Fans Page Facebook http://imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Sabtu, 02 Februari 2013

Mg Biasa IV


Mg Biasa IV: Yer 1:4-5.17-19; 1Kor 12:31-13:13; Luk 4:21-30
"Aku berkata kepadamu, sesungguhnya tidak ada nabi yang dihargai di tempat asalnya."
"Orientasi luar negeri", entah dalam hal pendidikan maupun aneka macam jenis produk, khususnya bagi orang berduit atau kaya raya, menjadi pilihan. Hal ini terjadi entah demi gengsi atau memang dalam kenyataan apa yang ada di dalam negeri kurang bermutu, mengingat dan memperhatikan bahwa bangsa kita kurang mengedepankan mutu. Pendidikan sejak dulu tidak berkembang mutunya atau bahkan malah merosot, generasi muda dalam hal musik atau seni juga lebih menyenangi produk luar negeri, demikian juga dalam hal perfilman. Maka memang tidak mengherankan jika orang lebih menghargai sarjana-sarjana atau doktor-doktor hasil didikan luar negeri daripada dari negeri sendiri, demikian juga dalam hal aneka produk tehnologi. Maka juga boleh dikatakan bahwa sikap mental bangsa kita masih 'konsumptif' daripada 'produktif', hal ini kiranya juga merupakan produk karya pendidikan kita yang pada umumnya lebih berorientasi pada hafalan daripada eksplorasi. Sabda hari ini memang mengingatkan dan mengajak kita semua untuk memperhatikan mutu dalam berproduksi, demikian juga senantiasa berusaha menghargai produk negeri sendiri.
"Aku berkata kepadamu, sesungguhnya tidak ada nabi yang dihargai di tempat asalnya. Dan Aku berkata kepadamu, dan kata-Ku ini benar: Pada zaman Elia terdapat banyak perempuan janda di Israel ketika langit tertutup selama tiga tahun dan enam bulan dan ketika bahaya kelaparan yang hebat menimpa seluruh negeri. Tetapi Elia diutus bukan kepada salah seorang dari mereka, melainkan kepada seorang perempuan janda di Sarfat, di tanah Sidon." (Luk 4:24-26)
Apa yang disebut nabi tidak lain adalah pembawa kebenaran-kebenaran atau penerus suara Allah atau kehendak Allah. Hemat saya di lingkungan hidup kita, dalam diri saudara-saudari kita dapat kita temukan kebenaran-kebenaran atau kehendak Allah, antara lain menggejala dalam diri saudara-saudari kita yang berkehendak baik, atau dapat kita temukan dalam apa-apa yang baik, mulia dan luhur dalam diri kita maupun saudara-saudari kita. Jika kita tidak dapat menghargai milik atau produk sendiri, hemat saya menghargai produk orang lain merupakan pelarian dari tanggungjawab, sebagaimana terjadi dalam diri orang yang berselingkuh, memiliki WIL atau PIL, dengan melacurkan diri.
Orang kurang menghargai produk sendiri kiranya juga semakin kuat dan dapat diperhatikan dalam mencukupi kebutuhan makan dan minum setiap hari, dimana orang lebih senang membeli makanan dan minuman di restaurant atau warung makan daripada memasak sendiri. Demi alasan efisien orang lebih suka mengkomsumsi makanan dan minuman dari restaurant atau warung makan. Apa yang terjadi dalam hal makan dan minum inilah yang akhirnya menjiwai banyak orang kurang menghargai 'nabi' dari tempat asalnya sendiri. Maka hemat saya membiasakan kembali menikmati makanan dan minuman yang dimasak atau diproduksi sendiri merupakan langkah awal dan baik dalam rangka menghargai 'nabi' dari tempat asalnya sendiri. Untuk itu kami berharap kepada para ibu berusaha setiap hari menyiapkan makanan dan minuman sendiri bagi seluruh anggota keluarganya, dan tentu saja segenap anggota keluarga juga mendukung hal ini, tidak dengan mudah jajan di warung makan atau di restaurant.
