Fans Page Facebook http://imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Jumat, 11 Januari 2013

Pesta Pembaptisan Tuhan:



Pesta Pembaptisan Tuhan: Yes 40:1-5.9-11; Tit 2:11-14;3:4-7; Luk 3:15-16.21-22
"Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan."
Hari ini adalah hari terakhir setelah kita mengenangkan kelahiran Penyelamat Dunia, dan mulai besok pagi kita memasuki masa Biasa dalam Tahun Liturgi. Dalam Warta Gembira hari ini dikisahkan Yesus, yang meninggalkan Nazaret dan pergi ke sungai Yordan untuk menggabung-kan Diri dengan banyak orang, pengikut Yohanes Pembaptis, dan menerima baptisan dari Yohanes; Ia mengawali tugas pengutusanNya dengan menerima baptisan. Maka marilah dalam memasuki Masa Biasa Tahun Liturgi kita dalam hidup sehari-hari menghayati rahmat baptisan yang telah kita terima, agar kita sebagai umat Allah juga berkenan kepadaNya, sebagai orang yang sungguh dikasihi Allah dan selanjutnya menyalurkan kasih Allah tersebut kepada saudara-saudari kita dimana pun dan kapan tanpa pandang bulu.
"Ketika seluruh orang banyak itu telah dibaptis dan ketika Yesus juga dibaptis dan sedang berdoa, terbukalah langit dan turunlah Roh Kudus dalam rupa burung merpati ke atas-Nya. Dan terdengarlah suara dari langit: "Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan." (Luk 3:21-22).
Ketika dibaptis kita mendengar kata-kata imam/pastor yang membaptis, seraya mecurahi dari kita dengan air baptisan :"…,aku membaptis engkau dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus". Kita menerima baptisan setelah dengan mantap dan penuh harapan berjanji untuk senantiasa hanya mengabdi Tuhan dan menolak semua godaan setan, maka diharapkan setelah dibaptis kita senantiasa dalam cara hidup dan cara bertindak hanya mengabdi Tuhan dan menolak semua godaan atau rayuan setan. Sejauh mana selama ini kita setia pada janji baptis tersebut, marilah kita dengan jujur mawas diri.
Mengabdi Tuhan harus menjadi nyata dalam cara hidup dan cara bertindak setiap hari, antara terhadap orang lain atau siapapun senantiasa bersikap mengabdi atau melayani. Buah pengabdian atau pelayanan tidak lain adalah kebahagiaan yang dilayani dan tentu saja yang melayani juga berbahagia. Maka sebagai orang yang telah dibaptis marilah kita berusaha dengan rendah hati saling membahagiakan dan menyelamatkan, tentu saja sekali lagi saya angkat, terutama dan pertama-tama adalah keselamatan jiwa manusia. Orang yang selamat jiwanya hemat saya senanitasa melakukan apa yang baik, yang berkenan pada Tuhan maupun sesama manusia. Baptisan merupakan rahmat terdasar, maka baiklah pertama-tama kita usahakan untuk saling berkenan dan membahagiakan dalam komunitas basis atau dasar, yaitu dalam keluarga kita masing-masing. Ketika dalam keluarga semua anggota keluarga memiliki pengalaman melayani dan dilayani, membahagiakan dan dibahagiakan, maka kepada orang lain di luar keluarganya, dimana pun dan kapanpun akan tergerak untuk melayani dan membahagiakan.
Godaan atau rayuan menggejala dan menjadi nyata setiap hari dalam dan melalui aneka cara dan bentuk. Memang godaan-godaan tersebut pada umumnya erat kaitannya dengan kenikmatan-kenikmatan fisik, misalnya kenikmatan seks, makan dan minum, tidur, bermalas-malasan, bertindak seenaknya hanya mengikuti selera atau keinginan pribadi, dst.. Memang akar dari godaan dan rayuan tersebut hemat saya adalah kemalasan, maka kami harapkan kita tidak bermalas-malas dalam hidup, tugas, panggilan dan pekerjaan kita. Dengan kata lain apapun yang menjadi tugas atau kewajiban anda laksanakan atau hayati sebaik mungkin, dengan kerja keras dan penuh perhatian: hati, jiwa, akal budi dan tubuh diarahkan sepenuhnya pada tugas atau kewajiban. Jika kita berbuat demikian, percayalah godaan atau rayuan setan tak akan ada kesempatan mendatangi kita. Sekiranya anda harus menghadapi godaan atau rayuan setan, hendaknya dihadapi dengan doa, mohon rahmat dan bantuan Tuhan untuk melawan godaan atau rayuan setan tersebut.
