Fans Page Facebook http://imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Jumat, 08 Januari 2010

10 Jan - Yes 40:1-5. 9-11; Tit 2:11-14; 3:4-7; Luk 3:15-16.21-22

"Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan."

PESTA PEMBAPTISAN TUHAN:  Yes 40:1-5. 9-11; Tit 2:11-14; 3:4-7; Luk 3:15-16.21-22



"Baptis, pintu gerbang sakramen-sakramen, yang perlu untuk keselamatan, entah diterima secara nyata atau setidak-tidaknya dalam kerinduan, dengan mana manusia dibebaskan dari dosa, dilahirkan kembali sebagai anak-anak Allah serta digabungkan  dengan Gereja setelah dijadikan serupa dengan Kristus oleh meterai yang tak terhapuskan, hanya dapat diterimakan secara sah dengan pembasuhan air sungguh bersama rumus kata-kata yang diwajibkan" (KHK kan 849). Rumus kata-kata yang diwajibkan adalah "…, aku membaptis engkau dalam nama Bapa, dan Putera, dan Roh Kudus".  Maka baiklah dalam rangka mengenangkan Pesta Pembaptisan Tuhan hari ini, marilah kita mawas diri perihal rahmat pembaptisan yang telah kita terima.

 

"Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan."(Luk 3:22)

Dibaptis berarti 'disisihkan/dipersembahkan bagi Tuhan seutuhnya'. Dalam upacara pembaptisan, dahi yang dibaptis dicurahi air, sementara itu di beberapa agama Kristen tertentu (pembaptisan pada umumnya dilakukan ketika yang bersangkutan telah berusia 17 tahun) yang dibaptis dibenamkan ke dalam kolam. Yang dibaptis pada umumnya mengenakan pakaian putih. Pencurahan air atau pembenaman ke dalam air merupakan symbol pembersihan sehingga yang bersangkutan sungguh menjadi bersih, suci, yang dilambangkan dengan pakaian putih. Sebelum dibaptis yang bersangkutan juga berjanji untuk "hanya mau mengabdi Tuhan saja serta menolak semua godaan setan", maka baiklah kita mawas diri perihal janji baptis ini.

 

"Mengabdi atau melayani Tuhan" berarti bersikap mental melayani, dan tentu saja pelayanan kepada Tuhan harus menjadi nyata dalam pelayanan kepada sesama dan saudara-saudari kita. Karena kita sama-sama telah dibaptis berarti dalam hidup bersama kita saling melayani, saling berkenan satu sama lain, karena pelayan yang  baik senantiasa berkenan pada yang dilayani. Kami berharap hidup saling melayani dan  berkenan satu sama lain ini sungguh terjadi di dalam setiap keluarga, sebagai komunitas atau hidup  bersama yang paling dasar, yang mendasari hidup bersama yang lebih  besar.  Kepada saudara-saudari kita yang tidak seagama atau seiman dengan kita, alias tidak dibaptis, hendaknya kita bersikap mental melayani mereka. Ciri-ciri pelayan yang baik antara lain: gembira, cekatan, tanggap, siap sedia, tidak pernah mengeluh atau marah, dst., maka ciri-ciri macam itulah yang hendaknya juga menjadi cirikhas cara hidup dan cara bertindak kita sebagai orang yang telah dibaptis.

 

