Fans Page Facebook http://imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Sabtu, 28 Juli 2012

Minggu Biasa XVII


Mg Biasa XXVII: 2Raj 4:42-44: Ef 4:1-6; Yoh 6:1-15

"Di sini ada seorang anak, yang mempunyai lima roti jelai dan dua ikan; tetapi apakah artinya itu untuk orang sebanyak ini?"

Orang-orang yang tergolong miskin di Indonesia masih cukup banyak, meskipun untuk sementara orang semakin kaya dan sejahtera. Jika dicermati anggaran pemerintah Indonesia telah dialokasikan jumlah yang cukup besar, melalui Departemen Sosia, Agama maupun Pendidikan, namun jumlah dana yang langsung disampaikan kepada orang-orang miskin hanya sedikit dan sebagian dana anggaran dikorupsi oleh para pejabat maupun para pegawai yang terkait dan berkarya dalam departemen-departemen tersebut di atas. Indonesia ini sebenarnya kaya akan hasil bumi serta pendapatan dari pajak cukup besar, dan dengan demikian sebenarnya memiliki kekayaan yang memadai untuk seluruh rakyat guna hidup sejahtera dan bahagia. Sekali lagi korupsi dalam pengelolaan atau pengurusan pajak masih meraja lela, demikian juga hasil bumi hanya dinikmati oleh segelintir orang, maka rakyat miskin semakin bertambah. Dalam Warta Gembira hari ini dikisahkan Yesus karena tergerak hatiNya oleh belaskasihan menggandakan roti dan ikan untuk memberi makan ribuan orang yang sedang kelaparan, maka kami berharap anda sekalian berbesar hati dan rela berkorban, meneladan seorang anak yang rela mempersembahkan semuanya bekal lima roti dan dua ekor ikan kepada Tuhan, untuk dibagikan kepada mereka yang miskin dan kelaparan.

"Yesus mengambil roti itu, mengucap syukur dan membagi-bagikannya kepada mereka yang duduk di situ, demikian juga dibuat-Nya dengan ikan-ikan itu, sebanyak yang mereka kehendaki" (Yoh 6:11)

Berdoa dan bersyukur itulah yang dilakukan oleh Yesus dalam mengadakan mujizat penggandaan roti dan ikan. Sebagai orang beriman kita semua dipanggil untuk senantiasa berdoa dan bersyukur dalam perjalanan hidup, panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing. Memang hemat saya isi doa kita yang utama dan pertama-tama hemat saya adalah syukur, bersyukur karena kita dianugerahi hidup serta segala sesuatu yang kita butuhkan untuk hidup, sehingga kita dapat hidup sebagaimana adanya pada saat ini. Sekali lagi kami ingatkan kita semua bahwa segala sesuatu yang kita miliki dan kuasai serta telah kita nikmati sampai kini adalah anugerah Allah yang telah kita terima melalui sekian banyak orang yang telah berbuat baik kepada kita, mengasihi dan memperhatikan kita melalui aneka cara dan bentuk.

Allah telah menyediakan aneka kebutuhan bagi manusia agar dapat hidup sejahtera dan damai bahagia, dan segala jenis harta benda yang tercipta berkat kerjasama kita manusia juga pada dirinya bersifat sosial, maka semakin memiliki aneka jenis harta benda hendaknya senantiasa hidup sosial. Sebagai orang yang beriman kepada Yesus Kristus kiranya setiap hari kita berdoa Bapa Kami, yang diajarkan oleh Yesus, dan diantaranya kita berdoa "Berilah kami rejeki hari ini".  Isi doa ini tidak lain adalah permohonan kita agar kita senantiasa hidup sederhana dan tidak berfoya-foya, tidak serakah sebagaimana dilakukan banyak orang yang berusaha mengumpulkan harta benda dan uang untuk tujuh turunan, sehingga orang lain tidak memperoleh bagian. Kita dapat meneladan tokoh dunia, misalnya Mahadma Gandi dan Ibu Teresa dari India, yang sungguh hidup sangat sederhana serta memperhatikan mereka yang miskin, berkekurangan, dan kurang diperhatikan.

Kepada mereka yang mempekerjakan orang dalam usahanya kami harapkan memberi imbal jasa atau gaji yang memadai untuk hidup layak kepada para pegawai, buruh atau pembantunya. Ingatlah, sadari dan hayati bahwa segala usaha maupun hasil usaha anda sangat tergantung dari mereka, yang bekerja membantu dan menjalankan usaha anda, tanpa mereka usaha anda tidak dapat berlangsung dan berkembang sebagaimana adanya pada saat ini. Sebagai warga masyarakat kami harapkan kita peka terhadap saudara-saudari kita yang miskin, menderita dan berkekurangan, dan hendaknya kita solider terhadap mereka dengan memberikan sebagian harta benda dan kekayaan kita bagi mereka.

Sebagai orang yang beriman kepada Yesus Kristus, kiranya kita juga dipanggil meneladan kenabianNya, sehingga siapapun yang bertemu dengan kita atau kita layani akan berkata sebagaimana orang-orang yang telah menikmati penggandaan roti dan ikan berkata "Dia ini adalah benar-benar nabi yang akan datang ke dalam dunia" . Dengan kata lain biarlah mereka yang bertemu dengan kita atau kita layani senantiasa menyaksikan Allah yang hidup dan berkarya dalam diri kita yang lemah dan rapuh ini. Marilah kita sebarluaskan kebenaran ilahi antara lain bahwa manusia adalah makhluk sosial, demikian juga aneka jenis harta benda pada dirinya bersifat sosial.

