Fans Page Facebook http://imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Rabu, 26 Oktober 2011

28 Okt


"Ia memilih dari antara mereka dua belas orang  yang disebutNya rasul"

(Ef 2:19-22; Luk 6:12-19)

"Pada waktu itu pergilah Yesus ke bukit untuk berdoa dan semalam-malaman Ia berdoa kepada Allah. Ketika hari siang, Ia memanggil murid-murid-Nya kepada-Nya, lalu memilih dari antara mereka dua belas orang, yang disebut-Nya rasul: Simon yang juga diberi-Nya nama Petrus, dan Andreas saudara Simon, Yakobus dan Yohanes, Filipus dan Bartolomeus, Matius dan Tomas, Yakobus anak Alfeus, dan Simon yang disebut orang Zelot, Yudas anak Yakobus, dan Yudas Iskariot yang kemudian menjadi pengkhianat. Lalu Ia turun dengan mereka dan berhenti pada suatu tempat yang datar: di situ berkumpul sejumlah besar dari murid-murid-Nya dan banyak orang lain yang datang dari seluruh Yudea dan dari Yerusalem dan dari daerah pantai Tirus dan Sidon. Mereka datang untuk mendengarkan Dia dan untuk disembuhkan dari penyakit mereka; juga mereka yang dirasuk oleh roh-roh jahat beroleh kesembuhan. Dan semua orang banyak itu berusaha menjamah Dia, karena ada kuasa yang keluar dari pada-Nya dan semua orang itu disembuhkan-Nya" (Luk 6:12-19), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berreflkesi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St.Simon dan St.Yudas, rasul, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   "Dipilih, dikumpulkan dan kemudian disebar", itulah jatidiri para rasul. Dikumpulkan untuk dibina dan dibekali aneka macam pengetahuan dan keterampilan yang terkait dengan Kabar Gembira serta kemudian ditugaskan untuk mewartakan Kabar Gembira yang telah diterimanya, entah sendirian atau bersama-sama. Sebagai orang beriman atau beragama kita memiliki dimensi rasuli yang harus kita hayati, maka marilah kita mawas diri sejauh mana cara hidup dan cara bertindak kita berjiwa rasuli. Salah satu bentuk kerasulan yang utama dan pertama-tama serta dapat dilakukan oleh semua orang ialah kesaksian atau keteladanan: saksi atau teladan Kabar Baik, artinya cara hidup dan cara bertindaknya senantiasa baik, membahagiakan dan menyelamatkan kapanpun dan dimanapun. Semoga pribadi kita seperti atau mendekati Yesus, dimana "semua orang banyak itu berusaha menjamah Dia, karena ada kuasa yang keluar dari padaNya dan semua orang itu disembuhkanNya". Siapapun yang melihat, mendekati dan bersama kita sebagai orang beriman atau beragama disembuhkan dari aneka penyakit, entah sakit hati, sakit jiwa, sakit akal budi atau sakit tubuhnya. Pada masa kini kiranya cukup banyak orang yang sakit hati atau sakit jiwa (mungkin belum seratus persen sakit), yang membutuhkan penyembuhan, maka marilah kita datangi mereka dengan dan dalam rendah hati serta cintakasih. Pendekatan dan kehadiran yang dijiwai oleh rendah hati dan cintakasih pasti akan menjadi warta gembira, dan mereka yang menderita sakit akan tergerak untuk sembuh. Perkenankan secara khusus kami mengingatkan para dokter dan perawat: hendaknya melaksanakan tugasnya dengan rendah hati dan cintakasih dalam rangka memeriksa dan merawat pasien.

