Fans Page Facebook http://imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Jumat, 01 Oktober 2010

2 Okt - Kel 23:20-23a; Mat 18:1-5.10

"Ada malaikat mereka di sorga yang selalu memandang wajah BapaKu yang di sorga."

(Kel 23:20-23a; Mat 18:1-5.10)

 

"Pada waktu itu datanglah murid-murid itu kepada Yesus dan bertanya: "Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga?" Maka Yesus memanggil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka lalu berkata: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga. Dan barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku." Ingatlah, jangan menganggap rendah seorang dari anak-anak kecil ini. Karena Aku berkata kepadamu: Ada malaikat mereka di sorga yang selalu memandang wajah Bapa-Ku yang di sorga." (Mat 18:1-5.10), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta Para Malaikat Pelindung hari ini, saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Gambar malaikat sering berupa anak kecil yang bersayap, dengan mata bersinar cerah dan mulut tersenyum, yang menggambarkan kesucian dan kegembiraan serta kegairahan. Bukankah anak-anak kecil masih suci dan belum berdosa sedikitpun? Gambar malaikat tersebut sering berada di atas kepala santo-santa, dengan maksud sebagaimana diwartakan dalam Kabar Gembira hari ini, yaitu "malaikat mereka di sorga yang selalu memandang wajah Bapa-Ku di sorga". Sebagai orang beriman masing-masing dari kita didampingi oleh malaikat pelindung, yang mengajak dan mendorong kita untuk senantiasa 'memandang wajah Allah yang di sorga', artinya mendorong, menjaga dan mengawasi kita agar kita senantiasa setia berbuat baik kepada sesama kita dimanapun dan kapanpun, tanpa pandang bulu. Untuk mengingatkan dan menyadarkan kita bahwa kita didampingi oleh malaikat pelindung, mungkin ada baiknya kita sering menatap anak-anak kita yang masih kecil, yang ceria, dinamis, menggembirakan, menarik dan  mempesona. Dengan kata lain sebagai orang yang didampingi oleh malaikat pelindung kita diharapkan seperti anak kecil, yang ceria, dinamis, menggembirakan, menarik dan mempesona. Jika masing-masing dari kita mengimani dan menghayati pendampingan malaikat pelindung ini, maka kebersamaan hidup kita dimanapun dan kapanpun senantiasa menggembirakan, menarik dan mempesona, karena kita dengan rendah hati senantiasa berusaha untuk saling berbuat baik satu sama lain. Percaya kepada malaikat pelindung antara lain juga berarti ketika saya sendirian, entah siang atau malam, tidak pernah takut dan gentar, serta tidak pernah berbuat jahat atau melakukan tindakan amoral atau hidup seenaknya, bermalas-malasan.

·   "Sesungguhnya Aku mengutus seorang malaikat berjalan di depanmu, untuk melindungi engkau di jalan dan untuk membawa engkau ke tempat yang telah Kusediakan" (Kel 23:20), demikian firman Allah kepada bangsa terpilih, yang sedang dalam perjalanan menuju tanah terjanji. Sebagai manusia kita  berasal dari Allah dan diharapkan kembali kepada Allah setelah meninggal dunia nanti. Dengan kata lain hidup ini adalah perjalanan, dan di dalam perjalanan sering terjadi aneka perubahan, tantangan dan hambatan serta masalah, yang dapat mengganggu perjalanan kita. Allah mengutus malaikatNya berjalan di depan kita, mendahului perjalanan kita, dan kita diharapkan setia mengikutinya. Malaikat Allah tersebut antara lain secara konkret dapat berupa aneka macam petunjuk atau tata tertib yang ada di dalam perjalanan, maka jika kita mendambakan selamat sampai di tujuan marilah kita taati dan ikuti sepenuh hati aneka petunjuk dan tata tertib tersebut. Malaikat Allah  juga menjadi nyata dalam diri saudara-saudari kita yang baik atau berkehendak baik, yang dapat kita temui atau jumpai dimanapun dan kapanpun. Maka ketika kita bingung atau frustrasi atau putus asa di dalam perjalanan hidup, panggilan dan tugas pengutusan, hendaknya tidak malu untuk bertanya atau minta  bantuan kepada saudara-saudari kita yang berkehendak baik tersebut. "Malu bertanya sesat di jalan", demikian kata sebuah pepatah. Kita kiranya dapat belajar dari para pilot yang setia mengikuti petunjuk perjalanan, sebagaimana diperintahkan dari menara pengawas di bandara-bandara maupun yang ditunjukkan di dalam radar atau computer perihal cuaca dll… Pilot sungguh mentaati dan melaksanakan petunjuk-petunjuk perjalanan yang ada sehingga pesawat beserta penumpangnya selamat sampai tujuan. Ruang perjalanan di angkasa sangat luas, namun pilot tidak dapat seenaknya memilih jalan yang harus dilewati.

