Fans Page Facebook http://imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Jumat, 17 Desember 2010

Minggu Adven IV - Yes 7:10-14; Rm 1:1-7; Mat 1:18-24

"Ia mengambil Maria sebagai isterinya tetapi tidak bersetubuh dengan dia sampai ia melahirkan anaknya"

Mg Adven IV: Yes  7:10-14; Rm 1:1-7; Mat 1:18-24

 

Orangtua, pemimpin atau atasan sering dengan mudah menjanjikan sesuatu kepada anak-anaknya, anggota-anggotanya atau bawahan-bawahannya, tetapi sering janji tersebut tinggal janji artinya tidak ditepati atau dilaksanakan. Sebagai contoh konkret presiden RI menjanjikan untuk memberantas korupsi serta siap berada di garis depan dalam memberantas korupsi, namun hanya koruptor kelas teri yang dijadikan sasaran, sementara itu koruptor kelas kakap dibiarkan berkeliaran. Maklum koruptor kelas kakap pada umumnya melibatkan para pejabat, sehingga dengan dan melalui berbagai cara mereka dilindungi. Memang tidak mudah memberantas koruptor kelas kakap, namun jika koruptor kelas kakap dapat dibasmi kiranya damai sejahtera akan terjadi di bumi ini. Dalam Warta Gembira hari ini dikisahkan pemenuhan janji Allah untuk mengutus Penyelamat Dunia, yaitu memilih Yusuf, anak Daud atau keturunan Daud, untuk "mengambil Maria sebagai isterinya, tetapi tidak bersetubuh dengan dia sampai ia melahirkan anaknya laki-laki dan Yusuf menamakan dia Yesus". Tokoh Yusuf ditampilkan dalam Warta Gembira hari ini, maka marilah kita renungkan atau refleksikan tokoh Yusuf ini.

 

"Yusuf suaminya, seorang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama isterinya di muka umum" (Mat 1:19)

 

"Tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama(orang lain) di muka umum"  inilah yang sebaiknya kita renungkan atau refleksikan. Menghayati dan menyebarkan hal ini kiranya sungguh mendesak dan up to date masa kini mengingat kebohongan dan pencemaran nama baik masih marak di sana-sini di dalam kehidupan bersama. Memiliki ketulusan hati berarti suci, bersih dan tiada noda atau dosa sedikitpun, maka rasanya hal itu sungguh berat bagi kita semua dan mungkin dapat dihitung dengan jari siapa yang sungguh tulus hati. Namun demikian marilah kita saling membantu dan mengingatkan untuk hidup dan bertindak dengan tulus hati dimanapun dan kapanpun. Tulus hati juga berarti jujur, yaitu "sikap dan perilaku yang tidak suka berbohong dan berbuat curang, berkata-kata apa adanya dan berani mengakui kesalahan, serta rela berkorban untuk kebenaran" (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka – Jakarta 1997, hal 17).

 

Salah satu bentuk konkret ketulusan hati adalah tidak mau mencemarkan nama baik orang lain di muka umum kapan saja dan dimana saja. Banyak di antara kita suka ngrasani atau ngrumpi; pada umumnya berisi menjelek-jelekan orang lain atau membicarakan kekekurangan dan kelemahan orang lain, dan dengan demikian kekurangan atau kelemahan orang yang bersangkutan diperbesar. Membicarakan kekurangan atau kelemahan orang lain untuk bersendau-gurau atau pemuas nafsu pribadi hemat saya melanggar hak asasi manusia, melanggar cintakasih. Siapa yang suka ngrumpi atau ngrasani, laki-laki atau perempuan? Kaum laki-laki pada umumnya lebih jarang ngrumpi atau ngrasani, namun ketika ngrasani begitu keras sehingga banyak orang mendengar, sedangkan rekan perempuan pada umum ngrasani dengan pelan, telaten serta sering dengan mudah ngrumpi atau ngrasani, dengan kata lain laki-laki dan perempuan sama saja.

 

Ketulusan hati Yusuf juga dihayati dengan tidak bersetubuh dengan Maria, karena Maria mengandung dari Roh Kudus. Dengan rendah hati kami mengingatkan dan mengajak rekan-rekan laki-laki, entah yang sudah berkeluarga atau belum/tidak berkeluarga: hendaknya tidak dengan mudah bersetubuh dengan perempuan lain yang bukan isterinya atau pasangan hidupnya. Maklum laki-laki menyeleweng atau selingkuh satu atau dua kali belum ketahuan, tetapi kalau berkali-kali akan ketahuan juga, sedangkan rekan-rekan perempuan lebih-lebih yang belum berkeluarga alias masih gadis/perawan ketika berselingkuh sekali saja langsung dapat ketahuan, karena ada kemungkinan yang bersangkutan hamil atau paling tidak secara phisik telah jebol selaput daranya. Marilah kita saling menjaga ketulusan hati kita dalam hal seksual.

 

"Dengan perantaraan-Nya kami menerima kasih karunia dan jabatan rasul untuk menuntun semua bangsa, supaya mereka percaya dan taat kepada nama-Nya. Kamu juga termasuk di antara mereka, kamu yang telah dipanggil menjadi milik Kristus." (Rm 1:5-6)

Sebagai orang yang beriman kepada Yesus Kristus kita adalah milik Yesus Kristus, maka mau tak mau kita harus hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak atau perintahNya atau menghayati sabda-sabdaNya sebagaimana disharingkan oleh para penulis Kitab Suci. Kita juga dipanggil sebagai rasul atau utusan, yaitu 'menuntun semua bangsa'  untuk berbakti sepenuhnya kepada Tuhan. Sang Penyelamat Dunia yang kita nantikan adalah Penyelamat semua bangsa, membawa damai sejahtera bagi semua orang yang berkehendak baik, maka marilah kita mempersiapkan diri dengan mengusahakan diri sedemikian rupa sehingga kita layak menjadi 'milik Yesus Kristus'.