Godaan setan dapat menggejala dalam berbagai bentuk, misalnya harta benda/uang, pangkat/kedudukan, kehormatan dan kenikmatan duniawi.  Dari godaan-godaan ini kiranya yang paling berpengaruh adalah harta benda atau uang, sebagaimana dikatakan oleh St.Ignatius Loyola bahwa 'harta benda atau uang adalah ibu dan benteng hidup membiara atau beriman'. Harta benda atau uang adalah 'jalan ke sorga atau ke neraka', sebagai 'jalan' pada dasarnya netral dan maknanya tergantung dari mereka yang menggunakan atau memfungsikannya. Dengan harta benda atau uang orang dapat memenuhi nafsu atau keinginan demi kenikmatan atau keenakan diri sendiri, entah dalam hal makan dan minum, seks dst.. , tetapi dengan harta benda atau uang orang juga dapat menjadi lebih suci atau lebih beriman ketika yang bersangkutan memfungsikan atau menggunakan sesuai dengan motto 'intentio dantis' (=maksud pemberi).  Maka hemat saya kita dapat melawan godaan setan yang menggejala dalam harta benda atau uang ketika kita berpegang teguh pada motto 'intentio dantis'.  Tertib, jujur, disiplin dalam hal harta benda dan uang hemat kami yang bersangkutan juga akan dengan mudah tertib, jujur, disiplin dalam pelaksanaan tugas pengutusan maupun fungsi dalam hidup dan kerja bersama. Sekali lagi kami berharap bahwa anak-anak sedini mungkin dilatih dan dididik dalam pengggunaan atau pemfungsian harta benda dan uang ini sesuai 'intentiio dantis',  dan tentu saja dengan teladan konkret dari orangtua atau ayah dan ibu.

 

"Kasih karunia Allah yang menyelamatkan semua manusia sudah nyata. Ia mendidik kita supaya kita meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi dan supaya kita hidup bijaksana, adil dan beribadah di dalam dunia sekarang ini"(Tit 2:11-12)

Rahmat pembapisan yang telah kita terima merupakan modal atau kekuatan untuk "meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi serta hidup bijaksana, adil dan beribadah di dalam dunia sekarang ini". Meninggalkan kefasikan dan keinginan duniawi serta hidup bijaksana, adil dan beribadah kiranya bagaikan mata uang bermuka dua, dapat dibedakan tetapi tak dapat dipisahkan, maka baiklah sebagai yang telah dibaptis saya mengajak kita semua untuk mawas diri yang bersifat positif, yaitu 'hidup bijaksana, adil dan beribadah':

1)      Bijaksana: Orang bijaksana ada orang yang tahu akan apa yang harus dikatakan, dan yang dikatakan senantiasa benar alias menyelamatkan dan membahagiakan atau mensejahterakan. Pada umumnya orang bijaksana juga tidak banyak berkata-kata atau bicara omong kosong berkepanjangan. Orang  bijaksana akan memiliki sifat-sifat atau ciri-ciri ini:: toto -> teratur, titi-> teliti, hati-hati, titis-> tepat, berfokus, efektif dan efisien,  temen-> jujur, tulus , tetep-> konsisten, mantap, tatag-> tabah, tatas-> tegas (lih….)

2)      Adil: Keadilan yang paling mendasar adalah hormat terhadap harkat martabat manusia, menjunjung tinggi hak-hak azasi manusia. Memang secara konkret adil hendaknya sungguh dihayati oleh mereka yang mempekerjakan orang lain alias para pengusaha, yang memiliki buruh atau pekerja. Maka dengan ini kami mendambakan para pengusaha atau yang mempekerjakan orang lain untuk memberi imbal jasa atau gaji yang memadai, sehingga para pekerja atau buruh layak hidup sebagai manusia pada umumnya. Hormat terhadap harkat martabat manusia dan pemberian imbal jasa atau gaji yang adil hemat saya  bagaikan mata uang bermuka dua, dapat dibedakan tetapi tak dapat dipisahkan. Perilaku adil ini hendaknya dididikkan pada anak-anak, entah di dalam keluarga maupun sekolah, dan tentu saja dengan teladan konkret dari para orangtua maupun guru/pendidik.     

3)      Beribadah: Ibadah merupakan salah satu cirikhas hidup orang beragama atau beriman. Maka baiklah kita setia untuk berdoa atau beribadah setiap hari secara pribadi dan secara bersama-sama di hari Minggu bagi yang beragama Kristen atau Katolik, sedangkan yang beragama Islam pada hari Jum'at.  Berdoa yang baik hemat saya bukan panjangya kata-kata atau gerak-gerik tubuh maupun penampilan wajah, melainkan hati yang terarah sepenuhnya kepada Tuhan, Yang Ilahi. Dengan kata lain berdoa hemat saya dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja, tidak terikat oleh ruang dan waktu; dan dengan demikian orang tidak memisahkan hidup doa dan kerja. "Lihat, itu Tuhan ALLAH, Ia datang dengan kekuatan dan dengan tangan-Nya Ia berkuasa. Lihat, mereka yang menjadi upah jerih payah-Nya ada bersama-sama Dia, dan mereka yang diperoleh-Nya berjalan di hadapan-Nya. Seperti seorang gembala Ia menggembalakan kawanan ternak-Nya dan menghimpunkannya dengan tangan-Nya; anak-anak domba dipangku-Nya, induk-induk domba dituntun-Nya dengan hati-hati" (Yes 40:10-11). Kehadiran dan karya Tuhan Allah menjadi nyata dalam ciptaan-ciptaanNya, maka mengarahkan hati kepada Tuhan Allah berarti juga memperhatikan ciptaan-ciptaanNya di dunia ini.

 

"TUHAN, Allahku, Engkau sangat besar! Engkau yang berpakaian keagungan dan semarak, yang berselimutkan terang seperti kain, yang membentangkan langit seperti tenda, yang mendirikan kamar-kamar loteng-Mu di air, yang menjadikan awan-awan sebagai kendaraan-Mu, yang bergerak di atas sayap angin, yang membuat angin sebagai suruhan-suruhan-Mu, dan api yang menyala sebagai pelayan-pelayan-Mu," (Mzm 104:1b-4)

 

Jakarta, 10 Januari 2010

 


Kamis, 07 Januari 2010

8 Jan - 1Yoh 5:5-13; Luk 5:12-16

"Seketika itu juga lenyaplah penyakit kustanya".

(1Yoh 5:5-13; Luk 5:12-16)

 

"Pada suatu kali Yesus berada dalam sebuah kota. Di situ ada seorang yang penuh kusta. Ketika ia melihat Yesus, tersungkurlah ia dan memohon: "Tuan, jika Tuan mau, Tuan dapat mentahirkan aku." Lalu Yesus mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu, dan berkata: "Aku mau, jadilah engkau tahir." Seketika itu juga lenyaplah penyakit kustanya. Yesus melarang orang itu memberitahukannya kepada siapa pun juga dan berkata: "Pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam dan persembahkanlah untuk pentahiranmu persembahan seperti yang diperintahkan Musa, sebagai bukti bagi mereka." Tetapi kabar tentang Yesus makin jauh tersiar dan datanglah orang banyak berbondong-bondong kepada-Nya untuk mendengar Dia dan untuk disembuhkan dari penyakit mereka.Akan tetapi Ia mengundurkan diri ke tempat-tempat yang sunyi dan berdoa" (Luk 5:12-16), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Sabda atau 'kata-kata' yang penuh kuasa, antara lain mampu menyembuhkan orang sakit,  itulah sabda Yesus. Dalam kenyataan hidup sehari-hari kiranya cukup banyak orang yang mudah terpengaruh atau dikuasai oleh kata-kata manis atau kasar. Yang manis misalnya berasal dari para penipu, sebagaimana dilakukan via HP, dengan menawarkan barang tertentu, dst., sedangkan yang kasar antara lain kemarahan orang lain. Bercermin atau berrefleksi dari Warta Gembira hari ini kiranya kita semua dipanggil untuk berkata-kata yang menyembuhkan, membahagiakan atau menyelamatkan, bukan menyakitkan atau membuat permusuhan dan kebencian. Kata-kata yang demikian itu kiranya keluar dari orang yang berhati suci, jernih dan bersih, yang dikuasai oleh Roh Kudus atau Allah. Kuasa penyembuhannya mungkin tidak sebesar sabda Yesus, tetapi apa yang dikatakan, entah berupa nasihat, saran, sapaan dst.. sungguh membuat orang menjadi semakin beriman, semakin mempersembahkan diri kepada Tuhan. Dengan kata lain kata yang keluar dari mulutnya adalah kata-kata bijak. Marilah kita bersama-sama mengusahakan dengan rendah hati dalam hal berkata bijak, antara lain dengan berkata benar sesuai dengan situasi dan kondisi. Secara khusus kami mengharapkan mereka yang sering berkata-kata, misalnya pastor/pendeta dalam berkotbah, para guru, orangtua, para penceramah, dst.. untuk menyampaikan kata-kata yang menyelamatkan dan membahagiakan, yang mendorong atau memotivasi para pendengarnya untuk semakin beriman, semakin mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan di dalam hidup dan kerja sehari-hari.

