Fans Page Facebook http://imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Jumat, 06 Juli 2012

7 Juli


"Tidak seorang pun menambalkan secarik kain yang belum susut pada baju yang tua"

(Am 9:11-15; Mat 9:14-17)

"Kemudian datanglah murid-murid Yohanes kepada Yesus dan berkata: "Mengapa kami dan orang Farisi berpuasa, tetapi murid-murid-Mu tidak?" Jawab Yesus kepada mereka: "Dapatkah sahabat-sahabat mempelai laki-laki berdukacita selama mempelai itu bersama mereka? Tetapi waktunya akan datang mempelai itu diambil dari mereka dan pada waktu itulah mereka akan berpuasa. Tidak seorang pun menambalkan secarik kain yang belum susut pada baju yang tua, karena jika demikian kain penambal itu akan mencabik baju itu, lalu makin besarlah koyaknya. Begitu pula anggur yang baru tidak diisikan ke dalam kantong kulit yang tua, karena jika demikian kantong itu akan koyak sehingga anggur itu terbuang dan kantong itu pun hancur. Tetapi anggur yang baru disimpan orang dalam kantong yang baru pula, dan dengan demikian terpeliharalah kedua-duanya." (Mat 9:14-17), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Tujuan utama berpuasa atau matiraga adalah untuk mengendalikan diri sedemikian rupa sehingga memiliki cara hidup dan cara bertindak sesuai dengan kehendak Tuhan alias hidup baik, bermoral dan berbudi pekerti luhur. Matiraga pada masa kini memang kurang memperoleh perhatian dan orang lebih mengutamakan aneka macam bentuk kenikmatan fisik yang sebenarnya merusak tubuhnya maupun cara hidupnya. Jika kita dalam hal makan dan minum hanya mengikuti pedoman nikmat dan tidak nikmatm, yang berarti menyantap yang nikmat saja, maka kami percaya kita tidak sehat secara fisik dan dengan demikian juga tidak sehat secara moral, sosial maupun spiritual. Maka dalam hal makan dan minum kami harapkan kita semua berpedoman pada sehat dan tidak sehat: hendaknya kita senantiasa mengkomsumsi jenis makanan dan minuman yang sehat meskipun tidak nikmat. Perhatikan, teliti dan cermati bahwa yang membuat makanan dan minuman menjadi enak dan nikmat tidak lain adalah bumbu-bumbu penyedap yang sarat dengan racun atau zat-zat yang merusak anggota tubuh kita. Marilah kita senantiasa berusaha mengkonsumsi makanan dan minuman yang organic bukan un-organic. Percayalah jika kita dalam hal makan dan minum berpedoman pada sehat dan tidak sehat serta dengan demikian senantiasa memilih dan mengkonsumi makanan dan minuman yang sehat, maka kita juga akan sehat pula dalam pergaulan maupun hidup beragama dan beriman. Jauhkan aneka macam jenis makanan instant yang tidak sehat di dalam keluarga atau tempat tinggal anda. Kita semua kiranya  sungguh masih perlu bermatiraga.

·   "Jikalau engkau bijak, kebijakanmu itu bagimu sendiri, jikalau engkau mencemooh, engkau sendirilah orang yang akan menanggungnya. Perempuan bebal cerewet, sangat tidak berpengalaman ia, dan tidak tahu malu. Ia duduk di depan pintu rumahnya di atas kursi di tempat-tempat yang tinggi di kota, dan orang-orang yang berlalu di jalan, yang lurus jalannya diundangnya dengan kata-kata" (Am 9:12-15). Kutipan ini kiranya sangat bagus untuk kita refleksikan atau renungkan serta kemudian menjadi acuan dan peringatan cara hidup dan cara bertindak kita. Maaf jika dalam kutipan di atas lebih melihat perempuan daripada laki-laki karena mungkin secara umum perempuan memang lebih cerewet daripada laki-laki. Orang-orang cerewet pada umumnya merasa dirinya tidak aman dan terancam terus-menerus. Orang bijak pada umumnya berjalan lurus, berhati mulus, baik dan bermoral. Semua masalah atau persoalan hidup sehari-hari dihadapi dengan tenang, disikapi dengan bijak, dan dengan demikian yang bersangkutan senantiasa juga selamat, damai sejahtera. Orang bijak pada umumnya juga sedikit bicara dan banyak bertindak atau bekerja. Marilah kita bersama-sama dan saling membantu untuk tumbuh berkembang menjadi pribadi yang bijak. Jika kita senantiasa bertindak bijak maka akan tumbuh berkembang menjadi orang bijaksana. "Bijaksana adalah sikap dan perilaku yang dalam segala tindakannya selalu menggunakan akal budi, penuh pertimbangan dan tanggungjawab. Ini diwujudkan dalam perilaku yang cakap bertindak dan kehati-hatian dalam menghadapi berbagai keadaan yang sulit. Keputusan yang diambil berdasarkan pemikiran dan renungan yang mendalam sehingga tidak merugikan siapa pun dan dapat diterima oleh semua pihak" (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka – Jakarta 1997, hal 14-15). Kami berharap para pemimpin di tingkat dan bidang kehidupan bersama apapun senantiasa hidup dan bertindak dengan bijaksana.

"Kasih dan kesetiaan akan bertemu, keadilan dan damai sejahtera akan bercium-ciuman. Kesetiaan akan tumbuh dari bumi, dan keadilan akan menjenguk dari langit.Bahkan TUHAN akan memberikan kebaikan, dan negeri kita akan memberi hasilnya. Keadilan akan berjalan di hadapan-Nya, dan akan membuat jejak kaki-Nya menjadi jalan." (Mzm 85:11-14)

Ign 7 Juli 2012


Kamis, 05 Juli 2012

6 Juli

"Bukan orang sehat yang memerlukan tabib "

(Am 8:4-6.9-12; Mat 9:9-13)

"Setelah Yesus pergi dari situ, Ia melihat seorang yang bernama Matius duduk di rumah cukai, lalu Ia berkata kepadanya: "Ikutlah Aku." Maka berdirilah Matius lalu mengikut Dia. Kemudian ketika Yesus makan di rumah Matius, datanglah banyak pemungut cukai dan orang berdosa dan makan bersama-sama dengan Dia dan murid-murid-Nya. Pada waktu orang Farisi melihat hal itu, berkatalah mereka kepada murid-murid Yesus: "Mengapa gurumu makan bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?" Yesus mendengarnya dan berkata: "Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit. Jadi pergilah dan pelajarilah arti firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, karena Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa." (Mat 9:9-13), demikian kutipan Warta  Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   "Yesuit ialah orang yang mengakui dirinya pendosa, tetapi tahu bahwa dipanggil menjadi sahabat Yesus seperti Ignatius dahulu" demikian salah satu pernyataan iman para Yesuit yang berkumpul dalam Konggregasi Jendral SJ ke 32 di Roma. Pengakuan atau pernyataan ini kiranya sesuai dengan panggilan para Yesuit yang sering menyatakan diri sebagai sahabat-sahabat Yesus, yang datang untuk memanggil dan mengampuni para pendosa. Saya berharap kepada semua umat beriman untuk meneladan Yesus, Tuhan yang datang untuk menyelamatkan orang-orang berdosa dan bukan menghukumnya. Jika kita mawas diri dengan jujur dan benar kiranya kita juga akan mengakui dosa-dosa kita yang begitu banyak, namun tidak pernah diingat atau diperhitungkan oleh Tuhan, melainkan diampuninya. Dengan kata lain kita semua memiliki pengalaman kasih pengampunan yang melimpah ruah dari Tuhan, dan selanjutnya kita dipanggil untuk meneruskan kasih pengampunan tersebut kepada saudara-saudari kita atau sesama kita, tanpa pandang bulu. Marilah kita sadari juga bahwa selama masa balita kita sungguh telah menerima kasih pengampunan Tuhan melalui orangtua kita, khususnya ibu kita masing-masing yang telah mengandung, melahirkan, menyusui dan mendidik kita dengan penuh kasih penganpunan. Marilah kita senantiasa berbelas kasih kepada orang-orang berdosa, dan pecayalah jika orang berdosa dikasihi pasti akan segera bertobat. Orang-orang berdosa atau bersalah tidak untuk disingkirkan atau dibuang, melainkan harus diampuni dan diselamatkan, itulah tugas panggilan segenap umat beriman.

