HR TUBUH DAN DARAH KRISTUS: Kej 14:18-20; 1Kor 11:23-26; Luk 9:11b-17
"Setelah Ia mengambil lima roti dan dua ikan itu, Ia menengadah ke
langit, mengucap berkat, lalu memecah-mecahkan roti itu dan
memberikannya kepada murid-murid-Nya supaya dibagi-bagikannya kepada
orang banyak"
"Empat sehat, lima sempurna", itulah motto hidup sehat sebagaimana
dicanangkan oleh Departemen Kesehatan. Yang dimaksudkan tidak lain
adalah agar kita hidup sehat, segar-bugar hendaknya mengkonsumsi
makanan dan minuman bergizi dan bervariasi, dan tentu saja makanan dan
minuman yang bukan instan, tetapi alamiah. Memang untuk itu orang
harus bekerja guna mengusahakan makanan dan minuman yang dibutuhkan
keluarganya atau dirinya sendiri. Sebagai orang yang beriman kepada
Yesus Kristus kiranya kita sering berdoa 'Bapa Kami', sebagaimana
diajarkanNya, dan ada kata-kata dalam doa tersebut yang kita doakan
tiap hari yaitu "Berilah kami rezeki hari ini secukupnya". Kata
'secukupnya' dapat berarti sederhana atau tidak serakah maupun memadai
demi kesehatan dan kebugaran tubuh. Maka dengan ini kami mengajak anda
sekalian untuk mawas diri pada Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus ini:
sejauh mana kita berusaha membina diri kita agar sehat wal'afiat,
segar bugar secara fisik maupun spiritual, jasmani maupun rohani.
"Ia berkata kepada mereka: "Kamu harus memberi mereka makan!" Mereka
menjawab: "Yang ada pada kami tidak lebih dari pada lima roti dan dua
ikan, kecuali kalau kami pergi membeli makanan untuk semua orang
banyak ini." Sebab di situ ada kira-kira lima ribu orang laki-laki.
Lalu Ia berkata kepada murid-murid-Nya: "Suruhlah mereka duduk
berkelompok-kelompok, kira-kira lima puluh orang sekelompok."
Murid-murid melakukannya dan menyuruh semua orang banyak itu duduk.Dan
setelah Ia mengambil lima roti dan dua ikan itu, Ia menengadah ke
langit, mengucap berkat, lalu memecah-mecahkan roti itu dan
memberikannya kepada murid-murid-Nya supaya dibagi-bagikannya kepada
orang banyak." (Luk 9:13-16)
"Lima roti dan dua ikan" diberkati oleh Yesus dan kemudian dibagikan
kepada orang banyak tidak berkekurangan dan mereka semua dapat makan
sampai kenyang. Inilah mujizat yang dikerjakan oleh Yesus. Bagi kita
yang beriman kepada Yesus Kristus hal ini mengingatkan kita semua akan
makna setiap kali kita dalam Perayaan Ekaristi menerima komuni kudus,
Tubuh Kristus. Dengan menerima TubuhNya kita dipanggil untuk meneladan
cara hidup dan cara bertindakNya, antara lain 'suka berbagi rezeki
kepada orang lain', terutama bagi mereka yang berkekurangan dalam hal
kebutuhan pokok untuk hidup layak: papan, sandang dan pangan. Dengan
kata lain kita diharapkan menjadi pribadi yang social, 'to be
man/woman for/with others'.
Allah menciptakan manusia, binatang dan tumbuh-tumbuhan serta memberi
tugas kepada manusia sebagai ciptaan terluhur untuk mengelola dan
mengurus binatang dan tumbuh-tumbuhan guna memenuhi kebutuhan hidupnya
dalam memuji, memuliakan, menghormati dan mengabdi Tuhan Allah. Apa
yang diciptakan oleh Allah selain manusia sebenarnya cukup memadai
bagi semua manusia, jika semua manusia mengkonsumsi secukupnya, tidak
berfoya-foya maupun tidak boros. Maka kepada siapa pun yang masih
hidup berfoya-foya serta boros kami harapkan segera bertobat serta
kemudian hidup sederhana. Sebagai orang Indonesia marilah kita hayati
sila kelima dari Pancasila: Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia. Berbagi kepada orang lain atau membantu orang lain hemat
saya bukan hanya kewajiban moral, melainkan merupakan keharusan,
karena tanpa orang lain kita tak mungkin dapat hidup sebagaimana
adanya saat ini.