"Sebab itu aku menasihatkan kamu, aku, orang yang dipenjarakan karena Tuhan, supaya hidupmu sebagai orang-orang yang telah dipanggil berpadanan dengan panggilan itu. Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut, dan sabar. Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu." (Ef 4:1-2)

Sebagai orang beriman kita semua dipanggil untuk hidup dan bertindak "rendah hati, lemah lembut, sabar dan saling membantu dalam kasih". Maka kepada mereka yang hidup dan bertindak sombong, kasar dan tergesa-gesa serta kurang mengasihi dan membantu alias egois kami harapkan bertobat atau memperbaharui diri menjadi rendah hati, lemah lembut, sabar dan saling membantu dalam kasih. Sekali lagi kami ingatkan dan angkat bahwa penghayatan rendah hati pada masa kini antara lain dapat kita wujudkan dengan tidak mengeluh atau menggerutu ketika kita harus menghadapi masalah, tantangan, hambataan atau gangguan dalam cara hidup dan cara bertindak kita yang setia pada iman, panggilan dan tugas pengutusan. Kerendahan hati merupakan keutamaan dasar dan utama yang harus kita hayati dan sebarluaskan.

Marilah kita saling membantu dalam dan dengan kasih, lembah lembut dan sabar satu sama lain. Hendaknya pertama-tama kita sadari dan hayati bahwa masing-masing dari kita dapat tumbuh dan berkembang sebagaimana adanya pada saat ini karena bantuan orang lain yang begitu banyak dan melimpah, sejak kita dilahirkan dari rahim ibu kita masing-masing. Kasih tidak dapat dibatasi, maka hendaknya kita membantu siapapun, tanpa pandang bulu atau SARA, lebih-lebih mereka yang miskin dan berkekurangan. "Sabar adalah sikap daan perilaku yang menunjukkan kemampuan dalam mengendalikan gejolak-gejolak diri dan tetap bertahan seperti keadaan semula dalam menghadapi berbagai rangsangan atau masalah. Ini diwujudkan dalam perilaku dan sikap dan menerima apa pun. Perilaku ini diwujudkan dalam hubungannya dengan diri sendiri" (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka – Jakarta 1997, hal 24). Dalam membantu orang lain kiranya kita tak akan terlepas dari aneka rangsangan dan masalah yang mendorong kita untuk marah, menggerutu, mengeluh atau tidak sabar.

"Berikanlah kepada orang-orang itu, supaya mereka makan, sebab beginilah firman TUHAN: Orang akan makan, bahkan akan ada sisanya." (2Raj 4:43), demikian firman Tuhan melalui Elisa. Kutipan ini kiranya semakin memperjelas, memperteguh dan menguatkan kita untuk saling membantu satu sama lain dalam hidup dan kerja bersama. Sekali lagi anda semua kami ajak untuk memperhatikan dan membantu saudara-saudari kita yang kelaparan karena keterbatasan-keterbatasannya. Jika anda tidak tahu kepada siapa harus membantu, maka salurkan bantuan anda melalui yayasan sosial yang dapat dipercaya atau secara langsung mendatangi panti-panti asuhan yang mengasuh mereka yang miskin dan berkekurangan maupun yang mengurus dan mengelola bayi-bayi sebagai korban perkosaan atau pergaulan seks bebas.

"Mata sekalian orang menantikan Engkau, dan Engkau pun memberi mereka makanan pada waktunya; Engkau yang membuka tangan-Mu dan yang berkenan mengenyangkan segala yang hidup. TUHAN itu adil dalam segala jalan-Nya dan penuh kasih setia dalam segala perbuatan-Nya. TUHAN dekat pada setiap orang yang berseru kepada-Nya, pada setiap orang yang berseru kepada-Nya dalam kesetiaan" (Mzm 145:15-18)

Ign 29 Juli 2012   

         


Jumat, 27 Juli 2012

28 Juli


" Biarkanlah keduanya tumbuh bersama sampai waktu menuai"

(Yer 7:1-11: Mat 13:24-30)

