Fans Page Facebook http://imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Jumat, 13 Mei 2011

13 Mei - Kis 9:1-20; Yoh 6:52-59)

"Barangsiapa makan dagingKu dan minum darahKu ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman."

(Kis 9:1-20; Yoh 6:52-59)

 

"Orang-orang Yahudi bertengkar antara sesama mereka dan berkata: "Bagaimana Ia ini dapat memberikan daging-Nya kepada kita untuk dimakan." Maka kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jikalau kamu tidak makan daging Anak Manusia dan minum darah-Nya, kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu. Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman. Sebab daging-Ku adalah benar-benar makanan dan darah-Ku adalah benar-benar minuman. Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia. Sama seperti Bapa yang hidup mengutus Aku dan Aku hidup oleh Bapa, demikian juga barangsiapa yang memakan Aku, akan hidup oleh Aku. Inilah roti yang telah turun dari sorga, bukan roti seperti yang dimakan nenek moyangmu dan mereka telah mati. Barangsiapa makan roti ini, ia akan hidup selama-lamanya." Semuanya ini dikatakan Yesus di Kapernaum ketika Ia mengajar di rumah ibadat." (Yoh 6:52-59), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Karena tidak beriman kepada Yesus sebagai Utusan Allah, Penyelamat dunia, maka orang-orang Yahudi semakin ragu-ragu ketika Yesus berkata bahwa Dialah Roti dari sorga, maka siapapun yang percaya kepadaNya akan menikmati hidup kekal setelah dipanggil Tuhan atau meninggal dunia. Kiranya mereka semakin ragu ketika Yesus berkata: "Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman". Kami berharap kepada kita semua yang beriman kepada Yesus Kristus untuk tidak ragu dan bimbang terhadap sabda Yesus ini, melainkan marilah dengan rendah hati kita imani dan hayati  sabdaNya dalam cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari. Kita yang telah menerima komuni kudus, Tubuh Kristus, memperoleh tugas pengutusan sebagaimana Yesus diutus datang ke dunia untuk menyelamatkan dunia seisinya. Maka baiklah saya mengajak dan mengingatkan kita semua yang beriman kepadaNya untuk senantiasa 'tinggal di dalam Dia' , bersama dan bersatu dalam dan dengan Tuhan dimanapun dan kapanpun. Salah satu tugas pengutusan kita antara lain membantu saudara-saudari kita yang ragu-ragu perihal imannya alias kurang percaya kepada Tuhan, Penyelenggaraan Ilahi. Kita ajak mereka yang dengan rendah hati mengakui dan menghayati bahwa Tuhan senantiasa menyertai perjalanan hidup dan tugas pengutusan mereka sampai akhir zaman.. Kita ajak mereka untuk tetap hidup bergairah, ceria dan dinamis, karena RohNya hidup dan berkarya dalam diri kita yang lemah dan rapuh ini.

·   "Saulus, saudaraku, Tuhan Yesus, yang telah menampakkan diri kepadamu di jalan yang engkau lalui, telah menyuruh aku kepadamu, supaya engkau dapat melihat lagi dan penuh dengan Roh Kudus."(Kis 9:17), demikian kata Ananias kepada Saulus yang buta. Kebutaan Saulus terjadi sebagai peringatan atau tegoran Tuhan, sebagai wahana pertobatan. Kita semua yang beriman kepada Tuhan Yesus dipanggil untuk membantu mereka yang buta, tentu saja lebih-lebih dan terutama mereka yang buta secara social atau spiritual. Kami juga mengingatkan mereka yang sering membenci umat beragama atau beriman dengan aneka cara untuk menyadari kebutaan anda secara social atau spiritual. Kepada kita semua yang terpanggil untuk membantu saudara-saudari kita yang mengalami kebutaan, kami harapkan tidak takut atau tidak gentar mendekati mereka yang harus kita tolong, sebagaimana dilakukan oleh Ananias. Kita lihat, sapa dan perlakukan mereka sebagai saudara, maka hendaknya pertama-tama dan terutama lebih melihat apa yang sama di antara kita, dan untuk sementara mengesampingkan aneka perbedaan yang ada. Percayalah bahwa masing-masing dari kita berkehendak baik, dan mungkin karena ketidak-tahuan atau keterbatasan sering terjadi kekacauan atau permusuhan. Kami mengajak dan mengingatkan kita semua: ketika sedang mengalami musibah atau kegagalan, marilah hal ini kita hayati sebagai peringatan Tuhan bagi kita untuk berubah atau bertobat, memperbaharui diri. Dalam keadaan demikian hendaknya dengan hati terbuka dan siap-sedia untuk dituntun atau dibimbing menuju ke pembaharuan atau pertobatan, semakin beriman, semakin menghayati pendampingan dan penyertaan Tuhan dalam hidup dan kerja kita sehari-hari.

 

"Pujilah TUHAN, hai segala bangsa, megahkanlah Dia, hai segala suku bangsa! Sebab kasih-Nya hebat atas kita, dan kesetiaan TUHAN untuk selama-lamanya. Haleluya!" (Mzm 117)

 

Jakarta, 13 Mei 2011


14 Mei - Kis 1:15-17.20-26; Yoh 15:9-17

"Kamu adalah sahabatKu jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu"

(Kis 1:15-17.20-26; Yoh 15:9-17)

 

"Seperti Bapa telah mengasihi Aku, demikianlah juga Aku telah mengasihi kamu; tinggallah di dalam kasih-Ku itu. Jikalau kamu menuruti perintah-Ku, kamu akan tinggal di dalam kasih-Ku, seperti Aku menuruti perintah Bapa-Ku dan tinggal di dalam kasih-Nya. Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya sukacita-Ku ada di dalam kamu dan sukacitamu menjadi penuh. Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu. Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya. Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu. Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku. Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu. Inilah perintah-Ku kepadamu: Kasihilah seorang akan yang lain." (Yoh15:9-17), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St.Matias, rasul, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Terpanggil sebagai rasul memang berarti menjadi sahabat Yesus, hidup dan bertindak meneladan cara hidup dan cara bertindak Yesus. Salah satu tugas pengutusan sebagai sahabat Yesus adalah melaksanakan perintah atau sabdaNya:"Inilah perinahKu kepadamu: Kasihilah seorang akan yang lain". Saya percaya bahwa semua agama mengajarkan umatnya untuk hidup saling mengasihi satu sama lain, karena sebagai umat beragam atau beriman menyadari dan menghayati bahwa dirinya telah menerima kasih dari Allah secara melimpah ruah. Saya merasa yang cukup berat dan sulit dihayati adalah 'dikasihi' bukan 'mengasihi'. Bukankah para orangtua atau pendidik sering menegor keras atau memarahi anak-anaknya atau para peserta didiknya sebagai wujud kasih, bukan kebencian? Maka dikasihi memang antara lain berarti ditegor, dimarahi, diejek, dilecehkan dst.. Marilah kita sadari dan hayati bahwa orang tak akan menegor, memarahi, mengejek, melecehkan kita jika mereka tak mengasihi kita. Dengan kata lain marilah kita hayati aneka macam sapaan, sentuhan, tegoran, perlakuan orang lain terhadap diri kita merupakan wujud kasih mereka kepada kita yang lemah dan rapuh ini. Maka ketika ditegor atau dimarahi atau diejek, hendaknya jangan membalas dendam, melainkan dengan singkat tanggapi dengan kata 'terima kasih', artinya kita telah menerima kasih, dikasihi. Tentu saja sebagai kelengkapan ucapan terima kasih kita, kemudian kita akan hidup penuh syukur dan terima kasih.

·   "Ya Tuhan, Engkaulah yang mengenal hati semua orang, tunjukkanlah kiranya siapa yang Engkau pilih dari kedua orang ini, untuk menerima jabatan pelayanan, yaitu kerasulan yang ditinggalkan Yudas yang telah jatuh ke tempat yang wajar baginya." (Kis 1:24-25), demikian doa semua orang yang berkumpul, yang dengan rendah hati mohon petunjuk Tuhan untuk mengganti Yudas. Pergantian jabatan atau fungsi biasa terjadi dalam tugas pengutusan kita masing-masing. Maka kami berharap dalam proses pemilihan pengganti tidak melupakan doa, sebagaimana terjadi dalam pemilihan Paus, yang disebut 'konklaf'. Tentu saja tidak hanya menentukan pilihan pejabat atau petugas fungsional kita berdoa, tetapi kiranya baik juga dalam menentukan panggilan hidup kita masing-masing, misalnya calon suami/isteri, lembaga hidup bakti yang dimana kita akan bergabung, dst.. Mengingat dan memperhatikan kebanyakan dari kita terpanggil untuk hidup berkeluarga, maka perkenankan saya lebih menekankan perihal pilihan jodoh, calon suami atau isteri. Entah kepada rekan-rekan muda-mudi yang masih membujang maupun para orangtua, kami harapkan tidak meninggalkan hidup doa dalam menentukan calon suami atau isteri, lebih-lebih selama masa pacaran atau tunangan. Lebih baik putus pacar atau tunangan daripada cerai sebagai suami-isteri. Maka kami berharap kepada mereka yang sedang berpacaran atau bertunangan untuk mewujudkan panggilan saling mengasihi dengan saling terbuka satu sama lain, dan jauhkan aneka bentuk sandiwara kehidupan. Semakin kenal dan dekat pasti akan saling melihat kelemahan dan kerapuhan masing-masing, disamping kekuatan dan kelebihan, maka ketika melihat kelemahan dan kekurangan atau kerapuhan hendaknya dengan jujur dan terbuka diangkat dan dibicarakan sedini mungkin, jangan ditunda nanti kalau telah menjadi suami-isteri.

 

"Haleluya! Pujilah, hai hamba-hamba TUHAN, pujilah nama TUHAN! Kiranya nama TUHAN dimasyhurkan, sekarang ini dan selama-lamanya. Dari terbitnya sampai kepada terbenamnya matahari terpujilah nama TUHAN. TUHAN tinggi mengatasi segala bangsa, kemuliaan-Nya mengatasi langit. Siapakah seperti TUHAN, Allah kita, yang diam di tempat yang tinggi, yang merendahkan diri untuk melihat ke langit dan ke bumi?"

 (Mzm 113:1-6)

 

Jakarta, 14 Mei 2011


13 Mei - Kis 9:1-20; Yoh 6:52-59

"Barangsiapa makan dagingKu dan minum darahKu ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman."

(Kis 9:1-20; Yoh 6:52-59)

 

"Orang-orang Yahudi bertengkar antara sesama mereka dan berkata: "Bagaimana Ia ini dapat memberikan daging-Nya kepada kita untuk dimakan." Maka kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jikalau kamu tidak makan daging Anak Manusia dan minum darah-Nya, kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu. Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman. Sebab daging-Ku adalah benar-benar makanan dan darah-Ku adalah benar-benar minuman. Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia. Sama seperti Bapa yang hidup mengutus Aku dan Aku hidup oleh Bapa, demikian juga barangsiapa yang memakan Aku, akan hidup oleh Aku. Inilah roti yang telah turun dari sorga, bukan roti seperti yang dimakan nenek moyangmu dan mereka telah mati. Barangsiapa makan roti ini, ia akan hidup selama-lamanya." Semuanya ini dikatakan Yesus di Kapernaum ketika Ia mengajar di rumah ibadat." (Yoh 6:52-59), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Karena tidak beriman kepada Yesus sebagai Utusan Allah, Penyelamat dunia, maka orang-orang Yahudi semakin ragu-ragu ketika Yesus berkata bahwa Dialah Roti dari sorga, maka siapapun yang percaya kepadaNya akan menikmati hidup kekal setelah dipanggil Tuhan atau meninggal dunia. Kiranya mereka semakin ragu ketika Yesus berkata: "Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman". Kami berharap kepada kita semua yang beriman kepada Yesus Kristus untuk tidak ragu dan bimbang terhadap sabda Yesus ini, melainkan marilah dengan rendah hati kita imani dan hayati  sabdaNya dalam cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari. Kita yang telah menerima komuni kudus, Tubuh Kristus, memperoleh tugas pengutusan sebagaimana Yesus diutus datang ke dunia untuk menyelamatkan dunia seisinya. Maka baiklah saya mengajak dan mengingatkan kita semua yang beriman kepadaNya untuk senantiasa 'tinggal di dalam Dia' , bersama dan bersatu dalam dan dengan Tuhan dimanapun dan kapanpun. Salah satu tugas pengutusan kita antara lain membantu saudara-saudari kita yang ragu-ragu perihal imannya alias kurang percaya kepada Tuhan, Penyelenggaraan Ilahi. Kita ajak mereka yang dengan rendah hati mengakui dan menghayati bahwa Tuhan senantiasa menyertai perjalanan hidup dan tugas pengutusan mereka sampai akhir zaman.. Kita ajak mereka untuk tetap hidup bergairah, ceria dan dinamis, karena RohNya hidup dan berkarya dalam diri kita yang lemah dan rapuh ini.