·   "Terimalah didikanku, lebih dari pada perak, dan pengetahuan lebih dari pada emas pilihan.Karena hikmat lebih berharga dari pada permata, apa pun yang diinginkan orang, tidak dapat menyamainya. Aku, hikmat, tinggal bersama-sama dengan kecerdasan, dan aku mendapat pengetahuan dan kebijaksanaan" (Am 8:10-12). "Hikmat lebih berharga daripada permata" itulah yang hendaknya kita renungkan, hayati dan sebarluaskan. Pendidikan lebih utama dan penting daripada pengumpulan harta benda/uang maupun pewarisan harta benda/uang. Kami berharap para orangtua lebih mengutamakan pendidikan anak-anaknya daripada kepentingan lainnya, demikian juga pemerintah di tingkat mana pun kami harapkan lebih mengutamakan pendidikan rakyatnya. Tujuan utama mendidik adalah agar para peserta didik sungguh berhikmat, berbudi pekerti luhur atau bermoral alias cerdas secara spiritual. Untuk itu kami harapkan di semua sekolah atau pendidikan di tingkat mana pun diperlakukan larangan menyontek baik dalam ulangan atau ujian. Hemat saya kebobrokan moral atau budi pekerti warganegara atau bangsa kita saat ini karena para penentu kebijakan hidup bersama tidak memperhatikan pelayanan pendidikan yang baik, melainkan hanya mengejar kepentingan sendiri untuk menumpuk kekayaan atau uang dengan melakukan korupsi. Membiasakan menyontek di kalangan peserta didik atau mahasiswa  merupakan pendidikan korupsi di sekolah-sekolah. Korupsi berarti pembusukan linkungan hidup dan dengan demikian lingkungan hidup yang telah dicemari oleh para koruptor tidak sedap lagi. Cukup menarik bahwa ada oknum Departemen Agama yang juga anggota DPR melakukan korupsi dalam proyek mencetak kitab suci Al Qur'an, hal senada juga dapat terjadi dalam bentuk penyelewengan penggunaan harta benda atau uang di lingkungan tokoh atau pemuka Gereja Katolik. Jika kita tidak beres dalam hal pengurusan harta benda atau uang berarti kita juga tak akan beres perihal hidup kita, dengan kata lain kita tak berhikmat. Akhirnya kami berharap kepada para orangtua untuk dengan sungguh-sungguh mengutamakan pendidikan anak-anaknya agar tumbuh berkembang menjadi pribadi yang berhikmat, berbudi pekerti luhur atau bermoral.

"Berbahagialah orang-orang yang memegang peringatan-peringatan-Nya, yang mencari Dia dengan segenap hati. Dengan segenap hatiku aku mencari Engkau, janganlah biarkan aku menyimpang dari perintah-perintah-Mu" (Mzm 119:2.10)

Ign 6 Juli 2012


Rabu, 04 Juli 2012

5 Juli

"Mengapa kamu memikirkan hal yang jahat di dalam hatimu?"

(Am 7:10-17; Mat 9:1-8)