·   "Siapakah yang mengalahkan dunia, selain dari pada dia yang percaya, bahwa Yesus adalah Anak Allah? Inilah Dia yang telah datang dengan air dan darah, yaitu Yesus Kristus, bukan saja dengan air, tetapi dengan air dan dengan darah. Dan Rohlah yang memberi kesaksian, karena Roh adalah kebenaran. Sebab ada tiga yang memberi kesaksian [di dalam sorga: Bapa, Firman dan Roh Kudus; dan ketiganya adalah satu. Dan ada tiga yang memberi kesaksian di bumi]: Roh dan air dan darah dan ketiganya adalah satu" (1Yoh 5:5-8). Roh, air dan darah menjadi satu, itulah kesaksian yang menyembuhkan dan membahagiakan. Roh merupakan symbol kuasa yang menggerakkan dan memberdayakan, air adalah symbol kesegaran atau kebugaran  dan darah adalah symbol kehidupan. Hidup yang segar bugar dan dinamis itulah yang menjadi dambaan atau harapan semua orang; marilah kita usahakan bersama-sama hidup yang demikian itu. Untuk mengusahakannya antara lain kita harus menjaga kesegaran dan kebugaran tubuh kita, dan untuk itu hendaknya makan dan minum sesuai dengan motto 'empat sehat lima sempurna', cukup berolahraga maupun beristirahat, hidup teratur. Ketika tubuh dalam keadaan atau kondisi segar-bugar kiranya dengan mudah orang yang bersangkutan untuk berdoa atau beribadah dalam rangka mohon rahmat, terang dan kekuatan dari Tuhan. "Ora et labora", Berdoa dan bekerja, menjadi motto kita; berdoa dan bekerja bagaikan mata uang bermuka dua, dapat dibedakan namun tak dapat dipisahkan. Kami berharap cara hidup yang segar-bugar dan beribadah ini sedini mungkin dibiasakan atau dididikkan kepada anak-anak di dalam keluarga dan tentu saja dengan teladan konkret dari orangtua, ayah dan ibu. Hidup segar-bugar dan beribadah merupakan bentuk kesaksian iman.

 

"Megahkanlah TUHAN, hai Yerusalem, pujilah Allahmu, hai Sion! Sebab Ia meneguhkan palang pintu gerbangmu, dan memberkati anak-anakmu di antaramu. Ia memberikan kesejahteraan kepada daerahmu dan mengenyangkan engkau dengan gandum yang terbaik. Ia menyampaikan perintah-Nya ke bumi; dengan segera firman-Nya berlari" (Mzm 147:12-15).

         

Jakarta, 8 Januari 2010


Rabu, 06 Januari 2010

7 Jan - 1Yoh 4:19-5:4; Luk 4:14-22a

"Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya."

(1Yoh  4:19-5:4; Luk 4:14-22a)

 