·   "Saulus, saudaraku, Tuhan Yesus, yang telah menampakkan diri kepadamu di jalan yang engkau lalui, telah menyuruh aku kepadamu, supaya engkau dapat melihat lagi dan penuh dengan Roh Kudus."(Kis 9:17), demikian kata Ananias kepada Saulus yang buta. Kebutaan Saulus terjadi sebagai peringatan atau tegoran Tuhan, sebagai wahana pertobatan. Kita semua yang beriman kepada Tuhan Yesus dipanggil untuk membantu mereka yang buta, tentu saja lebih-lebih dan terutama mereka yang buta secara social atau spiritual. Kami juga mengingatkan mereka yang sering membenci umat beragama atau beriman dengan aneka cara untuk menyadari kebutaan anda secara social atau spiritual. Kepada kita semua yang terpanggil untuk membantu saudara-saudari kita yang mengalami kebutaan, kami harapkan tidak takut atau tidak gentar mendekati mereka yang harus kita tolong, sebagaimana dilakukan oleh Ananias. Kita lihat, sapa dan perlakukan mereka sebagai saudara, maka hendaknya pertama-tama dan terutama lebih melihat apa yang sama di antara kita, dan untuk sementara mengesampingkan aneka perbedaan yang ada. Percayalah bahwa masing-masing dari kita berkehendak baik, dan mungkin karena ketidak-tahuan atau keterbatasan sering terjadi kekacauan atau permusuhan. Kami mengajak dan mengingatkan kita semua: ketika sedang mengalami musibah atau kegagalan, marilah hal ini kita hayati sebagai peringatan Tuhan bagi kita untuk berubah atau bertobat, memperbaharui diri. Dalam keadaan demikian hendaknya dengan hati terbuka dan siap-sedia untuk dituntun atau dibimbing menuju ke pembaharuan atau pertobatan, semakin beriman, semakin menghayati pendampingan dan penyertaan Tuhan dalam hidup dan kerja kita sehari-hari.

 

"Pujilah TUHAN, hai segala bangsa, megahkanlah Dia, hai segala suku bangsa! Sebab kasih-Nya hebat atas kita, dan kesetiaan TUHAN untuk selama-lamanya. Haleluya!" (Mzm 117)

 

Jakarta, 13 Mei 2011


Rabu, 11 Mei 2011

12 Mei - Kis 8:26-40; Yoh 6:44-51

"Sesungguhnya barangsiapa percaya ia mempunyai hidup yang kekal."

(Kis 8:26-40; Yoh 6:44-51)

 

"Tidak ada seorang pun yang dapat datang kepada-Ku, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku, dan ia akan Kubangkitkan pada akhir zaman. Ada tertulis dalam kitab nabi-nabi: Dan mereka semua akan diajar oleh Allah. Dan setiap orang, yang telah mendengar dan menerima pengajaran dari Bapa, datang kepada-Ku. Hal itu tidak berarti, bahwa ada orang yang telah melihat Bapa. Hanya Dia yang datang dari Allah, Dialah yang telah melihat Bapa. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa percaya, ia mempunyai hidup yang kekal. Akulah roti hidup. Nenek moyangmu telah makan manna di padang gurun dan mereka telah mati. Inilah roti yang turun dari sorga: Barangsiapa makan dari padanya, ia tidak akan mati. Akulah roti hidup yang telah turun dari sorga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti yang Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia." (Yoh 6:44-51), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Kata 'percaya' dalam bahasa Latin credo dapat berarti mempercayakan, menyimpankan, menitipkan, menyerahkan. Percaya juga dekat dengan kata iman, maka baiklah sebagai umat beriman marilah kita tingkatkan dan perdalam kepercayaan kita kepada Tuhan. Mungkin baik untuk kali ini saya memanfaatkan kata 'menyimpankan' yang erat kaitannya dengan percaya atau beriman. Sebagai orang beriman kita diharapkan menyimpan dalam hati, jiwa, akal budi dan tubuh kita semua kehendak atau sabda Tuhan, sehingga mau tak mau kita akan hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak Tuhan. Kita semua mendambakan hidup kekal atau abadi, bahagia dan damai selamanya di sorga setelah meninggal dunia atau dipanggil Tuhan, maka marilah kita perdalam dan perkuat kepercayaan kita kepada Tuhan. Kita sering dengan penuh cermat dan kuat menyimpan barang berharga yang kita miliki, karena ketika barang berharga tersebut hilang kita akan merasa tak berdaya lagi. Sabda atau kehendak Tuhan kiranya lebih berharga atau bernilai dari aneka macam jenis barang atau hiasan apapun, maka baiklah sabda atau kehendakNya jangan pernah terlepas dari diri kita masing-masing. Untuk menjaga dan merawat agar sabda Tuhan tak terlepas dari diri kita hendaknya kita rajin berdoa serta membaca Kitab Suci, tidak melupakan doa-doa harian maupun membaca Kitab Suci. Bacaan dari Kitab Suci atau sabda Tuhan kiranya dengan rendah hati setiap hari kami kutipkan dan sebarkan, maka semoga dapat dimanfaatkan setiap hari.

·   "Setelah mereka keluar dari air, Roh Tuhan tiba-tiba melarikan Filipus dan sida-sida itu tidak melihatnya lagi. Ia meneruskan perjalanannya dengan sukacita" (Kis 8:39). Filipus baru saja membaptis sida-sida dan kemudian 'dilarikan oleh Roh Tuhan', meninggalkan sida-sida tanpa diketahuinya. Sedangkan sida-sida tersebut setelah dibaptis merasa gembira dan ceria, kemudian 'meneruskan perjalanannya dengan sukacita'. Baiklah pengalaman sida-sida ini kita jadikan bahan refleksi atau permenungan kita. Pada malam Paskah mungkin ada di antara kita yang menerima rahmat pembaptisan atau paling tidak kita semua memperbaharui janji baptis, maka marilah kita meneruskan perjalanan hidup, panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing dalam rahmat baptis atau gembira dan ceria. "Hanya mau mengabdi Tuhan saja serta menolak semua godaan setan", itulah janji yang kita ikrarkan seraya menerima.rahmat pembaptisan. Seorang abdi atau pelayan yang baik pada umumnya senantiasa bergembira, bergairah, dinamis, tidak pernah marah, mengeluh atau menggerutu, karena jika tidak demikian adanya maka ia tak layak menjadi abdi atau pelayan, dipecat tanpa kenal ampun dan pesangon. Sebagai yang telah dibaptis, tanpa pandang bulu, entah awam, imam, bruder atau suster, diharapkan mengabdi Tuhan dengan sukacita. Pengabdian kepada Tuhan hendaknya menjadi nyata dalam pengabdian terhadap sesama atau saudara-saudari kita, maka marilah kita saling mengabdi atau melayani dengan sukacita, tanpa marah, mengeluh atau menggerutu sedikipun. Dengan kata lain entah sedang bertugas belajar atau bekerja hendaknya senantiasa dalam keadaan sukacita, gembira dan ceria, sehingga menarik, mengesan dan mempesona bagi siapapun. Marilah kita saling membantu dalam menghayati iman kita, sehingga masing-masing dari kita semakin dikasihi oleh Tuhan dan sesama kita.