 

"Orang yang duduk dalam lindungan Yang Mahatinggi dan bermalam dalam naungan Yang Mahakuasa akan berkata kepada TUHAN: "Tempat perlindunganku dan kubu pertahananku, Allahku, yang kupercayai." Sungguh, Dialah yang akan melepaskan engkau dari jerat penangkap burung, dari penyakit sampar yang busuk. Dengan kepak-Nya Ia akan menudungi engkau, di bawah sayap-Nya engkau akan berlindung, kesetiaan-Nya ialah perisai dan pagar tembok." (Mzm 91:1-4)

Jakarta, 2 Oktober 2010


Rabu, 29 September 2010

1 Okt - Sir 66:10-14c; Mat 18:1-5

"Barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga"

(Sir 66:10-14c; Mat 18:1-5)

 

"Pada waktu itu datanglah murid-murid itu kepada Yesus dan bertanya: "Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga?" Maka Yesus memanggil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka lalu berkata: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga. Dan barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku." (Mat 18:1-5), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St.Teresia dari Kanak-kanak Yesus, perawan dan pujangga Gereja, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   St.Teresia yang kita kenangkan hari ini terkenal karena ketaatan dan kerendahan hatinya. Ia begitu mempersembahkan diri seutuhnya kepada Penyelenggaraan Ilahi atau kehendak Tuhan, siap sedia dengan jiwa besar dan rela berkorban untuk melaksanakan kehendak Tuhan dalam situasi atau kondisi apapun, sebagaimana seorang anak kecil yang siap sedia diperlakukan apapun oleh orangtuanya, khususnya oleh ibunya. Ia juga sebagai pujangga Gereja karena mensharingkan pengalaman iman, ketaatan dan kerendahan hatinya kepada sesamanya dimanapun dan kapanpun. Ia sungguh meneladan kerendahan hati Yesus sebagaimana dikatakan oleh Paulus dalam suratnya kepada umat di Filipi "Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan,melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib" (Fil 2:5-8). Maka marilah sebagai umat beriman di dalam hidup sehari-hari dimanapun dan kapanpun kita hidup dan bertindak dijiwai oleh ketaatan dan kerendahan hati. Dengan taat dan rendah hati kita hayati atau laksanakan aneka tatanan dan aturan atau tata tertib yang terkait dengan hidup, panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing. Hari ini kita juga memasuki bulan Oktober, yang oleh Gereja Katolik dijadikan bulan rosario, dimana kita diajak untuk berdevosi kepada Bunda Maria, teladan umat beriman, dengan berdoa rosario serta meneladan ketaatan dan kerendahan hatinya.


