Fans Page Facebook http://imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Jumat, 14 Mei 2010

Minggu Paskah VII / Hari Komunikasi Sedunia : Kis 7:55-60; Why 22:12-14.16-17.20; Yoh 17:20-26

"Ya Bapa, Aku mau supaya, di mana pun Aku berada, mereka juga berada bersama-sama dengan Aku, mereka yang telah Engkau berikan kepada-Ku"


Mg Paskah VII / Hari Komunikasi Sedunia : Kis 7:55-60; Why 22:12-14.16-17.20; Yoh  17:20-26

 

Kisah singkat yang saya tulis ini sungguh nyata, dimana saya terlibat di dalamnya, namun demi menjaga kerahasiaan saya beritahukan bahwa nama-nama yang tercantum di sini adalah nama samaran. Pada suatu hari saya diminta untuk membantu memecahkan masalah keluarga, dimana seorang ibu bernama Anna merasa terpukul atas berita yang diterima perihal anaknya bernama Maria, karena tidak lama lagi anak gadisnya itu akan melahirkan seorang anak. Terjadi ketegangan antara Anna dan Maria. Untuk membantu mereka saya minta ceritera dari Anna perihal pengalamannya. Konon sekitar 5 (bulan) yang lalu Maria, yang sedang belajar di sebuah perguruan tinggi di salah satu kota di Jawa, pulang ke rumah orangtuanya yang tinggal di sebuah kota di luar Jawa. Anna begitu gembira melihat anaknya tampak lebih gemuk dan gembira, setelah lebih dari satu tahun tidak pulang, menengok orangtuanya. Maka ketika Maria minta pamit kembali ke tempat belajar disambut gembira juga oleh Anna. Bagaikan petir di siang panas terik menyambar dirinya ketika kurang lebih lima bulan kemudian (dua hari yang lalu sebelum pertemuan dengan saya) memperoleh berita dari temannya bahwa anaknya, Maria, tidak lama lagi akan melahirkan anaknya, dan yang bersangkutan saat ini berada di sebuah panti asuhan, dalam persiapan melahirkan anaknya. Mendengar berita itu Anna sungguh terpukul dan marah, demikian juga perasaan kecewa dan malu ada pada suaminya serta dua adik Maria. Setelah mendengarkan cerita dan keluh kesah serta kekecewaan yang disampaikan Anna dengan panjang lebar, saya bertanya kepadanya: "Bagaimana komunikasi atau curhat antar anggota keluarga anda?".  Dari tanggapan atau penjelasannya nampak bahwa di dalam keluarga tidak ada komunikasi yang baik, yang terjadi adalah kediktatoran orangtua, sehingga anak-anak dalam kepatuhan semu terhadap orangtuanya. Sarana komunikasi serperti HP, email dst.. berkembang pesat  tetapi komunikasi dari hati ke hati alias curhat mengalami erosi, itulah yang terjadi, maka baiklah di Hari Komunikasi Sedunia hari ini marilah kita mawas diri perihal berbagai macam sarana komunikasi dan penghayatan komunikasi kita dalam hidup sehari-hari.

 

"Ya Bapa, Aku mau supaya, di mana pun Aku berada, mereka juga berada bersama-sama dengan Aku, mereka yang telah Engkau berikan kepada-Ku" (Yoh 17:24)    

 

Kutipan di atas ini adalah doa Yesus bagi para murid agar para murid senantiasa berada bersamaNya, dan tentu saja dalam kebersamaan tersebut terjadilah komunikasi satu sama lain. Dalam doa ini kiranya juga tersirat bahwa sebagai umat beriman atau beragama hendaknya kita menjalin komunikasi yang erat dan mesra dengan Tuhan. Jika kita sungguh akrab dan mesra dengan Tuhan di dalam hidup sehari-hari alias hidup baik dan berbudi pekerti luhur, maka juga dengan mudah untuk berkomunikasi dengan akrab dan mesra kepada saudara-saudari kita. Dengan rendah hari kami berharap pada para orangtua atau bapak-ibu untuk menjadi teladan dalam hal komunikasi yang akrab dan mesra bagi anak-anaknya, dan untuk itu antar suami-isteri hendaknya berani saling memboroskan waktu dan tenaganya untuk saling berkomunikasi dengan akrab dan mesra. Komunikasi akrab dan mesra di dalam keluarga antara lain dapat dibina dan diperdalam dengan acara-acara bersama, misalnya makan bersama, berdoa bersama, rekreasi bersama entah di dalam rumah atau di luar rumah, dimana dalam kebersamaan tersebut terjadi curhat satu sama lain. Pengalaman komunikasi yang akrab dan mesra di dalam keluarga akan menjadi modal atau kekuatan untuk membangun komunikasi dengan orang lain di dalam masyarakat atau tempat tugas/kerja sehari-hari.