Contoh lain perihal nabi di tempat asalnya sendiri yang kurang atau tidak dihargai adalah para peneliti kita. Cukup banyak penelitian diusahakan dengan dukungan dana atau beaya dari sponsor luar negeri karena pemerintah kita kurang memperhatikannya dengan memberi dana yang dibutuhkan untuk penelitian. Tentu saja hasil penelitian pertama-tama dilaporkan kepada dan dinikmati oleh pihak sponsor yang mendukung dana. Karena kita kurang memperhatikan dan menghargai penelitian, maka tidak mengherankan bahwa negeri kita senantiasa ketinggalan. Memberi perhatian pada penelitian akan terjadi ketika orang terbiasa mawas diri atau mengadakan penelitian/pemeriksaan batin setiap hari. Kebiasaan berrefleksi atau pemeriksaan batin akan menumbuh-kembangkan penghargaan terhadap produk sendiri atau menghargai nabi yang berasal dari daerah diri sendiri. Marilah kita saling membantu dalam pengembangan dan pendalaman refleksi atau pemeriksaan batin, serta kemudian saling menghargai dan menghormati saudara-saudari sendiri.
"Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain.Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran.Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu.Kasih tidak berkesudahan; nubuat akan berakhir; bahasa roh akan berhenti; pengetahuan akan lenyap"(1Kor 13:4-8)
Kutipan diatas ini oleh Danah Zohar dan Ian Marshall, pengarang buku "Spiritual Intelligence" (=Kecerdasan Spiritual) merupakan syair perihal cintakasih yang terhebat tiada bandingnya di seluruh dunia. Cintakasih kiranya juga merupakan ajaran semua agama atau orang-orang baik dan bijak. Kutipan di atas sering juga menjadi bacaan pertama dalam Misa Perkawinan, karena cintakasih lah yang mendasari dan mengikat laki-laki dan perempuan untuk hidup bersama, saling mengasihi satu sama lain sampai mati sebagai suami-isteri. Maka dengan ini kami berharap kepada para orangtua atau bapak-ibu untuk menjadi teladan bagi anak-anaknya dalam saling mengasihi satu sama lain.
Baiklah dari litani kasih Paulus di atas kami angkat perihal "tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain", mengingat dan memperhatikan kecenderungan banyak orang untuk mengingat-ingat kesalahan orang lain, yang menjadi akar kemarahan kepada yang lain. Kami percaya bahwa kita semua sebagai orang yang lemah dan rapuh pasti sering membuat kesalahan atau kekeliruan. Bukankah pada umumnya ketika kita melakukan kesalahan atau kekeliruan maka orang lain tidak memarahi kita alias mengampuninya, antara lain dengan mendiamkannya atau tidak mengangkat-angkat lagi kesalahan atau kekeliruan kita? Dengan kata lain kita semua telah menerima kasih pengampunan yang melimpah dari Allah melalui saudara-saudari kita.
Orang yang suka menyimpan kesalahan orang lain pada umumnya juga suka menyimpan kesalahannya sendiri dan dengan demikian akan menjadi orang penakut, minder serta merasa dirinya terancam terus menerus. Orang yang demikian tentu tidak akan tumbuh berkembang dengan baik. Kasih pengampunan memang menjadi dasar dan kekuatan dalam hidup bersama yang damai sejahtera, aman dan tenteram, maka marilah kita senantiasa hidup saling mengampuni agar kita juga terbebaskan dari tindakan marah.
Marah berarti mendambakan apa atau siapa yang saya marahi tidak ada atau melecehkan atau merendahkan apa atau siapa yang kita marahi. Menyimpan kesalahan orang lain serta marah berarti mengembangkan dan memperluas permusuhan atau pertengkaran. Kita semua mendambakan hidup damai sejahtera, maka marilah kita tidak pernah marah terhadap diri sendiri maupun orang lain, melainkan saling menghargai, menghormati dan menjunjung tinggi dalam situasi atau kondisi apapun, dimana pun dan kapan pun. Semoga siapapun yang berpengaruh dalam hidup dan kerja bersama dapat menjadi teladan dalam hidup saling mengasihi dan mengampuni, tidak pernah marah serta tidak pernah menyimpan kesalahan orang lain.
"Pada-Mu, ya TUHAN, aku berlindung, janganlah sekali-kali aku mendapat malu. Lepaskanlah aku dan luputkanlah aku oleh karena keadilan-Mu, sendengkanlah telinga-Mu kepadaku dan selamatkanlah aku!Jadilah bagiku gunung batu, tempat berteduh, kubu pertahanan untuk menyelamatkan aku; sebab Engkaulah bukit batuku dan pertahananku.Ya Allahku, luputkanlah aku dari tangan orang fasik" (Mzm 71:1-4a)
Ign 3 Februari 2013
 

