sungguh membutuhkan bantuan, yang miskin dan berkekurangan. Pada kesempatan ini kiranya anda juga dapat mengunjungi dan membantu panti-panti asuhan, yang ada tanpa pandang bulu. Mereka yang menyelenggarakan dan mengurus panti-panti asuhan kiranya telah berkorban bagi sesamanya, maka marilah kita dukung mereka sesuai dengan kemampuan dan kesempatan serta kemungkinan yang kita miliki. Kami ajak dan ingatkan juga kepada para orangtua untuk membina dan mendidik anak-anaknya sedini mungkin perihal kepedulian kepada yang lain dan semangat berbagi, sebagaimandna menjadi tema APP tahun ini. Kepekaan sosial hendaknya sedini mungkin dibiasakan pada anak-anak, entah di masyarakat maupun di sekolah tempat mereka belajar. Kami merasa masalah kepekaan sosial ini sungguh mendesak untuk kita hayati dan sebarluaskan, mengingat dan memperhatikan semangat egois masih meraja lela di sana-sini.

"Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu, hapuskanlah pelanggaranku menurut rahmat-Mu yang besar! Bersihkanlah aku seluruhnya dari kesalahanku, dan tahirkanlah aku dari dosaku! Sebab aku sendiri sadar akan pelanggaranku, aku senantiasa bergumul dengan dosaku.Terhadap Engkau, terhadap Engkau sajalah aku telah berdosa dan melakukan apa yang Kauanggap jahat" (Mzm 51:3-6a)

Ign 24 Februari 2012


23 Feb

"Setiap orang yang mau mengikuti Aku harus memikul salibnya setiap hari dan mengikuti Aku"

(Ul 30:15-20; Luk 9:22-25)

"Yesus berkata: "Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga." Kata-Nya kepada mereka semua: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku. Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan menyelamatkannya. Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia membinasakan atau merugikan dirinya sendiri" (Luk 9:22-25), demikian kutipan Warta  Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·    Mengakui dan menghayati diri sebagai orang beragama atau beriman yang baik dan benar berarti mau tak mau harus mengikuti kehendak Tuhan serta memikul salibnya sendiri setiap hari. Yang dimaksudkan dengan memikul salib sendiri tidak lain adalah setia menghayati panggilan utama dan melaksanakan tugas atau kewajiban utama setiap hari. Dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan segenap kekuatan atau tenaga menghayati panggilan dan melaksanakan tugas pengutusan berarti kita setia mengikuti Tuhan. Maka marilah di masa Puasa ini kita awali dengan mawas diri perihal panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing, entah itu sebagai suami-isteri/bapak-ibu, imam, bruder atau suster, entah itu sebagai pelajar/mahasiswa, pekerja/pegawai, pejabat atau fungsi-fungsi tertentu dalam hidup dan kerja bersama, dst.. Untuk setia pada panggilan dan tugas pengutusan kita hendaknya dengan jiwa besar dan hati rela berkorban berani 'kehilangan nyawa sendiri karena Tuhan', tidak mengikuti keinginan dan kemauan sendiri melainkan kehendak Tuhan. Kehendak Tuhan antara lain dapat kita temukan dalam aneka tata tertib (Konstitusi, Anggaran Dasar, Pedoman Hidup dst..), yang terkait dengan panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing. Maka baiklah pertama-tama marilah kita fahami dengan benar, tepat dan baik tata tertib yang terkait dengan panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing. Semua tata tertib hemat saya dibuat dan diundangkan atau diberlakukan dalam dan demi cintakasih, maka hemat saya jika kita senantiasa hidup saling mengasihi berarti kita sungguh telah memikul salib kita masing-masing. Marilah kita boroskan waktu dan tenaga kita untuk menghayati panggilan dan melaksanakan tugas pengutusan kita masing-masing.

