Fans Page Facebook http://imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Jumat, 07 Oktober 2011

Minggu Biasa XXVIII


"Pergilah ke persimpangan-persimpangan jalan dan undanglah setiap orang yang kamu jumpai di sana ke perjamuan kawin itu"

Mg Biasa XXVIII: Yes 25:6-10a; Flp 4:12-14.19-20; Mat 22:1-14



Ketika ada perjamuan kawin alias pesta perkawinan pada umumnya semua yang hadir dalam perjamuan atau pesta tersebut berusaha menampilkan diri secantik atau setampan mungkin dengan harapan penampilannya akan mempesona, menarik dan memikat orang lain. Mereka memang cantik atau tampan penampilannya, namun apakah hati, jiwa dan akal budinya juga cantik atau tampan atau bersih kiranya boleh dipertanyakan. Kiranya cukup banyak tamu ataupun penerima tamu dalam pesta perkawinan yang mempercantik diri ke salon sehingga kehilangan keasliannya, lebih-lebih rekan-rekan perempuan dalam merias wajah maupun menata rambutnya. Kemungkinan juga ada yang pinjam pakaian atau assesori dari orang lain atau tempat peminjaman seperti salon-salon dst.. Sabda hari ini mengajak dan mengingatkan kita semua untuk jujur terhadap diri sendiri serta tampil apa adanya maupun agar kita senantiasa mengusahakan kebersihan atau kesucian hati, jiwa dan akal budi.    

"Hai saudara, bagaimana engkau masuk ke mari dengan tidak mengenakan pakaian pesta?"(Mat 22:12)

Yang dimaksudkan dengan 'pesta' di sini kiranya adalah ibadat, misalnya Perayaan Ekaristi bagi umat Katolik atau bagi agama lain seperti pujian, sholat dst.. Kita dalam menghadiri ibadat diharapkan dalam keadaan bersih, bebas dari dosa, maka jika sedang dalam keadaan tidak bersih atau berdosa hendaknya terlbih dahulu membersihkan atau menyucikan diri, dan bagi orang katolik berarti mengaku dosa. Beribadat berarti bertemu dengan Tuhan;  memang pada umumnya orang bersih secara phisik namun belum tentu bersih secara spiritual.  Pesta mungkin juga dapat diartikan sebagai kebersamaan dengan orang lain kapanpun dan dimanapun. Hemat saya bersama dengan orang lain kita juga diharapkan bersih atau layak, yang berarti berkehendak atau bermaksud baik, tdak bermaksud jahat. Hendaknya jangan bertindak jahat terhadap saudara-saudari kita dimanapun dan kapanpun.

Dalam warta gembira ini orang yang datang dan kemudian diusir tidak lain adalah orang-orang Farisi, dan untuk masa kini berarti mereka yang bersikap mental secara materialistis, orang-oang yang gila akan harta benda/uang, pangkat/kedudukan atau kehormatan duniawi, orang-orang yang bersikap selama hidup di dunia ini berlaku sombong dan senantiasa menomorsatukan dirinya sendiri. Sedangkan mereka yang kemudian diundang, yang berasal dari pinggir-pinggir jalan adalah orang-orang yang rendah hati cara hidup dan cara bertindaknya. Sebagai orang beriman atau beragama kita semua dipanggil untuk hidup dan bertindak dengan rendah hati, tidak sombong. Rendah hati antara lain berarti memiliki hati, jiwa, akal budi dan tubuh atau tenaga yang senantiasa terbuka terhadap aneka kemugkinan dan kesempatan dan tentu saja pertama-tama tebuka terhadap kehendak Tuhan, yang antaa lain menggejala dalam kehendak baik saudara-saudari kita dimanapun dan kapanpun. Orang-orang yang berada di pinggir jalan atau di persimpangan jalan berartti memang tidak memiliki apa yang dapat diandalkan di dunia ini dan terbuka terhadap orang lain.

Kami berharap anak-anak sedini mungkin dibiasakan atau dididik untuk memiliki sikap mental rendah hati atau keterbukaan.  Hemat saya ketika masih anak-anak atau bayi sungguh rendah hati dan terbuka, maka hendaknya hal itu jangan ditinggalkan, melainkan terus diperdalam dan diperkembangkan dalam hidup sehari-hari sampai mati.  Keterbukaan diri anak-anak di masa kanak-kanak atau bayi sungguh merupakan modal atau kekuatan yang tak boleh ditinggalkan atau dilupakan. Kepada keluarga atau suami-isteri muda yang masih memiliki bayi atau anak kecil kami dambakan untuk memperhatikan hal ini.  Tentu saja, berkali-kali saya ingatkan, teladan orangtua bagi anak-anak dalam hal penghayatan kerendahan hati maupun ketetbukaan diri sungguh dibutuhkan secara  mutlak, alias tak dapat ditawar-tawar lagi. Masa balita anak-anak sungguh masa yang penting dan strategis dalam pembinaan sikap mental atau karakter anak-anak, maka hendaknya orangua jangan mensia-siakan masa balita ini, hendaknya dengan rela dan penuh cintakasih memboroskan waktu dan tenaga bagi anak-anaknya selama masa balita. Wujud cintakasih sejati adalah pemborosan waktu dan tenaga bagi yang terkasih.

