Fans Page Facebook http://imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Sabtu, 19 Desember 2009

21 Des - Kid 2:8-14; Luk 1:39-45

"Merdu suaramu dan elok wajahmu!"

(Kid 2:8-14; Luk 1:39-45)

 

"Dengarlah! Kekasihku! Lihatlah, ia datang, melompat-lompat di atas gunung-gunung, meloncat-loncat di atas bukit-bukit. Kekasihku serupa kijang, atau anak rusa. Lihatlah, ia berdiri di balik dinding kita, sambil menengok-nengok melalui tingkap-tingkap dan melihat dari kisi-kisi. Kekasihku mulai berbicara kepadaku: "Bangunlah manisku, jelitaku, marilah! Karena lihatlah, musim dingin telah lewat, hujan telah berhenti dan sudah lalu. Di ladang telah nampak bunga-bunga, tibalah musim memangkas; bunyi tekukur terdengar di tanah kita. Pohon ara mulai berbuah, dan bunga pohon anggur semerbak baunya. Bangunlah, manisku, jelitaku, marilah! Merpatiku di celah-celah batu, di persembunyian lereng-lereng gunung, perlihatkanlah wajahmu, perdengarkanlah suaramu! Sebab merdu suaramu dan elok wajahmu!"(Kid 2:8-14), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   "Perlihatkanlah wajahmu, perdengarkanlah suaramu!", kutipan ini baik menjadi permenungan atau refleksi kita. Beberapa dari anda yang terlibat dalam paduan suara atau lektor/lektris kiranya pada hari-hari ini sedang memantapkan latihan kor dalam rangka merayakan pesta Natal yang akan datang, sedangkan yang lain atau kita semua mungkin sedang sibuk mempersiapkan pakaian baru atau penampilan diri sebaik dan semenarik mungkin. "Merdu suaramu dan elok wajahmu", kata-kata demikian ini kiranya kita dambakan dari saudara-saudari kita dalam perayaan Natal yang akan datang. Kami berharap tidak hanya merdu dan elok secara phisik saja, melainkan dan terutama secara spiritual, dalam hati, jiwa dan akal budi. Maka marilah kita mawas diri: apakah hati, jiwa dan akal budi kita 'merdu dan elok' artinya bersih, jernih serta menarik dan mempesona. "Merdu dan elok luar dalam, jasmani dan rohani' itulah yang menjadi dambaan atau kerinduan kita semua. Yang luar atau jasmani mungkin dengan mudah diperbaiki, tetapi yang dalam atau rohani, yaitu hati, jiwa dan akal budi kiranya tidak begitu mudah untuk diperbaiki. Maka dengan ini kami mengajak kita semua untuk saling bekerjasama dan membantu dalam rangka mengusahakan kemerduan dan keelokan hati, jiwa dan akal budi. Untuk itu ketika ada sesuatu yang kurang/tidak merdu dan elok dalam diri kita serta diberitahu dan diperbaiki orang lain, hendaknya dengan rendah hati kita terima. Sebaliknya hendaknya kita juga tidak takut mengingatkan dan memperbaiki 'hati, jiwa dan akal budi' saudara-saudari kita, tentu saja dengan rendah hati, lemah lembut dan sabar.    

·   "Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku?"(Luk 1:43), demikian pertanyaan Elisabet ketika memperoleh kunjungan Maria. Mungkin kita dapat meneladan Maria yang mengunjungi Elisabet, dengan harapan mereka yang memperoleh kunjungan atau kedatangan kita juga akan bertanya: "Siapakah aku ini sampai engkau datang mengunjungi aku?", pertanyaan yang tidak lain adalah mempertanyakan jati dirinya sendiri. Bukankah setiap dari kita ketika memperoleh kunjungan dari saudara atau sahabat dengan tiba-tiba alias tanpa pemberitahuan lebih dahulu pada umumnya juga akan bertanya-tanya, entah vokal atau dalam hati: "Ada apa saya dikunjungi?". Setiap kunjungan atau perjumpaan memang pada umumnya akan terjadi proses penyadaran dan pembaharuan diri, maka marilah kita saling mengunjungi atau mendatangi, saling bertemu dan bercakap-cakap. Memang untuk itu orang harus memboroskan waktu dan tenaga, tetapi ingat dan sadarilah bahwa pemborosan waktu dan tenaga bagi yang terkasih merupakan cirikhas hidup saling mengasihi; tanpa ada pemborosan waktu dan tenaga cintakasih akan terasa kering dan hambar. Mereka yang berpengaruh dalam kehidupan bersama, misalnya para pemimpin atau atasan, kami harapkan sering mengunjungi atau mendatangi anak buah atau bawahan, sebagai tanda kasih dan perhatian, sebagai penghayatan iman kita akan Sang Penyelamat Dunia, Allah dari sorga turun ke dunia untuk menyelamatkan dunia seisinya. Kami berharap para pemimpin tidak duduk-duduk di kursi dalam ruangan AC sambil menunggu orang datang ( 'pisowanan'), tetapi turba, turun ke bawah. Lihatlah realitas atau kenyataan konkret, jangan terlalu percaya kepada laporan tertulis atau omongan lisan yang manis dan sopan saja.

 

"Bersyukurlah kepada TUHAN dengan kecapi, bermazmurlah bagi-Nya dengan gambus sepuluh tali! Nyanyikanlah bagi-Nya nyanyian baru; petiklah kecapi baik-baik dengan sorak-sorai! Jiwa kita menanti-nantikan TUHAN. Dialah penolong kita dan perisai kita! Ya, karena Dia hati kita bersukacita, sebab kepada nama-Nya yang kudus kita percaya." (Mzm 33:2-3.20-21)

Jakarta, 21 Desember 2009

 


Jumat, 18 Desember 2009

20 des - Mi 5:2-5c; Ibr 10:5-10; Luk 1:39-45

"Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu".

