Fans Page Facebook http://imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Sabtu, 15 September 2012

Minggu Biasa XXIV


Mg Biasa XXIV: Yes 50:5-9a; Yak 2:14-18; Mrk 8:27-35
"Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku."

Dalam kehidupan bersama para imam, bruder, suster maupun awam sering terjadi ketegangan karena adanya perbedaan, entah antara tua dan muda maupun antara mereka yang bergelar sarjana, doktor atau professor dan mereka  yang hanya berijasah sekolah menengah atau sarjana biasa. Dengan kata lain ada orang-orang yang menyombongkan dirinya dengan pangkat, gelar, usia dst.., atau hidup dan bertindak hanya mengikuti selera dan keinginan pribadi, kurang atau tidak menghayati imannya. Dalam suatu kesempatan memberi rekoleksi pada suster Tarekat tertentu saya ingatkan akan apa yang tertulis dalam Kitab Hukum Kanonik, yaitu "Kerasulan semua religius pertama-tama terletak dalam kesaksian hidup mereka yang sudah dibaktikan, yang harus mereka pelihara dengan doa dan tobat"(KHK kan 679). Mendengar masukan saya ada suster senior yang bergelar sarjana marah-marah dan cukup lama membenci saya. Memang pada masa ini juga terjadi kemerosotan moral atau penghayatan iman hampir di seluruh bidang kehidupan, dimana orang hidup dan bertindak hanya mengikuti selera atau keinginan pribadi. Maka marilah kita renungkan atau refleksikan sabda Yesus hari ini.

"Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku.Karena siapa yang mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku dan karena Injil, ia akan menyelamatkannya" (Mrk 8:34-35)

Nyawa adalah yang menghidupkan dan menggairahkan, maka nyawa bagi kita masa ini hemat saya dapat diartikan sebagai 'cita-cita, harapan, dambaan atau impian dst..", yang hemat saya sungguh menjiwai cara hidup dan cara bertindak kita. Sabda hari ini mengingatkan dan mengajak kita semua agar kita mengintegrasikan cita-cita, harapan, dambaan atau impian pada iman kita atau secara konkret hidup dan bertindak sesuai dengan visi, charisma atau spiritualitas yang telah kita akui dan usahakan untuk digeluti atau dihayati. Kami harapakan kita semua, umat beriman sungguh dalam semangat iman hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Apa yang dimaksudkan dengan "memikul salibnya"  antara lain adalah setia melaksanakan tugas pengutusan atau pekerjaan pokok sehari-hari, tidak pernah mangkir sedikitpun dari tugas utama atau pokok. Sebagai pelajar atau mahasiswa hendaknya belajar sungguh-sungguh setiap hari, baik selama proses pembelajaran di dalam kelas maupun belajar sendiri atau kelompok di luar jam pembelajaran di dalam kelas. Jika anda mendambakan sukses dalam tugas belajar, kami harapkan diusahakan setiap hari belajar selama kurang lebih 7 s/d 8 jam, artinya jika proses pembelajaran di dalam kelas berlangsung selama 5 jam, maka belajar sendiri di luar kelas atau di rumah kurang lebih selama 2 atau 3 jam, dimana selama belajar sendiri ini dapat mengulang atau memperdalam apa yang telah diajarkan atau mempersiapkan pelajaran hari yang akan datang/hari esok. Kami percaya ketika selama tugas belajar orang setia sebagaimana saya katakan di atas, maka ketika mereka menjadi dewasa pasti akan setia juga melaksanakan tugas-tugas utama atau pokok maupun setia menghayati panggilannya.

Kita juga dipanggil untuk setia 'mengikuti Tuhan', artinya senantiasa hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak dan perintah Tuhan. Secara konkret hal ini kiranya dapat kita hayati dengan setia dan taat melaksanakan aneka tata tertib atau aturan yang terkait dengan hidup dan panggilan kita masing-masing. Dengan kata lain kita tidak hanya setia dalam hal waktu tetapi juga setia mengisi waktu dengan melakukan pekerjaan atau tugas-tugas yang terkait dengan panggilan kita masing-masing. Kita semua mendambakan keselamatan atau kebahagiaan jiwa kita setelah meninggal dunia atau dipanggil Tuhan, maka marilah dambaan itu mulai kita wujudkan sedini mungkin alias mulai saat ini juga. Marilah kita hayati hidup ini adalah persiapan untuk mati alias dipanggil Tuhan, maka selama hidup ini hendaknya senantiasa terbiasa bergaul dan bertemu dengan Tuhan alias senantiasa berbuat atau melakukan apa yang baik, sehingga ketika dipanggil Tuhan secara personal kita tidak takut dan tidak melawan, melainkan dengan rela dan besar hati mempersembahkan diri seutuhnya alias menyambut kematian dengan ceria, penuh senyum dan gairah.