Dalam hidup beriman, khususnya yang beriman pada Yesus Kristus, dalam
hidup menggereja ada motto 'solidaritas' dan 'keberpihakan pada yang
miskin dan berkekurangan', maka marilah kita hayati dua motto ini.
Makna dua motto ini kiranya senada yaitu ajakan bagi kita semua untuk
senantiasa memperhatikan mereka yang ada 'di bawah', yang kurang dari
pada kita. Maka pertama-tama kami mengajak anda sekalian untuk
'melihat ke bawah', karena dengan demikian anda akan bersyukur dan
berterima kasih lebih beruntung dari pada mereka yang berada ' di
bawah' kita. Kemudian kita wujudkan syukur dan terima kasih kita
dengan memperhatikan mereka yang berada ' di bawah' kita. Kepada
kepala daerah kami ajak untuk 'turba', turun ke bawah, memperhatikan
rakyatnya yang miskin dan berkekurangan. Sekali lagi kami angkat bahwa
keberhasilan kepemimpinan anda ada pada kesejahteraan rakyat, ketika
tidak ada lagi rakyat yang miskin dan berkekurangan berarti anda
sukses sebagai kepala daerah. Semoga para kepala daerah tidak
memperkaya diri sendiri serta melupakan kesejahteraan rakyatnya.
"Sebab apa yang telah kuteruskan kepadamu, telah aku terima dari
Tuhan, yaitu bahwa Tuhan Yesus, pada malam waktu Ia diserahkan,
mengambil roti dan sesudah itu Ia mengucap syukur atasnya; Ia
memecah-mecahkannya dan berkata: "Inilah tubuh-Ku, yang diserahkan
bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku!" Demikian juga
Ia mengambil cawan, sesudah makan, lalu berkata: "Cawan ini adalah
perjanjian baru yang dimeteraikan oleh darah-Ku; perbuatlah ini,
setiap kali kamu meminumnya, menjadi peringatan akan Aku! Sebab setiap
kali kamu makan roti ini dan minum cawan ini, kamu memberitakan
kematian Tuhan sampai Ia datang." (1Kor 11:23-26)
"Perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku", inilah yang kiranya baik
kita renungkan atau refleksikan. Kita semua dipanggil untuk
'menyerahkan tubuh kita kepada orang lain', tentu saja hal ini tidak
berarti secara apa yang tertulis, melainkan kita hendaknya 'suka
memberi kepada orang lain'. Hari Jum'at tanggal 21 Mei 2013 yang lalu
saya menghadiri ibadat Pesta Waisak di Klenteng – Muntilan, dan dalam
ibadat tersebut disampaikan kotbah oleh Biksu dari Mendut, yang isi
utamanya adalah 'memberi'. Maka dengan rendah hati saya angkat kembali
isi kotbah tersebut, yang sebagian kecil sudah saya angkat di depan.
Memberi atau menyumbang orang lain bukan hanya kewajiban moral belaka,
melainkan merupakan 'keharusan'. Mengapa kita harus memberi kepada
orang lain, karena dalam kenyataan kita tak mungkin dapat hidup tanpa
orang lain, itulah kenyataan sosiologis. Selalu memberi ada bahaya
orang merasa frustrasi karena mungkin kurang dihargai dirinya, maka
hendaknya kemudian diusahakan pengendalian diri, dimana kita tidak
perlu mencari ketenaran atau kemashyuran karena pemberian kita. Dan
langkah berikutnya adalah membersihkan pikiran kita dari aneka
kejahatan dan keserakahan, dengan kata lain hendaknya kita senantiasa
memikirkan apa yang baik, bermoral dan berbudi pekerti luhur.