Mg Adven IV: Mi.5:2-5c; Ibr 10:5-10; Luk 1:39-45


Seorang ibu muda ketika dirinya mengetahui hamil pertama kali kiranya merupakan kebahagiaan tersendiri atau istimewa; ia kiranya segera memberitahukan kepada suami tercinta maupun sanak-saudara atau sahabat dekatnya. Begitulah kiranya yang terjadi dalam diri Maria dan Elisabet:  ketika Maria diberitahu oleh malaikat bahwa ia akan mengandung karena Roh Kudus serta Elisabet, saudarinya, dalam usia tuanya sedang mengandung lebih dahulu, maka bergegaslah Maria untuk mengunjungi Elisabet. Ia hendak berpartisipasi dalam kegembiraan Elisabet. "Di situ ia masuk ke rumah Zakharia dan memberi salam kepada Elisabet.Dan ketika Elisabet mendengar salam Maria, melonjaklah anak yang di dalam rahimnya dan Elisabet pun penuh dengan Roh Kudus, lalu berseru dengan suara nyaring: "Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu. Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku? Sebab sesungguhnya, ketika salammu sampai kepada telingaku, anak yang di dalam rahimku melonjak kegirangan. Dan berbahagialah ia, yang telah percaya, sebab apa yang dikatakan kepadanya dari Tuhan, akan terlaksana." (Luk 1:40-45) . Saling memberi salam, pujian dan syukur itulah yang terjadi dalam diri Maria dan Elisabet, yang keduanya penuh dengan Roh Kudus.

 

"Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu"

Buah rahim adalah 'bayi' atau anak, sebagai buah saling mengasihi antar suami-isteri, laki-laki dan perempuan yang melakukan hubungan seksual. Bagi suami-isteri atau orangtua yang baik ketika tahu bahwa sang isteri mengandung pasti akan bersyukur dan berterima kasih serentak menghayati bahwa bayi/janin yang ada dalam kandungan adalah anugerah atau rahmat Tuhan. Sang isteri atau para ibu ketika tahu dirinya mengandung kiranya juga akan merasa diri yang terberkati oleh Tuhan. Maka ketika Elisabet menerima salam dari Maria, anak yang ada dalam kandungannya melonjak kegirangan dan Elisabet memuji Maria dengan berkata "Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu", karena Maria sedang mengandung Sang Penyelamat Dunia, yang dinantikan kedatangan atau kelariranNya oleh umat manusia seluruh dunia.

 

Hari Raya Natal, kenangan akan kelahiran Yesus, Penyelamat Dunia, semakin mendekat. Sebagaimana kita ketika sedang menantikan kelahiran seorang anak pasti dijiwai oleh harapan, yang ditandai dengan gairah dan keceriaan dalam hidup, demikian hendaknya di hari-hari menjelang Natal ini kita diharapkan demikian adanya. Pada hari-hari ini kiranya dengan gairah dan ceria masing-masing dari kita mulai mengenangkan sanak-saudara, sahabat dan kenalan untuk kemudian diberi salam ataupun kemungkinan diajak merayakan Natal bersama. Kita dapat meneladan Maria yang bergegas mendatangi dan memberi salam atau meneladan Elisabet yang didatangi dan diberi salam serta kemudian memuji dan bersyukur kepada Tuhan.        

 

"Berbahagialah ia, yang telah percaya, sebab apa yang dikatakan kepadanya dari Tuhan, akan terlaksana", demikian kutipan ungkapan syukur dan pujian Elisabet. Yang membuat bahagia adalah percaya bahwa sabda Tuhan akan terlaksana, itulah yang baik kita renungkan atau refleksikan. Dengan kata lain untuk mempersiapkan diri menyambut pesta Natal, marilah kita masing-masing mawas diri apakah kita sungguh siap sedia melaksanakan sabda atau perintah Tuhan. Di hari-hari menjelang Natal ini baiklah mereka yang mungkin sedang bermusuhan, tidak rukun atau dalam keadaan tegang dan saling mendiamkan satu sama lain, kami ajak untuk siap sedia berdamai  Siapa yang pertama kali merasa sadar untuk berdamai hendaknya secara proaktif segera melangkah berdamai dengan siapapun yang merasa menjadi musuh, meneladan Maria yang mendatangi dan memberi salam. Baik yang mendatangi atau didatangi kiranya akan menjadi bahagia. Sikap dan perilaku yang suka mendatangi untuk memberi salam atau berdamai kiranya juga merupakan partisipasi dalam karya Penyelamat Dunia, Ia mendatangi kita, turun dari sorga menjadi manusia seperti kita kecuali dalam hal dosa.

 

"Korban dan persembahan, korban bakaran dan korban penghapus dosa tidak Engkau kehendaki dan Engkau tidak berkenan kepadanya" -- meskipun dipersembahkan menurut hukum Taurat --.Dan kemudian kata-Nya: "Sungguh, Aku datang untuk melakukan kehendak-Mu." (Ibr 10:8-9)   

 

Yang utama dan pertama-tama harus kita lakukan adalah "datang untuk melakukan kehendakMu/ Tuhan", bukan korban dan persembahan sebagai diatur sesuai dengan aturan atau kebijakan. Di hari-hari ini mungkin banyak orang sibuk mempersiapkan diri untuk merayakan pesta Natal, entah secara liturgis maupun sosial. Pada umumnya cukup banyak orang/umat yang rela berkorban serta memberi persembahan, sumbangan/dana guna merayakan Natal bersama, dengan harapan pesta Natal sungguh meriah dan mengesan. Kami berharap semoga yang mengesan karena makan enak, minum-minum atau berpesta pora, tetapi karena kita semakin dapat melakukan kehendak Tuhan, yaitu hidup dalam damai sejahtera, bersahabat dan bersaudara dengan semua orang. Maka baiklah kita mawas diri apakah pengorbanan saya dengan datang dalam persiapan maupun pesta Natal merupakan perwujudan dari "Sungguh, aku datang untuk melakukan kehendakMu"

 

"Datang untuk melakukan kehendak Tuhan"  berarti bersikap dan berperilaku dengan rendah hati dimanapun dan kapanpun, meneladan Dia yang datang di dunia dengan "melepaskan" ke-Allah-an dan menjadi manusia seperti kita kecuali dalam hal dosa. Dalam merayakan Natal pada umumnya di bentuk panitia khusus, panitia perayaan Natal. Kami berharap semoga mereka yang menjadi anggota Panitia Natal bersikap dan bertindak rendah hati, tidak sombong. Secara konkret: dalam persiapan pesta Natal kiranya ada tugas dan pekerjaan berat dan kasar, seperti mengatur tempat, menjaga kebersihan dst…, kami berharap mereka yang menjadi anggota Panitia berpartisipasi sungguh dalam kerja, bukan hanya dalam rapat-rapat atau omongan saja, kerja kasar dan berat. Sikap dan perilaku melayani hendaknya menjadi cara hidup dan cara bertindak semua anggota Panitia Natal.

