Fans Page Facebook http://imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Sabtu, 03 September 2011

Mg Biasa XXIII


Mg Biasa XXIII/Kitab Suci Nasional: Yeh 33:7-9; Rm 13:8-10; Mat 18:15-20
"Di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, di situ Aku ada
di tengah-tengah mereka."

Jika ada dua atau tiga orang berkumpul pada umumnya mereka kemudian
cenderung untuk ngrumpi alias ngrasani daripada curhat, sharing
pengalaman. Memang ngrumpi atau ngrasani akan terasa enak dan nikmat,
sedangkan sharing pengalaman pribadi akan terasa berat. Demikian juga
pegawai di kantor ketika tidak diawasi oleh atasannya juga sering
terjebak untuk berkelompok sambil ngrumpi atau ngrasani, tak
ketinggalan juga para ibu yang menunggu anaknya sedang belajar di
Taman Kanak-Kanak. Dalam hal ngrumpi atau ngrasani pada umumnya wanita
lebih tekun, meskipun dengan suara lembut dan berbisik-bisik dari
mulut ke mulut, sedangkan pria lebih keras dalam omongan, meskipun
jarang ngrasani atau ngrumpi; dengan kata lain baik wanita maupun pria
sama saja. Sabda hari ini mengingatkan dan mengajak kita semua untuk
'berkumpul dalam nama Tuhan', maka baiklah seraya merayakan Minggu
Kitab Suci Nasional, saya mengajak kita semua untuk mawas diri sejauh
maka kita 'berkumpul dalam nama Tuhan'.
"Di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, di situ Aku ada
di tengah-tengah mereka."(Mat 18:20)
Memang ada kecenderungan hati dan pikiran kita untuk lebih melihat
kekurangan dan kelemahan orang lain daripada kebaikan dan kekuatannya.
Baiklah jika memang demikian keberadaan kita, hendaknya kita hayati
sabda Yesus "Apabila saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia di bawah
empat mata" (Mat 18:15). Kita diharapkan untuk melokalisir kesalahan
dan kekurangan orang lain, memperkecil bukan memperbesar; hendaknya
jangan menceriterakan kesalahan orang lain tanpa izin dari yang
bersangkutan, dan pertama-tama tunjukkan dengan rendah hati kesalahan
orang tersebut secara langsung di hadapannya, tanpa ada orang ketiga
alias 'empat mata'.
Sebagai orang beriman kita semua dipanggil untuk hidup dan bertindak
'dalam nama Tuhan' dimanapun dan kapanpun; dalam nama Tuhan berarti
dikuasai oleh Tuhan, sehingga mau tak mau harus melaksanakan kehendak
atau perintah Tuhan. Kehendak atau perintah Tuhan antara lain tertulis
di dalam Kitab Suci, maka hendaknya rajin membaca dan merenungkan apa
yang tertulis di dalam Kitab Suci. Setiap hari dengan rendah hati saya
kutipkan perikop dari Kitab Suci sesuai dengan Kalendarium Liturgi
serta refleksi sederhana dan singkat, dengan harapan dapat membantu
anda dalam membaca dan merenungkan sabda Tuhan sebagaimana tertulis di
dalam Kitab Suci. Maka dengan senang hati saya tidak berkeberatan jika
apa yang saya kutipkan dan refleksikan dibacakan dan direnungkan
kembali, entah secara pribadi atau bersama-sama, misalnya di dalam
keluarga, lingkungan atau stasi.
'Berkumpul dalam nama Tuhan' juga dapat berarti bersama-sama saling
tukar pengalaman atau sharing pengalaman iman, pengalaman hidup dan
bersatu dengan Tuhan dalam hidup sehari-hari alias menceriterakan
apa-apa yang baik, menyelamatkan dan membahagiakan, terutama
keselamatan dan kebahagiaan jiwa. Kami percaya masing-masing dari kita
lebih memiliki pengalaman yang baik daripada pengalaman yang buruk,
yang menggairahkan daripada yang membuat loyo atau frustrasi.
Kebiasaan untuk saling berbagi pengalaman iman, apa yang baik,
menyelamatkan dan membahagiakan ini hendaknya sedini mungkin
dididikkan pada anak-anak di dalam keluarga dengan teladan konkret
dari orangtua. Maka baiklah jika di dalam keluarga diusahakan
seoptimal mungkin dapat berkumpul bersaman setiap hari bagi seluruh
anggota keluarga, misalnya pada sore hari seraya makan bersama. Selama
makan bersama ini kiranya dapat saling curhat perihal pengalaman baik
sepanjang hari. Selesai makan bersama baiklah diadakan doa/ibadat
bersama singkat antara lain dibacakan dan didengarkan bersama sabda
Tuhan pada hari yang bersangkutan, sesuai dengan petunjuk dari
Kalendarium Liturgi. Dalam doa/ibadat bersama ini hendaknya juga
diadakan doa-doa spontan: permohonan, syukur dan terima kasih kepada