Hemat saya jika kita semua sungguh-sungguh menghayati janji baptis, maka janji-janji lain, entah itu janji perkawinan, kaul membiara, janji imamat, janji pegawai, pelajar atau mahasiswa, dst.. akan dengan mudah dihayati atau dilaksanakan. Maka ketika kita melihat entah itu imam, bruder, suster, bapak atau ibu, pegawai, mahasiswa-mahasiswi, dst. yang telah dibaptis tidak sesuai dengan panggilannya dalam cara hidup dan cara bertindak, hendaknya yang bersangkutan ditegor dan diingatkan seraya ditanyakan: "Apakah anda telah dibaptis?". Maka jangan menegor dengan kata-kata seperti: "hendaknya anda menjadi imam/bruder/suster/bapak-ibu, mahasiwa-mahasiswi..yang baik". Marilah kita berlomba mengahayati janji baptis, agar perbedaan panggilan dan cara hidup kita yang berbeda satu sama lain kondusif mendukung kebersamaan hidup, panggilan dan tugas pengutusan kita.
"Ia mendidik kita supaya kita meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi dan supaya kita hidup bijaksana, adil dan beribadah di dalam dunia sekarang ini dengan menantikan penggenapan pengharapan kita yang penuh bahagia dan penyataan kemuliaan Allah yang Mahabesar dan Juruselamat kita Yesus Kristus, yang telah menyerahkan diri-Nya bagi kita untuk membebaskan kita dari segala kejahatan dan untuk menguduskan bagi diri-Nya suatu umat, kepunyaan-Nya sendiri, yang rajin berbuat baik" (Tit 2:12-14) .
Orang yang berkenan pada Tuhan memang harus "hidup bijaksana, adil dan beribadah di dalam dunia sekarang ini dengan menantikan penggenapan pengharapan kita yang penuh bahagia dan pernyataan kemuliaan Allah yang Mahabesar". Tentu saja pertama-tama dan terutama yang diharapkan hidup demikian adalah siapapun yang menentukan hidup dan kerja bersama, dalam bentuk apapun dan dimanapun, misalnya direktur, pimpinan, rector, kepala atau ketua dst.. Tindakan bijaksana senantiasa membuat orang yang kena dampak tindakan merasa bahagia dan senang, serta kemudian akan melaksanakan tugas dan kewajibannya dengan giat, kerja keras dan sepenuh hati. Sedangkan tindakan adil yang paling mendasar adalah menghormati dan menjunjung tinggi harkat martabat manusia alias tidak pernah melecehkan manusia siapapun. Semoga siapapun yang menentukan hidup dan kerja bersama senantiasa bertindak bijaksana dan adil. Kami berharap juga anda dapat menjadi teladan sebagai manusia yang sungguh beribadah kepada Tuhan di dalam dunia sekarang ini.
Perihal 'beribadah di dalam dunia sekarang ini' hemat saya merupakan panggilan dan tugas pengutusan semua umat beriman atau beragama, entah iman atau agamanya apapun. Tanda orang yang sungguh beribadah kepada Tuhan hemat saya antara lain orang yang bersangkutan hidup dan bertindak dengan rendah hati, lembah lembut, budi pekerti luhur, sehingga semakin dikasihi oleh Tuhan maupun sesama manusia. Memang secara konkret juga tidak pernah melupakan doa-doa harian atau ibadah harian/mingguan, sesuai dengan panggilan dan tugas pengutusan masing-masing. Tuhan hadir dan berkarya dimana-mana dan kapan saja melalui ciptaan-ciptaanNya di bumi ini, tentu saja pertama-tama dan terutama adalah dalam diri manusia yang diciptakan sesuai dengan gambar atau citra Allah, maka hendaknya antar kita senantiasa saling memuji, menghormati, dan melayani.
Panggilan untuk beribadah kepada Tuhan tidak hanya menjadi nyata dalam kegiatan liturgy atau upacara keagamaan, tetapi juga menjadi nyata dalam cara hidup dan cara bertindak setiap hari. Dengan kata lain hidup ini adalah ibadah kepada Tuhan, sehingga bekerja atau belajar bagaikan sedang beribadah, teman kerja/belajar bagaikan teman ibadah, aneka sarana-prasarana kerja/ belajar bagaikan sarana-prasarana ibadah. Bukankah kita dalam ibadah senantiasa bersikap hormat dan rendah hati, maka hendaknya kita saling menghormati dan menjunjung tinggi, serta merawat dan mengurus aneka sarana-prasarana kerja/ibadah bagaikan mengurus sarana-prasarana ibadah. Dengan demikian semakin belajar atau bekerja diharapkan orang semakin suci, semakin membaktikan diri sepenuhnya kepada Penyelenggaraan Ilahi.
"Betapa banyak perbuatan-Mu, ya TUHAN, sekaliannya Kaujadikan dengan kebijaksanaan, bumi penuh dengan ciptaan-Mu Lihatlah laut itu, besar dan luas wilayahnya, di situ bergerak, tidak terbilang banyaknya, binatang-binatang yang kecil dan besar. Semuanya menantikan Engkau, supaya diberikan makanan pada waktunya. Apabila Engkau memberikannya, mereka memungutnya; apabila Engkau membuka tangan-Mu, mereka kenyang oleh kebaikan. Apabila Engkau menyembunyikan wajah-Mu, mereka terkejut; apabila Engkau mengambil roh mereka, mereka mati binasa dan kembali menjadi debu. Apabila Engkau mengirim roh-Mu, mereka tercipta, dan Engkau membaharui muka bumi" (Mzm 104:24-25.27-30)
Ign 13 Januari 2013