"Yesus membentangkan suatu perumpamaan lain lagi kepada mereka, kata-Nya: "Hal Kerajaan Sorga itu seumpama orang yang menaburkan benih yang baik di ladangnya. Tetapi pada waktu semua orang tidur, datanglah musuhnya menaburkan benih lalang di antara gandum itu, lalu pergi. Ketika gandum itu tumbuh dan mulai berbulir, nampak jugalah lalang itu. Maka datanglah hamba-hamba tuan ladang itu kepadanya dan berkata: Tuan, bukankah benih baik, yang tuan taburkan di ladang tuan? Dari manakah lalang itu? Jawab tuan itu: Seorang musuh yang melakukannya. Lalu berkatalah hamba-hamba itu kepadanya: Jadi maukah tuan supaya kami pergi mencabut lalang itu? Tetapi ia berkata: Jangan, sebab mungkin gandum itu ikut tercabut pada waktu kamu mencabut lalang itu. Biarkanlah keduanya tumbuh bersama sampai waktu menuai. Pada waktu itu aku akan berkata kepada para penuai: Kumpulkanlah dahulu lalang itu dan ikatlah berberkas-berkas untuk dibakar; kemudian kumpulkanlah gandum itu ke dalam lumbungku." (Mat 13:24-30) ,demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Allah memang sungguh menganugerahkan kebebasan luar biasa kepada manusia, sejak manusia diciptakan. Namun sungguh memprihatinkan bahwa cukup banyak manusia menyalagunakan kebebasan yang dianugerahkan oleh Allah tersebut, antara lain dengan hidup dan bertindak menurut kemauan atau keinginan pribadi, mengikuti hawa nafsunya, misalnya dalam kenikmatan tidur/istirahat, makan dan minum maupun hal-hal seksual. Dampaknya adalah bahwa manusia di bumi ini merupakan ciptaan tertinggi dan termulia akhirnya dijajah oleh ciptaan-ciptaan lainnya maupun aneka hasil ciptaan atau kreasinya sendiri. Memang selama hidup dan bekerja ini kita berada di persimpangan jalan, ada di antara daya tarik Roh Kudus atau daya tarik Setan, dorongan untuk berbuat baik atau berbuat jahat. Untuk menghadapi keberadaan kita yang ada di persimpangan jalan ini hemat saya penting sekali bagi kita untuk terampil dalam hal pembedaan roh atau spiritual discernment. Keterampilan ini dapat kita latih dengan tekun dan setia melakukan pemeriksaan batin atau refleksi setiap hari. Maka hendaknya setiap hari melakukan pemeriksaan batin, yaitu malam menjelang istirahat malam. Pemeriksaan batin dapat dilakukan dimana saja. Selain pemeriksaan batin kami mengharapkan kita semua agar dalam hidup dan bekerja sehari-hari senantiasa menanggapi secara positif aneka ajakan dan dorongan untuk melakukan apa yang baik, membahagiakan dan menyelamatkan, terutama keselamatan jiwa manusia, sebaliknya kami juga berharap untuk senantiasa menolak ajakan atau dorongan untuk melakukan apa yang jahat, misalnya korupsi yang marak masa kini. Kita semua sudah tahu buah dari mereka yang melakukan korupsi, sebagaimana hampir setiap hari diberitakan dalam mass media: para koruptor menderita dan sengsara buahnya.

·   "Perbaikilah tingkah langkahmu dan perbuatanmu, maka Aku mau diam bersama-sama kamu di tempat ini. Janganlah percaya kepada perkataan dusta yang berbunyi" (Yer 7:3-4), demikian firman Allah melalui nabi Yeremia. Panggilan utama seorang nabi memang untuk mengajak manusia memperbaiki tingkah lakunya yang jahat. Ajakan macam ini kiranya juga sering kita dengarkan melalui berbagai kesempatan, misalnya dalam kotbah di dalam ibadat-ibadat, dalam kesempatan mengikuti rekoleksi atau retret dst.. Kami berharap ketika mendengarkan ajakan-ajakan untuk memperbaiki tingkah laku kita segera ditanggapi secara positif, alias segera dilaksanakan tanpa ditunda-tunda. Marilah kita gunakan kebebasan yang dianugerahkan oleh Allah untuk memperbaiki tingkah laku kita yang tidak baik atau jahat. Kita juga diingatkan untuk menjadi peka terhadap aneka perkataan dusta atau bohong, yang juga marak di sana-sini dalam hidup kita sehari-hari. Tentu saja dari pihak kita sendiri hendaknya kita juga tidak pernah berkata dusta atau bohong, melainkan senantiasa berusaha berkata benar, apa adanya, sebagai penghayatan rahmat kenabian yang dianugerahkan kepada kita. Kita semua dipanggil untuk senantiasa hidup dan bertindak dengan jujur. "Jujur adalah sikap dan perilaku yang tidak suka berbohong dan berbuat curang, berkata-kata apa adanya dan berani mengakui kesalahan, serta rela berkorban untuk kebenaran" (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka – Jakarta 1997, hal 17). Hidup dan bertindak jujur ini antara lain dapat dilatih dan dibiasakan di sekolah-sekolah dengan tidak melakukan dan membiarkan tindakan menyontek dalam ulangan maupun ujian. Melakukan atau membiarkan tindakan menyontek dalam ulangan atau ujian berarti menyuburkan tingkah laku jahat seperti korupsi.

"Jiwaku hancur karena merindukan pelataran-pelataran TUHAN; hatiku dan dagingku bersorak-sorai kepada Allah yang hidup. Bahkan burung pipit telah mendapat sebuah rumah, dan burung layang-layang sebuah sarang, tempat menaruh anak-anaknya, pada mezbah-mezbah-Mu, ya TUHAN semesta alam, ya Rajaku dan Allahku! Berbahagialah orang-orang yang diam di rumah-Mu, yang terus-menerus memuji-muji Engkau. Berbahagialah manusia yang kekuatannya di dalam Engkau" (Mzm 84:3-6a)

Ign 28 Juli 2012


Kamis, 26 Juli 2012

27 Juli

"Yang ditaburkan di tanah yg baik ialah orang yang mendengar dan mengerti firman itu"

(Yer 3:14-17: Mat 13:8-23)