·   "Ingatlah, aku menghadapkan kepadamu pada hari ini kehidupan dan keberuntungan, kematian dan kecelakaan, karena pada hari ini aku memerintahkan kepadamu untuk mengasihi TUHAN, Allahmu, dengan hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya dan berpegang pada perintah, ketetapan dan peraturan-Nya, supaya engkau hidup dan bertambah banyak dan diberkati oleh TUHAN, Allahmu, di negeri ke mana engkau masuk untuk mendudukinya" (Ul 30:15-16). Dalam hidup dan kerja  kita setiap hari kita menghadapi aneka tawaran dan pilihan, yang mengarah kepada "kehidupan dan keberuntungan, kematian dan kecelakaan". Tentu saja sebagai orang beriman atau beragama kita akan lebih memilih kehidupan dan keberuntungan, dan jika kita memilih dan menghendaki kehidupan dan keberuntungan jalan atau caranya tidak lain adalah senantiasa "hidup menurut jalan yang ditunjukkanNya dan berpegang pada perintah, ketetapan dan peraturanNya". Jalan yang ditunjukkan oleh Tuhan tidak lain adalah 'jalan salib', mengikuti cara hidup dan cara bertindak Yang tersalib. Baiklah kita sadari dan hayati bahwa setiap kali kita membuat tanda salib menjelang berdoa,  makan atau tidur, bepergian atau bekerja berarti kita akan melaksanakan semuanya itu di dalam Tuhan dan demi Tuhan.  Hendaknya kita mengawali tugas atau pekerjaan apapun didahului dengan membuat tanga salib, dengan harapan agar kita dapat menghayati panggilan dan melaksanakan tugas pengutusan dengan baik sesuai dengan kehendak Tuhan. Tanda atau bukti bahwa yang kita hayati atau laksanakan adalah sesuai dengan kehendak Tuhan buahnya adalah keselamatan jiwa, entah jiwa kita sendiri maupun jiwa orang lain yang kena dampak cara hidup dan cara bertindak kita. Dengan kata lain, sekali lagi kami ingatkan bahwa barometer kesuksesan atau keberhasilan hidup dan kerja kita adalah keselamatan jiwa manusia.

"Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh,tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam.Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil. Bukan demikian orang fasik: mereka seperti sekam yang ditiupkan angin."

(Mzm 1:1-4)

Ign 23 Februari 2012


Rabu, 22 Februari 2012

Rabu abu

Rabu Abu:  Yl 2:12-18; 2Kor 5:20-6:2; Mat 6:1-6.16-18

"Apabila engkau berpuasa, minyakilah kepalamu dan cucilah mukamu, supaya jangan dilihat oleh orang bahwa engkau sedang berpuasa, melainkan hanya oleh Bapamu yang ada di tempat tersembunyi"

Setiap agama atau keyakinan iman hemat saya senantiasa mengajarkan pentingnya berpuasa atau bermatiraga. Orang-orang yang dikenal sakti dan bijak pada umumnya telah menjalani matiraga atau puasa yang cukup lama, dimana mereka harus menyepi atau menyendiri, misalnya di gua-gua, di hutan belantara, di gunung-gunung, di pantai yang sepi, di padang pasir dst.. Di dalam kesepian dan kesendirian tersebut mereka berdoa, merenung dan berrefleksi dalam rangka menemukan kehendak Ilahi, yang kemudian dijadikan pedoman atau pegangan dalam hidup sehari-hari. Sayang dan sungguh memprihatinkan matiraga pada masa kini jika dicermati sungguh mengalami erosi atau kurang memperoleh perhatian di tengah-tengah sikap mental kebanyakan orang yang materialistis, konsumptif dan hedonis. Mulai hari ini kita umat Katolik diajak untuk memasuki masa Puasa, masa bertobat atau masa berahmat selama kurang lebih empat puluh hari, dalam rangka mempersiapkan diri untuk mengenangkan puncak iman Kristiani, yaitu wafat dan kebangkitan Tuhan Yesus. Maka marilah kita masuki dan jalani masa Puasa ini dengan tekun dan rendah hati, antara lain kita perdalam dan tingkatkan hidup doa, matiraga, sosial dan persaudaraan sejati.