 

"Datang untuk melakukan kehendak Tuhan" kiranya baik kita renungkan juga dalam kehidupan kita masing-masing, dalam cara hidup dan cara bertindak kita masing-masing. Marilah 'back to basic' , kembali ke semangat awal ketika kita mengawali hidup terpanggil, entah dipanggil menjadi imam, bruder, suster atau berkeluarga menjadi suami-isteri  maupun dipanggil untuk belajar atau bekerja alias diterima sebagai siswa/mahasiswa di sekolah tertentu atau tempat kerja tertentu. Hemat saya pada awal tersebut masing-masing dari kita pasti bersemangat melayani alias 'datang untuk melakukan kehendak Tuhan', maka marilah kita kenangkan semangat yang indah, baik dan mulia tersebut, dan kemudian kita hayati untuk masa kini, mungkin wujud tindakan konkret berbeda tetapi semangat tetap sama. Marilah kita saling melayani dengan rendah hati, saling memberi salam, saling memuji dan bersyukur, sehingga damai sejahtera bagi semua bangsa segera menjadi nyata dalam kehidupan bersama kita.

 

"Ya Allah semesta alam, kembalilah kiranya, pandanglah dari langit, dan lihatlah! Indahkanlah pohon anggur ini, batang yang ditanam oleh tangan kanan-Mu! Kiranya tangan-Mu melindungi orang yang di sebelah kanan-Mu, anak manusia yang telah Kauteguhkan bagi diri-Mu itu, maka kami tidak akan menyimpang dari pada-Mu. Biarkanlah kami hidup, maka kami akan menyerukan nama-Mu "

(Mzm 60:15-16.18-19)

"Selamat ulang tahun ke 75 dan bahagia Bapak Julius Kardinal Damaatmadja SJ"

 

Jakarta, 20 Desember 2009


19 Des - Hak 13:2-7.24-25a; Luk 1:5-25

"Sekarang Ia berkenan menghapuskan aibku di depan orang."

(Hak 13:2-7.24-25a; Luk 1:5-25)

 

"Lalu kata Zakharia kepada malaikat itu: "Bagaimanakah aku tahu, bahwa hal ini akan terjadi? Sebab aku sudah tua dan isteriku sudah lanjut umurnya." Jawab malaikat itu kepadanya: "Akulah Gabriel yang melayani Allah dan aku telah diutus untuk berbicara dengan engkau dan untuk menyampaikan kabar baik ini kepadamu. Sesungguhnya engkau akan menjadi bisu dan tidak dapat berkata-kata sampai kepada hari, di mana semuanya ini terjadi, karena engkau tidak percaya akan perkataanku yang akan nyata kebenarannya pada waktunya." Sementara itu orang banyak menanti-nantikan Zakharia. Mereka menjadi heran, bahwa ia begitu lama berada dalam Bait Suci. Ketika ia keluar, ia tidak dapat berkata-kata kepada mereka dan mengertilah mereka, bahwa ia telah melihat suatu penglihatan di dalam Bait Suci. Lalu ia memberi isyarat kepada mereka, sebab ia tetap bisu. Ketika selesai jangka waktu tugas jabatannya, ia pulang ke rumah. Beberapa lama kemudian Elisabet, isterinya, mengandung dan selama lima bulan ia tidak menampakkan diri, katanya: "Inilah suatu perbuatan Tuhan bagiku, dan sekarang Ia berkenan menghapuskan aibku di depan orang."(Luk 1:18-15), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Hidup berkaluarga atau sebagai suami-isteri sampai tua tidak dianugerahi anak kiranya yang bersangkutan, lebih-lebih pihak isteri/perempuan akan merasa bersalah atau kurang terhormat. Begitulah kiranya yang dialami Zakharia dan Elisabet, dan lebih-lebih Elisabet, yang telah lanjut usianya. Namun mujizat terjadi dimana dalam usia tuanya mereka dianugerahi anak, Elisabet mengandung dan kemudian berkata :"Inilah suatu perbuatan Tuhan bagiku, dan sekarang Ia berkenan menghapuskan aibku di depan orang". Dengan mengandungnya Elisabet ini berarti tanda-tanda pemenuhan janji Allah akan segera terwujud, karena anak yang dikandungnya yang harus dinamai Yohanes "akan berjalan mendahului Tuhan dalam roh dan kuasa Elia untuk membuat hati bapa-bapa berbalik kepada anak-anaknya dan hati orang-orang durhaka kepada pikiran orang-orang benar dan dengan demikian menyiapkan bagi Tuhan suatu umat yang layak bagi-Nya".  Pengalaman Elisabet ini kiranya baik menjadi permenungan  bagi para orangtua: anak-anak yang dianugerahkan Tuhan hendaknya disyukuri dan didampingi sedemikian rupa sehingga kelak tumbuh berkembang "menyiapkan bagi Tuhan suatu umat yang layak bagiNya". Anak adalah anugerah Tuhan, maka hendaknya dibina dan dibesarkan sesuai dengan kehendak Tuhan. Cara hidup dan cara bertindak anak sejak kecil telah menjadi daya tarik dan daya pikat bagi banyak orang untuk semakin beriman atau mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan. Kepada para suami isteri yang mungkin sudah cukup lama berkeluarga dan belum dianugerahi anak, kami ajak untuk tidak putus asa dan semakin banyak berdoa atau beribadat mohon kemurahan hati Tuhan.

