Fans Page Facebook http://imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Jumat, 07 Juni 2013

6Juni

" Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri"

(Tb 6:10-11; 7:1.9-17; 8:4-9a; Mrk 12:28-34)

"Lalu seorang ahli Taurat, yang mendengar Yesus dan orang-orang Saduki
bersoal jawab dan tahu, bahwa Yesus memberi jawab yang tepat kepada
orang-orang itu, datang kepada-Nya dan bertanya: "Hukum manakah yang
paling utama?" Jawab Yesus: "Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai
orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa. Kasihilah Tuhan,
Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan
segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu. Dan hukum yang
kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak
ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini." Lalu kata
ahli Taurat itu kepada Yesus: "Tepat sekali, Guru, benar kata-Mu itu,
bahwa Dia esa, dan bahwa tidak ada yang lain kecuali Dia. Memang
mengasihi Dia dengan segenap hati dan dengan segenap pengertian dan
dengan segenap kekuatan, dan juga mengasihi sesama manusia seperti
diri sendiri adalah jauh lebih utama dari pada semua korban bakaran
dan korban sembelihan." Yesus melihat, bagaimana bijaksananya jawab
orang itu, dan Ia berkata kepadanya: "Engkau tidak jauh dari Kerajaan
Allah!" Dan seorang pun tidak berani lagi menanyakan sesuatu kepada
Yesus" (Mrk 12:28-34), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan
sederhana sebagai berikut:

·   Dalam hidup bersama ini cukup banyak aturan atau tata tertib
diberlakukan, namun jika dicermati pelaksanaan atau penghayatan aturan
atau tata tertib sungguh memprihatinkan. Hemat saya secara murni dan
jujur semua aturan atau tata tertib dibuat dan diberlakukan atas dasar
cintakasih dan demi cintakasih, maka jika semua orang hidup dan
bertindak dijiwai oleh cintakasih hemat saya pelaksanaan aturan atau
tata tertib akan berjalan baik, sebagaimana diharapkan atau
didambakan. Maka dengan ini kami mengajak anda sekalian untuk
senantiasa hidup dan bertindak dijiwai oleh cintakasih. Dalam hal
saling mencintai kita diingatkan agar mencintai dengan segenap hati,
segenap jiwa, segenap akal budi dan segenap kekuatan/tenaga. Yang
dimaksudkan dengan segenap adalah seutuhnya atau total. Memang sekali
lagi kami angkat  bahwa cintakasih macam itu kiranya telah dihayati
oleh para suami-isteri yang sungguh saling mengasihi, dimana wujud
saling mencintai antara lain memuncak dalam hubungan seksual yang
sungguh membahagiakan dan menggairahkan, tak mungkin dijelaskan dengan
tuntas kenikmatan dan kebahagiaannya, melainkan dapat dihayati.
Cintakasih memang pertama-tama untuk dihayati bukan diomongkan atau
dibicarakan. Maka sebagaimana Ibu Teresa dari  Calcuta menasihakan
bahwa yang penting bukan besarnya pekerjaan, melainkan sekecil apapun
pekerjaan hendaknya dilakukan dalam dan oleh cintakasih. Apa tugas,
pekerjaan dan kewajiban kita hendaknya dihayati dalam dan oleh
cintakasih, karena dengan demikian kita pasti akan dapat mengerjakan
dan menyelesaikannya dengan baik dan memuaskan semua pihak yang
terkait. Hadapi dan sikapi semuanya dalam dan oleh cintakasih, dengan
demikian semuanya akan menjadi sahabat kita.

·   "Makan dan minumlah dan bersenang-senanglah malam ini. Memang,
saudara, tiada seorangpun lebih berhak mengambil Sara, anakku, sebagai
isterinya dari padamu. Karena itupun aku tidak berwenang lagi
memberikannya kepada seseorang kecuali kepadamu. Sebab engkaulah yang
paling karib. Tetapi, anakku, aku mesti memberitahukan kebenaran!
Sudah kuberikan Sara kepada tujuh laki-laki dari antara saudara kita,
tetapi pada malam ia mereka hampiri matilah mereka semua. Maka,
anakku, baiklah sekarang makan dan minum saja. Tuhan akan mengambil
tindakan bagimu." (Tb 7:10-11), demikian kata Rachel kepada seorang
pemuda bernama Tobia. Kutipan ini kiranya dapat menjadi bahan refleksi
bagi kita semua perihal relasi antara pemuda dan pemudi. Pada masa
kini cukup banyak penyelewengan perilaku seksual akibat pergaulan
bebas di lingkungan muda-mudi atau generasi muda. Mereka melakukan
hubungan seksual bukan karena cintakasih sejati, melainkan hanya
menuruti nafsu jasmani atau badaniah belaka. Hubungan seksual
merupakan perwujudan cintakasih, tanpa cintakasih berarti komersial
dan dengan demikian pasti 'mematikan', sebagai contoh pelajar hamil
karena pergaulan bebas maka yang bersangkutan harus mundur dari
belajar dan dengan demikian terhenti belajarnya, demikian juga sang
pemuda yang menghamili pacarnya terpaksa harus menikahinya dalam usia
muda. Dengan ini kami mengajak dan mengingatkan rekan-rekan muda-mudi
atau generasi muda agar dapat mengendalikan diri dalam hal nafsu
seksual, sebelum resmi menjadi suami-isteri. Tentu saja kami juga
berharap kepada para orangtua untuk sungguh memperhatikan pergaulan
anak-anaknya yang mulai menginjak remaja. Anak-anak hendaknya diajak
berani mengatakan 'tidak' terhadap ajakan-ajakan yang tak bermoral.

"Berbahagialah setiap orang yang takut akan TUHAN, yang hidup menurut
jalan yang ditunjukkan-Nya! Apabila engkau memakan hasil jerih payah
tanganmu, berbahagialah engkau dan baiklah keadaanmu! Isterimu akan
menjadi seperti pohon anggur yang subur di dalam rumahmu; anak-anakmu
seperti tunas pohon zaitun sekeliling mejamu! Sesungguhnya demikianlah
akan diberkati orang laki-laki yang takut akan TUHAN." (Mzm 128:1-4)

Ign 6 Juni 2013

0 komentar: