Fans Page Facebook http://imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Sabtu, 09 Juni 2012

Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus

HARI RAYA TUBUH DAN DARAH KRISTUS: Kel 24:3-8; Ibr 9:11-15; Mrk 14:12-16.22-26
"Ambillah, inilah tubuh-Ku.

Sakramen yang terluhur ialah Ekaristi mahakudus, di dalamnya Kristus Tuhan sendiri dihadirkan, dikurbankan dan disantap dan melaluinya Gereja selalu hidup dan berkembang. Kurban Ekaristi, kenangan akan wafat dan kebangkitan Tuhan, dimana Kurban salib diabadikan sepanjang masa, adalah puncak seluruh ibadat dan kehidupan kristiani dan sumber yang menandakan serta menghasilkan kesatuan umat Allah dan menyempurnakan pembangunan tubuh Kristus. Sedangkan sakramen-sakramen lain dan semua  karya kerasulan gerejawi melekat erat dengan Ekaristi mahakudus dan diarahkan kepadanya� (KHK kan 897). Ekaristi mahakudus merupakan kenangan yang terindah dan terluhur yang diwariskan oleh Yesus Kristus kapada kita semua yang beriman kepadaNya. Di dalam Gereja Katolik Ekaristi Mahakudus sering disebut sebagai ‘perayaan, perjamuan, kurban’, maka Gereja Katolik mengjarkan bahwa dalam Ekaristi Mahakudus, Kristus Tuhan sendii dihadirkan, dikurbankan dan disantap.
Perkenankan pada Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus hari ini saya secara sederhana merefleksikan tiga nama yang dikenakan pada Ekaristi Mahakudus tersebut.

Ekaristi Mahakudus adalah perayaan.
Setiap kali ada perayaan pada umumnya banyak orang menghadirinya serta menghadirkan diri selayak mungkin, entah dalam hal pakaian maupun kebersihan diri pribadi. Setiap perayaan juga memiliki maksud atau tujuan tertentu, misalnya mengenangkan suatu peristiwa penting di dalam perjalanan hidup atau sejarah. Perayaan akan semakin meriah dan mengesan ketika dihadiri oleh orang-orang penting dan terkenal dalam kehidupan bersama. Dalam Ekaristi Mahakudus Yesus Kristus, Tuhan, sendiri yang menghadirkan DiriNya, maka menghadiri Perayaan Ekaristi Mahakudus berarti bertemu dengan Tuhan. Sebagaimana ketika mau bertemu dengan pejabat tinggi kita senantiasa berusaha menghadirkan diri sebaik mungkin, demikian pula halnya menghadiri Peryaaan Ekaristi dimana kita bertemu dengan Tuhan. Dalam berpartisipasi di dalam Perayaan Ekaristi diri kita masing-masing diharapkan dalam keadaan bersih, tentu saja pertama-tama dan terutama bersih hati, jiwa dan akal budinya, bukan hanya tubuhnya saja. Maka kepada mereka yang memiliki dosa sebelum hadir dalam Perayaan Ekaristi kami harapkan mengakukan dosanya lebih dahulu. � Kristus telah datang sebagai Imam Besar untuk hal-hal yang baik yang akan datang: Ia telah melintasi kemah yang lebih besar dan yang lebih sempurna, yang bukan dibuat oleh tangan manusia, -- artinya yang tidak termasuk ciptaan ini, -- dan Ia telah masuk satu kali untuk selama-lamanya ke dalam tempat yang kudus bukan dengan membawa darah domba jantan dan darah anak lembu, tetapi dengan membawa darah-Nya sendiri. Dan dengan itu Ia telah mendapat kelepasan yang kekal�(ibr 9:11-12). Bagi kita yang dimaksudkan dengan kemah yang lebih besar dan yang lebih sempurna tidak lain adalah kebersamaan kita dalam Perayaan Ekaristi. Masing-masing dari kita merupakan bagian kecil dari kemah yang besar dan sempuna tersebut. Maka selayaknya kita bersaudara atau bersahabat dengan saudara-saudari kita yang sama-sama menghadiri Perayaan Ekaristi.
 
Ekaristi Mahakudus adalah kurban.
Di dalam setiap upacara kurban senantiasa ada sesuatu yang dikurbankan sebagai sarana untuk mohon keselamatan atau kesejahteraan. Dalam suku-suku tertentu kita sering mendengar ‘kambing hitam’ sebagai kurban, yang pada umumnya berupa binatang, entah itu ayam, kambing atau lembu. Disebut ˜kambing hitam" karena yang dikurbankan telah mengusir dan mengalahkan kejahatan dengan mengorbankan diri. Di dalam Perayaan Ekaristi yang menjadi kurban atau kambing hitam adalah Yesus Kristus sendiri, dan Dia lah Sang Penyelamat Dunia. Kita yang hadir dalam Perayaan Ekaristi diharapkan juga berpartisipasi dalam pengurbanan Yesus Kristus, antara lain dengan mempersembahkan sebagian harta benda atau uang kita sebagai persembahan, yang selanjutnya menjadi harta benda gerejawi dengan maksud dan tujuan untuk memberi kehidupan yang layak para pelayan rohani beserta para pembantunya, pembeayaan pelayanan-pelayanan pastoral serta amal kasih atau sumbangan bagi mereka yang miskin dan berkekurangan.

