"Orang yang percaya kepadaNya beroleh hidup yang kekal."
(Fil 2:6-11; Yoh 3:13-17)
"Tidak ada seorang pun yang telah naik ke sorga, selain dari pada Dia yang telah turun dari sorga, yaitu Anak Manusia. Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal. Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia" (Yoh 3:13-17), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan Pesta Salib Suci hari ini , saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
· Sebagai orang yang beriman kepada Yesus Kristus, khususnya yang beragama Katolik, setiap kali berdoa atau mengawali suatu acara atau tugas pekerjaan kita membuat tanda salib seraya berkata "Dalam Nama Bapa, Putera dan Roh Kudus". Entah sudah berapa kali kita membuat tanda salib mungkin tak sempat menghitung, dan mungkin kita juga tidak sadar lagi apalagi menghayatinya. Maka dalam rangka mengenangkan Pesta Salib Suci hari ini saya mengingatkan dan mengajak anda sekalian untuk mawas diri apa arti membuat tanda salib. Membuat tanda salib hemat saya berarti kita akan hidup dan melakukan segala sesuatu sesuai dengan kehendak dan perintah Tuhan, tidak mengikuti atau menurut selera dan keinginan pribadi. Dengan kata lain kita hidup dan bertindak meneladan Yang Tersalib, yaitu senantiasa membaktikan diri sepenuhnya demi keselamatan atau kebahagiaan orang lain, terutama keselamatan atau kebahagiaan jiwa. Untuk itu orang dengan jiwa besar dan hati rela berkorban siap sedia untuk menderita demi keselamatan atau kebahagiaan orang lain. Cara hidup dan cara bertindaknya dimana pun dan kapanpun senantiasa merupakan perwujudan iman pada Yang Tersalib, memiliki cara melihat, cara berpikir, cara merasa, cara bersikap dan cara bertindak sesuai dengan Yang Tersalib, yaitu melayani sesamanya dengan rendah hati. Kita semua kiranya mendambakan hidup kekal, bahagia dan damai sejahtera selamanya di sorga, setelah meninggal dunia atau dipanggil Tuhan, maka marilah cara hidup dan cara bertindak kita sungguh menunjukkan diri sebagai orang yang memiliki dambaan hidup kekal, bahagia dan damai sejahtera selamanya. Dengan kata lain selama hidup di dunia ini dalam situasi dan kondisi apapun senantiasa bergembira, bergairah dan ceria, karena Tuhan hidup dan berkarya dalam diri kita yang lemah dan rapuh ini. Kita bagaikan orang gila/sinthing yang terus tersenyum dan tidak pernah menyakiti orang lain sedikitpun.
· "Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib" (Fil 2:5-8), demikian peringatan Paulus kepada umat di Filipi, kepada kita semua yang beriman kepada Yesus Kristus. Peringatan ini kiranya mengajak kita semua untuk senantiasa hidup dan bertindak dengan rendah hati. Salah satu bentuk penghayatan rendah hati pada masa kini yang mendesak dan up to date adalah tidak mengeluh atau tidak menggerutu dalam situasi dan kondisi apapun, termasuk dalam situasi dan kondisi yang sulit dan berat, yang sarat dengan aneka tantangan, masalah dan hambatan. Secara konkret dalam hal-hal biasa setiap hari, misalnya dalam hal makan, minum dan tidur. Makanan dan minuman yang tidak enak namun sehat tetap dinikmati dengan ceria, demikian juga tidur dimana pun tak ada masalah. Ketika orang memiliki masalah dalam hal makanan, minuman dan tidur yang sehat berarti yang bersangkutan sedang menderita sakit, sebagaimana terjadi di rumah sakit. Sebaliknya jika orang tak memiliki masalah dalam hal makanan, minuman dan tidur pada umumnya yang bersangkutan juga tidak akan mengeluh atau menggerutu ketika harus melakukan tugas pekarjaan berat, yang sarat dengan tantangan, masalah maupun hambatan. Maka dengan ini kami berharap kepada para orangtua untuk membiasakan dan mendidik anak-anak sedini mungkin dalam hal makan, minum dan tidur yang sehat, jangan hanya mengikuti selera atau keinginan pribadi. Tentu saja orangtua dapat menjadi teladan bagi anak-anaknya dalam hal makan, minum dan tidur yang sehat.
"Apabila Ia membunuh mereka, maka mereka mencari Dia, mereka berbalik dan mengingini Allah; mereka teringat bahwa Allah adalah gunung batu mereka, dan bahwa Allah Yang Mahatinggi adalah Penebus mereka.Tetapi mereka memperdaya Dia dengan mulut mereka, dan dengan lidahnya mereka membohongi Dia.Hati mereka tidak tetap pada Dia, dan mereka tidak setia pada perjanjian-Nya" (Mzm 78:34-37)
Ign 14 September 2012
0 komentar:
Posting Komentar