·   "Yesus di kayu salib yang haus, saya akan memberikan air padaMu. Saya akan menderita sedapat mungkin, agar banyak orang berdosa bertobat" (Ensiklopedi Orang Kudus, CLC – Jakarta 1985, hal 292), demikian salah satu doa St.Teresia. Apa yang ia doakan ini juga dihayati dalam hidup sehari-hari, antara lain Teresia hidup sederhana, ketika kena marah atau diejek ia tetap tersenyum dan ceria, tidak membalas kemarahan atau ejekan tersebut, bahkan kiranya ia berdoa sebagaimana Yesus di puncak kayu salib, puncak penderitaanNya, mendoakan mereka yang menyalibkanNya "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat."(Luk 23:34). Kiranya masing-masing dari kita juga sering dimarahi atau diejek orang lain, disakiti atau dilecehkan, maka baiklah jika kita mengalami hal itu dihayati sebagai anugerah atau rahmat Allah, kesempatan untuk menyatukan diri pada Yang Tersalib, sebagaimana kita sering membuat tanda salib sambil menepuk dahi/otak, dada/hati, dan bahu, yang berarti kita berkehendak atau berhasrat untuk bersatu dan bersama dengan Yang Tersalib dalam hidup dan cara bertindak kita. Kami berharap kepada siapapun yang dalam hidup bersama cukup berpengaruh, entah sebagai atasan atau pemimpin, untuk menjadi teladan dalam hal ketaatan maupun kerendahan hati, "merendahkan diri dan menjadi seperti anak kacil", hidup dan bertindak untuk melayani bukan dilayani dengan tetap senyum dan ceria ketika harus menghadapi tekanan, masalah maupun beban berat atau dilecehkan dan direndahkan. Ketaatan dan kerendahan hati merupakan keutamaan utama dan pertama, yang menjadi nyata dalam hidup dan bertindak saling melayani, membahagiakan dan menyelamatkan. Marilah kita dukung para gembala kita, Paus dan para Uskup, yang senantiasa berusaha untuk rendah hati dan melayani dengan sepenuh hati.

 

"TUHAN, aku tidak tinggi hati, dan tidak memandang dengan sombong; aku tidak mengejar hal-hal yang terlalu besar atau hal-hal yang terlalu ajaib bagiku. Sesungguhnya, aku telah menenangkan dan mendiamkan jiwaku; seperti anak yang disapih berbaring dekat ibunya, ya, seperti anak yang disapih jiwaku dalam diriku. Berharaplah kepada TUHAN, hai Israel, dari sekarang sampai selama-lamanya!" (Mzm 131)

 

Jakarta, 1 Oktober 2010


Selasa, 28 September 2010

29 Sept - Why 12:7-12a; Yoh 1:47-51

"Malaikat Allah turun naik kepada Anak Manusia."

(Why 12:7-12a; Yoh 1:47-51)

 

"Kata Filipus kepadanya: "Mari dan lihatlah!" Yesus melihat Natanael datang kepada-Nya, lalu berkata tentang dia: "Lihat, inilah seorang Israel sejati, tidak ada kepalsuan di dalamnya!" Kata Natanael kepada-Nya: "Bagaimana Engkau mengenal aku?" Jawab Yesus kepadanya: "Sebelum Filipus memanggil engkau, Aku telah melihat engkau di bawah pohon ara." Kata Natanael kepada-Nya: "Rabi, Engkau Anak Allah, Engkau Raja orang Israel!"Yesus menjawab, kata-Nya: "Karena Aku berkata kepadamu: Aku melihat engkau di bawah pohon ara, maka engkau percaya? Engkau akan melihat hal-hal yang lebih besar dari pada itu." Lalu kata Yesus kepadanya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya engkau akan melihat langit terbuka dan malaikat-malaikat Allah turun naik kepada Anak Manusia." (Yoh 1:47-51),demikian kutipan Warta Genbira hari ini