" Karena itu, dengarlah arti perumpamaan penabur itu. Kepada setiap orang yang mendengar firman tentang Kerajaan Sorga, tetapi tidak mengertinya, datanglah si jahat dan merampas yang ditaburkan dalam hati orang itu; itulah benih yang ditaburkan di pinggir jalan. Benih yang ditaburkan di tanah yang berbatu-batu ialah orang yang mendengar firman itu dan segera menerimanya dengan gembira. Tetapi ia tidak berakar dan tahan sebentar saja. Apabila datang penindasan atau penganiayaan karena firman itu, orang itu pun segera murtad. Yang ditaburkan di tengah semak duri ialah orang yang mendengar firman itu, lalu kekuatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan menghimpit firman itu sehingga tidak berbuah. Yang ditaburkan di tanah yang baik ialah orang yang mendengar dan mengerti firman itu , dan karena itu ia berbuah, ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat." (Mat 13:18-23), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Kami percaya bahwa kita semua ditaburkan alias dilahirkan dalam keluarga yang baik-baik dan senantiasa juga ditaburi aneka ajaran, nasihat, petuah, tegoran, didikan atau binaan yang baik, dan jarang sekali yang tidak baik. Maka selayaknya kita semua juga tumbuh berkembang menjadi pribadi yang baik, bermoral dan berbudi pekerti luhur. Namun, mungkin karena kelalaian, ketidaktahuan, kesambalewaan orangtua atau para pendidik, kita tumbuh berkembang sebagaimana tidak dikehendaki oleh Allah. Dalam Warta Gembira hari ini kita diingatkan pentingnya keutamaan mendengarkan dan kemudian mengerti atau memahami. Keutamaan ini kiranya penting sekali untuk dihayati oleh siapapun yang sedang memiliki tugas pengutusan sedang belajar maupun anak-anak di dalam keluarga atau para anggota, bawahan, pekerja dalam hidup atau bekerja bersama dimana pun dan kapan pun. Maka baiklah pertama-tama kami mengingatkan dan mengajak para orangtua untuk mendidik dan membina anak-anaknya dalam hal keutamaan 'mendengarkan dengan baik', yang kemudian diharapkan dapat mengerti atau memahami apa yang didengarkannya. Jika di dalam keluarga anak-anak dibina dan dididik dalam hal keutamaan ini, maka hemat saya ketika mereka kelak belajar di sekolah akan dapat dengan mudah mendengarkan pengajaran atau informasi yang disampaikan oleh para guru atau pendidik, dan dengan demikian mereka akan sukses dalam tugas belajar. Kita semua juga dipanggil untuk menjadi pendengar-pendengar yang baik dalam hidup sehari-hari, mengingat dan memperhatikan bahwa setiap hari ada informasi baru yang baik dan berguna bagi hidup, panggilan dan tugas pengutusan kita melalui aneka macam media massa atau pergaulan. Marilah kita perdalam keutamaan 'mendengarkan dan mengerti atau memahami' dalam hidup dan kerja kita sehari-hari.

·   "Kembalilah, hai anak-anak yang murtad, demikianlah firman TUHAN, karena Aku telah menjadi tuan atas kamu! Aku akan mengambil kamu, seorang dari setiap kota dan dua orang dari setiap keluarga, dan akan membawa kamu ke Sion. Aku akan mengangkat bagimu gembala-gembala yang sesuai dengan hati-Ku; mereka akan menggembalakan kamu dengan pengetahuan dan pengertian" (Yer 3:14-15). Kutipan ini kiranya bagus sekali untuk dijadikan permenungan atau refleksi bagi mereka yang 'murtad', nakal, kurang ajar, kurang terdidik atau terbina. Memang dari diri mereka sendiri kiranya sangat sulit diharapkan untuk bertobat atau memperbaiki diri tanpa turun tangan atau bantuan para 'gembala' (orangtua, guru, pendidik dst..). Maka kepada mereka yang berfungsi dalam tugas pengutusan penggembalaan, kami harapkan dengan rendah hati dan cintakasih 'menggembalakan dengan pengetahuan dan pengertian'. Yang nakal dan kurang ajar kita beri ajaran, yang kurang tahu diberi tahu, yang kurang mengerti diberi pengertian dst… Dalam memberikan hendaknya dalam semangat cintakasih dan kebebasan sejati, karena dengan demikian yang menerima akan membuka diri dengan suka rela dan berjiwa besar serta rendah hati, sehingga mampu menerima, mengerti dan memahami apa yang diberikan dalam dan dengan cara apapun. Kepada mereka yang 'murtad', bodoh, kurang ajar, kurang terdidik dst…kami harapkan ketika didekati oleh para 'gembala' kami harapkan dengan rendah hati menerimanya, serta berusaha untuk mengerti dan memahami apa yang akan disampaikan oleh para gembala. Secara khusus kami ingatkan segenap umat yang berpartisipasi dalam ibadat, hendaknya mendengarkan dengan rendah  hatik kotbah atau ajaran yang disampaikan dalam ibadat oleh pengkotbah, sebaliknya kepada para pengkotbah kami harapkan menyampaikan kotbahnya sedemikian rupa sehingga dapat didengarkan seluruh umat yang hadir.

"Dengarlah firman TUHAN, hai bangsa-bangsa, beritahukanlah itu di tanah-tanah pesisir yang jauh, katakanlah: Dia yang telah menyerakkan Israel akan mengumpulkannya kembali, dan menjaganya seperti gembala terhadap kawanan dombanya! Sebab TUHAN telah membebaskan Yakub, telah menebusnya dari tangan orang yang lebih kuat dari padanya." (Yer 31:10-11)

Ign 27 Juli 2012


Rabu, 25 Juli 2012

26 Juli


"Berbahagialah matamu karena melihat dan telingamu karena mendengar"

(Sir 44:1.10-15; Mat 13:16-17)