 

"Pujilah Allah kami, hai bangsa-bangsa, dan perdengarkanlah puji-pujian kepada-Nya!Ia mempertahankan jiwa kami di dalam hidup dan tidak membiarkan kaki kami goyah. Marilah, dengarlah, hai kamu sekalian yang takut akan Allah, aku hendak menceritakan apa yang dilakukan-Nya terhadap diriku. Kepada-Nya aku telah berseru dengan mulutku, kini dengan lidahku aku menyanyikan pujian" (Mzm 66:8-9.16-17)

 

Jakarta, 12 Mei 2011


note: saya minggu depan/senin? pindah ke Seminari Menengah Mertoyudan-Magelang


Selasa, 10 Mei 2011

11 Mei - Kis 8:1b-8; Yoh 6:35-40

"Sungguhpun kamu telah melihat Aku kamu tidak percaya"

(Kis 8:1b-8; Yoh 6:35-40)

 

"Kata Yesus kepada mereka: "Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi. Tetapi Aku telah berkata kepadamu: Sungguhpun kamu telah melihat Aku, kamu tidak percaya. Semua yang diberikan Bapa kepada-Ku akan datang kepada-Ku, dan barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang. Sebab Aku telah turun dari sorga bukan untuk melakukan kehendak-Ku, tetapi untuk melakukan kehendak Dia yang telah mengutus Aku. Dan Inilah kehendak Dia yang telah mengutus Aku, yaitu supaya dari semua yang telah diberikan-Nya kepada-Ku jangan ada yang hilang, tetapi supaya Kubangkitkan pada akhir zaman. Sebab inilah kehendak Bapa-Ku, yaitu supaya setiap orang, yang melihat Anak dan yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal, dan supaya Aku membangkitkannya pada akhir zaman." (Yoh 6:35-40), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Kata 'melihat' dan 'percaya' dalam Injil Yohanes merupakan kata kunci yang menjiwai seluruh Injilnya. Sabda hari ini mengingatkan dan mengajak kita semua untuk mawas diri: apakah dengan melihat kita langsung percaya. Apa yang kita lihat dengan mata kepala sendiri memang sesuatu yang bersifat phisik atau materi, sedangkan yang dimaksudkan oleh Yohanes dengan 'melihat' disini kiranya lebih mendalam, tidak hanya secara phisik atau material  saja melainkan secara  spiritual atau rohani. Memang untuk sampai ke spiritual atau rohani kita diharapkan dapat melihat secara phisik dengan benar, cermat, akurat dan teliti. Dalam kisah perihal penggandaan roti dapat dilihat berarti terjadi mujizat, yang dilakukan oleh Yesus, yang berarti Yesus lebih daripada manusia biasa atau Ia benar-benar Allah yang telah menjadi manusia seperti kita kecuali dalam hal dosa. Di balik peristiwa phisik yang bersifat sementara tersirat sesuatu yang abadi atau kekal, itulah yang harus kita lihat dan imani. "Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepadaKu, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepadaKu, ia tidak akan haus lagi", demikian sabda Yesus. Marilah kita dengan rendah hati datang dan percaya kepada Yesus yang telah wafat dan bangkit dari mati. Percaya kepadaNya berarti mati bagi dosa dan hidup sesuai dengan kehendak Allah, maka marilah kita senantiasa melihat segala sesuai  dalam atau bersama dengan Allah, agar kita semakin percaya kepada Allah, semakin beriman atau semakin suci. Allah senantiasa melihat semua ciptaanNya baik adanya, maka marilah kita lihat apa-apa yang baik, indah, mulia dan luhur dalam ciptaan-ciptaanNya terutama dalam diri manusia yang diciptakan sesuai dengan gambar atau citra Allah.

·   "Ketika orang banyak itu mendengar pemberitaan Filipus dan melihat tanda-tanda yang diadakannya, mereka semua dengan bulat hati menerima apa yang diberitakannya itu. Sebab dari banyak orang yang kerasukan roh jahat keluarlah roh-roh itu sambil berseru dengan suara keras, dan banyak juga orang lumpuh dan orang timpang yang disembuhkan.Maka sangatlah besar sukacita dalam kota itu" (Kis 8:6-8), demikian berita gembira sekitar pemberitaan Warta Gembira yang disampaikan Filipus. Kita kiranya dapat meneladan Filipus atau para pendengar yang percaya setelah mendengarkan pemberitaan Filipus. Meneladan Filipus berarti kita tidak takut atau gentar sedikitpun untuk dengan setia dengan sepenuhnya pada iman kita masing-masing, sehingga hidup dan bertindak dijiwai oleh iman kita. Mereka yang melihat cara hidup dan cara bertindak kita akan semakin beriman, semakin mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan. Sebaliknya jika kita meneladan para pendengar Warta Gembira, marilah dengan rendah hati dan terbuka kita dengarkan aneka macam saran, kotbah, nasihat, ajaran, wejangan dst.. dari saudara-saudari kita dimanapun dan kapanpun. Iman kita akan semakin kuat dan handal dengan pendengaran yang baik, karena iman memang muncul dan berkembang melalui pendengaran. Ingat bahwa masing-masing dari kita tumbuh berkembang menjadi pribadi yang ada sekarang ini pertamaa-tama dan terutama karena apa yang kita dengarkan ketika kita masih berada dalam rahim ibu kita masing-masing serta masa balita kita. Marilah kita belajar dari saudara-saudari kita, umat Muslim yang sungguh menghayati 'mendengarkan'sebagai keutamaan beriman, antara lain dengan mendengarkan suara adzan dari masjid, langgar atau surau merupakan rahmat.  Marilah kita saling memberitakan apa yang baik dan mendengarkan dengan rendah hati.