·    "Memang engkau mandul, tidak beranak, tetapi engkau akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki. Oleh sebab itu, peliharalah dirimu, jangan minum anggur atau minuman yang memabukkan dan jangan makan sesuatu yang haram. Sebab engkau akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki; kepalanya takkan kena pisau cukur, sebab sejak dari kandungan ibunya anak itu akan menjadi seorang nazir Allah dan dengan dia akan mulai penyelamatan orang Israel dari tangan orang Filistin." (hak 13:3-5), demikian berita gembira perihal kelahiran Simson. Simson akhirnya dilahirkan, menjadi  besar dan diberkati oleh Tuhan. Pesan malaikat kepada perempuan, ibu dari Simson, ini kiranya baik menjadi permenungan khususnya bagi para rekan perempuan atau ibu. "Peliharalah dirimu, jangan minum anggur atau minuman yang memabukkan", demikian antara  lain pesan malaikat. Kesehatan dan kebugaran perempuan atau ibu kiranya penting sekali dan sangat menentukan anak yang dikandung dan dilahirkannya. Maka dengan ini kami berharap kepada rekan-rekan perempuan, entah yang masih perawan alias belum menikah atau yang sudah berkeluarga, untuk sungguh memperhatikan kesehatan dan kebugaran dirinya. Hendaknya makan dan minum yang bergizi, cukup berolahraga maupun istirahat. Pengalaman menunjukkan ketika seorang perempuan kurang sehat dan makan bergizi, maka ketika mengandung dan melahirkan anak akan menemui kesulitan dan anak yang dilahirkan juga sakit-sakitan. Ingat bahwa anda rekan perempuan yang berkeluarga harus mengandung anaknya selama kurang lebih sembilan bulan, yang berarti selama kurang lebih sembilan bulan apa yang menjadi miliknya alias dirinya diturunkan atau diwariskan pada anaknya. Warisilah anak yang anda kandung dengan apa yang membuat anak tumbuh berkembang dan semakin diberkati oleh Tuhan.

 

"Aku datang dengan keperkasaan-keperkasaan Tuhan ALLAH, hendak memasyhurkan hanya keadilan-Mu saja!

Ya Allah, Engkau telah mengajar aku sejak kecilku, dan sampai sekarang aku memberitakan perbuatan-Mu yang ajaib" (Mzm 71:16-17)

Jakarta, 19 Desember 2009

 

    


Kamis, 17 Desember 2009

18 Des - Yer 23:5-8; Mat 1:18-24

"Seorang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama isterinya di muka umum"

(Yer 23:5-8; Mat 1:18-24)

 

"Kelahiran Yesus Kristus adalah seperti berikut: Pada waktu Maria, ibu-Nya, bertunangan dengan Yusuf, ternyata ia mengandung dari Roh Kudus, sebelum mereka hidup sebagai suami isteri. Karena Yusuf suaminya, seorang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama isterinya di muka umum, ia bermaksud menceraikannya dengan diam-diam. Tetapi ketika ia mempertimbangkan maksud itu, malaikat Tuhan nampak kepadanya dalam mimpi dan berkata: "Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus. Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka." Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi: "Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel" -- yang berarti: Allah menyertai kita. Sesudah bangun dari tidurnya, Yusuf berbuat seperti yang diperintahkan malaikat Tuhan itu kepadanya. Ia mengambil Maria sebagai isterinya," (Mat 1:18-24), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Pada hari ini ditampilkan salah satu tokoh yang berpartisipasi dalam karya penyelamatan yaitu Yusuf, yang dikenal sebagai "seorang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama isterinya di muka umum". Maka mungkin baik pada hari ini secara khusus kami mengajak rekan-rekan pria, entah sudah berkeluarga atau belum berkeluarga, untuk mawas diri dengan bertanya pada diri sendiri: "Apakah saya seorang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama isteri maupun rekan-rekan perempuan?". Tulus hati berarti memiliki hati yang bersih dan jernih alias tidak bernoda atau berdosa; dengan jujur kiranya masing-masing dari kita kurang tulus alias tidak putih atau tidak hitam, tetapi abu-abu. Maka karena kita 'abu-abu' alias kurang tulus atau suci, hendaknya tidak mencemarkan nama orang lain di muka umum, yaitu menceriterakan kekurangan dan kelemahan orang lain di antara orang banyak/di muka umum. Dalam berbagai kasus yang pernah saya dengar ada beberapa laki-laki/suami dengan mudah menceriterakan isterinya yang kurang melayani dengan baik kepada rekan kerjanya di kantor; jika diceriterakan kepada rekan laki-laki pasti akan menjadi bahan rekreasi murahan, sedangkan diceriterakan kepada rekan perempuan ada bahaya ke perselingkuhan. Marilah meneladan Yusuf, yang "berbuat seperti yang diperintahkan malaikat Tuhan", berarti setia pada janji-janji yang pernah kita ikrarkan atau melaksanakan dengan setia aneka tatanan dan aturan yang terkait dengan panggilan, tugas pengutusan dan kewajiban kita masing-masing.

·   "Sesungguhnya, waktunya akan datang, demikianlah firman TUHAN, bahwa Aku akan menumbuhkan Tunas adil bagi Daud. Ia akan memerintah sebagai raja yang bijaksana dan akan melakukan keadilan dan kebenaran di negeri" (yer 23:5). Yusuf adalah keturunan Daud, raja termashyur dalam zamannya. Maka kesanggupan Yusuf untuk mengambil Maria, yang sedang mengandung karena Roh.Kudus, Penyelamat Dunia, merupakan satu langkah pemenuhan janji Allah bahwa dari keturunan Daud akan lahir "raja yang bijaksana dan akan melakukan keadilan dan kebenaran". Penyelamat Dunia, yang kita songsong kedatanganNya, adalah pembawa keadilan dan kebenaran bagi seluruh bangsa. Mungkin baiklah kita mawas diri: bagi yang berkeluarga kiranya juga mendambakan bahwa keturunannya akan melakukan keadilan dan kebenaran, maka tentu saja sebagai orangtua harus senantiasa melakukan keadilan dan kebenaran juga. Melakukan keadilan dan kebenaran antara lain hormat terhadap harkat martabat manusia, yang diciptakan sebagai gambar atau citra Allah, dan dengan demikian kita saling menghormati satu sama lain. Dengan kata lain meneladan Yusuf yang tidak pernah mencemarkan nama baik orang lain di muka umum, melainkan senantiasa mewartakan atau menyebarluaskan apa yang baik dalam diri saudara-saudari kita atau sesama kita kepada orang lain. Kita juga dipanggil untuk memberantas ketidak-adilan dan kebohongan, yang masih marak dalam kehidupan bersama pada masa kini. Pengalaman hidup dengan adil dan benar didalam keluarga akan menjadi modal dan kekuatan untuk berbuat adil dan benar didalam masyarakat maupun untuk memberantas ketidak-adilan dan kebohongan. Orang yang senantiasa berbuat adil dan benar dengan demikian juga akan bertindak bijaksana, sehingga apa yang dilakukan senantiasa menyematkan dan membahagiakan dirinya sendiri maupun orang lain.