 

Komunikasi berasal dari akar kata bahasa Latin communicare, yang dapat berarti saling berbagi atau saling memberi dan menerima. Pengamatan dan pengalaman kami untuk menerima dari orang lain pada umumnya lebih sulit daripada memberi, tentu saja dalam hal nasihat, kritik, saran, koreksi, tegoran, dst.. Untuk dapat menerima hal-hal itu kiranya membutuhkan keutamaan kerendahan hati, dan memang agar dapat berkomunikasi dengan baik dengan siapapun atau apapun butuh kerendahan hati. Maka baiklah ketika saling berkomunikasi marilah kita juga saling merendahkan diri dan meninggikan yang lain, bukan meninggikan diri dan merendahkan yang lain. "Rendah hati adalah sikap dan perilaku yang tidak suka menonjolkan dan menomorsatukan diri, yaitu dengan menenggang perasaan orang lain. Meskipun pada kenyataannya lebih dari orang lain, ia dapat menahan diri untuk tidak menonjolkan dirinya"  (Prof Dr Edi Sedyawati/edit : Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka – Jakarta 1997, hal 24).

 

"Tuhan, janganlah tanggungkan dosa ini kepada mereka" (Kis 7:60)          

 

Kutipan di atas ini adalah doa Stefanus sebelum meninggal dunia, suatu bentuk kerendahan hati luar biasa dimana ia memohonkan kasih pengampunan Tuhan bagi orang-orang yang memusuhi dan melemparinya dengan batu. Ia tidak melawan mereka yang memusuhinya melainkan mengajak berdamai antara lain dengan berdoa bagi mereka. Dengan kata lain hemat saya Stefanus menghayati cara berpikir positif dalam berkomunikasi dengan yang lain, senantiasa melihat dan mengakui apa yang baik, indah, luhur dan mulia dalam diri orang lain. Di dalam derita ia masih mampu berbuat baik bagi orang lain, yang telah mencelakakannya. Marilah kita meneladan sikap Stefanus dalam berkomunikasi dengan orang lain dimanapun dan kapanpun.

 

"Aku, Yesus, telah mengutus malaikat-Ku untuk memberi kesaksian tentang semuanya ini kepadamu bagi jemaat-jemaat. Aku adalah tunas, yaitu keturunan Daud, bintang timur yang gilang-gemilang." Roh dan pengantin perempuan itu berkata: "Marilah!" Dan barangsiapa yang mendengarnya, hendaklah ia berkata: "Marilah!" Dan barangsiapa yang haus, hendaklah ia datang, dan barangsiapa yang mau, hendaklah ia mengambil air kehidupan dengan cuma-cuma" (Why 22:16-17).  Kutipan dari Kitab Wahyu di atas ini kiranya isinya senada degan doa Stefanus di atas. "Marilah"  adalah kata-kata selamat datang, suatu ungkapan atau perwujudan diri yang siap sedia untuk didatangi dan diperlakukan apapun, siap sedia menerima segala kemungkinan.  Orang yang sering berkata 'marilah'  atau yang senada dengan kata itu 'selamat datang' pada umumnya adalah penerima tamu, yang bersifat komunikatif, menarik dan mempesona serta memikat, sehingga siapapun merasa enak dan nikmat berkomunikasi dengannya.

 

Kami mengajak dan mengingatkan kita semua: marilah entah secara pribadi atau bersama (keluarga , kantor, tempat kerja dst..) kita senantiasa bersikap 'selamat datang'. Dengan kata lain siapapun yang mendatangi diri kita, rumah atau tempat kerja kita merasa nyaman, nikmat dan kerasan, dan tidak merasa terancam sedikitpun. Marilah kita ramah dan gembira terhadap siapapun yang mendatangi, menyapa atau menegor kita. Marilah kita bangun dan perdalam hidup persaudaraan kita dengan siapapun, antara lain dengan saling berkomunikasi dengan akrab dan mesra. Marilah kita berantas dan hancurkan aneka usaha permusuhan dan pertikaian, yang membawa ke perpecahan dan kehancuran. Marilah kita saling mengasihi dan mengampuni; kita imani dan hayati bahwa kasih pengampunan dapat mengalahkan kebencian dan balas-dendam.