 

"Bersorak-sorailah bagi Allah, hai seluruh bumi, mazmurkanlah kemuliaan nama-Nya, muliakanlah Dia dengan puji-pujian! Katakanlah kepada Allah: "Betapa dahsyatnya segala pekerjaan-Mu; oleh sebab kekuatan-Mu yang besar musuh-Mu tunduk menjilat kepada-Mu. Seluruh bumi sujud menyembah kepada-Mu, … Pergilah dan lihatlah pekerjaan-pekerjaan Allah; Ia dahsyat dalam perbuatan-Nya terhadap manusia:"(Mzm 66:1-4a.5)

 

Jakarta, 11 Mei 2011

 


Senin, 09 Mei 2011

10 Mei - Kis 7:51-81a; Yoh 6:30-35

"Roti yang dari Allah ialah roti yang turun dari sorga dan yang memberi hidup kepada dunia"

(Kis 7:51-81a; Yoh 6:30-35)

 

"Maka kata mereka kepada-Nya: "Tanda apakah yang Engkau perbuat, supaya dapat kami melihatnya dan percaya kepada-Mu? Pekerjaan apakah yang Engkau lakukan? Nenek moyang kami telah makan manna di padang gurun, seperti ada tertulis: Mereka diberi-Nya makan roti dari sorga." Maka kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya bukan Musa yang memberikan kamu roti dari sorga, melainkan Bapa-Ku yang memberikan kamu roti yang benar dari sorga. Karena roti yang dari Allah ialah roti yang turun dari sorga dan yang memberi hidup kepada dunia." Maka kata mereka kepada-Nya: "Tuhan, berikanlah kami roti itu senantiasa." Kata Yesus kepada mereka: "Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi" (Yoh 6:30-35), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Yang dimaksudkan dengan roti yang turun dari sorga, dari Allah tidak lain adalah Yesus Kristus. Kita yang telah dibaptis dan menerima komuni kudus, menghayati sabda tersebut antara lain setiap kali kita menerima komuni kudus, yang kita imani sebagai tubuh Kristus. Maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan kita semua yang selalu menerima komuni kudus dalam Perayaan Ekaristi untuk mawas diri: apakah kita menerima komuni kudus hanya sekedar bersifat liturgis atau formal belaka ataukah kita hayati dengan penuh iman sehingga semangat Yesus Kristus merasuki atau menjiwai cara hidup dan cara bertindak kita. Ingat dan sadari bahwa apa yang kita makan dan minum akan mempengaruhi jati diri kita masing-masing; jika yang kita makan dan minum sungguh bergizi dan sehat, maka tubuh kita akan sehat, segar-bugar senantiasa. Jika makanan duniawi saja dapat membuat kita sehat dan segar bugar, apalagi makanan sorgawi. Dengan kata lain kita yang sering menerima komuni kudus diharapkan menghayati kata-kata ini, yaitu: setiap kali kita menerima komuni kudus berarti kita mengenangkan cara hidup dan cara bertindak Yesus Kristus, artinya kita hidup dan bertindak meneladan cara hidup dan cara bertindak Yesus, sehingga kita layak disebut sebagai sahabat-sahabat Yesus, yang senantiasa mewartakan apa yang baik, benar,.luhur dan mulia dalam kesibukan dan pelayanan kita sehari-hari. Dengan menerima komuni kudus berarti kita sungguh hidup bergairah dan ceria, tak pernah frustrasi atau putus asa meskipun harus menghadapi aneka masalah, tantangan dan hambatan dalam kehidupan.

·   "Tuhan, janganlah tanggungkan dosa ini kepada mereka!" (Kis 7: 60), demikian kata-kata terakhir Stefanus yang segera akan mati karena dilempari batu oleh musuh-musuhnya. Doa Stefanus ini kiranya meneladan doa Yesus di puncak kayu salib, yang mendoakan mereka yang menyalibkanNya : "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat." (Luk 23:34). Marilah kita yang beriman kepada Yesus Kristus meneladan Stefanus. Marilah kita sadari dan hayati bahwa mereka yang sering menyakiti atau melukai kita belum tentu bersalah, bahkan ada kemungkinan, karena ketidak-tahuan, mereka justru merasa bangga dan sukses. Pahlawan keselamatan sejati memang senantiasa siap sedia dengan jiwa besar dan hati rela berkorban untuk menanggung dosa dan kesalahan orang lain; siap sedia menderita dan mati demi kebahagiaan atau keselamatan orang lain, meskipun dirinya sendiri tidak bersalah atau tidak berdosa sedikitpun. Kami berharap para orangtua atau pendidik/guru dapat menjadi teladan dalam hal ini, artinya jika anak-anak atau para peserta didik tidak berhasil dalam hidup atau belajar berarti para orangtua dan pendidik/guru yang bersalah. Jika generasi penerus brengsek berarti generasi pendahulu tak bermoral. "Kera kentot" = Kenakalan remaja karena kenakalan orangtua. Semoga semua umat beriman dengan rendah hati meneladan semangat Stefanus, sehingga hidup bersama di dunia ini dalam keadaan damai dan tenteram, selamat dan bahagia. Kami berharap kita  tidak saling menyalahkan atau mencari kelemahan dan kekurangan orang lain, melainkan saling melihat dan mengimani kebaikan sesama. Marilah kita lihat dan sadari bahwa semua orang berkehendak baik, dan memang perwujudan kehendak baik dapat berbeda satu sama lain, karena keterbatasan kita masing-masing, maka baiklah kita juga dengan rendah hati untuk saling membagikan kehendak baik sebelum diwujudkan untuk disinerjikan. Marilah kita saling mendengarkan, saling memberi dan menerima.

 

"Sendengkanlah telinga-Mu kepadaku, bersegeralah melepaskan aku! Jadilah bagiku gunung batu tempat perlindungan, kubu pertahanan untuk menyelamatkan aku! Sebab Engkau bukit batuku dan pertahananku"

(Mzm 31:3-4a)

 

Jakarta, 10 Mei 2011


10 Mei - Kis 7:51-81a; Yoh 6:30-35

"Roti yang dari Allah ialah roti yang turun dari sorga dan yang memberi hidup kepada dunia"

(Kis 7:51-81a; Yoh 6:30-35)

 