Tuhan. Ingat dan hayati sabdaNya "Aku berkata kepadamu: Jika dua orang
dari padamu di dunia ini sepakat meminta apa pun juga, permintaan
mereka itu akan dikabulkan oleh Bapa-Ku yang di sorga. Sebab di mana
dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, di situ Aku ada di
tengah-tengah mereka." (Mat 18:19-20)
"Janganlah kamu berhutang apa-apa kepada siapa pun juga, tetapi
hendaklah kamu saling mengasihi. Sebab barangsiapa mengasihi sesamanya
manusia, ia sudah memenuhi hukum Taurat. Karena firman: jangan
berzinah, jangan membunuh, jangan mencuri, jangan mengingini dan
firman lain mana pun juga, sudah tersimpul dalam firman ini, yaitu:
Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri! Kasih tidak berbuat
jahat terhadap sesama manusia, karena itu kasih adalah kegenapan hukum
Taurat" (Rm 13:8-10)
Kita semua dipanggil untuk hidup dan bertindak saling mengasihi serta
'jangan berzinah, jangan membunuh, jangan mencuri'. Ngrumpi atau
ngrasani hemat saya merupakan tindakan lembut atau halus dari
membunuh, karena berarti menghendaki apa yang saya ceriterakan tidak
ada; tindakan membunuh yang paling lembut ialah mengeluh atau
menggerutu. Bukankah mengeluh atau menggerutu juga berarti merusak
hidup saling mengasihi alias berlawanan dengan perintah saling
mengasihi? Seluruh apa yang tertulis di dalam Kitab Suci hemat saya
ditulis dalam dan oleh cintakasih dengan harapan siapapun yang membaca
dan merenungkannya akan hidup saling mengasihi; seluruh isi Kitab Suci
hemat saya juga dapat dipadatkan dalam perintah untuk saling
mengasihi. "Kasih adalah kegenapan hukum Taurat", demikian kata
Paulus, maka kasih juga kegenapan aneka macam tata tertib atau aturan.
Berzinah, membunuh dan mencuri merupakan pelanggaran tata tertib, dan
dengan demikian juga melawan kasih sejati. Berzinah, entah dengan diri
sendiri atau dengan orang lain, merupakan pelecehan terhadap harkat
martabat manusia, yang diciptakan sesuai dengan gambar atau citra
Allah, demikian juga membunuh maupun mencuri. Pencurian pada umumnya
dilakukan secara diam-diam, demikian juga perzinahan; korupsi juga
merupakan salah satu bentuk pencurian yang sungguh merugikan. Ingat
korupsi yang telah dilakukan oleh Nazarudin telah menyita waktu dan
tenaga para elite politik maupun pemerintahan untuk saling membenarkan
diri alias mencari keuntungan diri sendiri dan kurang memperhatikan
kepentingan atau kebutuhan rakyat. Berbulan-bulan waktu dan tenaga
tercurahkan pada kasus korupsi Nazarudin, sehingga orang lupa akan
hidup saling mengasihi.
"Kasihilah sesamamu seperti dirimu sendiri", demikian perintah kasih
dari Tuhan yang diangkat kembali oleh Paulus. Saya yakin tak ada
seorangpun di antara kita yang suka disakiti atau dilecehkan,
sebaliknya dambaannya adalah dihormati, dipuji dan dijunjung tinggi,
maka baiklah agar kita dihormati, dipuji dan dijunjung tinggi, marilah
kita juga menghormati, memuji dan menunjung tinggi orang lain. Dengan
kata lain marilah kita saling menghormati, memuji dan menunjung
tinggi, sebagai ciptaan terluhur dan termulia di bumi ini. Hendaknya
kita tidak saling menyakiti, melecehkan atau mengecewakan. Marilah
kita renungkan peringatan Yeheskiel di bawah ini.
"Jikalau engkau memperingatkan orang jahat itu supaya ia bertobat dari
hidupnya, tetapi ia tidak mau bertobat, ia akan mati dalam
kesalahannya, tetapi engkau telah menyelamatkan nyawamu" (Yeh 33:9).
Mengingatkan orang berdosa agar bertobat, itulah panggilan dan tugas
pengutusan kita semua sebagai orang beriman. Maka baiklah jika ada
saudara-saudari kita yang melakukan apa yang tidak baik atau tak
bermoral, hendaknya sesegera mungkin diperingatkan, dan jangan
ditunda-tunda. Dengan kata lain jika kita melihat apa yang tidak baik,
hendaknya segera diperbaiki, apa yang tak teratur segera kita atur ,
dst..
"Masuklah, marilah kita sujud menyembah, berlutut di hadapan TUHAN
yang menjadikan kita. Sebab Dialah Allah kita, dan kitalah umat
gembalaan-Nya dan kawanan domba tuntunan tangan-Nya. Pada hari ini,
sekiranya kamu mendengar suara-Nya! Janganlah keraskan hatimu seperti
di Meriba, seperti pada hari di Masa di padang gurun, pada waktu nenek
moyangmu mencobai Aku, menguji Aku, padahal mereka melihat
perbuatan-Ku." (Mzm 95:6-9)