Kita semua dipanggil untuk mengenangkan kemurahan hati Allah, yang
telah menciptakan dan menganugerahi kita aneka kebutuhan yang kita
perlukan untuk hidup baik, sehat, segar-bugar baik lahir maupun batin,
fisik maupun spiritual. Mengenangkan berarti melakukannya kembali,
maka marilah kita saling bermurah hati kepada orang lain, artinya kita
saling memperhatikan satu sama lain, sehingga tak ada seorang pun di
antara kita yang berkekurangan atau menderita. Selama masih ada
penderitaan atau orang yang berkurangan berarti masih ada orang yang
serakah, egois dan hanya mencari keuntungan pribadi.
"Diberkatilah kiranya Abram oleh Allah Yang Mahatinggi, Pencipta
langit dan bumi, dan terpujilah Allah Yang Mahatinggi, yang telah
menyerahkan musuhmu ke tanganmu." Lalu Abram memberikan kepadanya
sepersepuluh dari semuanya." (Kej 14:19-20). "Abram memberikan
kepadanya sepersepuluh dari semuanya", kiranya menjadi inspirasi bagi
rekan-rekan Kristen Protestan untuk memberikan sepersepuluh
pendapatannya kepada Gereja. Hal ini baik sekali, tetapi akan lebih
baik jika kita memberikan diri kita seutuhnya alias tubuh kita dan
segala sesuatu yang kita miliki dan kuasai saat ini bagi Gereja, bagi
seluruh Umat Allah.
"Demikianlah firman TUHAN kepada tuanku: "Duduklah di sebelah
kanan-Ku, sampai Kubuat musuh-musuhmu menjadi tumpuan kakimu." Tongkat
kekuatanmu akan diulurkan TUHAN dari Sion: memerintahlah di antara
musuhmu! Pada hari tentaramu bangsamu merelakan diri untuk maju dengan
berhiaskan kekudusan; dari kandungan fajar tampil bagimu keremajaanmu
seperti embun." (Mzm 110:1-3)
Ign 2 Juni 2013
"Setelah Ia mengambil lima roti dan dua ikan itu, Ia menengadah ke
langit, mengucap berkat, lalu memecah-mecahkan roti itu dan
memberikannya kepada murid-murid-Nya supaya dibagi-bagikannya kepada
orang banyak"
"Empat sehat, lima sempurna", itulah motto hidup sehat sebagaimana
dicanangkan oleh Departemen Kesehatan. Yang dimaksudkan tidak lain
adalah agar kita hidup sehat, segar-bugar hendaknya mengkonsumsi
makanan dan minuman bergizi dan bervariasi, dan tentu saja makanan dan
minuman yang bukan instan, tetapi alamiah. Memang untuk itu orang
harus bekerja guna mengusahakan makanan dan minuman yang dibutuhkan
keluarganya atau dirinya sendiri. Sebagai orang yang beriman kepada
Yesus Kristus kiranya kita sering berdoa 'Bapa Kami', sebagaimana
diajarkanNya, dan ada kata-kata dalam doa tersebut yang kita doakan
tiap hari yaitu "Berilah kami rezeki hari ini secukupnya". Kata
'secukupnya' dapat berarti sederhana atau tidak serakah maupun memadai
demi kesehatan dan kebugaran tubuh. Maka dengan ini kami mengajak anda
sekalian untuk mawas diri pada Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus ini:
sejauh mana kita berusaha membina diri kita agar sehat wal'afiat,
segar bugar secara fisik maupun spiritual, jasmani maupun rohani.
"Ia berkata kepada mereka: "Kamu harus memberi mereka makan!" Mereka
menjawab: "Yang ada pada kami tidak lebih dari pada lima roti dan dua
ikan, kecuali kalau kami pergi membeli makanan untuk semua orang
banyak ini." Sebab di situ ada kira-kira lima ribu orang laki-laki.
Lalu Ia berkata kepada murid-murid-Nya: "Suruhlah mereka duduk
berkelompok-kelompok, kira-kira lima puluh orang sekelompok."