"Dalam kuasa Roh kembalilah Yesus ke Galilea. Dan tersiarlah kabar tentang Dia di seluruh daerah itu. Sementara itu Ia mengajar di rumah-rumah ibadat di situ dan semua orang memuji Dia. Ia datang ke Nazaret tempat Ia dibesarkan, dan menurut kebiasaan-Nya pada hari Sabat Ia masuk ke rumah ibadat, lalu berdiri hendak membaca dari Alkitab. Kepada-Nya diberikan kitab nabi Yesaya dan setelah dibuka-Nya, Ia menemukan nas, di mana ada tertulis: "Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang." Kemudian Ia menutup kitab itu, memberikannya kembali kepada pejabat, lalu duduk; dan mata semua orang dalam rumah ibadat itu tertuju kepada-Nya. Lalu Ia memulai mengajar mereka, kata-Nya: "Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya." Dan semua orang itu membenarkan Dia dan mereka heran akan kata-kata yang indah yang diucapkan-Nya," (Luk 4:14-22a), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Orang yang sungguh hidup dari dan oleh "Roh" kiranya akan sungguh dikuasai atau dirajai oleh Roh; dan karena Roh itu adalah Roh Allah, buah penguasaanNya adalah Kabar Gembira, antara lain "pembebasan kepada orang-orang tawanan, penglihatan bagi orang-orang buta serta pemberitaan tahun rahmat Tuhan". Begitulah yang terjadi dalam diri Yesus ketika dalam Roh Kudus Ia membacakan nas dari Kitab Yesaya, maka Ia bersabda "Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya", yang disuarakan atau diberitakan adalah apa yang terjadi. Sebagai orang-orang yang beriman kepadaNya kita juga dipanggil untuk meneladanNya. Hendaknya kita senantiasa satu dalam kata dan tindakan, tidak bermain sandiwara atau pura-pura. Meneladan Yesus kita juga dipanggil untuk membebaskan mereka yang tertawan, memberi penglihatan kepada mereka yang buta serta memberitakan rahmat Tuhan alias keselamatan dan kebahagiaan sejati. Perkenankan saya disini untuk memberi perhatian mereka yang tertawan, tidak hanya yang ditawan di Lembaga Pemasyarakatan atau penjara, tetapi juga mereka yang tertawan oleh berbagai macam nafsu duniawi, misalnya seks, narkoba, makanan atau minuman, gengsi atau kemapanan dst.. , yang tidak kalah penting dan mendesak kiranya juga mereka yang tertawan nonton TV terus menerus atau judi, yang masih marak pada saat ini. Kita datangi dan ingatkan mereka untuk meninggalkan apa yang telah menawan dan menyengsarakan, untuk kembali hidup baik dan berbudi pekerti luhur.

·   "Barangsiapa mengasihi Allah, ia harus juga mengasihi saudaranya" (1Yoh 4:21), demikian peringatan Yohanes kepada kita semua. Peringatan ini  dalam bahasa Latihan Rohani St.Ignatius Loyola adalah "contemplativus in actione", 'menemukan Tuhan dalam segala sesuatu atau menghayati segala sesuatu dalam Tuhan', tidak memisahkan hidup rohani dan jasmani, berdoa/beribadat  dan kesibukan sehari-hari. Dengan kata lain dengan semangat iman kristiani kita hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara atau hidup mendunia, berparitisipasi dalam seluk-beluk atau hal-ikwal duniawi dengan dan dalam iman. Semakin mendunia semakin beriman, semakin beriman semakin mendunia, mengusahakan kesucian hidup dengan mengelola dan mengurus hal-hal duniawi. Mayoritas waktu dan tenaga kita kiranya terarah pada seluk-beluk atau hal-ikwal duniawi. Sebagai contoh antara lain menghayati kerja bagaikan beribadah, dan dengan demikian rekan kerja bagaikan rekan beribadah, suasana kerja bagaikan suasana beribadah, perawatan sarana-prasarana kerja bagaikan merawat sarana-prasarana ibadah. Ketika sedang beribadah kiranya orang sungguh membaktikan diri kepada Tuhan, maka hendaknya dalam kerja demikian juga halnya: secara konkret kita sungguh membaktikan diri dalam kerja, tugas pengutusan atau pekerjaan sehingga semuanya selesai pada waktunya dengan baik dan membahagiakan. Kita juga dipanggil untuk bersaudara atau bersahabat dengan siapapun, tanpa pandang bulu, SARA, golongan atau keyakinan. Maka marilah kita hayati apa yang sama di antara kita, misalnya sama-sama manusia, sama-sama beriman, sama-sama ciptaan Tuhan, sama-sama anggota masyarakat, dst.  Ketika apa yang sama di antara kita dapat kita hayati secara  mendalam, maka apa yang  berbeda akan fungsional memperdalam, memperteguh dan memperkuat persaudaraan.