"Apakah gunanya, saudara-saudaraku, jika seorang mengatakan, bahwa ia mempunyai iman, padahal ia tidak mempunyai perbuatan? Dapatkah iman itu menyelamatkan dia? Jika seorang saudara atau saudari tidak mempunyai pakaian dan kekurangan makanan sehari-hari, dan seorang dari antara kamu berkata: "Selamat jalan, kenakanlah kain panas dan makanlah sampai kenyang!", tetapi ia tidak memberikan kepadanya apa yang perlu bagi tubuhnya, apakah gunanya itu? Demikian juga halnya dengan iman: Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati." (Yak 2:14-17)

Keunggulan hidup beriman memang terletak dalam penghayatan atau perbuatan, bukan wacana atau omongan. Maka kami berharap kepada kita semua, umat beriman, untuk saling membantu dan bekerjasama dalam penghayatan iman dalam dan melalui cara hidup dan cara bertindak sehari-hari kapan pun dan dimana pun. Wujud konkret penghayatan iman pada masa kini yang harus dihayati sungguh-sungguh serta disebarluaskan hemat saya adalah hidup jujur dan disiplin serta tidak melakukan korupsi sedikitpun (hal ini perlu dibiasakan dan dididikkan pada anak-anak atau peserta didik selama tugas belajar, yaitu anak-anak atau peserta didik dilarang menyontek baik dalam ulangan maupun ujian).

"Jujur adalah sikap dan perilaku yang tidak suka berbohong dan berbuat curang, berkata-kata apa adanya daan berani mengakui kesalahan, serta rela berkorban demi kebenaran" (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka – Jakarta 1997, hal 17). Sedangkan "berdisiplin adalah kesadaran akan sikap dan perilaku yang sudah tertanam dalam diri sesuai dengan tata tertib yang berlaku dalam suatu keteraturan secara berkesinambungan yang diarahkan pada suatu tujuan atau sasaran yang telah ditentukan"  (ibid. hal 10).
Kedua keutamaan di atas ini hemat saya bernilai pada dirinya sendiri, artinya saya akan hidup jujur dan disiplin atau tidak jujur dan tidak disiplin akan sangat menentukan diri kita sendiri. Jika kita tidak jujur dan tidak disiplin yang rugi dan celaka pertama-tama dan terutama adalah diri saya sendiri dan baru kemudian orang lain di lingkungan hidup atau kerja kita masing-masing. Ada rumor: "jujur akan hancur", memang benar jujur akan hancur, tetapi hancur untuk sementara dan  akan bahagia, mulia dan damai sejahtera selama-lamanya. Baik hidup jujur maupun hidup disiplin memang membutuhkan perjuangan dan pengorbanan, dan pada masa kini hidup jujur dan disiplin juga harus menghadapi aneka tantangan, masalah dan hambatan. Sebagai orang yang beriman kepada Yesus Kristus, marilah kita hayati bahwa beriman kepadaNya berarti siap sedia untuk menderita dan berkorban, sebagaimana Ia telah menderita dan wafat di kayu salib demi keselamatan umat manusia seluruh dunia.

"Bukan kepada kami, ya TUHAN, bukan kepada kami, tetapi kepada nama-Mulah beri kemuliaan, oleh karena kasih-Mu, oleh karena setia-Mu! Mengapa bangsa-bangsa akan berkata: "Di mana Allah mereka?" Allah kita di sorga; Ia melakukan apa yang dikehendaki-Nya! Berhala-berhala mereka adalah perak dan emas, buatan tangan manusia"
(Mzm 115:1-4)
Ign 16 September 2012

Kamis, 13 September 2012

15 sept


"Inilah ibumu!"
(1Kor 10:14-22; Yoh 19:25-27)