12Jan


"Ia harus makin besar tetapi aku harus makin kecil."
(1Yoh 5:14-21; Yoh 3:22-30)
"Sesudah itu Yesus pergi dengan murid-murid-Nya ke tanah Yudea dan Ia diam di sana bersama-sama mereka dan membaptis. Akan tetapi Yohanes pun membaptis juga di Ainon, dekat Salim, sebab di situ banyak air, dan orang-orang datang ke situ untuk dibaptis, sebab pada waktu itu Yohanes belum dimasukkan ke dalam penjara. Maka timbullah perselisihan di antara murid-murid Yohanes dengan seorang Yahudi tentang penyucian. Lalu mereka datang kepada Yohanes dan berkata kepadanya: "Rabi, orang yang bersama dengan engkau di seberang sungai Yordan dan yang tentang Dia engkau telah memberi kesaksian, Dia membaptis juga dan semua orang pergi kepada-Nya." Jawab Yohanes: "Tidak ada seorang pun yang dapat mengambil sesuatu bagi dirinya, kalau tidak dikaruniakan kepadanya dari sorga. Kamu sendiri dapat memberi kesaksian, bahwa aku telah berkata: Aku bukan Mesias, tetapi aku diutus untuk mendahului-Nya. Yang empunya mempelai perempuan, ialah mempelai laki-laki; tetapi sahabat mempelai laki-laki, yang berdiri dekat dia dan yang mendengarkannya, sangat bersukacita mendengar suara mempelai laki-laki itu. Itulah sukacitaku, dan sekarang sukacitaku itu penuh. Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil." (Yoh 3:22-30), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Hari ini ditampilkan Yohanes Pembaptis yang dibandingkan dengan Yesus, Penyelamat Dunia. "Rabi, orang yang bersama dengan engkau di seberang sungai Yordan dan yang tentang Dia engkau telah memberi kesaksian, Dia membaptis juga dan semua orang pergi kepada-Nya.", demikian kata-kata atau laporan orang-orang Yahudi, pengikut Yohanes Pembaptis. Mendengarkan laporan atau kata-kata tersebut Yohanes menanggapinya dengan rendah hati:"Itulah sukacitaku, dan sekarang sukacitaku itu penuh. Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil". Hal ini kiranya menjadi bahan permenungan atau refleksi bagi para katekis atau pengajar agama maupun para gembala umat Allah. Marilah kita meneladan Yohanes dengan berkata dan menghayati "Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil", dengan kata lain hendaknya senantiasa menghayati diri, panggilan dan tugas pengutusan atau pelayanan sebagai alat atau sarana, sebagai bantuan bagi orang lain untuk bertemu dan berbakti kepada  serta bersatu dengan Tuhan. Dengan kata lain hendaknya anda para pewarta, katekis maupun gembala umat senantiasa hidup, bertindak dan melayani umat dengan rendah hati. Pada waktunya ketika umat menjadi dewasa dan mandiri dalam hidup beriman atau beragama, biarlah mereka berjalan sendiri sesuai dengan Penyelenggaraan Ilahi. Kami harapkan para pewarta, katekis atau gembala umat menghayati motto bapak pendidikan kita, Ki Hajar Dewantoro "ing arso asung tulodho, ing madyo ambangun karso, tut wuri handayani". Hendaknya anda tahu diri kapan harus memberi teladan hidup beriman atau beragama, kapan harus memberdayakan dan mendorong umat Allah.
·   "Dan jikalau kita tahu, bahwa Ia mengabulkan apa saja yang kita minta, maka kita juga tahu, bahwa kita telah memperoleh segala sesuatu yang telah kita minta kepada-Nya. Kalau ada seorang melihat saudaranya berbuat dosa, yaitu dosa yang tidak mendatangkan maut, hendaklah ia berdoa kepada Allah dan Dia akan memberikan hidup kepadanya, yaitu mereka, yang berbuat dosa yang tidak mendatangkan maut. Ada dosa yang mendatangkan maut: tentang itu tidak kukatakan, bahwa ia harus berdoa." (1Yoh 5:15-16). Kami percaya bahwa kita semua adalah orang berdosa, sering melakukan dosa yang tidak mendatangkan maut alias dosa yang dapat diampuni. Maka sebagaimana dikatakan oleh Yohanes di atas marilah kita berdoa mohon kasih pengampunan Allah baik bagi diri kita sendiri maupun orang lain. Berdoa antara lain membuka diri sepenuhnya, selebar-lebarnya atas kehendak dan perintah atau sabda Allah atau Penyelenggaraan Ilahi. Sikap doa hendaknya senantiasa menjiwai cara hidup dan cara bertindak kita, sehingga ketika kita menerima saran, kritik, anjuran atau nasihat, dengan rendah hati kita dengarkan dan cecap dalam-dalam serta kemudian kita tanggapi secara positif dalam dan melalui cara hidup dan cara bertindak kita. Kami percaya setiap hari dan setiap saat ada hal-hal baru di lingkungan hidup kita, yang mengajak dan memanggil kita untuk menanggapinya secara positif. Dengan kata lain hendaknya dibangun dan diperdalam sikap mental 'belajar terus-menerus', ongoing formation atau ongoing education dalam diri kita. Orang-orang sukses di dunia ini sungguh dijiwai oleh sikap mental belajar, baik dalam tugas pekerjaan ataupun hidup dan tindakan setiap hari. Belajar tidak hanya di meja sekolah, tetapi juga dalam hidup sehari-hari, dalam kesibukan, pelayanan dan tugas pengutusan kita. Allah terus memperbaharui dunia seisinya, dan tentu kita manusia harus senantiasa siap sedia untuk diperbarui, berubah lebih baik, mulia, luhur, bermoral dan berbudi pekerti luhur sampai mati.
"Haleluya! Nyanyikanlah bagi TUHAN nyanyian baru! Pujilah Dia dalam jemaah orang-orang saleh. Biarlah Israel bersukacita atas Yang menjadikannya, biarlah bani Sion bersorak-sorak atas raja mereka! Biarlah mereka memuji-muji nama-Nya dengan tari-tarian, biarlah mereka bermazmur kepada-Nya dengan rebana dan kecapi! Sebab TUHAN berkenan kepada umat-Nya, Ia memahkotai orang-orang yang rendah hati dengan keselamatan." (Mzm 149:1-4)
Ign 12 Januari 2013

11jan

"Ia mengundurkan diri ke tempat yang sunyi dan berdoa"
(1Yoh 5:5-13; Luk 5:12-16)
" Pada suatu kali Yesus berada dalam sebuah kota. Di situ ada seorang yang penuh kusta. Ketika ia melihat Yesus, tersungkurlah ia dan memohon: "Tuan, jika Tuan mau, Tuan dapat mentahirkan aku." Lalu Yesus mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu, dan berkata: "Aku mau, jadilah engkau tahir." Seketika itu juga lenyaplah penyakit kustanya. Yesus melarang orang itu memberitahukannya kepada siapa pun juga dan berkata: "Pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam dan persembahkanlah untuk pentahiranmu persembahan seperti yang diperintahkan Musa, sebagai bukti bagi mereka." Tetapi kabar tentang Yesus makin jauh tersiar dan datanglah orang banyak berbondong-bondong kepada-Nya untuk mendengar Dia dan untuk disembuhkan dari penyakit mereka.Akan tetapi Ia mengundurkan diri ke tempat-tempat yang sunyi dan berdoa" (Luk 5:12-16), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Kehadiran Penyelamat Dunia memang sungguh menarik dan mempesona, karena apa yang dilakukan atau dikerjakan membuat segalanya baik atau lebih baik. Dalam Warta Gembira hari ini dikisahkan penyembuhan orang berpenyakit kusta. Orang berpenyakit kusta diimani sebagai orang berdosa dan senantiasa disingkirkan dari percaturan bersama di dalam masyarakat alias diasingkan. Maka mujizat penyembuhan orang berpenyakit kusta sungguh merupakan berita gembira yang menggembarkan banyak orang, sehingga banyak orang pun tergerak datang kepadaNya "untuk mendengar Dia dan untuk disembuhkan dari penyakit mereka". Ada kekhawatiran dalam Diri Yesus, jangan-jangan mereka, orang kebanyakan salah mengerti atau salah tangkap perihal Dia yang sebenarnya, demikian juga Ia khawatir terjebak dalam suatu tempat saja, padahal Ia diutus ke seluruh dunia. Maka dari kelelahan kesibukan melayani dan menyembuhkan Ia "mengundurkan diri ke tempat-tempat yang sunyi untuk berdoa". Apa yang dilakukan oleh Yesus kiranya baik kita renungkan dan refleksikan. Kami percaya bahwa kita semua karena tuntutan pekerjaan atau kebutuhan sehingga sering melupakan hidup doa. Dengan ini kami mengajak dan mengingatkan kita semua untuk tidak melupakan kehidupan doa dalam acara dan kegiatan harian kita. Misalnya sebelum dan sesudah bekerja atau melaksanakan tugas pengutusan kita berdoa dengan permohonan agar apa yang kita lakukan atau kerjakan sesuai dengan kehendak dan perintah Tuhan, sehingga diri kita maupun hasil kerja atau usaha kita senantiasa menarik, memikat dan mempesona banyak orang. Kami juga berharap kepada kita semua untuk menyembuhkan saudara-saudari kita yang menderita sakit, entah sakit hati, sakit jiwa, sakit akal budi maupun sakit tubuh.
·   "Siapakah yang mengalahkan dunia, selain dari pada dia yang percaya, bahwa Yesus adalah Anak Allah?Inilah Dia yang telah datang dengan air dan darah, yaitu Yesus Kristus, bukan saja dengan air, tetapi dengan air dan dengan darah. Dan Rohlah yang memberi kesaksian, karena Roh adalah kebenaran.Sebab ada tiga yang memberi kesaksian [di dalam sorga: Bapa, Firman dan Roh Kudus; dan ketiganya adalah satu.Dan ada tiga yang memberi kesaksian di bumi]: Roh dan air dan darah dan ketiganya adalah satu" (1Yoh 5:5-8). Darah merupakan lambang kehidupan, air lambang kesegaran dan Roh atau jiwa adalah yang menggerakkan serta menggairahkan. Tiga unsur ini ada dalam diri kita masing-masing dan diharapkan kehadiran dan sepak terjang kita dimana-mana dan kapanpun senantiasa sungguh menghidupkan, menyegarkan dan menggairahkan atau mempesona bagi orang lain. Kiranya bukan hanya penampilan fisik yang kelihatan cantik, tampan, bersih dst, tetapi hemat saya yang terutama dan pertama-tama adalah bersih dan cantik hati, jiwa dan akal budinya, dengan kata lain kita sungguh suci dan membaktikan diri sepenuhnya kepada Penyelenggaraan Ilahi dalam cara hidup dan cara bertindak kita. Maka marilah kita saling membantu dan mengingatkan agar kita senantiasa mengusahakan kecantikan dan kebersihan hati, jiwa dan akal budi, sehingga tubuh kita pun juga akan bersih dan cantik atau tampan. Bukti kebersihan dan kecantikan diri kita secara utuh antara lain apa yang kita lakukan dan kerjakan senantiasa membuat segala sesuatu menjadi baik atau lebih baik. Bagi yang sedang bertugas belajar berarti semakin terampil dalam belajar, sehingga semakin cerdas dan pandai, bagi yang sedang bekerja berarti semakin terampil bekerja sehingga menghasilkan buah kerja yang lebih banyak dan baik. Tentu saja kami berharap kepada semua umat beragama semakin setia dan taat melaksanakan ajaran agamanya, sebagaimana tertulis di dalam Kitab Suci masing-masing.
"Megahkanlah TUHAN, hai Yerusalem, pujilah Allahmu, hai Sion! Sebab Ia meneguhkan palang pintu gerbangmu, dan memberkati anak-anakmu di antaramu. Ia memberikan kesejahteraan kepada daerahmu dan mengenyangkan engkau dengan gandum yang terbaik.Ia menyampaikan perintah-Nya ke bumi; dengan segera firman-Nya berlari" (Mzm 147:12-15)
Ign 11 Januari 2013