Kamis, 31 Januari 2013

2Feb


"Semua anak laki-laki sulung harus dikuduskan bagi Allah"
(Ibr 2:14-18; Luk 2:22-32)
"Dan ketika genap waktu pentahiran, menurut hukum Taurat Musa, mereka membawa Dia ke Yerusalem untuk menyerahkan-Nya kepada Tuhan, seperti ada tertulis dalam hukum Tuhan: "Semua anak laki-laki sulung harus dikuduskan bagi Allah", dan untuk mempersembahkan korban menurut apa yang difirmankan dalam hukum Tuhan, yaitu sepasang burung tekukur atau dua ekor anak burung merpati. Adalah di Yerusalem seorang bernama Simeon. Ia seorang yang benar dan saleh yang menantikan penghiburan bagi Israel. Roh Kudus ada di atasnya, dan kepadanya telah dinyatakan oleh Roh Kudus, bahwa ia tidak akan mati sebelum ia melihat Mesias, yaitu Dia yang diurapi Tuhan.Ia datang ke Bait Allah oleh Roh Kudus. Ketika Yesus, Anak itu, dibawa masuk oleh orang tua-Nya untuk melakukan kepada-Nya apa yang ditentukan hukum Taurat, ia menyambut Anak itu dan menatang-Nya sambil memuji Allah, katanya: "Sekarang, Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firman-Mu, sebab mataku telah melihat keselamatan yang dari pada-Mu, yang telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa, yaitu terang yang menjadi penyataan bagi bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan bagi umat-Mu, Israel." (Luk 2:22-32), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan 'Yesus dipersembahkan di Kenisah' hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Hidup kita serta segala sesuatu yang kita miliki dan kuasai sampai saat ini merupakan anugerah Allah yang kita terima melalui sekian banyak orang yang memperhatikan dan mengasihi kita melalui aneka macam bentuk dan kesempatan. Karena semuanya adalah anugerah Allah, maka selayaknya sebagai orang beriman atau beragama kita mempersembahkan diri kita serta segala sesuatu yang kita miliki dan kuasai kepada Allah. Dengan kata lain hendaknya cara hidup dan cara bertindak kita dimana pun dan kapan pun senantiasa melaksanakan kehendak dan perintah Allah. Secara khusus kiranya kita semua juga diingatkan, terutama atau lebih-lebih bagi para murid Yesus Kristus, entah beragama Katolik maupun Kristen, untuk mempersembahkan anak laki-lakinya kepada Allah, misalnya menjadi imam/ pastor atau pendeta. Kepada anda semua yang hidup berkeluarga dan memiliki anak kami ajak untuk mendidik dan membina anak-anaknya sedemikian rupa sehingga cara hidup dan cara bertindaknya sesuai dengan kehendak Allah, alias anak-anak tumbuh berkembang menjadi pribadi yang baik, bermoral dan berbudi pekerti luhur. Ketika anak-anak anda tumbuh berkembang menjadi pribadi yang baik, bermoral dan berbudi pekerti luhur, maka hemat saya pada masa tua anda dapat berkata seperti Simeon:"Sekarang, Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firman-Mu, sebab mataku telah melihat keselamatan yang dari pada-Mu, yang telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa, yaitu terang yang menjadi penyataan bagi bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan bagi umat-Mu"
·   "Karena anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan daging, maka Ia juga menjadi sama dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka, supaya oleh kematian-Nya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut; dan supaya dengan jalan demikian Ia membebaskan mereka yang seumur hidupnya berada dalam perhambaan oleh karena takutnya kepada maut. Sebab sesungguhnya, bukan malaikat-malaikat yang Ia kasihani, tetapi keturunan Abraham yang Ia kasihani" (Ibr 2:14-16). Kutipan ini kiranya mengingatkan kita semua, umat beriman, untuk senantiasa saling memperhatikan dan mengasihi satu sama lain, karena kita sama-sama 'keturunan Abraham'. Maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan segenap umat beriman untuk bersama-sama, bergotong-royong memerangi dan memberantas aneka kejahatan sebagai wujud penghayatan atas godaan Iblis. Kejahatan yang sampai kini masih marak dan sungguh memprihatinkan hemat saya adalah korupsi. Tindakan korupsi merupakan pembusukan hidup bersama, sehingga hidup bersama tidak sedap lagi. Sungguh memprihatinkan bahwa mereka yang seharusnya menegakkan kebenaran dan kejujuran sering malah melakukan korupsi atau kebohongan (misalnya ahli hukum atau polisi). Demikian juga dua departemen yang bertugas membina manusia, yaitu Departemen Pendidikan dan Departemen Agama, masih sarat dengan korupsi, atau boleh dikatakan di dua departemen ini korupsi paling banyak dilakukan. Kepada mereka yang masih menjadi hamba-hamba Iblis, kami harapkan segera bertobat. Kami berharap anak-anak sedini mungkin di dalam keluarga dididik dalam hal kejujuran dan kedisiplinan, serta kemudian diperkembangkan dan diperdalam di sekolah-sekolah.
"Angkatlah kepalamu, hai pintu-pintu gerbang, dan terangkatlah kamu, hai pintu-pintu yang berabad-abad, supaya masuk Raja Kemuliaan! "Siapakah itu Raja Kemuliaan?" "TUHAN, jaya dan perkasa, TUHAN, perkasa dalam peperangan!" Angkatlah kepalamu, hai pintu-pintu gerbang, dan terangkatlah kamu, hai pintu-pintu yang berabad-abad, supaya masuk Raja Kemuliaan!"Siapakah Dia itu Raja Kemuliaan?" "TUHAN semesta alam, Dialah Raja Kemuliaan!" (Mzm 24:7-10)
2 Februari 2013