"Dan dekat salib Yesus berdiri ibu-Nya dan saudara ibu-Nya, Maria, isteri Klopas dan Maria Magdalena. Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya di sampingnya, berkatalah Ia kepada ibu-Nya: "Ibu, inilah, anakmu!" Kemudian kata-Nya kepada murid-murid-Nya: "Inilah ibumu!" Dan sejak saat itu murid itu menerima dia di dalam rumahnya" (Yoh 19:25-27), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta SP Maria Berdukacita hari ini, saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Setelah mengenangkan Salib Suci Yesus kita diajak untuk mengenangkan BundaNya, SP Maria Berdukacita, Bunda Maria yang berpartisipasi dalam penderitaan dan salib Yesus. Seorang ibu pada umumnya memang sangat dekat dengan anaknya. Di dalam hidup sehari-hari seorang ibu pada umumnya lebih tahan menderita daripada seorang bapak, dan kasih seorang ibu kepada anak-anaknya juga lebih besar, sebagaimana tercermin dalam sebuah lagu "Kasih ibu kepada beta tak terhingga sepanjang masa, hanya memberi tak harap kembali, bagai sang surya menyinari dunia". Dan juga ada motto "sorga ada di bawah telapak kaki ibu". Maka pertama-tama kami mengajak kita semua yang beriman kepada Yesus Kristus untuk meningkatkan dan memperdalam devosi kepada SP Maria, entah dengan berdoa rosario atau berziarah ke tempat-tempat perziarahan SP Maria. Tentu saja juga tak  boleh dilupakan untuk meneladan SP Maria yang rendah hati, hidup sederhana, taat kepada kehendak dan perintah Tuhan. Marilah kita kenangkan dan hayati juga kasih ibu kita masing-masing yang telah mengandung, melahirkan, menyusui dan mendidik kita dengan penuh pengorbanan. Tidak mengakui dan menghayati kasih ibu berarti menjadi orang yang tak tahu kasih, dan pada umumnya juga menjadi orang kurangajar, suka membuat orang lain menderita dan sengsara. Sebagai anak, dan kiranya kita semua pernah atau sedang berposisi sebagai anak, hendaknya menghayati sikap mental 'kemuridan', yaitu sikap mental rendah hati dan belajar terus menerus sampai mati. Kita dapat belajar dalam dan melalui aneka peristiwa atau kejadian sehari-hari, dan untuk itu perlu memperdalam keutamaan melihat dan mendengarkan. Sekali lagi semoga kita tidak melupakan ibu kita masing-masing kapan pun juga.
·   "Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, jauhilah penyembahan berhala! Aku berbicara kepadamu sebagai orang-orang yang bijaksana. Pertimbangkanlah sendiri apa yang aku katakan! Bukankah cawan pengucapan syukur, yang atasnya kita ucapkan syukur, adalah persekutuan dengan darah Kristus? Bukankah roti yang kita pecah-pecahkan adalah persekutuan dengan tubuh Kristus? Karena roti adalah satu, maka kita, sekalipun banyak, adalah satu tubuh, karena kita semua mendapat bagian dalam roti yang satu itu." (1Kor 10:14-17). Sebagai orang yang percaya kepada Yesus Kristus berarti juga menjadi putera-puteri SP Maria, dengan kata lain kita semua adalah saudara. Maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan anda semua untuk membangun, memperkembangkan dan memperdalam hidup persaudaraan sejati. Ingatlah dan sadari bahwa SP Maria juga dihormati oleh penganut agama lain, misalnya Islam. Persaudaraan sejati pada masa kini hemat saya sungguh mendesak dan up to date untuk kita hayati dan sebarluaskan, mengingat dan memperhatikan aneka bentuk permusuhan, kebencian dan ketegangan masih marak di sana-sini di dalam kehidupan sehari-hari. Kami berharap kepada para pemimpin dalam hidup bersama dimana pun dan kapan pun untuk memperhatikan masalah persaudaraan sejati ini, tanpa membedakan SARA, Suku, Ras dan Agama. Untuk itu pertama-tama dan terutama marilah kita hayati apa yang sama di antara kita secara mendalam dan handal, agar dengan demikian apa yang berbeda antar kita fungsional memperdalam dan meneguhkan persaudaraan. Marilah kita cermati bahwa laki-laki dan perempuan yang berbeda satu sama lain saling tarik menarik, tergerak untuk mendekat, mengenal dan bersahabat, dan bahkan ada yang akhirnya bersatu menjadi suami-isteri. Hendaknya aneka perbedaan yang ada pada kita menjadi bahan pembelajaran, dan dengan demikian kita saling belajar. Marilah kita hayati motto bangsa kita "Bineka Tunggal Ika", satu nusa, satu bangsa dan satu bahasa.
"Pada-Mu, TUHAN, aku berlindung, janganlah sekali-kali aku mendapat malu. Luputkanlah aku oleh karena keadilan-Mu, sendengkanlah telinga-Mu kepadaku, bersegeralah melepaskan aku! Jadilah bagiku gunung batu tempat perlindungan, kubu pertahanan untuk menyelamatkan aku!Sebab Engkau bukit batuku dan pertahananku, dan oleh karena nama-Mu Engkau akan menuntun dan membimbing aku. Engkau akan mengeluarkan aku dari jaring yang dipasang orang terhadap aku, sebab Engkaulah tempat perlindunganku. Ke dalam tangan-Mulah kuserahkan nyawaku; Engkau membebaskan aku, ya TUHAN, Allah yang setia" (Mzm 31:2-6)
Ign 15 September 2012

14 sept

"Orang yang percaya kepadaNya beroleh hidup yang kekal."
(Fil 2:6-11; Yoh 3:13-17)