Ign 4 September 2011



Jumat, 02 September 2011

3spt


"Di manakah kita akan membeli roti supaya mereka ini dapat makan?"
(Kol 1:21-23; Luk 6:1-5)

"Sesudah itu Yesus berangkat ke seberang danau Galilea, yaitu danau
Tiberias. Orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia, karena mereka
melihat mujizat-mujizat penyembuhan, yang diadakan-Nya terhadap
orang-orang sakit. Dan Yesus naik ke atas gunung dan duduk di situ
dengan murid-murid-Nya. Dan Paskah, hari raya orang Yahudi, sudah
dekat. Ketika Yesus memandang sekeliling-Nya dan melihat, bahwa orang
banyak berbondong-bondong datang kepada-Nya, berkatalah Ia kepada
Filipus: "Di manakah kita akan membeli roti, supaya mereka ini dapat
makan?"Luk 6:1-5), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St.Gregorius
Agung, Paus dan Pujangga Gereja, hari ini saya sampaikan
catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
•       Paus adalah penerus Yesus, Gembala Utama, yang bertugas untuk
menggembalakan seluruh umat Allah di dunia. Sebagaimana dihayati oleh
Yesus, yang minta bantuan para muridNya dalam melaksanakan tugas
pengutusanNya, demikian juga Paus dibantu para kardinal, uskup, imam,
biarawan-biarawati, kaum awam, dst...dalam menggembalakan umat Allah.
Maka marilah kita semua ,yang terpanggil untuk membantu fungsi
penggembalaan Paus, menanggapi sabda Yesus "Di manakah kita akan
membeli roti, supaya mereka ini dapat makan?". Di lingkungan hidup
maupun kerja kita kiranya masih cukup banyak orang yang lapar dan
haus, entah secara phisik maupun spiritual, maka marilah kita dengan
besar hati berkorban untuk membantu mereka; marilah kita bagikan
kekayaan kita kepada mereka. Bagi yang kaya akan harta benda atau uang
hendaknya menyisihkan sebagian kekayaannya untuk disumbangkan bagi
mereka yang sungguh membutuhkan, sedangkan bagi yang kaya akan
nilai-nilai atau keutamaan-keutamaan, keterampilan atau pengetahuan,
hendaknya berani meluangkan waktu dan tenaga untuk membagikannya
kepada mereka yang lapar dan haus akan nilai, keutamaan, keterampilan
maupun pengetahuan. Pada dasarnya sebagai manusia, kita adalah makhluk
sosial, 'to be man or woman with/for others', maka marilah kita hayati
dan wujudkan jati diri kita ini dengan bermurah hati dan
berbelas-kasih bagi mereka yang lapar dan haus. Jauhkan aneka bentuk
egois yang akan mencelakakan kita, dan hendaknya anak-anak sedini
mungkin di dalam keluarga dibina dan dididik untuk sosial terhadap
saudara-saudarinya atau teman-temannya, dengan teladan konkret dari
orangtua masing-masing.
•       "Kamu harus bertekun dalam iman, tetap teguh dan tidak bergoncang,
dan jangan mau digeser dari pengharapan Injil, yang telah kamu dengar
dan yang telah dikabarkan di seluruh alam di bawah langit, dan yang
aku ini, Paulus, telah menjadi pelayannya." (Kol 1:23), demikian saran
Paulus kepada umat di Kolose. Marilah saran ini kita renungkan atau
refleksikan. Sebagai orang beriman kita diharapkan 'bertekun dalam
iman, tetap teguh dan tidak bergoncang'. Memang pada masa kini cukup
banyak rayuan atau tawaran berupa kenikmatan-kenikmatan duniawi, yang
menggerogoti iman kita serta dapat melumpuhkan iman kita. Sebagai
contoh adalah rayuan atau tawaran berupa uang; kiranya cukup banyak
orang menjadi rapuh atau lemah imannya karena uang. Uang memang dapat
menjadi jalan ke neraka atau jalan ke sorga, dan sebagai umat beriman
kita diharapkan memfungsikan uang sebagai jalan ke sorga. Maka baiklah
kita jujur dan transparan dalam menggunakan uang, sesuai dengan
pedoman 'intentio dantis' (=maksud pemberi), tentu saja maksud di sini
adalah maksud yang baik dan menyelamatkan jiwa manusia. Secara khusus
kami berharap kepada mereka yang bertugas untuk mengurus atau
mengelola uang dalam berorganisasi, bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara, untuk 'tetap teguh dan tidak tergoncang' dalam menghadapi
aneka rangsangan, rayuan atau tawaran untuk korupsi. Kami berharap
kepada mereka yang berkarya di lingkungan Departemen Agama maupun
Departemen Pendidikan dapat menjadi teladan dalam keteguhan dan
ketekunan iman, sehingga tidak melakukan korupsi sedikitpun.
Kemerosotan moral yang masih terus terjadi di hampir semua bidang
kehidupan bersama masa kini hemat saya antara lain disebabkan
kerapuhan iman mereka yang berkarya di dalam lingkungan Departemen
Agama maupun Departemen Pendidikan. Ingat dan sadari bahwa para
koruptor pernah bersekolah dan mengaku beragama, yang berarti terjadi
kerapuhan iman dalam pengelolaan atau pengurusan sekolah maupun agama.
"Ya Allah, selamatkanlah aku karena nama-Mu, berilah keadilan kepadaku
karena keperkasaan-Mu! Ya Allah, dengarkanlah doaku, berilah telinga
kepada ucapan mulutku! Sesungguhnya, Allah adalah penolongku; Tuhanlah