Rabu, 30 Januari 2013

1Feb


"Hal Kerajaan itu seumpama biji sesawi yang ditaburkan di tanah"
(Ibr 10:32-39; Mrk 4:26-34)
" Lalu kata Yesus: "Beginilah hal Kerajaan Allah itu: seumpama orang yang menaburkan benih di tanah, lalu pada malam hari ia tidur dan pada siang hari ia bangun, dan benih itu mengeluarkan tunas dan tunas itu makin tinggi, bagaimana terjadinya tidak diketahui orang itu. Bumi dengan sendirinya mengeluarkan buah, mula-mula tangkainya, lalu bulirnya, kemudian butir-butir yang penuh isinya dalam bulir itu. Apabila buah itu sudah cukup masak, orang itu segera menyabit, sebab musim menuai sudah tiba." Kata-Nya lagi: "Dengan apa hendak kita membandingkan Kerajaan Allah itu, atau dengan perumpamaan manakah hendaknya kita menggambarkannya? Hal Kerajaan itu seumpama biji sesawi yang ditaburkan di tanah. Memang biji itu yang paling kecil dari pada segala jenis benih yang ada di bumi. Tetapi apabila ia ditaburkan, ia tumbuh dan menjadi lebih besar dari pada segala sayuran yang lain dan mengeluarkan cabang-cabang yang besar, sehingga burung-burung di udara dapat bersarang dalam naungannya." Dalam banyak perumpamaan yang semacam itu Ia memberitakan firman kepada mereka sesuai dengan pengertian mereka, dan tanpa perumpamaan Ia tidak berkata-kata kepada mereka, tetapi kepada murid-murid-Nya Ia menguraikan segala sesuatu secara tersendiri" (Mrk 4:26-34), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·    Apa yang hidup di bumi ini: manusia, binatang dan tumbuh-tumbuhan, bermula dari sel yang sangat kecil dan dalam waktu yang relatif tidak lama tumbuh berkembang menjadi besar serta dapat menghasilkan buah yang sangat bermanfaat demi kelangsungan kehidupan. Itulah karya penciptaan agung Allah yang luar biasa. Demikian juga kehidupan beragama, dimana bermula dari satu orang yang menerima tugas pengutusan dari Allah menyampaikan ajaran atau pesan dari Allah, dan tidak begitu lama telah banyak orang mengikutinya. Allah yang meraja dan berkuasa memang bekerja terus-menerus tiada henti: menciptakan dan menganugerahkan pertumbuhan dan perkembangan kepada apa yang telah diciptakanNya. Maka dengan ini kami berharap kepada segenap umat beriman, memiliki iman sekecil apapun, kami harapkan terus-menerus mengembangkan dan memperdalam imannya. Pengembangan dan pendalaman iman dapat dilakukan dengan saling bercuhat dengan rekan seiman lain atau membaca dan merenungkan serta mencecap dalam-dalam ajaran agama yang bersangkutan, sebagaimana tertulis di dalam Kitab Suci. Memang dari diri kita dituntut keterbukaan diri yang dijiwai oleh kerendahan hati, siap sedia dan rela berkorban untuk tumbuh dan berkembang terus-menerus. Kita semua dipanggil untuk berpartisipasi dalam karya penciptaan Allah, tidak hanya beranak-cucu sebagaimana dihayati oleh mereka yang hidup berkeluarga sebagai suami-isteri, melainka mengembangkan dan memperdalam kehendak dan perintah Allah, sehingga seluruh dunia seisinya sungguh dirajai atau dikuasai oleh Allah, terutama manusia yang diciptakan sesuai dengan gambar atau citra Allah.
·   "Ingatlah akan masa yang lalu. Sesudah kamu menerima terang, kamu banyak menderita oleh karena kamu bertahan dalam perjuangan yang berat, baik waktu kamu dijadikan tontonan oleh cercaan dan penderitaan, maupun waktu kamu mengambil bagian dalam penderitaan mereka yang diperlakukan sedemikian" (Ibr 10:32-33). Kutipan ini kiranya mengingatkan kita semua untuk menghargai sejarah, memang cukup memprihatinkan bahwa di sekolah-sekolah mata pelajaran sejarah kurang memperoleh perhatian yang memadai. Sebagai warganegara Indonesia kami harapkan kita mengenal dengan baik sejarah kemerdekaan Negara kita tercinta ini, dimana para pejuang kemerdekaan yang sungguh cerdas beriman telah berkorban dan mencurahkan tenaga dan darahnya demi kemerdekaan. Kepada para orangtua kami harapkan mewariskan nilai-nilai perjuangan dan pengorbanan yang diketahui maupun telah dihayati kepada anak-anaknya, bukan hanya mewariskan uang atau harta benda saja, yang dalam waktu singkat dapat binasa. Untuk itu jika orangtua sendirian saja tak mampu, baiklah mengalokasikan dana yang memadai untuk mengirim anak-anaknya ke sekolah-sekolah. Dengan kata lain marilah kita lebih mengutamakan atau mengedepankan 'human investment' bukan 'material investment'. Di dalam dunia pendidikan kami harapkan lebih mengutamakan agar para peserta didik cerdas beriman atau memiliki kecerdasan spiritual daripada kecerdasan intelektual. Pengalaman menunjukkan bahwa ketika orang memiliki kecerdasan spiritual yang unggul, maka yang bersangkutan dengan mudah dan cepat mengusahakan kecerdasan-kecerdasan lainnya yang perlu untuk hidup dan bekerja.
"Percayalah kepada TUHAN dan lakukanlah yang baik, diamlah di negeri dan berlakulah setia, dan bergembiralah karena TUHAN; maka Ia akan memberikan kepadamu apa yang diinginkan hatimu. Serahkanlah hidupmu kepada TUHAN dan percayalah kepada-Nya, dan Ia akan bertindak; Ia akan memunculkan kebenaranmu seperti terang, dan hakmu seperti siang" (Mzm 37:3-6)
Ign 1 Februari 2013