"Tetapi berbahagialah matamu karena melihat dan telingamu karena mendengar. Sebab Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya banyak nabi dan orang benar ingin melihat apa yang kamu lihat, tetapi tidak melihatnya, dan ingin mendengar apa yang kamu dengar, tetapi tidak mendengarnya." (Mat 13:16-17), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St.Yoakim dan St.Anna, orangtua SP Maria, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Ada orangtua calon seminaris di Seminari Mertoyudan, ketika berwawancara dengan Tim Finansial untuk membicarakan sumbangan bagi anaknya yang diterima di Seminari Mertoyudan, begitu pelit dan alot untuk memberi sumbangan, dan memang kesediaan untuk memberi sumbangan akhirnya memang tidak sesuai dengan kemampuannya. Namun setelah beberapa bulan ketika seminaris memperoleh kesempatan berlibur ke rumah ada suatu perubahan yang mengesan. Orangtua sangat terkesan bahwa anaknya yang baru beberapa bulan di Seminari Mertoyudan telah berubah: rajin, siap sedia membantu orangtua untuk mencuci pakaiannya sendiri, membersihkan rumah dst.. Dan dengan rendah hati akhirnya orangtua tersebut datang ke Seminari Mertoyudan seraya minta maaf dan menyatakan diri akan memberi sumbangan lebih dari apa yang disanggupkan sebelumnya, bahkan secara nominal melebihi rata-rata beaya per seminaris per bulan. Benarlah bahwa "melihat dan mendengarkan" sungguh mempengaruhi cara hidup dan cara bertindak seseorang. Hari ini kita kenangkan St.Yoakim dan St Anna, orangtua SP Maria; kiranya sebagai orangtua sungguh bahagia ketika melihat dan mendengar anaknya terpilih untuk menjadi Bunda Penyelamat Dunia, dengan hamil karena Roh Kudus dan akan melahirkan Penyelamat Dunia yang dinantikan kedatanganNya oleh seluruh umat manusia. Pada hari pesta St.Yoakim dan St.Anna hari ini kami mengingatkan dan mengajak para orangtua untuk mawas diri perihal sikap terhadap anak-anaknya. Kebahagiaan sejati orangtua terhadap anak-anaknya hemat saya terletak ketika orangtua melihat dan mendengar bahwa anak-anaknya tumbuh berkembang sebagai pribadi yang cerdas beriman, dikasihi oleh Tuhan dan sesamanya. Maka kami berharap para orangtua sungguh mendidik dan membina anak-anaknya sedemikian rupa sehingga tumbuh berkembang menjadi pribadi yang cerdas beriman, dan ketika ada anaknya yang terpanggil khusus untuk menjadi imam, bruder atau suster, hendaknya didukung dan difasilitasi, tidak dipersulit dan dihambat.

·   "Tetapi yang berikut ini adalah orang kesayangan, yang kebajikannya tidak sampai terlupa; semuanya tetap tinggal pada keturunannya sebagai warisan baik yang berasal dari mereka. Keturunannya tetap setia kepada perjanjian-perjanjian, dan anak-anak merekapun demikian pula keadaannya. Keturunan mereka akan tetap tinggal untuk selama-lamanya, dan kemuliaannya tidak akan dihapus. Dengan tenteram jenazah mereka ditanamkan, dan nama mereka hidup terus turun-temurun" (Sir 44:10-14). Para orangtua kiranya memiliki dambaan atau harapan bahwa kelak anak-cucunya maupun keturunannya senantiasa mengenangnya, seperti santo-santa di lingkungan Gereja Katolik atau para pahlawan bangsa yang namanya dikenang dengan digunakan sebagai nama jalan, bangunan maupun taman dst.. Jika anda mendambakan atau mengharapkan yang demikian itu kami harapkan anda mempersiapkan diri sebaik mungkin sejak sekarang, sedini mungkin. Salah satu usaha persiapan yang baik adalah orangtua senantiasa mengasihi anak-anaknya, mendidik dan membinanya sesuai dengan kehendak Allah. Kehendak Allah bagi umat manusia adalah manusia senantiasa dalam keadaan baik sebagaimana ketika mereka diciptakan, sebagai gambar atau citra Allah, sehingga senantiasa dalam keadaan selamat dan bahagia, terutama jiwa dan hatinya. Kebahagiaan sejati jiwa dan hati manusia kiranya terletak ketika yang bersangkutan hidup sesuai dengan panggilan Allah. Maka kami berharap kepada para orangtua agar mendidik dan membina anak-anaknya dalam dan dengan semangat cintakasih dan kebebasan sejati, sebagaimana anda berdua menjadi suami-isteri juga karena cintakasih dan kebebasan sejati. Setiap manusia juga diciptakan dalam dan dengan cintakasih dan kebebasan sejati, maka akan tumbuh berkembang dengan baik jika dididik dan dibina dalam dan dengan cintakasih dan kebebasan sejati. Mau jadi apakah anak nanti setelah dewasa, berilah kebebasan dan cintakasih untuk memilih dan menentukannya sesuai dengan kehendak Allah.

"TUHAN telah menyatakan sumpah setia kepada Daud, Ia tidak akan memungkirinya: "Seorang anak kandungmu akan Kududukkan di atas takhtamu; Sebab TUHAN telah memilih Sion, mengingininya menjadi tempat kedudukan-Nya: "Inilah tempat perhentian-Ku selama-lamanya, di sini Aku hendak diam, sebab Aku mengingininya." (Mzm 132:11.13-14)

Ign 26 Juli 2012

 


Selasa, 24 Juli 2012

25 Juli


"Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu hendaklah ia menjadi pelayanmu"

(2Kor 4:7-15; Mat 20: 20-28)