 

"TUHAN adalah Raja! Biarlah bumi bersorak-sorak, biarlah banyak pulau bersukacita! Awan dan kekelaman ada sekeliling Dia, keadilan dan hukum adalah tumpuan takhta-Nya. Langit memberitakan keadilan-Nya, dan segala bangsa melihat kemuliaan-Nya." (Mzm 97:1-2.6)

       

Jakarta, 16 Mei 2010


15 Mei - Kis 18:23-28; Yoh 16:23b-28

"Sesungguhnya segala sesuatu yang kamu minta kepada Bapa akan diberikanNya kepadamu dalam namaKu"

(Kis 18:23-28; Yoh 16:23b-28)

 

"Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya segala sesuatu yang kamu minta kepada Bapa, akan diberikan-Nya kepadamu dalam nama-Ku. Sampai sekarang kamu belum meminta sesuatu pun dalam nama-Ku. Mintalah maka kamu akan menerima, supaya penuhlah sukacitamu. Semuanya ini Kukatakan kepadamu dengan kiasan. Akan tiba saatnya Aku tidak lagi berkata-kata kepadamu dengan kiasan, tetapi terus terang memberitakan Bapa kepadamu. Pada hari itu kamu akan berdoa dalam nama-Ku. Dan tidak Aku katakan kepadamu, bahwa Aku meminta bagimu kepada Bapa, sebab Bapa sendiri mengasihi kamu, karena kamu telah mengasihi Aku dan percaya, bahwa Aku datang dari Allah. Aku datang dari Bapa dan Aku datang ke dalam dunia; Aku meninggalkan dunia pula dan pergi kepada Bapa." (Yoh 16:23b-28), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Dalam setiap Perayaan Ekaristi ada bagian yang disebut 'Doa Umat', dimana kita sebagai umat Allah mengajukan permohonan-permohonan kepada Tuhan. Ada 4 (empat) ujud/permohonan utama, yaitu : bagi para pemimpin Gereja, bagi para pemimpin Negara dan masyarakat, bagi mereka yang miskin dan berkekurangan dan bagi diri kita sendiri. Urutan prioritas ujud ini hendaknya menjadi acuan kita dalam berdoa, entah secara pribadi atau bersama-sama, dalam mengajukan permohonan-permohonan kepada Tuhan. Maka marilah jika kita berdoa pertama-tama dan terutama mendoakan orang lain yang memiliki tanggungjawab berat untuk mensejahterakan rakyat atau umat serta mereka yang miskin dan berkekurangan dalam berbagai hal, dan bagi bagi diri kita sendiri. Setiap berpartisipasi dalam Perayaan Ekaristi kita mendoakan para gembala kita, Paus dan Uskup, sebagaimana didoakan dalam Doa Syukur Agung, karena para gembala kita memiliki tugas berat dan mulia untuk melayani umat Allah. Sebagai umat Allah kita dipanggil untuk berpihak pada atau memperhatikan mereka yang miskin dan berkekurangan, entah secara phisik/material atau spiritual, sesuai dengan kemampuan dan kemungkinan kita. Marilah kita perhatikan mereka yang sakit atau menderita. Hendaknya kita juga mohon kepada Tuhan rahmat pertobatan bagi para penjahat, lebih-lebih para koruptor yang masih marak di negeri kita ini.

·   "Ia telah menerima pengajaran dalam Jalan Tuhan. Dengan bersemangat ia berbicara dan dengan teliti ia mengajar tentang Yesus" (Kis 18:25), demikian berita perihal Apolos. Sebagai orang yang percaya atau beriman kepada Yesus Kristus kita juga telah menerima pengajaran dalam Jalan Tuhan, maka marilah kita meneladan Apos, yang bersemangat berbicara dan dengan teliti mengajar tentang Yesus. Segala sesuatu tentang Yesus dapat kita baca dan refleksikan apa yang tertulis di dalam Kitab Suci, maka marilah kita baca dan renungkan apa yang tertulis di dalam Kitab Suci. Jika tidak memiliki Kitab Suci, apa yang saya kutipkan dan coba refleksikan secara sederhana setiap hari kami ambil dari Kitab Suci, maka dengan rela dan rendah hati kami mempersilahkan apa yang saya kutip dan tulis disebarkan kepada rekan-rekan kita. Tentu saja kami juga berharap kepada kita semua: hendaknya kita senantiasa berusaha menghayati apa yang tertulis di dalam Kitab Suci, karena apa yang ditulis di dalam Kitab Suci sungguh menjadi jalan menuju ke Tuhan. Ingat dan sadari bahwa  apa yang ada di dalam Kitab Suci ditulis dalam ilham Allah dan "Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran." (2Tim 3:16). Mengajar tentang Yesus juga dapat dilakukan melalui cara hidup dan cara bertindak yang meneladan cara hidup dan cara bertindak Yesus, dengan kata lain marilah kita hayati tugas pewartaan Kabar Gembira melalui kesaksian hidup beriman. Kesaksian hidup merupakan cara utama dan pertama dalam mewartakan Kabar Gembira, yang tak dapat digantikan dengan cara apapun. Secara khusus kami berharap kepada para ketekis atau guru agama untuk dengan setia, tekun dan teliti dalam 'berbicara dan mengajar tentang Yesus'.  Kami juga berharap hendaknya anak-anak sedini mungkin dibiasakan untuk membacakan dan mendengarkan apa tertulis di dalam Kitab Suci.