31Jan


"Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga?"
(Flp 4:4-9; Mat 18:1-5)
"Pada waktu itu datanglah murid-murid itu kepada Yesus dan bertanya: "Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga?" Maka Yesus memanggil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka lalu berkata: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga. Dan barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku." (Mat 18:1-5), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St.Yohanes Bosco, imam, hari ini saya  sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   St. Yohanes Bosco dikenal sebagai pecinta generasi muda, anak-anak dan remaja, maka para pengikut-nya pada umumnya berkarya dalam pelayanan pastoral pendidikan. Dalam Warta Gembira hari ini Yesus bersabda :"Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga". Bertobat berarti memperbaharui diri terus-menerus, dan hemat saya anak-anak atau remaja yang sedang bertugas belajar di sekolah-sekolah senantiasa memperbaharui diri dengan bantuan para guru atau pendidik yang mengajar atau mendidik mereka. Maka memiliki semangat pertobatan hemat saya berarti bersikap mental belajar terus-menerus sampai mati, yang berarti orang terus berubah, dan tentu saja diharapkan berubah lebih baik, lebih bermoral atau lebih berbudi pekerti luhur. Belajar hemat saya tidak hanya selama menjadi murid, siswa atau mahasiswa di sekolah atau perguruan tinggi, tetapi selama kita masih hidup dan bekerja kita dapat belajar. Kita dapat belajar melalui aneka pemberitaan atau informasi yang disebarluaskan melalui aneka media massa, belajar dari lingkungan hidup, maupun belajar melalui tugas dan pekerjaan yang harus kita laksanakan. Maka secara khusus kami berharap kepada siapapun yang telah selesai belajar di pendidikan formal, selama bekerja hendaknya tetap bersemangat belajar. Bekerja dihayati sebagai belajar akan semakin terampil dan cekatan dalam bekerja. Secara khusus kami berharap kepada para guru atau pendidik untuk lebih menghormati dan menjunjung tinggi anak-anak atau peserta didik, karena mereka lebih suci dari pada anda.
·   "Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!Hendaklah kebaikan hatimu diketahui semua orang. Tuhan sudah dekat! Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur" (Flp 4:4-6). Kita diharapkan tidak menyembunyikan kebaikan yang kita miliki serta tidak kuatir tentang apa pun juga, termasuk masa depan kita. Pertama-tama kami ajak dan ingatkan bahwa ketika anda akan berbuat baik hendaknya tidak takut melakukannya, dan semoga apa yang terwartakan dari diri kita juga apa-apa yang baik. Kepada para guru atau pendidik kami harapkan lebih memperhatikan apa yang baik dalam diri peserta didik atau murid: kecakapan, keterampilan dan kemampuan yang dimiliki peserta didik, dan kemudian guru atau pendidik membantu pengembangan dan pendalaman apa yang baik dalam diri peserta didik. Sebagai orang beriman kami harapkan kita tidak memiliki kekuatiran perihal masa depan kita, kuatir akan apa yang dapat kita makan dan minum besok, kuatir akan apa yang kita pakai dst.. Orang yang kuatir atau takut pada umumnya lalu mengurung diri atau menutup diri, dan dengan demikian tidak akan tumbuh dan berkembang sebagaimana dikehendaki oleh Tuhan. Mengapa kita tidak perlu kuatir, karena Tuhan telah menyertai dan menghidupi kita serta akan terus-menerus menyertai dan menghidupi kita. Bersama dan bersatu dengan Tuhan tiada kekuatiran sedikitpun. Kita juga dapat belajar dari dan bercermin pada anak-anak yang kiranya tidak memiliki kekuatiran sedikitpun. Kita juga diingatkan untuk senantiasa mohon apa yang kita inginkan kepada Allah dengan penuh syukur; dan memang berhadapan dengan Allah dalam doa pertama-tama dan terutama kita harus bersyukur atas aneka karunia yang telah kita terima secara melimpah ruah. Kebahagiaan sejati memang ada dalam bersyukur, maka hendaknya entah sukses atau gagal dalam hidup senantiasa tetap bersyukur. Gagal pun bersyukur, karena dengan atau melalui kegagalan kita diingatkan akan kerapuhan dan keterbatasan kita.
"Haleluya! Berbahagialah orang yang takut akan TUHAN, yang sangat suka kepada segala perintah-Nya. Anak cucunya akan perkasa di bumi; angkatan orang benar akan diberkati.Harta dan kekayaan ada dalam rumahnya, kebajikannya tetap untuk selamanya. Di dalam gelap terbit terang bagi orang benar; pengasih dan penyayang orang yang adil." (Mzm 112:1-4)
Ign 31 Januari 2013