"Maka datanglah ibu anak-anak Zebedeus serta anak-anaknya itu kepada Yesus, lalu sujud di hadapan-Nya untuk meminta sesuatu kepada-Nya. Kata Yesus: "Apa yang kaukehendaki?" Jawabnya: "Berilah perintah, supaya kedua anakku ini boleh duduk kelak di dalam Kerajaan-Mu, yang seorang di sebelah kanan-Mu dan yang seorang lagi di sebelah kiri-Mu." Tetapi Yesus menjawab, kata-Nya: "Kamu tidak tahu, apa yang kamu minta. Dapatkah kamu meminum cawan, yang harus Kuminum?" Kata mereka kepada-Nya: "Kami dapat." Yesus berkata kepada mereka: "Cawan-Ku memang akan kamu minum, tetapi hal duduk di sebelah kanan-Ku atau di sebelah kiri-Ku, Aku tidak berhak memberikannya. Itu akan diberikan kepada orang-orang bagi siapa Bapa-Ku telah menyediakannya." Mendengar itu marahlah kesepuluh murid yang lain kepada kedua saudara itu. Tetapi Yesus memanggil mereka lalu berkata: "Kamu tahu, bahwa pemerintah-pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi dan pembesar-pembesar menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu; sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang." (Mat 20:20-28), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St.Yakobus, rasul, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   St Yakobus, termasuk dalam 12 (dua belas) rasul yang dipilih oleh Yesus, dan jabatan atau fungsi rasul masa kini diteruskan atau diemban oleh para uskup. Uskup kita imani sebagai pribadi yang terbesar dan tertinggi alias termasuk dalam jajaran primat Gereja Katolik. Salah satu cirikhas fungsi uskup adalah sebagai pelayan dan senantaiasa berusaha menghayati panggilan dan fungsinya dengan melayani, menghayati kepemimpinan partisipatif dengan mendengarkan dan menanggapi suka duka umat Allah yang harus dilayani, maka tugas atau fungsinya sungguh berat dan mulia. Maka dengan ini kami mengharapkan segenap umat Allah untuk mendukung dan mendoakan uskup atau gembala masing-masing agar dapat melayani umat dengan baik sebagaimana didambakan atau dikehendaki Tuhan yang telah memanggil dan mengutusnya. Karena tugasnya begitu berat dan mulia, maka yang dapat dipilih menjadi uskup, sebagaimana digariskan dalam KHK kanon 378, diharapkan memiliki cirikhas kepribadian: "unggul dalam iman yang tangguh, moral yang baik, kesalehan, perhatian pada jiwa-jiwa, kebijaksanaan, kearifan dan keutamaan-keutamaan manusiawi, serta memiliki sifat-sifat lain yang cocok untuk melaksanakan jabatan, mempunyai nama baik, dst..". Cirikhas kepridian macam ini hendaknya juga diusahakan untuk dimiliki oleh para pembantu-pembantunya, yaitu para pastor atau  imam. Maka kami berharap mereka yang terpanggil untuk menjadi imam alias para seminaris hendaknya dibina dan dididik dalam hal keutamaan-keutamaan atau cirikhas tersebut di atas. Tentu saja para formator di seminari-seminari juga memiliki cirikhas kepribadian tersebut di atas. Karena imam atau uskup berasal dari keluarga-keluarga, maka kami berharap para orangtua sungguh berusaha bersama-sama mendidik dan membina anak-anak agar memiliki cirikhas kepribadian di atas, yang dapat dipadatkan dalam keutamaan melayani dengan rendah hati.

·   "Harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami. Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit; kami habis akal, namun tidak putus asa; kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian, kami dihempaskan, namun tidak binasa. Kami senantiasa membawa kematian Yesus di dalam tubuh kami, supaya kehidupan Yesus juga menjadi nyata di dalam tubuh kami." (2Kor 4:7-10), demikian kesaksian iman Paulus, rasul agung. Sebagai umat beriman kita semua memiliki hidup yang berdimensi rasuli, maka baiklah kami mengajak dan mengingatkan anda sekalian, umat untuk berusaha menghayati panggilan rasuli tersebut dalam cara hidup dan cara bertindak setiap hari dimana pun dan kapan pun. Sebagai umat beriman hendaknya mengandalkan kekuatan rahmat Tuhan bukan menyombongkan atau mengandalkan kekuatan diri pribadi yang lemah dan rapuh ini. Ingatlah, sadari dan hayati bahwa kita semua berasal dari tanah dan akan kembali menjadi tanah ketika dipanggil Tuhan atau mati. Maka marilah kita hidup dan bertindak dengan penuh syukur dan terima kasih, karena kita dianugerahi hidup, kekuatan, ketampanan/kecantikan, kecerdasan dst.. dan hendaknya semuanya difungsikan untuk melayani saudara-saudari kita, sehingga kita bersama-sama senantiasa hidup dan berindak saling melayani dimana pun dan kapan pun. Jika kita hidup dan bertindak dengan sombong, mengandalkan kekuatan pribadi berarti kita tidak beriman.