"Aku tahu apa itu kekurangan dan aku tahu apa itu kelimpahan. Dalam segala hal dan dalam segala perkara tidak ada sesuatu yang merupakan rahasia bagiku; baik dalam hal kenyang, maupun dalam hal kelaparan, baik dalam hal kelimpahan maupun dalam hal kekurangan. Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku" (Flp 4:12-13)

Kesaksian iman Paulus yang disampaikan kepada umat di Filipi di atas ini kiranya dapat menjadi bahan permenungan atau refleksi kita. "Tidak ada sesuau yang merupakan rahasia bagiku.. segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku", inilah yang hendaknya menjadi bahan permenungan atau refleksi kita.  Kita diharapkan tidak pernah merahasiakan sedikitpun kepada suadara-saudari kita, dan tentu saja pertama-tama kepada saudara-saudari serumah atau sekomunitas, sekantor atau setempat kerja.  Kita dipanggil untuk senantiasa terbuka atau transparan satu sama lain. Pertama-tama saya mengingatkan rekan-rekan suami-isteri yang telah memiliki keterbukaan satu sama lain minimal secara phisik yaitu ketika sedang memadu kasih dalam hubungan seksual, dan semoga juga terbuka satu sama lain secara spiritual. Anda berdua memiliki pengalaman terbuka satu sama lain secara mendalam, maka hendaknya pengalaman tersebut terrus diperkembangkan dan disebarluaskan dalam hidup sehari-hari, pertama-tama di dalam keluarga bagi anak-anak dan juga ditempat kerja maupun di lingkungan masyarakat, Rukun Tetangga maupun Rukun Warga.

Bersikap mental dan bertindak terbuka atau tranparan memang tak akan terlepas dari aneka macam masalah atau perkara, dan jika menghadapi masalah atau perkara kita diharapkan menanggung dalam Tuhan yang menganugerahkan rahmat dan kekuatan. Bersama dan bersatu dengan Tuhan kita akan mampu mengatasi atau menyelesaikan aneka masalah dan perkara. Bersama dan bersatu dengan Tuhan berarti berkehendak baik dan jika kita sungguh berkehendak baik maka segala perkara dapat kita selesaikan, mengingat dan memperhatikan cukup banyak ornng di dunia ini, di sekitar hidup kita, yang berkehendak baik.  Maka bersama atau bersatu dengan Tuhan juga berarti bersama dan bersatu dengan saudara-saudari kita yang berkehendak baik kapanpun dan dimanapun.

Bersama-sama atau bergotong-royong dalam hidup dan bekerja itulah wujud keimanan kita kepada Tuhan yang menganugerahkan rahmat dan kekuatan kepada kita semua.  Dalam bergotong-royong tak ada seorangpun yang berpangku tangan dan tiada bedanya besar atau kecil, tua atau muda, anak-anak atau dewasa, pria atau wanita, semuanya bekerja atau berparitisipasi dalam mengerjakan atau melaksanakan sesuatu.  Budaya gotong-royong kiranya masih hidup dan kuat di masyarakat desa atau pelosok, maka hendaknya budaya tersebut terus diperkembangkan dan disebarluaskan.  Ingat pepatah "bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh". "Sesungguhnya, inilah Allah kita, yang kita nanti-nantikan, supaya kita diselamatkan. Inilah TUHAN yang kita nanti-nantikan; marilah kita bersorak-sorak dan bersukacita oleh karena keselamatan yang diadakan-Nya!" (Yes 25:5). Semoga apa yang dikatakan oleh Yesaya ini juga dapat menjadi dukungan dan peneguhan bagi kita dalam hidup bersama atau bergotong-royong.

"TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku. Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang; Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena nama-Nya. Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku." (Mzm 23:1-4)

Ign 9 Oktober 2011

8 Okt

"Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan yang memeliharanya"

(Yl 3:12-21; Luk 11:27-28)


" Ketika Yesus masih berbicara, berserulah seorang perempuan dari antara orang banyak dan berkata kepada-Nya: "Berbahagialah ibu yang telah mengandung Engkau dan susu yang telah menyusui Engkau." Tetapi Ia berkata: "Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan yang memeliharanya." (Luk 11:27-28), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Tidak ada seorang pun di dunia ini yang tidak mendambakan hidup bahagia, damai sejahtera, sehat wal'afiat lahir maupun batin; kita semua mendambakannya. Jika kita sungguh mendambakannya maka marilah dengan sungguh-sungguh dan bekerja keras kita 'mendengarkan firman Allah dan memeliharanya atau melaksanakannya' dalam hidup kita sehari-hari. Mendengarkan merupakan kegiatan atau pekerjaan yang memang berat, karena menuntut kerendahan hati serta keterbukaan diri sepenuhnya. Ingat dan sadari bahwa apa yang kita dengarkan sejak kita berada di dalam rahim ibu kita masing-masing sampai kini sungguh mempengaruhi atau menjiwai cara hidup dan cara bertindak kita masa kini. Karena Allah adalah maha segalanya, maka jika kita sungguh mendengarkan firmanNya mau tak mau harus melaksanakan perintah atau kehendakNya alias melaksanakan firmanNya, dan dengan demikian kita pasti akan hidup bahagia, damai sejahtera dan sehat wal'afiat. Firman Allah telah diterjemahkan atau dibahasakan kedalam aneka tata tertib atau aturan yang terkait dengan hidup, panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing, maka baiklah aneka tata tertib atau aturan   tersebut kita laksanakan sepenuhnya. Mungkin setiap hari kita dapat melatih atau mendidik diri dalam hal pelaksanaan tata tertib atau aturan, karena dimana-mana kita temukan tata tertib dan aturan. Jika kita setia dan dapat dengan mudah melaksanakan tata tertib atau aturan yang sederhana dalam hidup sehari-hari, maka ada kemungkinan bagi kita untuk melaksanakan firman Allah. "Ingatlah juga bahwa dari kecil engkau sudah mengenal Kitab Suci yang dapat memberi hikmat kepadamu dan menuntun engkau kepada keselamatan oleh iman kepada Kristus Yesus. Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran." (2Tim 3:15-16)

·   "Baiklah bangsa-bangsa bergerak dan maju ke lembah Yosafat, sebab di sana Aku akan duduk untuk menghakimi segala bangsa dari segenap penjuru" (Yl 3:12). Kutipan ini kiranya baik untuk kita renungkan atau refleksikan. Marilah kutipan di atas ini kita sikapi sebagai firman Allah terhadap kita semua, dimana Allah akan menghakimi kita, umatNya. Apa yang disebut dengan penghakiman tidak lain adalah mencari kebenaran, maka Allah akan mencari orang-orang benar. Orang-orang benar adalah orang yang suci, yang senantiasa mendengarkan dan melaksanakan firman Allah dalam hidup sehari-hari kapan pun dan dimana pun. Orang benar adalah orang yang setia pada iman, panggilan dan tugas pengutusannya.  "Setia adalah sikap dan perilaku yang menunjukkan keterikatan dan kepedulian atas perjanjian yang telah dibuat" (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka – Jakarta 1997, hal 24). Apa yang telah kita janjikan marilah kita taati dan laksanakan, dan hendaknya jangan ingkar janji sedikitpun. Tak henti-hentinya  saya mengingatkan kita semua yang telah dibaptis untuk setia pada janji baptis, yaitu hanya mau mengabdi Tuhan saja serta menolak aneka godaan setan. Jika kita setia pada janji baptis maka dengan mudah kita setia pada janji-janji berikutnya seperti janji perkawinan, janji imamat, kaul membiara, janji pelajar, janji pekerja atau pegawai, sumpah jabatan dst..  Mengabdi Tuhan berarti Tuhan menjadi 'tuan' kita dan kita senantiasa melaksanakan perintah-perintahNya kapan pun dan dimana pun. Sedangkan menolak godaan setan berarti tidak pernah mengikuti rayuan setan untuk berbuat dosa atau berbuat jahat. Godaan atau rayuan setan menggejala dalam tawaran kenikmatan yang terkait dengan harta benda/uang, pangkat/kedudukan/jabatan dan kehormatan duniawi. Di kalangan muda-mudi atau juga orang dewasa mungkin menghadapi rayuan setan berupa kenikmatan seksual, yang menyimpang dari tatanan moral. Hendaknya ketika menerima rayuan langsung ditolak tegas, dan jangan dipikir-pikir atau dipertimbangkan, karena dengan demikian anda pasti akan takluk kepada rayuannya jika masih pikir-pikir serta mempertimbangkannya.