" Sesudah itu naiklah Yesus ke dalam perahu lalu menyeberang. Kemudian sampailah Ia ke kota-Nya sendiri. Maka dibawa oranglah kepada-Nya seorang lumpuh yang terbaring di tempat tidurnya. Ketika Yesus melihat iman mereka, berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu: "Percayalah, hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni." Maka berkatalah beberapa orang ahli Taurat dalam hatinya: "Ia menghujat Allah." Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka, lalu berkata: "Mengapa kamu memikirkan hal-hal yang jahat di dalam hatimu? Manakah lebih mudah, mengatakan: Dosamu sudah diampuni, atau mengatakan: Bangunlah dan berjalanlah? Tetapi supaya kamu tahu, bahwa di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa" -- lalu berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu --: "Bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu!" Dan orang itu pun bangun lalu pulang. Maka orang banyak yang melihat hal itu takut lalu memuliakan Allah yang telah memberikan kuasa sedemikian itu kepada manusia" (Mat 9:1-8), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Kebanyakan orang pada umumnya lebih berpikiran jahat atau jelek daripada berpikiran baik terhadap saudara-saudarinya, apalagi yang sering dilakukan oleh para pengawas atau peneliti agar kelihatan berwibawa senantiasa berusaha lebih melihat kekurangan dan kelemahan daripada kelebihan dan kekuatan. Berpikiran jelek atau jahat berarti hidup dan bertindak mengikuti bisikan dan dorongan setan atau roh jahat. Sebagai orang beriman berarti berusaha hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak dan perintah Tuhan dan untuk itu senantiasa melihat dan mencari karya penyelenggaraan Tuhan dalam ciptaan-ciptaanNya, terutama dalam diri manusia yang diciptakan sesuai dengan gambar atau citra Tuhan. Beriman memang berarti hidup dan bertindak dijiwai oleh karya penciptaan Tuhan, yang akhirnya senantiasa berusaha melihat apa yang baik dan berkembang dalam ciptaan-ciptaanNya. Marilah kita meneladan Yesus yang datang untuk mengampuni dosa manusia serta menggairahkan cara hidup dan cara bertindak manusia sesuai dengan kehendak dan perintahNya. Marilah kita senantiasa melihat apa yang baik, mulia, luhur dan indah dalam ciptaan-ciptaanNya, terutama dalam diri saudara-saudari kita, sesama manusia. Kami berharap meneladan juga para orangtua yang pada umumnya lebih melihat apa yang baik, mulia, luhur dan indah dalam diri anak-anaknya. Secara khusus kami berharap agar para guru, pendidik atau pembina dan pendamping anak-anak atau generasi muda untuk senantiasa melihat dan mengembangkan apa yang baik dalam diri anak-anak, peserta didik atau binaannya.

·   "Aku harus mempersembahkan korban keselamatan, dan pada hari ini telah kubayar nazarku itu. Itulah sebabnya aku keluar menyongsong engkau, untuk mencari engkau dan sekarang kudapatkan engkau. Telah kubentangkan permadani di atas tempat tidurku, kain lenan beraneka warna dari Mesir. Pembaringanku telah kutaburi dengan mur, gaharu dan kayu manis" (Am 7:14-17). Kutipan ini kiranya baik kita renungkan dan dapat menjadi acuan atau pedoman dalam cara hidup dan cara bertindak kita, sebagai umat beriman. Suatu sikap positif terhadap orang lain itulah yang digambarkan dalam kutipan di atas ini, yang digambarkan sebagai seseorang yang sedang mempersiapkan tempat tidur bagi yang terkasih agar yang terkasih dapat tidur atau istirahat nyenyak; hal yang demikian ini kiranya juga sering dilakukan oleh pasangan suami-isteri yang baru saja menikah alias penganten baru di malam pertama maupun malam-malam berikutnya. Kami percaya bahwa dalam diri kita masing-masing lebih banyak apa yang baik daripada yang jelek, yang indah daripada amburadul, yang mulia daipada yang jorok dst.. Marilah kita hidup dan bertindak saling mengangkat dan memperkembangkan apa yang baik, indah, luhur dan mulia dalam diri kita masing-masing, sehingga kehidupan bersama sungguh memikat, menarik dan mempesona serta nikmat dan bahagia, damai sejahtera dalam hidup bersama. Dengan kata lain kita semua dipanggil untuk senantiasa hidup dan bertindak saling mengasihi satu sama lain dimana pun dan kapanpun dan dengan siapapun tanpa pandang bulu/SARA. Para pemimpin dalam hidup bersama dalam bentuk apapun kami harapkan senantiasa berusaha melihat dan mengangkat apa yang baik, mulia, luhur dan indah dalam diri mereka yang harus dipimpin serta kemudian memperkembangkannya. Berpikiran positif berarti ahli roh baik, sedangkan berpikiran jahat berarti ahli roh jahat.

"Taurat TUHAN itu sempurna, menyegarkan jiwa; peraturan TUHAN itu teguh, memberikan hikmat kepada orang yang tak berpengalaman.Titah TUHAN itu tepat, menyukakan hati; perintah TUHAN itu murni, membuat mata bercahaya. Takut akan TUHAN itu suci, tetap ada untuk selamanya; hukum-hukum TUHAN itu benar, adil semuanya, lebih indah dari pada emas, bahkan dari pada banyak emas tua; dan lebih manis dari pada madu, bahkan dari pada madu tetesan dari sarang lebah" (Mzm 19:8-11)

Ign 5 Juli 2012


Selasa, 03 Juli 2012

4 Juli


"Apa urusanMu dengan kami hai Anak Allah?"

