Fans Page Facebook http://imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Sabtu, 27 Oktober 2012

Minggu Biasa XXX

Minggu Biasa XXX: Yer 31:7-9; Ibr 5:1-6; Mrk 10:46-52
"Pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau"

Gus Dur, alm., sebelum dan selama menjadi presiden RI buta matanya, tidak dapat melihat dan membaca dengan baik, namun ia memiliki kepekaan luar biasa atas aneka peristiwa dan kejadian karena pendengarannya yang tajam. Sayang orang-orang disekelilingnya ada yang menjatuhkan-nya, memanfaatkan kebutaannya untuk kepentingan pribadi maupun organisasi atau kelompoknnya. Namun meskipun ia tidak menjadi presiden, ia tetap menjadi 'guru bangsa', yang banyak didatangi orang untuk minta nasihat maupun saran dalam hal hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kata-kata yang keluar dari mulutnya yang lucu dan polos sungguh inspiratif bagi banyak orang untuk semakin beriman, membaktikan diri sepenuhnya kepada Tuhan, karena ia sendiri sungguh beriman. Dalam kutipan Warta Gembira hari ini dikisahkan perihal seorang pengemis yang buta, bernama Bartimeus, yang memiliki kepekaan akan kehadiran Tuhan Yesus, maka ketika Tuhan Yesus melewatinya ia berteriak mohon belas kasihan agar dapat melihat segala sesuatu dengan jelas. Dan Yesus pun dengan gembira mengabulkan permohonan sambil bersabda "Pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau". Marilah kita renungkan sabda Yesus ini atau kita meneladan si pengemis buta, Bartimeus.

"Pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau" (Mrk 10:52)

 Sebagai orang beriman kita semua sering atau banyak bepergian, entah jarak jauh atau jarak dekat. Kami percaya kita semua memiliki indera pendengaran baik dan sehat, maka dengan ini kami berharap dimana pun berada atau kemana pun pergi hendaknya kita fungsikan indera pendengaran kita sebaik dan seoptimal mungkin untuk mendengarkan aneka suara atau informasi yang disampaikan dengan aneka cara. Kita pilah dan pilih aneka suara dan informasi, dan tentu saja hendaknya kemudian memilih apa-apa atau hal-hal yang dapat memperdalam, meneguhkan dan memperkembangkan iman kita kepada Tuhan.
Mungkin kita sering mendengarkan lagu-lagu rohani, entah melalui radio, tv atau youtube, dan kami percaya isi lagu-lagu rohani adalah baik serta berguna bagi kehidupan iman atau agama kita. Dengarkan dan cecap dalam-dalam isi lagu, agar iman anda semakin mendalam, handal dan teguh, dan dengan demikian kita selamat dalam perjalanan hidup maupun penghayatan panggilan dan pelaksanaan tugas pengutusan. Kita masih berada di bulan Oktober, bulan rosario, dan kita diajak untuk mengenangkan SP Maria dengan berdoa rosario. SP Maria, teladan umat beriman, dikenal sebagai 'yang mendengarkan dan memelihara firman Tuhan', maka dengan ini kami mengajak segenap umat beriman untuk meneladannya. Dengan rendah hati, hati, jiwa, akal budi yang terbuka, marilah kita dengarkan dan cecap dalam-dalam firman Tuhan, sebagaimana tertulis di dalam Kitab Suci.

Kita semua juga diingatkan bahwa yang menyelamatkan dan membahagiakan jiwa dan hidup kita adalah iman, bukan harta benda, pangkat/kedudukan maupun kehormatan duniawi. Maka kami berharap sebagai orang beriman dengan semangat iman menggunakan atau memfungsikan aneka harta benda, pangkat/kedudukan maupun kehormatan duniawi. Marilah kita sadari dan hayati bahwa harta benda, pangkat/kedudukan maupun kehormatan duniawi merupakan anugerah Tuhan yang kita terima melalui saudara-saudari kita, maka selayaknya semuanya kita fungsikan agar kita semakin ber-Tuhan, semakin dikasihi oleh Tuhan maupun saudara-saudari kita.

Setelah kita merasa dan menghayati diri sebagai yang telah semakin dikasihi oleh Tuhan maupun saudara-saudari kita, maka selayaknya kita juga semakin mengasihi orang lain tanpa kenal batas, agar orang lain juga semakin beriman, semakin dikasihi oleh Tuhan dan sesamanya. Marilah kita saling mendukung dan bekerjasama meningkatkan diri kita masing-masing agar semakin beriman, semakin dikasihi oleh Tuhan maupun saudara-saudari kita. Jika kita sungguh beriman kiranya dalam situasi dan kondisi macam apapun kita tetap ceria dan bergembira, apalagi jika kita beriman kepada Yesus Kristus, yang telah menderita sengsara dan wafat di kayu salib, dimana segala penderitaan kita tidak seimbang jika dibandingkan dengan penderitaanNya.

"Sebab setiap imam besar, yang dipilih dari antara manusia, ditetapkan bagi manusia dalam hubungan mereka dengan Allah, supaya ia mempersembahkan persembahan dan korban karena dosa.Ia harus dapat mengerti orang-orang yang jahil dan orang-orang yang sesat, karena ia sendiri penuh dengan kelemahan,yang mengharuskannya untuk mempersembahkan korban karena dosa, bukan saja bagi umat, tetapi juga bagi dirinya sendiri" (Ibr 5:1-3)

Panggilan dan fungsi seorang imam adalah pengantara, "ditetapkan bagi manusia dalam hubungan mereka dengan Allah, supaya ia mempersembahkan persembahan dan korban karena dosa". Maka dengan ini pertama-tama saya mengajak dan mengingatkan rekan-rekan imam untuk hidup dan bertindak dimana pun dan kapan pun sebagai pengantara antara Allah dan manusia alias menjadi penyalur rahmat atau berkat Allah bagi sesama manusia dan doa-doa, dambaan, kerinduan, harapan umat manusia bagi Allah.