"Dan apabila kamu berpuasa, janganlah muram mukamu seperti orang munafik. Mereka mengubah air mukanya, supaya orang melihat bahwa mereka sedang berpuasa. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. Tetapi apabila engkau berpuasa, minyakilah kepalamu dan cucilah mukamu, supaya jangan dilihat oleh orang bahwa engkau sedang berpuasa, melainkan hanya oleh Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu." (Mat 6: 16-18).

Tujuan puasa, matiraga atau lakutapa lahir, sebagaimana diajarkan oleh St.Ignatius Loyola 'mempunyai tiga maksud utama: 1. Menyilih dosa-dosa lampau, 2. Mengalahkan diri dan 3. Untuk mencari dan mendapatkan suatu rahmat atau anugerah' (lih LR St.Ignatius Loyola no 87):

1. Agar dapat menyilih dosa-dosa kiranya perlu mengenal atau mengetahui dosa-dosanya dengan benar dan tepat. Kita tak mungkin mengenal dan mengetahui dosa-dosa kita dengan tepat dan benar di dalam keramaian atau kebisingan, melainkan di dalam keheningan dan kesepian kita akan lebih mudah mengenal dan mengetahuinya. Untuk itu kita perlu menyendiri atau tinggal di tempat  yang tersembunyi, sehingga kita dapat mawas diri dengan baik, awas terhadap diri sendiri, kenal dengan baik akan diri sendiri, sebagai orang berdosa yang dipanggil Tuhan.

2. Ketika kita kenal diri sendiri, maka kita juga akan mampu mengalahkan diri sendiri, maksudnya mengarahkan diri kepada kehendak Tuhan. Dengan kata lain yang dimaksudkan mengalahkan diri sendiri adalah 'nafsu taat kepada budi, dan semua kemampuan-kemampuan yang lebih rendah makin tunduk kepada yang lebih luhur' (ibid.). Kita diharapkan mampu mengendalikan atau mengarahkan derap langkah atau gerak raga atau anggota tubuh kita sesuai dengan kehendak Tuhan dan tidak lagi mengikuti keinginan, kehendak atau nafsu sendiri.

3.Rahmat yang kita dambakan antara lain adalah tobat, semangat atau sikap mental untuk memperbaharui diri terus-menerus, sehingga kita dapat menjadi orang Katolik atau orang beriman yang peduli dan berbagi, antara lain senantiasa melakukan pekerjaan baik meski kecil dan sesederhana sekalipun, sebagai menjadi tema APP tahun ini. Dengan kata lain kita diharapkan berubah menjadi atau memperdalam diri sebagai orang baik dan peduli terhadap kebutuhan orang lain, terutama mereka yang miskin dan berkekurangan. Perbuatan baik atau kepedulian kita tidak perlu digembar-gemborkan atau diumumkan dimana-mana, melainkan lakukanlah saja dengan diam-diam. Meskipun tidak akan diketahui atau dipuji orang lain hendaknya tetap berbuat baik dan peduli kepada orang lain.

"Jadi kami ini adalah utusan-utusan Kristus, seakan-akan Allah menasihati kamu dengan perantaraan kami; dalam nama Kristus kami meminta kepadamu: berilah dirimu didamaikan dengan Allah. Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah." (2Kor 5:20-21)

"Berilah dirimya didamaikan dengan Allah", inilah yang hendaknya kita refleksikan atau renungkan dan kemudian kita hayati atau laksanakan. Apakah kita tidak berdamai dengan Allah?  Jika kita jujur dan benar mawas diri kiranya kita akan mengakui dan menghayati bahwa kita tidak senantiasa hidup dalam perdamaian dengan Allah, karena dosa-dosa kita, entah besar atau kecil. Semakin tambah usia dan pengalaman pada umumnya juga semakin bertambah dosa-dosanya, itulah yang pada umumnya terjadi. Hidup berdamai dengan Allah berarti hidup baik, bermoral dan berbudi pekerti luhur dan dengan demikian senantiasa hidup saling mengasihi tanpa batas dan dengan bebas.