·   "Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah, yang dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru. Di dalam Dia tumbuh seluruh bangunan, rapi tersusun, menjadi bait Allah yang kudus, di dalam Tuhan" (Ef 2: 19-21). Kebetulan hari ini tanggal 28 Oktober adalah Hari Sumpah Pemuda, hari untuk mengenangkan para pemuda yang beraneka ragam suku dan bahasa menyatakan kesatuannya: satu nusa, satu bangsa dan satu bahasa. Kita semua umat beriman adalah 'anggota-anggota keluarga Allah', kebersamaan hidup yang dijiwai dan dihidupi oleh Allah. Maka baiklah pada hari ini kami mengajak anda sekalian untuk mawas diri perihal wawasan kebangsaan atau kesatuan dalam keragaman atau keragaman yang bersatu, bhineka tunggal ika. Hidup bersama pada masa kini sedang dirongrong oleh kelompok radikal dengan dan melalui aneka perusakan dan kerusuhan. Kami harapkan dalam tingkat basis, paguyuban hidup bersama dalam satu desa, kampung atau rukun warga yang kiranya terdiri dari aneka macam orang, sungguh terjadi persaudaraan atau persahabatan sejati. Jika pada tingkat basis persaudaraan atau persahabatan sungguh kuat dan handal, maka dapat mengantisipasi aneka usaha yang merusak hidup bersama, yang dilakukan oleh kelompok radikal maupun orang-orang egois. "Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh", demikian kata sebuah pepatah, dan kiranya kita semua mendambakan kesatuan sejati. Kesatuan, persaudaraan atau persahabatan hidup bersama sendiri sudah bersifat rasuli, karena persaudaraan atau persahabatan sungguh memikat dan mempesona, sehingga siapapun yang melihat persaudaraan atau persahabatan hidup bersama akan tergerak untuk bersaudara atau bersahabat juga.

"Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya; hari meneruskan berita itu kepada hari, dan malam menyampaikan pengetahuan itu kepada malam. Tidak ada berita dan tidak ada kata, suara mereka tidak terdengar; tetapi gema mereka terpencar ke seluruh dunia, dan perkataan mereka sampai ke ujung bumi. Ia memasang kemah di langit untuk matahari,"

 (Mzm 19:2-5)