Penyalur yang baik juga tidak pernah mengeluh dan menggerutu ketika harus menderita, serta tidak pernah menyakiti orang lain sedikitpun dan jujur serta disiplin. Ada tradisi dalam Gereja Katolik yang sampai kini masing berlangsung di paroki-paroki, yaitu kebiasaan memberkati anak-anak setelah penerimaan komuni kudus. Semoga pemberkatan ini tidak hanya sekedar formalitas atau basa-basi belaka, tetapi sungguh terwujud, dan anak-anak yang menerima berkat kemudian tersentuh untuk semakin beriman, semakin membaktikan diri sepenuhnya kepada Tuhan dan ada kemungkinan di antara mereka juga ada yang tergerak untuk menjadi imam, bruder atau suster. Dengan kata lain kami berharap dengan hati jujur imam memberkati anak-anak.

Tidak mengeluh dan tidak menggerutu pada masa kini sungguh merupakan tantangan berat, apalagi pada masa kini banyak tantangan dan cobaan yang menghadang di depan kita dalam hidup sehari-hari. Panggilan untuk tidak mengeluh dan tidak menggerutu ini kami harapkan juga dihayati oleh seluruh umat Allah atau umat beriman. Dalam suatu kesempatan mengikuti lokakarya ada seorang pembicara yang mensharing pengalamannya, yaitu menjadi segala macam bentuk kegagalan sebagai sahabat, maksudnya ketika kita gagal hendaknya tidak menjadi sedih melainkan kesempatan untuk belajar dan meningkatkan diri. Kami percaya bahwa kita semua pernah dan akan mengalami kegagalan-kegagalan dalam hidup maupun tugas pekerjaan, maka jadikan kegagalan dengan gembira sebagai kesempatan untuk belajar dan bertumbuh-berkembang terus menerus sebagai orang beriman.
 
"Sebab beginilah firman TUHAN: Bersorak-sorailah bagi Yakub dengan sukacita, bersukarialah tentang pemimpin bangsa-bangsa! Kabarkanlah, pujilah dan katakanlah: TUHAN telah menyelamatkan umat-Nya, yakni sisa-sisa Israel! Sesungguhnya, Aku akan membawa mereka dari tanah utara dan akan mengumpulkan mereka dari ujung bumi; di antara mereka ada orang buta dan lumpuh, ada perempuan yang mengandung bersama-sama dengan perhimpunan yang melahirkan; dalam kumpulan besar mereka akan kembali ke mari!Dengan menangis mereka akan datang, dengan hiburan Aku akan membawa mereka; Aku akan memimpin mereka ke sungai-sungai, di jalan yang rata, di mana mereka tidak akan tersandung; sebab Aku telah menjadi bapa Israel, Efraim adalah anak sulung-Ku" (Yer 31:7-9). Kutipan ini kiranya dapat menjadi permenungan atau refleksi kita, yaitu 'berorak-sorai dan bersukacita' dalam situasi dan kondisi apapun, dan dimana pun

"Ketika TUHAN memulihkan keadaan Sion, keadaan kita seperti orang-orang yang bermimpi. Pada waktu itu mulut kita penuh dengan tertawa, dan lidah kita dengan sorak-sorai. Pada waktu itu berkatalah orang di antara bangsa-bangsa: "TUHAN telah melakukan perkara besar kepada orang-orang ini!" TUHAN telah melakukan perkara besar kepada kita, maka kita bersukacita. Pulihkanlah keadaan kami, ya TUHAN, seperti memulihkan batang air kering di Tanah Negeb! Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan bersorak-sorai" (Mzm 126:1-5)

Ign 28 Oktober 2012

Jumat, 26 Oktober 2012

27Okt


Biarkanlah dia tumbuh tahun ini lagi aku akan mencangkul tanah sekelilingnya dan memberi pupuk kepadanya"
(Ef 4:7-16; Luk 13:1-9)

