Fans Page Facebook http://imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Jumat, 07 Juni 2013

8Juni

"Janda ini memberi dari kekurangannya, semua yang ada padanya, yaitu
seluruh nafkahnya"

(Tb 12:1.5-15.20; Mrk 12:30-44)

" Dalam pengajaran-Nya Yesus berkata: "Hati-hatilah terhadap ahli-ahli
Taurat yang suka berjalan-jalan memakai jubah panjang dan suka
menerima penghormatan di pasar, yang suka duduk di tempat terdepan di
rumah ibadat dan di tempat terhormat dalam perjamuan, yang menelan
rumah janda-janda, sedang mereka mengelabui mata orang dengan doa yang
panjang-panjang. Mereka ini pasti akan menerima hukuman yang lebih
berat." Pada suatu kali Yesus duduk menghadapi peti persembahan dan
memperhatikan bagaimana orang banyak memasukkan uang ke dalam peti
itu. Banyak orang kaya memberi jumlah yang besar. Lalu datanglah
seorang janda yang miskin dan ia memasukkan dua peser, yaitu satu
duit. Maka dipanggil-Nya murid-murid-Nya dan berkata kepada mereka:
"Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih
banyak dari pada semua orang yang memasukkan uang ke dalam peti
persembahan. Sebab mereka semua memberi dari kelimpahannya, tetapi
janda ini memberi dari kekurangannya, semua yang ada padanya, yaitu
seluruh nafkahnya" (Mrk 12:38-44), demikian kutipan Warta Gembira hari
ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan Pesta Hati Tersuci
SP Maria hari ini, saya  sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai
berikut:

·   Kemarin kita mengenangkan Hati Yesus Yang Mahakudus dan hari ini
kita semua diajak untuk mengenangkan Hati Tersuci SP Maria, teladan
umat beriman. Suci berarti mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan
tanpa syarat, yang antara  lain digambarkan dalam Warta Gembira hari
ini sebagai 'janda memberi persembahan dari kekurangannya, semua yang
ada padanya,  yaitu seluruh nafkahnya'. Maka dengan ini kami mengajak
dan mengingatkan segenap umat beriman agar dalam  cara hidup dan cara
bertindak setiap hari senantiasa membaktikan diri seutuhnya kepada
Tuhan, dengan kata lain kita fungsikan seluruh anggota tubuh kita
untuk melakukan apa-apa yang baik, bermoral dan  berbudi pekerti
luhur, tidak melakukan dosa sekecil apapun. Untuk itu hendaknya apa
yang kita pikirkan adalah apa-apa yang baik, misalnya senantiasa
memikirkan bahwa semua ciptaan Tuhan di dunia ini berbahagia, selamat
dan damai sejahtera. Jika yang ada dalam pikiran kita demikian itu,
maka apa yang kita lakukan sungguh baik adanya, membahagiakan dan
menyelamatkan orang lain. Memang salah satu bentuk latihan adalah
'memberi dari kekurangan' alias senantiasa siap sedia berkorban bagi
orang lain. Orang berhati suci antara lain juga jarang atau tidak
pernah mengeluh, menggerutu atau marah ketika harus menghadapi
kesulitan, tantangan dan hambatan sebagai konsekwensi kesetiaan hidup
beriman.  Demikian juga ketika dimarahi atau dicaci maki atau diejek
tidak akan pernah melawan atau membalasnya, melainkan tutup mulut
seraya dalam hati mendoakannya disertai syukur dan terima kasih. Kita
juga dapat meneladan SP Maria yang sampai kini senantiasa mendoakan
kita semua agar semakin beriman, semakin suci, semakin membaktikan
diri seutuhnya kepada Penyelenggaraan Ilahi.

·   "Pujilah Allah dan muliakanlah Dia di depan mata semua orang yang
hidup karena segala anugerah yang telah diberikan-Nya kepada kamu.
Pujilah nama-Nya dan bernyanyi-nyanyilah kepada-Nya. Wartakanlah
kepada segala manusia perbuatan-perbuatan Allah sebagaimana layaknya.
Jangan berayal memuliakan Dia" (Tb 12:6). Kutipan ini kiranya baik
menjadi pegangan atau acuan hidup kita dimana pun dan kapan pun. Kita
telah menerima anugerah dari Tuhan Allah secara melimpah ruah melalui
sekian banyak orang yang telah memperhatikan dan mengasihi kita. Hidup
kita serta segala sesuatu yang menyertai diri kita atau yang kita
miliki dan kuasai sampai saat ini sungguh merupakan anugerah Allah.
Maka marilah dimana pun kita berada atau kemana pun kita pergi
senantiasa memuliakan Allah maupun mewartakan perbuatan-perbuatan
Allah. Secara konkret hal itu kiranya  dapat kita wujudkan dengan
senantiasa berbuat baik, meneruskan kebaikan dan anugerah Allah  yang
telah kita terima kepada orang lain. Dengan kata lain marilah kita
senantiasa saling berbuat baik, saling membahagiakan dan
menyelamatkan. Dalam situasi dan kondisi apapun kita hendaknya tetap
ceria dan bergairah, karena Allah hidup dan berkarya dalam diri kita
yang lemah dan rapuh ini. Marilah kita ingat dan sadari juga bahwa
sebagai umat beriman kita adalah pewarta-pewarta apa yang baik,
senantiasa memberitakan dan menyebar-luaskan apa yang baik. Apa yang
disebut baik senantiasa berlaku secara universal, kapan saja dan
dimana saja, maupun bagi siapa saja tanpa pandang bulu.

"Jika dengan segenap hati kamu berbalik kepada-Nya, dan dengan segenap
jiwa berlaku benar di hadapan-Nya, niscaya Iapun berbalik kepada kamu,
dan tidak disembunyikan-Nya wajah-Nya terhadap kamu. Maka pandanglah
apa yang akan dikerjakan-Nya bagi kamu, muliakanlah Dia dengan segenap
mulut. Pujilah Tuhan yang adil dan agungkanlah Raja kekal." (Tb
13:6-7)

Ign 8 Juni 2013

HR HATI YESUS YANG MAHAKUDUS

HR HATI YESUS YANG MAHAKUDUS: Yeh 34:11-16; Rm 5:5b-11; Luk 15:3-7

"Akan ada sukacita di sorga karena satu orang berdosa yang bertobat,
lebih dari pada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar
yang tidak memerlukan pertobatan."

"Yesus Kristus, Tuhan abadi segala ciptaan, pemimpin Gereja dan
Serikat, kami bersyukur kepadaMu atas rahmat karunia, bahwa kami
Kauperkenankan ikut ambil bagian di dalam imamatMu yang kekal, yang
telah Kauanugerahkan kepada kami pertama-tama lewat pembaptisan dan
kemudian secara melimpah ruah lewat panggilan religious kami. Engkau
telah mengundang kami untuk bekerja bersamaMu dalam persahabatan erat
untuk melayani GerejaMu di bawah pimpinan Bapa Suci, Engkau telah
mempercayakan kepada kami tugas perutusan istimewa, yaitu
memperkenalkan kepada umat manusia rahasia cinta penyelamatan-Mu, yang
Kaunyatakan kepada kami pada Salib, ketika hatiMu ditikam dengan
tombak dan mengalirkan air dan darah, symbol mistik anugerah-anugerah
RohMu kepada Gereja" (Pedro Arrupe: Pembaktian Serikat kepada Hati
Yesus Mahakudus, dalam buku 'Teman Dalam Perutusan, stensilan oleh
Serikat Yesus, 3 Desember 1984, hal 344). Kutipan doa pembaktian ini
kami angkat di sini dalam rangka mengenangkan pembaktian kita, yang
beriman kepada Hati Yesus Yang Mahakudus.

"Siapakah di antara kamu yang mempunyai seratus ekor domba, dan
jikalau ia kehilangan seekor di antaranya, tidak meninggalkan yang
sembilan puluh sembilan ekor di padang gurun dan pergi mencari yang
sesat itu sampai ia menemukannya? Dan kalau ia telah menemukannya, ia
meletakkannya di atas bahunya dengan gembira, dan setibanya di rumah
ia memanggil sahabat-sahabat dan tetangga-tetangganya serta berkata
kepada mereka: Bersukacitalah bersama-sama dengan aku, sebab dombaku
yang hilang itu telah kutemukan. Aku berkata kepadamu: Demikian juga
akan ada sukacita di sorga karena satu orang berdosa yang bertobat,
lebih dari pada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar
yang tidak memerlukan pertobatan." (Luk 15:4-7)

Kami percaya bahwa tidak ada seorang pun di antara kita yang tidak
berdosa, apalagi pada umumnya semakin tambah usia dan pengalaman juga
semakin bertambah dosa-dosanya. Namun demikian kita begitu dikasihi
oleh Tuhan karena kemurahan HatiNya. Hati Yesus Yang Mahakudus terbuka
lebar-lebar, siap sedia bagi siapapun yang mendatangiNya untuk mohon
kemurahan HatiNya serta kasih pengampunanNya. Ia tidak pernah
mengingat-ingat kesalahan dan dosa-dosa kita, maka kita yang beriman
kepadaNya dipanggil untuk meneladanNya.

Pada masa kini memang cukup banyak orang yang kurang atau tidak rela
membuka hatinya bagi orang lain, karena egois atau begitu menyibukkan
diri sesuai dengan keinginan dan kesenangan pribadi. Sekali lagi saya
angkat bahwa sarana komunikasi seperti HP sering membuat kita sibuk
sendirian tanpa memperhatikan orang lain. Dalam rapat atau pertemuan
bersama pun dengan seenaknya orang sibuk dengan HP-nya, misalnya kirim
atau menjawab SMS dari teman, atau dengan BB-nya sibuk cari info
sana-sini sendirian. Salah satu wujud keterbukaan hati kita secara
konkret dapat kita wujudkan dengan memboroskan waktu dan tenaga bagi
orang lain yang harus kita kasihi atau perhatikan. Dengan kata lain
orang hendaknya siap sedia untuk 'memberi', sebagaimana telah saya
angkat bahwa memberi bukan sekedar kewajiban moral, melainkan
merupakan suatu keharusan.

Orangtua atau khususnya ibu yang baik pada umumnya hatinya sangat
terbuka pada anak-anaknya, maka kami harapkan pengalaman tersebut
terus diperkembangkan, diperluas dan diperdalam dalam pergaulan yang
lebih luas. Ketika anak-anak di dalam keluarga memiliki pengalaman
mendalam perihal keterbukaan hati kiranya kelak kemudian hari dengan
mudah untuk memperkembangkan dan memperdalam keterbukaan hati kepada
orang lain. Dalam Warta Gembira hari ini kita semua diingatkan untuk
senantiasa membuka hati kita terhadap mereka yang berdosa, yang lemah,
yang miskin, yang berkekurangan, yang bodoh, yang kurang ajar , dst..
Berilah hati kepada mereka, karena dengan demikian mereka akan
terbebaskan dari kedosaan, kelemahan, kemiskinan, kekurangan dan
kekurang-ajarannya. Semoga kita semua siap sedia untuk lebih disakiti
hatinya daripada menyakiti hati orang lain. Ketika anda disakiti
hatinya hendaknya segera mengarahkan diri kepada Hati Yesus yang
terluka oleh tombak, karena dengan demikian dari hati anda yang
terluka akan mengalirkan rahmat atau anugerah Tuhan yang menyelamatkan
atau membahagiakan.

"Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah
mati untuk kita, ketika kita masih berdosa. Lebih-lebih, karena kita
sekarang telah dibenarkan oleh darah-Nya, kita pasti akan diselamatkan
dari murka Allah. Sebab jikalau kita, ketika masih seteru,
diperdamaikan dengan Allah oleh kematian Anak-Nya, lebih-lebih kita,
yang sekarang telah diperdamaikan, pasti akan diselamatkan oleh
hidup-Nya! Dan bukan hanya itu saja! Kita malah bermegah dalam Allah
oleh Yesus Kristus, Tuhan kita, sebab oleh Dia kita telah menerima
pendamaian itu" (Rm 5:8-11)

 Persaudaraan, persahabatan atau perdamaian sejati kiranya menjadi
dambaan atau kerindunan semua orang. Dalam hal ini saya teringat oleh
pesan Paus Yohanes Paulus II dalam memasuki Millenium Ketiga ini dalam
Pesan Perdamaiannya, yaitu "There is no peace without justice, there
is no justice without forgiveness" = Tiada perdamaian tanpa keadilan,
tiada keadilan tanpa kasih pengampunan. Allah mendamaikan kita
denganNya dengan Darah Yesus Kristus,  melalui HatiNya yang tertusuk
oleh tombak. Maka marilah kita tanggapi pendamaian itu dengan berusaha
mengusahakan dan memperdalam perdamaian.

Kita semua diharapkan bermegah dalam Allah, artinya bangga jika kita
senantiasa bersama dan bersatu dengan Allah dalam situasi dan kondisi
apapun, kapan pun dan dimana pun. Allah hidup dan berkarya terus
menerus melalui ciptaan-ciptanNya dan kita semua diharapkan berdamai
dengan semua ciptaanNya yang ada di permukaan bumi ini. Maka marilah
kita senantiasa mengurus dan mengelola semua ciptaanNya sebaik
mungkin, agar semua ciptaan Allah  berbahagia, damai sejahtera.
Hendaknya kita berusaha sekuat tenaga tidak menyakiti ciptaan-ciptaan
Allah, dan tentu saja pertama-tama manusia, yang diciptakan sesuai
dengan gambar dan citraNya. Menyakiti manusia berarti menyakiti Hati
Allah, demikian juga merusak ciptaan lainnya seenaknya berarti merusak
manusia sendiri.

"Seperti seorang gembala mencari dombanya pada waktu domba itu
tercerai dari kawanan dombanya, begitulah Aku akan mencari
domba-domba-Ku dan Aku akan menyelamatkan mereka dari segala tempat,
ke mana mereka diserahkan pada hari berkabut dan hari kegelapan. Aku
akan membawa mereka keluar dari tengah bangsa-bangsa dan mengumpulkan
mereka dari negeri-negeri dan membawa mereka ke tanahnya" (Yeh
34:12-13a). Kutipan ini kiranya dapat menjadi inspirasi bagi kita
semua dalam rangka mengusahakan persaudaraan, persahabatan atau
perdamaian sejati. Kita semua dipanggil untuk 'mengumpulkan dan
menyelamatkan' bukan memecah belah dan menghancurkan, dengan kata lain
berbudaya kehidupan, bukan berbudaya kematian. Kehadiran dan sepak
terjang kita dimana pun dan kapan pun hendaknya senantiasa mendorong
orang lain untuk bersaudara, bersahabat atau berdamai. Tentu saja diri
kita sendiri hendaknya senantiasa dalam keadaan damai, karena
senantiasa bersatu dan bersama dengan Tuhan.

"TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku. Ia membaringkan aku di
padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang;Ia
menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena
nama-Nya.Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak
takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah
yang menghibur aku." (Mzm 23:1-4)

Ign 7 Juni 2013

6Juni

" Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri"

(Tb 6:10-11; 7:1.9-17; 8:4-9a; Mrk 12:28-34)

"Lalu seorang ahli Taurat, yang mendengar Yesus dan orang-orang Saduki
bersoal jawab dan tahu, bahwa Yesus memberi jawab yang tepat kepada
orang-orang itu, datang kepada-Nya dan bertanya: "Hukum manakah yang
paling utama?" Jawab Yesus: "Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai
orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa. Kasihilah Tuhan,
Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan
segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu. Dan hukum yang
kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak
ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini." Lalu kata
ahli Taurat itu kepada Yesus: "Tepat sekali, Guru, benar kata-Mu itu,
bahwa Dia esa, dan bahwa tidak ada yang lain kecuali Dia. Memang
mengasihi Dia dengan segenap hati dan dengan segenap pengertian dan
dengan segenap kekuatan, dan juga mengasihi sesama manusia seperti
diri sendiri adalah jauh lebih utama dari pada semua korban bakaran
dan korban sembelihan." Yesus melihat, bagaimana bijaksananya jawab
orang itu, dan Ia berkata kepadanya: "Engkau tidak jauh dari Kerajaan
Allah!" Dan seorang pun tidak berani lagi menanyakan sesuatu kepada
Yesus" (Mrk 12:28-34), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan
sederhana sebagai berikut:

·   Dalam hidup bersama ini cukup banyak aturan atau tata tertib
diberlakukan, namun jika dicermati pelaksanaan atau penghayatan aturan
atau tata tertib sungguh memprihatinkan. Hemat saya secara murni dan
jujur semua aturan atau tata tertib dibuat dan diberlakukan atas dasar
cintakasih dan demi cintakasih, maka jika semua orang hidup dan
bertindak dijiwai oleh cintakasih hemat saya pelaksanaan aturan atau
tata tertib akan berjalan baik, sebagaimana diharapkan atau
didambakan. Maka dengan ini kami mengajak anda sekalian untuk
senantiasa hidup dan bertindak dijiwai oleh cintakasih. Dalam hal
saling mencintai kita diingatkan agar mencintai dengan segenap hati,
segenap jiwa, segenap akal budi dan segenap kekuatan/tenaga. Yang
dimaksudkan dengan segenap adalah seutuhnya atau total. Memang sekali
lagi kami angkat  bahwa cintakasih macam itu kiranya telah dihayati
oleh para suami-isteri yang sungguh saling mengasihi, dimana wujud
saling mencintai antara lain memuncak dalam hubungan seksual yang
sungguh membahagiakan dan menggairahkan, tak mungkin dijelaskan dengan
tuntas kenikmatan dan kebahagiaannya, melainkan dapat dihayati.
Cintakasih memang pertama-tama untuk dihayati bukan diomongkan atau
dibicarakan. Maka sebagaimana Ibu Teresa dari  Calcuta menasihakan
bahwa yang penting bukan besarnya pekerjaan, melainkan sekecil apapun
pekerjaan hendaknya dilakukan dalam dan oleh cintakasih. Apa tugas,
pekerjaan dan kewajiban kita hendaknya dihayati dalam dan oleh
cintakasih, karena dengan demikian kita pasti akan dapat mengerjakan
dan menyelesaikannya dengan baik dan memuaskan semua pihak yang
terkait. Hadapi dan sikapi semuanya dalam dan oleh cintakasih, dengan
demikian semuanya akan menjadi sahabat kita.

·   "Makan dan minumlah dan bersenang-senanglah malam ini. Memang,
saudara, tiada seorangpun lebih berhak mengambil Sara, anakku, sebagai
isterinya dari padamu. Karena itupun aku tidak berwenang lagi
memberikannya kepada seseorang kecuali kepadamu. Sebab engkaulah yang
paling karib. Tetapi, anakku, aku mesti memberitahukan kebenaran!
Sudah kuberikan Sara kepada tujuh laki-laki dari antara saudara kita,
tetapi pada malam ia mereka hampiri matilah mereka semua. Maka,
anakku, baiklah sekarang makan dan minum saja. Tuhan akan mengambil
tindakan bagimu." (Tb 7:10-11), demikian kata Rachel kepada seorang
pemuda bernama Tobia. Kutipan ini kiranya dapat menjadi bahan refleksi
bagi kita semua perihal relasi antara pemuda dan pemudi. Pada masa
kini cukup banyak penyelewengan perilaku seksual akibat pergaulan
bebas di lingkungan muda-mudi atau generasi muda. Mereka melakukan
hubungan seksual bukan karena cintakasih sejati, melainkan hanya
menuruti nafsu jasmani atau badaniah belaka. Hubungan seksual
merupakan perwujudan cintakasih, tanpa cintakasih berarti komersial
dan dengan demikian pasti 'mematikan', sebagai contoh pelajar hamil
karena pergaulan bebas maka yang bersangkutan harus mundur dari
belajar dan dengan demikian terhenti belajarnya, demikian juga sang
pemuda yang menghamili pacarnya terpaksa harus menikahinya dalam usia
muda. Dengan ini kami mengajak dan mengingatkan rekan-rekan muda-mudi
atau generasi muda agar dapat mengendalikan diri dalam hal nafsu
seksual, sebelum resmi menjadi suami-isteri. Tentu saja kami juga
berharap kepada para orangtua untuk sungguh memperhatikan pergaulan
anak-anaknya yang mulai menginjak remaja. Anak-anak hendaknya diajak
berani mengatakan 'tidak' terhadap ajakan-ajakan yang tak bermoral.

"Berbahagialah setiap orang yang takut akan TUHAN, yang hidup menurut
jalan yang ditunjukkan-Nya! Apabila engkau memakan hasil jerih payah
tanganmu, berbahagialah engkau dan baiklah keadaanmu! Isterimu akan
menjadi seperti pohon anggur yang subur di dalam rumahmu; anak-anakmu
seperti tunas pohon zaitun sekeliling mejamu! Sesungguhnya demikianlah
akan diberkati orang laki-laki yang takut akan TUHAN." (Mzm 128:1-4)

Ign 6 Juni 2013

Selasa, 04 Juni 2013

5Juni


"Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya"

(Kis 26:19-23; Yoh 10:11-16)

"Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi
domba-dombanya; sedangkan seorang upahan yang bukan gembala, dan yang
bukan pemilik domba-domba itu sendiri, ketika melihat serigala datang,
meninggalkan domba-domba itu lalu lari, sehingga serigala itu menerkam
dan mencerai-beraikan domba-domba itu. Ia lari karena ia seorang
upahan dan tidak memperhatikan domba-domba itu. Akulah gembala yang
baik dan Aku mengenal domba-domba-Ku dan domba-domba-Ku mengenal Aku
sama seperti Bapa mengenal Aku dan Aku mengenal Bapa, dan Aku
memberikan nyawa-Ku bagi domba-domba-Ku. Ada lagi pada-Ku domba-domba
lain, yang bukan dari kandang ini; domba-domba itu harus Kutuntun juga
dan mereka akan mendengarkan suara-Ku dan mereka akan menjadi satu
kawanan dengan satu gembala" (Yoh 10:11-16), demikian kutipan Warta
Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta
St.Bonifasius, Uskup dan Martir, hari ini saya sampaikan
catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Kutipan Warta Gembira hari ini kiranya bagus sekali untuk
direfleksikan oleh para gembala umat atau pemimpin dan pemuka agama,
dan mungkin juga bagi para pemimpin kehidupan bersama dalam bentuk
apapun. Sebagai gembala atau pemimpin kita dipanggil untuk
"menyerahkan nyawa" bagi para domba atau mereka yang harus kita
pimpin. Nyawa berarti gairah, semangat, cita-cita atau harapan atau
dambaan, yang pada umumnya untuk itu kita akan mengerahkan seluruh
tenaga dan waktu agar menjadi nyata atau terwujud. Pengalaman yang
demikian ini kiranya telah dialami secara mendalam oleh pasangan
suami-isteri yang mendambakan kelahiran atau anugerah seorang anak.
Kepada para gembala maupun pemimpin kami harapkan sungguh
mempersembahkan tenaga dan waktunya bagi para gembala atau yang harus
dipimpin, sehingga mereka selamat, damai sejahtera, sehat wal'afiat
fisik maupun spiritual, jasmani maupun rohani. Untuk itu hendaknya
dengan rendah hati didengarkan suka-duka umat atau rakyat, dan secara
konkret hendaknya turun kebawah menyapa dan mendengarkan umat atau
rakyat, jangan hanya duduk-duduk di kursi empuk di kamar atau kantor
saja. Hendaknya juga ingat bahwa anda menjadi gembala atau pemimpin
merupakan pilihan umat atau rakyat, dengan kata lain anda adalah wakil
umat atau rakyat, dan ketua anda adalah umat atau rakyat. Maka tidak
melayani umat atau rakyat dengan baik berarti anda tidak layak sebagai
gembala atau pemimpin. Memang hidup dan bertindak melayani dengan
rendah hati sungguh membutuhkan perjuangan dan pengorbanan alias
menghayati rahmat kemartiran. Bahaya dan ancaman dalam aneka bentuk
mengintai umat atau rakyat, dan ada sebagai gembala atau pemimpin
harus melindungi mereka dari bahaya atau ancaman.