yang menopang aku" (Mzm 54:3-4.6)
Ign 3 September 2011

2Spt


"Anggur yang baru harus disimpan dalam kantong yang baru pula"
(Kol 1:15-20; Luk 5:33-39)
" Orang-orang Farisi itu berkata pula kepada Yesus: "Murid-murid
Yohanes sering berpuasa dan sembahyang, demikian juga murid-murid
orang Farisi, tetapi murid-murid-Mu makan dan minum." Jawab Yesus
kepada mereka: "Dapatkah sahabat mempelai laki-laki disuruh berpuasa,
sedang mempelai itu bersama mereka? Tetapi akan datang waktunya,
apabila mempelai itu diambil dari mereka, pada waktu itulah mereka
akan berpuasa." Ia mengatakan juga suatu perumpamaan kepada mereka:
"Tidak seorang pun mengoyakkan secarik kain dari baju yang baru untuk
menambalkannya pada baju yang tua. Jika demikian, yang baru itu juga
akan koyak dan pada yang tua itu tidak akan cocok kain penambal yang
dikoyakkan dari yang baru itu. Demikian juga tidak seorang pun
mengisikan anggur yang baru ke dalam kantong kulit yang tua, karena
jika demikian, anggur yang baru itu akan mengoyakkan kantong itu dan
anggur itu akan terbuang dan kantong itu pun hancur. Tetapi anggur
yang baru harus disimpan dalam kantong yang baru pula. Dan tidak
seorang pun yang telah minum anggur tua ingin minum anggur yang baru,
sebab ia akan berkata: Anggur yang tua itu baik."(Luk 5:33-39),
demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan
sederhana sebagai berikut:
•       "Demenyar = demen sing anyar" (suka yang baru), demikian bunyi
peribahasa Jawa, yang menggambarkan orang yang senantiasa suka pada
apa-apa yang baru, maka yang bersangkutan ketika ada barang baru
senantiasa membeli atau mengusahakan. Memang pada umumnya orang
bergairah untuk mendapatkan sesuatu yang baru, namun lemah atau kurang
dalam merawat atau memelihara yang baru, yang diperolehnya tersebut.
"Anggur yang baru harus disimpan dalam kantong yang baru pula",
demikian sabda Yesus. Sabda ini kiranya  mengajak dan memanggil kita
untuk senantiasa memperbaha-rui diri, sesuai dengan motto "ecclesia
semper reformanda est" (=Gereja harus selalu diperbaharui). Yang
dimaksudkan dengan Gereja adalah kita semua yang beriman kepada Yesus
Kristus khususnya, tetapi bolehlah saya  juga mengenakan pada seluruh
umat beriman. Secara konkret ajakan atau panggilan tersebut antara
lain dapat dihayati: (1) sebagai yang telah dibaptis hendaknya hidup
dan bertindak sesuai dengan janji baptis, (2) sebagai suami-isteri
hendaknya hidup dan bertindak sesuai dengan janji perkawinan, yang
berarti laki-laki dan perempuan telah menjadi satu dan bukan dua lagi,
maka hendaknya senantiasa diusahakan kesatuan dalam berbagai hal, (3)
sebagai anggota lembaga hidup baik, biarawan dan biarawati, hendaknya
hidup dan bertindak sesuai dengan karisma pendiri, (4) sebagai imam
hendaknya setia menjadi penyalur rahmat Tuhan bagi sesamanya, dst..
Untuk itu semua kiranya dibutuhkan matiraga alias pengendalian nafsu
anggota tubuh agar bergerak atau berfungsi sesuai dengan kehendak
Ilahi. Hari-hari ini semangat baru, dalam merayakan Idul Fitri,
kiranya masih menggema, maka kami berharap semangat tersebut terus
diperkembangkan dan diperdalam dalam hidup sehari-hari di kemudian
hari.
•       "Ia adalah gambar Allah yang tidak kelihatan, yang sulung, lebih
utama dari segala yang diciptakan, karena di dalam Dialah telah
diciptakan segala sesuatu, yang ada di sorga dan yang ada di bumi,
yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, baik singgasana, maupun
kerajaan, baik pemerintah, maupun penguasa; segala sesuatu diciptakan
oleh Dia dan untuk Dia" (Kol 1:15-16). Yang dimaksudkan dengan 'Ia'
disini adalah Yesus Kristus. Kita semua yang beriman kepadaNya
dipanggil untuk meneladanNya, maka marilah kita mawas diri apakah kita
layak menjadi 'gambar Allah yang tidak kelihatan'. Baiklah kita sadari
bahwa masing-masing dari kita diciptakan oleh Allah sesuai dengan
gambar atau citraNya, namun kiranya dalam perjalanan waktu hal
tersebut mengalami erosi atau kemerosotan karena kelalaian atau
kesambalewaan kita. Marilah 'back to basic', kembali ke jati diri kita
yang sejati sebagai gambar atau citra Allah, dan memang untuk itu
butuh matiraga. Menjadi gambar atau citra Allah antara lain berarti
siapapun yang bertemu, bergaul dan bercakap-cakap dengan kita tergerak
untuk semakin mempersembahkan dirinya kepada Allah, semakin suci,
semakin beriman. Allah adalah kasih, maka sebagai gambar atau citra
Allah berarti hidup dan bertindak dalam serta oleh kasih, yang antara
lain menjadi nyata dalam "sabar, murah hati, tidak cemburu, tidak
memegahkan diri dan tidak sombong,  tidak melakukan yang tidak sopan
dan tidak mencari keuntungan diri sendiri, tidak pemarah dan tidak
menyimpan kesalahan orang lain,  tidak bersukacita karena
ketidakadilan, tetapi karena kebenaran, menutupi segala sesuatu,
percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung
segala sesuatu"(1Kor 13:4-7).
"Beribadahlah kepada TUHAN dengan sukacita, datanglah ke hadapan-Nya
dengan sorak-sorai! Ketahuilah, bahwa TUHANlah Allah; Dialah yang
menjadikan kita dan punya Dialah kita, umat-Nya dan kawanan domba
gembalaan-Nya. Masuklah melalui pintu gerbang-Nya dengan nyanyian
syukur, ke dalam pelataran-Nya dengan puji-pujian, bersyukurlah
kepada-Nya dan pujilah nama-Nya! Sebab TUHAN itu baik, kasih setia-Nya
untuk selama-lamanya, dan kesetiaan-Nya tetap turun-temurun"
 (Mzm 100:2-5)
Ign 2 September 2011

Selasa, 30 Agustus 2011

1 Spt


"Jangan takut mulai dari sekarang engkau akan menjala manusia."
(Kol 1:9-14; Luk 5:1-11)