 

"Ia akan menebus nyawa mereka dari penindasan dan kekerasan, darah mereka mahal di matanya.Kiranya ia didoakan senantiasa, dan diberkati sepanjang hari     Biarlah namanya tetap selama-lamanya, kiranya namanya semakin dikenal selama ada matahari. Kiranya segala bangsa saling memberkati dengan namanya, dan menyebut dia berbahagia" (Mzm 72:14-15bc.17).

Jakarta, 7 Januari 2010


Selasa, 05 Januari 2010

6 Jan - 1Yoh 4:11-18; Mrk 6:45-52

"Aku ini jangan takut!"

(1Yoh 4:11-18; Mrk 6:45-52)

 

"Sesudah itu Yesus segera memerintahkan murid-murid-Nya naik ke perahu dan berangkat lebih dulu ke seberang, ke Betsaida, sementara itu Ia menyuruh orang banyak pulang. Setelah Ia berpisah dari mereka, Ia pergi ke bukit untuk berdoa. Ketika hari sudah malam perahu itu sudah di tengah danau, sedang Yesus tinggal sendirian di darat. Ketika Ia melihat betapa payahnya mereka mendayung karena angin sakal, maka kira-kira jam tiga malam Ia datang kepada mereka berjalan di atas air dan Ia hendak melewati mereka. Ketika mereka melihat Dia berjalan di atas air, mereka mengira bahwa Ia adalah hantu, lalu mereka berteriak-teriak, sebab mereka semua melihat Dia dan mereka pun sangat terkejut. Tetapi segera Ia berkata kepada mereka: "Tenanglah! Aku ini, jangan takut!" Lalu Ia naik ke perahu mendapatkan mereka, dan angin pun redalah. Mereka sangat tercengang dan bingung, sebab sesudah peristiwa roti itu mereka belum juga mengerti, dan hati mereka tetap degil" (Mrk 6:45-52), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Perasaan takut kiranya terjadi dalam semua orang. Pada umumnya orang takut dalam menghadapi hal-hal baru atau yang tiba-tiba muncul, misalnya: takut menghadapi ujian, takut menghadapi tugas baru, mungkin juga sang penganten baru takut menghadapi 'malam pertama',  ibu muda takut menghadapi kelahiran anak pertama, dst. Ada juga orang sebagai penumpang takut akan terjadi kecelakaan, orang takut tinggal di rumah sendirian,dst.. Apa sebenarnya yang menjadi penyebab ketakutan pada umumnya tidak jelas. Orang menjadi takut karena dirinya 'tidak putih' maupun 'tidak hitam', melainkan 'abu-abu', tidak jelas bersama dengan Tuhan atau bersatu dengan setan. Sebenarnya jika kita bersama Tuhan tidak ada alasan untuk menjadi takut, karena Tuhan menang atas segala sesuatu, sebaliknya ketika bersama setan ada kemungkinan takut terhadap Tuhan. "Tenanglah! Aku ini, jangan takut!", demikian sabda Yesus kepada para rasul/murid yang ketakutan karena mereka lelah dalam "mendayung karena angin sakal", dan tiba-tiba melihat 'orang berjalan-jalan di atas permukaan air'. Tuhan hadir dimana-mana dan kapan saja itulah yang harus kita imani; dengan iman macam itu tiada ketakutan sedikitpun dalam diri kita. Kehadiran Tuhan antara lain dapat kita lihat dan nikmati dalam apa yang baik, luhur, mulia dan indah di sekitar kita, dalam ciptaan-ciptaanNya, terutama dalam diri manusia yang diciptakan sesuai dengan gambar atau citraNya. Apa yang baik, luhur, mulia dan indah di sekitar kita kiranya lebih banyak daripada apa yang jelek, amburadul, remeh, dst., maka marilah kita lihat dan imani agar kita tidak menjadi takut. Takut adalah kalah sebelum perang, bertekut lutut sebelum berjuang, maka penakut berarti menjadi orang murahan.