·   "Oleh pertolongan Allah aku dapat hidup sampai sekarang dan
memberi kesaksian kepada orang-orang kecil dan orang-orang besar. Dan
apa yang kuberitakan itu tidak lain dari pada yang sebelumnya telah
diberitahukan oleh para nabi dan juga oleh Musa, yaitu, bahwa Mesias
harus menderita sengsara dan bahwa Ia adalah yang pertama yang akan
bangkit dari antara orang mati, dan bahwa Ia akan memberitakan terang
kepada bangsa ini dan kepada bangsa-bangsa lain." (Kis 26:22-23).
Kutipan ini kiranya dapat menjadi bahan permenungan atau refleksi bagi
siapapun yang merasa terpanggil untuk menjadi saksi penyelamatan
Allah. Allah menghendaki agar dunia seisinya, seluruh umat manusia
selamat dan damai sejahtera, tanpa pandang bulu atau SARA. Sepak
terjang atau kinerja kita dimana pun dan kapan pun hendaknya menjadi
'terang bagi semua bangsa'. Kehadiran dan sepak terjang kita
senantiasa menjadi fasilitator bagi orang lain untuk semakin beriman,
semakin hidup suci, semakin hidup baik, bermoral dan berbudi pekerti
luhur. Mereka yang mengalami kebingungan karena kehadiran kita menjadi
jelas dan terang benderang, mereka yang putus asa menjadi bergairah,
yang sakit menjadi sembuh, yang berkekurangan menjadi berkecukupan.
Semoga cara hidup dan cara bertindak kita dimana pun dan kapan pun
senantiasa mendorong, memotivasi dan menggerakkan orang lain untuk
semakin beriman, semakin selamat dan sejahtera. Kiranya pada masa kini
kita juga dapat meneladan Paus Fransiskus, dimana cara hidup dan cara
bertindaknya yang sederhana dan rendah hati telah membuka hati para
pemimpin dunia, menggairahkan karena ada sesuatu yang sungguh
menjanjikan demi perubahan dunia ini semakin baik dan damai.

"Aku mengasihi TUHAN, sebab Ia mendengarkan suaraku dan permohonanku.
Sebab Ia menyendengkan telinga-Nya kepadaku, maka seumur hidupku aku
akan berseru kepada-Nya." (Mzm 116:1-2)

Ign 5 Juni 2013

4juni


"Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar
dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah!"

(Tb 2:9-14; Mrk 12:13-17)

"Kemudian disuruh beberapa orang Farisi dan Herodian kepada Yesus
untuk menjerat Dia dengan suatu pertanyaan. Orang-orang itu datang dan
berkata kepada-Nya: "Guru, kami tahu, Engkau adalah seorang yang
jujur, dan Engkau tidak takut kepada siapa pun juga, sebab Engkau
tidak mencari muka, melainkan dengan jujur mengajar jalan Allah dengan
segala kejujuran. Apakah diperbolehkan membayar pajak kepada Kaisar
atau tidak? Haruskah kami bayar atau tidak?" Tetapi Yesus mengetahui
kemunafikan mereka, lalu berkata kepada mereka: "Mengapa kamu mencobai
Aku? Bawalah ke mari suatu dinar supaya Kulihat!" Lalu mereka bawa.
Maka Ia bertanya kepada mereka: "Gambar dan tulisan siapakah ini?"
Jawab mereka: "Gambar dan tulisan Kaisar." Lalu kata Yesus kepada
mereka: "Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada
Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah!"
Mereka sangat heran mendengar Dia" (Mrk 12:13-17), demikian kutipan
Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan
sederhana sebagai berikut:

·   Pada umumnya kita semua memiliki dua kewargaan, yaitu sebagai
warganegara dan warga agama kita masing-masing. Sabda hari ini
mengajak kita semua untuk setia sebagai warganegara maupun warga agama
alias Umat Allah. Entah sebagai warganegara maupun Umat Allah, marilah
kita sungguh-sungguh dengan sepenuh hati melaksanakan tata tertib atau
aturan yang berlaku. Hemat saya pertama-tama dan terutama kita harus
setia sebagai umat Allah, yang berarti senantiasa melaksanakan
perintah dan kehendak Allah, karena dalam iman kita mengimani bahwa
para pemimpin warganegara merupakan wakil Allah. Allah hidup dan
bekerja terus menerus sepanjang hari tanpa kenal waktu dan tempat,
sedangkan para pimimpin warganegara maupun Umat Allah terbatas oleh
ruang dan waktu. Hidup kita dan segala sesuatu yang kita miliki dan
kuasai sampai saat ini merupakan anugerah Allah, maka selayaknya kita
sungguh membaktikan diri sepenuhnya kepada Allah. Apa saja yang kita
lakukan dan katakan, dimana pun dan kapan saja, diketahui oleh Allah.
Hemat saya orang yang sungguh suci alias hidup bersama dan bersatu
dengan Allah itulah yang harus kita taati dan layani. Secara manusiawi
dan sosilogis hemat saya anak-anak lebih suci daripada orangtua atau
orang dewasa, maka dengan ini kami berharap kepada anda sekalian untuk
membaktikan diri sepenuhnya kepada anak-anak, dengan kata lain
anak-anak kita bina dan didik agar tumbuh berkembang sebagai pribadi
cerdas beriman. Kita sebagai umat beriman juga dipanggil untuk
senantiasa memfungsikan anggota-anggota tubuh kita serta segala
sesuatu yang kita miliki dan kuasai untuk memuji, memuliakan,
menghormati dan mengabdi Allah. Kami berharap kepada para pemimpin
untuk senantiasa hidup dan bertindak jujur, tidak melakukan korupsi
atau penyelewengan sekecil atau sedikitpun. Sebagai warganegara
hendaknya kita juga membayar pajak dengan jujur dan tentu saja para
petugas dan pengelola pajak dengan jujur pula mengurus atau mengelola
uang pajak yang terkumpul.

·   " Di masa itu isteriku Hana mulai memborong pekerjaan perempuan.
Pekerjaan itu diantarkannya kepada para pemesan dan ia diberi upahnya.
Pada suatu hari, yaitu tanggal tujuh bulan Dustrus, diselesaikannya
sepotong kain, lalu diantarkannya kepada pemesan. Seluruh upahnya
dibayar kepadanya dan ditambah juga seekor anak kambing jantan untuk
dimakan." (Tob 2:11-12). Upah atau imbal jasa memang selayaknya
diberikan kepada yang berhak dan syukur diberi tambahan atau hadiah
kepada yang bersangkutan. Secara khusus kami mengingatkan kita semua
untuk setia dalam pemberian imbal jasa atau upah sesuai dengan
peraturan atau perjanjian yang telah dibuat. Di Indonesia ini berlaku
UMP atau UMR, hemat  saya jumlah upah tersebut merupakan jaminan agar
penerima upah masih hidup alias tidak mati, tetapi jelas tak akan
mencukupi kebutuhan hidup layak dan wajar, apalagi mengusahakan tempat
tinggal atau rumah maupun beaya pendidikan anak-anaknya. Kepada para
pengusaha kami ingatkan untuk sungguh menjamin kebutuhan hidup
buruh-buruh atau pegawainya, syukur memberi lebih dari apa yang
seharusnya. Ingatlah ketika buruh atau pegawai kurang atau tidak
sejahtera ada bahaya mereka  bekerja seenaknya atau melakukan
pencurian atau korupsi. Keberhasilan  dan kemajuan usaha anda
tergantung dari kinerja dan sumbangan tenaga maupun waktu dari buruh
atau pegawai, maka selayaknya buruh atau pegawai menerima imbal jasa
atau upah yang memadai, sesuai dengan kebutuhan hidupnya.

"Haleluya! Berbahagialah orang yang takut akan TUHAN, yang sangat suka
kepada segala perintah-Nya. Anak cucunya akan perkasa di bumi;
angkatan orang benar akan diberkati." (Mzm 112:1-2)

Ign 4 Juni 2013

1Jun

"Kamu adalah garam dunia"

(1Kor 1:18-25; Mat 5:13-19)

 "Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah
ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang.
Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak
mungkin tersembunyi. Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu
meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga
menerangi semua orang di dalam rumah itu. Demikianlah hendaknya
terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu
yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga." "Janganlah kamu
menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab
para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk
menggenapinya. Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum
lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titik pun tidak akan
ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi. Karena itu
siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang
paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan
menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga; tetapi
siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum
Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga"
(Mat 5:13-19), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St
Yustinus, martir, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana
sebagai berikut:

·   Dalam hidup bersama dimana pun dan kapan pun hemat saya senantiasa
ada tata tertib atau aturan yang harus dihayati atau dilakukan oleh
siapapun yang ada dalam kebersamaan tersebut. Kebanyakan orang masa
kini kurang peka terhadap aturan atau tata tertib, apalagi
melakukannya, maka hemat saya setia menghayati atau melakukan aturan
atau tata tertib tanpa cacat pada masa kini rasanya sungguh merupakan
suatu bentuk kemartiran tersendiri. Dengan kata lain salah satu bentuk
kemartiran yang kiranya baik kita hayati pada masa kini antara lain
setia pada panggilan, tugas pengutusan beserta aturan atau tata tertib
yang menyertainya. Maka sekali lagi perkenankan saya mengutip lagi
salah satu arti atau makna setia. "Setia adalah sikap dan perilaku
yang menunjukkan keterikatan dan kepedulian atas perjanjian yang telah
dibuat. Ini  diwujudkan dalam perilaku tetap memilih dan
mempertahankan perjanjian yang telah dibuat dari godaan-godaan lain
yang lebih menguntungkan" (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman
Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka – Jakarta 1997, hal
24-25). Kami berharap kepada kita semua, entah panggilan, tugas
pengutusan maupun pekerjaan apapun, untuk senantiasa setia
melaksanakan atau menghayatinya. Godaan-godaan berupa aneka kenikmatan
yang merongrong hidup setia pada masa kini memang banyak sekali.
Marilah kita hadapi aneka godaan dengan penuh perjuangan dan
pengorbanan, meneladan Yesus yang begitu setia melaksanakan tugas
penyelamatan dunia sampai harus menderita dan wafat di kayu salib.
Dengan kata lain kami harapkan kita juga berusaha untuk memperdalam
dan memperkembangkan matiraga atau lakutapa.