Ign 28 Oktober 2011


27 Okt


"Hari ini dan besok dan lusa Aku harus meneruskan perjalananKu"
(Rm 8:31b-39; Luk 13:31-35)
" Pada waktu itu datanglah beberapa orang Farisi dan berkata kepada Yesus: "Pergilah, tinggalkanlah tempat ini, karena Herodes hendak membunuh Engkau."  Jawab Yesus kepada mereka: "Pergilah dan katakanlah kepada si serigala itu: Aku mengusir setan dan menyembuhkan orang, pada hari ini dan besok, dan pada hari yang ketiga Aku akan selesai.  Tetapi hari ini dan besok dan lusa Aku harus meneruskan perjalanan-Ku, sebab tidaklah semestinya seorang nabi dibunuh kalau tidak di Yerusalem.  Yerusalem, Yerusalem, engkau yang membunuh nabi-nabi dan melempari dengan batu orang-orang yang diutus kepadamu! Berkali-kali Aku rindu mengumpulkan anak-anakmu, sama seperti  induk ayam mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayapnya, tetapi  kamu tidak mau.  Sesungguhnya rumahmu ini akan ditinggalkan dan menjadi sunyi. Tetapi Aku berkata kepadamu: Kamu tidak akan melihat Aku lagi hingga pada saat kamu berkata:  Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan!" (Luk 13:31-35), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Seorang utusan yang baik senantiasa maju terus melaksanakan tugas pengutusan atau pekerjaannya, meskipun harus menghadapi aneka ancaman, tantangan dan hambatan serta masalah. Ada rumor "maju kena mundur kena" , kiranya orang  baik dan setia pada tugas pengutusan akan memilih untuk maju terus, tidak akan menyerah dalam menghadapi ancaman, tantangan dan hambatan. Maka kami berharap kepada segenap umat beriman atau beragama untuk tetap setia melaksanakan tugas pengutusan, antara lain yang utama dan pertama-tama adalah tugas untuk menyebarluaskan apa yang baik, yang menyelamatkan dan membahagiakan, terutama keselamatan atau kebahagaian jiwa manusia. Kiranya kedatangan atau kehadiran kita dimanapun dan kapanpu hendaknya akan memperoleh komentar dari banyak orang, sebagaimana disabdakan oleh Yesus " Diberkatilah yang datang dalam nama Tuhan". Kedatangan atau kehadiran kita dimanapun dan kapanpun hendaknya 'dalam nama Tuhan', sehingga kita sungguh hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak Tuhan. Hendaknya tidak hidup dan bertindak hanya mengikuti kemauan atau keinginan pribadi alias seenaknya sendiri. Ketika menghadapi ancaman, hambatan atau masalah hadapi dan sikapi 'dalam nama Tuhan' artinya bersama dengan Tuhan, maka kita akan mampu mengatasi atau menyelesaikannya. Marilah kita bangun dan perdalam keutamaan tangguh dalam diri kita. "Tangguh adalah sikap dan perilaku yang sukar dikalahkan dan tidak mudah menyerah dalam mewujudkan suatu tujuan atau cita-cita tertentu" (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka – Jakarta 1997, hal 27).
·   "Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita? Ia, yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia? Siapakah yang akan menggugat orang-orang pilihan Allah? Allah, yang membenarkan mereka? Siapakah yang akan menghukum mereka" (Rm 8:31b-33). Kita semua adalah orang yang terpilih. Ingat dan sadari bahwa masing-masing dari kita merupakan buah persatuan satu sel sperma dan satu sel telur, dimana ada jutaan sel sperma merebut satu sel telor dan kemudian bersatu, tumbuh berkembang menjadi manusia. Siapakah manusia itu? Tidak lain adalah kita semua. Dengan kata lain kita semua adalah pemenang, yang telah mengalahkan jutaan lawan lainnya, yang berarti 'Allah di pihak kita'. Jika Allah ada di pihak kita, maka kita akan mampu mengalahkan aneka ancaman, hambatan dan masalah. Aneka ancaman, hambatan atau masalah ada kemungkinan bersumber dari setan alias mengandalkan kekuatan setan, dan setan dengan mudah dikalahkan oleh Allah, maka bersama dan bersatu dengan Allah kita akan mampu melakukan apapun demi keselamatan dan kebahagiaan jiwa manusia. Bersama dan bersatu dengan Tuhan berarti senantiasa melaksanakan kehendak dan perintah Tuhan, yang antara lain tertulis di dalam Kitab Suci. Maka dengan ini kami mengajak anda sekalian untuk rajin membaca dan merenungkan apa yang tertulis di dalam Kitab Suci serta kemudian menghayatinya di dalam cara hidup dan cara bertindak setiap hari. Atau dengan rendah hati saya merelakan jika apa yang saya coba kutip dan tulis setiap hari dibaca dan diperdalam kembali atau disebarluaskan kepada teman-teman anda. Jika apa yang saya coba refleksikan baik, silahkan sebarluaskan kepada teman-teman anda.
"Tetapi Engkau, ya ALLAH, Tuhanku, bertindaklah kepadaku oleh karena nama-Mu, lepaskanlah aku oleh sebab kasih setia-Mu yang baik! Sebab sengsara dan miskin aku, dan hatiku terluka dalam diriku; Tolonglah aku, ya TUHAN, Allahku, selamatkanlah aku sesuai dengan kasih setia-Mu, supaya mereka tahu, bahwa tangan-Mulah ini, bahwa Engkaulah, ya TUHAN, yang telah melakukannya"
 (Mzm 109:21-22.26-27)
Ign 27 Oktober 2011

Selasa, 25 Oktober 2011

26 Okt


 "Berjuanglah untuk masuk melalui pintu yang sesak itu!"

(Rm 8:26-30; Luk 13:22-30)