Ekaristi Mahakudus adalah perjamuan
Di dalam setiapperjamuan senantiasa ada jamuan makan bersama, yang disediakan dan disiapkan oleh tuan rumah. Di dalam perjamuan Ekaristi Mahakudus, Yesus Kristus sendiri yang menjadi tuan rumah dan sebagai jamuan makan bersama Ia memberikan DiriNya, Tubuh dan DarahNya, dalam rupa roti dan anggur. Maka setiap kali kita menerima komuni kudus, yang tidak lain adalah Tubuh Kristus sendiri, kita berarti menerima Yesus Kristus dalam diri kita. Apa yang dimakan dan diminum senantiasa mempengaruhi orang yang memakan dan meminumnya. Menerima dan menyantap/makan Tubuh Kristus diharapkan kemudian hidup dan bertindak sesuai dengan perintah dan sabda Yesus Kristus, dan dengan demikian menjadi sahabat-sahabat Yesus Kristus.

Kemudian disuruhnyalah orang-orang muda dari bangsa Israel, maka mereka mempersembahkan korban bakaran dan menyembelih lembu-lembu jantan sebagai korban keselamatan kepada TUHAN. Sesudah itu Musa mengambil sebagian dari darah itu, lalu ditaruhnya ke dalam pasu, sebagian lagi dari darah itu disiramkannya pada mezbah itu. Diambilnyalah kitab perjanjian itu, lalu dibacakannya dengan didengar oleh bangsa itu dan mereka berkata: "Segala firman TUHAN akan kami lakukan dan akan kami dengarkan." Kemudian Musa mengambil darah itu dan menyiramkannya pada bangsa itu serta berkata: "Inilah darah perjanjian yang diadakan TUHAN dengan kamu, berdasarkan segala firman ini." (Kel 24:5-8) "Segala firman Tuhan akan kami lakukan dan akan kami dengarkan", inilah yang kiranya baik untuk kita renungkan dan hayati, sebagai orang yang telah menerima Tubuh dan Darah Yesus Kristus. Di dalam Perayaan atau Perjamuan Ekaristi Makakudus kepada kita juga dibacakan firman-firman Tuhan serta dikotbahkan oleh pengkotbah. Maka dengan ini kami berharap kita sungguh mendengarkan ketika dibacakan firman-firman Tuhan di dalam Perayaan Ekaristi. Alangkah baiknya jika kita mempersiapkan diri sebelumnya, dan untuk itu dapat dilihat dalam buku Kalendarium Liturgi perihal firman-firman Tuhan yang akan dibacakan dan direnungkan dalam Perayaan Ekaristi.
Kepada mereka yang bertugas untuk berkotbah di dalam Perayaan Ekaristi, kami
harapkan sungguh mempersiapkan diri, sehingga apa yang dikotbahkan sungguh menyentuh, mempesona dan menarik bagi umat yang hadir dalam Perayaan Ekaristi, dan mereka semakin tergerak untuk semakin mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan melalui aneka pelayanan bagi sesamanya. Sebaliknya kepada segenap umat yang hadir kami harapkan dengan segenap hati, jiwa, akal budi dan tenaga/tubuh mendengarkan apa yang disampaikan oleh pengkotbah. Dan sekiranya apa yang disampaikan oleh pengkotbah kurang atau tidak mengena pada dirinya, baiklah jika secara pribadi merenungkannya.

Bagaimana akan kubalas kepada TUHAN segala kebajikan-Nya kepadaku? Aku akan mengangkat piala keselamatan, dan akan menyerukan nama TUHAN, Berharga di mata TUHAN kematian semua orang yang dikasihi-Nya.Ya TUHAN, aku hamba-Mu! Aku hamba-Mu, anak dari hamba-Mu perempuan! Engkau telah membuka ikatan-ikatanku! Aku akan mempersembahkan korban syukur kepada-Mu, dan akan menyerukan nama TUHAN,akan membayar nazarku kepada TUHAN di depan seluruh umat-Nya (Mzm 116: 12-13.15-18)
Ign 10 Juni 2012

9 Juni

"Sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang yang memasukkan uang ke dalam peti persembahan"
(2Tim 4:1-8; Mrk 12:38-44)

Dalam pengajaran-Nya Yesus berkata: "Hati-hatilah terhadap ahli-ahli Taurat yang suka berjalan-jalan memakai jubah panjang dan suka menerima penghormatan di pasar, yang suka duduk di tempat terdepan di rumah ibadat dan di tempat terhormat dalam perjamuan, yang menelan rumah janda-janda, sedang mereka mengelabui mata orang dengan doa yang panjang-panjang. Mereka ini pasti akan menerima hukuman yang lebih berat." Pada suatu kali Yesus duduk menghadapi peti persembahan dan memperhatikan bagaimana orang banyak memasukkan uang ke dalam peti itu. Banyak orang kaya memberi jumlah yang besar. Lalu datanglah seorang janda yang miskin dan ia memasukkan dua peser, yaitu satu duit. Maka dipanggil-Nya murid-murid-Nya dan berkata kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang yang memasukkan uang ke dalam peti persembahan. Sebab mereka semua memberi dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, semua yang ada padanya, yaitu seluruh nafkahnya." (Mrk 12:38-44), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

Dalam kehidupan bersama bidang pelayanan atau kebersamaan macam atau jenis apapun sering diadakan gerakan pengumpulan dana atau sumbangan, sebagai wujud penghayatan sosial, demi kepentingan atau kebutuhan bersama. Pada umumnya orang-orang kaya atau berduit secara nominal akan memberi dana atau sumbangan lebih besar daripada orang-orang miskin dan berkekurangan akan harta benda atau uang, atau bahkan mereka tidak mampu memberikan sumbangan harta benda atau uang melainkan tenaga dan waktunya. Hemat saya persembahan tenaga dan waktu memang sulit diuangkan begitu saja, maka benarlah apa yang disabdakan oleh Yesus bahwa “janda miskin sungguh memberikan persembahan seluruh nafkahnya dan kebanyakan orang lain hanya sebagian kecil dari kekayaan atau hartanya�. Maka dengan ini kami mengharapkan anda sekalian untuk meneladan janda miskin yang memberi dari kekurangannya bukan dari kelebihannya dalam rangka memberi sumbangan atau derma.
Memberi dari kelebihan berarti membuang sampah, dengan kata lain menjadikan si penerima sebagai tempat sampah. Secara khusus kami mengajak rekan-rekan imam atau pastor untuk memberikan diri dari kekurangannya, dengan kata lain secara totalmempersembahkan diri kepada umat yang harus dilayani.

Mengenai diriku, darahku sudah mulai dicurahkan sebagai persembahan dan saat kematianku sudah dekat. Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman.Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil, pada hari-Nya; tetapi bukan hanya kepadaku, melainkan juga kepada semua orang yang merindukan kedatangan-Nya� (2Tim 4:6-8), demikian sharing iman Paulus kepada Timoteus, kepada kita semua umat beriman. Aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman�, inilah yang kiranya baik untuk kita renungkan atau refleksikan. Memelihara iman sampai garis akhir bagi kita berarti senantiasa mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan melalui saudara-saudari kita sampai mati atau dipanggil Tuhan. Dengan kata lain hidup dan bertindak kapan pun dan dimana pun senantiasa dijiwai oleh iman. Dijiwai oleh iman berarti senantiasa setia melaksanakan atau menghayati perintah-perintah atau sabda-sabda Tuhan, antara lain sebagaimana tertulis di dalam Kitab Suci. Maka marilah kita baca dan renungkan serta kita hayati apa yang tertulis di dalam Kitab Suci kita masing-masing. Bacalah Kitab Suci dari halaman pertama sampai halaman terakhir dengan penuh khidmat disertai dengan doa-doa. Kita semua dipanggil sebagai orang-orang yang merindukan kedatanganNya, maka cara hidup dan cara bertindak kita hendaknya senantiasa layak untuk didatangi oleh Tuhan, yang berarti senantiasa dalam keadaan baik dan berbudi pekerti luhur, tidak pernah menyakiti dan mengecewakan orang lain sedikitpun. Kepada para orangtua kami harapkan senantiasa berusaha agar anak-anak yang dianugerahkan oleh Tuhan senantiasa diusahakan selamat dan bahagia, sesuai dengan panggilan dan jati diri masing-masing. Kebahagiaan sejati orangtua terhadap anak-anak hemat saya adalah jika anak-anak bahagia dan sejahtera dalam hidup dan panggilannya, maka untuk itu perlu disiapkan atau dididik sedini mungkin dalam hal panggilan hidup, yang sesuai dengan bakat dan rahmat yang dianugerahkan oleh Tuhan bagi anak-anak.

Aku senantiasa mau berharap dan menambah puji-pujian kepada-Mu; mulutku akan menceritakan keadilan-Mu dan keselamatan yang dari pada-Mu sepanjang hari, sebab aku tidak dapat menghitungnya. Aku datang dengan keperkasaan-keperkasaan Tuhan ALLAH, hendak memasyhurkan hanya keadilan-Mu saja! Ya Allah, Engkau telah mengajar aku sejak kecilku, dan sampai sekarang aku memberitakan perbuatan-Mu yang ajaib (Mzm 71:14-17)

Ign 9 Juni 2012

Kamis, 07 Juni 2012

8 Juni


"Bagaimana ahli Taurat dapat mengatakan bahwa Mesias adalah anak Daud?"

(2Tim 3:10-17; Mrk 12:35-37)

"Pada suatu kali ketika Yesus mengajar di Bait Allah, Ia berkata: "Bagaimana ahli-ahli Taurat dapat mengatakan, bahwa Mesias adalah anak Daud? Daud sendiri oleh pimpinan Roh Kudus berkata: Tuhan telah berfirman kepada Tuanku: duduklah di sebelah kanan-Ku, sampai musuh-musuh-Mu Kutaruh di bawah kaki-Mu. Daud sendiri menyebut Dia Tuannya, bagaimana mungkin Ia anaknya pula?" Orang banyak yang besar jumlahnya mendengarkan Dia dengan penuh minat." (Mrk 12:35-37), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Yesus adalah Tuhan dan sekaligus manusia; Ia adalah Tuhan yang menjadi manusia seperti kita kecuali dalam hal dosa, untuk menyelamatkan dunia sebagaimana telah dijanjikanNya. Janji Tuhan tersebut telah lama disabdakan melalui para nabi. Ia datang ke dunia belerjasama dengan manusia, yaitu Maria, gadis sederhana dan suci, yang dengan rendah hati dan total menanggapi panggilan Tuhan untuk mengandung 'anak', yang tidak lain adalah Penyelamat Dunia, karena Roh Kudus dan bukan karena relasi cintakasih dengan laki-laki alias hubungan seksual dengan laki-laki. Dengan kata lain secara fisik Ia bukan anak Yusuf, yang menjadi keturunan Daud. Orang-orang Farisi tidak percaya bahwa Yesus adalah Mesias, Allah yang menjadi manusia, tetapi mereka hanya percaya secara yuridis bahwa Yesus adalah keturunan Daud karena Yusuf adalah keturunan Daud. Sabda atau warta gembira hari ini kiranya mengingatkan dan mengajak kita semua, umat beriman, untuk hidup dan bertindak lebih dijiwai oleh Roh Kudus daripada aturan atau hukum, dengan kata lain kita diajak untuk dengan sungguh-sungguh menghayati visi atau spiritualitas kita masing-masing. Sebagai manusia baiklah kita sadari dan hayati bahwa sebelum kita dilahirkan dari rahim ibu kiranya pada diri kita telah diidam-idamkan sesuatu, yaitu agar kelak menjadi manusia yang baik, suci dan berbudi pekerti luhur, maka marilah dimana pun dan dalam kondisi serta situasi apapun kita senantiasa berusaha untuk hidup baik, suci dan berbudi pekerti luhur.

