Fans Page Facebook http://imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Jumat, 15 Januari 2010

17 Jan - Yes 62:1-5; 1Kor 12:4-11; Yoh 2:1-11

"Dengan itu Ia telah menyatakan kemuliaan-Nya, dan murid-murid-Nya percaya kepada-Nya."

Mg Biasa II : Yes 62:1-5; 1Kor 12:4-11; Yoh 2:1-11

Pesta perkawinan pada umumnya dipersiapkan cukup lama, selain persiapan calon penganten yang bersangkutan kiranya juga persiapan aneka kebutuhan untuk pesta, seperti tempat pesta beserta dengan jamuan makan dan minumnya, tempat peresmian perkawinan dst.. Untuk itu pada umumnya orang juga mempersiapkan dana yang cukup besar, dengan harapan dapat menunjang segala kebutuhan pesta perkawinan, sehingga pesta perkawinan mengesan, menarik dan menggembirakan semua orang yang hadir dalam pesta tersebut. Jamuan makan dan minum pada umumnya juga memperoleh perhatian khusus, pengundang/pemilik pesta kiranya akan malu jika jamuan makan dan minum kurang mengesan bagi para tamu, apalagi jamuan makan dan minum kurang, sehingga tidak semua tamu dapat ikut jamuan makan dan minum. Itulah yang terjadi dalam peristiwa perkawinan di Kana, dimana Bunda Maria dan Yesus hadir, dan tiba-tiba Bunda Maria melihat bahwa anggur, sebagai jamuan minuman utama, nampak kurang; maka ia minta kepada Yesus untuk menolongnya. Akhirnya Yesus melakukan sesuatu, membuat mujizat air menjadi anggur yang paling lezat, sehingga tidak terjadi kekurangan lagi dan dengan demikian pemilik pesta tidak dipermalukan. Inilah mujizat pertama yang dilakukan oleh Yesus, mengubah air menjadi anggur, 'dengan itu Ia telah menyatakan kemuliaanNya, dan murid-muridNya percaya kepadaNya'.

 

"Dengan itu Ia telah menyatakan kemuliaan-Nya, dan murid-murid-Nya percaya kepada-Nya" ( Yoh 2:11).

Mujizat air menjadi anggur lezat kiranya merupakan sesuatu yang menggemparkan dan mengagumkan banyak orang. Sebagai orang beriman kepada Yesus kita dipanggil untuk meneladan Bunda Maria yang peka akan kebutuhan orang lain maupun Yesus yang mengubah air menjadi anggur:

1)      Dalam kehidupan bersama sering kita hadapi saudara-saudari kita yang membutuhkan bantuan, entah secara pribadi atau organisatoris. Marilah kita buka mata dan telinga kita terhadap lingkungan hidup dimana kita berada/tinggal atau bekerja. Peristiwa senada atau seperti pesta perkawinan di Kana sering terjadi dalam kebersamaan hidup kita, dan kita ada di dalamnya, entah berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan atau sebagai penonton atau undangan. Kita hayati dan tingkatkan kepekaan sosial kita terhadap saudara-saudari dan sesama kita, lebih-lebih terhadap mereka yang miskin dan berkekurangan. Sekiranya kita tak mungkin memberi bantuan, baiklah dengan rendah hati kita minta bantuan atau partisipasi orang lain, sebagaimana Bunda Maria minta kepada Yesus.

2)        Air ada dimana-mana, sedangkan anggur mungkin hanya ada di tempat-tempat tertentu saja, misalnya anggur misa hanya ada di gereja atau kapel, sedangkan anggur untuk diminum kiranya hanya dinikmati oleh orang-orang kaya atau segelintir orang saja. Marilah perubahan air menjadi anggur ini kita fahami dan hayati secara spiritual sosial. Air merupakan symbol kesederhanaan, hidup sehari-hari, yang biasa-biasa saja, sedangkan anggur merupakan symbol luar biasa atau istimewa, maka sebagai orang yang beriman kepada Yesus kita dipanggil untuk menjadikan atau menghayati apa-apa yang nampak biasa sebagai yang istimewa atau luar biasa. Dengan kata lain marilah kita hayati apa yang kita lakukan atau kerjakan setiap hari dalam dan dengan iman, dimana Tuhan senantiasa hadir dan berkarya dalam dan melalui diri kita yang lemah dan rapuh ini. Untuk itu mungkin baik setiap pagi hari kita berdoa seperti ini: "Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu" (Rat 3:22-23), dan tentu saja doa ini senantiasa menjiwai cara hidup dan cara bertindak kita selanjutnya. Kami berharap tidak ada seorang pun di antara kita yang melecehkan atau merendahkan pekerjaan-pekerjaan sederhana sebagaimana dikerjakan oleh para buruh, pembantu rumah tangga, sopir, ibu rumah tangga dst.., karena apa yang mereka kerjakan hemat saya senantiasa menjadikan atau menghayati yang sederhana sebagai yang istimewa atau luar biasa. Kebenaran ini akan menjadi nyata dan dapat anda percayai ketika mereka tidak ada/tidak bekerja karena cuti atau bepergian untuk sementara waktu. Dalam dan melalui yang sederhana akan nampak yang indah, mulia, dan isitimewa, itulah yang harus kita usahakan untuk dihayati dan disebarluaskan.