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St.Mikael, St.Grabriel, St.Rafael, para malaikat agung hari ini, saya sampaikan catatnn-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Malaikat adalah ciptaan Allah yang ditugasi untuk mendampingi perjalanan hidup manusia, ciptaan termulia dan terluhur di bumi ini, yang diciptakan sesuai dengan gambar atau citra Allah. Pada hari ini kita kenangkan para 'komandan malaikat': Mikael adalah komandan perang melawan setan, Gabriel adalah komandan mewartakan kabar gembira, sedangkan Rafael adalah komandan penyembuhan yang sakit, entah sakit hati, sakit jiwa, sakit akal budi maupun sakit tubuh. Marilah masing-masing dari kita mawas diri: apa yang menjadi kebutuhan mendesak bagi kita demi keselamatan dan kebahagiaan kita. Kita imani dengan rendah hati bahwa para malaikat akan membantu kita dalam rangka memenuhi kebutuhan tersebut. Bantuan malaikat antara lain secara spiritual dapat kita hayati dalam hati kita masing-masing, sedangkan secara phisik terjadi melalui saudara-saudari kita yang berbaik hati. Ingat dan hayati bahwa 'malaikat-malaikat Allah turun naik kepada Anak Manusia, Yesus, Penyelamat Dunia serta kita semua orang beriman'. Dengan kata lain jika kita sungguh beriman berarti isi kepala atau otak kita adalah apa-apa yang baik, menyelamatkan dan membahagiakan, sehingga kita senanitiasa berpikiran positif terhadap sesama dan  lingkungan hidup kita. Apa yang akan kita kerjakan atau lakukan tergantung dari apa yang sedang kita pikirkan, maka marilah, sebagai tanda bahwa malaikat Allah menyertai kita, kita senantiasa memikirkan apa yang baik, menyelamatkan dan membahagiakan, terutama keselamatan dan kebahagiaan jiwa.

 

·   "Timbullah peperangan di sorga. Mikhael dan malaikat-malaikatnya berperang melawan naga itu, dan naga itu  dibantu oleh malaikat-malaikatnya, tetapi mereka tidak dapat bertahan; mereka tidak mendapat tempat lagi di sorga" (Why 12:7-8). Naga atau ular sering menjadi symbol kejahatan atau setan, karena kelicikannya, namun kelicikan setan dapat dikalahkan oleh malaikat. Dalam hidup dan kerja kita di dunia ini kiranya kita juga sering menghadapi orang-orang yang licik untuk mencari keuntungan atau kebahagiaan diri sendiri atau kelompoknya/keluarganya. Ketika anda menghadapi orang yang licik, hendaknya ditanggapi dan disikapi dengan halus, lemah lembut, rendah hati serta tulus hati. Percayalah orang licik disikapi atau dihadapi dengan keutamaan-keutamaan macam itu secara perlahan-lahan mereka akan mundur teratur alias kalah. Kelicikan orang dalam rangka mencari keuntungan diri sendiri memang sering bersifat halus, antara lain dengan kata-kata manis, sikap sopan dan hormat, namun jika kita cermat dan sabar serta tidak materialistis kiranya kita dapat mengenali kelicikan mereka, sebaliknya jika kita bersikap materialistis pasti dengan mudah terperangkap oleh kelicakan orang lain. Pengamatan dan pengalaman menunjukkan bahwa mereka yang bersikap mental materialistis dengan mudah menjadi korban kelicikan orang lain. Hidup bersama atau percaya kepada malaikat, utusan Allah, yang setia mendampingi kita berarti memang harus hidup suci dan tulus hati serta sederhana alias tidak materialistis. Maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan kita semua untuk dengan rendah hati dan jujur mengusahakan hidup suci, tulus hati dan sederhana. Jauhkan aneka macam nafsu serakah akan harta benda atau hal-hal atau kenikmatan duniawi, agar anda tidak mudah terjebak pada tipu daya setan berupa kelicikan, rayuan manis untuk melakukan kejahatan. Marilah kita perangi aneka macam kelicikan dan rayuan manis penipuan yang marak di sana-sini. Bersama dengan dan beriman kepada malaikat yang mendampingi hidup dan perjalanan panggilan serta tugas pengutusan kita, hendaknya tidak takut dan gentar dalam menghadapi aneka tantangan, masalah dan hambatan.

 

"Aku hendak bersyukur kepada-Mu dengan segenap hatiku, di hadapan para allah aku akan bermazmur bagi-Mu. Aku hendak sujud ke arah bait-Mu yang kudus dan memuji nama-Mu, oleh karena kasih-Mu dan oleh karena setia-Mu; sebab Kaubuat nama-Mu dan janji-Mu melebihi segala sesuatu. Pada hari aku berseru, Engkau pun menjawab aku, Engkau menambahkan kekuatan dalam jiwaku" (Mzm 138:1-3).