Murid-murid melakukannya dan menyuruh semua orang banyak itu duduk.Dan
setelah Ia mengambil lima roti dan dua ikan itu, Ia menengadah ke
langit, mengucap berkat, lalu memecah-mecahkan roti itu dan
memberikannya kepada murid-murid-Nya supaya dibagi-bagikannya kepada
orang banyak." (Luk 9:13-16)
"Lima roti dan dua ikan" diberkati oleh Yesus dan kemudian dibagikan
kepada orang banyak tidak berkekurangan dan mereka semua dapat makan
sampai kenyang. Inilah mujizat yang dikerjakan oleh Yesus. Bagi kita
yang beriman kepada Yesus Kristus hal ini mengingatkan kita semua akan
makna setiap kali kita dalam Perayaan Ekaristi menerima komuni kudus,
Tubuh Kristus. Dengan menerima TubuhNya kita dipanggil untuk meneladan
cara hidup dan cara bertindakNya, antara lain 'suka berbagi rezeki
kepada orang lain', terutama bagi mereka yang berkekurangan dalam hal
kebutuhan pokok untuk hidup layak: papan, sandang dan pangan. Dengan
kata lain kita diharapkan menjadi pribadi yang social, 'to be
man/woman for/with others'.
Allah menciptakan manusia, binatang dan tumbuh-tumbuhan serta memberi
tugas kepada manusia sebagai ciptaan terluhur untuk mengelola dan
mengurus binatang dan tumbuh-tumbuhan guna memenuhi kebutuhan hidupnya
dalam memuji, memuliakan, menghormati dan mengabdi Tuhan Allah. Apa
yang diciptakan oleh Allah selain manusia sebenarnya cukup memadai
bagi semua manusia, jika semua manusia mengkonsumsi secukupnya, tidak
berfoya-foya maupun tidak boros. Maka kepada siapa pun yang masih
hidup berfoya-foya serta boros kami harapkan segera bertobat serta
kemudian hidup sederhana. Sebagai orang Indonesia marilah kita hayati
sila kelima dari Pancasila: Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia. Berbagi kepada orang lain atau membantu orang lain hemat
saya bukan hanya kewajiban moral, melainkan merupakan keharusan,
karena tanpa orang lain kita tak mungkin dapat hidup sebagaimana
adanya saat ini.
Dalam hidup beriman, khususnya yang beriman pada Yesus Kristus, dalam
hidup menggereja ada motto 'solidaritas' dan 'keberpihakan pada yang
miskin dan berkekurangan', maka marilah kita hayati dua motto ini.
Makna dua motto ini kiranya senada yaitu ajakan bagi kita semua untuk
senantiasa memperhatikan mereka yang ada 'di bawah', yang kurang dari
pada kita. Maka pertama-tama kami mengajak anda sekalian untuk
'melihat ke bawah', karena dengan demikian anda akan bersyukur dan
berterima kasih lebih beruntung dari pada mereka yang berada ' di
bawah' kita. Kemudian kita wujudkan syukur dan terima kasih kita
dengan memperhatikan mereka yang berada ' di bawah' kita. Kepada
kepala daerah kami ajak untuk 'turba', turun ke bawah, memperhatikan
rakyatnya yang miskin dan berkekurangan. Sekali lagi kami angkat bahwa
keberhasilan kepemimpinan anda ada pada kesejahteraan rakyat, ketika
tidak ada lagi rakyat yang miskin dan berkekurangan berarti anda
sukses sebagai kepala daerah. Semoga para kepala daerah tidak
memperkaya diri sendiri serta melupakan kesejahteraan rakyatnya.