 

"Ia akan melepaskan orang miskin yang berteriak minta tolong, orang yang tertindas, dan orang yang tidak punya penolong; ia akan sayang kepada orang lemah dan orang miskin, ia akan menyelamatkan nyawa orang miskin. Terpujilah TUHAN yang melakukan perbuatan yang ajaib seorang diri!  Dan terpujilah kiranya nama-Nya yang mulia selama-lamanya, dan kiranya kemuliaan-Nya memenuhi seluruh bumi. Amin, ya amin"

(Mzm 72:12-13.18-19)

Jakarta, 18 Desember 2009


Rabu, 16 Desember 2009

17 Des - Kej 49:2.8-10; Mat 1:1-17

"Inilah silsilah Yesus Kristus"

(Kej 49:2.8-10; Mat 1:1-17)


"Inilah silsilah Yesus Kristus, anak Daud, anak Abraham.Abraham memperanakkan Ishak, Ishak memperanakkan Yakub, Yakub memperanakkan Yehuda dan saudara-saudaranya, Yehuda memperanakkan Peres dan Zerah dari Tamar, Peres memperanakkan Hezron, Hezron memperanakkan Ram, Ram memperanakkan Aminadab, Aminadab memperanakkan Nahason, Nahason memperanakkan Salmon, Salmon memperanakkan Boas dari Rahab, Boas memperanakkan Obed dari Rut, Obed memperanakkan Isai, Isai memperanakkan raja Daud. Daud memperanakkan Salomo dari isteri Uria, Salomo memperanakkan Rehabeam, Rehabeam memperanakkan Abia, Abia memperanakkan Asa, Asa memperanakkan Yosafat, Yosafat memperanakkan Yoram, Yoram memperanakkan Uzia,Uzia memperanakkan Yotam, Yotam memperanakkan Ahas, Ahas memperanakkan Hizkia, Hizkia memperanakkan Manasye, Manasye memperanakkan Amon, Amon memperanakkan Yosia, Yosia memperanakkan Yekhonya dan saudara-saudaranya pada waktu pembuangan ke Babel. Sesudah pembuangan ke Babel, Yekhonya memperanakkan Sealtiel, Sealtiel memperanakkan Zerubabel, Zerubabel memperanakkan Abihud, Abihud memperanakkan Elyakim, Elyakim memperanakkan Azor, Azor memperanakkan Zadok, Zadok memperanakkan Akhim, Akhim memperanakkan Eliud, Eliud memperanakkan Eleazar, Eleazar memperanakkan Matan, Matan memperanakkan Yakub, Yakub memperanakkan Yusuf suami Maria, yang melahirkan Yesus yang disebut Kristus.Jadi seluruhnya ada: empat belas keturunan dari Abraham sampai Daud, empat belas keturunan dari Daud sampai pembuangan ke Babel, dan empat belas keturunan dari pembuangan ke Babel sampai Kristus."(Mat 1:1-17), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Hari ini kita memasuki Masa Khusus Adven, satu minggu sebelum Pesta Natal, kenangan akan kelahiran Penyelamat Dunia. Dalam Warta Gembira hari ini dikisahkan silsilah Yesus sejak Abraham, bapa semua umat beriman. Maksud silsilah ini adalah bahwa Yesus, Penyelamat Dunia, Mesias, yang kita songsong kenangan kedatangan atau kelahiranNya, merupakan pemenuhan janji Allah kepada keturunan Abraham, umat beriman. Hal itu menunjukkan kesetiaan Allah akan janjiNya untuk menyelamatkan manusia, membebaskan manusia dari aneka macam penindasan atau dosa. Maka baiklah jika masng-masing dari kita mengenangkan kembali silsilah kita masing-masing serta mawas diri perihal kesetiaan kita. Oleh para pendahulu atau leluhur kita kiranya masing-masing dari kita didambakan menjadi pribadi yang dewasa, cerdas beriman, setia pada panggilan dan tugas pengutusan kita. "Setia adalah sikap dan perilaku yang menunjukkan keterikatan dan kepedulian atas perjanjian yang telah dibuat" (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka – Jakarta 1997, hal 24). Maka kepada kita semua yang telah dibaptis marilah kita kenangkan janji baptis, kepada para suami-isteri kami ajak untuk mengenangkan janji perkawinan, kepada para biarawan-biarawati kami ajak mengenangkan trikaul, kepada para pegawai kami ajak untuk mengenangkan janji kepegawaian, kepada para pejabat kami ajak untuk mengenangkan sumpah jabatan, dst.. Semoga masing-masing dari kita dapat memenuhi harapan dan dambaan hidup bahagia, damai sejahera, aman tentram, adil-makmur, dst.. karena masing-masing dari kita setia pada panggilan dan tugas pengutusan.

·   "Tongkat kerajaan tidak akan beranjak dari Yehuda ataupun lambang pemerintahan dari antara kakinya, sampai dia datang yang berhak atasnya, maka kepadanya akan takluk bangsa-bangsa" (Yes 49:10), demikian kata-kata penghiburan Yesaya kepada saudara-saudarinya. Kata-kata macam itu rasanya secara implisit ada di dalam hati orangtua atau pendahulu dan leluhur kita, yang dalam istilah Jawa masing-masing dari kita diharapkan "mikul dhuwur, mendhem jero" artinya "semua penderitaan, hinaan, usaha / ikhtiar dan sebagainya tidak pernah diceritakan/dinilai/dihitung-hitung kepada orang lain (mendem jero), dan berupaya mengangkat kehidupan keluarga, orang lain, bangsa, rakyat, umat manusia untuk bisa mentas / terangkat dalam kehidupan dunia dan akhirat (mikul duwur)". "Mengangkat kehidupan keluarga, orang lain, bangsa, rakyat, umat manusia untuk terlepas dari aneka penderitaan dan dosa" itulah panggilan dan tugas pengutusan kita semua. Tentu saja untuk  itu masing-masing dari kita telah bebas dari penderitaan dan dosa, sehingga dapat membebaskan orang lain. Hari-hari ini kemungkinan di paroki, tempat anda berdomisili, ada kesempatan untuk mengaku dosa, maka baiklah kesempatan tersebut dimanfaatkan sebaik-baiknya, agar pada saat pesta Natal nanti kita semua dalam keadaan damai sejati; kita dapat saling memberi salam damai Natal  dengan ceria.