·   "Ingatlah juga bahwa dari kecil engkau sudah mengenal Kitab Suci yang dapat memberi hikmat kepadamu dan menuntun engkau kepada keselamatan oleh iman kepada Kristus Yesus. Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran" (2Tim 3:15-16), demikian nasihat atau peringatan Paulus kepada Timoteus, kepada kita semua umat beriman. Dalam perjalanan hidup kita, sejak kita dapat melihat dan membaca kiranya dapat kita lihat berbagai macam tulisan, entah berupa buku, surat, pengumuman, aturan dst…, yang kiranya memiliki tujuan baik, suci dan luhur, yang "bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran". Tentu pertama-tama dan terutama yang selayaknya kita perhatikan adalah tulisaan yang diilhamkan Allah, yaitu Kitab Suci. Maka dengan ini kami mengajak anda sekalian untuk setia membaca dan merenungkan apa yang tertulis didalam Kitab Suci, dan kepada segenap umat Kristen dan Katolik kiranya apa yang saya coba tuliskan kembali yang tertulis didalam Kitab Suci serta dengan sederhana kami refleksikan, kami berharap dapat membantu kita semua untuk tahu perihal ajaran Kristiani guna memperbaiki kelakuan dan mendidik kita dalam kebenaran, sehingga kita dapat hidup baik, benar dan berbudi pekerti luhur. Silahkan memilih sendiri ayat-ayat dari perikop Kitab Suci yang kami kutipkan, dan kemudian refleksikan dan renungkan. Marilah kita sadari dan hayati bahwa kita dididik dan dibina dengan dan melalui kata-kata atau tulisan. Secara khusus kami ingatkan kepada siapapun yang tergabung di dalam hidup dan kerja bersama, misalnya di dalam asrama atau tempat kerja atau lembaga hidup bakti dst.., hendaknya aturan hidup bersama, pedoman kerja, konstitusi atau pedoman hidup sungguh dibaca, dipelajari, dipahami dan akhirnya dilaksanakan. Aneka aturan atau tata tertib hemat saya menjelaskan fungsi tempat atau harta benda terkait agar orang memanfaatkan sesuai dengan fungsinya. Misalnya klas adalah tempat untuk belajar, maka selain belajar berarti melanggar aturan, tempat ibadat untuk beribadat atau berdoa, tempat kerja untuk bekerja dst.. Jika kita tidak setia mentaati aturan yang sederhana dalam hidup sehari-hari, maka kita akan dengan mudah melakukan tindak korupsi sebagaimana dilakukan oleh para tokoh atau pemuka negeri kita ini.

"Besarlah ketenteraman pada orang-orang yang mencintai Taurat-Mu, tidak ada batu sandungan bagi mereka. Aku menantikan keselamatan dari pada-Mu, ya TUHAN, dan aku melakukan perintah-perintah-Mu. Aku berpegang pada titah-titah-Mu dan peringatan-peringatan-Mu, sebab seluruh hidupku terbuka di hadapan-Mu." (Mzm 119:165.166.168)

Ign 8 Juni 2012


Rabu, 06 Juni 2012

7 Juni


"Engkau tidak jauh dari Kerajaan Allah!"

(2Tim 2:8-15; Mrk 12:28b-34)