 

"Hai segala bangsa, bertepuktanganlah, elu-elukanlah Allah dengan sorak-sorai!Sebab TUHAN, Yang Mahatinggi, adalah dahsyat, Raja yang besar atas seluruh bumi. Sebab Allah adalah Raja seluruh bumi, bermazmurlah dengan nyanyian pengajaran!Allah memerintah sebagai raja atas bangsa-bangsa, Allah bersemayam di atas takhta-Nya yang kudus.Para pemuka bangsa-bangsa berkumpul sebagai umat Allah Abraham. Sebab Allah yang empunya perisai-perisai bumi; Ia sangat dimuliakan"

(Mzm 47:2-3.8-10)

       

Jakarta, 15 Mei 2010


Rabu, 12 Mei 2010

14 Mei - Kis 1:15-17.20-26; Yoh 15:9-17

"Kamu adalah sahabatKu jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu".

(Kis 1:15-17.20-26; Yoh 15:9-17)

"Seperti Bapa telah mengasihi Aku, demikianlah juga Aku telah mengasihi kamu; tinggallah di dalam kasih-Ku itu. Jikalau kamu menuruti perintah-Ku, kamu akan tinggal di dalam kasih-Ku, seperti Aku menuruti perintah Bapa-Ku dan tinggal di dalam kasih-Nya. Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya sukacita-Ku ada di dalam kamu dan sukacitamu menjadi penuh. Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu. Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya. Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu. Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku. Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu.Inilah perintah-Ku kepadamu: Kasihilah seorang akan yang lain." (Yoh 15:9-170, demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St.Matias, Rasul, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Rasul memang sungguh menjadi sahabat Yesus, dan karena Yesus adalah Tuhan maka bersahabat denganNya mau tidak mau pasti dikuasaiNya atau harus berbuat sebagaimana diperintahkan olehNya. Jabatan atau fungsi rasul ini pada masa kini diemban oleh para uskup. "Para Uskup, yang berdasarkan penetapan ilahi adalah penggani-pengganti para rasul lewat Roh Kudus yang dianugerahkan kepada mereka, diangkat menjadi gembala-gembala dalam Gereja agar mereka sendiri menjadi guru dalam ajaran, imam dalam ibadat suci, dan pelayan dalam kepemimpinan" (KHK kan 375.1). Jabatan rasuli masa kini berarti menjadi guru, imam dan pelayan. Kiranya tidak hanya para Uskup saja yang memiliki fungsi tersebut, kita semua yang beriman dan bersahabat dengan Yesus juga dipanggil untuk menjadi rasul , sebagai guru, imam dan pelayan tetapi secara fungsional bukan jabatan. Sebagai guru pada umumnya mengajar dengan kata-kata, entah itu berupa hal baru, nasihat, saran dst.., maka hendaknya sebagai umat beriman kita senantiasa berkata-kata apa yang baik, menyelamatkan dan membahagiakan orang lain. Menghayati imamat umum kaum beriman berarti cara hidup dan cara bertindak kita dapat menjadi korban persembahan kepada Tuhan sekaligus berkat bagi sesama. Sedangkan menghayati semangat pelayanan berarti cara hidup dan cara bertindak kita senantiasa membahagiakan orang lain dengan rendah hati, lemah lembut, sabar, dst..  Maka sebagai sesama umat beriman marilah kita saling berbuat baik, berkorban dan membahagiakan dimanapun dan kapanpun.