"Maka kata mereka kepada-Nya: "Tanda apakah yang Engkau perbuat, supaya dapat kami melihatnya dan percaya kepada-Mu? Pekerjaan apakah yang Engkau lakukan? Nenek moyang kami telah makan manna di padang gurun, seperti ada tertulis: Mereka diberi-Nya makan roti dari sorga." Maka kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya bukan Musa yang memberikan kamu roti dari sorga, melainkan Bapa-Ku yang memberikan kamu roti yang benar dari sorga. Karena roti yang dari Allah ialah roti yang turun dari sorga dan yang memberi hidup kepada dunia." Maka kata mereka kepada-Nya: "Tuhan, berikanlah kami roti itu senantiasa." Kata Yesus kepada mereka: "Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi" (Yoh 6:30-35), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Yang dimaksudkan dengan roti yang turun dari sorga, dari Allah tidak lain adalah Yesus Kristus. Kita yang telah dibaptis dan menerima komuni kudus, menghayati sabda tersebut antara lain setiap kali kita menerima komuni kudus, yang kita imani sebagai tubuh Kristus. Maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan kita semua yang selalu menerima komuni kudus dalam Perayaan Ekaristi untuk mawas diri: apakah kita menerima komuni kudus hanya sekedar bersifat liturgis atau formal belaka ataukah kita hayati dengan penuh iman sehingga semangat Yesus Kristus merasuki atau menjiwai cara hidup dan cara bertindak kita. Ingat dan sadari bahwa apa yang kita makan dan minum akan mempengaruhi jati diri kita masing-masing; jika yang kita makan dan minum sungguh bergizi dan sehat, maka tubuh kita akan sehat, segar-bugar senantiasa. Jika makanan duniawi saja dapat membuat kita sehat dan segar bugar, apalagi makanan sorgawi. Dengan kata lain kita yang sering menerima komuni kudus diharapkan menghayati kata-kata ini, yaitu: setiap kali kita menerima komuni kudus berarti kita mengenangkan cara hidup dan cara bertindak Yesus Kristus, artinya kita hidup dan bertindak meneladan cara hidup dan cara bertindak Yesus, sehingga kita layak disebut sebagai sahabat-sahabat Yesus, yang senantiasa mewartakan apa yang baik, benar,.luhur dan mulia dalam kesibukan dan pelayanan kita sehari-hari. Dengan menerima komuni kudus berarti kita sungguh hidup bergairah dan ceria, tak pernah frustrasi atau putus asa meskipun harus menghadapi aneka masalah, tantangan dan hambatan dalam kehidupan.

·   "Tuhan, janganlah tanggungkan dosa ini kepada mereka!" (Kis 7: 60), demikian kata-kata terakhir Stefanus yang segera akan mati karena dilempari batu oleh musuh-musuhnya. Doa Stefanus ini kiranya meneladan doa Yesus di puncak kayu salib, yang mendoakan mereka yang menyalibkanNya : "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat." (Luk 23:34). Marilah kita yang beriman kepada Yesus Kristus meneladan Stefanus. Marilah kita sadari dan hayati bahwa mereka yang sering menyakiti atau melukai kita belum tentu bersalah, bahkan ada kemungkinan, karena ketidak-tahuan, mereka justru merasa bangga dan sukses. Pahlawan keselamatan sejati memang senantiasa siap sedia dengan jiwa besar dan hati rela berkorban untuk menanggung dosa dan kesalahan orang lain; siap sedia menderita dan mati demi kebahagiaan atau keselamatan orang lain, meskipun dirinya sendiri tidak bersalah atau tidak berdosa sedikitpun. Kami berharap para orangtua atau pendidik/guru dapat menjadi teladan dalam hal ini, artinya jika anak-anak atau para peserta didik tidak berhasil dalam hidup atau belajar berarti para orangtua dan pendidik/guru yang bersalah. Jika generasi penerus brengsek berarti generasi pendahulu tak bermoral. "Kera kentot" = Kenakalan remaja karena kenakalan orangtua. Semoga semua umat beriman dengan rendah hati meneladan semangat Stefanus, sehingga hidup bersama di dunia ini dalam keadaan damai dan tenteram, selamat dan bahagia. Kami berharap kita  tidak saling menyalahkan atau mencari kelemahan dan kekurangan orang lain, melainkan saling melihat dan mengimani kebaikan sesama. Marilah kita lihat dan sadari bahwa semua orang berkehendak baik, dan memang perwujudan kehendak baik dapat berbeda satu sama lain, karena keterbatasan kita masing-masing, maka baiklah kita juga dengan rendah hati untuk saling membagikan kehendak baik sebelum diwujudkan untuk disinerjikan. Marilah kita saling mendengarkan, saling memberi dan menerima.

 

"Sendengkanlah telinga-Mu kepadaku, bersegeralah melepaskan aku! Jadilah bagiku gunung batu tempat perlindungan, kubu pertahanan untuk menyelamatkan aku! Sebab Engkau bukit batuku dan pertahananku"

(Mzm 31:3-4a)

 

Jakarta, 10 Mei 2011


Minggu, 08 Mei 2011

9 Mei - Kis 6:8-15; Yoh 6:22-29

Hendaklah kamu percaya kepada Dia yang telah diutus Allah."

(Kis 6:8-15; Yoh 6:22-29)


 

"Pada keesokan harinya orang banyak, yang masih tinggal di seberang, melihat bahwa di situ tidak ada perahu selain dari pada yang satu tadi dan bahwa Yesus tidak turut naik ke perahu itu bersama-sama dengan murid-murid-Nya, dan bahwa murid-murid-Nya saja yang berangkat. Tetapi sementara itu beberapa perahu lain datang dari Tiberias dekat ke tempat mereka makan roti, sesudah Tuhan mengucapkan syukur atasnya. Ketika orang banyak melihat, bahwa Yesus tidak ada di situ dan murid-murid-Nya juga tidak, mereka naik ke perahu-perahu itu lalu berangkat ke Kapernaum untuk mencari Yesus. Ketika orang banyak menemukan Yesus di seberang laut itu, mereka berkata kepada-Nya: "Rabi, bilamana Engkau tiba di sini?" Yesus menjawab mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kamu mencari Aku, bukan karena kamu telah melihat tanda-tanda, melainkan karena kamu telah makan roti itu dan kamu kenyang. Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan Anak Manusia kepadamu; sebab Dialah yang disahkan oleh Bapa, Allah, dengan meterai-Nya." Lalu kata mereka kepada-Nya: "Apakah yang harus kami perbuat, supaya kami mengerjakan pekerjaan yang dikehendaki Allah?"Jawab Yesus kepada mereka: "Inilah pekerjaan yang dikehendaki Allah, yaitu hendaklah kamu percaya kepada Dia yang telah diutus Allah." (Yoh 6:22-29), demikian kutipan Warta Gembira hari ini. 