Rabu, 09 Januari 2013

10Jan


"Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya."
(1Yoh 4:19-5:4; Luk 4:14-22a)
"Dalam kuasa Roh kembalilah Yesus ke Galilea. Dan tersiarlah kabar tentang Dia di seluruh daerah itu. Sementara itu Ia mengajar di rumah-rumah ibadat di situ dan semua orang memuji Dia. Ia datang ke Nazaret tempat Ia dibesarkan, dan menurut kebiasaan-Nya pada hari Sabat Ia masuk ke rumah ibadat, lalu berdiri hendak membaca dari Alkitab. Kepada-Nya diberikan kitab nabi Yesaya dan setelah dibuka-Nya, Ia menemukan nas, di mana ada tertulis: "Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku  untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang." Kemudian Ia menutup kitab itu, memberikannya kembali kepada pejabat, lalu duduk; dan mata semua orang dalam rumah ibadat itu tertuju kepada-Nya. Lalu Ia memulai mengajar mereka, kata-Nya: "Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya." Dan semua orang itu membenarkan Dia dan mereka heran akan kata-kata yang indah yang diucapkan-Nya" (Luk 4:14-22a), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Yesus datang ke Nazaret berarti mudik atau pulang ke tempat asalnya, di tempat Ia dibesarkan. Di tempat asalNya Ia membacakan teks Kitab Suci, Kitab Yesaya perihal ratmat Allah yang mendatangi orang pilihNya atau Tahun Rahmat Allah. Seraya dan selesai membacakan Ia bersabda:"Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya". Hal ini kiranya dapat menjadi bahan refleksi atau permenungan kita: apa artinya ketika kita 'pulang ke rumah', entah itu pulang dari sekolah atau kerja atau dari bepergian. Benarkah di dalam rumah atau tempat tinggal, di dalam keluarga kita, terjadi penggenapan atau pemenuhan sabda Tuhan alias pelaksanaan kehendak dan perintah Tuhan? Keluarga dimulai, dibangun dan diperkembangkan serta diperdalam dalam dan oleh kasih, maka diharapkan semua orang yang ada di dalam keluarga alias semua anggota keluarga senantiasa hidup saling mengasihi. Hendaknya semua anggota keluarga senantiasa berpedoman "apa yang saya katakan sekaligus saya kerjakan atau lakukan". Cintakasih memang pertama-tama dan terutama menjadi tindakan atau terwujud dalam cara hidup dan cara bertindak, dan hemat saya kita semua berkehendak untuk hidup dan bertindak saling mengasihi. Biarlah siapapun yang melihat cara hidup anggota keluarga kita heran dan akhirnya terpesona dan tertarik untuk mendekati dan mendatangi kita. Tentu saja kami juga berharap agar desa atau kota kita maupun tempat kerja atau tugas kita menarik, memikat dan mempesona. Pada masa kini ada motto di masing-masing kota, misalnya 'kota ATLAS', 'kota SANTRI', dst.. semoga motto tersebut tidak tinggal dalam tulisan saja tetapi sungguh menjadi nyata dalam cara hidup dan cara bertindak warga kota yang bersangkutan.
·   "Barangsiapa mengasihi Allah, ia harus juga mengasihi saudaranya." (1Yoh 4:21). Kasih kepada Allah dan sesama manusia memang tak dapat dipisahkan, melainkan hanya dapat dibedakan, bagaikan mata uang bermuka dua. Dengan kata lain berdoa tak dapat dipisahkan dari bekerja atau bertindak, "ORA et LABORA". Doa hendaknya menjiwai kerja atau tindakan dan sebaliknya kerja atau tindakan menjiwai doa. Setiap manusia diciptakan sesuai dengan gambar  atau citra Allah, maka kami harapkan Allah sungguh hidup dan berkarya dalam diri kita yang lemah dan rapuh ini, sehingga akhirnya kita dapat menghayati kutipan sabda di atas, yaitu "barangsiapa mengasihi Allah, ia harus juga mengasihi saudaranya". Kiranya kita semua mengakui diri sebagai orang beriman, yang percaya kepada Allah, maka dengan ini kami mengharakan kita semua hidup dan bertindak saling mengasihi. Kepada mereka yang masih membenci, mendendam atau memusuhi saudara atau sesamanya kami harapkan segera bertobat, berdamai. Tidak ada alasan terlambat untuk berdamai, atau kalau merasa terlambat yang penting adalah selamat dan berdamai. Di jalanan sering kita baca dan lihat spanduk yang bertuliskan "DAMAI ITU INDAH", yang kiranya dipasang oleh rekan-rekan Angkatan Bersenjata, melihat dan memperhatikan latar belakangnya. Ada motto "welfare state is warfare state" (=Negara damai sejahtera adalah Negara siap perang), moga-moga kita semua memerangi kebencian, dendam dan permusuhan demi perdamaian, demi hidup saling mengasihi. Sekali lagi kami serukan tak henti-hentinya: kami mengajak dan mengingatkan agar anak-anak sedini mungkin dididik dan dibina untuk saling mengasihi satu sama lain, sehingga kelak mereka tumbuh-berkembang hidup saling mengasihi dengan siapapun tanpa pandang bulu.
"Ya Allah, berikanlah hukum-Mu kepada raja dan keadilan-Mu kepada putera raja!Kiranya ia mengadili umat-Mu dengan keadilan dan orang-orang-Mu yang tertindas dengan hukum!" (Mzm 72:1-2)
 Ign 10 Januari 2013