Jakarta, 29 September 2010   .   


Senin, 27 September 2010

28 Sept - Ayb 3:1-3.11-17.20-23; Luk 9:51-56

"Ia berpaling dan menegor mereka"

(Ayb 3:1-3.11-17.20-23; Luk 9:51-56)

 

"Ketika hampir genap waktunya Yesus diangkat ke sorga, Ia mengarahkan pandangan-Nya untuk pergi ke Yerusalem, dan Ia mengirim beberapa utusan mendahului Dia. Mereka itu pergi, lalu masuk ke suatu desa orang Samaria untuk mempersiapkan segala sesuatu bagi-Nya. Tetapi orang-orang Samaria itu tidak mau menerima Dia, karena perjalanan-Nya menuju Yerusalem. Ketika dua murid-Nya, yaitu Yakobus dan Yohanes, melihat hal itu, mereka berkata: "Tuhan, apakah Engkau mau, supaya kami menyuruh api turun dari langit untuk membinasakan mereka?" Akan tetapi Ia berpaling dan menegor mereka. Lalu mereka pergi ke desa yang lain"(Luk 9:51-56), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan  hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Yerusalem adalah kota suci atau kota idaman, maka kalau Yesus mengarahkan pandanganNya berarti menatap atau menghadapi pemenuhan tugas pengutusanNya dan bagi kita berarti pemenuhan cita-cita atau dambaan yang baik dan suci alias menjadi suci. Untuk menjadi suci atau baik memang harus menghadapi aneka tantangan, masalah dan hambatan. Ada  kecenderungan umum di antara kita ketika menghadapi tantangan, masalah atau hambatan dari ssorang bernafsu untuk membunuh atau memusnahkan orang tersebut, sebagaimana dimohonkan oleh Yakobus dan Yohanes "Tuhan apakah Engkau mau, supaya kami menyuruh api turun dari langit untuk membinasakan mereka". Kita tidak baik membinakan orang yang menghambat atau mengganggu kita, melainkan yang baik adalah dengan rendah hati mempertobatkan mereka. Maka baiklah kami mengingatkan dan mengajak kita semua: hendaknya jangan membinasakan atau membunuh para pendosa, melainkan ajaklah para pendosa untuk bertobat, jangan menyingkirkan mereka yang bodoh, bermasalah, dst.., melainkan didik dan dampingi mereka untuk mengatasi kebodohan dan permasalahan mereka. Hadapi masalah, tantangan dan hambatan sebagai wahana atau jalan untuk mendewasakan diri, sebagai bantuan bagi kita untuk semakin menjadi suci, semakin dikasihi oleh Tuhan dan sesama manusia dimanapun dan kapanpun. Mereka yang menghindari tantangan atau masalah akan menjadi pribadi yang kerdil dalam hal kepribadian alias tidak akan pernah menjadi dewasa. Mari kita belajar dari dunia wayang, yaitu Werkudoro atau Seno yang ttidak takut ancaman binatang buas di hutan belantara maupun gelombang samudera dalam mengusahakan untuk bertemu "Hyang Suci" di kedalaman samodra. Dengan begitu Werkudoro disebut sebagai 'penegak Pandowo', penegak saudara-saudaranya.