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Percaya kepada Tuhan pada masa ini mengalami erosi, sebagaimana pernah saya angkat dalam renungan-renungan sebelumnya, karena pengaruh sarana tehnologi modern seperti HP (Hand Phone). Sabda hari ini mengajak dan mengingatkan kita semua agar kita 'percaya kepada Dia yang telah diutus Allah', yaitu Yesus Kristus, yang telah wafat dan bangkit dari mati, dan kini berkarya melalui RohNya dalam diri mereka yang percaya kepadaNya, dalam manusia beriman. Karena kita semua orang beriman, maka hendaknya pertama-tama kita saling percaya satu sama lain, lebih-lebih dengan mereka yang hidup dan berkarya dengan kita setiap hari. Jika kita dapat saling percaya satu sama lain, maka dengan mudah kita akan dapat percaya kepada Tuhan. Marilah kita lihat karya Roh dalam diri kita sendiri maupun saudara-saudari kita sebagai langkah awal agar kita saling percaya satu sama lain. Orang yang percaya kepada Tuhan senantiasa melaksanakan kehendak atau perintah Tuhan dimanapun dan kapanpun, perintahNya yang utama adalah hendaknya kita saling mengasihi satu sama lain. Maka sebagai tanda bahwa kita percaya kepada utusan Allah, entah kepada Yesus Kristus atau saudara-saudari kita yang percaya kepadaNya, adalah kita hidup saling mengasihi kapanpun dan dimanapun. Tanda-tanda hidup bersama orang yang saling mengasihi antara lain: rukun bersatu padu, saling berbagi aneka harta benda atau kekayaan, dan tidak ada seorangpun yang berkekurangan, maka jika masih ada saudara-saudari kita yang berkekurangan berarti dalam hidup bersama kurang saling mengasihi atau kurang saling percaya.

·   "Semua orang yang duduk dalam sidang Mahkamah Agama itu menatap Stefanus, lalu mereka melihat muka Stefanus sama seperti muka seorang malaikat" (Kis 6:15), demikian berita perihal Stefanus, orang yang sungguh percaya kepada Tuhan sepenuhnya. Orang yang percaya kepada Tuhan semakin tertindas atau semakin menghadapi aneka macam jenis tantangan, hambatan atau masalah, justru semakin nampak bersinar mukanya. Sebagaimana emas murni semakin dibakar semakin nampak kemurniannya, tak akan hancur atau meleleh karena  panas api yang membara. Orang yang percaya kepada Tuhan senantiasa mengandalkan diri sepenuhnya kepada Tuhan dan hidup dalam atau oleh Roh, sehingga senantiasa bergairah, ceria dan dinamis dalam kondisi atau situasi apapun. Maka sebagai orang beriman marilah kita mawas diri: apakah kita senantiasa ceria dan bergairah menghadapi aneka tantangan, hambatan atau masalah. Ingatlah dan sadari bahwa jika kita ceria dan bergairah berarti tak akan mudah jatuh sakit, tahan terhadap aneka serangan virus penyakit. Saya sendiri memiliki suatu pengalaman yang sangat mengesan, yaitu ketika harus mengantar seorang pastor, yang menderita hepatitis B berat dari Semarang ke Jakarta pp, dengan mobil, bersama seorang perawat dan suster. Dokter memberi nasihat agar hati-hati karena penyakit ybs bersangkutan dengan mudah dapat menular, artinya yang dekat dan bersama dengan sang pasien dapat kena virus tersebut. Namun saya tetap bergairah, maka setelah sang pastor tersebut dipanggil Tuhan, kami dicek darahnya, dan ternyata daya tahan tubuh saya semakin tangguh, sementara perawat dan suster harus disuntik vaksin hepatitis B. Kegairahan memperkuat dan mempertebah daya tahan tubuh itulah yang terjadi.

 

"Jalan-jalan hidupku telah aku ceritakan dan Engkau menjawab aku -- ajarkanlah ketetapan-ketetapan-Mu kepadaku. Buatlah aku mengerti petunjuk titah-titah-Mu, supaya aku merenungkan perbuatan-perbuatan-Mu yang ajaib. Jiwaku menangis karena duka hati, teguhkanlah aku sesuai dengan firman-Mu. Jauhkanlah jalan dusta dari padaku, dan karuniakanlah aku Taurat-Mu.Aku telah memilih jalan kebenaran, telah menempatkan hukum-hukum-Mu di hadapanku." (Mzm 119:26-30)

 

Jakarta, 9 Mei 2011            


Minggu Paskah III - Kis 2:14.22-33; 1Ptr 1:17-21; Luk 24:13-35

"Bukankah hati kita berkobar-kobar, ketika Ia berbicara dengan kita di tengah jalan dan ketika Ia menerangkan Kitab Suci kepada kita?"

Mg Paskah III: Kis 2:14.22-33; 1Ptr 1:17-21; Luk 24:13-35

 

Seorang bijak menasihatkan "Jika engkau sedih atau frustrasi, jangan putus asa, bacalah Kitab Suci atau sabda Tuhan, maka anda akan hidup bergairah kembali".  Memang dalam kenyataan para orang kudus atau tokoh hidup beragama, bermasyarakat dan berbangsa, pada umumnya berpegang teguh pada kata-kata mutiara, entah diambil dari Kitab Suci atau peribahasa-peribahasa yang diciptakan oleh orang bijak. Pengalaman iman ini juga terjadi dalam dua murid dari Emaus, yang dalam perjalanan mereka 'pulang kampung' karena frustrasi memperoleh penampakan Yesus yang telah bangkit dari mati.  Maka baiklah saya mengajak anda sekalian sebagai umat beriman atau beragama untuk  tidak melupakan membaca dan merenungkan sabda Tuhan sebagaimana tertulis di dalam Kitab Suci setiap hari, atau juga dapat menggunakan apa yang saya tulis dan kutipkan setiap hari, sebagai bahan permenungan atau refleksi.

 

"Bukankah hati kita berkobar-kobar, ketika Ia berbicara dengan kita di tengah jalan dan ketika Ia menerangkan Kitab Suci kepada kita?" (Luk 24:32) 

 

Sebagai orang beriman atau beragama kita dibina dan dibentuk dengan atau oleh Sabda Tuhan, sebagaimana tertulis di dalam Kitab Suci oleh para penulis dalam ilham ilahi atau Roh Kudus. "Oleh sebab itu, karena segala sesuatu, yang dinyatakan para pengarang yang diilhami atau hagiograf (penulis suci), harus dipandang  sebagai pernyataan Roh Kudus, maka harus diakui, bahwa buku-buku Alkitab mengajarkan dengan teguh dan setia serta tanpa kekeliruan kebenaran, yang oleh Allah dikehendaki supaya dicantumkan dalam kitab-kitab suci demi keselamatan kita. Oleh karena itu 'seluruh Alkitab diilhami oleh Allah dan berguna untuk mengajar, meyakinkan, menegur dan mendidik dalam kebenaran: supaya manusia (hamba) Allah menjadi sempurna, siap sedia bagi segala pekerjaan baik' (2Tim 3:16-17)"  (Vatikan II : Konstitusi Dogmatis tentang Wahyu Ilahi/'Dei Verbum', no 11).