"Tidak ada seorang pun yang telah naik ke sorga, selain dari pada Dia yang telah turun dari sorga, yaitu Anak Manusia. Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal. Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia" (Yoh 3:13-17), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan Pesta Salib Suci hari ini , saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Sebagai orang yang beriman kepada Yesus Kristus, khususnya yang beragama Katolik, setiap kali berdoa atau mengawali suatu acara atau tugas pekerjaan kita membuat tanda salib seraya berkata "Dalam Nama Bapa, Putera dan Roh Kudus". Entah sudah berapa kali kita membuat tanda salib mungkin tak sempat menghitung, dan mungkin kita juga tidak sadar lagi apalagi menghayatinya. Maka dalam rangka mengenangkan Pesta Salib Suci hari ini saya mengingatkan dan mengajak anda sekalian untuk mawas diri apa arti membuat tanda salib. Membuat tanda salib hemat saya berarti kita akan hidup dan melakukan segala sesuatu sesuai dengan kehendak dan perintah Tuhan, tidak mengikuti atau menurut selera dan keinginan pribadi. Dengan kata lain kita hidup dan bertindak meneladan Yang Tersalib, yaitu senantiasa membaktikan diri sepenuhnya demi keselamatan atau kebahagiaan orang lain, terutama keselamatan atau kebahagiaan jiwa. Untuk itu orang dengan jiwa besar dan hati rela berkorban siap sedia untuk menderita demi keselamatan atau kebahagiaan orang lain. Cara hidup dan cara bertindaknya dimana pun dan kapanpun senantiasa merupakan perwujudan iman pada Yang Tersalib, memiliki cara melihat, cara berpikir, cara merasa, cara bersikap dan cara bertindak sesuai dengan Yang Tersalib, yaitu melayani sesamanya dengan rendah hati. Kita semua kiranya mendambakan hidup kekal, bahagia dan damai sejahtera selamanya di sorga, setelah meninggal dunia atau dipanggil Tuhan, maka marilah cara hidup dan cara bertindak kita sungguh menunjukkan diri sebagai orang yang memiliki dambaan hidup kekal, bahagia dan damai sejahtera selamanya. Dengan kata lain selama hidup di dunia ini dalam situasi dan kondisi apapun senantiasa bergembira, bergairah dan ceria, karena Tuhan hidup dan berkarya dalam diri kita yang lemah dan rapuh ini. Kita bagaikan orang gila/sinthing yang terus tersenyum dan tidak pernah menyakiti orang lain sedikitpun.
·   "Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib" (Fil 2:5-8), demikian peringatan Paulus kepada umat di Filipi, kepada kita semua yang beriman kepada Yesus Kristus. Peringatan ini kiranya mengajak kita semua untuk senantiasa hidup dan bertindak dengan rendah hati. Salah satu bentuk penghayatan rendah hati pada masa kini yang mendesak dan up to date adalah tidak mengeluh atau tidak menggerutu dalam situasi dan kondisi apapun, termasuk dalam situasi dan kondisi yang sulit dan berat, yang sarat dengan aneka tantangan, masalah dan hambatan. Secara konkret dalam hal-hal biasa setiap hari, misalnya dalam hal makan, minum dan tidur. Makanan dan minuman yang tidak enak namun sehat tetap dinikmati dengan ceria, demikian juga tidur dimana pun tak ada masalah. Ketika orang memiliki masalah dalam hal makanan, minuman dan tidur yang sehat berarti yang bersangkutan sedang menderita sakit, sebagaimana terjadi di rumah sakit. Sebaliknya jika orang tak memiliki masalah dalam hal makanan, minuman dan tidur pada umumnya yang bersangkutan juga tidak akan mengeluh atau menggerutu ketika harus melakukan tugas pekarjaan berat, yang sarat dengan tantangan, masalah maupun hambatan. Maka dengan ini kami berharap kepada para orangtua untuk membiasakan dan mendidik anak-anak sedini mungkin dalam hal makan, minum dan tidur yang sehat, jangan hanya mengikuti selera atau keinginan pribadi. Tentu saja orangtua dapat menjadi teladan bagi anak-anaknya dalam hal makan, minum dan tidur yang sehat.
"Apabila Ia membunuh mereka, maka mereka mencari Dia, mereka berbalik dan mengingini Allah; mereka teringat bahwa Allah adalah gunung batu mereka, dan bahwa Allah Yang Mahatinggi adalah Penebus mereka.Tetapi mereka memperdaya Dia dengan mulut mereka, dan dengan lidahnya mereka membohongi Dia.Hati mereka tidak tetap pada Dia, dan mereka tidak setia pada perjanjian-Nya" (Mzm 78:34-37)
Ign 14 September 2012

Rabu, 12 September 2012

13 Sept

"Kasihilah musuhmu dan berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu"
(1Kor 8:1b-7.11-13; Luk 6:27-38)

 "Tetapi kepada kamu, yang mendengarkan Aku, Aku berkata: Kasihilah musuhmu, berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu; mintalah berkat bagi orang yang mengutuk kamu; berdoalah bagi orang yang mencaci kamu. Barangsiapa menampar pipimu yang satu, berikanlah juga kepadanya pipimu yang lain, dan barangsiapa yang mengambil jubahmu, biarkan juga ia mengambil bajumu. Berilah kepada setiap orang yang meminta kepadamu; dan janganlah meminta kembali kepada orang yang mengambil kepunyaanmu. Dan sebagaimana kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah juga demikian kepada mereka. Dan jikalau kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah jasamu? Karena orang-orang berdosa pun mengasihi juga orang-orang yang mengasihi mereka. Sebab jikalau kamu berbuat baik kepada orang yang berbuat baik kepada kamu, apakah jasamu? Orang-orang berdosa pun berbuat demikian. Dan jikalau kamu meminjamkan sesuatu kepada orang, karena kamu berharap akan menerima sesuatu dari padanya, apakah jasamu? Orang-orang berdosa pun meminjamkan kepada orang-orang berdosa, supaya mereka menerima kembali sama banyak. Tetapi kamu, kasihilah musuhmu dan berbuatlah baik kepada mereka dan pinjamkan dengan tidak mengharapkan balasan, maka upahmu akan besar dan kamu akan menjadi anak-anak Allah Yang Mahatinggi, sebab Ia baik terhadap orang-orang yang tidak tahu berterima kasih dan terhadap orang-orang jahat. Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati." "Janganlah kamu menghakimi, maka kamu pun tidak akan dihakimi. Dan janganlah kamu menghukum, maka kamu pun tidak akan dihukum; ampunilah dan kamu akan diampuni. Berilah dan kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu." (Luk 6:27-38), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St.Yohanes Krisostomus, Uskup dan Pujangga Gereja, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Sabda hari ini mengingatkan dan mengajak kita semua untuk senantiasa hidup dengan dan dalam kasih pengampunan dan murah hati, menolak aneka macam bentuk balas dendam maupun kebencian.  Kepada yang memusuhi kita diharapkan mengasihinya, sedangkan kepada yang membeci kita diharapkan berbuat baik kepadanya. Hendaknya disadari dan dihayati bahwa orang tidak akan memusuhi dan membenci kita jika mereka tidak memboroskan waktu dan tenaga bagi kita, dan hemat saja pemborosan waktu dan tenaga merupakan wujud kasih yang konkret. Sikapi dan tanggapi mereka yang memusuhi dan membenci kita dengan 'terima kasih'. Kebetulan hari ini kita juga mengenangkan St.Yohanes Krisostomus, uskup dan pujangga Gereja, yang dikenal dengan berani mencela yang salah dan memuji yang baik. Tentu saja kepada yang salah dengan rendah hati dibetulkan, tidak hanya berhenti dalam mencela saja. Jika secara tatap muka atau fisik kita belum berani mengampuni mereka yang memusuhi dan membenci kita, baiklah kita doakan; biarlah Tuhan sendiri yang mengampuni dan menegornya untuk tidak lagi memusuhi dan membenci.