Selasa, 29 Januari 2013

30 Jan


"Siapa mempunyai telinga untuk mendengar hendaklah ia mendengar!"
(Ibr 10:11-18; Mrk 4:1-20)
"Pada suatu kali Yesus mulai pula mengajar di tepi danau. Maka datanglah orang banyak yang sangat besar jumlahnya mengerumuni Dia, sehingga Ia naik ke sebuah perahu yang sedang berlabuh lalu duduk di situ, sedangkan semua orang banyak itu di darat, di tepi danau itu. Dan Ia mengajarkan banyak hal dalam perumpamaan kepada mereka. Dalam ajaran-Nya itu Ia berkata kepada mereka: "Dengarlah! Adalah seorang penabur keluar untuk menabur. Pada waktu ia menabur sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu datanglah burung dan memakannya sampai habis. Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, yang tidak banyak tanahnya, lalu benih itu pun segera tumbuh, karena tanahnya tipis. Tetapi sesudah matahari terbit, layulah ia dan menjadi kering karena tidak berakar. Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, lalu makin besarlah semak itu dan menghimpitnya sampai mati, sehingga ia tidak berbuah. Dan sebagian jatuh di tanah yang baik, ia tumbuh dengan suburnya dan berbuah, hasilnya ada yang tiga puluh kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang seratus kali lipat."Dan kata-Nya: "Siapa mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar!" (Mrk 4:1-9), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Telinga atau indera pendengaran merupakan salah satu dari kelima indera kita yang cukup penting, bahkan ada informasi yang pernah saya dengarkan bahwa indera pendengaran merupakan indera yang pertama kali berfungsi, karena anak dalam rahim atau janin pun konon sudah dapat mendengarkan. Apa yang didengarkan pada umumnya akan membentuk kwalitas pribadi yang bersangkutan. Saya percaya kita semua telah banyak mendengar namun belum tentu mendengarkan dengan baik, karena jika kita sungguh pendengar yang baik dan dalam kenyataan kiranya lebih banyak hal-hal baik, mulia dan luhur yang disampaikan atau diinformasikan kepada kita, maka kita tumbuh berkembang menjadi pribadi yang baik, bermoral dan berbudi pekerti luhur. Kami berharap keutamaan mendengarkan ini sedini mungkin dididikkan dan dibiasakan pada anak-anak di dalam keluarga, dan tentu saja dengan teladan konkret dari para orangtua. Pengalaman menunjukkan bahwa orang yang sungguh menjadi pendengar yang baik dan tentu saja orangnya juga berkehendak baik, maka yang bersangkutan sukses dalam segala hal yang harus ia kerjakan. Ia bagaikan 'tanah baik dan subur' ketika ditaburi benih tanaman apapun akan menghasilkan buah yang melimpah. Para peserta didik maupun mahasiswa-mahasiswi yang dapat menjadi pendengar yang baik, pada umumnya mereka sukses dalam belajar, selesai pada waktunya dan hasilnya pun memuaskan dan membahagiakan banyak orang, tidak hanya orang yang bersangkutan saja.
·   "Ia berfirman: "Inilah perjanjian yang akan Kuadakan dengan mereka sesudah waktu itu," Ia berfirman pula: "Aku akan menaruh hukum-Ku di dalam hati mereka dan menuliskannya dalam akal budi mereka, dan Aku tidak lagi mengingat dosa-dosa dan kesalahan mereka." Jadi apabila untuk semuanya itu ada pengampunan, tidak perlu lagi dipersembahkan korban karena dosa" (Ibr 10:16-18). Hukum Allah telah ditaruh dalam hati kita dan dituliskan dalam akal budi kita, jika kita sungguh beriman kepadaNya. Maka orang yang sungguh beriman kepada Allah pada umumnya yang dirasakan dan dipikirkan adalah perintah atau kehendak Allah, dan dengan demikian yang bersangkutan senantiasa akan melaksanakan perintah dan kehendak Allah. Ingatlah dan sadari bahwa apa yang akan kita lakukan sedikit banyak tergantung pada apa yang kita rasakan dan pikirkan. Semoga kita yang beriman kepada Yesus Kristus memiliki perasaan dan pikiran yang ada dalam Diri Yesus Kristus, yaitu keselamatan jiwa manusia. Maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan kita semua untuk senantiasa memikirkan keselamatan jiwa, entah jiwa saya sendiri maupun jiwa orang lain, dengan kata lain tolok ukur atau barometer keberhasilan hidup dan kerja kita adalah keselamatan jiwa. Dalam hal memilih dan mengerjakan tugas atau pekerjaan hendaknya senantiasa yang lebih menghasilkan keselamatan jiwa manusia. Dimana jiwa manusia semakin banyak dapat diselamatkan ke situlah kita melangkahkan kaki untuk hidup dan bekerja. Kami berharap kepada kita semua tidak 'bermain api' alias menyerempet bahaya dengan sengaja, misalnya pergi ke tempat-tempat yang tidak baik dimana dengan mudah kita jatuh ke dalam dosa.
"Demikianlah firman TUHAN kepada tuanku: "Duduklah di sebelah kanan-Ku, sampai Kubuat musuh-musuhmu menjadi tumpuan kakimu."Tongkat kekuatanmu akan diulurkan TUHAN dari Sion: memerintahlah di antara musuhmu! Pada hari tentaramu bangsamu merelakan diri untuk maju dengan berhiaskan kekudusan; dari kandungan fajar tampil bagimu keremajaanmu seperti embun. TUHAN telah bersumpah, dan Ia tidak akan menyesal: "Engkau adalah imam untuk selama-lamanya, menurut Melkisedek."(Mzm 110:1-4)
Ign 30 Januari 2013