 

Dengan membaca dan merenungkan Sabda Tuhan kita diharapkan menjadi berkobar-kobar atau bergairah dalam kesiapsediaan 'bagi segala pekerjaan baik'.  Maka marilah hati kita senantiasa diisi oleh sabda Tuhan setiap hari dengan membaca dan merenungkan apa yang tertulis di dalam Kitab Suci. Biarkanlah sabda Tuhan tertulis dan tertanam di dalam hati kita, sehingga kita senantiasa tergerak atau termotivasi untuk melaksanakan semua kehendak Tuhan alias selalu melakukan segala pekerjaan baik, yang menyelamatkan dan membahagiakan, terutama keselamatan atau kebahagiaan jiwa. "Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja." (Luk 4:4), demikian jawaban Yesus terhadap godaan setan, ketika Ia lapar karena berpuasa. Apa yang dikatakan oleh Yesus ini kiranya dapat menjadi kata mutiara atau pegangan cara hidup dan cara bertindak kita.

 

Sebagai manusia kita tidak hanya butuh makanan dan minuman jasmani saja, tetapi juga butuh makanan dan minuman rohani, yaitu aneka tulisan yang ditulis dalam ilham Allah atau Roh Kudus. Untuk melatih atau membiasakan diri setia pada sabda Tuhan, hendaknya kita senantiasa berusaha mentaati atau melaksanakan aneka tata tertib atau aturan hidup bersama, entah yang tertulis maupun yang bersifat lisan. Kiranya sebagai manusia yang hidup dan bekerja kita menghadapi aneka tata tertib atau aturan yang harus kita laksanakan, maka hendaknya dilaksanakan dengan sekuat tenaga.  Jika kita terbiasa untuk dengan gembira dan bergairah mentaati atau melaksanakan aneka tata tertib, yang terkait dengan hidup dan tugas pengutusan kita masing-masing, maka dengan mudah kita dapat membaca dan merenungkan sabda-sabda Tuhan sebagaimana tertulis di dalam Kitab Suci.  Maka dampingilah pelaksanaan aneka tata tertib dan aturan dengan sabda-sabda Tuhan, artinya aneka tata tertib atau aturan dan sabda Tuhan bagaikan mata uang bermuka dua, dapat dibedakan namun tak dapat dipisahkan. Semakin anda berusaha melaksanakan aneka tata tertib atau aturan, maka anda juga semakin bergairah untuk membaca dan merenungkan sabda-sabda Tuhan. Maka selanjutnya marilah kita refleksikan ajakan atau peringatan Petrus di bawah ini.

 

"Oleh Dialah kamu percaya kepada Allah, yang telah membangkitkan Dia dari antara orang mati dan yang telah memuliakan-Nya, sehingga imanmu dan pengharapanmu tertuju kepada Allah." (1Ptr 1:21)

     

Iman atau percaya adalah anugerah atau karya Allah, maka jika kita sungguh dapat beriman atau percaya merupakan kasih karunia atau anugerah Allah kepada diri kita yang lemah dan rapuh ini. "Oleh Dialah kamu percaya kepada Allah", demikian kata Petrus. Beriman kepada Allah berarti mengarahkan segala pengharapan, cita-cita atau dambaan kepada Allah. Kita semua kiranya memiliki aneka dambaan, cita-cita atau pengharapan, maka baiklah jika semuanya itu kita hayati sebagai anugerah Allah dan kita wujudkan dengan segenap hati dan kerja keras dengan bantuan atau rahmat Allah. Bohong kita anda tidak memiliki dambaan, cita-cita atau pengharapan.

 

Marilah kita hadapi, sikapi dan kerjakan segala sesuatu dalam iman atau dengan iman. Makan dan minum dalam dan dengan iman, tidur atau istirahat dengan dan dalam iman, belajar atau bekerja dengan dan dalam iman. Dengan kata lain marilah kita hayati hidup, kerja dan tugas pengutusan kita bagaikan ibadat kepada Allah, sehingga teman hidup atau bekerja bagaikan teman beribadat, aneka macam sarana-prasarana hidup dan kerja bagaikan sarana ibadat, suasana atau lingkungan hidup dan kerja bagaikan lingkungan ibadat. Bukankah ketika kita akan atau sedang beribadat kita merasa dalam keadaan bersih baik hati, jiwa, akal budi maupun tubuh kita? Maka kami berharap kepada anda semua: entah sedang hidup, belajar atau bekerja, entah sedang dalam perjalanan atau kesibukan apapun, hendaknya hati, jiwa, akal budi dan tubuh senantiasa dalam keadaan bersih alias baik dan suci.

 

"Aku senantiasa memandang kepada Tuhan, karena Ia berdiri di sebelah kananku, aku tidak goyah. Sebab itu hatiku bersukacita dan jiwaku bersorak-sorak, bahkan tubuhku akan diam dengan tenteram, sebab Engkau tidak menyerahkan aku kepada dunia orang mati, dan tidak membiarkan Orang Kudus-Mu melihat kebinasaan. Engkau memberitahukan kepadaku jalan kehidupan; Engkau akan melimpahi aku dengan sukacita di hadapan-Mu" (Kis 2:25-28), demikian kutipan kotbah Petrus mengutip kata-kata Daud. Baiklah jika kutipan di atas ini juga menjadi pegangan atau pedoman hidup dan kerja kita dimanapun dan kapanpun.  "Aku senantiasa memandang kepada Tuhan", mungkin kata-kata ini baik senantiasa kita pegang teguh dan hayati. Tuhan, Yesus yang telah bangkit dari mati, hadir dan berkarya dalam diri orang yang beriman kepadaNya, maka marilah kita pandang aneka karya saudara-saudari kita yang beriman kepada Yesus Kristus, sebagai karya Tuhan, sehingga kita sungguh merasa ditemani oleh saudara-saudari kita dan dengan demikian kita tak akan pernah merasa kesepian, frustrasi atau putus asa meskipun harus menghadapi aneka tantangan, hambatan serta masalah.

 

"Aku memuji TUHAN, yang telah memberi nasihat kepadaku, ya, pada waktu malam hati nuraniku mengajari aku. Aku senantiasa memandang kepada TUHAN; karena Ia berdiri di sebelah kananku, aku tidak goyah. Sebab itu hatiku bersukacita dan jiwaku bersorak-sorak, bahkan tubuhku akan diam dengan tenteram; sebab Engkau tidak menyerahkan aku ke dunia orang mati, dan tidak membiarkan Orang Kudus-Mu melihat kebinasaan.Engkau memberitahukan kepadaku jalan kehidupan; di hadapan-Mu ada sukacita berlimpah-limpah, di tangan kanan-Mu ada nikmat senantiasa."

(Mzm 16:7-11)

 

Jakarta, 8 Mei 2011