9Jan


"Tenanglah! Aku ini, jangan takut!"
(1Yoh 4:11-18; Mrk 6:45-52)
"Sesudah itu Yesus segera memerintahkan murid-murid-Nya naik ke perahu dan berangkat lebih dulu ke seberang, ke Betsaida, sementara itu Ia menyuruh orang banyak pulang. Setelah Ia berpisah dari mereka, Ia pergi ke bukit untuk berdoa. Ketika hari sudah malam perahu itu sudah di tengah danau, sedang Yesus tinggal sendirian di darat. Ketika Ia melihat betapa payahnya mereka mendayung karena angin sakal, maka kira-kira jam tiga malam Ia datang kepada mereka berjalan di atas air dan Ia hendak melewati mereka. Ketika mereka melihat Dia berjalan di atas air, mereka mengira bahwa Ia adalah hantu, lalu mereka berteriak-teriak,sebab mereka semua melihat Dia dan mereka pun sangat terkejut. Tetapi segera Ia berkata kepada mereka: "Tenanglah! Aku ini, jangan takut!" Lalu Ia naik ke perahu mendapatkan mereka, dan angin pun redalah. Mereka sangat tercengang dan bingung, sebab sesudah peristiwa roti itu mereka belum juga mengerti, dan hati mereka tetap degil" (Mrk 6:45-52), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Masalah, tantangan dan hambatan akan ada dimana-mana dan kapan saja, apalagi ketika orang setia pada imannya pasti akan menghadapi aneka tantangan, hambatan atau masalah, yang tidak lain merupakan 'gelombang kehidupan'. Kiranya kita hampir semuanya pernah berwisata ke pantai untuk menikmati keindahan laut beserta gelombangnya. Memang secara rational kita ketahui bahwa gelombang laut terjadi karena angin, dan angin terjadi karena perbedaan suhu di tempat yang berbeda. Namun secara iman kiranya kita semua akan mengimani bahwa gelombang laut terjadi karena Allah berkarya melalui ciptaan-ciptaanNya. Maka baiklah ketika kita menghadapi 'gelombang kehidupan' yang menakutkan, hendaknya kita temukan dan hayati Allah yang hidup dan berkarya dalam 'gelombang kehidupan' tersebut. Untuk itu hendaknya 'tenanglah, jangan takut' dalam menghadapi 'gelombang kehidupan'. Dalam ketenangan dan keheningan kita akan mampu menemukan dan mengimani Allah yang hidup dan berkarya dalam 'gelombang kehidupan'. "Topo ing rame" (=bertapa didalam keramaian), demikian kata peribahasa Jawa, yang tidak lain adalah merupakan ajakan untuk tetap hening hati dalam aneka keramaian atau kegaduhan alias memiliki 'ati kang wening' (= hati yang bersih atau suci).  Anda yang pernah mengikuti Latihan Doa Sadhana, karya Anton de Mello SJ, pernah mengalami pelatihan dalam hal menemukan kehendak Allah atau karya Allah dalam keramaian atau kebisingan. Baiklah jika pernah menerima pelatihan tersebut, hendaknya terus-menerus diperkembang-kan dan diperdalam, sehingga sabda Yesus "Tenanglah! Aku ini, jangan takut!" menjadi nyata atau terwujud dalam cara hidup dan cara bertindak kita.
·   "Kita telah mengenal dan telah percaya akan kasih Allah kepada kita. Allah adalah kasih, dan barangsiapa tetap berada di dalam kasih, ia tetap berada di dalam Allah dan Allah di dalam dia. Dalam hal inilah kasih Allah sempurna di dalam kita, yaitu kalau kita mempunyai keberanian percaya pada hari penghakiman, karena sama seperti Dia, kita juga ada di dalam dunia ini" (1Yoh 4:16-17). Allah telah 'mendunia' artinya hadir dan berkarya melalui ciptaan-ciptaanNya di dunia ini, maka selayaknya kita yang percaya kepada Allah juga hidup 'mendunia' atau 'membumi', berpartisipasi dalam aneka seluk beluk duniawi. Maka hendaknya aneka sarana-prasarana yang mendukung usaha kita berpartisipasi dalam seluk-beluk duniawi sungguh kondusif dalam usaha menghayati iman kita kepada Allah. Aneka sarana-prasarana atau harta benda diciptakan oleh Allah bekerjasama dengan manusia merupakan bantuan bagi manusia untuk mengejar tujuan manusia diciptakan, yaitu keselamatan jiwa manusia. Maka segala sesuatu yang mengganggu atau menghalangi keberadaan kita 'dalam kasih Allah' hendaknya disingkirkan atau dimusnahkan. Aneka sarana-prasarana atau harta benda yang kita miliki dan kuasai hendaknya sungguh fungsional mendukung usaha kita menyelamatkan dunia seisinya. Maka hendaknya jangan bersikap mental 'hanya membeli', dimana harga dirinya ada pada kemampuan membeli aneka produk baru, melainkan pilihlah dan pilahlah serta kemudian belilah apa-apa yang sungguh membantu kita untuk semakin beriman, semakin membaktikan diri sepenuhnya kepada Allah, kepada Penyelenggaraan Ilahi. Dengan demikian kita boleh dikatakan "mempunyai keberanian percaya pada hari penghakiman", alias sewaktu-waktu kita siap sedia dipanggil Allah atau meninggal dunia.
"Kiranya raja-raja dari Tarsis dan pulau-pulau membawa persembahan-persembahan; kiranya raja-raja dari Syeba dan Seba menyampaikan upeti! Kiranya semua raja sujud menyembah kepadanya, dan segala bangsa menjadi hambanya! Sebab ia akan melepaskan orang miskin yang berteriak minta tolong, orang yang tertindas, dan orang yang tidak punya penolong;ia akan sayang kepada orang lemah dan orang miskin, ia akan menyelamatkan nyawa orang miskin" (Mzm 72:10-13)
Ign 9 Januari 2013