·   "Ya Tuhan, Engkaulah yang mengenal hati semua orang, tunjukkanlah kiranya siapa yang Engkau pilih dari kedua orang ini, untuk menerima jabatan pelayanan, yaitu kerasulan yang ditinggalkan Yudas yang telah jatuh ke tempat yang wajar baginya." (Kis 1:24-25), demikian doa para rasul dalam rangka penggantian jabatan rasul, yang ditinggalkan Yudas. Pilihan akhirnya jatuh pada seseorang bernama Matias, yang kita rayakan hari ini. Cara pemilihan pengganti atau penerus ini kiranya bagi kita lakukan atau hayati dalam hidup maupun kerja kita ketika harus memilih pengganti jabatan atau fungsi. Hendaknya dalam pemilihan kita tidak hanya mengandalkan aneka informasi manusiawi belaka, tetapi juga mengandalkan Tuhan. Dengan kata lain mereka yang memiliki hak untuk memilih kami harapkan lebih banyak berdoa: berdoa mohon pencerahan atau petunjuk dari Tuhan agar pilihan yang kita jatuhkan sesuai dengan kehendak Tuhan, yang terpilih sungguh dapat menghayati fungsi rasuli atau menjadi 'man or woman with/for others'.  Pemilihan jabatan atau fungsi yang diselenggarakan secara terbatas alias melalui perwakilan sebagaimana terjadi dalam konggres organisasi atau partai atau yayasan, hendaknya mereka yang menjadi wakil-wakil penuh iman dan dijiwai oleh doa, sebagaimana terjadi dalam pemilihan Paus atau Konklaf.  Mereka yang terpilih menjadi pemimpin hendaknya menghayati kepempimpinan partisipatif dengan semangat melayani: berani berkorban bagi yang dipimpin, dan senantiasa dengan sepenuh hati dan kerja keras berusaha membahagiakan mereka yang dipimpin. Untuk itu seorang pemimpin hendaknya sering 'turba'/turun ke bawah alias mendatangi atau mengunjungi mereka yang dipimpin secara adil dan penuh cintakasih. Pemimpin hendaknya rela memboroskan waktu dan tenaga bagi yang dipimpin.

 

"Haleluya! Pujilah, hai hamba-hamba TUHAN, pujilah nama TUHAN! Kiranya nama TUHAN dimasyhurkan, sekarang ini dan selama-lamanya.Dari terbitnya sampai kepada terbenamnya matahari terpujilah nama TUHAN. TUHAN tinggi mengatasi segala bangsa, kemuliaan-Nya mengatasi langit." (Mzm 113:1-4).

         

Jakarta, 14 Mei 2010


Selasa, 11 Mei 2010

12 Mei - Kis 17:15.22-18:1; Yoh 16:12-15

"Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran"

(Kis 17:15.22-18:1; Yoh 16:12-15)

 

"Masih banyak hal yang harus Kukatakan kepadamu, tetapi sekarang kamu belum dapat menanggungnya. Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran; sebab Ia tidak akan berkata-kata dari diri-Nya sendiri, tetapi segala sesuatu yang didengar-Nya itulah yang akan dikatakan-Nya dan Ia akan memberitakan kepadamu hal-hal yang akan datang. Ia akan memuliakan Aku, sebab Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterima-Nya dari pada-Ku. Segala sesuatu yang Bapa punya, adalah Aku punya; sebab itu Aku berkata: Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterima-Nya dari pada-Ku." (Yoh 16:12-15), demikian Warta Gembira hari ini.

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Semakin belajar atau semakin banyak yang dipelajari pada umumnya juga semakin banyak yang tidak atau kurang diketahui, itulah hukum bagi siapapun yang terus menerus belajar atau bersikap mental belajar sepanjang hidup/hayat. Maka pada umumnya orang yang belajar terus menerus juga akan rendah hati serta berterima kasih dan bersyukur atas berbagai ilmu, pengetahuan, keterampilan dst…yang telah diterimanya melalui siapapun yang telah berbuat baik kepadanya. Orang yang demikian ini juga sering dimintai tolong orang lain untuk membagikan apa yang dimilikinya, dan karena yang dibagikan adalah ilmu, pengetahuan, keterampilan dst.. maka semakin dibagikan semakin diperkaya lagi. Orang yang bersikap mental belajar senantiasa terbuka terhadap aneka macam kritik, saran, pertanyaan, dst. dan disikapinya sebagai 'yang akan memimpin ke dalam seluruh kebenaran' , artinya semua tanggapan menjadi tantangan dan ajakan untuk terus belajar tanpa henti sampai mati. Maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan kita semua; marilah bersikap mental belajar terus menerus sepanjang hidup/hayat, dan  kepada anak-anak sedini mungkin dibiasakan sikap mental belajar ini antara lain dengan teladan konkret dari orangtua. Kepada mereka yang sedang bekerja, entah tugas pekerjaan apapun, kami harapkan menghayati sikap mental belajar selama bekerja, maka ketika diberi jenis pekerjaan baru yang belum pernah diketahui atau dijumpai hendaknya diterima dengan rendah hati alias dikerjakan dengan sepenuh hati seraya membuka diri atas bantuan orang lain yang baik hati. Kita semua mendambakan kebenaran dan rasanya kebenaran akan kita peroleh jika kita saling belajar dan mengajar atau terus menerus belajar.