·   "Mengapa terang diberikan kepada yang bersusah-susah, dan hidup kepada yang pedih hati; yang menantikan maut, yang tak kunjung tiba, yang mengejarnya lebih dari pada menggali harta terpendam; yang bersukaria dan bersorak-sorai dan senang, bila mereka menemukan kubur; kepada orang laki-laki yang jalannya tersembunyi, yang dikepung Allah" (Ayb 3:20-23). "Terang diberikan kepada yang bersusah-payah,dan hidup kepada yang pedih hati" mungkin juga menjadi pertanyaan kita semua, namun hemat saya itulah kebenaran sejati. Yang sungguh membutuhkan terang adalah mereka yang bersusah-payah dan hidup adalah yang pedih hati. Jika kita mawas diri secara jujur kiranya masing-masing dari kita sedang dalam keadaan susah-payah dan pedih hati juga, maka baiklah kami mengajak dan mengingatkan kita semua: marilah dengan rendah hati kita membuka diri terhadap aneka bantuan dari orang lain agar kita senantiasa dalam keadaan hidup bergairah serta terang-benderang terus menerus, sebaliknya ketika ada saudara-saudari kita yang menerima anugerah terang dan hidup alias hidup bahagia dan sejahtera hendaknya kita tidak iri hati, melainkan bersyukur. Marilah kita lihat dan cermati apakah di antara saudara-saudari kita ada yang sedang sangat bersusah-payah dan pedih hati, yang membutuhkan terang dan kegairahan hidup. Mereka kita doakan dan jika mungkin kita datangi dengan rendah hati guna membantu mereka terbebaskan dari susah-payah maupun pedih hati. Susah-payah dan pedih hati yang lahir dari kesadaran dan penghayatan diri sebagai yang berdosa, lemah dan rapuh merupakan rahmat dan awal untuk hidup dalam terang sejati. Susah-payah dan pedih hati yang demikian itu merupakan hiburan rohani, karena dengan demikian kita menyadari dan menghayati diri sebagai yang berdosa dan dipanggil oleh Tuhan untuk berpartisipasi dalam karya penyelamatanNya. Dari susah-payah dan pedih hati yang demikian ini akan lahirlah nilai-nilai atau keutamaan-keutamaan yang menyelematkan dan membahagiakan  jiwa.

 

"Ya TUHAN, Allah yang menyelamatkan aku, siang hari aku berseru-seru, pada waktu malam aku menghadap Engkau. Biarlah doaku datang ke hadapan-Mu, sendengkanlah telinga-Mu kepada teriakku; sebab jiwaku kenyang dengan malapetaka, dan hidupku sudah dekat dunia orang mati. Aku telah dianggap termasuk orang-orang yang turun ke liang kubur; aku seperti orang yang tidak berkekuatan. Aku harus tinggal di antara orang-orang mati, seperti orang-orang yang mati dibunuh, terbaring dalam kubur, yang tidak Kauingat lagi, sebab mereka terputus dari kuasa-Mu"(Mzm 88:2-6).

Jakarta, 28 September 2010      


Minggu, 26 September 2010

27 Sept - Ayb 1:6-22; Luk 9:46-50)

"Timbullah pertengkaran di antara para murid Yesus tentang siapakah yang terbesar di antara mereka"

(Ayb 1:6-22; Luk 9:46-50)

 

"Maka timbullah pertengkaran di antara murid-murid Yesus tentang siapakah yang terbesar di antara mereka.Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka. Karena itu Ia mengambil seorang anak kecil dan menempatkannya di samping-Nya, dan berkata kepada mereka: "Barangsiapa menyambut anak ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku; dan barangsiapa menyambut Aku, ia menyambut Dia, yang mengutus Aku. Karena yang terkecil di antara kamu sekalian, dialah yang terbesar." Yohanes berkata: "Guru, kami lihat seorang mengusir setan demi nama-Mu, lalu kami cegah orang itu, karena ia bukan pengikut kita."Yesus berkata kepadanya: "Jangan kamu cegah, sebab barangsiapa tidak melawan kamu, ia ada di pihak kamu." (Luk 9:46-50), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St.Vinsensius de Paul, imam, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Cekcok, pertengkaran, tawuran sampai saling membunuh masih terjadi di sana-sini dalam kehidupan sehari-hari, yang antara lain disebabkan oleh aneka perbedaan yang ada. Di bumi ini kiranya tidak ada manusia yang identik, sama persis satu sama lain, meskipun dilahirkan kembar pasti tetap ada perbedaan satu sama lain. Salah satu perbedaan yang mencolok adalah laki-laki dan perempuan, yang diciptakan oleh Allah berbeda satu sama lain serta dianugerahi kerinduan, dambaan, gairah, nafsu untuk saling mendekat, mengenal dan  mengasihi, menjadi suami isteri. Dengan kata lain apa yang berbeda menjadi daya tarik, daya pikat, daya pesona untuk saling mendekat, mengenal dan mengasihi, maka baiklah hal ini kita hayati dalam hidup kita sehari-hari. Salah satu yang menyamakan kita yang berbeda satu sama lain adalah sama-sama berkehendak baik, namun ketika menjadi tindakan dapat berbeda. Maka baiklah kita saling mengkomunikasikan, menjelaskan dan membeberkan kehendak baik kita kepada saudara-saudari kita untuk diinerjikan sehingga kita bersama memiliki kehendak baik bersama. Memang untuk itu kita harus siap sedia untuk saling terbuka satu sama lain, tiada yang ditutupi sedikitpun di antara kita, bagaikan sepasang suami-isteri yang saling mengasihi dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan segenap tubuh dalam keadaan sama-sama telanjang bulat tidak malu dan tidak saling melecehkan. Hidup dalam dan oleh kasih memang tidak ada perbedaan sama sekali, karena kasih itu bebas, tak terbatas. Dalam warta gembira hari ini kita juga diingatkan bahwa "barangsiapa tidak melawan kamu, ia ada di pihak kamu",   maksudnya jika ada orang yang melakukan sama seperti apa yang kita lakukan, hendaknya tidak marah atau iri hati, melainkan berterima kasih dan bersyukurlah.