" Kemudian Yesus berjalan keliling dari kota ke kota dan dari desa ke desa sambil mengajar dan meneruskan perjalanan-Nya ke Yerusalem.  Dan ada seorang yang berkata kepada-Nya: "Tuhan, sedikit sajakah orang yang diselamatkan?"  Jawab Yesus kepada orang-orang di situ: "Berjuanglah untuk masuk melalui pintu yang sesak itu! Sebab Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan berusaha untuk masuk, tetapi tidak akan dapat.  Jika tuan rumah telah bangkit dan telah menutup pintu, kamu akan berdiri di luar dan mengetok-ngetok pintu sambil berkata: Tuan, bukakanlah kami pintu! dan Ia akan menjawab dan berkata kepadamu: Aku tidak tahu dari mana kamu datang.  Maka kamu akan berkata: Kami telah makan dan minum di hadapan-Mu dan Engkau telah mengajar di jalan-jalan kota kami.  Tetapi Ia akan berkata kepadamu: Aku tidak tahu dari mana kamu datang, enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu sekalian yang melakukan kejahatan!  Di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi, apabila kamu akan melihat Abraham dan Ishak dan Yakub dan semua nabi di dalam Kerajaan Allah, tetapi kamu sendiri dicampakkan ke luar.  Dan orang akan datang dari Timur dan Barat dan dari Utara dan Selatan dan mereka akan duduk makan di dalam Kerajaan Allah.  Dan sesungguhnya ada orang yang terakhir yang akan menjadi orang yang terdahulu dan ada orang yang terdahulu yang akan menjadi orang yang terakhir." (Luk 13:22-30), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Untuk sukses dalam hidup beriman atau beragama, artinya tumbuh berkembang menjadi orang yang suci, berbudi pekerti luhur atau cerdas beriman, orang harus siap sedia untuk rela berjuang dan berkorban melalui cara hidup dan cara bertindak yang sarat dengan tantangan, masalah dan hambatan. Demikian juga untuk tumbuh berkembang alias sukses dalam belajar, kerja, usaha serta hidup sejahtera secara social-ekonomi sejati. "Berjuanglah untuk masuk melalui pintu yang sesak itu! Sebab Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan berusaha untuk masuk, tetapi tidak akan dapat", demikian sabda Yesus yang hendaknya kita renungkan atau refleksikan dan hayati. Sabda ini kiranya mengajak kita semua untuk senantiasa mengikuti 'budaya proses', bukan 'budaya instant'. Pada saat ini memang cukup banyak makanan dan minuman instant, yang pada gilirannya mempengaruhi dan menjiwai gaya hibup banyak orang juga. Ada orang yang ingin cepat-cepat kaya dan kemudian melakukan korupsi atau mencuri, ada muda-mudi yang ingin segera menikmati hubungan seksual, dst.., yang akhirnya berdampak pada kesengsaraan dalam hidup. Ingatlah dan sadari bahwa masing-masing dari kita kurang lebih selama sembilan bulan telah berproses dari embriyo yang sangat kecil menjadi manusia, maka baiklah pengalaman tersebut kita jadikan acuan dan pegangan juga dalam cara hidup dan cara bertindak kita. Apa yang diperoleh melalui proses yang baik dan benar pada umumnya akan bertahan lama, sedangkan yang diperoleh dengan cara 'instant' akan segera musnah. Hendaknya orangtua senantiasa mendampingi anak-anaknya untuk bersikap mental 'budaya proses' dalam kehidupan sehari-hari, dengan teladan konkret dari orangtua.

·   "Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan. Dan Allah yang menyelidiki hati nurani, mengetahui maksud Roh itu, yaitu bahwa Ia, sesuai dengan kehendak Allah, berdoa untuk orang-orang kudus." (Rm 8:26-27). Apa yang dikatakan oleh Paulus kepada umat di Roma ini kiranya baik menjadi permenungan atau refleksi kita.  "Roh membantu kita dalam kelemahan kita" inilah kireanya yang baik kita renungkan atau refleksikan. Marilah kita sadari dan hayati bahwa kita adalah manusia yang lemah, rapuh dan tiada arti, hanya dan oleh Roh akhirnya kita merasa kuat, berdaya dan berarti. Maka baiklah jika ada sesuatu yang baik, indah, mulia, luhur, menarik dan mempesona dalam diri kita hendaknya dihayati sebagai karya Roh atau Allah. Bahwa kita suka berbuat baik kepada orang lain merupakan karya Allah dalam diri kita yang lemah dan rapuh ini. Maka ketika kita berhasil, dapat berbuat baik kepada orang lain hendaknya tidak menjadi sombong melainkan rendah hati. Orang yang sombong pasti akan menderita berkepanjangan, sedangkan orang yang rendah hati akan berbahagia dan selamat selamanya sampai mati. Marilah kita sadari dan hayati bahwa Allah senantiasa membantu kelemahan dan kerapuhan kita, Ia mendoakan kita kapanpun dan dimanapun, Ia senantiasa mendampingi perjalanan hidup dan kerja kita sejak awal sampai akhir. Marilah kita hayati beriman berarti memang mempersembahkan dan mengandalkan diri sepenuhnya kepada Allah.