Senin, 28 Januari 2013

29 Jan


"Siapa ibuKu dan siapa saudaraKu?"
(Ibr 10:1-10;Mrk 3:31-35)
"Lalu datanglah ibu dan saudara-saudara Yesus. Sementara mereka berdiri di luar, mereka menyuruh orang memanggil Dia. Ada orang banyak duduk mengelilingi Dia, mereka berkata kepada-Nya: "Lihat, ibu dan saudara-saudara-Mu ada di luar, dan berusaha menemui Engkau." Jawab Yesus kepada mereka: "Siapa ibu-Ku dan siapa saudara-saudara-Ku?" Ia melihat kepada orang-orang yang duduk di sekeliling-Nya itu dan berkata: "Ini ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku! Barangsiapa melakukan kehendak Allah, dialah saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan, dialah ibu-Ku." (Mrk 3:31-35), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Hidup persaudaraan sejati pada masa ini sungguh mendesak dan up to date untuk dihayati dan disebar-luaskan, mengingat dan memperhatikan ketegangan, tawuran, kebencian dan balas dendam maupun permusuhan masih marak di sana-sini. "Siapa ibu-Ku dan siapa saudara-saudara-Ku?", demikian tanggapan Yesus atas orang-orang yang berkata kepadaNya bahwa 'ibu dan saudara-saudaraNya' ada di dekatNya. "Barangsiapa melakukan kehendak Allah, dialah saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan, dialah ibu-Ku", demikian penjelasan lebih lanjut dari Yesus. Pelaksana kehendak Allah itulah saudara atau sahabat sejati. Kehendak Allah yang utama dan pertama-tama tidak lain adalah perintah bagi kita semua agar hidup saling mengasihi sebagaimana Allah telah mengasihi kita. Kasih Allah kepada kita kiranya antara lain diusahakan dengan nyanyian "Kasih Ibu",  yaitu "Kasih ibu kepada beta tak terhingga sepanjang masa, hanya memberi tak harap kembali, bagai sang surya menyinari dunia". Kasih Allah kepada kita memang tak terhingga, sepanjang masa, bagaikan sang surya menyinari dunia, maka marilah kita senantiasa hidup saling mengasihi tanpa syarat sampai mati. Salah satu wujud kasih yang mudah dilakukan dan murah meriah, namun sungguh memprihatinkan bahwa kurang diperhatikan pada masa kini, yaitu "boros waktu dan tenaga bagi yang terkasih", sebagaimana terjadi dan dialami oleh mereka yang sedang berpacaran. Dalam masa pacaran kiranya semuanya dihayati dengan baik dan enak, sehingga dua insan yang saling berbeda satu sama lain semakin bersahabat dan bersatu.
·   "Lalu Aku berkata: Sungguh, Aku datang; dalam gulungan kitab ada tertulis tentang Aku untuk melakukan kehendak-Mu, ya Allah-Ku." Di atas Ia berkata: "Korban dan persembahan, korban bakaran dan korban penghapus dosa tidak Engkau kehendaki dan Engkau tidak berkenan kepadanya" -- meskipun dipersembahkan menurut hukum Taurat --. Dan kemudian kata-Nya: "Sungguh, Aku datang untuk melakukan kehendak-Mu." Yang pertama Ia hapuskan, supaya menegakkan yang kedua. Dan karena kehendak-Nya inilah kita telah dikuduskan satu kali untuk selama-lamanya oleh persembahan tubuh Yesus Kristus." (Ibr 10:7-10). Kutipan ini kiranya semakin meneguhkan dan menguatkan ajakan kami bahwa yang utama dan pertama-tama kita hayati sebagai orang beriman atau beragama adalah 'melakukan kehendak Allah' bukan aneka bentuk ibadat, doa atau upacara-upacara. Secara khusus kami mengingatkan dan mengajak rekan-rekan yang telah dibaptis, entah katolik atau Kristen, bahwa ketika dibaptis kita disucikan atau dipersembahkan seutuhnya kepada Tuhan, dengan kata lain keadaan kita waktu itu suci adanya. Kami berharap kita semua menjaga dan merawat kesucian tersebut, tidak menjadi luntur dalam hal kesucian, melainkan dalam hal kesucian semakin mantap dan handal. Orang yang sungguh suci pada umumnya menarik dan memikat serta mempesona bagi orang lain, sehingga orang lain yang bergaul dengannya atau melihatnya akhirnya juga tergerak untuk menyucikan diri atau mempersembahkan diri seutuhnya kepada Allah, menjadi pelaksana-pelaksana kehendak dan perintah Allah yang unggul dan handal. Kami berharap dalam hal kesucian ini saling membantu dan mengingatkan, maka hendaknya ketika ada rekan kita yang mengalami kesulitan dalam menjaga dan memperdalam kesucian hidup segera kita bantu atau damping. Dengan kata lain marilah kita bekerjasama atau bergotong-royong dalam berusaha hidup suci maupun memperdalam dan mengembangkan kesucian hidup.
"Engkau tidak berkenan kepada korban sembelihan dan korban sajian, tetapi Engkau telah membuka telingaku; korban bakaran dan korban penghapus dosa tidak Engkau tuntut. Lalu aku berkata: "Sungguh, aku datang; dalam gulungan kitab ada tertulis tentang aku; aku suka melakukan kehendak-Mu, ya Allahku; Taurat-Mu ada dalam dadaku." Aku mengabarkan keadilan dalam jemaah yang besar; bahkan tidak kutahan bibirku, Engkau juga yang tahu, ya TUHAN. Keadilan tidaklah kusembunyikan dalam hatiku, kesetiaan-Mu dan keselamatan dari pada-Mu kubicarakan, kasih-Mu dan kebenaran-Mu tidak kudiamkan kepada jemaah yang besar" (Mzm 40:7-11)
Ign 29 Januari 2013