 

"Baik hidup atau mati, kita adalah milik Tuhan." (Rm 14:8), demikian kesaksian Paulus kepada umat di Roma, kepada kita semua umat beriman. Ingat dan hayati bahwa kita semua adalah ciptaan Tuhan, dapat hidup, tumbuh dan berkembang sebagaimana adanya saat ini karena kasih Tuhan. Masing-masing dari kita diciptakan oleh Tuhan bekerjasama dengan orangtua kita masing-masing yang saling mengasihi dan kiranya kasih mereka pun dihayati sebagai anugerah Tuhan juga. Karena hidup adalah milik Tuhan yang dianugerahkan kepada kita, maka segala sesuatu yang kita miliki, kuasai dan nikmati sampai saat ini adalah anugerah Tuhan. Dengan kata lain sebagai 'milik Tuhan/Yesus Kristus' kita dipanggil hidup dan bertindak dengan penuh syukur dan terima kasih serta rendah hati.

 

Kerendahan hati juga dihayati oleh Sang Penyelamat Dunia yang kita nantikan kedatanganNya, karena  "Kristus Yesus,yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib" (Fil 2:5-8). Apa yang kita miliki atau kuasai sampai saat ini marilah kita 'kosongkan', artinya kita fungsikan atau gunakan sesuai dengan kehendak Tuhan, antara lain secara konkret kita dipanggil untuk menjadi pribadi yang sosial, tidak egois. Sosial berasal dari kata bahasa Latin 'socius' berarti teman atau sahabat, maka semakin memiliki aneka macam anugerah Tuhan diharapkan semakin banyak sahabat atau teman. Semakin kaya, semakin pandai/cerdas, semakin berkedudukan, semakin berpengalaman, semakin tua/tambah usia, hendaknya semakin rendah hati, bersyukur dan berterima kasih. Ingat pepatah "tua-tua keladi atau bulir padi semakin tua/berisi semakin menunduk'.

 

" TUHANlah yang empunya bumi serta segala isinya, dan dunia serta yang diam di dalamnya. Sebab Dialah yang mendasarkannya di atas lautan dan menegakkannya di atas sungai-sungai. "Siapakah yang boleh naik ke atas gunung TUHAN? Siapakah yang boleh berdiri di tempat-Nya yang kudus?" "Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya, yang tidak menyerahkan dirinya kepada penipuan, dan yang tidak bersumpah palsu. Dialah yang akan menerima berkat dari TUHAN dan keadilan dari Allah yang menyelamatkan dia." (Mzm 24:1-5)

 

Jakarta, 19 Desember 2010

             


18 Des - Yer 23:5-8; Mat 1:18-24)

"Yusuf berbuat seperti yang diperintahkan malaikat Tuhan itu kepadanya"

(Yer 23:5-8; Mat 1:18-24)

 

"Kelahiran Yesus Kristus adalah seperti berikut: Pada waktu Maria, ibu-Nya, bertunangan dengan Yusuf, ternyata ia mengandung dari Roh Kudus, sebelum mereka hidup sebagai suami isteri. Karena Yusuf suaminya, seorang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama isterinya di muka umum, ia bermaksud menceraikannya dengan diam-diam. Tetapi ketika ia mempertimbangkan maksud itu, malaikat Tuhan nampak kepadanya dalam mimpi dan berkata: "Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus. Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka." Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi: "Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel" -- yang berarti: Allah menyertai kita. Sesudah bangun dari tidurnya, Yusuf berbuat seperti yang diperintahkan malaikat Tuhan itu kepadanya. Ia mengambil Maria sebagai isterinya," (Mat 1:18-24), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.


Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Hari ini kepada kita ditampilkan salah satu tokoh pemenuhan janji Allah bernama Yusuf, yang dikenal sebagai orang yang tulus hati dan "berbuat seperti yang diperintahkan malaikat Tuhan kepadanya". Ia terpilih sebagai 'bapa angkat' Yesus, Penyelamat Dunia. Maka perkenankan dengan ini secara khusus kami mengajak dan mengingatkan rekan-rekan laki-laki, entah yang masih bujang/belum berkeluarga maupun yang sudah berkeluarga/menjadi suami, untuk meneladan Yusuf yang tulus hati dan senantiasa berbuat sebagaimana diperintahkan malaikat Tuhan, dengan kata lain berusaha untuk hidup suci serta 'tidak mencemarkan nama orang lain di muka umum'. Secara konkret antara lain berarti tidak menceriterakan kelemahan, kekurangan dan dosa-dosa orang lain kepada siapapun, apalagi menjadikan bahan rekreasi atau sendau-gurau, tetapi senantiasa berusaha  menceriterakan atau menyebar-luaskan apa yang baik. Menceriterakan atau membicarakan kelemahan, kekurangan, dosa orang lain bukan untuk mengusahakan perbaikan berarti melecehkan orang yang bersangkutan alias melanggar hak azasi manusia. Secara khusus.kami juga mengajak dan mengingatkan para suami untuk tidak menceriterakan kelemahan dan kekurangan pasangannya/isterinya, apalagi menceriterakan kepada rekan perempuan lain. Kita diajak untuk senantiasa bertindak sesuai dengan perintah malaikat atau bisikan Roh Kudus, dan perintah atau bisikan Roh Kudus kiranya merupakan ajakan untuk menghayati keutamaan-keutamaan seperti "kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri."(Gal 5:22-23)    .