"Pandanglah kiranya, jawablah aku, ya TUHAN, Allahku! Buatlah mataku bercahaya, supaya jangan aku tertidur dan mati, supaya musuhku jangan berkata: "Aku telah mengalahkan dia," dan lawan-lawanku bersorak-sorak, apabila aku goyah. Tetapi aku, kepada kasih setia-Mu aku percaya, hatiku bersorak-sorak karena penyelamatan-Mu. Aku mau menyanyi untuk TUHAN, karena Ia telah berbuat baik kepadaku" (Mzm 13:4-6)

Ign 26 Oktober 2011

 


Senin, 24 Oktober 2011

25 Okt


"Dengan apakah Aku akan mengumpamakan Kerajaan Allah? "

(Rm 8:18-25; Luk 13:18-21)

"Maka kata Yesus: "Seumpama apakah hal Kerajaan Allah dan dengan apakah Aku akan mengumpamakannya?  Ia seumpama biji sesawi, yang diambil dan ditaburkan orang di kebunnya; biji itu tumbuh dan menjadi pohon dan burung-burung di udara bersarang pada cabang-cabangnya."  Dan Ia berkata lagi: "Dengan apakah Aku akan mengumpamakan Kerajaan Allah?  Ia seumpama ragi yang diambil seorang perempuan dan diadukkan ke dalam tepung terigu tiga sukat sampai khamir seluruhnya" (Luk  13:18-21), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Kerajaan Allah berarti Allah yang meraja, dan dalam kenyataannya Allah merajai umat manusia dengan cara yang lembut dan terus-menerus tanpa henti, mulai dari kecil dan tumbuh berkembang menjadi besar sekali. Dalam warta gembira hari ini Allah yang meraja digambarkan sebagai biji sesawi dan ragi. Biji sesawi setelah tumbuh menjadi pohon yang rimbun menjadi tempat burung-burung bersarang, sedangkan ragi dalam jumlah kecil ketika dicampurkan ke dalam adonan tepung membuat adonan tepung menjadi roti yang enak dimakan atau dinikmati. Dengan kata lain buah Allah yang meraja adalah kehidupan bersama yang sejuk dan nikmat, mempesona dan memikat. Sebagai orang beriman kita dipanggil untuk mewartakan Allah yang meraja melalui cara hidup dan cara bertindak kita, maka marilah kita mawas diri apakah cara hidup dan cara bertindak kita dimanapun dan kapanpun membuat kehidupan bersama menjadi sejuk dan nikmat untuk didiami atau ditinggali. Hendaknya kita meskipun dalam jumlah kecil tidak perlu takut atau minder, melainkan tetaplah teguh, tabah, ceria dan gembira. Salah satu cara yang utama dan pertama dalam mewartakan Allah yang meraja adalah cara bertindak atau perilaku yang dijiwai oleh iman, sehingga cara bertindak sungguh sesuai dengan kehendak atau perintah Tuhan dan cara bertindak kita senantiasa baik adanya. Menjadi pewarta Allah yang meraja berarti juga semakin dikasihi oleh Tuhan dan sesama manusia. Semakin tambah usia dan berpengalaman berarti juga semakin banyak sahabat atau teman. Memang berpartipasi dalam mewartakan Allah yang meraja perlu menghayati 'proses' yang lembut, serta membutuhkan kesabaran.