"Orang-orang Saduki bersoal jawab dan tahu, bahwa Yesus memberi jawab yang tepat kepada orang-orang itu, datang kepada-Nya dan bertanya: "Hukum manakah yang paling utama?" Jawab Yesus: "Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa. Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu. Dan hukum yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini." Lalu kata ahli Taurat itu kepada Yesus: "Tepat sekali, Guru, benar kata-Mu itu, bahwa Dia esa, dan bahwa tidak ada yang lain kecuali Dia. Memang mengasihi Dia dengan segenap hati dan dengan segenap pengertian dan dengan segenap kekuatan, dan juga mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri adalah jauh lebih utama dari pada semua korban bakaran dan korban sembelihan." Yesus melihat, bagaimana bijaksananya jawab orang itu, dan Ia berkata kepadanya: "Engkau tidak jauh dari Kerajaan Allah!" Dan seorang pun tidak berani lagi menanyakan sesuatu kepada Yesus." (Mrk 12:28b-34), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Di dalam menelusuri jalan dari kota asal ke kota tujuan bagi mereka yang sungguh tahu dan kenal situasi lika-liku jalan yang akan dilalui tentu akan selamat sampai tujuan alias tidak tersesat. Sebaliknya orang yang tidak tahu serta tak mau bertanya kepada orang lain pasti akan tersesat, maka ada pepatah "malu bertanya, sesat di jalan". "Engkau tidak jauh dari Kerajaan Allah", demikian sabda Yesus kepada orang yang bijaksana, mampu memahami arti dan makna cintakasih. Pemahaman perihal cintakasih di antara kita semua pasti berbeda satu sama lain, sesuai dengan latar belakang dan pengalaman kita masing-masing. Namun demikian hemat saya apa yang disabdakan hari ini merupakan ajaran perihal cintakasih yang dapat diterima semua orang, tanpa pandang bulu, yaitu mengasihi dengan "segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan segenap kekuatan/tenaga". Para orangtua atau bapak-ibu hemat saya memiliki pengalaman saling mengasihi yang demikian ini, maka kami harapkan dapat menjadi teladan bagi anak-anaknya serta menjelaskan arti cinta kasih sejati dan mendidik atau melatihnya setiap hari. Segenap berarti total atau seutuhnya, maka kalau tidak total atau utuh berarti sakit, alias sakit jiwa, sakit jiwa, bodoh atau sakit fisik akan sulit dalam mengasihi atau bahkan tak mampu mengasihi. Maka hendaknya dalam saling mengasihi kita sungguh total, tidak setengah-setengah atau ragu-ragu.

·   "Ingatkanlah dan pesankanlah semuanya itu dengan sungguh-sungguh kepada mereka di hadapan Allah, agar jangan mereka bersilat kata, karena hal itu sama sekali tidak berguna, malah mengacaukan orang yang mendengarnya. Usahakanlah supaya engkau layak di hadapan Allah sebagai seorang pekerja yang tidak usah malu, yang berterus terang memberitakan perkataan kebenaran itu" (2Tim 2:14-15), demikian pesan Paulus kepada Timoteus, yang hendaknya juga kita renungkan atau refleksikan. Yang dimaksudkan dengan kebenaran di sini tidak lain adalah 'mati bersama Dia dan hidup bagi Dia', artinya baik hidup atau mati senantiasa dalam Tuhan. Dalam keadaan dan kondisi apapun selama masih hidup di dunia ini hendaknya kita senantiasa "layak di hadapan Allah", sehingga sewaktu-waktu kita dipanggil Tuhan atau meninggal dunia kita dengan ceria dan penuh senyum mempesona berhadapan dengan Allah secara pribadi, dengan kata lain kita tidak takut kapan saja dan dimana saja dipanggil Tuhan, karena kita senantiasa bersama denganNya. Kita semua juga diingatkan agar tidak bersilat kata alias berkata-kata yang tidak benar serta membuat orang lain semakin bingung dan pusing tujuh keliling. Hendaknya kita jujur dan polos dalam berkata-kata, apa adanya, tidak berbohong sedikitpun. Ingatlah ketika orang suka berbohong, maka semakin lama semakin berusaha keras menutupi kebohongannya dan dengan juga semakin bohong. Menutupi kebohongan dengan kebohongan berarti hidup dalam sandiwara terus-menerus. Bukankah orang bermain sandiwara tak akan tahan lama, maka jika anda suka bermain sandiwara kehidupan atau menutupi kebohongan dengan kebohongan tak akan lama kemudian pasti akan terbongkar kebohongan atau permainan sandiwara anda. Marilah kita hidup jujur, meskipun untuk itu harus hancur sementara, namun akan mujur dan mulia selamanya.

"TUHAN itu baik dan benar; sebab itu Ia menunjukkan jalan kepada orang yang sesat. Ia membimbing orang-orang yang rendah hati menurut hukum, dan Ia mengajarkan jalan-Nya kepada orang-orang yang rendah hati. Segala jalan TUHAN adalah kasih setia dan kebenaran bagi orang yang berpegang pada perjanjian-Nya dan peringatan-peringatan-Nya" (Mzm 25:8-10)

Ign 7 Juni 2012


Selasa, 05 Juni 2012

6 Juni


"Ia bukanlah Allah orang mati melainkan Allah orang hidup"

(2Tim 1:1-3.6-12; Mrk 12:18-27)