" Pada waktu itu datanglah kepada Yesus beberapa orang membawa kabar tentang orang-orang Galilea, yang darahnya dicampurkan Pilatus dengan darah korban yang mereka persembahkan.  Yesus menjawab mereka: "Sangkamu orang-orang Galilea ini lebih besar dosanya dari pada dosa semua orang Galilea yang lain, karena mereka mengalami nasib itu?  Tidak! kata-Ku kepadamu. Tetapi jikalau kamu tidak bertobat, kamu semua akan binasa atas cara demikian.  Atau sangkamu kedelapan belas orang, yang mati ditimpa menara dekat Siloam, lebih besar kesalahannya dari pada kesalahan semua orang lain yang diam di Yerusalem?  Tidak! kata-Ku kepadamu. Tetapi jikalau kamu tidak bertobat, kamu semua akan binasa atas cara demikian."  Lalu Yesus mengatakan perumpamaan ini: "Seorang mempunyai pohon ara yang tumbuh di kebun anggurnya, dan ia datang untuk mencari buah pada pohon itu, tetapi ia tidak menemukannya.  Lalu ia berkata kepada pengurus kebun anggur itu: Sudah tiga tahun aku datang mencari buah pada pohon ara ini dan aku tidak menemukannya. Tebanglah pohon ini! Untuk apa ia hidup di tanah ini dengan percuma!  Jawab orang itu: Tuan, biarkanlah dia tumbuh tahun ini lagi, aku akan mencangkul tanah sekelilingnya dan memberi pupuk kepadanya, mungkin tahun depan ia berbuah; jika tidak, tebanglah dia!"(Luk 13:1-9), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Sabda hari ini kiranya baik untuk menjadi bahan permenungan atau refleksi bagi orangtua, guru/ pendidik, pamong, pemimpin/pembesar dst.., yang memiliki tanggungjawab untuk mendidik dan membina. Kami percaya anda semua menghadapi anak-anak, peserta didik, anggota atau bawahan yang bermasalah, entah karena kurang terampil, kurang cerdas, kurang bermoral/kurang berbudi pekerti luhur dst.. Anda semua diingatkan untuk dengan sabar, rendah hati dan lemah lembut memberi kesempatan dan kemungkinan kepada mereka yang bermasalah dapat tumbuh-berkembang dengan baik atau bertobat, memperbaharui diri. Untuk itu berilah tantangan-tantangan atau tugas yang dapat mereka kerjakan dengan baik, dan sedikit demi sedikit tantangan diperbesar terus menerus. Hemat saya di dunia ini tidak ada orang bodoh, pemalas, tak bermoral jika semua orang memperoleh kesempatan dan kemungkinan untuk tumbuh-berkembang dengan baik dan benar. Maka kepada mereka yang belum memperoleh kesempatan dan kemungkinan dididik dan dibina dengan baik dan benar, marilah kita beri kesempatan dan kemungkinan. Tuhan begitu sabar menganugerahi kesempatan dan kemungkinan bagi kita semua untuk tumbuh berkembang sebagaimana adanya saat ini, maka marilah kita teruskan kesabaran Tuhan tersebut kepada saudara-saudari kita. Hendaknya kita juga tidak dengan mudah mengadili atau memberi keputusan bagi orang lain.

·   "Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar, untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus," (Ef 4:11-12). Masing-masing dari kita dianugerahi rahmat, bakat, keterampilan, kecakapan dst.. yang berbeda satu sama lain. Kita semua diingatkan untuk menggunakan atau memfungsikan rahmat, bakat, keterampilan, kecakapan dst.. untuk kepentingan bersama, kesejahteraan umum /bonum commune, bukan untuk diri sendiri. Karena semuanya adalah anugerah Tuhan, maka selayaknya kita fungsikan sesuai dengan kehendak Tuhan, yaitu pembangunan hidup bersama yang baik, damai sejahtera, adil dan makmur. Maka dengan ini kami berharap kepada mereka yang dianugerahi kelebihan atau keunggulan dalam bakat, keterampilan dan kecakapan untuk senantiasa berpihak kepada kepentingan umum atau komunitas atau rakyat. Mereka yang berada di poros Badan Publik dan poros Bisnis, alias yang memiliki kuasa dan kedudukan, dan harta benda atau uang, hendaknya senantiasa melangkah maju bersama komunitas atau rakyat. Semoga para wakil rakyat sungguh mewakili rakyat, tidak hanya demi kepentingan organisasinya; ingatlah anda adalah wakil dan ketua anda adalah rakyat, maka jika anda tidak sungguh-sungguh mewakili rakyat, jangan heran jika pada suatu saat rakyat memecat anda dengan demonstrasi atau cara lain. Para kepala pemerintahan, pusat maupun daerah, juga dipilih oleh rakyat, maka hendaknya senantiasa berusaha mensejahterakan rakyat. Tanda keberhasilan atau kesuksesan kinerja anda adalah kesejahteraan hidup rakyat, baik batin maupun fisik, rohani maupun jasmani.

"Aku bersukacita, ketika dikatakan orang kepadaku: "Mari kita pergi ke rumah TUHAN." Sekarang kaki kami berdiri di pintu gerbangmu, hai Yerusalem. Hai Yerusalem, yang telah didirikan sebagai kota yang bersambung rapat, ke mana suku-suku berziarah, yakni suku-suku TUHAN, untuk bersyukur kepada nama TUHAN sesuai dengan peraturan bagi Israel. Sebab di sanalah ditaruh kursi-kursi pengadilan, kursi-kursi milik keluarga raja Daud." (Mzm 122:1-5)
Ign 27 Oktober 2012
__._,_.___

Kamis, 25 Oktober 2012

26 Okt

"Mengapakah kamu tidak dapat menilai zaman ini?"
(Ef 4:1-6; Luk 12:54-59)