·   "Lain kali saja kami mendengar engkau berbicara tentang hal itu." (Kis 17:32), demikian ejekan seseorang kepada Paulus yang membicarakan perihal kebangkitan orang mati.  Orang-orang Atena pada waktu itu memang unggul dalam berfilsafat alias kecerdasan otak namun lemah dalam hal kecerdasan spiritual; mereka tidak percaya akan kebangkitan orang mati, yang memang merupakan misteri, tak terpahami hanya dengan akal atau otak saja. Hanya mereka yang sungguh beriman percaya akan kebangkitan orang mati. Beriman berarti mempercayakan diri pada 'sesuatu yang tak kelihatan', termasuk yang akan datang, yang sama sekali belum kita ketahui. Dalam lingkungan hidup yang lebih didominasi oleh semangat materialistis saat ini kiranya sebagai orang yang sungguh beriman juga akan memperoleh ejekan atau cemoohan sebagaimana dihadapi oleh Paulus. Demikian juga orang-orang yang lebih berpikir logis alias mengandalkan otaknya saja pada umumnya juga dengan mudah melecehkan atau merendahkan mereka yang sungguh beriman. Ketika memperoleh ejekan atau cemoohan yang menyakitkan tersebut hendaknya tidak perlu ditanggapi, melainkan diamkan saja serta doakan mereka atau kalau memang tidak kuat sama sekali , tinggalkan saja sebagaimana Paulus juga meninggalkan orang-orang Atena yang tidak menerima pewartaannya. Dengan kata lain suatu saat kita memang harus berani menyadari dan menghayati diri sebagai yang lemah, rapuh dan serba terbatas, lebih-lebih ketika menghadapi masalah, tantangan atau hambatan yang sulit diatasi. Masing-masing dari kita toh tak mungkin mengerjakan atau mengatasi segala sesuatu, apa yang kita kerjakan hanyalah bagian kecil dari keseluruhan, maka baiklah kita tetap rendah hati dalam fungsi, jabatan atau kedudukan apapun.

 

"Hai raja-raja di bumi dan segala bangsa, pembesar-pembesar dan semua pemerintah dunia; hai teruna dan anak-anak dara, orang tua dan orang muda! Biarlah semuanya memuji-muji TUHAN, sebab hanya nama-Nya saja yang tinggi luhur, keagungan-Nya mengatasi bumi dan langit. Ia telah meninggikan tanduk umat-Nya" (Mzm 148:11-14a)

 

Jakarta, 12 Mei 2010


Senin, 10 Mei 2010

11 Mei - Kis 16:22-34; Yoh 16:5-11

"Adalah lebih berguna bagi kamu jika Aku pergi".

(Kis 16:22-34; Yoh 16:5-11)

 

"Sekarang Aku pergi kepada Dia yang telah mengutus Aku, dan tiada seorang pun di antara kamu yang bertanya kepada-Ku: Ke mana Engkau pergi? Tetapi karena Aku mengatakan hal itu kepadamu, sebab itu hatimu berdukacita.Namun benar yang Kukatakan ini kepadamu: Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepadamu, tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu.Dan kalau Ia datang, Ia akan menginsafkan dunia akan dosa, kebenaran dan penghakiman; akan dosa, karena mereka tetap tidak percaya kepada-Ku; akan kebenaran, karena Aku pergi kepada Bapa dan kamu tidak melihat Aku lagi; akan penghakiman, karena penguasa dunia ini telah dihukum" (Yoh 16:5-11), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Selama kurang lebih tiga tahun Yesus bersama dengan para murid/rasul, dimana Yesus mendidik dan membina mereka dengan teladan hidup maupun aneka macam ajaran."Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepadamu, tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu.", demikian sabdaNya kepada para murid sebelum Ia naik ke sorga. Sabda Yesus ini kiranya baik menjadi permenungan atau refleksi kita. Yesus harus meninggalkan para murid dan memberi tugas kepada para murid untuk melanjutkan karyaNya dngan bantuan Roh Kudus, Roh Penghibur. Apa yang dilakukan oleh Yesus selayaknya menjadi teladan bagi para pemimpin atau orangtua dalam apa yang disebut dengan 'regenerasi'. Para pemimpin atau orangtua hendaknya mendidik dan membina anggota-anggota atau anak-anaknya  sedemikian rupa sehingga mereka siap  sedia untuk mengambil alih atau meneruskan fungsi, tugas pengutusan yang saat ini diemban oleh sang pemimpin atau orangtua. Untuk itu hendaknya alokasi anggaran belanja atau beaya pembinaan atau pendidikan bagi para anggota dan anak sungguh diutamakan. Hendaknya berpedoman pada 'human invesment' daripada 'material investment'. Generasi penerus hendaknya lebih unggul daripada generasi pendahulu: lebih pandai/cerdas, lebih terampil, lebih berbudi pekerti luhur/baik, dst..  Jika generasi penerus kurang dari generasi pendahulu berarti generasi pendahulu tidak memperhatikan pendidikan atau pembinaan generasi penerus. Sebaliknya kepada generasi penerus (anggota atau anak-anak) kami harapkan bersikap mental belajar serta siap sedia untuk dibina dan dididik; hendaknya giat, rajin dan tekun dalam belajar.