"Datanglah kepada Yesus beberapa orang Saduki, yang berpendapat, bahwa tidak ada kebangkitan. Mereka bertanya kepada-Nya: "Guru, Musa menuliskan perintah ini untuk kita: Jika seorang, yang mempunyai saudara laki-laki, mati dengan meninggalkan seorang isteri tetapi tidak meninggalkan anak, saudaranya harus kawin dengan isterinya itu dan membangkitkan keturunan bagi saudaranya itu. Adalah tujuh orang bersaudara. Yang pertama kawin dengan seorang perempuan dan mati dengan tidak meninggalkan keturunan. Lalu yang kedua juga mengawini dia dan mati dengan tidak meninggalkan keturunan. Demikian juga dengan yang ketiga. Dan begitulah seterusnya, ketujuhnya tidak meninggalkan keturunan. Dan akhirnya, sesudah mereka semua, perempuan itu pun mati. Pada hari kebangkitan, bilamana mereka bangkit, siapakah yang menjadi suami perempuan itu? Sebab ketujuhnya telah beristerikan dia." Jawab Yesus kepada mereka: "Kamu sesat, justru karena kamu tidak mengerti Kitab Suci maupun kuasa Allah. Sebab apabila orang bangkit dari antara orang mati, orang tidak kawin dan tidak dikawinkan melainkan hidup seperti malaikat di sorga. Dan juga tentang bangkitnya orang-orang mati, tidakkah kamu baca dalam kitab Musa, dalam ceritera tentang semak duri, bagaimana bunyi firman Allah kepadanya: Akulah Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub? Ia bukanlah Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup. Kamu benar-benar sesat!" (Mrk 12:18-27), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Sebagai orang beriman diharapkan senantiasa hidup dan bertindak dijiwai oleh imannya, mengikuti kehendak Allah atau Penyelenggaraan Ilahi. Namun rasanya kebanyakan orang masa kini bagaikan orang-orang Saduki yang tidak percaya kepada kebangkitan, yang berarti hanya percaya kepada apa yang dapat dilihat oleh mata jasmani ini saja, tak mampu melihat segala sesuatu dengan mata hati. Kita semua dapat hidup dan bertindak sebagaimana adanya pada saat ini hanya karena Allah, yang senantiasa setia mendampingi dan menyertai kita terus-menerus, maka marilah kita hayati pendampingan dan penyertaan Allah ini, sehingga kita tidak hanya mengandalkan kekuatan tenaga manusia dan percaya pada pada yang dapat dilihat dengan mata fisik saja. Pendampingan dan penyertaan Allah atau karya Allah antara lain kelihatan dalam aneka perkembangan dan pertumbuhan ciptaan-ciptaanNya di bumi ini, dalam diri manusia, binatang maupun tanaman atau tumbuh-tumbuhan. Lihatlah dengan teliti dan cermat keindahan alam yang dihiasi oleh aneka jenis tanaman, nikmatilah gerak-langkah aneka binatang yang lucu, dan tentu saja imani aneka perubahan ke arah yang baik dalam diri saudara-saudari kita!. Marilah kita imani bahwa hidup kita dan segala sesuatu yang kita miliki dan kuasai pada saat ini adalah anugerah Allah, bukan semata-mata hasil usaha atau kerja keras kita. Marilah kita imani bahwa kegairahan dan kegembiraan kita merupakan karya Allah, dan dengan demikian kita tidak akan bertanya-tanya atau khawatir akan apa yang terjadi setelah meninggal dunia atau dipanggil Allah, hidup di akhirat atau alam baka nanti.

·   "Karena itulah kuperingatkan engkau untuk mengobarkan karunia Allah yang ada padamu oleh penumpangan tanganku atasmu.Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban. Jadi janganlah malu bersaksi tentang Tuhan kita dan janganlah malu karena aku, seorang hukuman karena Dia, melainkan ikutlah menderita bagi Injil-Nya oleh kekuatan Allah" (2Tim 1:6-8), demikian kutipan surat Paulus kepada Timoteus. "Roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban" itulah yang dianugerahkan kepada kita semua umat beriman. Marilah kita imani dan hayati anugerah Roh ini dengan hidup dan bertindak saling mengasihi dan tertib, teratur. Tertib dan teratur dalam  cara hidup dan cara bertindak hemat kami sungguh mendesak dan up to date untuk kita hayati dan sebarluaskan pada masa kini, mengingat dan memperhatikan cukup banyak orang tidak hidup dan bertindak dengan tertib dan teratur, melainkan seenaknya sendiri, semau-gue, 'sak penake wudhele dewe'. Aturan dan tata tertib ada dimana-mana. Aturan dan tata tertib hemat saya memiliki maksud dan tujuan untuk memfungsikan sesuatu dengan benar dan baik, misalnya kapel/gereja/masjid dst.. adalah tempat doa, maka hanya dipergunakan untuk kegiataan yang menunjang hidup doa, sampah tempatnya adalah di tempat sampah, maka jika berserakan di jalanan berarti tidak benar, dst.. Hidup tertib dan teratur hemat saya juga merupakan salah satu wujud panggilan untuk saling mengasihi, karena dengan hidup dan bertindak tertib dan teratur berarti kita peduli pada orang lain. Marilah kita tingkatkan dan perdalam kepedulian kita kepada siapapun juga dalam hidup kita sehari-hari.

"Orang-orang yang percaya kepada TUHAN adalah seperti gunung Sion yang tidak goyang, yang tetap untuk selama-lamanya. Yerusalem, gunung-gunung sekelilingnya; demikianlah TUHAN sekeliling umat-Nya, dari sekarang sampai selama-lamanya." (Mzm 125:1-2)

Ign 6 Juni 2012


Senin, 04 Juni 2012

5 Juni


"Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah!"

(2Pet 3:12-15a; 17-18; Mrk 12:13-17)

