"Berjuanglah untuk masuk melalui pintu yang sesak itu!"
(Rm 8:26-30; Luk 13:22-30)
" Kemudian Yesus berjalan keliling dari kota ke kota dan dari desa ke desa sambil mengajar dan meneruskan perjalanan-Nya ke Yerusalem. Dan ada seorang yang berkata kepada-Nya: "Tuhan, sedikit sajakah orang yang diselamatkan?" Jawab Yesus kepada orang-orang di situ: "Berjuanglah untuk masuk melalui pintu yang sesak itu! Sebab Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan berusaha untuk masuk, tetapi tidak akan dapat. Jika tuan rumah telah bangkit dan telah menutup pintu, kamu akan berdiri di luar dan mengetok-ngetok pintu sambil berkata: Tuan, bukakanlah kami pintu! dan Ia akan menjawab dan berkata kepadamu: Aku tidak tahu dari mana kamu datang. Maka kamu akan berkata: Kami telah makan dan minum di hadapan-Mu dan Engkau telah mengajar di jalan-jalan kota kami. Tetapi Ia akan berkata kepadamu: Aku tidak tahu dari mana kamu datang, enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu sekalian yang melakukan kejahatan! Di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi, apabila kamu akan melihat Abraham dan Ishak dan Yakub dan semua nabi di dalam Kerajaan Allah, tetapi kamu sendiri dicampakkan ke luar. Dan orang akan datang dari Timur dan Barat dan dari Utara dan Selatan dan mereka akan duduk makan di dalam Kerajaan Allah. Dan sesungguhnya ada orang yang terakhir yang akan menjadi orang yang terdahulu dan ada orang yang terdahulu yang akan menjadi orang yang terakhir." (Luk 13:22-30), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
· Untuk sukses dalam hidup beriman atau beragama, artinya tumbuh berkembang menjadi orang yang suci, berbudi pekerti luhur atau cerdas beriman, orang harus siap sedia untuk rela berjuang dan berkorban melalui cara hidup dan cara bertindak yang sarat dengan tantangan, masalah dan hambatan. Demikian juga untuk tumbuh berkembang alias sukses dalam belajar, kerja, usaha serta hidup sejahtera secara social-ekonomi sejati. "Berjuanglah untuk masuk melalui pintu yang sesak itu! Sebab Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan berusaha untuk masuk, tetapi tidak akan dapat", demikian sabda Yesus yang hendaknya kita renungkan atau refleksikan dan hayati. Sabda ini kiranya mengajak kita semua untuk senantiasa mengikuti 'budaya proses', bukan 'budaya instant'. Pada saat ini memang cukup banyak makanan dan minuman instant, yang pada gilirannya mempengaruhi dan menjiwai gaya hibup banyak orang juga. Ada orang yang ingin cepat-cepat kaya dan kemudian melakukan korupsi atau mencuri, ada muda-mudi yang ingin segera menikmati hubungan seksual, dst.., yang akhirnya berdampak pada kesengsaraan dalam hidup. Ingatlah dan sadari bahwa masing-masing dari kita kurang lebih selama sembilan bulan telah berproses dari embriyo yang sangat kecil menjadi manusia, maka baiklah pengalaman tersebut kita jadikan acuan dan pegangan juga dalam cara hidup dan cara bertindak kita. Apa yang diperoleh melalui proses yang baik dan benar pada umumnya akan bertahan lama, sedangkan yang diperoleh dengan cara 'instant' akan segera musnah. Hendaknya orangtua senantiasa mendampingi anak-anaknya untuk bersikap mental 'budaya proses' dalam kehidupan sehari-hari, dengan teladan konkret dari orangtua.
· "Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan. Dan Allah yang menyelidiki hati nurani, mengetahui maksud Roh itu, yaitu bahwa Ia, sesuai dengan kehendak Allah, berdoa untuk orang-orang kudus." (Rm 8:26-27). Apa yang dikatakan oleh Paulus kepada umat di Roma ini kiranya baik menjadi permenungan atau refleksi kita. "Roh membantu kita dalam kelemahan kita" inilah kireanya yang baik kita renungkan atau refleksikan. Marilah kita sadari dan hayati bahwa kita adalah manusia yang lemah, rapuh dan tiada arti, hanya dan oleh Roh akhirnya kita merasa kuat, berdaya dan berarti. Maka baiklah jika ada sesuatu yang baik, indah, mulia, luhur, menarik dan mempesona dalam diri kita hendaknya dihayati sebagai karya Roh atau Allah. Bahwa kita suka berbuat baik kepada orang lain merupakan karya Allah dalam diri kita yang lemah dan rapuh ini. Maka ketika kita berhasil, dapat berbuat baik kepada orang lain hendaknya tidak menjadi sombong melainkan rendah hati. Orang yang sombong pasti akan menderita berkepanjangan, sedangkan orang yang rendah hati akan berbahagia dan selamat selamanya sampai mati. Marilah kita sadari dan hayati bahwa Allah senantiasa membantu kelemahan dan kerapuhan kita, Ia mendoakan kita kapanpun dan dimanapun, Ia senantiasa mendampingi perjalanan hidup dan kerja kita sejak awal sampai akhir. Marilah kita hayati beriman berarti memang mempersembahkan dan mengandalkan diri sepenuhnya kepada Allah.
"Pandanglah kiranya, jawablah aku, ya TUHAN, Allahku! Buatlah mataku bercahaya, supaya jangan aku tertidur dan mati, supaya musuhku jangan berkata: "Aku telah mengalahkan dia," dan lawan-lawanku bersorak-sorak, apabila aku goyah. Tetapi aku, kepada kasih setia-Mu aku percaya, hatiku bersorak-sorak karena penyelamatan-Mu. Aku mau menyanyi untuk TUHAN, karena Ia telah berbuat baik kepadaku" (Mzm 13:4-6)
Ign 26 Oktober 2011
0 komentar:
Posting Komentar