" Pada suatu kali Yesus berdiri di pantai danau Genesaret, sedang
orang banyak mengerumuni Dia hendak mendengarkan firman Allah. Ia
melihat dua perahu di tepi pantai. Nelayan-nelayannya telah turun dan
sedang membasuh jalanya. Ia naik ke dalam salah satu perahu itu, yaitu
perahu Simon, dan menyuruh dia supaya menolakkan perahunya sedikit
jauh dari pantai. Lalu Ia duduk dan mengajar orang banyak dari atas
perahu. Setelah selesai berbicara, Ia berkata kepada Simon:
"Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk
menangkap ikan." Simon menjawab: "Guru, telah sepanjang malam kami
bekerja keras dan kami tidak menangkap apa-apa, tetapi karena Engkau
menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga." Dan setelah mereka
melakukannya, mereka menangkap sejumlah besar ikan, sehingga jala
mereka mulai koyak. Lalu mereka memberi isyarat kepada teman-temannya
di perahu yang lain supaya mereka datang membantunya. Dan mereka itu
datang, lalu mereka bersama-sama mengisi kedua perahu itu dengan ikan
hingga hampir tenggelam. Ketika Simon Petrus melihat hal itu ia pun
tersungkur di depan Yesus dan berkata: "Tuhan, pergilah dari padaku,
karena aku ini seorang berdosa." Sebab ia dan semua orang yang
bersama-sama dengan dia takjub oleh karena banyaknya ikan yang mereka
tangkap; demikian juga Yakobus dan Yohanes, anak-anak Zebedeus, yang
menjadi teman Simon. Kata Yesus kepada Simon: "Jangan takut, mulai
dari sekarang engkau akan menjala manusia." Dan sesudah mereka
menghela perahu-perahunya ke darat, mereka pun meninggalkan segala
sesuatu, lalu mengikut Yesus." (Luk 5:1-11), demikian kutipan Warta
Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan
sederhana sebagai berikut:
•       Hidup terpanggil menjadi imam, bruder atau suster maupun aneka
jabatan atau fungsi dalam hidup dan kerja bersama hemat saya merupakan
pengembangan dan pendalaman aneka bakat dan keterampilan alias
anugerah Tuhan yang kita terima dalam kehidupan masa kanak-kanak dan
remaja kita di dalam keluarga maupun masyarakat. Mereka yang pada masa
dewasanya menjadi imam, bruder atau suster ataupun pejabat dan pegawai
rajin, tekun, bekerja keras, disiplin, cermat, kreatif, proaktif,
dst…pada umumnya sifat-sifat tersebut telah dididikkan atau dibiasakan
oleh orangtua maupun lingkungan hidupnya. Itulah yang terjadi dalam
diri para rasul dari penjala ikan ditingkatan menjadi penjala manusia.
Sabda hari ini mengingatkan dan mengajak kita semua untuk senantiasa
mengutamakan atau mengedepankan keselamatan jiwa manusia dalam cara
hidup dan cara bertindak kita dimanapun dan kapanpun. Maka marilah
kita fungsikan bakat, keterampilan serta kecerdasan kita untuk hidup
dan bekerja demi keselamatan jiwa manusia. Kepada para pengusaha atau
mereka yang mempekerjakan manusia kami harapkan sungguh memperhatikan
keselamatan jiwa mereka; ingatlah dan hayati bahwa semakin mereka,
para pekerja, semakin selamat dan sejahtera hidupnya berarti akan
semakin sukses pula usaha anda. Hendaknya aneka macam usaha dan
kesibukan senantiasa lebih mengutamakan keselamatan jiwa manusia
daripada aneka macam  sarana-prasarana lainnya. Dekati dan sikapi
setiap manusia secara manusiawi serta cinta dengan segenap hati, jiwa,
akal budi dan tenaga/kekuatan.
•       "Ia telah melepaskan kita dari kuasa kegelapan dan memindahkan kita
ke dalam Kerajaan Anak-Nya yang kekasih; di dalam Dia kita memiliki
penebusan kita, yaitu pengampunan dosa." (Kol 1:13-14). Kutipan ini
kiranya mengingatkan kita semua yang telah dibaptis, yaitu telah
dipersatukan dengan Yesus Kristus alias menjadi sahabat-sahabat Yesus
Kristus, hidup dan bertindak dengan menghayati sabda-sabda serta
meneladan cara hidup dan cara bertindakNya. Dengan kata lain kita
diharapkan hidup dalam 'terang', yang antara lain memiliki cirikhas
jujur, transparan, terbuka, disiplin, tertib, teratur dst.. ;
kemanapun kita pergi atau dimanapun kita berada senantiasa menerangi
saudara-saudari kita, menjadi fasilitator bagi mereka, dst.. Maka
marilah kita mawas diri apakah kita sungguh hidup dalam 'terang',
senantiasa berbuat baik kepada sesama, serta tidak pernah mengewakan
mereka. Hidup dalam terang juga berarti hidup dijiwai oleh Roh Kudus,
sehingga kita memiliki dan menghayati keutamaan-keutamaan seperti
"kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan,
kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri" (Gal 5:22-23), sedangkan
hidup dalam kegelapan berarti dijiwai oleh roh jahat atau setan,
sehingga suka melakukan apa yang jahat, seperti "percabulan,
kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan,
perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan,
roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya" (Gal
5:19-21). Kami harapkan hidup dalam 'terang' sedini mungkin dibiasakan
atau dididikkan bagi anak-anak di dalam keluarga dengan teladan
konkret dari orangtua atau bapak-ibu.
"TUHAN telah memperkenalkan keselamatan yang dari pada-Nya, telah
menyatakan keadilan-Nya di depan mata bangsa-bangsa.Ia mengingat kasih
setia dan kesetiaan-Nya terhadap kaum Israel, segala ujung bumi telah
melihat keselamatan yang dari pada Allah kita.Bersorak-soraklah bagi
TUHAN, hai seluruh bumi, bergembiralah, bersorak-sorailah dan
bermazmurlah! Bermazmurlah bagi TUHAN dengan kecapi, dengan kecapi dan
lagu yang nyaring, dengan nafiri dan sangkakala yang nyaring
bersorak-soraklah di hadapan Raja, yakni TUHAN!" (Mzm 98:2-6)
Ign 1 September 2011

Senin, 29 Agustus 2011

31 Agt


"Yesus berangkat dan pergi ke suatu tempat yang sunyi"
(Kol 1:1-8; Luk 4:38-44)