 

"Ada rupa-rupa karunia, tetapi satu Roh. Dan ada rupa-rupa pelayanan, tetapi satu Tuhan. Dan ada berbagai-bagai perbuatan ajaib, tetapi Allah adalah satu yang mengerjakan semuanya dalam semua orang" (1Kor 12:4-6).

    

Apa yang dikatakan oleh Paulus kepada umat di Korintus di atas ini kiranya merupakan suatu ajakan atau peringatan bagi kita semua untuk saling menghargai jabatan, tugas dan pekerjaan kita masing-masing serta saling bekerjasama. Kesatuan dalam keragaman atau keragaman dalam kesatuan, bineka tunggal ika, itulah pedoman atau motto kehidupan yang harus kita hayati. Maka baiklah kami mengajak anda sekalian untuk mawas diri dalam tiga ranah atau bidang kehidupan dimana kita ada di dalamnya, yaitu: keluarga, tempat kerja/tugas dan organisasi/paguyuban:

1)      Keluarga: Di dalam keluarga ada bapak, ibu, anak dan mungkin juga pembantu rumah tangga dan saudara-saudari yang lain. Masing-masing pribadi/anggota keluarga memiliki tugas dan fungsi masing-masing, yang berbeda satu sama lain. Kami berharap di dalam keluarga dapat dibiasakan hidup saling menghargai, melayani dan menghormati maupun bekerjasama. Pengalaman relasi antar anggota keluarga: suami dan isteri, orangtua dan anak-anak, kakak dan adik, anggota keluarga dan pekerja/pembantu rumah tangga yang lain merupakan modal atau kekuatan yang akan berpengaruh dan dapat diperdalam dalam kehidupan yang lebih luas seperti di tempat kerja/tugas maupun organisasi.    

2)      Tempat kerja/tugas: Di tempat kerja atau tugas antara lain ada direktur/manajer, kepala bagian, aneka macam pegawai seperti sopir, satpam, adminitrasi, operator tilpon, petugas kebersihan, dst.. , ada senior dan yunior, yang berpengalaman dan kurang berpengalaman, pegawai lama dan baru dst.. Sering terjadi bahwa mereka yang merasa di atas dan berpengalaman dengan mudah merendahkan atau melecehkan mereka yang dibawah dan kurang berpengalaman. "Tua-tua keladi makin tua makin  berisi dan menunduk", begitulah kata sebuah pepatah. Mereka yang diatas dan berpengalaman yang berarti lebih  berisi dan matang/dewasa hendaknya juga semakin rendah hati, memberi teladan cara hidup dan cara  bertindak rendah hati. Pada umumnya yang baru, kurang berpengalaman dan di bawah menghormati yang lama dan berpengalaman serta di atas, maka hendaknya hal itu juga ditanggapi dengan rendah hati. Kerjasama dan kegotorong-royongan dalam kerja dan tugas hendaknya diperdalam dan diteguhkan terus menerus.      

3)      Organisasi/paguyuban; Dalam organisasi atau paguyuban juga ada berbagai fungsi, seperti ketua, sekretaris, bendahara, pembantu umum, anggota, dst… Hendaknya fungsi sungguh dihayati sebagai fungsi, bukan gengsi atau kehormatan duniawi, artinya masing-masing menghayati fungsinya sebaik dan seoptimal mungkin tanpa irihati terhadap yang lain. Masing-masing hendaknya menghayati apa yang dikatakan oleh Yesaya ini: "Sebab seperti seorang muda belia menjadi suami seorang anak dara, demikianlah Dia yang membangun engkau akan menjadi suamimu, dan seperti girang hatinya seorang mempelai melihat pengantin perempuan, demikianlah Allahmu akan girang hati atasmu" (Yes 62:5). Kebersamaan dalam organisasi atau pauguyuban hendanya bagaikan kebersamaan pengantin baru, yang penuh keceriaan, harapan, cita-cata, dambaan dan kegirangan.  

 

"Nyanyikanlah nyanyian baru bagi TUHAN, menyanyilah bagi TUHAN, hai segenap bumi! Menyanyilah bagi TUHAN, pujilah nama-Nya, kabarkanlah keselamatan yang dari pada-Nya dari hari ke hari. Ceritakanlah kemuliaan-Nya di antara bangsa-bangsa dan perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib di antara segala suku bangsa" (Mzm 96:1-3)

 

Jakarta, 17 Januari 2010


Kamis, 14 Januari 2010

15 Jan - 1Sam 8:4-7.10-22a; Mrk 2:1-12

"Mengapa kamu berpikir begitu dalam hatimu?"