·   "Sesungguhnya, waktunya akan datang, demikianlah firman TUHAN, bahwa Aku akan menumbuhkan Tunas adil bagi Daud. Ia akan memerintah sebagai raja yang bijaksana dan akan melakukan keadilan dan kebenaran di negeri."(Yer 23:5).Kutipan ini merupakan ramalan perihal kedatangan Penyelamat Dunia, sebagaimana dijanjikan kepada Daud. Yusuf adalah keturunan Daud, ia dipilih oleh Allah untuk menjadikan Maria sebagai isterinya dan dengan demikian Maria menjadi keturunan warga Daud dan yang ada di dalam kandungan atau rahimnya adalah keturunan Daud, tidak secara phisik melainkan secara spiritual, karena antara Yusuf dan Maria tidak mengadakan hubungan seksual dan anak yang ada di dalam rahim Maria karena Roh Kudus. Sang Penyelamat Dunia yang kita nantikan kedatanganNya 'akan melakukan keadilan dan kebenaran', maka selayaknya kita yang mendambakan kedatanganNya juga berusaha untuk melakukan keadilan dan kebenaran dalam cara hidup dan cara  bertindak kita. Keadilan yang mendasar adalah menjunjung tinggi dan menghormati hak asasi manusia, manusia yang diciptakan sebagai gambar atau citra Allah. Sekali lagi disini saya mengingatkan dan mengajak rekan-rekan laki-laki untuk tidak melanggar harkat martabat manusia. Maklum sering kami dengar bahwa sering terjadi pemerkosaan yang dilakukan oleh suami kepada isterinya dalam rangka hubungan seksual, meskipun telah menjadi suami-isteri. Hubungan seksual bukan lagi menjadi perwujudan saling mengasihi namun sebagai pemuas nafsu seks belaka. Yang benar hubungan seksual merupakan salah satu bentuk konkret pewujudan kasih yang dijiwai dengan kebebasan. Cintakasih dan kebebasan tak boleh dipisahkan, cintakasih dan kebebasan bagaikan mata uang bermuka dua, dapat dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan.

 

"Kiranya ia mengadili umat-Mu dengan keadilan dan orang-orang-Mu yang tertindas dengan hukum   Sebab ia akan melepaskan orang miskin yang berteriak minta tolong, orang yang tertindas, dan orang yang tidak punya penolong; ia akan sayang kepada orang lemah dan orang miskin, ia akan menyelamatkan nyawa orang miskin." (Mzm 72:2.12-13)

Jakarta, 18 Desember 2010


Rabu, 15 Desember 2010

17 Des - Kej 49:2.8-10; Mat 1:1-17

"Inilah silsilah Yesus Kristus"

(Kej 49:2.8-10; Mat 1:1-17)


"Inilah silsilah Yesus Kristus, anak Daud, anak Abraham. Abraham memperanakkan Ishak, Ishak memperanakkan Yakub, Yakub memperanakkan Yehuda dan saudara-saudaranya, Yehuda memperanakkan Peres dan Zerah dari Tamar, Peres memperanakkan Hezron, Hezron memperanakkan Ram, Ram memperanakkan Aminadab, Aminadab memperanakkan Nahason, Nahason memperanakkan Salmon, Salmon memperanakkan Boas dari Rahab, Boas memperanakkan Obed dari Rut, Obed memperanakkan Isai, Isai memperanakkan raja Daud. Daud memperanakkan Salomo dari isteri Uria, Salomo memperanakkan Rehabeam, Rehabeam memperanakkan Abia, Abia memperanakkan Asa, Asa memperanakkan Yosafat, Yosafat memperanakkan Yoram, Yoram memperanakkan Uzia, Uzia memperanakkan Yotam, Yotam memperanakkan Ahas, Ahas memperanakkan Hizkia, Hizkia memperanakkan Manasye, Manasye memperanakkan Amon, Amon memperanakkan Yosia, Yosia memperanakkan Yekhonya dan saudara-saudaranya pada waktu pembuangan ke Babel. Sesudah pembuangan ke Babel, Yekhonya memperanakkan Sealtiel, Sealtiel memperanakkan Zerubabel, Zerubabel memperanakkan Abihud, Abihud memperanakkan Elyakim, Elyakim memperanakkan Azor, Azor memperanakkan Zadok, Zadok memperanakkan Akhim, Akhim memperanakkan Eliud, Eliud memperanakkan Eleazar, Eleazar memperanakkan Matan, Matan memperanakkan Yakub, Yakub memperanakkan Yusuf suami Maria, yang melahirkan Yesus yang disebut Kristus. Jadi seluruhnya ada: empat belas keturunan dari Abraham sampai Daud, empat belas keturunan dari Daud sampai pembuangan ke Babel, dan empat belas keturunan dari pembuangan ke Babel sampai Kristus." (Mat 1:1-17), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Hari ini kita memasuki masa Khusus Adven, selama satu minggu kita diharapkan sungguh mempersiapkan diri untuk menyambut kedatangan Penyelamat Dunia, pesta damai Natal. Dalam kutipan Warta Gembira hari ini dikisahkan silsilah Yesus Kristus, yang tidak lain adalah bermaksud bahwa Allah setia pada janjiNya untuk mengutus Penyelamat Dunia, menyelamatkan dunia seisinya. Maka baiklah kita tanggapi kesetiaan janji Allah dengan mawas diri apakah kita juga setia terhadap panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing. Jika kita setia pada panggilan dan tugas pengutusan masing-masing, maka apa yang kita dambakan atau harapkan dalam menghayati panggilan dan melaksanakan tugas pengutusan akan segera menjadi kenyataan alias terwujud. Maka memasuki masa Khusus Adven ini kita juga diingatkan pentingnya menghayati keutamaan harapan, yang berarti hidup bergairah, dinamis, ceria dan senantiasa siap siaga terhadap aneka kemungkinan dan kesempatan.