·   " Karena itu apabila makanan menjadi batu sandungan bagi saudaraku, aku untuk selama-lamanya tidak akan mau makan daging lagi, supaya aku jangan menjadi batu sandungan bagi saudaraku" (1Kor 8:13), demikian kesaksian iman Paulus. Dari kutipan ini kiranya yang baik untuk kita renungkan dan refleksikan adalah 'jangan menjadi batu sandungan bagi saudaraku'. Cara hidup dan cara bertindak kita dimana pun dan kapan pun hendaknya jangan menjadi batu sandungan bagi orang lain untuk berbuat dosa atau melakukan kejahatan. Misalnya dalam hal cara berpakaian atau menempatkan harta kekayaan yang kita miliki. Dalam cara berpakaian hendaknya sungguh sopan, tidak merangsang orang lain untuk berpikiran dan melakukan apa yang jahat atau berdosa. Maaf secara khusus hal ini kami ingatkan kepada rekan wanita atau perempuan: hendaknya jangan menghadirkan diri sedemikian rupa sehingga merangsang kaum laki-laki berpikiran jahat dan melakukan dosa. Kepada kita semua kami harapkan dalam omongan atau pembicaraan juga tidak menjadi batu sandungan, misalnya omong masalah seks atau berbicara keras. Dalam hal makan dan minum hendaknya sederhana saja, tidak berfoya-foya agar tidak menimbulkan pikiran jahat orang lain atau kecurigaan yang tidak perlu. Tak kalah penting adalah menempatkan uang atau barang-barang berharga: tempatkan di tempat yang tidak merangsang orang lain untuk berbuat jahat. Marilah kita saling menjaga dan mengingatkan agar kita tidak menjadi batu sandungan bagi orang lain.

"TUHAN, Engkau menyelidiki dan mengenal aku; Engkau mengetahui, kalau aku duduk atau berdiri, Engkau mengerti pikiranku dari jauh. Engkau memeriksa aku, kalau aku berjalan dan berbaring, segala jalanku Kaumaklumi." (Mzm 139:1-3)
Ign 13 September 2012

Selasa, 11 September 2012

12 Sept

"Berbahagialah  hai kamu yang miskin karena kamulah yang empunya Kerajaan Allah."
(1Kor 7:25-31; Luk 6:20-26)

" Lalu Yesus memandang murid-murid-Nya dan berkata: "Berbahagialah, hai kamu yang miskin, karena kamulah yang empunya Kerajaan Allah. Berbahagialah, hai kamu yang sekarang ini lapar, karena kamu akan dipuaskan. Berbahagialah, hai kamu yang sekarang ini menangis, karena kamu akan tertawa. Berbahagialah kamu, jika karena Anak Manusia orang membenci kamu, dan jika mereka mengucilkan kamu, dan mencela kamu serta menolak namamu sebagai sesuatu yang jahat. Bersukacitalah pada waktu itu dan bergembiralah, sebab sesungguhnya, upahmu besar di sorga; karena secara demikian juga nenek moyang mereka telah memperlakukan para nabi. Tetapi celakalah kamu, hai kamu yang kaya, karena dalam kekayaanmu kamu telah memperoleh penghiburanmu. Celakalah kamu, yang sekarang ini kenyang, karena kamu akan lapar. Celakalah kamu, yang sekarang ini tertawa, karena kamu akan berdukacita dan menangis. Celakalah kamu, jika semua orang memuji kamu; karena secara demikian juga nenek moyang mereka telah memperlakukan nabi-nabi palsu." (Luk 6:20-26), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Orang miskin yang baik, bermoral atau berbudi pekerti luhur pada umumnya memiliki keterbukaan yang baik terhadap segala kemungkinan dan kesempatan untuk melakukan apa yang baik, menyelamat-kan dan membahagiakan, terutama kebahagiaan dan keselamatan jiwa manusia. Sikap mental macam itulah kiranya yang dimaksudkan oleh Yesus dalam sabda-sabdaNya di atas ini. Maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan segenap umat beriman atau beragama untuk sungguh 'berjiwa miskin', senantiasa memiliki keterbukaan terhadap aneka sentuhan dan kasih Allah melalui ciptaan-ciptaanNya, terutama melalui sesama manusia. Orang yang berjiwa miskin juga rendah hati dan rendah hati merupakan keutamaan yang terutama dan dasar di antara keutamaan-keutamaan lainnya. Keterbukaan atau kerendahan hati pada umumnya juga dimiliki oleh anak-anak kecil atau bayi-bayi, maka dengan ini kami berharap kepada para orangtua atau bapak itu yang memiliki anak kecil atau bayi untuk mengisi keterbukaan anak atau bayinya dengan apa-apa yang baik, bermoral dan berbudi pekerti luhur, lebih -lebih pada masa balita anak-anak. Suarakan dan perilhatkan apa-apa yang baik, bermoral dan berbudi pekerti luhur dihadapan anak-anak balita, sehingga anak-anak kemudian juga akan tumbuh berkembang  menjadi pribadi yang baik, bermoral dan berbudi pekerti luhur. Tentu saja kami juga berharap kepada para orangtua maupun para guru atau pendidik juga memiliki kerendahan hati dan keterbukaan: mendengarkan dengan rendah hati suka-duka anak-anak atau peserta didik untuk selanjutnya ditanggapi sesuai dengan kehendak Allah. Marilah kita semua, umat beriman dan beragama, berlomba untuk berjiwa miskin dan rendah hati dalam cara hidup dan cara bertindak setiap hari dimana pun dan kapan pun.