·   "Orang-orang Yahudi menghendaki tanda dan orang-orang Yunani
mencari hikmat, tetapi kami memberitakan Kristus yang disalibkan:
untuk orang-orang Yahudi suatu batu sandungan dan untuk orang-orang
bukan Yahudi suatu kebodohan, tetapi untuk mereka yang dipanggil, baik
orang Yahudi, maupun orang bukan Yahudi, Kristus adalah kekuatan Allah
dan hikmat Allah" (1Kor 1:22-24). Sebagai orang yang beriman kepada
Yesus Kristus kita sering membuat tanda salib, semoga hal ini tidak
sekedar basa-basi atau liturgis belaka, melainkan sungguh menjadi
nyata dalam cara hidup dan cara betindak yang dijiwai oleh Yang
Tersalib. Dengan kata lain cara berpikir kita hendaknya meneladan cara
berpikir Yang tersalib, yaitu senantiasa rela mengorbankan diri demi
keselamatan atau kebahagiaan orang lain, terutama kebahagiaan atau
keselamatan jiwanya. Semoga dimana pun dan kapan pun kita senantiasa
mengutamakan dan mengusahakan keselamatan jiwa umat manusia. Secara
konkret kiranya kita dapat bercermin pada pasangan laki-laki dan
perempuan yang sedang berpacaran dan 'mabuk cinta', bukankah
masing-masing senantiasa mengusahakan keselamatan pasangannya. Antara
lain demi pacar meskipun lelah tidak mengakui lelah, meskipun lapar
tidak mengakui lapar, meskipun tidak enak mengakui enak dst.. Cinta
macam itu kiranya tak masuk akal, dan memang cintakasih sejati sering
tak mungkin dapat difahami secara logis belaka. Memberitakan salib
hemat saya senada memberitakan atau menyebarluaskan cintakasih, yang
tak kenal batas ruang dan waktu, suku, bahasa maupun agama. Cinta
kasih sejati berasal dari Allah, dan merupakan 'kekuatan Allah dan
hikmat Allah'.

"Bersyukurlah kepada TUHAN dengan kecapi, bermazmurlah bagi-Nya dengan
gambus sepuluh tali! Nyanyikanlah bagi-Nya nyanyian baru; petiklah
kecapi baik-baik dengan sorak-sorai! Sebab firman TUHAN itu benar,
segala sesuatu dikerjakan-Nya dengan kesetiaan.Ia senang kepada
keadilan dan hukum; bumi penuh dengan kasih setia TUHAN." (Mzm 33:2-5)

Ign 1 Juni 2013

3Juni

"Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran"

(2Mak 7:1-2.9-14; Mat 5:1-12a)

" Ketika Yesus melihat orang banyak itu, naiklah Ia ke atas bukit dan
setelah Ia duduk, datanglah murid-murid-Nya kepada-Nya. Maka Yesus pun
mulai berbicara dan mengajar mereka, kata-Nya: "Berbahagialah orang
yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan
Sorga. Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan
dihibur. Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan
memiliki bumi.Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran,
karena mereka akan dipuaskan. Berbahagialah orang yang murah hatinya,
karena mereka akan beroleh kemurahan. Berbahagialah orang yang suci
hatinya, karena mereka akan melihat Allah. Berbahagialah orang yang
membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah.
Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena
merekalah yang empunya Kerajaan Sorga. Berbahagialah kamu, jika karena
Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang
jahat. Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga,"
(Mat 5:1-12a), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta
St.Karolus Lwanga dkk, martir, hari ini saya sampaikan catatan-catatan
sederhana sebagai berikut:

·   Setiap orang beriman, entah agama atau keyakinannya apapun, hemat
saya memiliki panggilan untuk menghayati rahmat kemartiran dalam cara
hidup dan cara bertindak setiap hari dimana pun dan kapan pun. Salah
satu wujud penghayatan rahmat kemartiran yang mendesak dan up to date
untuk dihayati dan disebarluaskan masa kini hemat saya adalah
'kebenaran'. Apa yang disebut benar senantiasa berlaku universal,
dimana saja dan kapan saja, tidak terikat oleh ruang dan waktu. Dalam
Kamus Bahasa Indonesia benar sering diartikan sebagai sesuai
sebagaimana adanya, dapat dipercaya, tidak bohong, sejati. Apa yang
benar antara lain diusahakan dalam proses pengadilan, dan untuk
mengusahakan kebenaran memang mahal serta membutuhkan banyak waktu,
sebagaimana juga terjadi dalam proses pengadilan. Untuk mengusahakan
kebenaran sejati dipanggil saksi-saksi, namun sering ada saksi yang
mengatakan apa yang tidak sesuai sebagaimana adanya alias bohong, maka
ada proses pengadilan yang terkatung-katung, misalnya kasus Bank
Century. Menjadi saksi kebenaran memang berat dan butuh kejujuran.
Sebagai orang beriman menjadi saksi kebenaran berarti senantiasa hidup
dan bertindak dengan membaktikan diri sepenuhnya kepada Tuhan, dan
dengan demikian mau tak mau akan senantiasa melakukan perintah dan
kehendak Tuhan, serta dapat dipercaya. Marilah kita bekerja sama atau
saling membantu dalam menjadi saksi kebenaran, kita perangi aneka
kebohongan yang masih merebak masa kini. Berjuang dan bekerja demi
kebenaran pada masa kini memang ada kemungkinan diancam untuk dibunuh
atau disingkirkan, namun demikian marilah kita tetap setia berjuang
demi kebenaran.

·    "Dari Sorga aku telah menerima anggota-anggota ini dan demi
hukum-hukum Tuhan kupandang semuanya itu bukan apa-apa. Tetapi aku
berharap akan mendapat kembali semuanya dari pada-Nya!" (2Mak 7:11),
demikian kata seorang pemuda yang hendak disiksa karena kebenaran.
Yang dimaksudkan dengan anggota-anggota tidak lain adalah
anggota-anggota tubuh, yang berarti tubuh kita yang berasal dari tanah
dan akan kembali menjadi tanah setelah meninggal dunia. Kutipan di
atas hendaknya menjadi acuan atau pegangan bagi kita semua umat
beriman, khususnya generasi muda yang pada umumnya begitu bersemangat
dalam hidup. Sebagai warganegara Indonesia marilah kita meneladan
generasi muda pendahulu kita, yang antara lain mencanangkan Sumpah
Pemuda: satu nusa, satu bangsa dan satu bahasa. Dengan kata lain
marilah kita usahakan kesatuan bangsa kita, siapapun berusaha memecah
belah atau mencabik-cabik kesatuan bangsa hendaknya kita perangi
sampai titik darah penghabisan. Saat ini memang ada kelompok tertentu
yang fanatik atau ekstrim yang suka mengacaukan kesatuan bangsa dengan
aneka terror dan gangguan keamanan. Semoga semua generasi muda
memiliki hati jernih dan mulia guna mengusahakan kesatuan bangsa.
Kutipan diatas kiranya juga mengingatkan kita semua agar tidak
menggunakan anggota-anggota tubuh kita untuk berbuat jahat atau
melalukan dosa, entah itu mencuri, menyakiti orang lain atau menjual
diri demi uang sebagaimana dilakukan oleh para pelacur atau pemilik
uang untuk mencari pemuasan seksualnya dengan membayar, dst.. Semoga
semua anggota tubuh kita suci dan bersih adanya.

"Jikalau bukan TUHAN yang memihak kepada kita, ketika manusia bangkit
melawan kita, maka mereka telah menelan kita hidup-hidup, ketika
amarah mereka menyala-nyala terhadap kita; maka air telah
menghanyutkan kita, dan sungai telah mengalir melingkupi diri kita,
maka telah mengalir melingkupi diri kita air yang meluap-luap itu."
(Mzm 124:2-5)

Ign 3 Juni 2013

HR TUBUH DAN DARAH KRISTUS


HR TUBUH DAN DARAH KRISTUS: Kej 14:18-20; 1Kor 11:23-26; Luk 9:11b-17

"Setelah Ia mengambil lima roti dan dua ikan itu, Ia menengadah ke
langit, mengucap berkat, lalu memecah-mecahkan roti itu dan
memberikannya kepada murid-murid-Nya supaya dibagi-bagikannya kepada
orang banyak"

"Empat sehat, lima sempurna", itulah motto hidup sehat sebagaimana
dicanangkan oleh Departemen Kesehatan. Yang dimaksudkan tidak lain
adalah agar kita hidup sehat, segar-bugar hendaknya mengkonsumsi
makanan dan minuman bergizi dan bervariasi, dan tentu saja makanan dan
minuman yang bukan instan, tetapi alamiah. Memang untuk itu orang
harus bekerja guna mengusahakan makanan dan minuman yang dibutuhkan
keluarganya atau dirinya sendiri. Sebagai orang yang beriman kepada
Yesus Kristus kiranya kita sering berdoa 'Bapa Kami', sebagaimana
diajarkanNya, dan ada kata-kata dalam doa tersebut yang kita doakan
tiap hari yaitu "Berilah kami rezeki hari ini secukupnya". Kata
'secukupnya' dapat berarti sederhana atau tidak serakah maupun memadai
demi kesehatan dan kebugaran tubuh. Maka dengan ini kami mengajak anda
sekalian untuk mawas diri pada Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus ini:
sejauh mana kita berusaha membina diri kita agar sehat wal'afiat,
segar bugar secara fisik maupun spiritual, jasmani maupun rohani.

"Ia berkata kepada mereka: "Kamu harus memberi mereka makan!" Mereka
menjawab: "Yang ada pada kami tidak lebih dari pada lima roti dan dua
ikan, kecuali kalau kami pergi membeli makanan untuk semua orang
banyak ini." Sebab di situ ada kira-kira lima ribu orang laki-laki.
Lalu Ia berkata kepada murid-murid-Nya: "Suruhlah mereka duduk
berkelompok-kelompok, kira-kira lima puluh orang sekelompok."
Murid-murid melakukannya dan menyuruh semua orang banyak itu duduk.Dan
setelah Ia mengambil lima roti dan dua ikan itu, Ia menengadah ke
langit, mengucap berkat, lalu memecah-mecahkan roti itu dan
memberikannya kepada murid-murid-Nya supaya dibagi-bagikannya kepada
orang banyak." (Luk 9:13-16)

"Lima roti dan dua ikan" diberkati oleh Yesus dan kemudian dibagikan
kepada orang banyak tidak berkekurangan dan mereka semua dapat makan
sampai kenyang. Inilah mujizat yang dikerjakan oleh Yesus. Bagi kita
yang beriman kepada Yesus Kristus hal ini mengingatkan kita semua akan
makna setiap kali kita dalam Perayaan Ekaristi menerima komuni kudus,
Tubuh Kristus. Dengan menerima TubuhNya kita dipanggil untuk meneladan
cara hidup dan cara bertindakNya, antara lain 'suka berbagi rezeki
kepada orang lain', terutama bagi mereka yang berkekurangan dalam hal
kebutuhan pokok untuk hidup layak: papan, sandang dan pangan. Dengan
kata lain kita diharapkan menjadi pribadi yang social, 'to be
man/woman for/with others'.