(Am 5:14-15.21-24; Mat 8:28-34)

" Setibanya di seberang, yaitu di daerah orang Gadara, datanglah dari pekuburan dua orang yang kerasukan setan menemui Yesus. Mereka sangat berbahaya, sehingga tidak seorang pun yang berani melalui jalan itu. Dan mereka itu pun berteriak, katanya: "Apa urusan-Mu dengan kami, hai Anak Allah? Adakah Engkau ke mari untuk menyiksa kami sebelum waktunya?" Tidak jauh dari mereka itu sejumlah besar babi sedang mencari makan. Maka setan-setan itu meminta kepada-Nya, katanya: "Jika Engkau mengusir kami, suruhlah kami pindah ke dalam kawanan babi itu." Yesus berkata kepada mereka: "Pergilah!" Lalu keluarlah mereka dan masuk ke dalam babi-babi itu. Maka terjunlah seluruh kawanan babi itu dari tepi jurang ke dalam danau dan mati di dalam air. Maka larilah penjaga-penjaga babi itu dan setibanya di kota, diceriterakannyalah segala sesuatu, juga tentang orang-orang yang kerasukan setan itu. Maka keluarlah seluruh kota mendapatkan Yesus dan setelah mereka berjumpa dengan Dia, mereka pun mendesak, supaya Ia meninggalkan daerah mereka" (Mat 8:28-34), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Penjahat ketiika tertangkap basah atas tindakan jahatnya pada umumnya sebelum dibekuk untuk diamankan akan berteriak guna mengancam penangkapnya. Penjahat berusaha melindungi diri dengan menakut-nakuti orang lain. Ada penguasa yang berusaha melindungi kejahatan dengan mengalihkan perhatian rakyat, misalnya dengan mengadakan kerusuhan antar agama, sebagaimana pernah terjadi dengan adanya kerusuhan berwarna agama yang terjadi di Pandeglang dan Temanggung tahun lalu, yang tidak lain adalah merupakan permainan penguasa untuk mengalihkan perhatian rakyat dari korupsi ke agama. Kerusahan yang dalam rangka singkat dapat diselesaikan adalah merupakan permainan penguasa atau pejabat, sedangkan kerusuhan sejati pada umumnya tak kunjung henti. Sabda hari ini mengingatkan kita semua perihal ciri orang baik dan orang jahat. Orang baik pada umumnya tampil atau menghadirkan diri dengan tenang, sedangkan orang jahat senantiasa merasa dirinya terancam dan ketika diketahui kejahatannya ia berusaha menggertak atau menakut-nakuti. Sekeras atau sekuat apapun usaha penjahat menakut-nakuti hendaknya dihadapi dengan tenang, jangan gegabah. "Pergilah", demikian satu kata yang keluar dari Yesus menghadapi teriakan setan atau penjahat; satu kata yang sungguh wibawa dan kuasa. Kami berharap kepada anda sekalian ketika menghadapi ancaman hendaknya tenang dan tidak gegabah, seraya berdoa mohon kekuatan dan terang dari Allah dalam menghadapi ancaman. Bersama dan bersatu dengan Allah kita akan dengan mudah dan enak menghadapi aneka ancaman atau persoalan.