·   "Saudara-saudara, inilah yang kumaksudkan, yaitu: waktu telah singkat! Karena itu dalam waktu yang masih sisa ini orang-orang yang beristeri harus berlaku seolah-olah mereka tidak beristeri; dan orang-orang yang menangis seolah-olah tidak menangis; dan orang-orang yang bergembira seolah-olah tidak bergembira; dan orang-orang yang membeli seolah-olah tidak memiliki apa yang mereka beli; pendeknya orang-orang yang mempergunakan barang-barang duniawi seolah-olah sama sekali tidak mempergunakannya. Sebab dunia seperti yang kita kenal sekarang akan berlalu." (1Kor 7:29-31). Masa hidup kita semua memang singkat, dan kapan saja serta dimana saja masa hidup kita dapat berakhir alias sewaktu-waktu kita dapat meninggal dunia atau dipanggil Tuhan. Paulus mengingatkan kita semua untuk menghayati dan menyikapi segala sesuatu yang kita miliki dan kuasai sebagai anugerah Tuhan yang harus digunakan atau difungsikan sesuai dengan kehendak Tuhan. Suami maupun isteri adalah anugerah Tuhan, maka para suami-isteri hendaknya setia pada kehendak Tuhan alias setia pada janji yang telah diikrarkan untuk saling mengasihi baik dalam untung maupun malang, sehat maupun sakit sampai mati. Hendaknya kita semua memfungsikan anggota-anggota tubuh kita sedemikian rupa sehingga kita semakin dikasihi oleh Tuhan maupun saudara-saudari kita, demikian juga menggunakan aneka kekayaan dan sarana-prasarana untuk semakin memuliakan, memuji, menghormati dan mengabdi Tuhan. Semakin tua, semakin kaya, semakin pandai, semakin terampil, dst.. hendaknya juga semakin rendah hati dan suci. Marilah kita sadari dan hayati bahwa segala sesuatu yang ada di dunia ini akan berlalu dengan cepat, termasuk tubuh kita yang kekar, sexy, mempesona dan menawan karena tampan atau cantik.

"Dengarlah, hai puteri, lihatlah, dan sendengkanlah telingamu, lupakanlah bangsamu dan seisi rumah ayahmu! Biarlah raja menjadi gairah karena keelokanmu, sebab dialah tuanmu! Sujudlah kepadanya! Keindahan belaka puteri raja itu di dalam, pakaiannya berpakankan emas. Dengan pakaian bersulam berwarna-warna ia dibawa kepada raja; anak-anak dara mengikutinya, yakni teman-temannya, yang didatangkan untuk dia" (Mzm 45:11-12.13-15)
Ign 12 September 2012

Senin, 10 September 2012

11 sept

"Pergilah Yesus ke bukit untuk berdoa dan semalam-malaman"
(1Kor 6:1-11; Luk 6:12-19)