"Kemudian disuruh beberapa orang Farisi dan Herodian kepada Yesus untuk menjerat Dia dengan suatu pertanyaan. Orang-orang itu datang dan berkata kepada-Nya: "Guru, kami tahu, Engkau adalah seorang yang jujur, dan Engkau tidak takut kepada siapa pun juga, sebab Engkau tidak mencari muka, melainkan dengan jujur mengajar jalan Allah dengan segala kejujuran. Apakah diperbolehkan membayar pajak kepada Kaisar atau tidak? Haruskah kami bayar atau tidak?" Tetapi Yesus mengetahui kemunafikan mereka, lalu berkata kepada mereka: "Mengapa kamu mencobai Aku? Bawalah ke mari suatu dinar supaya Kulihat!" Lalu mereka bawa. Maka Ia bertanya kepada mereka: "Gambar dan tulisan siapakah ini?" Jawab mereka: "Gambar dan tulisan Kaisar." Lalu kata Yesus kepada mereka: "Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah!" Mereka sangat heran mendengar Dia" (Mrk 12:13-17), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St.Bonifasius, Uskup dan Martir, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Taat setia kepada Allah sekaligus kepada pemimpin dunia masa kini kiranya sungguh merupakan tantangan berat alias tidak semua orang dapat mengatasi tantangan-tantangan yang harus dihadapi. Memang pertama-tama dan terutama harus taat setia kepada Allah, karena dalam iman kita imani bahwa para pemimpin dunia ini juga wakil atau utusan Allah. Maka kami mengingatkan para pemimpin dunia untuk senantiasa setia sebagai wakil atau utusan Allah, sehingga mereka yang dipimpin akan mentaatinya. Sebagai warga masyarakat yang beriman atau beragama kiranya kita jarang sekali berurusan dengan para pemimpin dunia, namun hemat saya selama dua puluh empat jam sehari kita senantiasa berurusan dengan Allah, maka kami harapkan kita semua lebih taat kepada Allah daripada kepada pemimpin dunia. Allah berkarya terus-menerus, siang malam, menyertai dan mendampingi perjalanan hidup dan panggilan kita; meskipun kita tidur pulas Allah tetap bekerja. Memang secara konktet taat kepada Allah akhirnya harus mentaati aneka tata tertib dan aturan sebagaimana  diundangkan oleh para pemimpin agama, maka hendaknya kita setia melaksanakan aneka tata tertib atau aturan hidup beragama. Tata tertib atau aturan dibuat dan diundangkan demi kepentingan dan keselamatan serta kebahagiaan umum/bersama, maka tidak taat setia pada tata tertib atau aturan berarti kurang atau tidak memperhatikan kepentingan atau kebahagiaan umum, sebagaimana dilakukan oleh para koruptor, yang hanya mencari dan mengusahakan kepentingan pribadi. Taat setia kepada Allah berarti juga setia berdoa setiap hari, untuk berrelasi dengan Allah dalam kasih.

·   "Kamu, saudara-saudaraku yang kekasih, kamu telah mengetahui hal ini sebelumnya. Karena itu waspadalah, supaya kamu jangan terseret ke dalam kesesatan orang-orang yang tak mengenal hukum, dan jangan kehilangan peganganmu yang teguh.Tetapi bertumbuhlah dalam kasih karunia dan dalam pengenalan akan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus. Bagi-Nya kemuliaan, sekarang dan sampai selama-lamanya"(2Pet 3:17-18), demikian peringatan dan ajakan Petrus, Pempimpin para murid atau pengikut Yesus Kristus, yang pertama alias Paus pertama. Kutipan ini kiranya juga dapat menjadi acuan bagi para gembala Gereja Katolik, para uskup, beserta para pembantunya, yaitu para imam atau pastor. Sebagai gembala Umat Allah dipanggil dan diutus untuk mengingatkan segenap Umat Allah agar waspada dan 'jangan terseret ke dalam kesesatan orang-orang yang tak mengenal hukum'. Tentu saja para gembala Umat Allah diharapkan dapat menjadi teladan dalam pengenalan aneka hukum atau tata tertib maupun dalam pelaksanaan atau penghayatan hidup setiap hari dimana pun dan kapan pun. Taat setia pada aneka hukum dan aturan pada masa kini hemat saya merupakan salah satu bentuk penghayatan rahmat atau panggilan kemartiran, yang berarti senantiasa bersikap terbuka dan siap sedia untuk tumbuh berkembang terus-menerus, dibina, diatur, dilecehkan dst.. dan akhirnya ada kemung-kinan untuk 'disalib'.  Para orangtua atau bapak ibu kami harapkan juga dapat menjadi teladan taat setia pada aneka hukum dan aturan bagi anak-anaknya. Kepada para penggerak, pejuang dan penegak aturan dan hukum kami harapkan untuk tetap tabah dan bekerja keras melaksanakan tugas dan kewajibannya, meskipun untuk itu harus menghadapi aneka masalah, tantangan dan hambatan.

"Sebelum gunung-gunung dilahirkan, dan bumi dan dunia diperanakkan, bahkan dari selama-lamanya sampai selama-lamanya Engkaulah Allah. Engkau mengembalikan manusia kepada debu, dan berkata: "Kembalilah, hai anak-anak manusia!"Sebab di mata-Mu seribu tahun sama seperti hari kemarin, apabila berlalu, atau seperti suatu giliran jaga di waktu malam." (Mzm 90:2-4)

Ign 5 Juni 2012    


Minggu, 03 Juni 2012

4 Juni


"Batu yang dibuang oleh tukang bangunan telah menjadi batu penjuru"