Kita semua diciptakan, dikandung, dilahirkan dan dibesarkan di dalam dan oleh kasih, namun demikian sering kita tidak tahu dan tidak mau berterima kasih, padahal kita semua telah menerima kasih secara melimpah ruah dari Allah melalui orang-orang yang telah mengasihi, memperhatikan dan mendampingi hidup dan perjalanan panggilan kita. Tanpa kasih kita tak mungkin dapat ada, tumbuh dan berkembang sebagaimana adanya pada saat ini. Aneka macam bentuk penyelewengan, ketidak-setiaan atau perselingkuhan hemat saya merupakan bentuk pelanggaran kasih dari mereka yang tak tahu dan tahu mau berterima kasih. Bukankah kita sering menyeleweng, tidak setia dan hanya hidup mengikuti selera atau keinginan pribadi alias sering berdosa? Marilah dengan rendah hati kita berusaha untuk berdamai dengan Allah alias bertobat.  

"Tetapi sekarang juga," demikianlah firman TUHAN, "berbaliklah kepada-Ku dengan segenap hatimu, dengan berpuasa, dengan menangis dan dengan mengaduh." Koyakkanlah hatimu dan jangan pakaianmu, berbaliklah kepada TUHAN, Allahmu, sebab Ia pengasih dan penyayang, panjang sabar dan berlimpah kasih setia, dan Ia menyesal karena hukuman-Nya. Siapa tahu, mungkin Ia mau berbalik dan menyesal, dan ditinggalkan-Nya berkat, menjadi korban sajian dan korban curahan bagi TUHAN, Allahmu" (Yl 2:12-14).  Marilah kita dengan rendah hati mengakui dosa-dosa kita serta mohon kasih pengampunan Tuhan, "sebab Ia pengasih dan penyayang, panjang sabar dan berlimpah kasih setia".  Hendaknya kita juga tidak takut dan malu untuk saling mengakui dosa dan minta maaf atau kasih pengampunan, dan marilah kita tunjukkan diri kita sebagai orang yang sungguh mengasihi dan menyayangi, panjang sabar dan berlimpah kasih setia.

"Sabar adalah sikap dan perilaku yang menunjukkan kemampuan dalam mengendalikan gejolak diri dan tetap bertahan seperti keadaan semula dalam menghadapi berbagai rangsangan atau masalah" (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka – Jakarta 1997, hal 24). Berbagai rangsangan dan masalah ada di sekitar hidup dan kerja kita dimanapun dan kapanpun, yang merayu kita untuk tidak sabar serta berselingkuh alias tidak setia pada panggilan dan tugas pengutusan kita. Tuhan telah begitu sabar terhadap kita, yang lemah, rapuh dan berdosa ini, maka marilah kita salurkan kesabaran tersebut kepada saudara-saudari kita.

"Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu, hapuskanlah pelanggaranku menurut rahmat-Mu yang besar! Bersihkanlah aku seluruhnya dari kesalahanku, dan tahirkanlah aku dari dosaku! Sebab aku sendiri sadar akan pelanggaranku, aku senantiasa bergumul dengan dosaku. Terhadap Engkau, terhadap Engkau sajalah aku telah berdosa dan melakukan apa yang Kauanggap jahat" (Mzm 51:3-6a)

Ign 22 Februari 2012

 


Senin, 20 Februari 2012

21 Feb

"Mereka mempertengkarkan siapa yang terbesar di antara mereka."

