"Ada malaikat mereka di sorga yang selalu memandang wajah BapaKu yang di sorga."
(Kel 23:20-23a; Mat 18:1-5.10)
"Pada waktu itu datanglah murid-murid itu kepada Yesus dan bertanya: "Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga?" Maka Yesus memanggil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka lalu berkata: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga. Dan barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku." Ingatlah, jangan menganggap rendah seorang dari anak-anak kecil ini. Karena Aku berkata kepadamu: Ada malaikat mereka di sorga yang selalu memandang wajah Bapa-Ku yang di sorga." (Mat 18:1-5.10), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta Para Malaikat Pelindung hari ini, saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
· Gambar malaikat sering berupa anak kecil yang bersayap, dengan mata bersinar cerah dan mulut tersenyum, yang menggambarkan kesucian dan kegembiraan serta kegairahan. Bukankah anak-anak kecil masih suci dan belum berdosa sedikitpun? Gambar malaikat tersebut sering berada di atas kepala santo-santa, dengan maksud sebagaimana diwartakan dalam Kabar Gembira hari ini, yaitu "malaikat mereka di sorga yang selalu memandang wajah Bapa-Ku di sorga". Sebagai orang beriman masing-masing dari kita didampingi oleh malaikat pelindung, yang mengajak dan mendorong kita untuk senantiasa 'memandang wajah Allah yang di sorga', artinya mendorong, menjaga dan mengawasi kita agar kita senantiasa setia berbuat baik kepada sesama kita dimanapun dan kapanpun, tanpa pandang bulu. Untuk mengingatkan dan menyadarkan kita bahwa kita didampingi oleh malaikat pelindung, mungkin ada baiknya kita sering menatap anak-anak kita yang masih kecil, yang ceria, dinamis, menggembirakan, menarik dan mempesona. Dengan kata lain sebagai orang yang didampingi oleh malaikat pelindung kita diharapkan seperti anak kecil, yang ceria, dinamis, menggembirakan, menarik dan mempesona. Jika masing-masing dari kita mengimani dan menghayati pendampingan malaikat pelindung ini, maka kebersamaan hidup kita dimanapun dan kapanpun senantiasa menggembirakan, menarik dan mempesona, karena kita dengan rendah hati senantiasa berusaha untuk saling berbuat baik satu sama lain. Percaya kepada malaikat pelindung antara lain juga berarti ketika saya sendirian, entah siang atau malam, tidak pernah takut dan gentar, serta tidak pernah berbuat jahat atau melakukan tindakan amoral atau hidup seenaknya, bermalas-malasan.
· "Sesungguhnya Aku mengutus seorang malaikat berjalan di depanmu, untuk melindungi engkau di jalan dan untuk membawa engkau ke tempat yang telah Kusediakan" (Kel 23:20), demikian firman Allah kepada bangsa terpilih, yang sedang dalam perjalanan menuju tanah terjanji. Sebagai manusia kita berasal dari Allah dan diharapkan kembali kepada Allah setelah meninggal dunia nanti. Dengan kata lain hidup ini adalah perjalanan, dan di dalam perjalanan sering terjadi aneka perubahan, tantangan dan hambatan serta masalah, yang dapat mengganggu perjalanan kita. Allah mengutus malaikatNya berjalan di depan kita, mendahului perjalanan kita, dan kita diharapkan setia mengikutinya. Malaikat Allah tersebut antara lain secara konkret dapat berupa aneka macam petunjuk atau tata tertib yang ada di dalam perjalanan, maka jika kita mendambakan selamat sampai di tujuan marilah kita taati dan ikuti sepenuh hati aneka petunjuk dan tata tertib tersebut. Malaikat Allah juga menjadi nyata dalam diri saudara-saudari kita yang baik atau berkehendak baik, yang dapat kita temui atau jumpai dimanapun dan kapanpun. Maka ketika kita bingung atau frustrasi atau putus asa di dalam perjalanan hidup, panggilan dan tugas pengutusan, hendaknya tidak malu untuk bertanya atau minta bantuan kepada saudara-saudari kita yang berkehendak baik tersebut. "Malu bertanya sesat di jalan", demikian kata sebuah pepatah. Kita kiranya dapat belajar dari para pilot yang setia mengikuti petunjuk perjalanan, sebagaimana diperintahkan dari menara pengawas di bandara-bandara maupun yang ditunjukkan di dalam radar atau computer perihal cuaca dll… Pilot sungguh mentaati dan melaksanakan petunjuk-petunjuk perjalanan yang ada sehingga pesawat beserta penumpangnya selamat sampai tujuan. Ruang perjalanan di angkasa sangat luas, namun pilot tidak dapat seenaknya memilih jalan yang harus dilewati.
"Orang yang duduk dalam lindungan Yang Mahatinggi dan bermalam dalam naungan Yang Mahakuasa akan berkata kepada TUHAN: "Tempat perlindunganku dan kubu pertahananku, Allahku, yang kupercayai." Sungguh, Dialah yang akan melepaskan engkau dari jerat penangkap burung, dari penyakit sampar yang busuk. Dengan kepak-Nya Ia akan menudungi engkau, di bawah sayap-Nya engkau akan berlindung, kesetiaan-Nya ialah perisai dan pagar tembok." (Mzm 91:1-4)
Jakarta, 2 Oktober 2010