·   "Di dalam kasih tidak ada ketakutan: kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan; sebab ketakutan mengandung hukuman dan barangsiapa takut, ia tidak sempurna di dalam kasih" (1Yoh 4:18), demikian peringatan Yohanes kepada kita semua. Kasih merupakan ajaran utama dan pertama dari semua agama, dan masing-masing dari kita adalah 'buah kasih' atau 'yang terkasih'. Jika kita dapat menghayati diri sebagai yang terkasih kiranya tidak ada ketakutan sedikitpun, maka marilah kita mawas diri bahwa sebenarnya masing-masing dari kita telah menerima kasih melimpah ruah dari Allah melalui sesama dan saudara-saudari kita. Bahwa kita dapat hidup, tumbuh berkembang sebagaimana adanya pada saat ini hanya karena dan oleh kasih, tanpa kasih kita tidak mungkin hidup seperti saat ini. Jika kita adalah 'yang terkasih', maka dekati dan sikapi siapapun dan segala sesuatu dalam dan oleh kasih, agar tidak menakutkan. Ingat dan sadari bahwa binatang buas dan berbisa pun dapat menjadi sahabat dan tidak menakutkan ketika mereka didekati dan disikapi dalam dan oleh kasih. Kami berharap para orangtua atau suami-isteri dapat menjadi teladan dalam penghayatan kasih ini, karena anda hidup bersama sebagai suami-isteri karena kasih dan oleh kasih. Dengan ini juga kami mengajak siapapun yang masih dalam keadaan 'takut' untuk mawas diri: jangan-jangan anda tidak hidup dalam dan oleh kasih, dan anda memiliki musuh atau sesuatu yang tidak anda senangi. Marilah kita hayati ajaran kasih dari Paulus ini: "Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu" (1Kor 13:4-7).

 

"Kiranya raja-raja dari Tarsis dan pulau-pulau membawa persembahan-persembahan; kiranya raja-raja dari Syeba dan Seba menyampaikan upeti! Kiranya semua raja sujud menyembah kepadanya, dan segala bangsa menjadi hambanya! Sebab ia akan melepaskan orang miskin yang berteriak minta tolong, orang yang tertindas, dan orang yang tidak punya penolong; ia akan sayang kepada orang lemah dan orang miskin, ia akan menyelamatkan nyawa orang miskin" (Mzm 72:10-13).

Jakarta, 6 Januari 2010


Senin, 04 Januari 2010

5 Jan - 1Yoh 4:7-10; Mrk 6: 34-44

"Tergeraklah hatiNya oleh belas kasihan kepada mereka"

(1Yoh 4:7-10; Mrk 6: 34-44)

 