 

"Ya Allah, berikanlah hukum-Mu kepada raja dan keadilan-Mu kepada putera raja! …Kiranya gunung-gunung membawa damai sejahtera bagi bangsa, dan bukit-bukit membawa kebenaran! Kiranya ia memberi keadilan kepada orang-orang yang tertindas dari bangsa itu, menolong orang-orang miskin."(Mzm 72:1.3-4b)

  

Jakarta, 17 Desember 2009


Selasa, 15 Desember 2009

16 Des - Yes 45:6b-8.18.21b-25; Luk 7:19-23

"Engkaukah yang akan datang itu atau haruskah kami menantikan seorang lain?"

(Yes  45:6b-8.18.21b-25; Luk 7:19-23)

 

"Ia memanggil dua orang dari antaranya dan menyuruh mereka bertanya kepada Tuhan: "Engkaukah yang akan datang itu atau haruskah kami menantikan seorang lain?" Ketika kedua orang itu sampai kepada Yesus, mereka berkata: "Yohanes Pembaptis menyuruh kami bertanya kepada-Mu: Engkaukah yang akan datang itu atau haruskah kami menantikan seorang lain?" Pada saat itu Yesus menyembuhkan banyak orang dari segala penyakit dan penderitaan dan dari roh-roh jahat, dan Ia mengaruniakan penglihatan kepada banyak orang buta. Dan Yesus menjawab mereka: "Pergilah, dan katakanlah kepada Yohanes apa yang kamu lihat dan kamu dengar: Orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi tahir, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada orang miskin diberitakan kabar baik.Dan berbahagialah orang yang tidak menjadi kecewa dan menolak Aku." (Luk 7:19-23), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Guru atau orangtua yang baik senantiasa berusaha memberdayakan peserta didik atau anak-anaknya, antara lain mereka diajak bereksplorasi, sebagaimana dilakukan oleh Yohanes Pembaptis kepada para pengikutnya dengan mengutus mereka untuk bertanya kepada Yesus: "Engkaukah yang akan datang itu atau haruskan kami menantikan seorang lain?". Ketika Yesus, Guru Utama,  memperoleh pertanyaan juga tidak dengan 'terang-terangan' memberi jawaban, melainkan dengan menantang mereka untuk melihat dan mendengarkan apa yang Ia lakukan. Maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan para guru/pendidik, orangtua atau pembina dalam melaksanakan tugas pengutusan atau kewajibannya berpedoman pada motto bapak pendidikan kita, Ki Hajar Dewantoro, yang menurut saya dekat sekali dengan apa yang dilakukan oleh Yohanes Pembaptis maupun Yesus, yaitu "ing arso asung tulodho, ing madyo ambangun karso, tut wuri handayani" (=keteladanan, pemberdayaan dan motivasi). Saya mengajak untuk memberi perhatian perihal pemberdayaan, mengingat dan memperhatikan hal ini kurang diperhatikan, tentu saja tanpa meninggalkan keteladanan dan motivasi, yang inklusif ada dalam kegiatan pemberdayaan. Biasakan dan dampingi anak-anak sedini mungkin di dalam keluarga untuk bereksplorasi, misalnya dengan aneka macam alat permainan mereka atau peristiwa yang dialaminya. Biarkanlah mereka mendengarkan dan melihat sendiri apa yang ada dan terjadi, dan kemudian mawas diri alias bereksplorasi. Sebagai bantuan kepada mereka sering diminta untuk menceriterakan apa yang dilihat dan didengarkannya.

·   "Berpalinglah kepada-Ku dan biarkanlah dirimu diselamatkan, hai ujung-ujung bumi! Sebab Akulah Allah dan tidak ada yang lain. Demi Aku sendiri Aku telah bersumpah, dari mulut-Ku telah keluar kebenaran, suatu firman yang tidak dapat ditarik kembali: dan semua orang akan bertekuk lutut di hadapan-Ku, dan akan bersumpah setia dalam segala bahasa, sambil berkata: Keadilan dan kekuatan hanya ada di dalam TUHAN. Semua orang yang telah bangkit amarahnya terhadap Dia akan datang kepada-Nya dan mendapat malu" (Yes 45:22-24), demikian peringatan Yesaya kepada bangsanya, kepada kita semua orang beriman. "Keadilan dan kekuatan hanya ada di dalam Tuhan" , inilah yang sebaiknya kita renungkan atau refleksikan di masa Adven, dalam rangka menyongsong Hari Kelahiran Penyelamat Dunia, Pembawa keadilan dan kekuatan. Sebagai orang beriman kita diingatkan untuk lebih mengandalkan diri pada Tuhan daripada kekuatan sendiri, harta benda atau uang yang kita miliki dan kuasai. Kita dipanggil untuk tidak bersikap mental materialistis, melainkan bermoral baik dan rendah hati. Ingatlah dan hayatilah bahwa hidup kita serta segala sesuatu yang menyertai kita atau yang kita miliki dan kuasai sampai kini adalah anugerah Tuhan, yang kita terima melalui siapapun yang telah berbuat baik dengan kita, hidup dan bekerja dengan kita. Maka di masa Adven ini dengan rendah hati kita juga dipanggil untuk mengenangkan kebaikan-kebaikan saudara-saudari atau sesama kita alias memperbaharui, memperdalam dan memperkuat hidup persaudaraan atau persahabatan kita. Kedatangan Penyelamat Dunia, Allah yang menjadi manusia dan hadir di tengah-tengah kita merupakan anugerah persahabatan Allah kepada manusia. Marilah kita semua 'berpaling kembali kepada Allah' serta memperdalam persembahan diri kita kepada Allah. "Biarkanlah dirimu diselamatkan", artinya persembahkan diri anda secara total kepada Tuhan. Kepada mereka yang terbiasa suka marah kami harapkan bertobat dan tidak marah lagi.