"Pada waktu itu pergilah Yesus ke bukit untuk berdoa dan semalam-malaman Ia berdoa kepada Allah. Ketika hari siang, Ia memanggil murid-murid-Nya kepada-Nya, lalu memilih dari antara mereka dua belas orang, yang disebut-Nya rasul: Simon yang juga diberi-Nya nama Petrus, dan Andreas saudara Simon, Yakobus dan Yohanes, Filipus dan Bartolomeus, Matius dan Tomas, Yakobus anak Alfeus, dan Simon yang disebut orang Zelot, Yudas anak Yakobus, dan Yudas Iskariot yang kemudian menjadi pengkhianat. Lalu Ia turun dengan mereka dan berhenti pada suatu tempat yang datar: di situ berkumpul sejumlah besar dari murid-murid-Nya dan banyak orang lain yang datang dari seluruh Yudea dan dari Yerusalem dan dari daerah pantai Tirus dan Sidon. Mereka datang untuk mendengarkan Dia dan untuk disembuhkan dari penyakit mereka; juga mereka yang dirasuk oleh roh-roh jahat beroleh kesembuhan. Dan semua orang banyak itu berusaha menjamah Dia, karena ada kuasa yang keluar dari pada-Nya dan semua orang itu disembuhkan-Nya" (Luk 6:12-19), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Di dalam hidup kita sehari-hari kiranya kita harus menghadapi aneka tawaran dan ajakan yang harus kita pilih dan kerjakan. Demikian juga dalam waktu-waktu tertentu kita dihadapkan suatu pilihan yang sangat menentukan masa depan hidup kita, misalnya memilih jalan hidup untuk berkeluarga atau tidak menikah dengan menjadi imam, bruder atau suster. Untuk hidup berkeluarga juga harus memilih calon suami atau isteri mana yang cocok atau sesuai agar hidup berkeluarga bahagia dan sejahtera sampai mati. Sabda hari ini mengingatkan kita semua bahwa dalam menentukan pilihan hendaknya diawali dengan berdoa lebih dahulu, sebagaimana dilakukan oleh Yesus sebelum memilih dua belas rasul. Sabda hari ini kiranya juga mengingatkan kita semua perihal pemilihan Paus yang disebut 'konklaf', dimana para kardinal yang memiliki hak pilih untuk memilih atau dipilih menjadi Paus berkumpul di ruang/kamar tertutup untuk berdoa sebelum menentukan pilihan. Demikian juga pemilihan Uskup dll.  Karena kebanyakan dari kita pada umumnya akan hidup berkeluarga, maka dengan ini kami ingatkan rekan muda-mudi untuk sungguh cermat dan teliti serta diiringi dengan doa dalam menentukan calon suami atau isteri. Hendaknya memilih calon yang sungguh dapat menjamin kelangsungan hidup saling mengasihi sebagai suami-isteri sampai mati, dan ingatlah bahwa cintakasih lah yang akan menjadi tali pengikat hidup bersama anda. Maka hendaknya dalam dan dengan cintakasih sejati memilih dan menentukan calon suami atau isteri. Kepada kita semua kami ingatkan: setiap saat kita dihadapkan pada aneka tawaran dan ajakan, maka pilihlah yang lebih menyelamatkan jiwa manusia, baik jiwa anda sendiri maupun jiwa orang lain.

·   "Tidak tahukah kamu, bahwa orang-orang yang tidak adil tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah? Janganlah sesat! Orang cabul, penyembah berhala, orang berzinah, banci, orang pemburit, pencuri, orang kikir, pemabuk, pemfitnah dan penipu tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah. Dan beberapa orang di antara kamu demikianlah dahulu. Tetapi kamu telah memberi dirimu disucikan, kamu telah dikuduskan, kamu telah dibenarkan dalam nama Tuhan Yesus Kristus dan dalam Roh Allah kita." (1Kor 6:9-11). Kita semua kiranya mendambakan "mendapat bagian dalam Kerajaan Allah", artinya mendambakan hidup bahagia dan damai sejahtera jiwa kita. Jika kita sungguh mendambakan hal itu, maka kita diharapkan meninggalkan percabulan, penyembahan berhala, perzinahan, mabuk, fitnah, penipuan dst.. Pada masa kini kiranya yang perlu diperhatikan adalah percabulan, penyembahan berhala dan perzinahan, mengingat dan memperhatikan dampak semangat sikap dan tindakan materialistis yang terjadi. Kemajuan dan perkembangan ekonomi dan tehnologi tanpa sadar telah menggilas sikap mental banyak orang tumbuh berkembang bersikap mental materialistis, yang kemudian berkembang ke dalam aneka bentuk perzinahan dan percabulan. Orang lebih mengutamakan uang atau harta benda  di atas segalanya, demikian lebih mengutamakan kenikmatan fisik, entah dalam hal makanan dan minuman maupun seks. Sebagai orang beriman marilah  kita bersama-sama memberantas aneka bentuk percabulan, perzinahan maupun penyembahan berhala. Kami berharap mereka yang berpengaruh dalam hidup dan kerja bersama dapat menjadi contoh atau teladan hidup baik, bermoral dan berbudi pekerti luhur serta tidak bersikap mental materialistis. Para pemuka agama hendaknya terus-menerus memerangi aneka percabulan, perzianahan dan penyembahan berhala, dan tentu saja juga tidak melakukannya dalam bentuk apapun.

"Haleluya! Nyanyikanlah bagi TUHAN nyanyian baru! Pujilah Dia dalam jemaah orang-orang saleh. Biarlah Israel bersukacita atas Yang menjadikannya, biarlah bani Sion bersorak-sorak atas raja mereka! Biarlah mereka memuji-muji nama-Nya dengan tari-tarian, biarlah mereka bermazmur kepada-Nya dengan rebana dan kecapi! Sebab TUHAN berkenan kepada umat-Nya, Ia memahkotai orang-orang yang rendah hati dengan keselamatan." (Mzm 149:1-4)
Ign 11 September 2012

Minggu, 09 September 2012

10 sept

Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat"
(1Kor 5:1-8; Luk 6:6-11)