"TUHAN adalah Raja! Biarlah bumi bersorak-sorak, biarlah banyak pulau bersukacita! Awan dan kekelaman ada sekeliling Dia, keadilan dan hukum adalah tumpuan takhta-Nya. Gunung-gunung luluh seperti lilin di hadapan TUHAN, di hadapan Tuhan seluruh bumi.Langit memberitakan keadilan-Nya, dan segala bangsa melihat kemuliaan-Nya" (Mzm 97:1-2.5-6)

Ign 8 Oktober 2011


Kamis, 06 Oktober 2011

7 Okt


"Bagi Allah tidak ada yang mustahil."

(Kis 1:12-14; Luk 1:26-38)


" Dalam bulan yang keenam Allah menyuruh malaikat Gabriel pergi ke sebuah kota di Galilea bernama Nazaret, kepada seorang perawan yang bertunangan dengan seorang bernama Yusuf dari keluarga Daud; nama perawan itu Maria. Ketika malaikat itu masuk ke rumah Maria, ia berkata: "Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau." Maria terkejut mendengar perkataan itu, lalu bertanya di dalam hatinya, apakah arti salam itu. Kata malaikat itu kepadanya: "Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah. Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus. Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya, dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan." Kata Maria kepada malaikat itu: "Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?" Jawab malaikat itu kepadanya: "Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah. Dan sesungguhnya, Elisabet, sanakmu itu, ia pun sedang mengandung seorang anak laki-laki pada hari tuanya dan inilah bulan yang keenam bagi dia, yang disebut mandul itu. Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil." Kata Maria: "Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu." Lalu malaikat itu meninggalkan dia." (Luk 1:26-38), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta SP Maria, Ratu Rosario, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Sesuatu yang sungguh menarik dan mengesan bahwa 'rosario' dapat mengalahkan pasukan bersenjata dengan persenjataan modern seperti tank, panser, senapan otomatis dst. ; itulah yang terjadi dalam Revolusi Filipina beberapa tahun lalu, usaha rakyat dalam rangka menggulingkan presiden Marcos yang dictator. Para ibu, remaja putri dan biarawati dengan rosario di tangan menghadapi pasukan tentara bersenjata lengkap dan pasukan pun mundur teratur. "Bagi Allah tidak ada yang mustahil", itulah kebenaran imani yang harus kita renungkan dan hayati dalam rangka mengenangkan SP Maria, Ratu Rosario hari ini. Doa Rosario merupakan pengulangan doa-doa utama atau pokok, yaitu Bapa Kami, Salam Maria dan Kemuliaan. Berdoa Rosario berarti berdevosi kepada SP Maria, meneladan semangat iman SP Maria, perawan suci, yang membaktikan diri sepenuhnya kepada Penyelenggaraan Ilahi, antara lain ketika menerima panggilan Tuhan melalui malaikatNya ia menjawab "Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu". Maka kami berharap kepada siapapun yang percaya kepada SP Maria untuk berdevosi kepadanya, entah dengan berdoa Rosario setiap hari atau sering ziarah ke tempat peziarahan SP Maria. Mungkin kita juga dapat mendoakan dengan sungguh-sungguh serta menghayati bagian dari doa Salam Maria ini, yaitu "Doakanlah kami orang yang berdosa ini sekarang sampai mati".  Kita sadari dan hayati bahwa kita adalah orang-orang berdosa, lemah dan rapuh, yang dipanggil Tuhan untuk berpartisipasi dalam karya penyelamatanNya, sehingga kita hidup dan berkarya senantiasa melaksanakan kehendak atau perintahNya.  