Allah menciptakan manusia, binatang dan tumbuh-tumbuhan serta memberi
tugas kepada manusia sebagai ciptaan terluhur untuk mengelola dan
mengurus binatang dan tumbuh-tumbuhan guna memenuhi kebutuhan hidupnya
dalam memuji, memuliakan, menghormati dan mengabdi Tuhan Allah. Apa
yang diciptakan oleh Allah selain manusia sebenarnya cukup memadai
bagi semua manusia, jika semua manusia mengkonsumsi secukupnya, tidak
berfoya-foya maupun tidak boros. Maka kepada siapa pun yang masih
hidup berfoya-foya serta boros kami harapkan segera bertobat serta
kemudian hidup sederhana. Sebagai orang Indonesia marilah kita hayati
sila kelima dari Pancasila: Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia. Berbagi kepada orang lain atau membantu orang lain hemat
saya bukan hanya kewajiban moral, melainkan merupakan keharusan,
karena tanpa orang lain kita tak mungkin dapat hidup sebagaimana
adanya saat ini.

Dalam hidup beriman, khususnya yang beriman pada Yesus Kristus, dalam
hidup menggereja ada motto 'solidaritas' dan 'keberpihakan pada yang
miskin dan berkekurangan', maka marilah kita hayati dua motto ini.
Makna dua motto ini kiranya senada yaitu ajakan bagi kita semua untuk
senantiasa memperhatikan mereka yang ada 'di bawah', yang kurang dari
pada kita. Maka pertama-tama  kami mengajak anda sekalian untuk
'melihat ke bawah', karena dengan demikian anda akan bersyukur dan
berterima kasih lebih beruntung dari pada mereka yang berada ' di
bawah' kita. Kemudian kita wujudkan syukur dan terima kasih kita
dengan memperhatikan mereka yang berada ' di bawah' kita. Kepada
kepala daerah kami ajak untuk 'turba', turun ke bawah, memperhatikan
rakyatnya yang miskin dan berkekurangan. Sekali lagi kami angkat bahwa
keberhasilan kepemimpinan anda ada pada kesejahteraan rakyat, ketika
tidak ada lagi rakyat yang miskin dan berkekurangan berarti anda
sukses sebagai kepala daerah. Semoga para kepala daerah tidak
memperkaya diri sendiri serta melupakan kesejahteraan rakyatnya.

"Sebab apa yang telah kuteruskan kepadamu, telah aku terima dari
Tuhan, yaitu bahwa Tuhan Yesus, pada malam waktu Ia diserahkan,
mengambil roti dan sesudah itu Ia mengucap syukur atasnya; Ia
memecah-mecahkannya dan berkata: "Inilah tubuh-Ku, yang diserahkan
bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku!" Demikian juga
Ia mengambil cawan, sesudah makan, lalu berkata: "Cawan ini adalah
perjanjian baru yang dimeteraikan oleh darah-Ku; perbuatlah ini,
setiap kali kamu meminumnya, menjadi peringatan akan Aku! Sebab setiap
kali kamu makan roti ini dan minum cawan ini, kamu memberitakan
kematian Tuhan sampai Ia datang." (1Kor 11:23-26)

"Perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku", inilah yang kiranya baik
kita renungkan atau refleksikan. Kita semua dipanggil untuk
'menyerahkan tubuh kita kepada orang lain', tentu saja hal ini tidak
berarti secara apa yang tertulis, melainkan kita hendaknya 'suka
memberi kepada orang lain'. Hari Jum'at tanggal 21 Mei 2013 yang lalu
saya menghadiri ibadat Pesta Waisak di Klenteng – Muntilan, dan dalam
ibadat tersebut disampaikan kotbah oleh Biksu dari Mendut, yang isi
utamanya adalah 'memberi'. Maka dengan rendah hati saya angkat kembali
isi kotbah tersebut, yang sebagian kecil sudah saya angkat di depan.

Memberi atau menyumbang orang lain bukan hanya kewajiban moral belaka,
melainkan merupakan 'keharusan'. Mengapa kita harus memberi kepada
orang lain, karena dalam kenyataan kita tak mungkin dapat hidup tanpa
orang lain, itulah kenyataan sosiologis. Selalu memberi ada bahaya
orang merasa frustrasi karena mungkin kurang dihargai dirinya, maka
hendaknya kemudian diusahakan pengendalian diri, dimana kita tidak
perlu mencari ketenaran atau kemashyuran karena pemberian kita. Dan
langkah berikutnya adalah membersihkan pikiran kita dari aneka
kejahatan dan keserakahan, dengan kata lain hendaknya kita senantiasa
memikirkan apa yang baik, bermoral dan berbudi pekerti luhur.

Kita semua dipanggil untuk mengenangkan kemurahan hati Allah, yang
telah menciptakan dan menganugerahi kita aneka kebutuhan yang kita
perlukan untuk hidup baik, sehat, segar-bugar baik lahir maupun batin,
fisik maupun spiritual. Mengenangkan berarti melakukannya kembali,
maka marilah kita saling bermurah hati kepada orang lain, artinya kita
saling memperhatikan satu sama lain, sehingga tak ada seorang pun di
antara kita yang berkekurangan atau menderita. Selama masih ada
penderitaan atau orang yang berkurangan berarti masih ada orang yang
serakah, egois dan hanya mencari keuntungan pribadi.

"Diberkatilah kiranya Abram oleh Allah Yang Mahatinggi, Pencipta
langit dan bumi, dan terpujilah Allah Yang Mahatinggi, yang telah
menyerahkan musuhmu ke tanganmu." Lalu Abram memberikan kepadanya
sepersepuluh dari semuanya." (Kej 14:19-20). "Abram memberikan
kepadanya sepersepuluh dari semuanya", kiranya menjadi inspirasi bagi
rekan-rekan Kristen Protestan untuk memberikan sepersepuluh
pendapatannya kepada Gereja. Hal ini baik sekali, tetapi akan lebih
baik jika kita memberikan diri kita seutuhnya alias tubuh kita dan
segala sesuatu yang kita miliki dan kuasai saat ini bagi Gereja, bagi
seluruh Umat Allah.

"Demikianlah firman TUHAN kepada tuanku: "Duduklah di sebelah
kanan-Ku, sampai Kubuat musuh-musuhmu menjadi tumpuan kakimu." Tongkat
kekuatanmu akan diulurkan TUHAN dari Sion: memerintahlah di antara
musuhmu! Pada hari tentaramu bangsamu merelakan diri untuk maju dengan
berhiaskan kekudusan; dari kandungan fajar tampil bagimu keremajaanmu
seperti embun." (Mzm 110:1-3)

Ign 2 Juni 2013

Fwd: 31mei


"Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu."

(Rm 12:9-16b: Luk 1:39-56)

" Beberapa waktu kemudian berangkatlah Maria dan langsung berjalan ke
pegunungan menuju sebuah kota di Yehuda. Di situ ia masuk ke rumah
Zakharia dan memberi salam kepada Elisabet. Dan ketika Elisabet
mendengar salam Maria, melonjaklah anak yang di dalam rahimnya dan
Elisabet pun penuh dengan Roh Kudus, lalu berseru dengan suara
nyaring: "Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan
diberkatilah buah rahimmu. Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang
mengunjungi aku? Sebab sesungguhnya, ketika salammu sampai kepada
telingaku, anak yang di dalam rahimku melonjak kegirangan. Dan
berbahagialah ia, yang telah percaya, sebab apa yang dikatakan
kepadanya dari Tuhan, akan terlaksana." Lalu kata Maria: "Jiwaku
memuliakan Tuhan, dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku,
sebab Ia telah memperhatikan kerendahan hamba-Nya. Sesungguhnya, mulai
dari sekarang segala keturunan akan menyebut aku berbahagia, karena
Yang Mahakuasa telah melakukan perbuatan-perbuatan besar kepadaku dan
nama-Nya adalah kudus. Dan rahmat-Nya turun-temurun atas orang yang
takut akan Dia. Ia memperlihatkan kuasa-Nya dengan perbuatan
tangan-Nya dan mencerai-beraikan orang-orang yang congkak hatinya; Ia
menurunkan orang-orang yang berkuasa dari takhtanya dan meninggikan
orang-orang yang rendah; Ia melimpahkan segala yang baik kepada orang
yang lapar, dan menyuruh orang yang kaya pergi dengan tangan hampa; Ia
menolong Israel, hamba-Nya, karena Ia mengingat rahmat-Nya, seperti
yang dijanjikan-Nya kepada nenek moyang kita, kepada Abraham dan
keturunannya untuk selama-lamanya." Dan Maria tinggal kira-kira tiga
bulan lamanya bersama dengan Elisabet, lalu pulang kembali ke
rumahnya" (Luk 1:39-56), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta 'SP
Maria mengunjungi Elisabeth' hari ini saya sampaikan catatan-catatan
sederhana sebagai berikut:

·   Orang yang penuh Roh Kudus alias senantiasa hidup dan bertindak
dalam Roh Kudus akan saling memuji dalam cara hidup dan cara
bertindaknya dimana pun dan kapan pun, sebagaimana terjadi dalam
perjumpaan antara SP Maria dengan Elisabeth. Kegembiraan Elisabeth
atas kunjungan SP Maria begitu mendalam sehingga anak yang masih
berada di dalam rahimnya juga melonjak kegirangan. Kehadiran anak di
dalam rahim sendiri kiranya juga merupakan kegembiraan tersendiri,
tentu saja bagi perempuan yang sungguh beriman. Kedalaman iman
Elisabeth juga memampukan dia melihat dan memuji bahagia kepada SP
Maria, karena di dalam rahim SP Maria juga mulai tumbuh berkembang
Sang Penyelamat Dunia. Yang memiliki rahim memang perempuan dan
didalam rahim juga bertunas dan berkembang kasih karunia atau buah
kasih Allah, maka selayaknya kaum perempuan juga memiliki kerahiman
alias belas kasih. SP Maria adalah teladan umat beriman, maka dengan
ini kami mengajak segenap umat beriman: apakah dalam hati kita
masing-masing juga bertunas dan berkembang berkat atau kasih karunia
Allah, sehingga dalam cara hidup dan bertindak kita setiap hari dimana
pun dan kapan pun senantiasa menyalurkan berkat atau kasih karunia
Allah, dan secara konkret memuji dan memuliakan Allah dalam
saudara-saudarinya. Warta Gembira hari ini juga mengingatkan dan
mengajak kita semua untuk bermurah hati saling mengunjungi satu sama
lain sebagai saudara. Maka sekiranya secara fisik kunjungan tak
mungkin kita lakukan, marilah kita mengunjungi secara spiritual alias
mendoakan.

·   "Hendaklah kasih itu jangan pura-pura! Jauhilah yang jahat dan
lakukanlah yang baik. Hendaklah kamu saling mengasihi sebagai saudara
dan saling mendahului dalam memberi hormat. Janganlah hendaknya
kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan.
Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan
bertekunlah dalam doa! Bantulah dalam kekurangan orang-orang kudus dan
usahakanlah dirimu untuk selalu memberikan tumpangan! Berkatilah siapa
yang menganiaya kamu, berkatilah dan jangan mengutuk!" (Rm 12:9-14),
demikian peringatan atau ajakan Paulus kepada umat di Roma, kepada
kita sekalian umat beriman. Kita semua diajak dalam hal mengasihi
tidak pura-pura atau formalitas belaka, dalam omongan atau wacana
saja. Kasih memang pertama-tama untuk dihayati atau dilakukan bukan
diomongkan atau didiskusikan. Sekali lagi kami ingatkan kepada anda
semua para suami-isteri bahwa anda berdua memiliki pengalaman mendalam
dalam mengasihi dalam tindakan atau perilaku, antara lain dengan
saling memberikan diri sepenuhnya dalam hubungan seksual, sehingga
dalam rahim sang isteri bertunas dan berkembang kasih karunia Allah.
Hendaknya anda berdua dapat menjadi teladan atau inspirasi bagi
anak-anak yang dianugerahkan oleh Allah kepada anda berdua dalam hal
mengasihi dalam tindakan atau perilaku. Bagi kita semua marilah kita
berusaha untuk dengan rendah hati dan kerelaan tinggi saling
memboroskan waktu dan tenaga sebagai wujud saling mengasihi.