(Yak 4:1-10; Mrk 9:30-37)

" Yesus dan murid-murid-Nya berangkat dari situ dan melewati Galilea, dan Yesus tidak mau hal itu diketahui orang;  sebab Ia sedang mengajar murid-murid-Nya. Ia berkata kepada mereka: "Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia, dan mereka akan membunuh Dia, dan tiga hari sesudah Ia dibunuh Ia akan bangkit."  Mereka tidak mengerti perkataan itu, namun segan menanyakannya kepada-Nya.  Kemudian tibalah Yesus dan murid-murid-Nya di Kapernaum. Ketika Yesus sudah di rumah, Ia bertanya kepada murid-murid-Nya: "Apa yang kamu perbincangkan tadi di tengah jalan?"  Tetapi mereka diam, sebab di tengah jalan tadi mereka mempertengkarkan siapa yang terbesar di antara mereka.  Lalu Yesus duduk dan memanggil kedua belas murid itu. Kata-Nya kepada mereka: "Jika seseorang ingin menjadi yang terdahulu, hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya dan pelayan dari semuanya."  Maka Yesus mengambil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka, kemudian Ia memeluk anak itu dan berkata kepada mereka:  "Barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini darlam nama-Ku, ia menyambut Aku. Dan barangsiapa menyambut Aku, bukan Aku yang disambutnya, tetapi Dia yang mengutus Aku." (Mrk 9:30-37), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Hari ini adalah hari terakhir masa biasa tahap pertama dalam tahun Liturgy sebelum memasuki Masa Prapaskah, Masa Pertobatan mulai hari Rabu Abu besok. Dalam Warta Gembira hari ini dikisahkan tentang Yesus yang berkata kepada para murid/rasulnya bahwa Ia akan dibunuh, yang berarti mereka akan kehilangan 'guru dan pemimpin'. Sebagaimana terjadi dalam kehidupan masa kini,  juga seperti di Indonesia saat ini, ketika seorang pemimpin habis masa jabatannya atau akan mengundurkan diri maka muncul pertanyaan siapa penggantinya alias siapa yang terbesar di antara warganya, demikian juga terjadi di lingkungan para murid/rasul. Mereka mempertengkarkan siapa yang terbesar di antara mereka. Menanggapi pertengkaran atau pembicaraan mereka Ia bersabda: "Jika seorang ingin menjadi yang terdahulu, hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya dan pelayan dari semuanya". Maka dengan ini kami mengingatkan kita semua: siapapun yang merasa terbesar atau menjadi pemimpin kami harapkan hidup dan bertindak dalam dan dengan semangat melayani. Melayani berarti dengan rendah hati berusaha membahagiakan orang lain, tidak sombong. Namun sabda Yesus kiranya  juga terarah kepada kita semua yang beriman kepadaNya, maka saya mengajak anda semua yang beriman kepada Yesus Kristus untuk hidup dan bertindak saling melayani dengan rendah hati dan berkorban satu sama lain. Dengan jelas juga Yesus memberi contoh dalam hal melayani, yaitu sikap dan tinndakan dengan penuh kasih terhadap anak-anak kecil. Bukankah orang yang sungguh beriman dan hidup dalam kasih senantiasa dengan rendah hati anak-anak kecil?

·   "Tunduklah kepada Allah, dan lawanlah Iblis, maka ia akan lari dari padamu! Mendekatlah kepada Allah, dan Ia akan mendekat kepadamu. Tahirkanlah tanganmu, hai kamu orang-orang berdosa! dan sucikanlah hatimu, hai kamu yang mendua hati! Sadarilah kemalanganmu, berdukacita dan merataplah; hendaklah tertawamu kamu ganti dengan ratap dan sukacitamu dengan dukacita. Rendahkanlah dirimu di hadapan Tuhan, dan Ia akan meninggikan kamu" (Yak 4:7-10). Sebagai orang beriman kita diharapkan senantiasa tunduk kepada Allah. Allah hidup dan berkarya dalam diri orang yang sungguh beriman kepadaNya, maka tunduk kepada Allah berarti kita saling tunduk atau merendahkan diri dan tidak sombong. Kepada mereka yang mendua hati juga diingatkan agar menyucikan diri. Mendua hati secara konkret sebagai contoh adalah: orang menjadi pastor, bruder atau suster kelihatan baik-baik saja, tetapi juga berpacaran baik-baik saja, dengan kata lain orang hidup dalam 'double life', dan masing-masing cara hidup tidak dihayati secara mendalam dan  sepenuh hati, melainkan setengah-setengah saja. Hal senada juga dapat terjadi bagi mereka yang berkeluarga atau menjadi suami-isteri: hidup sebagai suami isteri kelihatan mesra tetapi masing-masing ternyata juga memiliki WIL atau PIL. Kepada mereka yang masih mendua hati kami harapkan segera bertobat; hendaknya pilih salah satu. Dan memang memilih antara dua pilihan yang kelihatan sama-sama baik, mempesona, menarik dan memikat butuh pengorbanan, karena harus melepaskan salah satu. Kami berharap juga kepada mereka yang sedang berpacaran atau proses pendidikan imam, bruder atau suster juga tidak hidup mendua. Biasakan sedini mungkin untuk tidak hidup mendua hati baik dalam berpacaran maupun dalam proses menanggapi panggilan Tuhan untuk menjadi imam, bruder atau suster.