Minggu, 27 Januari 2013

28 Jan


"Hanya satu Rabimu dan kamu semua adalah saudara"
(Keb 7:7-10.15-16; Mat 23:8-12)
" Tetapi kamu, janganlah kamu disebut Rabi; karena hanya satu Rabimu dan kamu semua adalah saudara. Dan janganlah kamu menyebut siapa pun bapa di bumi ini, karena hanya satu Bapamu, yaitu Dia yang di sorga. Janganlah pula kamu disebut pemimpin, karena hanya satu Pemimpinmu, yaitu Mesias. Barangsiapa terbesar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu. Dan barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan" (Mat 12:8-12), demikian kutipan Warta gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St.Tomas Aquino, imam dan pujangga Gereja hari ini, saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Salah satu tugas atau panggilan seorang imam adalah menjadi pewarta Injil atau fungsi sebagai guru atau pengajar. Tentu saja apa yang diwartakan atau diajarkan adalah apa-apa yang membuat para pendengarnya semakin bijak serta menghayati ajaran demi keselamatan jiwa manusia. Maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan rekan-rekan imam khususnya serta rekan-rekan guru atau pengajar pada umumnya untuk meneladan semangat St.Tomas Aquino dalam melaksanakan tugas atau menghayati panggilan, tentu saja juga dengan rendah hati, tidak sombong, karena aneka pengetahuan atau ajaran yang telah diterimanya dan kemudian diteruskan kepada orang lain merupakan anugerah Allah yang diterima melalui sekian banyak orang yang telah mendidik dan mengajarnya. Memang orang bijak sejati pada umumnya juga rendah hati, melaksanakan tugas dengan semangat melayani. Cirikhas melayani antara lain senantiasa berusaha membahagiakan dan menyelamatkan yang dilayani, serta tidak pernah mengeluh atau menggerutu ketika menghadapi kesulitan, tantangan maupun masalah dan hambatan. Melayani dengan rendah hati sendiri hemat saya sudah merupakan bentuk pewartaan atau pengajaran yang handal. Pengajar atau guru yang baik dan handal kiranya selama menjalankan tugasnya juga dijiwai semangat belajar, yaitu belajar dari mereka yang mendengarkan pengajarannya. Dengan kata lain hendaknya antar guru dan murid, pengajar dan yang diajar, terjadi saling belajar dan mengajar. Percayalah juga bahwa ketika pengetahuan diteruskan atau diajarkan kepada orang lain tidak akan berkurang, melainkan semakin berkembang dan handal.
·   "Maka itu aku berdoa dan akupun diberi pengertian, aku bermohon lalu roh kebijaksanaan datang kepadaku. Dialah yang lebih kuutamakan dari pada tongkat kerajaan dan takhta, dan dibandingkan dengannya kekayaan kuanggap bukan apa-apa. Permata yang tak terhingga nilainya tidak kusamakan dengan dia, sebab segala emas di bumi hanya pasir saja di hadapannya dan perak dianggap lumpur belaka di sampingnya. Ia kukasihi lebih dari kesehatan dan keelokan rupa, dan aku lebih suka memiliki dia dari pada cahaya, sebab kilau dari padanya tidak kunjung hentinya." (Keb 7:7-10). Pengertian dan kebijaksanaan memang penting dan perlu sekali bagi kehidupan dan tugas pekerjaan kita. Bukankah kita belajar sejakTaman kanak-kanak sampai perguruan tinggi serta bergelar sarjana atau doktor maupun professor tidak lain untuk mencari dan memperdalam pengertian dan kebijaksanaan, demikian pula ketika kita membaca surat kabar maupun menyaksikan berita-berita melalui media elektronik. Kami berharap pengertian atau kebijaksanaan yang telah diperoleh atau diterima segera secara langsung disumbangkan kepada orang lain, karena dengan demikian pengertian atau kebijaksanaan tersebut akan semakin mantap dan handal kita miliki. Kepada kita semua kami harapkan meningkatkan dan memperdalam budaya atau kebiasaan membaca, entah membaca buku atau majalah/surat kabar. Seandainya tidak mungkin membaca, baiklah menyaksikan apa yang disiarkan melalui TV, karena juga ada cukup banyak pengertian dan kebijaksanaan yang disiarkan melalui aneka cara, demikian aneka warta berita akan memperkaya pengertian dan kebijaksanaan kita. Siaran berita atau informasi juga dapat disaksikan oleh mereka yang berada dalam perjalanan: nikmati, lihat dan cermati apa yang terjadi di perjalanan, di tempat atau lingkungan yang kita lewati. Aneka peristiwa terjadi dijalanan dan hemat saya dapat menjadi bahan pembelajaran yang baik dan murah, maka jangan dilewatkan. Marilah kita perkembangkan dan perdalam semangat belajar terus-menerus sampai mati.
"Aku akan berpegang pada ketetapan-ketetapan-Mu, janganlah tinggalkan aku sama sekali.Dengan apakah seorang muda mempertahankan kelakuannya bersih? Dengan menjaganya sesuai dengan firman-Mu. Dengan segenap hatiku aku mencari Engkau, janganlah biarkan aku menyimpang dari perintah-perintah-Mu.Dalam hatiku aku menyimpan janji-Mu, supaya aku jangan berdosa terhadap Engkau. Terpujilah Engkau, ya TUHAN; ajarkanlah ketetapan-ketetapan-Mu kepadaku. Dengan bibirku aku menceritakan segala hukum yang Kauucapkan.Atas petunjuk peringatan-peringatan-Mu aku bergembira, seperti atas segala harta." (Mzm 119:8-12)
Ign 28 Januari 2013