·   "Kita tahu, bahwa sampai sekarang segala makhluk sama-sama mengeluh dan sama-sama merasa sakit bersalin. Dan bukan hanya mereka saja, tetapi kita yang telah menerima karunia sulung Roh, kita juga mengeluh dalam hati kita sambil menantikan pengangkatan sebagai anak, yaitu pembebasan tubuh kita. Sebab kita diselamatkan dalam pengharapan. Tetapi pengharapan yang dilihat, bukan pengharapan lagi; sebab bagaimana orang masih mengharapkan apa yang dilihatnya?" (Rm 8:22-24). Apa yang dikatakan oleh Paulus kepada umat di Roma di atas ini kiranya baik menjadi bahan permenungan atau refleksi kita. Setia pada iman kiranya akan menghadapi penderitaan yang ditandai pengharapan sebagaimana seorang ibu yang sedang atau akan melahirkan anaknya. Para ibu yang telah memiliki pengalaman melahirkan anaknya kiranya dapat mensharingkan pengalaman derita yang ditandai pengharapan. Bayi yang masih berada di dalam rahim tidak kelihatan dan agar segera kelihatan harus dilahirkan dengan derita. Pengharapan merupakan salah satu keutamaan beriman; apa yang kita harapkan belum kelihatan karena 'pengharapan yang dilihat, bukan pengharapan lagi'. Kami percaya bahwa kita semua memiliki pengharapan, misalnya berharap untuk pandai/cerdas, kaya/hidup sejahtera, suci dan selamat serta bahagia baik lahir maupun batin. Cirikhas orang yang berpengharapan adalah ceria, gembira, dinamis, bergairah dalam keadaan atau situasi apapun. Maka jika anda harus mengalami derita karena setia pada iman, hendaknya tetap ceria, gembira dan bergairah. Keceriaan, kegembiraan dan kegairahan anda akan menjadi kekuatan dan modal luar biasa untuk merubah penderitaan menjadi kebahagiaan sejati. Kami berharap para orangtua dapat menjadi teladan dalam penghayatan keutamaan pengharapan bagi anak-anaknya; para pelajar atau mahasiswa hendaknya mengawali belajar dengan ceria, gembira dan bergairah, demikian juga para pekerja. Mengawali tugas pekerjaan dengan gembira, ceria dan bergairah pasti akan sukses, karena ketika kita dalam keadaan ceria, gemibra dan bergairah pasti akan mempesona dan memikat orang lain, sehingga banyak orang tergerak untuk mendekat dan bersabahat, serta kemudian membantu pelaksanaan tugas pengutusan kita. Tugas yang dikerjakan bersama-sama akan berhasil dengan baik sebagaimana kita dambakan atau harapkan.

"Ketika TUHAN memulihkan keadaan Sion, keadaan kita seperti orang-orang yang bermimpi.Pada waktu itu mulut kita penuh dengan tertawa, dan lidah kita dengan sorak-sorai. Pada waktu itu berkatalah orang di antara bangsa-bangsa: "TUHAN telah melakukan perkara besar kepada orang-orang ini!" TUHAN telah melakukan perkara besar kepada kita, maka kita bersukacita. Pulihkanlah keadaan kami, ya TUHAN, seperti memulihkan batang air kering di Tanah Negeb! Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan bersorak-sorai. Orang yang berjalan maju dengan menangis sambil menabur benih, pasti pulang dengan sorak-sorai sambil membawa berkas-berkasnya." (Mzm 126)