·   "Karena segala jalan orang terbuka di depan mata TUHAN, dan segala langkah orang diawasi-Nya. Orang fasik tertangkap dalam kejahatannya, dan terjerat dalam tali dosanya sendiri. Ia mati, karena tidak menerima didikan dan karena kebodohannya yang besar ia tersesat" (Am 5:21-23). Tuhan memang sungguh memberi kebebasan kepada kita, manusia. Dalam kenyataan sering kita lihat ada orang-orang yang menyalahgunakan kebebasannya, yaitu untuk menjadi kesenangan atau kenikmatan pribadi saja dan kurang memperhatikan keselamatan jiwa, entah jiwanya sendiri maupun jiwa orang lain. Marilah kita gunakan kebebasan yang dianugerahkan oleh Tuhan untuk melakukan apa yang baik, bermoral dan berbudi pekerti luhur, sehingga kita menjadi orang yang sungguh menikmati kebebasan sejati, bukan kebebasan semu, kebebasan abadi bukan kebebasan sementara atau sesaat. Kepada siapapun yang menyalahgunakan kebebasan yang dianugerahkan oleh Tuhan alias  hidup dan bertindak seenaknya sendiri, hanya mengikuti selera pribadi, kami ajak untuk bertobat atau memperbaharui diri: berjalan di jalan Tuhan. Marilah kita hayati kebebasan yang dianugerahkan oleh Tuhan untuk melakukan apa yang baik dan menyelamatkan jiwa, bukan untuk melakukan sesuatu mengikuti selera pribadi. Hanya mengikuti selera pribadi pasti akan terjebak dalam kesesatan dan akhirnya menderita untuk selama-lamanya. Marilah kita jauhkan cara hidup dan cara bertindak yang hanya mengikuti selera pribadi, dan kemudian hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak Tuhan agar selamat dan bahagia jiwa-raga kita. Kepada mereka yang hidup dan bertindak hanya mengikuti selera pribadi kami ajak untuk segera bertobat dan memperbaharui diri: hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak Tuhan, antara lain dengan mengikuti dan melaksanakan aneka tata tertib yang berlaku.

"Dengarlah, hai umat-Ku, Aku hendak berfirman, hai Israel, Aku hendak bersaksi terhadap kamu: Akulah Allah, Allahmu! Bukan karena korban sembelihanmu Aku menghukum engkau; bukankah korban bakaranmu tetap ada di hadapan-Ku? Tidak usah Aku mengambil lembu dari rumahmu atau kambing jantan dari kandangmu, sebab punya-Kulah segala binatang hutan, dan beribu-ribu hewan di gunung." (Mzm 50:7-10)

Ign 4 Juli 2012


Senin, 02 Juli 2012

3 Juli


"Berbahagialah mereka yang tidak melihat namun percaya."

(Ef 2:19-22; Yoh 20:24-29)

"Tomas, seorang dari kedua belas murid itu, yang disebut Didimus, tidak ada bersama-sama mereka, ketika Yesus datang ke situ. Maka kata murid-murid yang lain itu kepadanya: "Kami telah melihat Tuhan!" Tetapi Tomas berkata kepada mereka: "Sebelum aku melihat bekas paku pada tangan-Nya dan sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu dan mencucukkan tanganku ke dalam lambung-Nya, sekali-kali aku tidak akan percaya."Delapan hari kemudian murid-murid Yesus berada kembali dalam rumah itu dan Tomas bersama-sama dengan mereka. Sementara pintu-pintu terkunci, Yesus datang dan Ia berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata: "Damai sejahtera bagi kamu!" Kemudian Ia berkata kepada Tomas: "Taruhlah jarimu di sini dan lihatlah tangan-Ku, ulurkanlah tanganmu dan cucukkan ke dalam lambung-Ku dan jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah." Tomas menjawab Dia: "Ya Tuhanku dan Allahku!" Kata Yesus kepadanya: "Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya."(Yoh 20:24-29), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St.Thomas, rasul, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sbb.:

·   Percaya atau beriman berarti mempersembahkan diri pada sesuatu yang tak kelihatan dengan jelas oleh indera mata fisik kita, namun mata hati melihatnya dengan jelas. Kita semua kiranya memiliki pengalaman konkret dalam hal percaya ini, yaitu dalam hal makan dan minum, yang disediakan bagi kita dan kemudian kita santap. Bukankah sebelum menikmati makanan atau minuman kita percaya bahwa kita tidak diracuni alias makanan dan minuman tersebut baik adanya, meskipun kita belum pernah menyelidikinya? Maka dalam rangka mengenangkan St.Thomas, rasul, hari ini saya mengajak anda sekalian untuk mawas diri perihal penghayatan iman atau kepercayaan kita dalam hidup sehari-hari. Orang yang tak menghayati iman atau kepercayaannya dengan baik dan benar pada umumnya akan membuat saudara-saudarinya tidak tenang atau gusar dan dengan demikian kehidupan bersama terganggu. Makan, minum, bekerja, belajar, bergaul atau bertindak apapun dengan dan dalam iman itulah panggilan kita semua segenap kaum beriman. Memang pertama-tama dan terutama sebagai sesama umat beriman kita harus saling percaya satu sama lain dan tidak saling curiga, maka masing-masing dari kita memang harus layak untuk dapat dipercaya. Salah satu cara untuk menjadikan diri pribadi sebagai orang yang dapat dipercaya tidak lain adalah kita senantiasa berkehendak baik serta berusaha untuk melakukan apa yang baik, menyelamatkan dan membahagiakan, terutama keselamatan atau kebahagiaan jiwa. Marilah kita renungkan dan hayati bersama sabda Yesus:"Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya.".