"Sebab apa yang telah kuteruskan kepadamu, telah aku terima dari
Tuhan, yaitu bahwa Tuhan Yesus, pada malam waktu Ia diserahkan,
mengambil roti dan sesudah itu Ia mengucap syukur atasnya; Ia
memecah-mecahkannya dan berkata: "Inilah tubuh-Ku, yang diserahkan
bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku!" Demikian juga
Ia mengambil cawan, sesudah makan, lalu berkata: "Cawan ini adalah
perjanjian baru yang dimeteraikan oleh darah-Ku; perbuatlah ini,
setiap kali kamu meminumnya, menjadi peringatan akan Aku! Sebab setiap
kali kamu makan roti ini dan minum cawan ini, kamu memberitakan
kematian Tuhan sampai Ia datang." (1Kor 11:23-26)
"Perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku", inilah yang kiranya baik
kita renungkan atau refleksikan. Kita semua dipanggil untuk
'menyerahkan tubuh kita kepada orang lain', tentu saja hal ini tidak
berarti secara apa yang tertulis, melainkan kita hendaknya 'suka
memberi kepada orang lain'. Hari Jum'at tanggal 21 Mei 2013 yang lalu
saya menghadiri ibadat Pesta Waisak di Klenteng – Muntilan, dan dalam
ibadat tersebut disampaikan kotbah oleh Biksu dari Mendut, yang isi
utamanya adalah 'memberi'. Maka dengan rendah hati saya angkat kembali
isi kotbah tersebut, yang sebagian kecil sudah saya angkat di depan.
Memberi atau menyumbang orang lain bukan hanya kewajiban moral belaka,
melainkan merupakan 'keharusan'. Mengapa kita harus memberi kepada
orang lain, karena dalam kenyataan kita tak mungkin dapat hidup tanpa
orang lain, itulah kenyataan sosiologis. Selalu memberi ada bahaya
orang merasa frustrasi karena mungkin kurang dihargai dirinya, maka
hendaknya kemudian diusahakan pengendalian diri, dimana kita tidak
perlu mencari ketenaran atau kemashyuran karena pemberian kita. Dan
langkah berikutnya adalah membersihkan pikiran kita dari aneka
kejahatan dan keserakahan, dengan kata lain hendaknya kita senantiasa
memikirkan apa yang baik, bermoral dan berbudi pekerti luhur.
Kita semua dipanggil untuk mengenangkan kemurahan hati Allah, yang
telah menciptakan dan menganugerahi kita aneka kebutuhan yang kita
perlukan untuk hidup baik, sehat, segar-bugar baik lahir maupun batin,
fisik maupun spiritual. Mengenangkan berarti melakukannya kembali,
maka marilah kita saling bermurah hati kepada orang lain, artinya kita
saling memperhatikan satu sama lain, sehingga tak ada seorang pun di
antara kita yang berkekurangan atau menderita. Selama masih ada
penderitaan atau orang yang berkurangan berarti masih ada orang yang
serakah, egois dan hanya mencari keuntungan pribadi.
"Diberkatilah kiranya Abram oleh Allah Yang Mahatinggi, Pencipta
langit dan bumi, dan terpujilah Allah Yang Mahatinggi, yang telah
menyerahkan musuhmu ke tanganmu." Lalu Abram memberikan kepadanya
sepersepuluh dari semuanya." (Kej 14:19-20). "Abram memberikan
kepadanya sepersepuluh dari semuanya", kiranya menjadi inspirasi bagi
rekan-rekan Kristen Protestan untuk memberikan sepersepuluh
pendapatannya kepada Gereja. Hal ini baik sekali, tetapi akan lebih
baik jika kita memberikan diri kita seutuhnya alias tubuh kita dan
segala sesuatu yang kita miliki dan kuasai saat ini bagi Gereja, bagi
seluruh Umat Allah.
"Demikianlah firman TUHAN kepada tuanku: "Duduklah di sebelah
kanan-Ku, sampai Kubuat musuh-musuhmu menjadi tumpuan kakimu." Tongkat
kekuatanmu akan diulurkan TUHAN dari Sion: memerintahlah di antara
musuhmu! Pada hari tentaramu bangsamu merelakan diri untuk maju dengan
berhiaskan kekudusan; dari kandungan fajar tampil bagimu keremajaanmu
seperti embun." (Mzm 110:1-3)
Ign 2 Juni 2013
0 komentar:
Posting Komentar