" Yesus berkata pula kepada orang banyak: "Apabila kamu melihat awan naik di sebelah barat, segera kamu berkata: Akan datang hujan, dan hal itu memang terjadi. Dan apabila kamu melihat angin selatan bertiup, kamu berkata: Hari akan panas terik, dan hal itu memang terjadi. Hai orang-orang munafik, rupa bumi dan langit kamu tahu menilainya, mengapakah kamu tidak dapat menilai zaman ini? Dan mengapakah engkau juga tidak memutuskan sendiri apa yang benar? Sebab, jikalau engkau dengan lawanmu pergi menghadap pemerintah, berusahalah berdamai dengan dia selama di tengah jalan, supaya jangan engkau diseretnya kepada hakim dan hakim menyerahkan engkau kepada pembantunya dan pembantu itu melemparkan engkau ke dalam penjara. Aku berkata kepadamu: Engkau tidak akan keluar dari sana, sebelum engkau membayar hutangmu sampai lunas." (Luk 12:54-59), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Sabda hari ini mengajak dan mengingatkan kita semua untuk memiliki kepekaan terhadap tanda-tanda zaman atau gejala-gejala alam , dan tentu saja juga gejala yang terjadi dalam tubuh kita sendiri (terutama bagi rekan-rekan perempuan terkait perihal menstruasi atau kehamilan). Kami mengajak pertama-tama marilah kita peka terhadap gejala-gejala yang terjadi di dalam tubuh kita masing-masing, misalnya gejala sakit, gejala mau menstruasi dst.., dan kita tanggapi gejala tersebut dengan memadai, sehingga kita selamat. Jika kita peka terhadap gejala yang ada dalam tubuh kita, maka kami percaya kita akan peka terhadap gejala-gejala alam di lingkungan kita. Dalam hal gejala alam kiranya para petani atau pelaut sangat peka, karena setiap hari hidup dan kerja mereka di alam bebas serta sangat tergantung pada gejala-gejala alam. Bagi kita semua agar kita peka terhadap aneka gejala di lingkungan hidup kita, caranya adalah mawas diri atau pemeriksaan batin setiap hari, maka hendaknya jangan melupakan mawas diri atau pemeriksaan batin setiap hari, dan sebaiknya dilakukan menjelang istirihat malam. Jika kita terbiasa mawas diri atau pemeriksaan batin, maka kita akan terampil dalam pembedaan roh atau spiritual discernment. Secara kebetulan hari ini rekan-rekan Islam merayakan hari raya Idul Adha, hari korban, dan dalam memilih binatang korban sungguh cermat, artinya dipilih yang terbaik. Semoga pengalaman memilih binatang korban ini juga meluas dalam hidup sehari-hari, yaitu senantiasa memilih apa yang baik, untuk dikerjakan atau dihayati. Marilah kita tanggapi gejala alam di lingkungan hidup kita sebaik mungkin demi keselamatan dan kebahagiaan hidup kita semua.

·   "Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut, dan sabar. Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu.Dan berusahalah memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera: satu tubuh, dan satu Roh, sebagaimana kamu telah dipanggil kepada satu pengharapan yang terkandung dalam panggilanmu, satu Tuhan, satu iman, satu baptisan, satu Allah dan Bapa dari semua, Allah yang di atas semua dan oleh semua dan di dalam semua" (Ef 4:2-6). Ajakan Paulus ini kiranya layak kita tanggapi dengan sepenuh hati, kita laksanakan atau hayati dalam cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari dimana pun dan kapan pun, yaitu hidup dan bertindak dengan "rendah hati, lemah lembut dan sabar". Keutamaan-keutamaan ini hemat saya pada masa kini sungguh mendesak dan up to date untuk kita hayati dan sebarluaskan. Baiklah yang akan saya angkat dan refleksikan adalah keutamaan sabar. "Sabar adalah sikap dan perilaku yang menunjukkan kemampuan dalam mengendalikan gejolak diri dan tetap bertahan seperti keadaan semula dalam menghadapi berbagai rangsangan atau masalah" (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka – Jakarta 1997, hal 24). Berbagai rangsangan dan masalah muncul setiap saat di hadapan kita setiap hari, misalnya rangsangan akan kenikmatan dalam hal makan, minum dan tidur, seks, rangsangan untuk memiliki dan membeli sesuatu yang baru dst.. Masalah dapat beraneka ragam, apalagi jika kita setia pada panggilan dan tugas pengutusan, maka kita pasti akan menghadapi banyak masalah. Semoga kita tidak tergoda untuk mengikuti rangsangan atau tergesa-gesa menyelesaikan masalah. Untuk itu hendaknya kita menghadapi rangsangan maupun masalah dengan berdoa, mohon kekuatan dan pencerahan dari Tuhan dalam menghadapi rangsangan dan memecahkan masalah. Bersama dan bersatu dengan Tuhan kita akan mampu mengatasi rangsangan maupun masalah yang mendatangi diri kita, dan memang untuk itu kita harus berani berkorban dan berjuang.

"TUHANlah yang empunya bumi serta segala isinya, dan dunia serta yang diam di dalamnya. Sebab Dialah yang mendasarkannya di atas lautan dan menegakkannya di atas sungai-sungai."Siapakah yang boleh naik ke atas gunung TUHAN? Siapakah yang boleh berdiri di tempat-Nya yang kudus?""Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya, yang tidak menyerahkan dirinya kepada penipuan, dan yang tidak bersumpah palsu." (Mzm 24:1-4)
Ign 26 Oktober 2012

25 Okt


"Aku datang untuk melemparkan api ke bumi"
(Ef 3:14-21; Luk 12:49-53)

"Aku datang untuk melemparkan api ke bumi dan betapakah Aku harapkan, api itu telah menyala! Aku harus menerima baptisan, dan betapakah susahnya hati-Ku, sebelum hal itu berlangsung! Kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi? Bukan, kata-Ku kepadamu, bukan damai, melainkan pertentangan. Karena mulai dari sekarang akan ada pertentangan antara lima orang di dalam satu rumah, tiga melawan dua dan dua melawan tiga. Mereka akan saling bertentangan, ayah melawan anaknya laki-laki dan anak laki-laki melawan ayahnya, ibu melawan anaknya perempuan, dan anak perempuan melawan ibunya, ibu mertua melawan menantunya perempuan dan menantu perempuan melawan ibu mertuanya." (Luk 12:49-53), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Yesus, Penyelamat Dunia, datang ke dunia untuk melaksanakan kehendak Allah yang mengutusNya, maka dimana pun berada dan kemana pun pergi Ia senantiasa mewartakan kehendak Allah. Melihat, memperhatikan dan mencermati bahwa banyak orang di dunia ini hidup dan bertindak mengikuti selera atau keinginan pribadi atau adat istiadat suku atau keluarga yang tidak sesuai dengan kehendak Allah, maka kedatangan dan pewartaanNya sungguh bagaikan 'api yang dilemparkan ke bumi', membakar semua yang ada dipermukaan bumi. Mereka yang hidup dan bertindak hanya mengikuti selera pribadi atau suku kiranya akan mengalami ketegangan dan pertentangan antar mereka sendiri, apalagi ketika ada orang yang hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak Allah pasti yang bersangkutan tanpa takut dan gentar mendobrak tradisi-tradisi atau kebiasaan-kebiasaan yang tidak sesuai dengan kehendak Allah. Sabda hari ini kiranya mengingatkan kita semua agar kita senantiasa hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak Allah, atau bagi yang telah dibaptis sesuai dengan janji baptis, bagi anggota lembaga hidup bakti sesuai dengan spiritualitas atau charisma pendiri, bagi yang berkeluarga sesuai dengan janji perkawinan dst… Marilah kita bekerja sama dan saling membantu untuk memperbaharui cara hidup dan cara bertindak kita supaya sesuai dengan kehendak Allah. Kepada para orangtua hendaknya jangan memaksakan diri kehendak atau selera pribadinya kepada anak-anak, melainkan berilah kebebasan yang bertanggungjawab kepada anak-anak dalam rangka menemukan dan memperdalam panggilan maupun keterampilan dan kecakapannya. Didik dan dampingilah anak-anak dengan semangat 'cintakasih dan kebebasan Injili'.

·   "Aku berdoa supaya Ia, menurut kekayaan kemuliaan-Nya, menguatkan dan meneguhkan kamu oleh Roh-Nya di dalam batinmu,sehingga oleh imanmu Kristus diam di dalam hatimu dan kamu berakar serta berdasar di dalam kasih. Aku berdoa, supaya kamu bersama-sama dengan segala orang kudus dapat memahami, betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus, dan dapat mengenal kasih itu, sekalipun ia melampaui segala pengetahuan. Aku berdoa, supaya kamu dipenuhi di dalam seluruh kepenuhan Allah"(Ef 3:16-19). Kita kiranya dapat meneladan Paulus: mendoakan saudara-saudari kita agar "memahami, betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus(Allah)". Hemat saya kita sulit sekali menggambarkan secara jelas kasih Allah kepada kita semua, orang-orang yang lemah dan rapuh ini. KasihNya telah kita terima secara melimpah ruah melalui sekian orang yang telah mengasihi dan memperhatikan kita, maka selayaknya kita juga saling mengasihi saudara-saudari kita tanpa batas, kapan saja dan dimana saja, tanpa pandang bulu. Jika kita tidak mungkin mengasihi secara konkret dengan saling tatap muka, baiklah kita mendoakannya, sebagaimana dilakukan oleh Paulus. Sekali lagi kami berharap kepada para orangtua atau bapak-ibu agar dapat menjadi saksi atau teladan saling mengasihi tanpa batas bagi anak-anak yang telah dianugerahkan kepada anda, sehingga anak-anak sungguh merasa sangat dikasihi oleh orangtuanya, dan kemudian mereka pun akan hidup saling mengasihi dengan teman-temannya atau saudara-saudarinya. "Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu" (1Kor 13:4-7), demikian ajaran kasih oleh Paulus, yang kiranya dapat kita hayati dalam cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari dimana pun dan kapan pun. Saling mengasihi hemat saya merupakan dambaan semua orang dan juga diajarkan oleh semua agama, maka marilah kita senantiasa hidup dan bertindak saling mengasihi.

"Bersorak-sorailah, hai orang-orang benar, dalam TUHAN! Sebab memuji-muji itu layak bagi orang-orang jujur. Bersyukurlah kepada TUHAN dengan kecapi, bermazmurlah bagi-Nya dengan gambus sepuluh tali! Sebab firman TUHAN itu benar, segala sesuatu dikerjakan-Nya dengan kesetiaan. Ia senang kepada keadilan dan hukum; bumi penuh dengan kasih setia TUHAN." (Mzm 33:1-2.4-5)
Ign 25 Oktober 2012
 

Selasa, 23 Oktober 2012

24 Okt


"Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu sangkakan."
(Ef 3:2-12; Luk 12:39-48)