(1Sam 8:4-7.10-22a; Mrk 2:1-12)

 

"Kemudian, sesudah lewat beberapa hari, waktu Yesus datang lagi ke Kapernaum, tersiarlah kabar, bahwa Ia ada di rumah. Maka datanglah orang-orang berkerumun sehingga tidak ada lagi tempat, bahkan di muka pintu pun tidak. Sementara Ia memberitakan firman kepada mereka, ada orang-orang datang membawa kepada-Nya seorang lumpuh, digotong oleh empat orang. Tetapi mereka tidak dapat membawanya kepada-Nya karena orang banyak itu, lalu mereka membuka atap yang di atas-Nya; sesudah terbuka mereka menurunkan tilam, tempat orang lumpuh itu terbaring. Ketika Yesus melihat iman mereka, berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu: "Hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni!" Tetapi di situ ada juga duduk beberapa ahli Taurat, mereka berpikir dalam hatinya: "Mengapa orang ini berkata begitu? Ia menghujat Allah. Siapa yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah sendiri?"Tetapi Yesus segera mengetahui dalam hati-Nya, bahwa mereka berpikir demikian, lalu Ia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu berpikir begitu dalam hatimu? Manakah lebih mudah, mengatakan kepada orang lumpuh ini: Dosamu sudah diampuni, atau mengatakan: Bangunlah, angkatlah tilammu dan berjalan? Tetapi supaya kamu tahu, bahwa di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa" -- berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu --: "Kepadamu Kukatakan, bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu!" Dan orang itu pun bangun, segera mengangkat tempat tidurnya dan pergi ke luar di hadapan orang-orang itu, sehingga mereka semua takjub lalu memuliakan Allah, katanya: "Yang begini belum pernah kita lihat."(Mrk 2:1-12), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Dengan kehadiran dan karya pelayanan Yesus, yang mempengaruhi dan menarik banyak orang untuk mengikutiNya, maka para ahli Taurat merasa tersingkirkan, kurang dihormati oleh umat. Maka ketika Yesus meyembuhkan orang lumpuh dengan bersabda :"Hai, anakku dosamu sudah diampuni", mereka berpikiran jahat karena mereka juga tidak percaya bahwa Yesus adalah Mesias, Penyelamat Dunia. Pengampunan yang menyembuhkan itulah yang terjadi, dan kita pun sering juga cemburu atau irihati ketika ada salah seorang saudara kita mendapat kasih pengampunan dari saudara-saudarinya atau yang berwajib. Dosa dan kasih pengampunan memang erat kaitannya dengan sakit dan penyembuhan. Entah sakit apapun hemat saya terjadi karena dosa, entah dosa yang bersangkutan atau dosa orang lain. Kita semua mendambahkan hidup sehat dan segar bugar, maka marilah kita hidup saling mengasihi dan mengampuni. Hidup saling mengasihi dan mengampuni pada masa kini kiranya mendesak dan up to date untuk kita hayati dan sebarluaskan dalam cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari, mengingat dan mempertimbangkan masih maraknya irihati, cemburu dan saling berpikiran jahat masih marak di sana-sini. Biarkanlah dengan hidup dan bertindak saling mengampuni, mereka yang melihat apa yang kita lakukan akan berkata:"Yang begini belum pernah kita lihat".

·   "Dengarkanlah permintaan mereka dan angkatlah seorang raja bagi mereka." (1Sam 8:22a), demikian firman Tuhan kepada Samuel. Samuel adalah seorang hakim dan menjadi tua; apa yang disebut hakim adalah utusan Allah yang bertugas untuk mendampingi dan menuntun bangsanya atau saudara-saudarinya ke jalan benar dan baik, demi keselamatan dan kesejahteraan mereka. Hakim juga boleh dikatakan sebagai pemimpin bangsa. Ketika Samuel menjadi tua, maka bangsa atau saudara-saudarinya menghendaki sebagai penggantinya hendaknya diangkat seorang raja. Yang disebut raja pada umumnya cenderung menguasai dan gila hormat, maka Samuel merasa permintaan bangsanya tersebut tidak benar, namun Tuhan berfirman kepadanya agar Samuel mengangkat seorang raja bagi mereka. Bagaimanapun seorang pemimpin diharapkan mendengarkan dambaan dan kerinduan yang dipimpin, bangsanya, itulah kiranya yang dikehendaki oleh Tuhan. Maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan siapapun yang berfungsi sebagai pemimpin atau merasa menjadi pemimpin hendaknya mendengarkan dambaan dan kerinduan yang dipimpin. Dengan kata lain menghayati kepemimpinan partisipatif dengan mendengarkan mereka yang dipimpin. Kepemimpinan di dalam Gereja Katolik diharapkan demikian adanya, kepemimpinan partisipatif. Demikian juga kami berharap kepada mereka yang menjadi kepala keluarga atau pemimpin hidup bersama di tingkat apapun, kami dambakan menghayati kepemimpinan partisipatif. Jauhkan sikap mental diktator atau ingin menang sendiri. Tuhan hadir dan berkarya dimana-mana, terutama dalam diri manusia yang beriman, maka mendengarkan dambaan dan kerinduan umat beriman berarti mendengarkan kehendak Tuhan.