·   "Tongkat kerajaan tidak akan beranjak dari Yehuda ataupun lambang pemerintahan dari antara kakinya, sampai dia datang yang berhak atasnya, maka kepadanya akan takluk bangsa-bangsa" (Kej 49:10). Kutipan ini kiranya yang menjadi inspirasi bagi bangsa Israel/Yahudi untuk kembali ke tanah terjanji. Jika mendengarkan dan mencermati apa yang terjadi di Israel masa kini, yang memang sungguh kaya dan menjadi kekuatan kemajuan dunia juga. Negara Israel meng-eksport 'otak' ke seluruh dunia; di sana tidak ada pabrik atau industri mobil, alat-alat elektronik, senjata, pesawat terbang dst.. , namun kiranya mereka lah yang berada di balik kemajuan teknologi, dimana dengan tekun dan rajin terus menerus mengadakan penelitian, entah di bidang teknologi, pertanian dst.. Teknologi diteliti dan dikembangkan demi kesejahteraan manusia, itulah yang saya lihat dan dengar. Cara hidup dan cara bertindak bangsa Yahudi, entah baik atau buruk, dan hemat saya lebih banyak yang baik, mempengaruhi hidup dan derap langkah aneka bidang kehidupan di dunia. "Otak" memang sangat mempengaruhi cara hidup dan cara bertindak kita, apa yang kita pikirkan di pagi hari begitu bangun dari tidur akan mempengaruhi cara hidup dan cara bertindak kita pada hari yang bersangkutan. Maka dengan ini kami mengharapkan kita semua untuk senantiasa berpikiran baik dan yang menyelamatkan, terutama keselamatan jiwa manusia. Marilah kita 'tukar akal' bukan 'tukar okol', saling membagikan apa yang kita pikirkan bukan saling memukul. Kita sinerjikan pikiran-pikiran baik kita demi perdamaian dunia, kebahagiaan dan kesejahteraan seluruh umat manusia. Dalam saling mengasihi satu sama lainpun hendaknya juga logis dan masuk akal, dan untuk itu memang harus kita utamakan dan kembangkan serta perdalam kecerdasan spiritual dalam diri kita masing-masing. Maka kami berharap dalam mendidik anak-anak, entah di dalam keluarga maupun sekolah dan masyarakat, lebih mengutamakan kecerdasan spiritual.

 

"Ya Allah, berikanlah hukum-Mu kepada raja dan keadilan-Mu kepada putera raja! Kiranya gunung-gunung membawa damai sejahtera bagi bangsa, dan bukit-bukit membawa kebenaran! Kiranya ia memberi keadilan kepada orang-orang yang tertindas dari bangsa itu, menolong orang-orang miskin"

(Mzm 72:1.3-4b)

 

Jakarta, 17 Desember 2010


Selasa, 14 Desember 2010

16 Des - Yes 54:1-10; Luk 7:24-30

"Di antara mereka yang dilahirkan oleh perempuan tidak ada seorang pun yang lebih besar dari pada Yohanes"

(Yes 54:1-10; Luk 7:24-30)


"Setelah suruhan Yohanes itu pergi, mulailah Yesus berbicara kepada orang banyak itu tentang Yohanes: "Untuk apakah kamu pergi ke padang gurun? Melihat buluh yang digoyangkan angin kian ke mari? Atau untuk apakah kamu pergi? Melihat orang yang berpakaian halus? Orang yang berpakaian indah dan yang hidup mewah, tempatnya di istana raja. Jadi untuk apakah kamu pergi? Melihat nabi? Benar, dan Aku berkata kepadamu, bahkan lebih dari pada nabi. Karena tentang dia ada tertulis: Lihatlah, Aku menyuruh utusan-Ku mendahului Engkau, ia akan mempersiapkan jalan-Mu di hadapan-Mu. Aku berkata kepadamu: Di antara mereka yang dilahirkan oleh perempuan tidak ada seorang pun yang lebih besar dari pada Yohanes, namun yang terkecil dalam Kerajaan Allah lebih besar dari padanya." Seluruh orang banyak yang mendengar perkataan-Nya, termasuk para pemungut cukai, mengakui kebenaran Allah, karena mereka telah memberi diri dibaptis oleh Yohanes. Tetapi orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat menolak maksud Allah terhadap diri mereka, karena mereka tidak mau dibaptis oleh Yohanes." (Luk 7:24-30), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:


·   Yohanes Pembaptis adalah seorang nabi bentara Penyelamat Dunia, bertugas mempersiapkan jalan untuk kedatangan Penyelamat Dunia. Para nabi pada umumnya memang cukup dikenal dengan ajaran-ajaran, tegoran-tegoran serta nasihat-nasihatnya, namun para pendengarnya tidak sampai bertindak seperti para pendengar Yohanes Pembaptis. Mereka yang mendengarkan pengajaran Yohanes Pembaptis kemudian 'mengakui kebenaran Allah dan memberi diri dibaptis', inilah yang membuat Yohanes Pembaptis sebagai yang terbesar yang pernah dilahirkan oleh seorang perempuan, kecuali Penyelamat Dunia. Dengan ini kami mengajak anda sekalian yang beriman kepada Yesus Kristus untuk dengan rendah hati dan bantuan rahmat Tuhan berusaha meneladan Yohanes Pembaptis, artinya melalui cara hidup dan cara bertindak kita orang tergerak untuk minta 'dibaptis'. Maksud kami 'dibaptis' tidak hanya secara formal atau liturgis saja melainkan lebih-lebih dan terutama secara spiritual dan moral, yaitu orang semakin mempersembahkan diri seutuhnya dalam hidup sehari-hari melalui aneka pelayanan atau kesibukan. Dengan kata lain hendaknya cara hidup dan cara bertindak kita dapat menjadi 'pre-evangelisasi', yaitu menjadi fasilitator bagi siapapun yang mendambakan untuk semakin mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan. Hendaknya cara hidup dan cara bertindak kita tidak menjadi batu sandungan bagi orang lain untuk berbuat dosa atau melakukan apa yang jahat.


·   "Yang menjadi suamimu ialah Dia yang menjadikan engkau, TUHAN semesta alam nama-Nya; yang menjadi Penebusmu ialah Yang Mahakudus, …. Ia disebut Allah seluruh bumi." (Yes 54:5), demikian peringatan Yesaya kepada bangsanya, kepada kita semua umat beriman. Kutipan ini kiranya sering menjadi inspirasi bagi rekan-rekan perempuan yang mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan melalui panggilan hidup membiara, dengan menyatakan diri sebagai 'permaisuri atau penganten Tuhan', maksudnya adalah orang yang sungguh bersatu dan bersama dengan Tuhan dimanapun dan kapanpun, dalam situasi dan kondisi apapun. Bersatu dan bersama dengan Tuhan mau tak mau pasti akan dikuasai atau dirajaiNya, karena Dia Yang Mahakudus dan yang menciptakan seluruh bumi seisinya. Maka baiklah kami mengajak anda sekalian: bagi rekan-rekan laki-laki marilah menjadi 'isteri Tuhan', sedangkan rekan-rekan perempuan menjadi 'suami Tuhan'. Suami-isteri dalam mengawali hidup berkeluarga berjanji untuk saling mengasihi satu sama lain baik dalam untung maupun malang, sehat maupun sakit sampai mati, maka baiklah kami mengajak anda sekalian untuk mengasihi Tuhan sampai mati. Tuhan telah mengasihi kita secara luar biasa melalui orang-orang yang telah berbuat baik kepada kita, dan kiranya kita tak mungkin menghitung betapa besar, tinggi dan dalamnya kasih Tuhan kepada kita, maka selayaknya kita hidup penuh syukur dan terima kasih atas kasihNya yang melimpah ruah itu. Hidup penuh syukur dan terima kasih juga berarti hidup dan bertindak dengan rendah hati, tidak sombong dan tidak serakah. Ia adalah Allah seluruh bumi, maka diharapkan semua ciptaanNya, lebih-lebih manusia, hidup saling mengasihi sehingga terjadilah damai sejahtera di bumi ini. Marilah kita menyongsong pesta Natal dengan mengingat saudara-saudari kita atau kenalan dan sahabat kita. Kami percaya saat ini anda mulai merencanakan untuk mengirim ucapan damai Natal kepada rekan dan sahabat, entah dengan kirim kartu, hadiah barang, SMS, dst.., maka baiklah kita perhatikan saudara-saudari kita yang mungkin selama ini kurang diperhatikan.

 

"TUHAN, Engkau mengangkat aku dari dunia orang mati, Engkau menghidupkan aku di antara mereka yang turun ke liang kubur.Nyanyikanlah mazmur bagi TUHAN, hai orang-orang yang dikasihi-Nya, dan persembahkanlah syukur kepada nama-Nya yang kudus! Sebab sesaat saja Ia murka, tetapi seumur hidup Ia murah hati; sepanjang malam ada tangisan, menjelang pagi terdengar sorak-sorai."

(Mzm 30:4-6)

Jakarta, 16 Desember 2010     

   


15 Des - Yes 45:6b-8.18.21b-25; Luk 7:19-23

"Berbahagialah orang yang tidak menjadi kecewa dan menolak Aku."

(Yes 45:6b-8.18.21b-25; Luk 7:19-23)

 