8Jan


"Kamu harus memberi mereka makan!"
(1Yoh 4:7-10; Mrk 6:34-44)
"Ketika Yesus mendarat, Ia melihat sejumlah besar orang banyak, maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka seperti domba yang tidak mempunyai gembala. Lalu mulailah Ia mengajarkan banyak hal kepada mereka. Pada waktu hari sudah mulai malam, datanglah murid-murid-Nya kepada-Nya dan berkata: "Tempat ini sunyi dan hari sudah mulai malam. Suruhlah mereka pergi, supaya mereka dapat membeli makanan di desa-desa dan di kampung-kampung di sekitar ini." Tetapi jawab-Nya: "Kamu harus memberi mereka makan!" Kata mereka kepada-Nya: "Jadi haruskah kami membeli roti seharga dua ratus dinar untuk memberi mereka makan?" Tetapi Ia berkata kepada mereka: "Berapa banyak roti yang ada padamu? Cobalah periksa!" Sesudah memeriksanya mereka berkata: "Lima roti dan dua ikan." Lalu Ia menyuruh orang-orang itu, supaya semua duduk berkelompok-kelompok di atas rumput hijau. Maka duduklah mereka berkelompok-kelompok, ada yang seratus, ada yang lima puluh orang. Dan setelah Ia mengambil lima roti dan dua ikan itu, Ia menengadah ke langit dan mengucap berkat, lalu memecah-mecahkan roti itu dan memberikannya kepada murid-murid-Nya, supaya dibagi-bagikan kepada orang-orang itu; begitu juga kedua ikan itu dibagi-bagikan-Nya kepada semua mereka. Dan mereka semuanya makan sampai kenyang. Kemudian orang mengumpulkan potongan-potongan roti dua belas bakul penuh, selain dari pada sisa-sisa ikan.Yang ikut makan roti itu ada lima ribu orang laki-laki" (Mrk 6:34-44), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Kehadiran dan pelayanan Yesus, Penyelamat Dunia, semakin menarik dan memikat serta mempesona banyak orang, sehingga banyak orang tergerak untuk mengikutiNya serta mendengarkan pengajaran-Nya. Entah karena ketertarikan mereka pada Yesus atau karena kemiskinan mereka, tak ada satu pun dari mereka yang membawa bekal makanan untuk jaga-jaga kalau kelaparan. Kiranya hal itu tidak akan terjadi pada masa kini, dimana ketika ada perjumpaan banyak orang pada umumnya orang membawa bekal secukupnya atau yang mengundang menyediakan konsumsi secukupnya. Orang-orang yang mendengarkan pewartaan atau pengajaran Yesus memang kurang memperoleh perhatian dari mereka yang berwenang, maka Yesus pun tergerak memperhatikan mereka dengan memberi ajaran atau pengetahuan dan ketika mereka kelihatan kelaparan dan kelelahan Yesus pun tergerak untuk memberi makanan. Mujizat pun terjadi, karena tiada tersedia makanan untuk sekian banyak orang, maka Yesus mengadakan mujizat dengan penggandaan roti. Sebagai orang beriman kepada Yesus Kristus kita dipanggil untuk meneladanNya, maka marilah kita perhatikan saudara-saudari kita yang mengalami kekurangan dalam hal makanan dan minuman di lingkungan hidup atau masyarakat kita tanpa pandang bulu. Dengan kata lain marilah kita tingkatkan jiwa berbagi kepada saudara-saudari kita, kita kembangkan dan perdalam semangat solidaritas dan keberpihakan bagi mereka yang miskin dan berkekurangn dalam kehidupan beriman atau beragama kita.
·   "Saudara-saudaraku yang kekasih, marilah kita saling mengasihi, sebab kasih itu berasal dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi, lahir dari Allah dan mengenal Allah.Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih." (1Yoh 4:7-8). Kita semua sebagai manusia adalah 'buah kasih' dari orangtua yang saling mengasihi sebagai wujud kerjasama dengan Allah dalam karya penciptaan manusia atau penghayatan kasih Allah. Dengan kata lain kita semua adalah anugerah Allah, dan kiranya para orangtua yang sungguh beriman pasti menghayati bahwa anak-anak yang dianugerahkan kepada mereka adalah anugerah Allah, dan kita semua pernah menjadi anak. Jika kita tidak hidup dan bertindak saling mengasihi berarti kita mengingkari diri kita, dan juga tidak beriman kepada Allah. Allah adalah kasih, maka jika kita percaya atau beriman kepada Allah marilah kita senantiasa hidup dan bertindak saling mengasihi satu sama lain. Allah hidup dan berkarya dimana saja dan kapan saja, dalam dan melalui ciptaan-ciptaanNya maupun dalam aneka karya usaha ciptaanNya sebagai wujud partisipasi dalam karya penciptaan. Aneka bentuk kegembiraan, kegairahan, keindahan, daya tarik, daya pikat, daya pesona dll..dalam ciptaan-ciptaanNya adalah karya Allah, maka hidup dan bertindak saling mengasihi antara lain dapat kita wujudkan dengan saling mengakui dan menghayati apa yang menggembirakan, menggairahkan, indah, menarik, memikat dan mempesona dalam diri saudara-saudari kita. Jika kita melakukan yang demikian itu secara otomatis hidup bersama dimana pun dan kapan pun akan enak dan nikmat adanya. Hidup dan bertindak saling mengasihi berarti senantiasa berpikir positif baik terhadap diri sendiri maupun orang lain.
"Ya Allah, berikanlah hukum-Mu kepada raja dan keadilan-Mu kepada putera raja!Kiranya ia mengadili umat-Mu dengan keadilan dan orang-orang-Mu yang tertindas dengan hukum! Kiranya gunung-gunung membawa damai sejahtera bagi bangsa, dan bukit-bukit membawa kebenaran!" (Mzm 72:1-3)
Ign  8 Januari 2013