·   "Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah, yang dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru" (Ef 2:19-20). Sebagai orang beriman kita tak pernah terlepas dari Allah yang menganugerahkan iman, dan dengan demikian semua umat beriman menjadi 'anggota-anggota keluarga Allah', orang-orang yang cara hidup dan cara bertindaknya sesuai dengan kehendak dan perintah Allah. Maka baiklah sebagai sesama anggota keluarga Allah atau umat beriman kita saling membantu dan mendukung dalam kehidupan kita bersama-sama; ketika ada salah seorang anggota atau rekan beriman hidup tidak baik dan tidak benar, hendaknya segera kita tegor dan ingatkan, karena jika ada salah satu orang anggota rusak atau tidak baik hidupnya berarti seluruh keluarga akan menderita. Kami berharap kesadaran dan penghayatan sebagai sesama anggota keluarga Allah ini dapat dihayati dalam komunitas yang terkecil dan dasar, yaitu di dalam keluarga-keluarga, antara suami dan isteri, orangtua dan anak-anak serta seluruh anggota keluarga. Keluarga damai, bahagia dan sejahtera baik secara fisik maupun spiritual itulah damban semua umat beriman. Jika kita semua di dalam keluarga kita masing-masing memiliki pengalaman mendalam perihal penghayatan iman, maka dengan mudah kita dapat menghayati iman di dalam komunitas yang lebih luas.  Kesaksian atau penghayatan iman dalam hidup sehari-hari meruapakan bentuk penghayatan tugas rasuli atau missioner yang paling utama dan terutama dan tak mungkin dapat digantikan oleh cara apapun. Semoga para pemuka agama lebih mengutamakan penghayatan iman dalam hidup sehari-hari dalam membina dan mengarahkan umatnya, tidak hanya sebatas pengetahuan agama saja.

"Pujilah TUHAN, hai segala bangsa, megahkanlah Dia, hai segala suku bangsa! Sebab kasih-Nya hebat atas kita, dan kesetiaan TUHAN untuk selama-lamanya. Haleluya!" (Mzm 117)

Ign 3 Juli 2012


Minggu, 01 Juli 2012

2 Juli


"Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepalaNya."

(Am 2:6-10.13-16; Mat 8:18-22)

"Ketika Yesus melihat orang banyak mengelilingi-Nya, Ia menyuruh bertolak ke seberang. Lalu datanglah seorang ahli Taurat dan berkata kepada-Nya: "Guru, aku akan mengikut Engkau, ke mana saja Engkau pergi." Yesus berkata kepadanya: "Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya." Seorang lain, yaitu salah seorang murid-Nya, berkata kepada-Nya: "Tuhan, izinkanlah aku pergi dahulu menguburkan ayahku." Tetapi Yesus berkata kepadanya: "Ikutlah Aku dan biarlah orang-orang mati menguburkan orang-orang mati mereka." (Mat 8:18-22), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berreflkesi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Yesus adalah Penyelamat Dunia dan memiliki tugas pengutusan untuk menyelamatkan seluruh dunia. Ia memang telah berusaha keras untuk berkeliling kemana-mana, namun Ia juga membutuhkan tenaga atau bantuan orang lain untuk meneruskan dan menyebarluaskan tugas pengutusanNya, dengan kata lain Ia membutuhkan orang-orang yang bersedia untuk menjadi pengikut atau muridNya. Pengajaran maupun kepribadianNya menyentuh dan mempesona banyak orang, maka cukup banyak orang akhirnya menjadi pengikutNya. Untuk menjadi pengikut Yesus harus dengan besar hati dan sukarela meninggalkan segala sesuatu atau segala yang dimilikiNya serta siap sedia untuk diutus kemanapun tanpa syarat. Dalam kisah hari ini ada seseorang ingin mengikuti Yesus, namun ketika menerima jawaban Yesus bahwa Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepalaNya, ia pun mengundurkan diri karena kelekatannya pada sesuatu yang tak dapat ditinggalkan. Alasan 'menguburkan ayah' atau melayat merupakan sesuatu yang tak mungkin dibantah, dengan kata lain merupakan alasan yang tak mungkin dapat dibicarakan atau didiskusikan. Itulah yang sering disebut sebagai kelekatan tak teratur. Maka dengan ini kami mendambakan anda sekalian yang menjadi pengikut Yesus Kristus untuk sungguh melepaskan diri dari aneka kelekatan yang tak teratur, entah itu berupa harta benda atau sifat pribadi atau kenikmatan-kenikmatan tertentu yang berlawanan dengan kehendak Allah. Menjadi pengikut Yesus Kristus harus bebas merdeka secara total.