"Ia memanggil dua orang dari antaranya dan menyuruh mereka bertanya kepada Tuhan: "Engkaukah yang akan datang itu atau haruskah kami menantikan seorang lain?" Ketika kedua orang itu sampai kepada Yesus, mereka berkata: "Yohanes Pembaptis menyuruh kami bertanya kepada-Mu: Engkaukah yang akan datang itu atau haruskah kami menantikan seorang lain?" Pada saat itu Yesus menyembuhkan banyak orang dari segala penyakit dan penderitaan dan dari roh-roh jahat, dan Ia mengaruniakan penglihatan kepada banyak orang buta. Dan Yesus menjawab mereka: "Pergilah, dan katakanlah kepada Yohanes apa yang kamu lihat dan kamu dengar: Orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi tahir, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada orang miskin diberitakan kabar baik. Dan berbahagialah orang yang tidak menjadi kecewa dan menolak Aku." (Luk 7:19-23), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Hari Raya Natal, kenangan akan kelahiran atau kedatangan Penyelamat Dunia semakin mendekat, dan kita kiranya dalam kesibukan persiapan untuk merayakan Hari Raya Natal. Persiapan macam apa saja yang telah kita lakukan agar kemudian kita tidak menjadi kecewa dan menolak kedatangan Penyelamat Dunia alias pesta atau kenangan Natal sungguh memberi makna bagi kehidupan iman kita? Persiapan secara phisik atau sosial mungkin perlu seperti latihan koor/drama natal, aksi natal dengan pengumpulan pakaian layak pakai/baru atau uang, rapat-rapat dst.., tetapi hemat saya persiapan secara spiritual lebih baik dan harus kita laksanakan. Persiapan secara spiritual berarti mengolah hati dan jiwa alias olah kebatinan, sehingga kita semakin mengandalkan atau mempersembahkan diri kepada Tuhan, Penyelenggaraan Ilahi. Kami percaya di lingkungan-lingkungan umat ada kegiatan pendalaman iman masa adven, entah dengan berdoa bersama, pembacaan kitab suci, sharing pengalaman iman, dst.., maka hendaknya diselenggarakan dengan sungguh-sungguh, tidak hanya dihayati secara liturgis atau formal belaka. Dengan rendah hati kita buka hati dan jiwa kita terhadap aneka macam informasi, pengalaman, sentuhan dan sapaan dari saudara-saudari kita, sebagai kepanjangan kasih dan perhatian Tuhan. Dengan kata lain marilah kita membina diri untuk tumbuh dan berkembang sebagai orang yang dikasihi. Ingat dikasihi berarti dicium, diperhatikan, dikritik, diejek, diberi hadiah/uang, ditegor keras, dst.. Dengan kata lain jika kita dengan rendah hati menghayati segala sapaan, sentuhan dan perlakuan orang lain terhadap kita sebagai kasih Tuhan, kami percaya kita tidak akan menjadi kecewa dan menolak kedatangan Penyelamat Dunia, termasuk sewaktu-waktu dipanggil Tuhan alias meninggal dunia.


·   "Akulah TUHAN dan tidak ada yang lain, yang menjadikan terang dan menciptakan gelap, yang menjadikan nasib mujur dan menciptakan nasib malang; Akulah TUHAN yang membuat semuanya ini" (Yes 45: 6b-7). Bumi seisinya adalah ciptaan Tuhan dan hanya dapat hidup, tumbuh berkembang karena Tuhan. Kita, manusia adalah ciptaan terluhur dan termulia di bumi ini, karena kita diciptakan sebagai gambar atau citraNya, maka marilah kita hayati kebenaran iman ini. Sebagai gambar atau citra Tuhan cara hidup dan cara bertindak kita diharapkan menjadi penyalur kasih, rahmat atau anugerah Tuhan bagi sesama serta lingkungan hidup kita, sehingga siapapun yang melihat kita atau kena dampak cara hidup dan cara bertindak kita semakin tergerak untuk berbakti sepenuhnya kepada Tuhan. Dengan kata lain kehadiran dan sepak terjang kita dimanapun dan kapanpun menjadi 'terang' bagi orang lain, menjadi 'fasilitator' atau mempermudah orang lain dalam menghayati hidup beriman dan terpanggil. Orang tidak kecewa menerima kehadiran dan pelayanan kita, melainkan terkesan dan kemudian merindukan kembali kehadiran dan pelayanan kita. Sebagai gambar atau citra Tuhan kita diharapkan senantiasa dapat mengerjakan apa yang ada di depan kita dengan baik dan benar, maka hendaknya siapapun yang mendatangi kita atau kita layani sungguh dilayani dengan baik, dengan kata lain konsumen harus memperoleh kesan yang membahagiakan dalam pelayanan kita sehingga mereka menjadi pembantu kita dalam 'marketing' pelayanan atau pekerjaan kita. Mereka yang mendatangi kita atau kita layani memperoleh penerangan yang menggairahkan dan akhirnya dengan  bergairah pula mereka menceriterakan pengalamannya kepada sesamanya. Biarlah kita semua menjadi 'terang' bagi sesama dan senantiasa mujur dalam cara hidup dan cara bertindak kita.

 

"Sesungguhnya keselamatan dari pada-Nya dekat pada orang-orang yang takut akan Dia, sehingga kemuliaan diam di negeri kita. Kasih dan kesetiaan akan bertemu, keadilan dan damai sejahtera akan bercium-ciuman. Kesetiaan akan tumbuh dari bumi, dan keadilan akan menjenguk dari langit. Bahkan TUHAN akan memberikan kebaikan, dan negeri kita akan memberi hasilnya. Keadilan akan berjalan di hadapan-Nya, dan akan membuat jejak kaki-Nya menjadi jalan" (Mzm 85:10-14)

Jakarta, 15 Desember 2010


Senin, 13 Desember 2010

14 Des - Zef 3:1-2.9-13; Mat 21:28-32

"Siapakah di antara kedua orang itu yang melakukan kehendak ayahnya?"

(Zef 3:1-2.9-13; Mat 21:28-32)

 