"Kemudian Ia meninggalkan rumah ibadat itu dan pergi ke rumah Simon.
Adapun ibu mertua Simon demam keras dan mereka meminta kepada Yesus
supaya menolong dia. Maka Ia berdiri di sisi perempuan itu, lalu
menghardik demam itu, dan penyakit itu pun meninggalkan dia. Perempuan
itu segera bangun dan melayani mereka. Ketika matahari terbenam, semua
orang membawa kepada-Nya orang-orang sakitnya, yang menderita
bermacam-macam penyakit. Ia pun meletakkan tangan-Nya atas mereka
masing-masing dan menyembuhkan mereka. Dari banyak orang keluar juga
setan-setan sambil berteriak: "Engkau adalah Anak Allah." Lalu Ia
dengan keras melarang mereka dan tidak memperbolehkan mereka
berbicara, karena mereka tahu bahwa Ia adalah Mesias. Ketika hari
siang, Yesus berangkat dan pergi ke suatu tempat yang sunyi. Tetapi
orang banyak mencari Dia, lalu menemukan-Nya dan berusaha menahan Dia
supaya jangan meninggalkan mereka. Tetapi Ia berkata kepada mereka:
"Juga di kota-kota lain Aku harus memberitakan Injil Kerajaan Allah
sebab untuk itulah Aku diutus." Dan Ia memberitakan Injil dalam
rumah-rumah ibadat di Yudea" (Luk 4:38-44), demikian kutipan Warta
Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan
sederhana sebagai berikut:
•       Ketika orang sukses dalam hidup dan kerja serta menerima pujian
banyak orang atas kesuksesannya, maka dan kemungkinan orang lupa pada
jati diri, entah pribadi maupun tugas panggilannya. Itulah kiranya
yang dialami oleh Yesus, ketika Ia membuat banyak mujizat dapat
terjadi kesalahfahaman di antara para pendengar atau pengikutNya. Para
pendengar atau pengikutNya belum sepenuhnya dapat memahami dan
menerima Dia sebenarnya, maka ketika setan membuka jati diriNya yang
sebenarnya Yesus merasa 'tidak aman'. "Tidak aman" yang kami maksudkan
adalah Yesus akan dibatasi ruang gerak dan pelayananNya, yaitu sebagai
orang sakti atau 'dukun', padahal Ia memiliki tugas pengutusan untuk
'memberitakan Injil Kerajaan Allah'. Maka Ia berusaha menyendiri untuk
berdoa guna mempertahakan dan memperteguh jati diriNya sebagai
'pemberita Injil Kerajaan Allah'. Kami mengajak dan mengingatkan kita
semua untuk mawas diri perihal jatidiri kita masing-masing. Pada
hari-hari libur dalam rangka merayakan Idul Fitri ini kiranya kita
juga meninggalkan tugas pekerjaan kita sehari-hari, entah tugas
belajar atau bekerja, dan bertemu dengan sanak-saudara dan
handai-taulan. Dalam kesempatan macam ini kiranya masing-masing dari
kita menyadari diri sebagai cucu, anak, orangtua atau kakek-nenek.
Maka baiklah hal ini kita hayati sebagai kesempatan untuk memperteguh
dan memperkuat jati diri kita sebagai cucu, anak, orangtua atau
kakek-nenek, serta menyadari dan menghayati tugas dan fungsi
masing-masing dalam kehidupan bersama atau membangun dan memperdalam
persaudaraan/persahabatan sejati, sehingga kebersamaan hidup dapat
menjadi 'warta gembira' bagi siapapun. Marilah kita hayati bahwa kita
bertemu dengan saudara dan handai-taulan sebagai kesempatan untuk
saling menggembirakan dan menyelamatkan.
•       "Kami selalu mengucap syukur kepada Allah, Bapa Tuhan kita Yesus
Kristus, setiap kali kami berdoa untuk kamu, karena kami telah
mendengar tentang imanmu dalam Kristus Yesus dan tentang kasihmu
terhadap semua orang kudus, oleh karena pengharapan, yang disediakan
bagi kamu di sorga." (Kol 1:3-5a). Marilah kita meneladan Paulus yang
'selalu mengucap syukur kepada Allah' serta berdoa bagi
saudara-saudari dan handai-taulan kita. Kita bersyukur dan berterima
kasih kepada Allah, karena kita telah dianugerahi hidup serta aneka
macam sarana-prasarana yang kita butuhkan untuk hidup dan kerja kita.
Dalam keadaan atau kondisi dan situasi apapun hendaknya senantiasa
bersyukur dan berterima kasih kepada Allah, dan tentu saja syukur dan
terima kasih ini kita wujudkan terhadap saudara-saudari kita, sehingga
kita saling bersyukur dan berterima kasih satu sama lain. "Saat sukses
kita bersyukur, saat gagal pun kita bersyukur. Sesungguhnya kekayaan
dan kebahagiaan sejati ada di dalam rasa bersyukur" (Andrie Wongso).
Syukur kita terhadap sesama dapat kita wujudkan dengan berbuat baik
kepada mereka dalam situasi dan kondisi apapun dan dimanapun, entah
dengan memperhatikan, membantu atau mendoakan. Kita juga dipanggil
untuk saling mendoakan, maka baiklah di masa liburan Idul Fitri ini
kalau tidak mungkin bertemu  dengan saudara dan handai-taulan, entah
karena tugas, kesibukan atau alasan lain, marilah kita mendoakannya.
Orangtua atau kakek-nenek mendoakan anak-anak atau cucu-cucunya,
sebaliknya anak-anak atau cucu-cucu mendoakan orangtua atau
kakek-neneknya. Kebiasaan berdoa dan saling mendoakan di masa Puasa
atau bulan suci hendaknya terus ditingkatkan dan diperdalam di dalam
kesibukan sehari-hari. Ingatlah dan hayati bahwa berdoa merupakan
salah satu cirikhas hidup beragama atau beriman.
"Aku ini seperti pohon zaitun yang menghijau di dalam rumah Allah; aku
percaya akan kasih setia Allah untuk seterusnya dan selamanya. Aku
hendak bersyukur kepada-Mu selama-lamanya, sebab Engkaulah yang
bertindak; karena nama-Mu baik, aku hendak memasyhurkannya di depan
orang-orang yang Kaukasihi!"
(Mzm 52:10-11)
Ign 31 Agustus 2011

Minggu, 28 Agustus 2011

30 Agts


"Alangkah hebatnya perkataan ini!"
(1Tes 5:1-6.9-11; Luk 4:31-37)