·   "Karena TUHANlah yang memberikan hikmat, dari mulut-Nya datang pengetahuan dan kepandaian. Ia menyediakan pertolongan bagi orang yang jujur, menjadi perisai bagi orang yang tidak bercela lakunya, sambil menjaga jalan keadilan, dan memelihara jalan orang-orang-Nya yang setia. Maka engkau akan mengerti tentang kebenaran, keadilan, dan kejujuran, bahkan setiap jalan yang baik. Karena hikmat akan masuk ke dalam hatimu dan pengetahuan akan menyenangkan jiwamu;" (Ams 2:6-10). Jika kita sungguh secara total meninggalkan kelekatan-kelekatan tak teratur, maka kita akan mampu menerima anugerah Tuhan, yaitu "mengerti tentang kebenaran, keadilan dan kejujuran, bahkan setiap jalan yang baik". Kami percaya bahwa kita semua mendambakan untuk tumbuh berkembang menjadi pribadi yang baik dan kami berharap para orangtua maupun para pengelola dan pelaksana karya pendidikan/sekolah lebih mengutamakan agar anak-anak atau para peserta didiknya lebih tumbuh berkembang menjadi pribadi yang baik daripada pandai, cerdas secara spiritual daripada cerdas secara intelektual. Memang mendidik anak-anak atau peserta didik untuk tumbuh berkembang menjadi pribadi yang baik lebih sulit daripada mendidik agar lebih pandai. Jika orang sungguh memiliki kecerdasan spiritual alias baik, hemat saya kecerdasan-kecerdasan lainnya seperti kecerdasan intelektual, sosial, emosional, fisik dapat diusahakan dengan mudah. Kecerdasan spiritual merupakan landasan atau dasar kecerdasan-kecerdasan lainnya. Apa yang disebut dalam kutipan diatas, yaitu kebenaran, keadilan dan kejujuran hemat saya sungguh penting dan mendesak untuk kita hayati dan sebarluaskan pada masa kini, mengingat kebohongan, ketidak-adilan dan korupsi masih merebak di sana-sini dan lebih sungguh memprihatinkan bahwa hal itu terjadi dalam diri para tokoh atau pemuka hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di negeri kita tercinta ini. Sekali lagi saya angkat salah satu usaha yang  hendaknya dikerjakan bersama-sama adalah peraturan dilarang menyontek di sekolah-sekolah, karena membiarkan para peserta untuk menyontek berarti mempersiapkan mereka untuk menjadi pembohong-pembohong dan koruptor-koruptor.

"Apakah urusanmu menyelidiki ketetapan-Ku, dan menyebut-nyebut perjanjian-Ku dengan mulutmu, padahal engkaulah yang membenci teguran, dan mengesampingkan firman-Ku? Jika engkau melihat pencuri, maka engkau berkawan dengan dia, dan bergaul dengan orang berzinah. Mulutmu kaubiarkan mengucapkan yang jahat, dan pada lidahmu melekat tipu daya. Engkau duduk, dan mengata-ngatai saudaramu, memfitnah anak ibumu.Itulah yang engkau lakukan, tetapi Aku berdiam diri; engkau menyangka, bahwa Aku ini sederajat dengan engkau. Aku akan menghukum engkau dan membawa perkara ini ke hadapanmu" (Mzm 50:16-21)

Ign 2 Juli 2012