"Tetapi apakah pendapatmu tentang ini: Seorang mempunyai dua anak laki-laki. Ia pergi kepada anak yang sulung dan berkata: Anakku, pergi dan bekerjalah hari ini dalam kebun anggur. Jawab anak itu: Baik, bapa. Tetapi ia tidak pergi. Lalu orang itu pergi kepada anak yang kedua dan berkata demikian juga. Dan anak itu menjawab: Aku tidak mau. Tetapi kemudian ia menyesal lalu pergi juga. Siapakah di antara kedua orang itu yang melakukan kehendak ayahnya?" Jawab mereka: "Yang terakhir." Kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya pemungut-pemungut cukai dan perempuan-perempuan sundal akan mendahului kamu masuk ke dalam Kerajaan Allah. Sebab Yohanes datang untuk menunjukkan jalan kebenaran kepadamu, dan kamu tidak percaya kepadanya. Tetapi pemungut-pemungut cukai dan perempuan-perempuan sundal percaya kepadanya. Dan meskipun kamu melihatnya, tetapi kemudian kamu tidak menyesal dan kamu tidak juga percaya kepadanya." (Mat 21:28-32), demikian kutipan Warta Gembira hari ini. 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St.Yohanes dari Salib, imam dan pujangga Gereja, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Jujur, apa adanya atau transparan itulah suatu keutamaan yang sungguh mendesak dan up to date untuk kita hayati dan sebarluaskan masa kini, mengingat dan memperhatikan kebohongan dan sandiwara kehidupan atau korupsi masih marak di sana-sini Dalam kisah warta gembira hari ini antara lain diceriterakan perihal dua anak: pertama  mengatakan ya tetapi tidak melaksanakan sedangkan anak kedua dengan jujur mengatakan tidak bisa. Anak kedua inilah yang menerima pujian dan pembenaran dari Yesus. "Jujur pasti hancur", demikian rumor yang sering beredar. Memang benar hidup dan bertindak jujur akan hancur untuk sementara tetapi akan mujur selama-lamanya. Hidup dan bertindak jujur berarti menghayati iman pada Yang Tersalib, siap sedia dan rela menderita sementara demi kebahagiaan atau keselamatan selama-lamanya. Maka dengan ini kami mengajak anda semua untuk mawas diri: sejauh mana buah perjalanan iman sampai kini berbuahkan kejujuran? "Jujur adalah sikap dan perilaku yang tidak suka berbohong dan berbuat curang, berkata-kata apa adanya dan berani mengakui kesalahan, serta rela berkorban untuk kebenaran" (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur – Balai Pustaka , Jakarta 1997, hal 17). Kami berharap kepada para penegak hukum seperti hakim, jaksa, polisi serta pakar hukum dst.. sungguh dengan jujur melaksanakan tugas pengutusan atau kewajibannya sehari-hari. Secara khusus juga kami ingatkan kepada para orangtua atau bapak-ibu untuk sedini mungkin mendidik anak-anaknya hidup dan jujur bertindak jujur kapanpun dan dimanapun.

·   "Di antaramu akan Kubiarkan hidup suatu umat yang rendah hati dan lemah, dan mereka akan mencari perlindungan pada nama TUHAN" (Zef 3:12). Semoga kita termasuk orang "yang rendah hati dan lemah, …mencari perlindungan pada nama Tuhan" dalam cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari dimanapun dan kapanpun. Ingatlah dan hayati bahwa kita berasal dari tanah dan akan kembali menjadi tanah setelah meninggal dunia atau dipanggil Tuhan, bahwa kita dapat hidup seperti saat ini hanya karena kemurahan dan kasih Tuhan yang telah kita terima melalui orang-orang yang telah berbuat baik kepada kita. Entah berapa orang yang telah berbuat baik kepada kita, kiranya tak satu orangpun di antara kita mampu menghitung atau mengingat kembali semua kebaikan yang telah kita terima. Maka selayaknya kita hidup dan bertindak dengan rendah hati, tidak sombong dan tidak angkuh. Dia yang kita tunggu-tunggu kedatanganNya sungguh rendah hati, dan hanya dalam kerendahan hati kita akan mampu melihat, menikmati dan mengimani kedatanganNya. "Rendah hati adalah sikap dan perilaku yang tidak suka menonjolkan dan menomorsatukan diri, yaitu dengan menenggang perasaan orang lain. Meskipun pada kenyataannya lebih dari orang lain, ia dapat menahan diri untuk tidak menonjolkan dirinya" (Prof  Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur – Balai Pustaka, Jakarta 1997, hal 24). Kami harapkan semakin berpengalaman, semakin tua/tambah umur, semakin kaya akan harta benda atau uang, semakin pandai/cerdas, semakin tinggi fungsi atau jabatan dalam hidup bersama dst.. hendaknya semakin rendah hati. Jika tidak rendah hati berarti tidak beriman, tidak percaya pada Tuhan, pada penyelenggaraanNya. Tuhan berkarya dimana saja dan kapan saja, tidak terikat oleh ruang dan waktu, maka baiklah sebagai umat beriman kita senantiasa mengusahakan perlindungan pada nama Tuhan.

 

"Aku hendak memuji TUHAN pada segala waktu; puji-pujian kepada-Nya tetap di dalam mulutku. Karena TUHAN jiwaku bermegah; biarlah orang-orang yang rendah hati mendengarnya dan bersukacita.Tujukanlah pandanganmu kepada-Nya, maka mukamu akan berseri-seri, dan tidak akan malu tersipu-sipu. Orang yang tertindas ini berseru, dan TUHAN mendengar; Ia menyelamatkan dia dari segala kesesakannya."

 (Mzm 34:2-3.6-7)

  Jakarta, 14 Desember 2010         

     


Minggu, 12 Desember 2010

13 Des - Bil 24:2-7.15-17a; Mat 21:23-27

"Dengan kuasa manakah Engkau melakukan hal itu?"