Ign 25 Oktober 2011


Minggu, 23 Oktober 2011

24 Okt


"Datanglah pada salah satu hari itu untuk disembuhkan dan jangan pada hari Sabat."
(Rm 8:12-17; Luk 13:10-17)
"Pada suatu kali Yesus sedang mengajar dalam salah satu rumah ibadat pada hari Sabat. Di situ ada seorang perempuan yang telah delapan belas tahun dirasuk roh sehingga ia sakit sampai bungkuk punggungnya dan tidak dapat berdiri lagi dengan tegak.  Ketika Yesus melihat perempuan itu, Ia memanggil dia dan berkata kepadanya: "Hai ibu, penyakitmu telah sembuh."  Lalu Ia meletakkan tangan-Nya atas perempuan itu, dan seketika itu juga berdirilah perempuan itu, dan memuliakan Allah.  Tetapi kepala rumah ibadat gusar karena Yesus menyembuhkan orang pada hari Sabat, lalu ia berkata kepada orang banyak: "Ada enam hari untuk bekerja. Karena itu datanglah pada salah satu hari itu untuk disembuhkan dan jangan pada hari Sabat." Tetapi Tuhan menjawab dia, kata-Nya: "Hai orang-orang munafik, bukankah setiap orang di antaramu melepaskan lembunya atau keledainya pada hari Sabat dari kandangnya dan membawanya ke tempat minuman?  Bukankah perempuan ini, yang sudah delapan belas tahun diikat oleh Iblis, harus dilepaskan dari ikatannya itu, karena ia adalah keturunan Abraham?"  Dan waktu Ia berkata demikian, semua lawan-Nya merasa malu dan semua orang banyak bersukacita karena segala perkara mulia, yang telah dilakukan-Nya. " (Luk 13:10-17), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·    Cintakasih nilainya lebih tinggi dari pada aneka tata tertib atau peraturan apapun, karena cintkasih menjiwai aneka tata tertib dan peraturan, sebaliknya sasaran utama dari tata tertib dan peraturan adalah agar mereka yang melaksanakan hidup saling mencintai. Memang mereka yang telalu bersikap mental legalistis pada umumnya kurang memperhatikan cintakasih dalam cara hidup dan cara bertindaknya atau bahkan melanggar dan melecehkan cintakasih. Ingatlah, sadari dan hayati bahwa masing-masing dari kita dapat hidup, tumbuh-berkembang sebagaimana adanya pada saat ini hanya karena cintakasih, tanpa cintakasih kita tidak ada, tidak tumbuh-berkembang. Maka marilah kita senantiasa mengutamakan dan mengedepankan cintkasih dalam cara hidup dan cara bertindak kita dimanapun dan kapanpun. Perkenankan pertama-tama saya mengajak dan mengingatkan para orangtua dan pendidik atau guru untuk mendidik dan mendampingi anak-anak dengan semangat cintakasih dan kebebasan sejati. Cintakasih itu bebas, tak terbatas, sedangkan kebebasan dibatasi oleh cintakasih. Kita dengan bebas merdeka melakukan apapun asal tidak melanggar atau melecehkan cintakasih. Penghayatan cintakasih tertinggi adalah hormat dan menjunjung tinggi semua ciptaan Allah, terutama manusia yang diciptakan sesuai dengan gambar atau citra Allah. Silahkan melalukan apapun asal tidak melecehkan harkat martabat manusia demi keselamatan jiwa manusia.
·   "Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah. Dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris, maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah, yang akan menerimanya bersama-sama dengan Kristus, yaitu jika kita menderita bersama-sama dengan Dia, supaya kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia" (Rm 8:16-17). Sebagai orang beriman atau beragama kita adalah 'anak-anak Allah', artinya orang yang hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak atau perintah Allah dimanapun dan kapanpun, maka marilah kita mawas diri apakah kita layak disebut sebagai anak-anak Allah. Memang sebagai orang yang taat dan setia kepada kehendak dan perintah Allah kita tak akan terlepas dari aneka macam tantangan, hambatan, masalah dan penderitaan. Sebagai orang yang percaya kepada Yesus Kristus, marilah kita renungkan bahwa demi keselamatan jiwa seluruh umat manusia Yesus telah rela menderita dan wafat di kayu salib. Hal itu terjadi karena kesetiaanNya pada tugas pengutusan yang harus dilaksanakanNya. Maka ketika dalam melaksanakan tugas pengutusan kita menghadapi tantangan berat dan harus menderita, tataplah dengan rendah hati dan hormat Salib Yesus, maka anda akan menerima kekuatan dan rahmat untuk mengatasi tantangan dan derita tersebut, dan dengan demikian sukses dalam melaksanakan tugas pengutusan. Marilah dengan ulet kita hadapi dan kerjakan tugas pengutusan yang diserahkan kepada kita. "Ulet adalah sikap dan perilaku yang tetap bertahan meskipun menghadapi hambatan-hambatan yang sangat besar atau sulit, tidak  mudah putus asa" (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka – Jakarta 1997, hal 29)
"Allah bangkit, maka terseraklah musuh-musuh-Nya, orang-orang yang membenci Dia melarikan diri dari hadapan-Nya. Bapa bagi anak yatim dan Pelindung bagi para janda, itulah Allah di kediaman-Nya yang kudus; Allah memberi tempat tinggal kepada orang-orang sebatang kara, Ia mengeluarkan orang-orang tahanan" (Mzm 68:2.6-7b)
Ign 24 Oktober 2011