"Kemudian Yesus pergi ke Kapernaum, sebuah kota di Galilea, lalu
mengajar di situ pada hari-hari Sabat. Mereka takjub mendengar
pengajaran-Nya, sebab perkataan-Nya penuh kuasa. Di dalam rumah ibadat
itu ada seorang yang kerasukan setan dan ia berteriak dengan suara
keras: "Hai Engkau, Yesus orang Nazaret, apa urusan-Mu dengan kami?
Engkau datang hendak membinasakan kami? Aku tahu siapa Engkau: Yang
Kudus dari Allah." Tetapi Yesus menghardiknya, kata-Nya: "Diam,
keluarlah dari padanya!" Dan setan itu pun menghempaskan orang itu ke
tengah-tengah orang banyak, lalu keluar dari padanya dan sama sekali
tidak menyakitinya. Dan semua orang takjub, lalu berkata seorang
kepada yang lain, katanya: "Alangkah hebatnya perkataan ini! Sebab
dengan penuh wibawa dan kuasa Ia memberi perintah kepada roh-roh jahat
dan mereka pun keluar." Dan tersebarlah berita tentang Dia ke
mana-mana di daerah itu"(Luk 4:31-37), demikian kutipan Warta Gembira
hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan
sederhana sebagai berikut:
•       Orang yang banyak kerja dan sedikit bicara pada umumnya apa yang
dikatakan sungguh bermakna dan berkuasa, sebaliknya orang yang banyak
bicara sedikit bekerja maka apa yang dikatakan bagaikan angin berlalu
saja. Kata-kata yang keluar sungguh bermakna dan berkuasa, karena apa
yang dikatakan pada umumya juga dihayati, dengan kata lain kata-kata
yang keluar dari mulutnya merupakan luapan isi hati dan pengalamannya.
Itulah kiranya yang terjadi dalam diri Yesus Penyelamat Dunia:
sabdaNya dengan penuh wibawa mengusir setan atau roh jahat, sehingga
mereka yang menyaksikanNya berkata "Alangkah hebatnya perkataan ini!
Sebab dengan penuh wibawa dan kuasa Ia memberi perintah kepada roh-roh
jahat dan mereka pun keluar". Kita semua yang beriman kepadaNya
dipanggil untuk meneladanNya, maka marilah dengan bantuan rahmatNya
kita dengan rendah hati berusaha. Hendaknya dalam berkata-kata tidak
asal-asalan saja, melainkan kata yang keluar melalui mulut sungguh
merupakan luapan isi hati yang beriman, sehingga kata-kata tersebut
merupakan bisikan Roh Kudus. Kata-kata yang dijiwai oleh Roh Kudus,
sebagaimana yang disampaikan oleh para gembala kita, Paus maupun Uskup
bewibawa dan berkuasa mempengaruhi atau menjiwai cara hidup dan cara
bertindak kita. Untuk itu kita harus tidak melupakan hidup doa,
meditasi atau kontemplasi, merenungkan sabda-sabda Tuhan sebagaimana
tertulis di dalam Kitab Suci. Biarlah sabda Tuhan akhirnya juga
menjadi milik kita, sehingga kata-kata yang keluar dari mulut kita
juga merupakan 'sabda Tuhan'.
•       "Allah tidak menetapkan kita untuk ditimpa murka, tetapi untuk
beroleh keselamatan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita, yang sudah mati
untuk kita, supaya entah kita berjaga-jaga, entah kita tidur, kita
hidup bersama-sama dengan Dia. Karena itu nasihatilah seorang akan
yang lain dan saling membangunlah kamu seperti yang memang kamu
lakukan." (1Tes 5:9-11). Sebagai sesama umat beriman kita dipanggil
untuk saling menasihati, yang berarti saling bertukaran atau membagi
pengalaman iman. Secara kebetulan hari ini adalah Hari Raya Idul
Fitri, hari kemenangan bagi saudara-saudari kita yang baru saja
selesai menghayati puasa dalam waktu satu bulan. Hari ini kiranya kita
juga terlibat dalam saling bersilaturahmi, saling memaafkan dan
menceriterakan pengalaman iman, apalagi bagi kita yang sudah cukup
lama tidak bertemu dengan saudara-saudari atau handai-taulan. Kami
percaya dalam saling memberi salam, bertemu dan bercakap-cakap di hari
raya hari ini, kita saling menyampaikan pengalaman yang baik, sehingga
terjadilah persaudaraan sejati yang mempesona, menarik dan memikat.
Maka kami berharap pengalaman hari ini tidak berlalu begitu saja,
melainkan terus menerus diperdalam dan diperkembangkan dalam hidup
sehari-hari di kemudian hari. Marilah kita bangun, perdalam dan
perkembangkan persaudaraan umat beriman, antar agama, dalam cara hidup
dan cara bertindak kita setiap hari dimanapun dan kapanpun. Allah
menghendaki kita tidak akan ditimpa malapetaka atau celaka, melainkan
bahagia dan selamat, maka hendaknya kita saling membahagiakan dan
menyelamatkan.  Kepada saudara-saudari kita yang suka menyendiri, kami
harapkan untuk membuka diri dan bergaul dengan saudara-saudari yang
lain. Ingatlah jika kita hidup menyendiri pasti akan celaka atau
menemui malapetaka. Kebersamaan hidup yang dijiwai oleh cintakasih
akan merupakan cara merasul tersendiri, maka marilah kita bangun
kebersamaan hidup dimanapun kita berada.
"Sesungguhnya, aku percaya akan melihat kebaikan TUHAN di negeri
orang-orang yang hidup! Nantikanlah TUHAN! Kuatkanlah dan teguhkanlah
hatimu! Ya, nantikanlah TUHAN!"
(Mzm 27:13-14) "SELAMAT IDUL FITRI, 1 SYAWAL 1432 H"
Ign 30 Agustus 2011

29Agt


 "Tidak halal engkau mengambil isteri saudaramu!"
(Yer 1:17-19; Mrk 6:17-29)