" Pada suatu hari Sabat lain, Yesus masuk ke rumah ibadat, lalu mengajar. Di situ ada seorang yang mati tangan kanannya.Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi mengamat-amati Yesus, kalau-kalau Ia menyembuhkan orang pada hari Sabat, supaya mereka dapat alasan untuk mempersalahkan Dia. Tetapi Ia mengetahui pikiran mereka, lalu berkata kepada orang yang mati tangannya itu: "Bangunlah dan berdirilah di tengah!" Maka bangunlah orang itu dan berdiri. Lalu Yesus berkata kepada mereka: "Aku bertanya kepada kamu: Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat, menyelamatkan nyawa orang atau membinasakannya?" Sesudah itu Ia memandang keliling kepada mereka semua, lalu berkata kepada orang sakit itu: "Ulurkanlah tanganmu!" Orang itu berbuat demikian dan sembuhlah tangannya. Maka meluaplah amarah mereka, lalu mereka berunding, apakah yang akan mereka lakukan terhadap Yesus" (Luk 6:6-11), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Hari Sabat adalah hari yang dikhususkan bagi Allah, namun baiklah kita sadari dan hayati bahwa semua hari diciptakan oleh Allah dan sangat tergantung pada Allah juga. Orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat adalah tokoh-tokoh bangsa Yahudi yang begitu mengetengahkan atau mengedepankan aneka tata tertib dan peraturan, buatan manusia, dalam hidup sehari-hari. Dalam Warta Gembira hari ini kita diingatkan bahwa yang penting atau utama adalah perbuatan baik, bukan peraturan atau tata tertib, apalagi hemat saya peraturan atau tata tertib dibuat dan diberlakukan untuk membantu orang melakukan apa yang baik. Maka meskipun hari Sabat atau bagi kita masa kini hari Minggu, yang dikhususkan oleh Tuhan, hendaknya kita tetap berpegang teguh pada tujuan atau maksud aturan dan tata tertib dibuat dan diberlakukan, dengan kata lain hendaknya kita lebih berpedoman pada nilai-nilai moral, tidak berhenti pada nilai-nilai hukum apalagi sopan santun. Dengan kata lain sebagai umat beriman hendaknya kita hidup dan bertindak dijiwai oleh iman, sehingga dalam dan dengan semangat iman hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, dan buah dari cara hidup dan cara bertindak kita adalah keselamatan jiwa manusia. Demi keselamatan jiwa manusia hendaknya kita tidak takut jika harus melanggar aturan atau tata tertib, karena nilai atau norma moral lebih tinggi atau mengatasi nilai hukum. Secara khusus kami ingatkan para penegak dan pejuang kebenaran di dalam proses pengadilan hendaknya juga lebih mengutamakan keselamatan jiwa manusia, bukan harta benda atau fisik.

·   "Buanglah ragi yang lama itu, supaya kamu menjadi adonan yang baru, sebab kamu memang tidak beragi. Sebab anak domba Paskah kita juga telah disembelih, yaitu Kristus. Karena itu marilah kita berpesta, bukan dengan ragi yang lama, bukan pula dengan ragi keburukan dan kejahatan, tetapi dengan roti yang tidak beragi, yaitu kemurnian dan kebenaran" (1Kor 5:7-8), demikian peringatan Paulus kepada umat di Korintus, kepada kita semua umat beriman. Kita diajak dan diingatkan untuk berpesta dengan ragi baru, yaitu "kemurnian dan kebenaran", maka marilah kita saling bekerjasama mengusahakan hidup murni dan benar, yang berarti tidak pernah melakukan sesuatu  yang buruk dan jahat sekecil apapun, sebaliknya dalam hal atau perkara sekecil apapun senantiasa ditanggapi dan dikerjakan dengan cintakasih yang besar. Hendaknya dijauhkan dari kita aneka bentuk kepalsuan dan kebohongan, maklum pada masa kini berkembang begitu pesat aneka bentuk pemalsuan dan kebohongan, antara lain dalam hal makanan, minuman maupun wangi-wangian dst.. Yang mungkin baik kami ingatkan adalah hendaknya kita hidup dan bertindak  sesuai dengan kehendak dan perintah Allah, yang secara konkret dapat kita hayati dengan mengikuti proses kehidupan sesuai dengan karya penciptaan. Hendaknya jangan cepat-cepat kaya atau pandai alias melakukan korupsi, tetapi berproseslah, karena apa-apa yang diperoleh dengan cepat-cepat pada umumnya dengan cepat-cepat pula hilang atau musnah. Kami juga mengingatkan kita semua: jangan terlalu banyak mengkonsumsi aneka makanan dan minuman dalam kemasan atau instant, karena jika anda mengkosumsi terus menerus jenis makanan dan minuman instant atau dalam kemasan tersebut, maka daya tahan tubuh anda lemah dan dengan demikian akan mudah kena penyakit atau cepat mati, tidak umur panjang. Cukup banyak contoh di dalam kehidupan bersama kita dimana orang yang terbiasa mengkonsumsi makanan atau minuman instant mudah jatuh sakit dan cepat mati.

"Sebab Engkau bukanlah Allah yang berkenan kepada kefasikan; orang jahat takkan menumpang pada-Mu.Pembual tidak akan tahan di depan mata-Mu; Engkau membenci semua orang yang melakukan kejahatan.Engkau membinasakan orang-orang yang berkata bohong, TUHAN jijik melihat penumpah darah dan penipu." (Mzm 5:5-7)
Ign 10 September 2012