 

"Berbahagialah bangsa yang tahu bersorak-sorai, ya TUHAN, mereka hidup dalam cahaya wajah-Mu; karena nama-Mu mereka bersorak-sorak sepanjang hari, dan karena keadilan-Mu mereka bermegah"

(Mzm 89:16-17)

 

Jakarta, 15 Januari 2010


Rabu, 13 Januari 2010

14 jan - 1Sam 4:1-11; Mrk 1:40-45

"Orang terus juga datang kepadaNya dari segala penjuru"

(1Sam 4:1-11; Mrk 1:40-45)

 

"Seorang yang sakit kusta datang kepada Yesus, dan sambil berlutut di hadapan-Nya ia memohon bantuan-Nya, katanya: "Kalau Engkau mau, Engkau dapat mentahirkan aku." Maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan, lalu Ia mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu dan berkata kepadanya: "Aku mau, jadilah engkau tahir." Seketika itu juga lenyaplah penyakit kusta orang itu, dan ia menjadi tahir. Segera Ia menyuruh orang itu pergi dengan peringatan keras: "Ingatlah, janganlah engkau memberitahukan apa-apa tentang hal ini kepada siapa pun, tetapi pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam dan persembahkanlah untuk pentahiranmu persembahan, yang diperintahkan oleh Musa, sebagai bukti bagi mereka." Tetapi orang itu pergi memberitakan peristiwa itu dan menyebarkannya kemana-mana, sehingga Yesus tidak dapat lagi terang-terangan masuk ke dalam kota. Ia tinggal di luar di tempat-tempat yang sepi; namun orang terus juga datang kepada-Nya dari segala penjuru" (Mrk 1:40-45), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Karena belas kasihanNya terhadap mereka yang menderita sakit serta dengan cepat mampu menyembuhkan mereka yang sakit, maka banyak tergerak datang kepadaNya untuk mohon penyembuhan. Pengalaman ini kiranya baik menjadi refleksi atau bahan mawas diri bagi mereka yang bekerja dalam pelayanan kesehatan, entah secara pribadi maupun organisatoris. Secara pribadi misalnya dokter yang praktek pelayanan di rumah, para dukun, sedangkan secara organisatoris adalah rumah sakit, poliklinik dst.. Pertanyaan yang baik kami angkat adalah "Apakah banyak orang datang minta pelayanan untuk disembuhkan?". Pelayanan anda akan menarik dan menggerakkan banyak orang untuk datang berobat atau mohon penyembuhan melalui pelayanan anda, jika mereka menerima pelayanan baik serta cepat sembuh dari penyakitnya. Untuk itu memang perlu diperhatikan sikap mental mereka yang terlibat dalam proses penyembuhan, misalnya para dokter, perawat maupun tenaga medis lainnya serta lingkungan hidup tempat pelayanan, entah rumah atau rumah sakit. Para dokter hendaknya dengan cermat mendiagnose penyakit pasien, sehingga proses penyembuhan, entah dengan memberi obat dll. dapat terlaksana dengan cepat dan tepat. Para pembantu dokter, entah perawat atau tenaga medis lainnya hendaknya dengan lembah lembut dan ramah dalam melayani pasien, sedangkan lingkungan rumah sakit atau tempat pasien dirawat hendaknya bersih, nyaman dan enak, sehingga pasien dan keluarganya merasa puas dan gembira. Ketepatan, keramahan dan lingkungan hidup yang baik rasanya akan memberi dukungan penyembuhan lebih cepat bagi pasien, dan dengan demikian banyak orang akan datang minta diobati atau disembuhkan dari penyakit mereka.

·   "Segera sesudah tabut perjanjian TUHAN sampai ke perkemahan, bersoraklah seluruh orang Israel dengan nyaring, sehingga bumi bergetar" (1 Sam  4:5). Bersama dengan Tuhan orang Israel dapat mengalahkan orang-orang Filistin. Baiklah pengalaman ini kita refleksikan, tentu bukan dalam perang dengan saudara-saudari kita atau orang lain, melainkan perang melawan kejahatan dan aneka macam godaan setan maupun aneka macam jenis penyakit yang marak di sana-sini, entah sakit hati, sakit jiwa, sakit akal budi maupun sakit tubuh. Segala macam bentuk kejahatan maupun penyakit bersumber dari setan atau roh jahat, maka mereka yang berbuat jahat maupun menderita sakit hemat saya kurang atau tidak bersama dan bersatu dengan Tuhan di dalam hidup sehari-hari. Jika dalam hidup sehari-hari kita bersama dan bersatu dengan Tuhan, maka kita akan senantiasa dalam keadaan sehat dan segar bugar serta mampu mengalahkan aneka kejahatan dan penyakit. Bersama dan bersatu dengan Tuhan berarti senantiasa berbuat baik atau berbudi pekerti luhur, dan secara konkret berarti taat dan melaksanakan melaksanakan atau menghayati janji yang pernah diikrarkan serta aneka tatanan dan aturan yang terkait dengan janji tersebut. Sebagai orang yang telah dibaptis hendaknya setia pada janji baptis, sebagai suami-isteri hendaknya setia pada janji perkawinan, sebagai biarawan-biarawati hendaknya setia pada trikaul, dst.. Orang baik, berbudi pekerti luhur dan setia pada janji yang pernah diikrarkan pasti akan menggetarkan lingkungan, artinya mengingatkan sesama akan Tuhan yang telah menciptakan dan mendampingi mereka dalam perjalanan hidup maupun pelaksanaan aneka tugas pengutusan atau penghayatan panggilan. Kami ingatkan juga bagi kita semua hendaknya tidak melupakan hidup doa dalam kegiatan, kesibukan dan pelayanan kita sehar-hari.