"Memang Herodeslah yang menyuruh orang menangkap Yohanes dan
membelenggunya di penjara berhubung dengan peristiwa Herodias, isteri
Filipus saudaranya, karena Herodes telah mengambilnya sebagai isteri.
Karena Yohanes pernah menegor Herodes: "Tidak halal engkau mengambil
isteri saudaramu!" Karena itu Herodias menaruh dendam pada Yohanes dan
bermaksud untuk membunuh dia, tetapi tidak dapat, sebab Herodes segan
akan Yohanes karena ia tahu, bahwa Yohanes adalah orang yang benar dan
suci, jadi ia melindunginya. Tetapi apabila ia mendengarkan Yohanes,
hatinya selalu terombang-ambing, namun ia merasa senang juga
mendengarkan dia. Akhirnya tiba juga kesempatan yang baik bagi
Herodias, ketika Herodes pada hari ulang tahunnya mengadakan perjamuan
untuk pembesar-pembesarnya, perwira-perwiranya dan orang-orang
terkemuka di Galilea. Pada waktu itu anak perempuan Herodias tampil
lalu menari, dan ia menyukakan hati Herodes dan tamu-tamunya. Raja
berkata kepada gadis itu: "Minta dari padaku apa saja yang kauingini,
maka akan kuberikan kepadamu!", lalu bersumpah kepadanya: "Apa saja
yang kauminta akan kuberikan kepadamu, sekalipun setengah dari
kerajaanku!" Anak itu pergi dan menanyakan ibunya: "Apa yang harus
kuminta?" Jawabnya: "Kepala Yohanes Pembaptis!" Maka cepat-cepat ia
pergi kepada raja dan meminta: "Aku mau, supaya sekarang juga engkau
berikan kepadaku kepala Yohanes Pembaptis di sebuah talam!" Lalu
sangat sedihlah hati raja, tetapi karena sumpahnya dan karena
tamu-tamunya ia tidak mau menolaknya. Raja segera menyuruh seorang
pengawal dengan perintah supaya mengambil kepala Yohanes. Orang itu
pergi dan memenggal kepala Yohanes di penjara. Ia membawa kepala itu
di sebuah talam dan memberikannya kepada gadis itu dan gadis itu
memberikannya pula kepada ibunya. Ketika murid-murid Yohanes mendengar
hal itu mereka datang dan mengambil mayatnya, lalu membaringkannya
dalam kuburan." (Mrk 6:17-29), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta
St.Yohanes Pembaptis hari ini, saya sampaikan catatan-catatan
sederhana sebagai berikut:
•       Mereka yang memiliki jabatan strategis dalam hidup dan kerja
bersama, entah dalam bermasyarakat, berbangsa, bernegara maupun
menggereja, sering dengan mudah memanfaatkan kuasa atau wewenangnya
untuk melakukan korupsi alias merampas hnk orang lain seenaknya.
Itulah yang juga dilakukan oleh Herodes, raja, yang gila harta benda,
jabatan dan kehormatan duniawi, merampas isteri saudaranya. Memang
orang yang berkedudukan dan kaya akan harta benda sering dengan mudah
untuk menyeleweng dan berselingkuh. Hari ini kita kenangkan St.Yohanes
Pembaptis, yang dengan berani menegor Herodes, karena ia merampas
isteri saudaranya. Sikap mental kenabian itulah yang hendaknya kita
hayati sebagai orang beriman, meneladan St.Yohanes Pembaptis. Bentuk
perampasan hak orang lain pada masa kini yang sungguh memprihatinkan
ialah korupsi. Korupsi adalah tindakan pembusukan hidup bersama, maka
masyarakat, bangsa atau Negara yang masih sarat dengan korupsi berarti
busuk alias tidak sedap. Marilah kita hayati panggilan kenabian kita
dengan tidak melakukan korupsi sedirkitpun berani memberantas korupsi
dalam lingkungan hidup dan kerja kita. Memang untuk itu ada
kemungkinan kita akan dibenci atau disingkirkan seperti Yohanes
Pembaptis. Sekali lagi saya ingatkan dan ajak para pengelola dan
pelaksana pendidikan di sekolah untuk memberlakukan 'dilarang
menyontek dalam ulangan maupun ujian' bagi para peserta didik.
Menyontek merupakan pendidikan korupsi, maka membiarkan para peserta
didik berarti mendidik atau melatih mereka untuk berkorupsi alias
melanggengkan korupsi yang masih marak pada masa kini. Sungguh
memprihatinkan bahwa mereka yang berjanji untuk melayani dan
memperjuangkan rakyat melakukan korupsi, seperti para anggota DPR
maupun para pejabat pemerintah. Departemen Agama dan Departemen
Pendidikan, yang seharusnya membina rakyat agar berbudi pekerti luhur,
juga tak lepas dari korupsi, atau bahkan jika dicermati secara teliti
hemat saya di dalam dua departemen inilah tindakan korupsi yang paling
besar
•       "Engkau ini, baiklah engkau bersiap, bangkitlah dan sampaikanlah
kepada mereka segala yang Kuperintahkan kepadamu. Janganlah gentar
terhadap mereka, supaya jangan Aku menggentarkan engkau di depan
mereka!" (Yer 1:17), demikian firman Tuhan kepada Yeremia. Yeremia
adalah nabi, tugas dan panggilan seorang nabi adalah meneruskan atau
menyampaikan kebenaran-kebenaran yang telah diterima dari Allah alias
menjadi 'corong/suara kehendak Allah'. Kehendak Allah dalam hidup dan
kerja kita sehari-hari antara lain diterjemahkan ke dalam aneka tata
tertib yang terkait dengan panggilan dan tugas pengutusan kita
masing-masing,maka marilah kita hayati atau laksanakan tata tertib
yang terkait dengan panggilan dan tugas pengutusan pribadi kita dengan
segenap hati, jiwa, akal budi dan  tubuh/tenaga. Pertama-tama dan
terutama saya pribadi harus menjadi saksi penghayatan tata tertib,
sehingga layak disebut sebagai pribadi tertib, jujur dan disiplin
dalam hidup dan kerja. Jika saya demikian adanya maka saya tidak akan
takut dan tidak gentar untuk menyuarakan kebenaran-kebenaran,
mengingatkan saudara-saudari kita akan taat dan setia pada tata
tertib. Sekali lagi saya mengingatkan dan mengajak para orangtua untuk
sedini mungkin mendidik dan membina anak-anak untuk tertib, jujur dan
disiplin dalam hidup sehari-hari, dan tentu saja dengan teladan
konkret orangtua atau bapak-ibu sendiri. Bapak-ibu hendaknya menjadi
teladan kesetiaan pada janji perkawinan, dengan setia saling mengasihi
satu sama lain, baik dalam sehat maupun sakit, untung atau malang
sampai mati.
"Pada-Mu, ya TUHAN, aku berlindung, janganlah sekali-kali aku mendapat
malu. Lepaskanlah aku dan luputkanlah aku oleh karena keadilan-Mu,
sendengkanlah telinga-Mu kepadaku dan selamatkanlah aku! Jadilah
bagiku gunung batu, tempat berteduh, kubu pertahanan untuk
menyelamatkan aku; sebab Engkaulah bukit batuku dan pertahananku. Ya
Allahku, luputkanlah aku dari tangan orang fasik" (Mzm 71:1-4a)
Ign 29 Agustus 2011