" Pikirku: "Sekiranya aku diberi sayap seperti merpati, aku akan terbang dan mencari tempat yang tenang, bahkan aku akan lari jauh-jauh dan bermalam di padang gurun. Aku akan segera mencari tempat perlindungan terhadap angin ribut dan badai." Bingungkanlah mereka, kacaukanlah percakapan mereka, ya Tuhan, sebab aku melihat kekerasan dan perbantahan dalam kota!" (Mzm 55:7-10)

Ign 21 Februari 2012


Minggu, 19 Februari 2012

20 Feb


"Jenis ini tidak dapat diusir kecuali dengan berdoa"

(Yak 3:13-18; Mrk 9:14-29)

" Maka kata Yesus kepada mereka: "Hai kamu angkatan yang tidak percaya, berapa lama lagi Aku harus tinggal di antara kamu? Berapa lama lagi Aku harus sabar terhadap kamu? Bawalah anak itu ke mari!" Lalu mereka membawanya kepada-Nya. Waktu roh itu melihat Yesus, anak itu segera digoncang-goncangnya, dan anak itu terpelanting ke tanah dan terguling-guling, sedang mulutnya berbusa.  Lalu Yesus bertanya kepada ayah anak itu: "Sudah berapa lama ia mengalami ini?" Jawabnya: "Sejak masa kecilnya. Dan seringkali roh itu menyeretnya ke dalam api ataupun ke dalam air untuk membinasakannya. Sebab itu jika Engkau dapat berbuat sesuatu, tolonglah kami dan kasihanilah kami."  Jawab Yesus: "Katamu: jika Engkau dapat? Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya!"  Segera ayah anak itu berteriak: "Aku percaya. Tolonglah aku yang tidak percaya ini!"  Ketika Yesus melihat orang banyak makin datang berkerumun, Ia menegor roh jahat itu dengan keras, kata-Nya: "Hai kau roh yang menyebabkan orang menjadi bisu dan tuli, Aku memerintahkan engkau, keluarlah dari pada anak ini dan jangan memasukinya lagi!" Lalu keluarlah roh itu sambil berteriak dan menggoncang-goncang anak itu dengan hebatnya. Anak itu kelihatannya  seperti orang mati, sehingga banyak orang yang berkata: "Ia sudah mati."  Tetapi Yesus memegang tangan anak itu dan membangunkannya, lalu ia bangkit sendiri. Ketika Yesus sudah di rumah, dan murid-murid-Nya sendirian dengan Dia, bertanyalah mereka: "Mengapa kami tidak dapat mengusir roh itu?" Jawab-Nya kepada mereka: "Jenis ini tidak dapat diusir kecuali dengan berdoa." (Mrk 9:19-29), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Setan adalah malaikat Tuhan yang membelot alias tidak setia kepada Tuhan yang telah menciptakan-nya. Memang malaikat atau setan lebih tinggi, kuat dan kuasa daripada manusia, dan manusia boleh dikatakan menjadi rebutan antara setan dan manusia. Manusia yang tidak atau kurang beriman pasti dengan mudah dikuasai oleh setan, sehingga yang bersangkutan dihancurkan. Warta gembira hari ini mengingatkan kita semua bahwa jika kita sungguh berdoa alias senantiasa menjalin relasi dengan Tuhan alias sungguh beriman, maka kita tak akan mudah dikuasai oleh setan atau bahkan dapat mengusir setan yang menguasai saudara-saudari kita. Pada masa kini setan sudah menguasai banyak orang sehingga mereka hidup dan bertindak hanya mengikuti keinginan sendiri demi kenikmatan pribadi, entah itu dalam hal makanan, minuman atau seks. NARKOBA  juga telah menguasai sebagian warga kita, sehingga merepotkan banyak orang; demikian juga korupsi. Baik  narkoba maupun korupsi hemat saya merupakan buah perbuatan setan. Kasus korupsi yang melanda negeri kita telah menyita waktu dan tenaga para petinggi negeri hanya sibuk mengurus diri sendiri dan bukan melayani rakyat. Marilah kita tingkatkan dan perdalam hidup doa kita, antara lain mendoakan mereka yang dikuasai oleh setan sehingga hidup tak bermoral agar bertobat. Jika anda juga merasa dirayu oleh setan dengan aneka tawaran kenikmatan, tanggapi saja dengan berdoa.