"Sungguh, Allah itu keselamatanku; aku percaya dengan tidak gementar,
sebab TUHAN ALLAH itu kekuatanku dan mazmurku, Ia telah menjadi
keselamatanku." Maka kamu akan menimba air dengan kegirangan dari mata
air keselamatan. Pada waktu itu kamu akan berkata: "Bersyukurlah
kepada TUHAN, panggillah nama-Nya, beritahukanlah perbuatan-Nya di
antara bangsa-bangsa, masyhurkanlah, bahwa nama-Nya tinggi luhur!
Bermazmurlah bagi TUHAN, sebab perbuatan-Nya mulia; baiklah hal ini
diketahui di seluruh bumi" (Yes 12:2-5)

Ign 31 Mei 2013

30Mei

"Rabuni supaya aku dapat melihat!"

(Sir 42:15-25; Mrk 10:46-52)

" Lalu tibalah Yesus dan murid-murid-Nya di Yerikho. Dan ketika Yesus
keluar dari Yerikho, bersama-sama dengan murid-murid-Nya dan orang
banyak yang berbondong-bondong, ada seorang pengemis yang buta,
bernama Bartimeus, anak Timeus, duduk di pinggir jalan. Ketika
didengarnya, bahwa itu adalah Yesus orang Nazaret, mulailah ia
berseru: "Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!" Banyak orang menegornya
supaya ia diam. Namun semakin keras ia berseru: "Anak Daud,
kasihanilah aku!" Lalu Yesus berhenti dan berkata: "Panggillah dia!"
Mereka memanggil orang buta itu dan berkata kepadanya: "Kuatkan
hatimu, berdirilah, Ia memanggil engkau." Lalu ia menanggalkan
jubahnya, ia segera berdiri dan pergi mendapatkan Yesus. Tanya Yesus
kepadanya: "Apa yang kaukehendaki supaya Aku perbuat bagimu?" Jawab
orang buta itu: "Rabuni, supaya aku dapat melihat!" Lalu kata Yesus
kepadanya: "Pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau!" Pada saat
itu juga melihatlah ia, lalu ia mengikuti Yesus dalam perjalanan-Nya."
(Mrk 10:46-52), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan
sederhana sebagai berikut:

·   Orang yang tidak melihat dengan baik atau bahkan sama sekali buta
pasti tidak mampu menikmati aneka keindahan dalam lingkungan hidupnya.
Mungkin yang buta secara fisik di antara kita dapat dihitung dengan
jari alias kemungkinan tidak ada sama sekali, namun bahwa buta secara
spiritual atau secara spiritual hanya dapat melihat dengan
samar-samar, kiranya hampir semua dari kita begitu adanya. Dengan kata
lain ada kemungkinan iman kita dangkal atau tidak mendalam, sehingga
tak mampu melihat dan mengimani karya Allah dalam hidup sehari-hari,
dalam ciptaan-ciptaanNya. Marilah kita lihat dan sikap dalam dan oleh
iman segala sesuatu yang ada di hadapan kita atau siapapun dan apapun
yang mendatangi kita, karena dengan demikian kita akan menyaksikan
keindahan yang luar biasa, sehingga kita akan tergerak untuk bersyukur
dan berterima kasih kepada Allah. Hendaknya kita tidak hanya secara
fisik melihat ciptaan-ciptaanNya, terutama manusia yang diciptakan
sesuai dengan gambar dan citraNya. Melihat rekan perempuan jangan
terjebak oleh kecantikan wajahnya maupun kemolekan tubuhnya, demikian
melihat laki-laki jangan terjebak oleh ketampanan atau
ke-gantengannya. Lihat apa yang ada dalam hatinya dan pikirannya. Saya
pribadi pernah terharu melihat dan bercakap-cakap dengan seorang
pemulung yang begitu jujur dan polos, suci hatinya. Kepada kita semua
kami harapkan untuk memperindah atau mempercantik diri secara
spiritual atau rohani, bukan hanya secara fisik atau badani saja.
Secara khusus kami berharap kepada para pemuka dan tokoh agama untuk
dapat menjadi teladan dalam cara melihat secara spiritual kepada orang
lain.

·   "Betapa eloklah segala ciptaan Tuhan, tetapi hanya sebagai bunga
api sajalah apa yang nampak. Semuanya hidup dan tetap tinggal untuk
selama-lamanya guna setiap keperluan, dan semuanya patuh
kepada-Nya.Segala-galanya berpasang, yang satu berhadapan dengan yang
lain, dan tidak ada sesuatupun yang diciptakan-Nya kurang lengkap.Yang
satu menguatkan kebaikan dari yang lain, dan siapa gerangan pernah
kenyang-kenyang memandang kemuliaan Tuhan" (Sir 42:22-25). Laki-laki
dan perempuan, jantan dan betina diciptakan oleh Tuhan, berbeda satu
sama lain sama sekali namun saling tertarik untuk hidup berpasangan,
dan ketika berpasangan dalam cintakasih atau dalam Tuhan begitu
kelihatan elok, menawan, mempesona dan menarik. "Yang satu menguatkan
kebaikan dari yang lain", itulah yang dilakukan oleh pasangan
suami-isteri yang saling mengasihi maupun dalam binatang yang sedang
bermesraan. Hemat saya kita semua umat beriman juga dipanggil untuk
saling menguatkan kebaikan yang ada dalam diri kita masing-masing.
Kami percaya bahwa dalam diri kita masing-masing lebih banyak yang
baik daripada yang jelek, maka marilah kita saling berbuat baik satu
sama lain, sehingga kehidupan bersama dimana pun dan kapan pun
senantiasa menarik, memikat dan mempesona. Hendaknya kita mengimani
bahwa Tuhan telah menciptakan segala sesuatu baik adanya, dan kalau
ada yang tidak baik merupakan karya setan melalui orang-orang yang tak
bermoral atau tak berbudi pekerti luhur. Sebagai orang yang beriman
kepada Tuhan hendaknya kita senantiasa juga 'menciptakan yang baik',
bekerja keras dan seoptimal mungkin agar apapun yang kita kerjakan
baik adanya, dapat memuaskan dan  membahagiakan banyak orang. Semoga
semakin tambah usia, semakin berpengalaman, kita juga semakin dikasihi
oleh Tuhan maupun sesama kita.

"Bersyukurlah kepada TUHAN dengan kecapi, bermazmurlah bagi-Nya dengan
gambus sepuluh tali! Nyanyikanlah bagi-Nya nyanyian baru; petiklah
kecapi baik-baik dengan sorak-sorai!Sebab firman TUHAN itu benar,
segala sesuatu dikerjakan-Nya dengan kesetiaan.Ia senang kepada
keadilan dan hukum; bumi penuh dengan kasih setia TUHAN." (Mzm 33:2-5)

Ign 30 Mei 2013

29Mei



"Barangsiapa ingin menjadi yang terkemuka di antara kamu hendaklah ia
menjadi hamba untuk semuanya."

(Sir 35:1.4-5a.10-17; Mrk 10:32-45)

" Yesus dan murid-murid-Nya sedang dalam perjalanan ke Yerusalem dan
Yesus berjalan di depan. Murid-murid merasa cemas dan juga orang-orang
yang mengikuti Dia dari belakang merasa takut. Sekali lagi Yesus
memanggil kedua belas murid-Nya dan Ia mulai mengatakan kepada mereka
apa yang akan terjadi atas diri-Nya, kata-Nya: "Sekarang kita pergi ke
Yerusalem dan Anak Manusia akan diserahkan kepada imam-imam kepala dan
ahli-ahli Taurat, dan mereka akan menjatuhi Dia hukuman mati. Dan
mereka akan menyerahkan Dia kepada bangsa-bangsa yang tidak mengenal
Allah, dan Ia akan diolok-olokkan, diludahi, disesah dan dibunuh, dan
sesudah tiga hari Ia akan bangkit." Lalu Yakobus dan Yohanes,
anak-anak Zebedeus, mendekati Yesus dan berkata kepada-Nya: "Guru,
kami harap supaya Engkau kiranya mengabulkan suatu permintaan kami!"
Jawab-Nya kepada mereka: "Apa yang kamu kehendaki Aku perbuat bagimu?"
Lalu kata mereka: "Perkenankanlah kami duduk dalam kemuliaan-Mu kelak,
yang seorang lagi di sebelah kanan-Mu dan yang seorang di sebelah
kiri-Mu." Tetapi kata Yesus kepada mereka: "Kamu tidak tahu apa yang
kamu minta. Dapatkah kamu meminum cawan yang harus Kuminum dan
dibaptis dengan baptisan yang harus Kuterima?" Jawab mereka: "Kami
dapat." Yesus berkata kepada mereka: "Memang, kamu akan meminum cawan
yang harus Kuminum dan akan dibaptis dengan baptisan yang harus
Kuterima. Tetapi hal duduk di sebelah kanan-Ku atau di sebelah
kiri-Ku, Aku tidak berhak memberikannya. Itu akan diberikan kepada
orang-orang bagi siapa itu telah disediakan." Mendengar itu kesepuluh
murid yang lain menjadi marah kepada Yakobus dan Yohanes. Tetapi Yesus
memanggil mereka lalu berkata: "Kamu tahu, bahwa mereka yang disebut
pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi, dan
pembesar-pembesarnya menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka.
Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di
antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu,dan barangsiapa ingin
menjadi yang terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba
untuk semuanya.Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani,
melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi
tebusan bagi banyak orang." (Mrk 10:32-45), demikian kutipan Warta
Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan
sederhana sebagai berikut:

·   Pemilu untuk proses pemilihan Kepala Daerah sedang berlangsung dan
memang juga ada daerah telah menyelesaikannya. Banyak orang berminat
untuk menjadi kepala daerah yang disertai oleh para pendukungnya. Para
pendukung pun kirannya juga memiliki dambaan jika orang yang didukung
terpilih kelak menjadi pembantunya, berpartisipasi dalam pemerintahan
daerah. Dengan kata lain banyak orang mendambakan menjadi orang
terkemuka dalam kehidupan bersama. Sabda hari ini mengingatkan dan
mengajak siapapun yang dalam kehidupan bersama menjadi orang terkemuka
untuk hidup dan bertindak sebagai 'hamba dari semuanya', dengan kata
lain dengan rendah hati melayani warga yang dipimpinnya. Hidup dan
bertindak melayani dengan rendah hati memang tidak mudah, harus
disertai pengorbanan dan perjuangan, serta siap sedia menderita maupun
menerima perlakuan yang  tidak enak, tidak sesuai dengan selera atau
keinginan pribadi. Kami berharap kepada siapapun yang berfungsi
sebagai yang terkemuka untuk hidup dan bertindak melayani dengan
rendah hati, berusaha keras dan seoptimal mungkin membahagiakan atau
mensejahterakan orang-orang yang harus dilayani. Bukti atau tanda
keberhasilan seorang pemimpin adalah mereka yang dipimpin hidup dengan
damai, sejahtera, selamat fisik maupun spiritual.