 

"Kasih dan kesetiaan akan bertemu, keadilan dan damai sejahtera akan bercium-ciuman. Kesetiaan akan tumbuh dari bumi, dan keadilan akan menjenguk dari langit. Bahkan TUHAN akan memberikan kebaikan, dan negeri kita akan memberi hasilnya. Keadilan akan berjalan di hadapan-Nya, dan akan membuat jejak kaki-Nya menjadi jalan" (Mzm 85:11-14)

Jakarta, 16 Desember 2009         

 


Senin, 14 Desember 2009

15 des - Zef 3:1-2.9-13; Mat 21:28-32

"Sesungguhnya pemungut cukai dan perempuan sundal akan mendahului kamu masuk ke dalam Kerajaan Allah".
(Zef 3:1-2.9-13; Mat 21:28-32)


"Tetapi apakah pendapatmu tentang ini: Seorang mempunyai dua anak laki-laki. Ia pergi kepada anak yang sulung dan berkata: Anakku, pergi dan bekerjalah hari ini dalam kebun anggur. Jawab anak itu: Baik, bapa. Tetapi ia tidak pergi. Lalu orang itu pergi kepada anak yang kedua dan berkata demikian juga. Dan anak itu menjawab: Aku tidak mau. Tetapi kemudian ia menyesal lalu pergi juga. Siapakah di antara kedua orang itu yang melakukan kehendak ayahnya?" Jawab mereka: "Yang terakhir." Kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya pemungut-pemungut cukai dan perempuan-perempuan sundal akan mendahului kamu masuk ke dalam Kerajaan Allah. Sebab Yohanes datang untuk menunjukkan jalan kebenaran kepadamu, dan kamu tidak percaya kepadanya. Tetapi pemungut-pemungut cukai dan perempuan-perempuan sundal percaya kepadanya. Dan meskipun kamu melihatnya, tetapi kemudian kamu tidak menyesal dan kamu tidak juga percaya kepadanya." (Mat 21:28-32), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

• Banyak orang melecehkan mereka yang pada umumnya disebut penjahat, seperti pencopet, penodong, gelandangan, pelacur, dst,,, dan dengan mudah menghormati mereka yang berpakaian rapi: memakai jas dan berdasi serta naik mobil Mercy, dst.. Jika dicermati secara mendalam hemat saya mereka yang dinilai jahat tersebut tidak sejahat sebagaimana dipikirkan dan dinilai kebanyakan orang: mereka terpaksa berbuat jahat karena keserakahan dan kesombongan orang lain. Sementara itu mereka yang dipandang terhormat belum tentu baik, mungkin adalah penjahat kelas kakap. Memang para petugas resmi pada umumnya takut menangkap dan mengadili penjahat kelas kakap. Akhir-akhir ini ada berita yang cukup menarik dan mengesan: (1) saudara-saudara kita, orang Madura, mengambil besi, yang tidak seberapa jumlahnya, yang akan digunakan untuk membangun jembatan Suramadu ditangkap dan diadili, (2) seorang ibu tua di daerah Jawa Tengah mengambil tiga butir buah kakao diadili dan dihukum, dst.. sementara para koruptor milarydan rupiah dibiarkan tetap bebas berkeliaran ke sana kemari. Maka benarlah apa yang disabdakan oleh Yesus bahwa "pemungut-pemungut cukai dan perempuan-perempuan sundal akan mendahului kamu masuk ke dalam Kerajaan Allah", artinya mereka yang dipandang dan dinilai sebagai penjahat pada umumnya lebih mudah bertobat dan memperbaharui daripada para pejabat korup yang terhormat dan dipandang baik. Sama-sama diberi kesempatan untuk bertobat dan memperbaharui diri, mereka yang dinilai jahat lebih mudah daripada mereka yang dinilai dan dipandang terhormat.

• "Pada hari itu engkau tidak akan mendapat malu karena segala perbuatan durhaka yang kaulakukan terhadap Aku, sebab pada waktu itu Aku akan menyingkirkan dari padamu orang-orangmu yang ria congkak, dan engkau tidak akan lagi meninggikan dirimu di gunung-Ku yang kudus. Di antaramu akan Kubiarkan hidup suatu umat yang rendah hati dan lemah, dan mereka akan mencari perlindungan pada nama TUHAN" (Zef 3:11-12). Mereka yang dipandang sebagai `sisa', rendah atau jahat di masyarakat pada umumnya akan muhdah menjadi "umat yang rendah hati dan lemah, dan mereka akan mencari perlindungan pada nama Tuhan". Sementara itu orang yang dipandang terhormat begitu percaya diri dan hanya mencari perlindungan pada dirinya sendiri, alias sombong. Kepada siapapun yang dipandang dan dinilai jahat atau jelek oleh kebanyakan orang kami harapkan untuk tidak marah dan membenci mereka yang menjelekkan tersebut, melainkan tanggapi dengan rendah hati dan lemah lembut sambil mawas diri dan menyadari bahwa kita memang orang yang lemah dan rapuh. Dengan kata lain ketika kurang dihargai dan dihormati oleh sesama hendaknya hal itu menjadi kesempatan untuk menyadari dan menghayati diri sebagai orang berdosa yang dipanggil Tuhan, orang yang mencari perlindungan pada nama Tuhan. Marilah kita mempersiapkan diri bagaikan para gembala yang di malam Natal kesepian di padang rumput, namun terbuka terhadap Penyelenggaraan Ilahi dan kemudian menjadi umat pertama yang bertemu dengan Penyelamat Dunia, yang baru saja lahir di dunia.

"Aku hendak memuji TUHAN pada segala waktu; puji-pujian kepada-Nya tetap di dalam mulutku.Karena TUHAN jiwaku bermegah; biarlah orang-orang yang rendah hati mendengarnya dan bersukacita. Tujukanlah pandanganmu kepada-Nya, maka mukamu akan berseri-seri, dan tidak akan malu tersipu-sipu. Orang yang tertindas ini berseru, dan TUHAN mendengar; Ia menyelamatkan dia dari segala kesesakannya"

(Mzm 34:2-3.6-7)



Yogya, 15 Desember 2009


Minggu, 13 Desember 2009

14 Des - Bil 24:2-7.15-17a; Mat 21:23-27

"Dengan kuasa manakah Engkau melakukan hal itu?"