7Jan


"Bertobatlah sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!"
(1Yoh 3:22-4:6; Mat 4:12-17.23-25)
"Tetapi waktu Yesus mendengar, bahwa Yohanes telah ditangkap, menyingkirlah Ia ke Galilea. Ia meninggalkan Nazaret dan diam di Kapernaum, di tepi danau, di daerah Zebulon dan Naftali, supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yesaya: "Tanah Zebulon dan tanah Naftali, jalan ke laut, daerah seberang sungai Yordan, Galilea, wilayah bangsa-bangsa lain, -- bangsa yang diam dalam kegelapan, telah melihat Terang yang besar dan bagi mereka yang diam di negeri yang dinaungi maut, telah terbit Terang." Sejak waktu itulah Yesus memberitakan: "Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!"Yesus pun berkeliling di seluruh Galilea; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Allah serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan di antara bangsa itu. Maka tersiarlah berita tentang Dia di seluruh Siria dan dibawalah kepada-Nya semua orang yang buruk keadaannya, yang menderita pelbagai penyakit dan sengsara, yang kerasukan, yang sakit ayan dan yang lumpuh, lalu Yesus menyembuhkan mereka. Maka orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia. Mereka datang dari Galilea dan dari Dekapolis, dari Yerusalem dan dari Yudea dan dari seberang Yordan." (Mat 4:12-17.23-25), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Allah hidup dan berkarya dimana saja dan kapan saja, tak terikat oleh ruang dan waktu, maka marilah kita hayati seruan Yesus:"Bertobatlah, sebab Kerajaan Allah sudah dekat!". Apakah kita semua butuh pertobatan? Jika kita jujur mawas diri kiranya kita semua perlu bertobat atau memperbaharui diri terus-menerus. Bertobat atau memperbaharui diri berarti senantiasa siap sedia untuk berubah, tentu saja berubah ke lebih baik, lebih luhur, lebih mulia, lebih bermoral dan lebih berbudi pekerti luhur. Barangsiapa tidak berubah akan ketinggalan dan terlindas oleh perkembangan dan pertumbuhan zaman. Segala sesuatu yang ada di dunia ini saat ini berubah begitu cepat, lebih-lebih yang terkait dengan aneka macam produk tehnologi, dan anggota tubuh kita pun juga berubah, terjadi pembaharuan sel-sel dalam tubuh kita. Para peserta didik, pelajar atau mahasiswa karena ketekunannya dalam belajar juga telah tumbuh dan berkembang, mengalami perubahan luar biasa, demikian juga kiranya para pekerja yang rajin dan tekun serta bekerja keras pasti mengalami perubahan dalam hal keterampilan. Kami berharap cara melihat, cara merasa, cara berpikir, cara bersikap dan cara bertindak kita juga berubah, tumbuh berkembang semakin mantap dan handal sesuai dengan kehendak dan perintah Tuhan. Jika kita sungguh berubah lebih baik, mulia, luhur, bermoral dan berbudi pekerti, maka banyak orang akan tertarik, terpesona, dan tergerak untuk mendatangi dan mengikuti cara hidup dan cara bertindak kita. Semoga para penjahat dan pendosa, koruptor segera bertobat, dan marilah kita doakan mereka agar siap sedia untuk bertobat.
·   "Barangsiapa menuruti segala perintah-Nya, ia diam di dalam Allah dan Allah di dalam dia. Dan demikianlah kita ketahui, bahwa Allah ada di dalam kita, yaitu Roh yang telah Ia karuniakan kepada kita" (1Yoh 3:24). Marilah kita sadari dan hayati bahwa kita semua adalah ciptaan Allah, dan hanya dapat tumbuh berkembang dengan baik sebagaimana adanya pada saat ini tidak lain adalah karena Roh yang dikaruniakan kepada kita, orang yang lemah dan rapuh ini. Dengan kata lain hendaknya disadari dan dihayati bahwa apa yang baik dalam diri kita sungguh merupakan karya Allah, RohNya, yang hidup dan berkarya dalam diri kita. Maka jangan sekali-kali menyombongkan diri atas kebaikan dan keberhasilan yang telah anda capai dan nikmati, melainkan hendaknya semakin rendah hati, dan semakin menuruti segala perintahNya. Perintah Allah dapat kita temukan antara lain di dalam Kitab Suci serta aneka tata tertib dan aturan yang dijiwai oleh perintah Allah sebagaimana tertulis di dalam Kitab Suci. Maka pertama-tama kami mengajak anda sekalian untuk senantiasa mentaati dan melaksanakan aneka tata tertib atau aturan yang terkait dengan hidup dan panggilan serta tugas pengutusan kita, sebagaimana diserukan dalam pesan Natal Bersama PGI-KWI 2012. Jika dalam mentaati dan melaksanakan aneka tata tertib dan aturan  kita tidak ada masalah lagi alias tata tertib dan aturan sungguh menjadi kebutuhan hidup dan berindak untuk berubah, bertobat, maka hemat saya kita akan terbantu untuk mentaati dan melaksanakan perintah Allah, sebagaimana tertulis di dalam Kitab Suci, maupun yang dibisikkan oleh Roh ke dalam lubuk hati kita yang terdalam. Kami berharap anak-anak sedini mungkin dibiasakan dan dididik untuk mentaati dan melaksanakan aneka tata tertib atau aturan hidup bersama.
"Aku mau menceritakan tentang ketetapan TUHAN; Ia berkata kepadaku: "Anak-Ku engkau! Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini. Mintalah kepada-Ku, maka bangsa-bangsa akan Kuberikan kepadamu menjadi milik pusakamu, dan ujung bumi menjadi kepunyaanmu. Oleh sebab itu, hai raja-raja, bertindaklah bijaksana, terimalah pengajaran, hai para hakim dunia! Beribadahlah kepada TUHAN dengan takut dan ciumlah kaki-Nya dengan gemetar"
 (Mzm 2:7-8.10-11)
Ign 7 Januari 2013