·   "Jangan mencoba menyuap Tuhan, sebab tidak diterima-Nya, dan
janganlah percaya pada korban kelaliman! Sebab Tuhan adalah Hakim,
yang tidak memihak.Ia tidak memihak dalam perkara orang miskin, tetapi
doa orang yang terjepit didengarkan-Nya.Jeritan yatim piatu tidak
diabaikan-Nya, ataupun jeritan janda yang mencurahkan
permohonannya.Bukankah pipi seorang janda bercucuran air mata, dan
tidakkah ia menjerit karena orang yang menyebabkannya?" (Sir
35:11-15). Kutipan ini kiranya merupakan ajakan dan peringatan bagi
kita semua agar tidak saling menyuap, demi suatu tujuan, sebagaimana
sering dilakukan oleh banyak orang dalam mencapai cita-citanya. Selain
itu kita juga diharapkan memperhatikan mereka yang miskin dan
berkekurangan. Maka dengan ini kami berharap kepada para pengusaha
atau siapapun yang suka menyuap kepada para pimpinan atau pejabat
dengan uang demi usaha atau tujuannya untuk berhenti, dan gunakan uang
tersebut untuk membantu mereka yang miskin dan berkekurangan. Marilah
kita dengarkan dan tanggapi jeritan orang miskin dan berkekurangan di
lingkungan hidup maupun lingkungan kerja kitaadhMemberantas perilaku
suap-menyuap antara lain sedini mungkin kita lakukan di
sekolah-sekolah dengan mendidik peserta didik dalam hal kejujuran.

"Janganlah perhitungkan kepada kami kesalahan nenek moyang kami;
kiranya rahmat-Mu segera menyongsong kami, sebab sudah sangat lemah
kami.Tolonglah kami, ya Allah penyelamat kami, demi kemuliaan nama-Mu!
Lepaskanlah kami dan ampunilah dosa kami oleh karena nama-Mu"

 (Mzm 79:8-9)

Ign 29 Mei 2013

28Mei

"Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau!"

(Sir 35:1-12; Mrk 10:28-31)

" Berkatalah Petrus kepada Yesus: "Kami ini telah meninggalkan segala
sesuatu dan mengikut Engkau!" Jawab Yesus: "Aku berkata kepadamu,
sesungguhnya setiap orang yang karena Aku dan karena Injil
meninggalkan rumahnya, saudaranya laki-laki atau saudaranya perempuan,
ibunya atau bapanya, anak-anaknya atau ladangnya, orang itu sekarang
pada masa ini juga akan menerima kembali seratus kali lipat: rumah,
saudara laki-laki, saudara perempuan, ibu, anak dan ladang, sekalipun
disertai berbagai penganiayaan, dan pada zaman yang akan datang ia
akan menerima hidup yang kekal. Tetapi banyak orang yang terdahulu
akan menjadi yang terakhir dan yang terakhir akan menjadi yang
terdahulu." (Mrk 10:28-31), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan
sederhana sebagai berikut:

·   Warta Gembira hari ini kiranya baik menjadi bahan permenungan atau
refleksi bagi siapapun yang terpanggil secara khusus menjadi imam,
bruder atau suster, namun karena Warta ini juga bagi kita semua yang
beriman kepada Yesus Kristus, maka kami juga mengajak siapapun yang
beriman kepada Yesus Kristus untuk berrefleksi juga. Kepada
rekan-rekan imam, bruder maupun suster kami ajak untuk setia
menghayati panggilannya, yang berarti senantiasa hidup dan bertindak
sesuai dengan semangat atau spiritualitas pendiri tarekat atau lembaga
hidup bakti atau meneladan Yesus yang telah melepaskan kebesaranNya
untuk menjadi sama seperti kita manusia kecuali dalam hal dosa. Kepada
semua umat beriman khususnya para orangtua katolik ketika ada salah
seorang anaknya tergerak untuk menjadi imam, bruder atau suster
hendaknya tidak menghalangi atau melarangnya, apalagi anak yang
bersangkutan yang terbaik di antara anak-anak yang lain. Ingatlah dan
sadari bahwa anak adalah anugerah Tuhan, maka selayaknya sebagai
ucapan syukur dan terima kasih kita persembahkan kembali kepada Tuhan,
terserah Tuhan menghendaki apa baginya. Dengan kata lain kami harapkan
bapak-ibu atau orangtua mendidik dan membina anak-anaknya dalam
'cintakasih dan kebebasan Injili', yang juga mendasari hidup anda
berdua sebagai suami-isteri, membangun dan membentuk keluarga. Bagi
kita semua sabda di atas merupakan ajakan atau panggilan agar dalam
hidup dan karya tidak mengikuti selera atau keinginan pribadi,
melainkan sesuai dengan aturan dan tata tertib yang terkait dengan
panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing.

·   "Berikanlah kepada Yang Mahatinggi berpadanan dengan apa yang Ia
berikan kepadamu, dengan murah hati dan sesuai dengan hasil tanganmu.
Sebab Dia itu Tuhan pembalas, dan engkau akan dibalas-Nya dengan tujuh
lipat.Jangan mencoba menyuap Tuhan, sebab tidak diterima-Nya, dan
janganlah percaya pada korban kelaliman! Sebab Tuhan adalah Hakim,
yang tidak memihak" (Sir 35:9-12). Kutipan di atas ini kiranya senada
dengan ajakan saya di atas, yaitu bahwa segala sesuatu yang kita
miliki dan kuasai sampai saat ini adalah anugerah Tuhan. Sebagai orang
beriman kita diharapkan mempersembahkan kembali kepadaNya sebagai
ucapan syukur dan terima kasih. Dengan kata lain sebagai orang beriman
kita diharapkan tumbuh berkembang sebagai pribadi sosial, yang peka
terhadap kebutuhan orang lain, tentu saja bagi mereka yang miskin dan
berkekurangan dalam aneka kebutuhan hidup. Kita semua diharapkan
menjadi orang yang bermurah hati, artinya hatinya dijual atau diobral
murah saja, siapapun kita perhatikan sebagaimana mestinya. Kepekaan
sosial pada masa kini sungguh mengalami erosi atau kemerosotan sebagai
dampak perkembangan sarana komunikasi seperti HP dan internet. Ada
kecenderungan kuat karena HP, Ipad atau Internet orang begitu asyik
dengan alat-alat tersebut alias cenderung tumbuh berkembang menjadi
pribadi egois. Maka kami berpesan kepada para orangtua untuk tidak
memanjakan anak-anaknya dengan sarana-sarana komunikasi seperti
HP.Ipad atau Internet. Berkali-kali saya menerima keluh kesah dari
orangtua yang bertamu kepada saya, yang prihatin terhadap anaknya;
waktu makan disuruh makan tidak mau karena sedang asyik dengan HP atau
Ipadnya, demikian juga disuruh belajar tidak mau karena asyik dengan
HP atau Ipad. Memang generasi muda atau anak-anak kita masa kini tak
mungkin terlepas sama sekali dari sarana-prasarana komunikasi
tersebut, namun hendaknya anak-anak atau generasi muda dididik dan
dibina sebagai pengguna alat tersebut untuk lebih mendukung
perkembangan dan pertumbuhan pribadinya, sehingga tumbuh berkembang
sebagai pribadi cerdas beriman.

"Bawalah kemari orang-orang yang Kukasihi, yang mengikat perjanjian
dengan Aku berdasarkan korban sembelihan!" Langit memberitakan
keadilan-Nya, sebab Allah sendirilah Hakim. "Dengarlah, hai umat-Ku,
Aku hendak berfirman, hai Israel, Aku hendak bersaksi terhadap kamu:
Akulah Allah, Allahmu! Bukan karena korban sembelihanmu Aku menghukum
engkau; bukankah korban bakaranmu tetap ada di hadapan-Ku" (Mzm
50:5-8)

Ign 28 Mei 2013

27Mei

"Segala sesuatu adalah mungkin bagi Allah."

(Sir 17:24-29; Mrk 10:17-27)

" Pada waktu Yesus berangkat untuk meneruskan perjalanan-Nya,
datanglah seorang berlari-lari mendapatkan Dia dan sambil bertelut di
hadapan-Nya ia bertanya: "Guru yang baik, apa yang harus kuperbuat
untuk memperoleh hidup yang kekal?" Jawab Yesus: "Mengapa kaukatakan
Aku baik? Tak seorang pun yang baik selain dari pada Allah saja.
Engkau tentu mengetahui segala perintah Allah: Jangan membunuh, jangan
berzinah, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta, jangan
mengurangi hak orang, hormatilah ayahmu dan ibumu!" Lalu kata orang
itu kepada-Nya: "Guru, semuanya itu telah kuturuti sejak masa mudaku."
Tetapi Yesus memandang dia dan menaruh kasih kepadanya, lalu berkata
kepadanya: "Hanya satu lagi kekuranganmu: pergilah, juallah apa yang
kaumiliki dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau
akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah
Aku." Mendengar perkataan itu ia menjadi kecewa, lalu pergi dengan
sedih, sebab banyak hartanya. Lalu Yesus memandang murid-murid-Nya di
sekeliling-Nya dan berkata kepada mereka: "Alangkah sukarnya orang
yang beruang masuk ke dalam Kerajaan Allah." Murid-murid-Nya
tercengang mendengar perkataan-Nya itu. Tetapi Yesus menyambung lagi:
"Anak-anak-Ku, alangkah sukarnya masuk ke dalam Kerajaan Allah. Lebih
mudah seekor unta melewati lobang jarum dari pada seorang kaya masuk
ke dalam Kerajaan Allah." Mereka makin gempar dan berkata seorang
kepada yang lain: "Jika demikian, siapakah yang dapat diselamatkan?"
Yesus memandang mereka dan berkata: "Bagi manusia hal itu tidak
mungkin, tetapi bukan demikian bagi Allah. Sebab segala sesuatu adalah
mungkin bagi Allah." (Mrk 10:17-27), demikian kutipan Warta Gembira
hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan
sederhana sebagai berikut:

·   Untuk 'masuk ke dalam Kerajaan Allah' alias senantiasa hidup dan
bertindak sesuai dengan kehendak Allah atau dikuasai dan dirajai oleh
Allah, orang harus meninggalkan segala sesuatu yang dimiliki atau
dikuasai pada saat ini. Kiranya tak mungkin bagi kita semua hal itu
kita hayati secara harafiah, kecuali oleh para rahib atau petapa. Bagi
kita semua umat beriman berarti hal itu dapat kita wujudkan dengan
menempatkan atau memfungsikan segala sesuatu yang kita miliki dan
kuasai pada saat ini sebagai sarana atau jalan untuk memuji,
memuliakan, menghormati dan mengabdi Allah, dengan kata lain semakin
kaya akan harta benda atau uang, pangkat, kedudukan atau jabatan atau
fungsi berarti semakin membaktikan diri sepenuhnya kepada Allah,
semakin beriman atau semakin suci. "Pergilah, juallah apa yang
kaumiliki dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau
akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah
Aku." , demikian sabda atau pesan Yesus kepada orang yang menanyakan
kepadaNya perihal cara memperoleh hidup kekal. Sabda ini kiranya
mengajak dan memanggil kita semua untuk senantiasa memperhatikan
orang-orang miskin dan berkekurangan secara memadai, menghayati salah
satu motto hidup beriman, yaitu 'preferential option for/with the
poor'. Dalam hidup dan tugas pekerjaan ada kemungkinan kita harus
mengadapi tugas atau pekerjaan berat, sarat dengan tantangan, masalah
dan hambatan; hadapi dan selesaikan semuanya itu bersama dengan Allah
atau dalam Allah pasti akan sukses atau berhasil. Maka jangan takut
mengemban tugas dan pekerjaan seberat dan sebesar apapun.