·   "Di mana ada iri hati dan mementingkan diri sendiri di situ ada kekacauan dan segala macam perbuatan jahat. Tetapi hikmat yang dari atas adalah pertama-tama murni, selanjutnya pendamai, peramah, penurut, penuh belas kasihan dan buah-buah yang baik, tidak memihak dan tidak munafik" (Yak 3:16-17). Apa yang dikatakan oleh Yakobus ini sungguh merupakan peringatan moral yang sangat jelas. "Iri hati dan mementingkan diri sendiri" sungguh merebak dan menjiwai cukup banyak orang di negeri tercinta kita ini. Yang sunngguh mencolok dan setiap hari diwartakan melalui aneka macam media massa adalah apa yang dilakukan oleh para wakil rakyat maupun pejabat, yang konon mau memperjuangkan kepentingan rakyat, ternyata hanya mementingkan diri sendiri atau partainya dengan  melakukan korupsi. Enerji dan waktu mereka saat ini diboroskan untuk mempertahankan diri atau mengamankan diri dalam kebohongan dan keserakahan, sehingga rakyat diterlantarkan. Saya pribadi tidak terkejut dengan budaya korupsi yang dilakukan oleh para petinggi, karena entah para wakil rakyat, pejabat maupun petinggi lainnya masa kini adalah produk pendidikan 20 atau 25 tahun yang lalu, dimana kebiasaan menyontek di sekolah-sekolah ditolerir. Bukankah toleransi terhadap tindakan menyontek merupakan pendidikan toleransi terhadap korupsi. Kasus di daerah Surabaya - Jawa Timur, tahun lalu dalam peristiwa ujian nasional SD sungguh memprihatinkan: mayoritas orangtua peserta didik di sekolah yang bersangkutan mengusir pejuang dan pembela kejujuran. Sudah bobrok betulkah warga kita saat ini? Memang cukup banyak orang bersifat 'lamis', manis di mulit, pahit di hati dan perilaku. Sekali lagi marilah kita hadapi dan sikapi mereka dengan semakin giat dan tekun berdoa.

"Taurat TUHAN itu sempurna, menyegarkan jiwa; peraturan TUHAN itu teguh, memberikan hikmat kepada orang yang tak berpengalaman.Titah TUHAN itu tepat, menyukakan hati; perintah TUHAN itu murni, membuat mata bercahaya. Takut akan TUHAN itu suci, tetap ada untuk selamanya; hukum-hukum TUHAN itu benar, adil semuanya," (Mzm 19:8-10)

Ign 20 Februari 2012