·   "Jangan celakakan dirimu, sebab kami semuanya masih ada di sini!"(Kis 16:38), demikian kata Paulus kepada penjaga penjara, yang akan bunuh diri karena melihat pintu-pintu penjara terbuka. Doa dan nyanyian pujian kepada Tuhan yang dilakukan oleh Paulus dan Silas berbuahkan mujizat: tiba-tiba terjadi gempa bumi sehingga pintu-pintu penjara terbuka lebar. Orang benar dan baik memang senantiasa berada dalam perlindungan dan kuasa Tuhan. Apa yang dilakukan oleh Paulus dan Silas ini selayaknya menjadi acuan atau pedoman cara hidup dan cara bertindak kita sebagai orang beriman atau beragama. Mungkin kita sedang mengalami atau menghadapi tekanan, ancaman atau terror dari orang-orang yang kurang beriman atau kurang bermoral, entah hal itu terjadi di dalam masyarakat pada umumnya maupun di tempat kerja. Jika mengalami hal yang demikian itu kami harapkan anda berdoa dan memuji Tuhan. Berdoa berarti mengarahkan atau mempersembahkan hati, budi, jiwa dan tubuh sepenuhnya kepada Tuhan seraya dengan rendah hati mohon rahmat sesuai apa yang kita butuhkan demi keselamatan jiwa kita sendiri maupun jiwa orang lain.  Doa yang demikian pasti akan dikabulkan oleh Tuhan. Dan jika doa dikabulkan alias kita terlepas atau terbebaskan dari ancaman, terror atau tekanan, hendaknya meneladan Paulus, yaitu mengampuni mereka yang menekan, menteror maupun mengancam. Apa yang dikatakan oleh Paulus kepada penjaga penjara kiranya dapat kita lakukan juga kepada saudara-saudari kita yang putus asa atau ingin bunuh diri karena berbagai alasan atau kegagalan/ketidak-berhasilan. "Jangan celakakan dirimu, sebab kami masih ada disini dan siap membantumu sepenuh hati", demikianlah kata-kata penghiburan yang selayaknya kita sampaikan kepada mereka yang putus asa, frustrasi atau ingin bunuh diri. Marilah kita menjadi penghibur-penghibur bagi mereka yang sedih, susah, menderita dan putus asa.

 

"Aku hendak bersyukur kepada-Mu dengan segenap hatiku, di hadapan para allah aku akan bermazmur bagi-Mu. Aku hendak sujud ke arah bait-Mu yang kudus dan memuji nama-Mu, oleh karena kasih-Mu dan oleh karena setia-Mu; sebab Kaubuat nama-Mu dan janji-Mu melebihi segala sesuatu. Pada hari aku berseru, Engkau pun menjawab aku, Engkau menambahkan kekuatan dalam jiwaku."

(Mzm 138:1-3)

Jakarta, 11 Mei 2010


Minggu, 09 Mei 2010

10 Mei - Kis 16:11-15; Yoh 15:26-16:4a

"Kamu juga harus bersaksi karena kamu dari semula bersama-sama dengan Aku."

(Kis 16:11-15; Yoh 15:26-16:4a)

 

"Jikalau Penghibur yang akan Kuutus dari Bapa datang, yaitu Roh Kebenaran yang keluar dari Bapa, Ia akan bersaksi tentang Aku. Tetapi kamu juga harus bersaksi, karena kamu dari semula bersama-sama dengan Aku." "Semuanya ini Kukatakan kepadamu, supaya kamu jangan kecewa dan menolak Aku. Kamu akan dikucilkan, bahkan akan datang saatnya bahwa setiap orang yang membunuh kamu akan menyangka bahwa ia berbuat bakti bagi Allah. Mereka akan berbuat demikian, karena mereka tidak mengenal baik Bapa maupun Aku. Tetapi semuanya ini Kukatakan kepadamu, supaya apabila datang saatnya kamu ingat, bahwa Aku telah mengatakannya kepadamu." (Yoh 15:27-16:4a)