·   "Untuk orang yang menyesalpun Tuhan membuka jalan kembali, dan
orang yang kehilangan ketabahan hati dilipur oleh-Nya. Berpalinglah
kepada Tuhan dan lepaskanlah dosa, berdoalah di hadapan-Nya dan
berhentilah menghina.Kembalilah kepada Yang Mahatinggi dan
berpalinglah dari yang durjana, dan hendaklah sangat benci kepada
kekejian" (Sir 17:24-26). Kita semua diingatkan untuk senantiasa
berpaling kepada Tuhan, melepaskan segala dosa, kebenciaan dan
kedurjanaan. Marilah kita arahkan hati, jiwa, akal budi/pikiran kita
kepada Tuhan, sehingga kita senantiasa mau tak mau pasti akan hidup
dan bertindak sesuai dengan kehendak Tuhan. Mungkin pertama-tama yang
kelihatan dan dapat kita lakukan adalah dalam hal pikiran. Begitu
terbangun dari tidur di pagi hari hendaknya pikiran diarahkan kepada
Tuhan, karena apa yang akan kita katakana dan lakukan pada umumnya apa
yang kita pikirkan, maka pikirkan senantiasa apa yang baik, bemoral
dan berbudi pekerti luhur, jangan pernah berpikiran jahat atau jelek
sedikitpun atau sekecil apapun. Melihat dan menghadapi segala sesuatu
hendaknya kita juga senantiasa berpikiran baik alias senantiasa
berusaha menemukan karya Roh Kudus dalam segala sesuatu. Percayalah
bahwa semua orang juga berkehendak baik, apalagi ciptaan-ciptaan
lainnya seperti binatang dan tanaman, yang dalam mengkonsumsi makanan
atau minuman sesuai dengan kebutuhan, tidak serakah, sesuai dengan doa
bapa kami "berilah kami rezeki hari ini secukupnya"

"Dosaku kuberitahukan kepada-Mu dan kesalahanku tidaklah
kusembunyikan; aku berkata: "Aku akan mengaku kepada TUHAN
pelanggaran-pelanggaranku," dan Engkau mengampuni kesalahan karena
dosaku. Sebab itu hendaklah setiap orang saleh berdoa kepada-Mu,
selagi Engkau dapat ditemui; sesungguhnya pada waktu banjir besar
terjadi, itu tidak melandanya.Engkaulah persembunyian bagiku, terhadap
kesesakan Engkau menjaga aku, Engkau mengelilingi aku, sehingga aku
luput dan bersorak" (Mzm 32:5-7)

Ign 27 Mei 2013

HR TRITUNGGAL MAHAKUDUS


HR TRITUNGGAL MAHAKUDUS: Ams 8:22-31; Rm 5:1-5; Yoh 16:12-15

" Segala sesuatu yang Bapa punya, adalah Aku punya; sebab itu Aku
berkata: Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterima-Nya dari
pada-Ku."

Setiap orang Katolik atau Kristen berdoa pada umumnya diawali dengan
berkata "Dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus", dan bagi orang
Katolik serentak menepuk dahi/otak, dada/hati dan
bahu/kekuatan/tenaga. Doa juga mengawali dan mengakhiri suatu
kegiatan, acara atau pekerjaan, dengan kata lain ada dambaan atau
harapan agar apa yang akan dilakukan maupun dikatakan senantiasa atas
nama Allah alias sesuai dengan kehendak dan perintah Allah. Orang lain
yang tidak mengimani Tritunggal biasanya menuduh orang Katolik maupun
Kristen memiliki 'tiga Allah' alias tidak monotheis. Saya pribadi
ketika masih belajar di sekolah rakyat (sekolah dasar untuk saat ini)
dalam perjalanan menuju ke sekolah sering beriringan dengan anak-anak
yang belajar di sekolah rakyat Muhamadiyah dan saya di sekolah
katolik, hampir tiap hari diejek oleh mereka, antara lain kata-kata
yang muncul dari mulut mereka, dalam bahasa Jawa, adalah 'katolik yen
mati dadi babi"(=katolik kalau mati berubah menjadi babi), 'Konjuk ing
asma dalem hyang romo, hyang putro, hyang suci, yang-yangan, yangmu
dewe' (=Dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus, pacaran, pacarmu
sendiri). Ejekan atau pelecehan itu saat ini saya terima kasihi dan
syukuri, karena semuanya itulah yang menggembleng atau membina saya
sehingga saya setia sebagai murid Yesus Kristus, bahkan akhirnya
terpanggil menjadi imam/pastor. Tritunggal Mahakudus merupakan suatu
misteri, hanya dapat diimani dan tak dapat dimengerti secara tuntas
oleh akal budi kita yang serba terbatas, maka meskipun kita tak
mungkin mengerti dengan tuntas marilah kita tetap beriman kepadaNya.

"Masih banyak hal yang harus Kukatakan kepadamu, tetapi sekarang kamu
belum dapat menanggungnya.Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh
Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran; sebab Ia
tidak akan berkata-kata dari diri-Nya sendiri, tetapi segala sesuatu
yang didengar-Nya itulah yang akan dikatakan-Nya dan Ia akan
memberitakan kepadamu hal-hal yang akan datang.Ia akan memuliakan Aku,
sebab Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterima-Nya dari
pada-Ku.Segala sesuatu yang Bapa punya, adalah Aku punya; sebab itu
Aku berkata: Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterima-Nya dari
pada-Ku." (Yoh 16:12-15)

"Roh Kebenaran akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran", inilah
kiranya yang baik kita renungkan atau refleksikan. Para pakar
pengetahuan terus-menerus belajar serta meneliti aneka misteri
kehidupan di alam raya ini dengan dan melalui aneka sarana-prasarana
yang canggih. Ada penemuan kebenaran baru yang ditemukan, meskipun
demikian masih tetap banyak misteri kehidupan yang belum
tersingkapkan. Semakin belajar dan semakin meneliti lebih mendalam
berarti semakin menyadari dan menghayati bahwa semakin banyak misteri
yang belum atau tak tersingkapkan. Secara konkret hal ini kiranya
dapat kita lihat bahwa seorang pakar ilmu (professor) fisika tak akan
berani mengajar psikologi, dan sebaliknya pakar ilmu psikologi tak
akan berani mengajar fisika dst.. Semakin cerdas dan belajar berarti
semakin menghayati keterbatasan dirinya, itulah kebenaran.

"Bulir padi semakin berisi maka batang padi akan menunduk, sedangkan
ketika bulir padi tak berisi maka batang padi menengadah ke atas".
Orang semakin suci pada umumnya juga semakin menyadari dan menghayati
kelemahan dan kerapuhan atau semakin banyak dosa-dosanya. Dengan kata
lain semakin orang berusaha menjadi semakin suci alias mengusahakan
kebenaran sejati sebagaimana dianugerahkan oleh Allah, semakin merasa
tak mampu memahami kebenaran sejati tersebut. Maka baiklah kami
mengajak dan mengingatkan kita semua, umat beriman atau beragama,
untuk saling membuka diri satu sama lain maupun membuka diri
sepenuhnya atas bisikan Roh Kudus yang membantu kita untuk
mengusahakan kebenaran sejati.

Kita semua juga diharapkan berusaha menjadi peka terhadap tanda-tanda
zaman, sehingga sedikit banyak kita mampu mengantisipasi apa yang akan
terjadi di masa depan. Untuk itu hendaknya kita setiap hari rajin
mengadakan refleksi, mawas diri atau pemeriksaan batin, guna mengenali
gerakan-gerakan Roh Kudus yang lembut dalam hati, pikiran dan perasaan
kita. Roh Kudus dianugerahkan kepada siapapun yang berkehendak baik,
dan bisikan Roh Kudus antara lain memang dapat menggejala dalam
kehendak baik. Maka marilah kita sinerjikan kehendak baik kita
sehingga terjadilah kesatuan dan kebersamaan antar kita. Beriman
kepada Tritunggal Mahakudus berarti hidup dalam dan oleh cintakasih,
karena cintakasih lah yang mengikat kesatuan Tritunggal Mahakudus.
Jika kita hidup dan bertindak saling mengasihi maka kita akan
mengimani Allah Tritunggal Mahakudus.

"Sebab itu, kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai
sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus. Oleh Dia
kita juga beroleh jalan masuk oleh iman kepada kasih karunia ini. Di
dalam kasih karunia ini kita berdiri dan kita bermegah dalam
pengharapan akan menerima kemuliaan Allah.Dan bukan hanya itu saja.
Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu,
bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan,dan ketekunan menimbulkan
tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan.Dan pengharapan tidak
mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita
oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita" (Rm 5:1-5)

Beriman memang berarti berani 'bermegah juga dalam kesengsaraan',
"karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan,  dan
ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan
pengharapan". Kesengsaraan atau penderitaan yang lahir dari kesetiaan
hidup beriman memang merupakan jalan menuju ke pengharapan sejati, dan
untuk itu orang harus tetap tekun dan tahan uji dalam kesengsaraan
atau penderitaan. "Tekun adalah sikap dan perilaku yang menunjukkan
kesungguhan yang penuh daya tahan dan terus-menerus serta tetap
semangat dalam melakukan sesuatu. Ini diwujudkan dalam perilaku yang
mempunyai semangat tinggi dan berkesinambungan serta tidak kendor atau
putus asa bila terdapat hambatan-hambatan, dan tanpa harus ada
dorongan-dorongan dari luar.Perilaku ini diwujudkan dalam hubungannya
dengan diri sendiri " (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman
Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka-Jakarta 1997 , hal 27-28)

Orang-orang sukses di dunia ini adalah orang yang sungguh menghayati
pesan Paulus kepada  umat di Korintus di atas. Kami berharap anak-anak
sedini mungkin dididik dan dibiasakan dalam hal ketekunan dan tahan
uji di dalam keluarga, dan tentu saja teladan orangtua atau bapak-ibu
sungguh perlu dan dibutuhkan. Maka hendaknya entah bapak atau ibu
apapun pekerjaan atau tugasnya sungguh dihayati dengan tekun dan tahan
uji, tentu saja kami juga berharap tekun dan tahan uji dalam menjadi
saksi iman. Kepada para guru atau pendidik di sekolah-sekolah kami
harapkan memperhatikan keutamaan tekun dan tahan uji dalam diri
peserta didik atau murid-murid. Untuk itu marilah kita hayati motto
yang dicanangkan oleh UNESCO dalam memasuki Millennium Ketiga ini,
yaitu : learning to be, learning to learn, learning to do, learning to
live together.

"Jika aku melihat langit-Mu, buatan jari-Mu, bulan dan bintang-bintang
yang Kautempatkan: apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya?
Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya? Namun Engkau
telah membuatnya hampir sama seperti Allah, dan telah memahkotainya
dengan kemuliaan dan hormat.Engkau membuat dia berkuasa atas buatan
tangan-Mu; segala-galanya telah Kauletakkan di bawah kakinya:kambing
domba dan lembu sapi sekalian, juga binatang-binatang di
padang;burung-burung di udara dan ikan-ikan di laut, dan apa yang
melintasi arus lautan" (Mzm 8:4-9)

Ign 26 Mei 2013