(Bil 24:2-7.15-17a; Mat 21:23-27)

 

"Lalu Yesus masuk ke Bait Allah, dan ketika Ia mengajar di situ, datanglah imam-imam kepala serta tua-tua bangsa Yahudi kepada-Nya, dan bertanya: "Dengan kuasa manakah Engkau melakukan hal-hal itu? Dan siapakah yang memberikan kuasa itu kepada-Mu?" Jawab Yesus kepada mereka: "Aku juga akan mengajukan satu pertanyaan kepadamu dan jikalau kamu memberi jawabnya kepada-Ku, Aku akan mengatakan juga kepadamu dengan kuasa manakah Aku melakukan hal-hal itu. Dari manakah baptisan Yohanes? Dari sorga atau dari manusia?" Mereka memperbincangkannya di antara mereka, dan berkata: "Jikalau kita katakan: Dari sorga, Ia akan berkata kepada kita: Kalau begitu, mengapakah kamu tidak percaya kepadanya? Tetapi jikalau kita katakan: Dari manusia, kita takut kepada orang banyak, sebab semua orang menganggap Yohanes ini nabi." Lalu mereka menjawab Yesus: "Kami tidak tahu." Dan Yesus pun berkata kepada mereka: "Jika demikian, Aku juga tidak mengatakan kepadamu dengan kuasa manakah Aku melakukan hal-hal itu." (Mat 21:23-27), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St.Lusia, perawan dan martir, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Hidup sebagai perawan alias tidak menikah pada masa kini pada umumnya menimbulkan pertanyaan bagi banyak orang, demikian juga perihal panggilan hidup imam, bruder dan suster. "Mana mungkin orang hidup tidak menikah di masa orang-orang gila akan kehidupan seks?", begitulah pertanyaan yang sering muncul dalam hati orang. Senada dengan hal itu adalah senantiasa hidup dalam pengharapan dalam situasi dan kondisi apapun serta dimanapun. Mereka yang terpanggil hidup tidak menikah dapat menjadi tanda pengharapan akan kehidupan mulia masa depan di sorga setelah dipanggil Tuhan, dengan kata lain mengingatkan perihal kehidupan ilahi, yang telah dapat dinikmati masa kini. St.Lusia yang kita kenangkan hari ini adalah gadis cantik yang dilamar oleh seorang pemuda kaya untuk menjadi isterinya, namun menolak karena ia ingin memper-sembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan, hidup tetap perawan demi Kerajaan Allah. Kami tidak berkeinginan pada anda sekalian untuk meneladannya secara  konkret, artinya hidup tidak menikah demi Kerajaan Allah, melainkan mengajak anda sekalian untuk menjaga kemurnian diri, lebih-lebih dalam hal kehidupan seksual. Kepada rekan muda-mudi kami ingatkan dan ajak untuk terjebak pada pergaulan seks bebas alias mengadakan hubungan seksual sebelum menikah, sedangkan kepada para suami-isteri kami ajak untuk setia pada pasangan masing-masing alias tidak selingkuh dengan orang lain dan kepada rekan imam, bruder dan suster kami ajak untuk dapat menjadi saksi persembahan diri total kepada Tuhan melalui pelayanan bagi sesamanya.


·   "Aku melihat dia, tetapi bukan sekarang; aku memandang dia, tetapi bukan dari dekat; bintang terbit dari Yakub, tongkat kerajaan timbul dari Israel, dan meremukkan pelipis-pelipis Moab, dan menghancurkan semua anak Set." (Bil 24:17). Kutipan ini adalah ramalan perihal kedatangan Penyelamat Dunia yang kita nantikan bersama. Penyelamat Dunia akan datang untuk menyelamatkan seluruh dunia, maka segala sesuatu yang menghancurkan dunia seisinya akan dihancurkan atau dihabisi, misalnya akar peperangan, permusuhan, kebencian, dst… Penyelamat Dunia adalah pembawa damai sejahtera bagi semua bangsa di dunia, apapun dan siapapun yang mengganggu perdamaian dunia harus dibasmi sampai tuntas. Maka baiklah kita yang sedang mempersiapkan kedatanganNya kami ajak untuk berpartisipasi dalam hal penyelamatan dunia seisinya atau perdamaian dunia. Pertama-tama dan terutama hal itu kiranya harus kita hayati dalam keluarga atau komunitas kita masing-masing, antar anggota keluarga atau komunitas. Mengapa? Karena jika kita di dalam keluarga atau komunitas memiliki pengalaman dan keterampilan saling mengasihi dalam rangka membangun hidup damai sejahtera, maka dengan mudah kita memperjuangkan atau mengusahakan damai sejahtera dalam kehidupan yang lebih luas, misalnya di masyarakat atau tempat kerja kita masing-masing. Memang damai sejahtera dapat terwujud karena anugerah atau rahmat Tuhan, dengan kata lain dalam mengusahakan damai sejahtera hendaknya kita senantiasa hidup bersama dan bersatu dengan Tuhan. Biarlah orang bertanya-tanya: "Dengan kuasa manakah anda mengusahakan damai sejahtera di tengah hidup yang diwarnai egoisme, pertentangan dan kebencian saat ini". Jika pertanyaan ini jujur keluar dari kedalaman lubuk hatinya berarti mereka sungguh mendambakan damai sejahtera.

 

"Beritahukanlah jalan-jalan-Mu kepadaku, ya TUHAN, tunjukkanlah itu kepadaku. Bawalah aku berjalan dalam kebenaran-Mu dan ajarlah aku, sebab Engkaulah Allah yang menyelamatkan aku, Engkau kunanti-nantikan sepanjang hari. Ingatlah segala rahmat-Mu dan kasih setia-Mu, ya TUHAN, sebab semuanya itu sudah ada sejak purbakala. Dosa-dosaku pada waktu muda dan pelanggaran-pelanggaranku janganlah Kauingat, tetapi ingatlah kepadaku sesuai dengan kasih setia-Mu, oleh karena kebaikan-Mu, ya TUHAN. TUHAN itu baik dan benar; sebab itu Ia menunjukkan jalan kepada orang yang sesat" (Mzm 25:4-8)

Jakarta, 13 Desember 2010