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Seorang saksi adalah orang yang diharapkan menyampaikan kebenaran-kebenaran, antara lain apa yang telah dialami maupun dilihatnya. Kebenaran-kebenaran yang disampaikan akan berfungsi untuk mencerahkan aneka masalah atau persoalan. Sebagai orang yang beriman kepada Yesus Kristus, kita dipanggil untuk menjadi saksiNya karena kita telah mendengarkan sabda-sabdaNya serta mengalami bersamaNya secara spiritual dan menjadi nyata dalam berperilaku baik atau berbudi pekerti luhur. Dengan kata lain kita dipanggil untuk mensharingkan pengalaman iman kita kepada saudara-saudari kita, pengalaman mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan melalui cara hidup dan cara bertindak sehari-hari. Sharing pengalaman iman dapat dilakukan bersama dengan semua umat beriman, tanpa pandang bulu atau SARA. Banyak orang mengaku beragama tetapi belum tentu beriman, mengingat dan memperhatikan masih maraknya korupsi atau kejahatan yang terjadi di hampir semua bidang kehidupan masa kini, maka orang yang sungguh beriman pada masa kini sering harus menghadapi aneka ancaman atau usaha pengucilan. Maka untuk menghadapi ancaman atau usaha pengucilan kami berharap kita dapat saling membagikan pengalaman iman dengan siapapun yang berkehendak baik dilingkungan hidup maupun kerja kita. Marilah kita saling bertukar aneka macam kebenaran atau perbuatan baik yang kita lihat dan kita lakukan guna memperkuat dan memperdalam iman kita dalam menghadapi aneka macam ancaman dan hambatan. Jangan takut kepada orang yang sering mengatasnamakan Allah, namun mengancam dan menteror kita.

·   "Jika kamu berpendapat, bahwa aku sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan, marilah menumpang di rumahku." (Kis 16:15), demikian kata seorang perempuan bernama Lidia kepada Paulus setelah ia menerima pembaptisan dari Paulus. Apa yang dilakukan oleh Lidia kepada Paulus ini rasanya juga terjadi pada masa kini dalam bentuk atau warna lain, antara lain perhatian para ibu atau perempuan terhadap para pastor atau gembala mereka. Dan ada sementara pastor menanggapi perhatian ini tanpa kendali sehingga sering menumpang di rumah sang perempuan atau ibu tersebut sehingga pada suatu saat lengket kepadanya, tak mungkin mau dipisahkan lagi alias menjadi suami-isteri. Maka dengan ini kami berharap kepada rekan-rekan ibu maupun perempuan serta para pastor untuk tetap menjadi saksi Yesus Kristus dalam saling berkomunikasi atau memperhatikan satu sama lain. Untuk menjaga agar tetap setia sebagai saksi Yesus Kristus alias panggilan hidup masing-masing, hendaknya ada pihak ketiga atau saksi yang mendampingi; pihak ketiga ini terutama dan pertama-tama adalah Tuhan sendiri, yang mungkin menjadi nyata dalam 'keterbukaan'. Terbuka maksud kami antara lain: pertemuan hendaknya diselenggarakan di tempat terbuka, jika anda mengalami ada sesuatu yang tidak baik/tidak beres dalam saling berkomunikasi atau memperhatikan hendaknya membuka diri kepada rekan atau atasan yang dapat dipercaya alias berkonsultasi. Memang harus diakui dalam kenyataan yang sungguh memberi perhatian terhadap kegiatan pastoral pada umumnya lebih banyak rekan perempuan daripada laki-laki. Sebagai contoh: mayoritas anggota koor pada umumnya perempuan, di beberapa paroki jumlah misdinar laki-laki tergeser oleh jumlah misdinar perempuan, dst… Secara umum memang kami berharap agar rekan-rekan pastor memperoleh perhatian dari umat yang dilayani, sebaliknya kami juga berharap agar rekan-rekan pastor tidak terikat untuk melayani orang-orang tertentu saja, yang memang sungguh memperhatikan. Semoga berbagai macam komunikasi dan perhatian antara gembala dan umatnya semakin memperkuat masing-masing dalam menjadi saksi iman, iman kepada Yesus Kristus.

 

"Haleluya! Nyanyikanlah bagi TUHAN nyanyian baru! Pujilah Dia dalam jemaah orang-orang saleh. Biarlah Israel bersukacita atas Yang menjadikannya, biarlah bani Sion bersorak-sorak atas raja mereka! Biarlah mereka memuji-muji nama-Nya dengan tari-tarian, biarlah mereka bermazmur kepada-Nya dengan rebana dan kecapi! Sebab TUHAN berkenan kepada umat-Nya, Ia memahkotai orang-orang yang rendah hati dengan keselamatan." (Mzm 149:1-4)

Jakarta, 10 Mei 2010