 

"Engkau membuat kami menjadi cela bagi tetangga-tetangga kami, menjadi olok-olok dan cemooh bagi orang-orang sekeliling kami. Engkau membuat kami menjadi sindiran di antara bangsa-bangsa, menyebabkan suku-suku bangsa menggeleng-geleng kepala…Terjagalah! Mengapa Engkau tidur, ya Tuhan? Bangunlah! Janganlah membuang kami terus-menerus! Mengapa Engkau menyembunyikan wajah-Mu dan melupakan penindasan dan impitan terhadap kami" (Mzm 44:14-15.24-25)

Jakarta, 14 Januari 2010  


Selasa, 12 Januari 2010

13 Jan - 1Sam 3:1-10.19-20; Mrk 1:29-39

"Semua orang mencari Engkau."

(1Sam 3:1-10.19-20; Mrk 1:29-39)

 

"Sekeluarnya dari rumah ibadat itu Yesus dengan Yakobus dan Yohanes pergi ke rumah Simon dan Andreas. Ibu mertua Simon terbaring karena sakit demam. Mereka segera memberitahukan keadaannya kepada Yesus. Ia pergi ke tempat perempuan itu, dan sambil memegang tangannya Ia membangunkan dia, lalu lenyaplah demamnya. Kemudian perempuan itu melayani mereka. Menjelang malam, sesudah matahari terbenam, dibawalah kepada Yesus semua orang yang menderita sakit dan yang kerasukan setan. Maka berkerumunlah seluruh penduduk kota itu di depan pintu. Ia menyembuhkan banyak orang yang menderita bermacam-macam penyakit dan mengusir banyak setan; Ia tidak memperbolehkan setan-setan itu berbicara, sebab mereka mengenal Dia. Pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap, Ia bangun dan pergi ke luar. Ia pergi ke tempat yang sunyi dan berdoa di sana. Tetapi Simon dan kawan-kawannya menyusul Dia; waktu menemukan Dia mereka berkata: "Semua orang mencari Engkau." Jawab-Nya: "Marilah kita pergi ke tempat lain, ke kota-kota yang berdekatan, supaya di sana juga Aku memberitakan Injil, karena untuk itu Aku telah datang." Lalu pergilah Ia ke seluruh Galilea dan memberitakan Injil dalam rumah-rumah ibadat mereka dan mengusir setan-setan" (Mrk 1:29-39), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Karena kuasa penyembuhanNya, maka Yesus dicari banyak orang yang mohon penyembuhan. Ia sungguh dikenal dan menjadi terkenal karena penyembuhan yang dilakukanNya, dan dengan demikian ada bahaya banyak orang dapat salah faham perihal Dia. Yang utama dan pertama-tama menjadi tugas pengutusanNya adalah mewartakan Kabar Gembira atau Pertobatan ke seluruh dunia; sedangkan penyembuhan orang sakit hanya merupakan salah satu kegiatanNya. Maka Ia 'menyepi' untuk berdoa seorang diri guna mencari kejernihan dan kemurnian tugas pengutusanNya. Ketika Yesus tahu bahwa orang banyak tersebut nampaknya akan menahan Dia di tempat tertentu, maka Ia berkata kepada para rasul:"Marilah kita pergi ke tempat lain, kota-kota berdekatan, supaya di sana juga Aku memberitakan Injil, karena untuk itu Aku telah datang".  Apa yang dilakukan oleh Yesus ini kiranya dapat menjadi bahan permenungan atau refleksi kita. Setiap hari kita mungkin bekerja giat secara rutin, dan tanpa sadar diri kita berkembang bagaikan mesin, hanya mengikuti arus umum, yang belum tentu benar dan baik. Maka  baiklah setiap hari kita menyisihkan waktu khusus untuk mengadakan 'pemeriksaan batin', mawas diri apakah kita berjalan di jalan yang benar, bekerja sesuai dengan visi atau spiritualitas? Hendaknya kita jangan sampai terkurung atau terpenjara oleh rutinitas, melainkan usahakan aneka pembaharuan yang dituntut sesuai dengan perkembangan zaman.