"Ketika TUHAN memulihkan keadaan Sion, keadaan kita seperti orang-orang yang bermimpi. Pada waktu itu mulut kita penuh dengan tertawa, dan lidah kita dengan sorak-sorai. Pada waktu itu berkatalah orang di antara bangsa-bangsa: "TUHAN telah melakukan perkara besar kepada orang-orang ini!" TUHAN telah melakukan perkara besar kepada kita, maka kita bersukacita." (Mzm 126:1-3)

Ign 25 Juli 2012


Senin, 23 Juli 2012

24Juli


"Siapa pun yang melakukan kehendak BapaKu di sorga dialah saudaraKu"

(Mi 7:14-15.18-20; Mat 12:46-50)

" Ketika Yesus masih berbicara dengan orang banyak itu, ibu-Nya dan saudara-saudara-Nya berdiri di luar dan berusaha menemui Dia. Maka seorang berkata kepada-Nya: "Lihatlah, ibu-Mu dan saudara-saudara-Mu ada di luar dan berusaha menemui Engkau." Tetapi jawab Yesus kepada orang yang menyampaikan berita itu kepada-Nya: "Siapa ibu-Ku? Dan siapa saudara-saudara-Ku?" Lalu kata-Nya, sambil menunjuk ke arah murid-murid-Nya: "Ini ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku! Sebab siapa pun yang melakukan kehendak Bapa-Ku di sorga, dialah saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan, dialah ibu-Ku." (Mat 12:46-50), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Aneka tantangan, masalah dan hambatan dalam hidup dan kerja sering membuat orang frustrasi, dan dalam keadaan frustrasi ada kecenderungan hidup dan bertindak menurut selera atau keinginan pribadi. Demikian juga ada orang menggunakan 'aji mumpung', kesempatan memiliki fungsi atau jabatan yang srrategis dan berpengaruh dalam kehidupan bersama: mengambil kebijakan atau membuat keputusan hanya mengikuti selera pribadi dan kurang atau tidak mempertimbangkan dan mengingat mereka yang kena kebijakan atau keputusan tersebut. Sabda hari ini mengingatkan dan mengajak kita semua, sebagai orang beriman untuk hidup dan bertindak sesuai dengan iman kita: hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dijiwai oleh iman atau kehendak dan perintah Tuhan. "siapa pun yang melakukan kehendak Bapa-Ku di sorga, dialah saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan, dialah ibu-Ku", demikian sabda Yesus yang hendaknya kita renungkan atau refleksikan. Kehendak dan perintah Tuhan dapat kita temukan di dalam Kitab Suci maupun aneka aturan dan tata tertib yang dibuat dan diberlakukan sebagai usaha strategis untuk menghayati apa yang tertulis di dalam Kitab Suci. Maka baiklah kami mengajak dan mengingatkan anda sekalian, segenap umat beriman, untuk setia dan taat melaksanakan aneka tata tertib atau aturan yang terkait dengan panggilan, tugas dan kewajiban kita masing-masing, meninggalkan kehendak dan keinginan pribadi. Dengan kata lain secara khusus kami mengingatkan rekan-rekan untuk setia menghayati spiritualitas atau charisma pendiri paguyuban hidup di mana kita ada di dalamnya.

·   "Gembalakanlah umat-Mu dengan tongkat-Mu, kambing domba milik-Mu sendiri, yang terpencil mendiami rimba di tengah-tengah kebun buah-buahan. Biarlah mereka makan rumput di Basan dan di Gilead seperti pada zaman dahulu kala. Seperti pada waktu Engkau keluar dari Mesir, perlihatkanlah kepada kami keajaiban-keajaiban" (Mi 7:14-15). Kutipan ini kiranya baik untuk menjadi bahan refleksi atau permenungan terutama bagi para pemimpin dalam kehidupan atau kerja bersama dalam bentuk apapun dan dimanapun. Anda semua diharapkan memperhatikan "yang terpencil mendiami rimba di tengah-tengah kebuh buah-buahan" alias mereka yang miskin dan berkekurangan. Dengan kata lain hendaknya dihayati motto atau semboyan "preferential option for/with the poor" (=keberpihakan bagi mereka yang miskin dan berkekurangan). Sekali lagi saya angkat bahwa kita dapat meneladan calon gubernur DKI atau walikota Solo-Jawa Tengah, yang senantiasa berpihak pada mereka yang miskin dan berkekurangan dalam mengemban tugas kepemimpinannya; mengunjungi dan mendengarkan suka-duka orang miskin dan berkekurangan serta kemudian menanggapinya dalam pelayanan konkret terhadap mereka. Kepada para pastor atau imam di paroki-paroki kami harapkan memperhatikan umat yang terpencil secara territorial maupun fungsional, kepada para guru atau pendidik kami harapkan memperhatikan mereka yang kurang terdidik dan kurang cerdas, dan kepada kita semua marilah kita perhatikan saudara-saudari kita yang kurang memperoleh perhatian dalam hidup sehari-hari. Semangat gembala kami harapkan kita hayari bersama-sama, dan tentu saja terutama bagi para pemimpin, yaitu dapat meneladan motto bapak pendidikan nasional Ki Hajar Dewantoro "ing arso asung tulodho, ing madyo ambangun karso, tut wuri handayani" (keteladanan, pemberdayaan dan motivasi).

"Betapa disenangi tempat kediaman-Mu, ya TUHAN semesta alam! Jiwaku hancur karena merindukan pelataran-pelataran TUHAN; hatiku dan dagingku bersorak-sorai kepada Allah yang hidup. Bahkan burung pipit telah mendapat sebuah rumah, dan burung layang-layang sebuah sarang, tempat menaruh anak-anaknya, pada mezbah-mezbah-Mu, ya TUHAN semesta alam, ya Rajaku dan Allahku! Berbahagialah orang-orang yang diam di rumah-Mu, yang terus-menerus memuji-muji Engkau.  Berbahagialah manusia yang kekuatannya di dalam Engkau, yang berhasrat mengadakan ziarah"

 (Mzm 84:2-6)

Ign 24 Juli 2012


Minggu, 22 Juli 2012

23 Juli


"Kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda nabi Yunus"

(Mi 6:1-4.6-8; Mat 12:38-42)