(Bil 24:2-7.15-17a; Mat 21:23-27)

 

"Lalu Yesus masuk ke Bait Allah, dan ketika Ia mengajar di situ, datanglah imam-imam kepala serta tua-tua bangsa Yahudi kepada-Nya, dan bertanya: "Dengan kuasa manakah Engkau melakukan hal-hal itu? Dan siapakah yang memberikan kuasa itu kepada-Mu?" Jawab Yesus kepada mereka: "Aku juga akan mengajukan satu pertanyaan kepadamu dan jikalau kamu memberi jawabnya kepada-Ku, Aku akan mengatakan juga kepadamu dengan kuasa manakah Aku melakukan hal-hal itu. Dari manakah baptisan Yohanes? Dari sorga atau dari manusia?" Mereka memperbincangkannya di antara mereka, dan berkata: "Jikalau kita katakan: Dari sorga, Ia akan berkata kepada kita: Kalau begitu, mengapakah kamu tidak percaya kepadanya? Tetapi jikalau kita katakan: Dari manusia, kita takut kepada orang banyak, sebab semua orang menganggap Yohanes ini nabi." Lalu mereka menjawab Yesus: "Kami tidak tahu." Dan Yesus pun berkata kepada mereka: "Jika demikian, Aku juga tidak mengatakan kepadamu dengan kuasa manakah Aku melakukan hal-hal itu." (Mat 21:23-27), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St.Yohanes dari Salib, imam dan Pujangga Gereja, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Para tokoh hidup bersama, yang gila akan kekuasaan, kedudukan dan kehormatan duniawi, akan gusar jika tiba-tiba muncul tokoh pembaharu hidup bersama yang didukung oleh banyak orang atau rakyat.  Begitulah yang dirasakan oleh imam-imam dan tua-tua bangsa Yahudi dengan kedatangan Yesus, yang tidak percaya bahwa Yesus adalah Allah yang menjadi manusia. Mereka mencoba menjebak dan menjatuhkan Yesus, namun terbalik jadinya ketika mereka ditanyai perihal baptisan Yohanes; mereka dalam ketegangan antara tidak percaya dan takut pada orang banyak, serta kemudian membodohi diri dengan berkata "Kami tidak tahu". Yohanes dari Salib yang kita kenangkan hari ini adalah pembahaharu Ordo Karmelit, namun usaha pembaharuannya ditentang, bahkan ia diajuhi oleh rekan-rekannya. Mereka yang tidak percaya pada pembaharuan berarti kolot, tidak mengikuti perkembangan zaman, karena segala sesuatu di dunia ini terus berkembang, tumbuh, berubah dan diperbaharui terus menerus. Maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan kita semua untuk senantiasa bersikap terbuka terhadap aneka kemungkinan dan kesempatan untuk berubah atau diperbaharui, dalam rangka mempersiapkan diri kedatangan Sang Pembahaharu Sejati, Yesus, Penyelamat Dunia. Sikap terbuka ini perlu dijiwai oleh keutamaan rendah hati, yaitu "sikap dan perilaku yang tidak suka menonjolkan dan menomorsatukan diri, yaitu dengan menenggang perasaan orang lain. Meskipun pada kenyataannya lebih dari orang lain, ia dapat menahan diri untuk tidak menonjolkan dirinya" (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka – Jakarta 1997, hal 24).

·   "Aku melihat dia, tetapi bukan sekarang; aku memandang dia, tetapi bukan dari dekat" (Bil 24:17). Kutipan ini kiranya baik menjadi permenungan atau refleksi kita di masa Adven ini. Siapapun yang telah 'melihat dan memandang', meskipun pada taraf atau tingkat rohani/spiritual,  yang dinantikan dan dikasihi kiranya akan hidup dan bertindak dengan penuh harapan: berharap agar segera dapat melihat dan memandang secara dekat alias bertatap muka dan bercakap-cakap bersama. Orang yang berharap pada umumnya juga terbuka terhadap aneka macam kesempatan dan kemungkinan, dan dengan demikian ia senantiasa menjaga diri siap sedia untuk melakukan sesuatu. Hal yang demikian ini kiranya dihayati oleh para pelajar atau mahasiswa menjalang ujian, para calon mempelai yang tidak lama lagi akan saling mengikat janji hidup berkeluarga, dst…Cara hidup dan cara bertindak para pelajar, mahasiswa atau calon mempelai dalam rangka menyambut hari "H" tersebut kiranya sesuai dengan yang diharapkan dari kita semua di masa Adven ini. Cara hidup dan cara bertindak itu antara lain diwarnai oleh pembersihan diri dalam rangka menampilkan diri sehingga menarik, mempesona dan menawan serta bekerja keras dalam melaksanakan tugas atau kewajiban. Marilah kita berusaha membersihkan diri dari aneka macam dosa, kejahatan maupun kebobrokan alias memperbaharui diri. Mungkin baik dalam kegiatan pembersihan diri ini kita bekerja sama, artinya saling membantu, melihat dan memandang satu sama lain untuk saling memberi tahu pembaharuan diri macam apa yang selayaknya harus dilakukan dalam rangka menyongsong Pesta Natal yang akan datang.

 

"Beritahukanlah jalan-jalan-Mu kepadaku, ya TUHAN, tunjukkanlah itu kepadaku. Bawalah aku berjalan dalam kebenaran-Mu dan ajarlah aku, sebab Engkaulah Allah yang menyelamatkan aku, Engkau kunanti-nantikan sepanjang hari. Ingatlah segala rahmat-Mu dan kasih setia-Mu, ya TUHAN, sebab semuanya itu sudah ada sejak purbakala.Dosa-dosaku pada waktu muda dan pelanggaran-pelanggaranku janganlah Kauingat, tetapi ingatlah kepadaku sesuai dengan kasih setia-Mu, oleh karena kebaikan-Mu, ya TUHAN" (Mzm 25:4-7).

              

Jakarta, 14 Desember 2009