·   "Samuel makin besar dan TUHAN menyertai dia dan tidak ada satu pun dari firman-Nya itu yang dibiarkan-Nya gugur" (1Sam 3:19).. Samuel, anak Hana, sungguh membuka diri terhadap Sabda Tuhan, sehingga ia makin besar dan Tuhan menyertai dia. Pengalaman Samuel ini kiranya dapat menjadi bahan pembelajaran bagi kita semua: siap sedia mendengarkan sabda Tuhan dimanapun dan kapanpun. Tuhan bersabda tidak hanya melalui para penulis Kitab Suci, tetapi juga bersabda melalui ciptaan-ciptaanNya yang terus bertumbuh dan berkembang, dan.tentu saja dalam diri manusia, yang diciptakan sesuai dengan gambar atau citra Allah.  Berkat penyertaan dan rahmat Tuhan cukup banyak manusia telah menghasilkan aneka produk tehnologi yang sangat berpengaruh dalam kehidupan bersama masa kini, misalnya internet/email dan hand phone/HP, dst..  Dua jenis buah karya manusia ini kiranya telah mengubah cara hidup dan cara bertindak banyak orang di dunia masa kini, dan kiranya akan terus berubah dan berkembang. Marilah kita buka diri kita terhadap aneka perkembangan dan pertumbuhan yang terjadi, antara lain kita fungsikan sarana teknologi canggih tersebut, internet/email maupun hand phone/HP, untuk pewartaan Kabar Baik, menyebarluaskan apa yang baik dan menyelamatkan jiwa manusia. Kami percaya jika Tuhan menyertai kita, maka kita pasti akan memfungsikan sarana komunikasi modern tersebut untuk menyebarluaskan apa yang baik dan menyelamatkan jiwa manusia  Melalui sarana komunikasi modern tersebut kita juga dapat belajar banyak hal, dalam arti aneka macam tulisan yang ditulis dalam ilham Roh, sehingga berguna untuk mengajar, mendidik dan membimbing kita. Semoga kita semua semakin besar dan Tuhan senantiasa menyertai kita kapanpun dan dimanapun.

 

"Berbahagialah orang, yang menaruh kepercayaannya pada TUHAN, yang tidak berpaling kepada orang-orang yang angkuh, atau kepada orang-orang yang telah menyimpang kepada kebohongan! Engkau tidak berkenan kepada korban sembelihan dan korban sajian, tetapi Engkau telah membuka telingaku; korban bakaran dan korban penghapus dosa tidak Engkau tuntut. Lalu aku berkata: "Sungguh, aku datang; dalam gulungan kitab ada tertulis tentang aku; aku suka melakukan kehendak-Mu, ya Allahku; Taurat-Mu ada dalam dadaku."

(Mzm 40:5-9)

 

Jakarta, 13 Januari 2010


Senin, 11 Januari 2010

12 Jan - 1Sam 1:9-20; Mrk 1:21-28

"Ia mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa"

(1Sam 1:9-20; Mrk 1:21-28)

 

"Mereka tiba di Kapernaum. Setelah hari Sabat mulai, Yesus segera masuk ke dalam rumah ibadat dan mengajar. Mereka takjub mendengar pengajaran-Nya, sebab Ia mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa, tidak seperti ahli-ahli Taurat. Pada waktu itu di dalam rumah ibadat itu ada seorang yang kerasukan roh jahat. Orang itu berteriak: "Apa urusan-Mu dengan kami, hai Yesus orang Nazaret? Engkau datang hendak membinasakan kami? Aku tahu siapa Engkau: Yang Kudus dari Allah." Tetapi Yesus menghardiknya, kata-Nya: "Diam, keluarlah dari padanya!" Roh jahat itu menggoncang-goncang orang itu, dan sambil menjerit dengan suara nyaring ia keluar dari padanya. Mereka semua takjub, sehingga mereka memperbincangkannya, katanya: "Apa ini? Suatu ajaran baru. Ia berkata-kata dengan kuasa. Roh-roh jahat pun diperintah-Nya dan mereka taat kepada-Nya."Lalu tersebarlah dengan cepat kabar tentang Dia ke segala penjuru di seluruh Galilea" (Mrk 1:21-28), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Nasihat atau ajaran para guru, pendeta atau pastor sering atau pada umumnya lebih berkuasa/berpengaruh pada anak-anak daripada dari orangtuanya, itulah kenyataan yang terjadi di beberapa kota besar di Indonesia, karena anak-anak sering merasa kurang menerima kasih sayang atau perhatian orangtua.Namun pengajaran Yesus lebih berkuasa dari para pengajar, guru, pendeta atau pastor, apalagi bagi mereka yang percaya kepadaNya. Sabda atau ajaran Yesus mampu mengusir dan mengalahkan roh-roh jahat. Maka sebenarnya jika kita hidup dan bertindak sesuai dengan ajaran atau sabda Yesus, kita pun juga mampu mengalahkan aneka kejahatan dan godaan setan. Dengan ini kami mengajak dan mengigatkan kita semua: marilah kita baca, renungkan dan hayati sabda-sabda Tuhan sebagaimana tertulis dalam Kitab Suci. Ingat bagi kita orang Katolik, setelah dibacakan Injil kita menanggapi "SabdaMu adalah jalan, kebenaran dan hidup kami", semoga kata-kata itu tidak hanya merdu di mulut atau nyanyian tetapi juga merdu dalam tindakan atau perilaku ini. Kita hidup sesuai dengan sabda Tuhan, berjalan mengarungi panggilan dan tugas pengutusan sesuai dengan ajaran-ajaranNya. Dengan cara demikian kita pasti akan mampu mengalahkan aneka kejahatan, dan ada kemungkinan cara hidup dan cara bertindak kita akan menjadi bahan perbincangan, omong-omong, bercakap-cakap banyak orang, dan banyak orang pun  juga tergerak untuk semakin beirman, semakin mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan dalam dan melalui hidup sehari-hari. Secara khusus saya juga mendambakan para orangtua: hendaknya nasihat, kata-kata, ajaran orangtua sungguh berkuasa alias menjiwai cara hidup dan cara bertindak anak-anaknya, tentu dalam apa yang baik atau budi pekerti luhur.