" Pada waktu itu berkatalah beberapa ahli Taurat dan orang Farisi kepada Yesus: "Guru, kami ingin melihat suatu tanda dari pada-Mu." Tetapi jawab-Nya kepada mereka: "Angkatan yang jahat dan tidak setia ini menuntut suatu tanda. Tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda nabi Yunus. Sebab seperti Yunus tinggal di dalam perut ikan tiga hari tiga malam, demikian juga Anak Manusia akan tinggal di dalam rahim bumi tiga hari tiga malam. Pada waktu penghakiman, orang-orang Niniwe akan bangkit bersama angkatan ini dan menghukumnya juga. Sebab orang-orang Niniwe itu bertobat setelah mendengar pemberitaan Yunus, dan sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Yunus! Pada waktu penghakiman, ratu dari Selatan itu akan bangkit bersama angkatan ini dan ia akan menghukumnya juga. Sebab ratu ini datang dari ujung bumi untuk mendengar hikmat Salomo, dan sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Salomo!" (Mat 12:38-42), demikian kutipan Warta Gemibira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Dalam kehidupan sehari-hari kita menghadapi aneka macam tanda, baik yang ada di dalam diri kita sendiri maupun diluar diri kita. Tanda-tanda yang ada dalam diri kita, khususnya bagi rekan-rekan perempuan adalah tanda akan menstruasi atau akan hamil, atau entah untuk laki-laki atau perempuan yang sungguh peka terhadap dirinya pada umumnya juga dapat merasakan tanda-tanda akan sakit, misalnya sakit flu. Sedangkan tanda-tanda yang ada diluar diri antara lain rambu-rambu lalu lintas, isyarat-isyarat melalui gerakan anggota tubuh dst… Sebagai orang beriman kita semua diharapkan peka akan aneka tanda atau isyarat atau simbol-simbol, memahaminya serta kemudian menghayati atau melaksanakan apa yang dimaksudkannya, agar kita tidak dinilai sebagai orang-orang jahat. Dalam warta gembira hari ini Yesus mengetengahkan tanda Yunus, dimana Yunus pernah berada di dalam perut ikan selama tiga hari dan dapat keluar dari perut ikan dengan selamat. Tanda Yunus tidak lain adalah menunjuk atau mengindikasikan pada Yesus yang wafat di kayu, dimakamkan dan pada hari ketiga dibangkitkan dari mati. Sebagai orang Katolik atau Kristen kita sering membuat tanda salib, semoga hal ini tidak hanya menjadi kebiasaan yang tak berarti atau bermakna, tetapi kita sungguh menghayati maksud atau tujuan membuat tanda salib. Bukankah dengan membuat tanda salib berarti kita akan melakukan segala sesuatu atas nama dan demi Yang Tersalib alias hidup dan bertindak dengan meneladan cara hidup dan cara bertindak Yang Tersalib, dan pada waktunya mempersembahkan diri secara total kepada Tuhan melalui pelayanan bagi sesamanya?

·   "Hai manusia, telah diberitahukan kepadamu apa yang baik. Dan apakah yang dituntut TUHAN dari padamu: selain berlaku adil, mencintai kesetiaan, dan hidup dengan rendah hati di hadapan Allahmu?" (Mi 6:8). Kita semua, sebagai orang-orang beriman, dipanggil untuk "berlaku adil, mencintai kesetiaan dan hidup dengan rendah hati di hadapan Allah". Keadilan yang paling dasar adalah hormat terhadap harkat martabat manusia, menjunjung tinggi harkat martabat manusia dalam cara hidup dan cara bertindak dimana pun dan kapan pun. Maka hendaknya cara hidup dan cara bertindak kita jangan pernah melecehkan harkat martabat manusia dalam bentuk apapun. Kita juga dipanggil untuk hidup setia dan rendah hati. Maka entah panggilan, tugas, fungsi, kewajiban kita apa pun kami harapkan kita semua setia melakukan atau menghayatinya. Sebagai orang yang terpanggil, entah menjadi imam, bruder atau suster dan suami-isteri, kami harapkan setia pada panggilan dan tidak pernah melakukan perselingkuhan atau penyelewengan dalam bentuk apa pun. Memang kita dapat berlaku adil dan setia perlu hidup dengan rendah hati, sebagai keutamaan yang paling dasar dan paling utama. Rendah hati pada masa kini antara lain dapat kita hayati dengan tidak mengeluh atau menggerutu sedikitpun ketika kita menghadapi tantangan, masalah atau kesulitan dalam hidup sehari-hari. Pertama-tama kami harapkan kita tidak mudah mengeluh atau menggerutu atas makanan dan minuman yang disediakan bagi kita untuk kita nikmati, asal makanan dan minuman tersebut sehat. Jika dalam hal makanan dan minuman kita tidak mudah mengeluh atau menggerutu, maka kiranya kita memiliki kemampuan untuk tidak mengeluh atau tidak menggerutu ketika dalam kehidupan sehari-hari harus mengahadapi tantangan, masalah atau kesulitan besar sebagai akibat kesetiaan dan usaha berlaku adil.

"Bawalah kemari orang-orang yang Kukasihi, yang mengikat perjanjian dengan Aku berdasarkan korban sembelihan!" Langit memberitakan keadilan-Nya, sebab Allah sendirilah Hakim.  Bukan karena korban sembelihanmu Aku menghukum engkau; bukankah korban bakaranmu tetap ada di hadapan-Ku? Tidak usah Aku mengambil lembu dari rumahmu atau kambing jantan dari kandangmu"

 (Mzm 50:5-6.8-9)

Ign 23 Juli 2012