·   "Apakah engkau memperhatikan hamba-Ku Ayub? Sebab tiada seorang pun di bumi seperti dia, yang demikian saleh dan jujur, yang takut akan Allah dan menjauhi kejahatan." (Ayb 1:8), demikian firman Tuhan kepada Iblis.  Kutipan ini mengingatkan kita akan Ayub 'yang demikian saleh dan jujur, yang takut akan Allah dan menjauhi kejahatan'. Kiranya Vinsensius de Paul yang kita kenangkan hari ini, sebagai seorang imam, berusaha hidup dan bertindak seperti Ayub tersebut. Maka baiklah dengan ini kami mengingatkan dan mengajak rekan-rekan imam khususnya maupun umat beriman pada umumnya, untuk meneladan sikap hidup Ayub sebagaimana difirmankan Tuhan di atas. Kita semua dipanggil untuk hidup suci, yang antara lain ditandai hidup saleh dan jujur serta tak pernah berbuat jahat sedikitpun. Sebagai orang yang telah dibaptis marilah kita hayati rahmat dan janji baptis, dimana kita pernah berjanji 'untuk hanya mengabdi Tuhan Allah saja serta menolak semua godaan setan' dalam hidup sehari-hari. Jika rahmat dan janji baptis ini dapat kita hayati dengan baik, maka penghayatan janji-janji yang mengikutinya, seperti janji perkawinan atau imamat dan kaul, akan lebih mendalam dan handal. Sebaliknya jika rahmat dan janji  baptis tidak dihayati dengan baik, maka hidup terpanggil sebagai suami-isteri, imam, bruder atau suster pasti akan amburadul, kacau balau, dst.. Dengan kata lain jika ada suam-isteri katolik, imam,  bruder atau suster saling bertengkar atau bermusuhan, hendaknya yang bersangkutan ditanya dengan rendah hati "apakah anda pernah dibaptis?". Jika mendengar pertanyaan ini mereka semakin marah, berarti dengan jelas yang bersangkutan tidak menghayati rahmat baptisan, apalagi hidup terpanggil berikutnya. Keungulan hidup beriman atau beragama adalah dalam perilaku atau tindakan yang baik, berbudi pekerti luhur atau bermoral.

 

"Dengarkanlah, TUHAN, perkara yang benar, perhatikanlah seruanku; berilah telinga akan doaku, dari bibir yang tidak menipu. Dari pada-Mulah kiranya datang penghakiman: mata-Mu kiranya melihat apa yang benar. Bila Engkau menguji hatiku, memeriksanya pada waktu malam, dan menyelidiki aku, maka Engkau tidak akan menemui sesuatu kejahatan; mulutku tidak terlanjur." (Mzm 17:1-3)

Jakarta, 27 September 2010