·   "TUHAN semesta alam, jika sungguh-sungguh Engkau memperhatikan sengsara hamba-Mu ini dan mengingat kepadaku dan tidak melupakan hamba-Mu ini, tetapi memberikan kepada hamba-Mu ini seorang anak laki-laki, maka aku akan memberikan dia kepada TUHAN untuk seumur hidupnya dan pisau cukur tidak akan menyentuh kepalanya." (1Sam 1:11), demikian doa Hana dari dan dalam kedalaman lubuk hatinya. Doa Hana pun terkabul, setahun setelah doa tersebut Hana melahirkan anak. Mungkin kita akan berkata bahwa doa Hana adalah doa yang penuh kuasa. Memang benar, doa yang sungguh lahir dari hati pasti akan berkuasa atau berpengaruh, bukan doa seperti kata-kata manis dan hampa. Ketika kita berdoa dengan sepenuh hati, jiwa, akal budi dan tubuh, maka apa yang kita doakan atau katakan dalam rupa doa tersebut secara otomatis menjiwai cara hidup dan cara bertindak kita, apalagi yang kita mohon kepada Tuhan adalah yang baik atau berbudi pekerti luhur, sebagaimana dimohon oleh  Hana bahwa jika dianugerahi anak, maka anak itupun kemudian akan dipersembahkan kembali kepada Tuhan. Dengan ini kami mengingatkan dan mengajak kita semua: hendaknya dalam berdoa tidak hanya baik, manis dan merdu di mulut, melainkan di hati. Doa yang baik dan benar adalah hati yang seutuhnya terarah atau dipersembahkan kepada Tuhan, sehingga hati kita bersatu dengan Hati Tuhan, dan karena Tuhan mahasegalanya, maka hati kita pasti akan dikuasai atau dirajai olehNya, dan dengan demikian mau tidak mau kita pasti akan hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak atau perintahNya. Meneladan Hana kami mendambakan para orangtua, khususnya para ibu, untuk dengan jiwa besar dan hati rela berkorban mempersembahkan salah satu anaknya untuk menjadi imam, bruder atau suster, dan untuk itu sedini mungkin anak-anak perlu dibina dan dididik dengan baik ke arah 'man or woman with/for others'.

 

"Busur pada pahlawan telah patah, tetapi orang-orang yang terhuyung-huyung, pinggangnya berikatkan kekuatan. Siapa yang kenyang dahulu, sekarang menyewakan dirinya karena makanan, tetapi orang yang lapar dahulu, sekarang boleh beristirahat. Bahkan orang yang mandul melahirkan tujuh anak, tetapi orang yang banyak anaknya, menjadi layu.TUHAN mematikan dan menghidupkan, Ia menurunkan ke dalam dunia orang mati dan mengangkat dari sana. TUHAN membuat miskin dan membuat kaya; Ia merendahkan, dan meninggikan juga." (1Sam 2:4-7)

 

Jakarta, 12 Januari 2010               


Minggu, 10 Januari 2010

11 Jan - 1Sam 1: 1-8; Mrk 1:14-20

"Mereka pun segera meninggalkan jalanya dan mengikuti Dia"

(1Sam 1: 1-8; Mrk 1:14-20)

 