"Tetapi ketahuilah ini: Jika tuan rumah tahu pukul berapa pencuri akan datang, ia tidak akan membiarkan rumahnya dibongkar. Hendaklah kamu juga siap sedia, karena Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu sangkakan." Kata Petrus: "Tuhan, kamikah yang Engkau maksudkan dengan perumpamaan itu atau juga semua orang?" Jawab Tuhan: "Jadi, siapakah pengurus rumah yang setia dan bijaksana yang akan diangkat oleh tuannya menjadi kepala atas semua hambanya untuk memberikan makanan kepada mereka pada waktunya? Berbahagialah hamba, yang didapati tuannya melakukan tugasnya itu, ketika tuannya itu datang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya tuannya itu akan mengangkat dia menjadi pengawas segala miliknya. Akan tetapi, jikalau hamba itu jahat dan berkata di dalam hatinya: Tuanku tidak datang-datang, lalu ia mulai memukul hamba-hamba laki-laki dan hamba-hamba perempuan, dan makan minum dan mabuk, maka tuan hamba itu akan datang pada hari yang tidak disangkakannya, dan pada saat yang tidak diketahuinya, dan akan membunuh dia dan membuat dia senasib dengan orang-orang yang tidak setia. Adapun hamba yang tahu akan kehendak tuannya, tetapi yang tidak mengadakan persiapan atau tidak melakukan apa yang dikehendaki tuannya, ia akan menerima banyak pukulan. Tetapi barangsiapa tidak tahu akan kehendak tuannya dan melakukan apa yang harus mendatangkan pukulan, ia akan menerima sedikit pukulan. Setiap orang yang kepadanya banyak diberi, dari padanya akan banyak dituntut, dan kepada siapa yang banyak dipercayakan, dari padanya akan lebih banyak lagi dituntut." (Luk 12:39-48), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Sabda hari ini kiranya mengingatkan kita semua bahwa sewaktu-waktu kita dapat dipanggil Tuhan atau meninggal dunia. Pada masa kini sering kita dengar tiba-tiba ada orang meninggal dunia dalam tugas atau hidup biasa sehari-hari, dimana yang bersangkutan kelihatan baik-baik dan sehat-sehat saja. Yang mengalami demikian pada umumnya adalah laki-laki karena serangan jantung yang disebut "widow-maker" (=pembuat janda). Konon ada tiga saluran yang menuju jantung untuk menyalurkan oksigen, dua diantaranya kecil dan yang satu besar; ketika yang tersumbat oleh endapan kolesterol saluran kecil merupakan serangan jantung biasa, tetapi ketika yang tersumbat saluran besar maka dalam hitungan detik yang bersangkutan langsung meninggal dunia. Maka dengan ini kami mengingatkan kita semua untuk menjaga kebugaran tubuh, yang terkait dengan kesehatan jantung, dan tentu saja juga kesehatan rohani atau spiritual, hati, jiwa dan akal budi. Dengan kata lain selain menjaga kesehatan dan kebugaran tubuh, hendaknya juga berusaha hidup baik, suci, benar dan bermoral, hidup dan bertindak senantiasa sesuai dengan kehendak dan perintah Tuhan. Dengan kata lain kapan pun dan dimana pun hendaknya mesra bergaul dan bersama Tuhan, sehingga sewaktu-waktu dipanggil Tuhan tidak takut, tidak terkejut, melainkan menanggapi panggilanNya atau kematian dengan ceria dan senyum, karena setelah meninggal dunia akan hidup mulia dan berbahagia selamanya di sorga. Didiklah dan binalah anak-anak anda sedini mungkin terus menerus bergaul mesra dengan Tuhan alias hidup baik, bermoral dan berbudi pekerti luhur.
·   "Di dalam Dia kita beroleh keberanian dan jalan masuk kepada Allah dengan penuh kepercayaan oleh iman kita kepada-Nya" (Ef 3:12). Sekali lagi saya angkat bahwa kutipan inilah yang juga menjadi pegangan dan kekuatan saya dalam menghayati panggilan imamat sampai kini. "Di dalam Dia" berarti senantiasa hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak Tuhan, setia dan taat melaksanakan janji-janji  yang pernah diikrarkan. Maka dengan ini kami mengajak anda sekalian untuk senantiasa hidup dan bertindak 'di dalam Dia', dalam Tuhan, tidak hidup bebas seenaknya sendiri, mengikuti selera atau keinginan pribadi. Kami berharap kepada siapapun yang berpengaruh dalam hidup dan bekerja bersamaa dapat menjadi teladan atau inspirator dalam hidup bersama dan bersatu dengan Tuhan dalam kondisi atau situasi apapun. Marilah kita ingat, sadari dan hayati bahwa Tuhan senantiasa menyertai dan mendampingi kita, tak pernah meninggalkan kita sendirian. Maka meskipun hidup sendirian hendaknya jangan takut dan bertindak seenaknya, melainkan tetap berpegang teguh pada janji yang telah diikrarkan atau sabda Tuhan. Dengan kata lain marilah kita hayati retret dalam hidup sehari-hari, berrekreasi dengan Tuhan dalam situasi dan kondisi apapun, kapan pun dan dimana pun. Marilah kita percaya kepada Penyelenggaraan Ilahi yang siang malam tiada henti. Semoga kita semua ketika dipanggil Tuhan nanti tetap setia dan taat kepada panggilan dan tugas pengutusanNya. Hendaknya kita juga saling mengingatkan satu sama lain sebagai saudara atau sahabat dalam peziarahan hidup kembali kepada Tuhan.
"Sungguh, Allah itu keselamatanku; aku percaya dengan tidak gementar, sebab TUHAN ALLAH itu kekuatanku dan mazmurku, Ia telah menjadi keselamatanku." Maka kamu akan menimba air dengan kegirangan dari mata air keselamatan.Pada waktu itu kamu akan berkata: "Bersyukurlah kepada TUHAN, panggillah nama-Nya, beritahukanlah perbuatan-Nya di antara bangsa-bangsa, masyhurkanlah, bahwa nama-Nya tinggi luhur!Bermazmurlah bagi TUHAN, sebab perbuatan-Nya mulia; baiklah hal ini diketahui di seluruh bumi!" (Yes 12:2-5)
Ign 24 Oktober 2012