"Ketika Yesus mendarat, Ia melihat sejumlah besar orang banyak, maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka seperti domba yang tidak mempunyai gembala. Lalu mulailah Ia mengajarkan banyak hal kepada mereka. Pada waktu hari sudah mulai malam, datanglah murid-murid-Nya kepada-Nya dan berkata: "Tempat ini sunyi dan hari sudah mulai malam. Suruhlah mereka pergi, supaya mereka dapat membeli makanan di desa-desa dan di kampung-kampung di sekitar ini." Tetapi jawab-Nya: "Kamu harus memberi mereka makan!" Kata mereka kepada-Nya: "Jadi haruskah kami membeli roti seharga dua ratus dinar untuk memberi mereka makan?" Tetapi Ia berkata kepada mereka: "Berapa banyak roti yang ada padamu? Cobalah periksa!" Sesudah memeriksanya mereka berkata: "Lima roti dan dua ikan." Lalu Ia menyuruh orang-orang itu, supaya semua duduk berkelompok-kelompok di atas rumput hijau. Maka duduklah mereka berkelompok-kelompok, ada yang seratus, ada yang lima puluh orang. Dan setelah Ia mengambil lima roti dan dua ikan itu, Ia menengadah ke langit dan mengucap berkat, lalu memecah-mecahkan roti itu dan memberikannya kepada murid-murid-Nya, supaya dibagi-bagikan kepada orang-orang itu; begitu juga kedua ikan itu dibagi-bagikan-Nya kepada semua mereka. Dan mereka semuanya makan sampai kenyang. Kemudian orang mengumpulkan potongan-potongan roti dua belas bakul penuh, selain dari pada sisa-sisa ikan.Yang ikut makan roti itu ada lima ribu orang laki-laki." (Mrk 6:34-44), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Berbagai bencana alam seperti banjir, kebakaran, tanah longsor dll, maupun PHK telah menimbulkan derita banyak orang: kelaparan atau kekurangan dalam hal sandang dan pangan. Apakah hati kita tergerak oleh belas kasihan seperti Yesus, ketika mendengar atau menyaksikan aneka penderitaan? Warta Gembira hari ini mengingatkan dan mengajak kita untuk memiliki hati yang tergerak oleh belas kasihan terhadap mereka yang miskin dan berkekurangan dalam berbagai kebutuhan pokok untuk hidup. Maka kami mengajak anda sekalian untuk 'melihat ke bawah' atau 'turun ke bawah', dengan demikian kita pasti akan melihat mereka yang miskin dan berkekurangan. Marilah kita hayati atau wujudkan motto 'solidaritas' dan 'preferential option for/with the poor' dalam cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari. Kita buka hati dan jiwa kita terhadap mereka yang miskin dan berkekurangan. Apa yang kita miliki, kuasai dan nikmati sampai saat ini adalah anugerah Tuhan, maka marilah kita syukuri dengan meneruskan semuanya itu kepada saudara-saudari kita, terutama bagi mereka yang miskin dan berkekurangan. Jika kita semua bersikap mental 'solidaritas'dan 'preferential option for/with the poor', kiranya tidak ada lagi yang miskin dan berkekurangan, melainkan kita semua akan berkelebihan. Maka jauhkan sikap mental serakah dan hanya mencari keenakan atau keuntungan pribadi atau kelompok sendiri.

·   "Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih.Dalam hal inilah kasih Allah dinyatakan di tengah-tengah kita, yaitu bahwa Allah telah mengutus Anak-Nya yang tunggal ke dalam dunia, supaya kita hidup oleh-Nya" (1Yoh 4:8-9). Sekali lagi kita diingatkan perihal saling mengasihi satu sama lain sebagai saudara atau sesama manusia. Masing-masing dari kita adalah 'buah kasih' atau 'yang terkasih', yang diciptakan dalam dan oleh kasih Allah kerjasama dengan orangtua kita masing-masing yang saling mengasihi dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan segenap tubuh, yang antara lain ada tindakan konkret persetubuhan. Jika masing-masing dari kita dengan rendah hati berani menghayati diri sebagai 'buah kasih' atau 'yang terkasih' maka kita sungguh mengenal Allah dan dengan demikian kita dengan mudah saling mengasihi. Bertemu dengan orang lain berarti 'yang terkasih' bertemu dengan 'yang terkasih', dan dengan demikian secara otomatis saling mengasihi. Tanda bahwa kasih Allah ada di tengah-tengah kita yaitu kita hidup dan bertindak saling mengasihi. Kehidupan bersama yang dijiwai oleh kasih Allah senantiasa menarik, mempesona dan memikat, karena senantiasa memancarkan kasih yang tak terbatas. Kami berharap hidup saling mengasihi ini sungguh terjadi dalam semua keluarga, suami-isteri, yang dibangun dan dikat oleh kasih. Jika semua anggota keluarga saling mengasihi, maka hidup bersama dimanapun dan kapanpun akan saling mengasihi, karena keluarga adalah dasar hidup bersama. Keluarga-keluarga hidup bahagia dan damai sejahtera dalam dan karena kasih, maka seluruh anggota masyarakat akan bahagia dan damai sejahtera juga.

 

"Kiranya ia mengadili umat-Mu dengan keadilan dan orang-orang-Mu yang tertindas dengan hukum! Kiranya gunung-gunung membawa damai sejahtera bagi bangsa, dan bukit-bukit membawa kebenaran! Kiranya ia memberi keadilan kepada orang-orang yang tertindas dari bangsa itu" (Mzm 72:2-4a)

 

Jakarta, 5 Januari 2010