"Sesudah Yohanes ditangkap datanglah Yesus ke Galilea memberitakan Injil Allah, kata-Nya: "Waktunya telah genap; Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil!" Ketika Yesus sedang berjalan menyusur danau Galilea, Ia melihat Simon dan Andreas, saudara Simon. Mereka sedang menebarkan jala di danau, sebab mereka penjala ikan. Yesus berkata kepada mereka: "Mari, ikutlah Aku dan kamu akan Kujadikan penjala manusia." Lalu mereka pun segera meninggalkan jalanya dan mengikuti Dia. Dan setelah Yesus meneruskan perjalanan-Nya sedikit lagi, dilihat-Nya Yakobus, anak Zebedeus, dan Yohanes, saudaranya, sedang membereskan jala di dalam perahu. Yesus segera memanggil mereka dan mereka meninggalkan ayahnya, Zebedeus, di dalam perahu bersama orang-orang upahannya lalu mengikuti Dia." (Mrk 1:14-29), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Hari ini kita mulai memasuki Masa Biasa dalam Kalendarium Liturgi. Dalam Warta Gembira hari ini melalui kisah panggilan para rasul diajak untuk mengenangkan panggilan kita masing-masing. Begitu melihat dan bertemu dengan Yesus "mereka pun segera meninggalkan jalanya dan mengikuti Dia". Pengalaman para rasul ini kiranya dapat kita kenakan pada diri kita, antara lain: (1) bagi suami-isteri, dahulu begitu ketemu laki-laki atau perempuan yang menarik, mempesona dan memikat, maka langsung meninggalkan orangtua untuk membangun hidup berkeluarga, (2) bagi para anggota lembaga hidup bakti, dahulu ketika tergerak untuk menjadi biarawan atau birawati, segera meninggalkan orangtua dan masuk biara, dst.. Setelah meninggalkan orangtua kita hendak 'mengikuti Dia', Yang Terkasih, entah Yesus atau pasangan hidup, dan dengan demikian dipanggil untuk hidup dan bertindak dengan cara Dia, cara baru, dan untuk itu harus berani meninggalkan 'cara orangtua', hidup mandiri bersama pasangan atau rekan-rekan sekomunitas biara. Meninggalkan orangtua berarti terjadi perubahan atau pembaharuan budaya: cara melihat, cara merasa, cara berpikir, cara bersikap dan cara bertindak sesuai dengan tuntutan hidup terpanggil, entah sebagai suami-isteri, imam, bruder atau suster. Dengan kata lain kita dipanggil untuk menghayati kharisma atau spiritualitas hidup terpanggil kita masing-masing, bukan hidup seenaknya sendiri, mengikuti selera pribadi maupun orangtua. Dalam cara hidup dan cara bertindak kita diharapkan kita juga dapat berperan sebagai 'penjala manusia', artinya lebih mengutamakan keselamatan jiwa manusia.

·   "Hana, mengapa engkau menangis dan mengapa engkau tidak mau makan? Mengapa hatimu sedih? Bukankah aku lebih berharga bagimu dari pada sepuluh anak laki-laki?"(1Sam 1:8), demikian kata Elkana kepada Hana, isterinya yang pertama, yang sedih dan menangis ketika diejek Perina, isteri kedua dari Elkana. Memang pada umumnya seorang isteri akan merasa sedih dan hina ketika tidak dapat mengandung dan melahirkan anak, apalagi karena itu lalu diejek dan dicemooh. Kata-kata Elkana kepada Hana "Bukankah aku lebih berharga bagimu dari pada sepuluh anak laki-laki' kiranya menjadi penghiburan bagi Hana dan juga dapat menjadi bahan permenungan atau refleksi bagi suami atau isteri, entah dianugerahi anak atau tidak. Yang utama dan pertama-tama harus diperdalam, diperkuat dan dihayati adalah kasih antar suami-isteri, yang telah berjanji untuk saling mengasihi baik dalam untung maupun malang, sehat maupun sakit sampai mati. Anak adalah anugerah Allah, maka sang isteri dapat mengandung dan melahirkan seorang anak juga merupakan anugerah Allah. Kitab Hukum Kanonik (KHK) mengajarkan bahwa "dengan perjanjian perkawian pria dan wanita membentuk antara mereka kebersamaan seluruh hidup; dari sifat kodratinya perjanjian itu terarah pada kesejahteraan suami isteri serta kelahiran dan pendidikan anak" (KHK kan 1055). Memang ada dua sifat kodrati kebersamaan hidup suami-isteri: kesejahteraan dan anugerah anak. Hemat saya yang utama dan pertama adalah kesejahteraan; dianugerahi anak, apalagi dalam jumlah banyak, tanpa kesejaheraan hidup pasti akan lebih sengsara dan menderita. Hidup sejahtera dapat terjadi dalam hidup saling mengasihi satu sama lain. Sekali lagi kami tegaskan dan ingatkan di sini, baik bagi suami atau isteri, hendaknya suami lebih mengasihi isterinya daripada anak-anaknya, isteri lebih mengasihi suami daripada anak-anaknya dan kemudian suami-isteri bersama-sama mengasihi anak-anaknya.

 

"Bagaimana akan kubalas kepada TUHAN segala kebajikan-Nya kepadaku? Aku akan mengangkat piala keselamatan, dan akan menyerukan nama TUHAN, akan membayar nazarku kepada TUHAN di depan seluruh umat-Nya. Berharga di mata TUHAN kematian semua orang yang dikasihi-Nya. Ya TUHAN, aku hamba-Mu! Aku hamba-Mu, anak dari hamba-Mu perempuan! Engkau telah membuka ikatan-ikatanku! Aku akan mempersembahkan korban syukur kepada-Mu, dan akan menyerukan nama TUHAN"

(Mzm 116:12-17)

       

Jakarta, 11 Januari 2010