Senin, 22 Oktober 2012

23 Okt

"Hendaklah pinggangmu tetap berikat dan pelitamu tetap menyala"
(Ef 2:12-22; Luk 12:35-38)

 "Hendaklah pinggangmu tetap berikat dan pelitamu tetap menyala. Dan hendaklah kamu sama seperti orang-orang yang menanti-nantikan tuannya yang pulang dari perkawinan, supaya jika ia datang dan mengetok pintu, segera dibuka pintu baginya. Berbahagialah hamba-hamba yang didapati tuannya berjaga-jaga ketika ia datang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ia akan mengikat pinggangnya dan mempersilakan mereka duduk makan, dan ia akan datang melayani mereka. Dan apabila ia datang pada tengah malam atau pada dinihari dan mendapati mereka berlaku demikian, maka berbahagialah mereka" (Luk 12:35-38), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Bagi seorang pekerja atau pelayan 'pinggang tetap berikat' berarti merupakan sikap siap sedia untuk bekerja maupun menanggapi aneka kemungkinan dan kesempatan yang terjadi. Di malam hari perlu tambahan pelita menyala untuk penerangan. Maka sabda Yesus hari ini merupakan ajakan bagi kita semua untuk senantiasa dalam keadaan siap siaga menanggapi aneka kemungkinan dan kesempatan. Memang untuk itu kita perlu mengusahakan kesehatan dan kebugaran tubuh kita seutuhnya: hati, jiwa, akal budi dan tubuh sungguh sehat dan bugar, sebagaimana seorang prajurit yang senantiasa siap sedia untuk berperang. Kebetulan hari ini kita juga diajak mengenangkan St.Yohanes dari Kapestrano, Pelindung para pastor/perawat rohani Angkatan Bersenjata, maka hemat saya dalam hal kesehatan dan kebugaran kita dapat bercermin pada para prajurit Angkatan Bersenjata yang baik. Di dunia ini, di negara manapun kiranya generasi muda yang sehat dan bugar yang terpilih menjadi anggota Angkatan Bersenjata. Sebagai orang beriman kita juga dipanggil untuk menjadi 'prajurit-prajurit Allah' guna memerangi aneka bentuk kejahatan atau perilaku amoral. Maka baiklah jika di lingkungan hidup atau kerja kita ada orang yang kurang baik atau amoral, marilah kita dekati dalam terang Allah alias dengan rendah hati dan lemah lembut. Semoga dengan pendekatan yang demikian itu orang  yang bersangkutan bertobat. Marilah kita perangi kejahatan atau lawan roh-roh jahat dengan senjata rohani atau spiritual, antara lain kesiap-siagaan kita sebagai wujud kebersamaan kita dengan Allah.

·   "Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah, yang dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru. Di dalam Dia tumbuh seluruh bangunan, rapi tersusun, menjadi bait Allah yang kudus, di dalam Tuhan.Di dalam Dia kamu juga turut dibangunkan menjadi tempat kediaman Allah, di dalam Roh" (Ef 2:19-22). Kutipan ini kiranya mengingatkan kita semua di dalam kehidupan bersama dimana pun dan kapan pun untuk memiliki sikap mental 'handarbeni', tanggungjawab terhadap lingkungan hidup seisinya. Dengan kata lain secara sempit kita diharapkan memiliki sikap mental 'merawat' dengan baik. Orang-orang Indonesia ini pada umumnya lemah dalam perawatan atau pemeliharaan: membeli atau membuat bergairah, tetapi merawat atau memelihara apa yang telah dibeli dan dibuatnya boleh dipertanyakan. Maaf kalau sedikit porno: orang bergairah 'membuat anak', tetapi mendidik dan merawat anak sebagaimana dikehendaki oleh Allah boleh dipertanyakan. Ada kecenderungan dalam hal merawat dan mendidik diserahkan kepada orang lain, entah itu pembantu atau neneknya. Jika dalam hal manusia saja lemah dalam perawatan, maka kami percaya yang bersangkutan juga akan lemah dalam perawatan aneka macam sarana-prasarana atau perkakas dan barang yang telah dibeli dan dimilikinya. Kita semua dipanggil untuk menjadi perawat-perawat atau pengurus-pengurus atau pengelola-pengelola yang baik dan  handal, sehingga kebersamaan hidup sungguh menarik, mempesona dan mengesan, banyak orang tergerak untuk menggabungkan diri ke dalam kebersamaan hidup kita. Semoga dimana pun berada kita tidak merasa asing atau menjadi orang asing, maka ketika mendatangi tempat baru hendaknya segera belajar cara hidup dan cara bertindak yang baik di tempat baru tersebut, menyatu dengan warga masyarakat setempat. Kami berharap juga agar keluarga atau komunitas kita tidak menjadi asing bagi lingkungan masyarakat.