(2Pet 1:1-7; Mrk 12:1-120

" Lalu Yesus mulai berbicara kepada mereka dalam perumpamaan: "Adalah seorang membuka kebun anggur dan menanam pagar sekelilingnya. Ia menggali lobang tempat memeras anggur dan mendirikan menara jaga. Kemudian ia menyewakan kebun itu kepada penggarap-penggarap lalu berangkat ke negeri lain. Dan ketika sudah tiba musimnya, ia menyuruh seorang hamba kepada penggarap-penggarap itu untuk menerima sebagian dari hasil kebun itu dari mereka. Tetapi mereka menangkap hamba itu dan memukulnya, lalu menyuruhnya pergi dengan tangan hampa. Kemudian ia menyuruh pula seorang hamba lain kepada mereka. Orang ini mereka pukul sampai luka kepalanya dan sangat mereka permalukan. Lalu ia menyuruh seorang hamba lain lagi, dan orang ini mereka bunuh. Dan banyak lagi yang lain, ada yang mereka pukul dan ada yang mereka bunuh. Sekarang tinggal hanya satu orang anaknya yang kekasih. Akhirnya ia menyuruh dia kepada mereka, katanya: Anakku akan mereka segani. Tetapi penggarap-penggarap itu berkata seorang kepada yang lain: Ia adalah ahli waris, mari kita bunuh dia, maka warisan ini menjadi milik kita. Mereka menangkapnya dan membunuhnya, lalu melemparkannya ke luar kebun anggur itu. Sekarang apa yang akan dilakukan oleh tuan kebun anggur itu? Ia akan datang dan membinasakan penggarap-penggarap itu, lalu mempercayakan kebun anggur itu kepada orang-orang lain. Tidak pernahkah kamu membaca nas ini: Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru: hal itu terjadi dari pihak Tuhan, suatu perbuatan ajaib di mata kita."Lalu mereka berusaha untuk menangkap Yesus, karena mereka tahu, bahwa merekalah yang dimaksudkan-Nya dengan perumpamaan itu. Tetapi mereka takut kepada orang banyak, jadi mereka pergi dan membiarkan Dia." (Mrk 12:1-12), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Orang-orang Yahudi tidak menerima dan tidak mengakui Yesus sebagai Penyelamat Dunia, karena para pemukanya gila akan harta benda, pangkat/kedudukan maupun kehormatan duniawi. Mereka memanfaatkan rakyatnya untuk memperkaya diri serta kurang memperhatikan keselamatan jiwa rakyatnya. Yesus datang ke dunia pertama-tama dan terutama demi keselamatan jiwa manusia, maka mereka yang bersikap mental materialistis pasti menolaknya, tak mampu memahami kehadiranNya. Sementara itu rakyat atau orang kebanyakan lebih mengutamakan keselamatan jiwa, maka Ia yang disingkirkan atau tidak diterima di antara pemuka Yahudi akhirnya menjadi 'batu penjuru' bagi banyak orang di seluruh dunia. KedatanganNya di dunia juga untuk mengingatkan para pemimpin dunia apakah sungguh memperhatikan kepentingan atau kesejahteraan umum atau kurang lebih mengingatkan sumpah setia atau janji mereka. Pemimpin dunia memang berbeda dengan pemimpin agama, khususnya Gereja Katolik: pemimpin dunia lebih mengutamakan harta dan pemimpin agama lebih mengutamakan jiwa.

·   "Kamu harus dengan sungguh-sungguh berusaha untuk menambahkan kepada imanmu kebajikan, dan kepada kebajikan pengetahuan, dan kepada pengetahuan penguasaan diri, kepada penguasaan diri ketekunan, dan kepada ketekunan kesalehan, dan kepada kesalehan kasih akan saudara-saudara, dan kepada kasih akan saudara-saudara kasih akan semua orang" (2Pet 1:5-7). Ada tiga keutaman utama yaitu iman, harapan dan kasih, dan yang terbesar adalah kasih. Cukup banyak orang mengaku beriman, namun apakah mereka hidup saling mengasihi atau dalam kasih kiranya dapat dipertanyakan. Antara iman dan kasih ada harapan, dan kiranya yang perlu menjadi perhatian kita saat ini adalah harapan, yang harus diwujudkan dengan melakukan kebajikan, penguasaan diri, ketekunan dan kesalehan. Melakukan kebajikan berarti senantiasa melakukan apa yang baik dan menyelamatkan, terutama keselamatan jiwa manusia, dan karena bekerja keras dalam usaha tersebut ada kemungkinan orang sungguh sukses, namun ada bahaya menjadi sombong, maka perlu penguasaan diri. Buah penguasaan diri adalah ketekunan dan buah ketekunan adalah kesalehan. Hanya orang yang sungguh saleh akan mampu mengasihi sesamanya dengan benar dan baik. Saleh dalam bahasa Jawa 'sumeleh'  berarti pasrah sepenuhnya pada Penyelenggaraan Ilahi alias senantiasa mencari apa yang baik, luhur dan mulia serta indah di dalam ciptaan-ciptaanNya, terutama dalam diri manusia, sebagai ciptaan terluhur di dunia ini, yang diciptakan sebagai citra atau gambar Allah. Maka dengan ini kami berharap kepada segenap umat beriman untuk senantiasa menjunjung tinggi dan menghargai harkat martabat manusia, alias hidup dan bertindak berkemanusiaan, lebih mengutamakan keselamatan jiwa manusia.

"Sungguh, hatinya melekat kepada-Ku, maka Aku akan meluputkannya, Aku akan membentenginya, sebab ia mengenal nama-Ku. Bila ia berseru kepada-Ku, Aku akan menjawab, Aku akan menyertai dia dalam kesesakan, Aku akan meluputkannya dan memuliakannya. Dengan panjang umur akan Kukenyangkan dia, dan akan Kuperlihatkan kepadanya keselamatan dari pada-Ku." (Mzm 91:14-16)

  Ign 4 Juni 2012