"Sesungguhnya keselamatan dari pada-Nya dekat pada orang-orang yang takut akan Dia, sehingga kemuliaan diam di negeri kita. Kasih dan kesetiaan akan bertemu, keadilan dan damai sejahtera akan bercium-ciuman. Kesetiaan akan tumbuh dari bumi, dan keadilan akan menjenguk dari langit. Bahkan TUHAN akan memberikan kebaikan, dan negeri kita akan memberi hasilnya. Keadilan akan berjalan di hadapan-Nya, dan akan membuat jejak kaki-Nya menjadi jalan." (Mzm 85:10-14)
Ign 23 Oktober 2012
 

Minggu, 21 Oktober 2012

22 Okt


Demikianlah jadinya dengan orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri jikalau ia tidak kaya di hadapan Allah"
(Ef 2:1-10; Luk 12:13-21)

" Seorang dari orang banyak itu berkata kepada Yesus: "Guru, katakanlah kepada saudaraku supaya ia berbagi warisan dengan aku." Tetapi Yesus berkata kepadanya: "Saudara, siapakah yang telah mengangkat Aku menjadi hakim atau pengantara atas kamu?" Kata-Nya lagi kepada mereka: "Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu." Kemudian Ia mengatakan kepada mereka suatu perumpamaan, kata-Nya: "Ada seorang kaya, tanahnya berlimpah-limpah hasilnya. Ia bertanya dalam hatinya: Apakah yang harus aku perbuat, sebab aku tidak mempunyai tempat di mana aku dapat menyimpan hasil tanahku. Lalu katanya: Inilah yang akan aku perbuat; aku akan merombak lumbung-lumbungku dan aku akan mendirikan yang lebih besar dan aku akan menyimpan di dalamnya segala gandum dan barang-barangku.Sesudah itu aku akan berkata kepada jiwaku: Jiwaku, ada padamu banyak barang, tertimbun untuk bertahun-tahun lamanya; beristirahatlah, makanlah, minumlah dan bersenang-senanglah!Tetapi firman Allah kepadanya: Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang telah kausediakan, untuk siapakah itu nanti?Demikianlah jadinya dengan orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri, jikalau ia tidak kaya di hadapan Allah." (Luk 12:13-21), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Sikap mental materialistis sampai kini masih menjiwai banyak orang. Ada orang yang bersikap mental senantiasa membeli dan mengumpulkan aneka produk baru, pendek kata jati dirinya adalah 'membeli', apakah yang dibeli fungsional menyelamatkan jiwa tak ambil pusing. Pengalaman menunjukkan orangtua yang bersikap mental materialistis pasti mempengaruhi cara hidup dan cara bertindak anak-anaknya, artinya ketika orangtua mereka telah meninggal maka mereka berebut warisan, saling gontok-gontokkan untuk memperoleh warisan sebanyak mungkin. Sabda hari ini mengingatkan kita semua agar tidak bersikap mental materialistis, mengumpulkan harta benda dan uang bagi dirinya sendiri, sehingga kaya raya akan harta dan uang untuk menjamin tujuh turunan. Kita semua sebagai orang beriman diharapkan 'kaya di hadapan Allah' alias hidup layak di hadapan Allah. Karena Allah hadir dimana-mana dan kapan saja, maka dengan demikian kapan saja dan dimana saja cara hidup dan cara bertindak kita hendaknya layak di hadapan Allah. Untuk itu kami mengingatkan orangtua agar tidak bersikap mental materialistis dan mendidik anak-anaknya sedini mungkin tidak bersikap mental materialistis. Hendaknya hidup sahaja atau sederhana, tidak serakah. Hendaknya membeli atau mengusahakan sesuatu yang fungsional bagi keselamatan jiwa, entah jiwa kita sendiri maupun jiwa orang lain, yang hidup dan bergaul atau bekerja bersama dengan kita.

·   "Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah,itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri. Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya." (Ef 2:8-10). Paulus mengingatkan kita semua untuk senantiasa hidup dan bertindak dengan rendah hati, tidak sombong. Kita juga diingatkan bahwa jika kita mampu beriman, kaya akan harta benda atau uang. sahabat dan kenalan dst.. hendaknya semuanya dihayati sebagai kasih karunia Allah, sehingga senantiasa difungsikan untuk memuji, memuliakan, menghormati dan mengabdi Allah melalui saudara-saudari kita. Sebagai ciptaan Allah kita semua dipanggil senantiasa 'melakukan pekerjaan baik', dan apa yang disebut baik senantiasa berlaku secara universal, dimana saja dan kapan saja. Maka hemat saya keselamatan jiwa adalah yang terbaik. Kepada mereka yang suka melakukan pekerjaan tidak baik, yang merusak hati, jiwa, akal budi dan tubuh, kami harapkan bertobat. Jauhi dan berantas aneka jenis makanan dan minuman yang merusak diri kita. Secara khusus kami ingatkan para pengusaha yang kaya raya akan harta benda atau uang untuk tetap rendah hati, dan ingat bahwa harta benda atau uang yang anda kuasai bukan karena hasil usaha atau kerja keras anda sendiri, melainkan karena kerja keras dan keringat para pekerja dan buruh yang membantu dan mengembangkan usaha anda. Maka hendaknya sejahterakan para pembantu, pekerja dan buruh dalam usaha anda, karena jika mereka tidak sejahtera ada kemungkinan bekerja seenaknya dan kemudian mencuri alias menghancurkan usaha anda. Marilah kita saling berbuat baik, senantiasa melakukan apa yang baik kapan pun dan dimana pun.

"Beribadahlah kepada TUHAN dengan sukacita, datanglah ke hadapan-Nya dengan sorak-sorai! Ketahuilah, bahwa TUHANlah Allah; Dialah yang menjadikan kita dan punya Dialah kita, umat-Nya dan kawanan domba gembalaan-Nya. Masuklah melalui pintu gerbang-Nya dengan nyanyian syukur, ke dalam pelataran-Nya dengan puji-pujian, bersyukurlah kepada-Nya dan pujilah nama-Nya! Sebab TUHAN itu baik, kasih setia-Nya untuk selama-lamanya, dan kesetiaan-Nya tetap turun-temurun"
(Mzm 100:2-5)
Ign 22 Oktober 2012