·   "Setelah mereka tiba di kota, naiklah mereka ke ruang atas, tempat mereka menumpang. Mereka itu ialah Petrus dan Yohanes, Yakobus dan Andreas, Filipus dan Tomas, Bartolomeus dan Matius, Yakobus bin Alfeus, dan Simon orang Zelot dan Yudas bin Yakobus. Mereka semua bertekun dengan sehati dalam doa bersama-sama, dengan beberapa perempuan serta Maria, ibu Yesus, dan dengan saudara-saudara Yesus" (Kis 1:13-14). Para murid Yesus 'bertekun dengan sehati dalam doa bersama-sama" dalam restu dan perlindungan SP Maria. Sebagai orang beriman atau beragama kita semua dipanggil untuk 'bertekun dengan sehati dalam doa bersama-sama'. Kami percaya bahwa ketika kita sedang berdoa bersama-sama memang kelihatan tekun dan khusuk, namun apakah kita yang sedang berdoa bersama-sama sungguh sehati kiranya boleh dipertanyakan. Kita dipanggil untuk sehati dan mungkin juga meneladan hati SP Maria yang suci dan tak bernoda. Dengan kata lain kami mengajak anda sekalian untuk bersama-sama dan bergotong-royong mengusahakan kesucian hati, saling membantu dan mengingatkan agar hati kita masing-masing senantiasa dalam keadaan suci dan tak bernoda. Memang sungguh suci dan tak bernoda secara sempurna mungkin jauh dari harapan kita, karena aneka tantangan, hambatan dan masalah yang membuat kita mudah jatuh ke dalam dosa. Namun demikian hendaknya ketika 'terjatuh ke dalam dosa' segera bangkit kembali, biarlah kita jatuh-bangun sehingga semakin tabah dan handal dalam menghadapi aneka tantangan, masalah dan hambatan.

"Jiwaku memuliakan Tuhan, dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku, sebab Ia telah memperhatikan kerendahan hamba-Nya. Sesungguhnya, mulai dari sekarang segala keturunan akan menyebut aku berbahagia, karena Yang Mahakuasa telah melakukan perbuatan-perbuatan besar kepadaku dan nama-Nya adalah kudus. Dan rahmat-Nya turun-temurun atas orang yang takut akan Dia." (Luk 1:46-50)

Ign 7 Oktober 2011


Rabu, 05 Oktober 2011

5 Okt

"Kami pun mengampuni setiap orang yang bersalah kepada kami"
(Yun 4:1-11; Luk 11:1-4)

" Pada suatu kali Yesus sedang berdoa di salah satu tempat. Ketika Ia berhenti berdoa, berkatalah seorang dari murid-murid-Nya kepada-Nya: "Tuhan, ajarlah kami berdoa, sama seperti yang diajarkan Yohanes kepada murid-muridnya." Jawab Yesus kepada mereka: "Apabila kamu berdoa, katakanlah: Bapa, dikuduskanlah nama-Mu; datanglah Kerajaan-Mu. Berikanlah kami setiap hari makanan kami yang secukupnya dan ampunilah kami akan dosa kami, sebab kami pun mengampuni setiap orang yang bersalah kepada kami; dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan." (Luk 11:1-4), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Sebagai orang beriman atau beragama kiranya setiap hari kita berdoa. Berdoa antara lain berarti mengarahkan diri sepenuhnya kepada Tuhan. Dalam warta gembira hari ini Yesus mengajarkan kepada kita agar berdoa sesuai dengan pengalaman, kebutuhan dan dambaan kita setiap hari alias isi doa adalah hal-hal konkret dan sederhana, tidak muluk-muluk. Doa Bapa Kami versi Injil Lukas singkat dan sederhana, yaitu ada 4 (empat) permohonan: semoga nama Allah senantiasa dikuduskan, semoga  Allah senantiasa merajai atau menguasai cara hidup dan cara bertindak kita, sehingga semoga kita hidup sederhana serta saling mengampuni. Menguduskan nama Allah berarti memuji, memuliakan dan menghormati Allah, sehingga Allah senantiasa diutamakan atau dinomorsatukan dalam hidup sehari-hari. Ketika kita sungguh mengutamakan Allah maka mau tak mau kita pasti akan dikuasai atau dirajai oleh Allah sehingga kita hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak Allah kapan pun dan dimana pun. Kehendak Allah bagi kita semua antara lain agar kita hidup sederhana dan saling mengampuni. Maka kami berharap kepada kita semua umat beriman atau beragama untuk senantiasa mengusahakan hidup sederhana dalam hal apapun, tidak berfoya-foya atau boros. Jika kita semua hidup sederhana hemat saya tidak akan ada lagi orang yang menderita, miskin dan berkekurangan, namun karena ada sementara orang hidup dengan serakah maka semakin banyak orang yang miskin dan berkekurangan. Kasih pengampunan merupakan dasar dan modal utama untuk mengusahakan dan membangun hidup persaudaraan atau persahabatan sejati, maka marilah kita saling mengampuni sebagaimana Allah senantiasa mengampuni kesalahan dan dosa-dosa kita.
·    "Engkau sayang kepada pohon jarak itu, yang untuknya sedikit pun engkau tidak berjerih payah dan yang tidak engkau tumbuhkan, yang tumbuh dalam satu malam dan binasa dalam satu malam pula. Bagaimana tidak Aku akan sayang kepada Niniwe, kota yang besar itu, yang berpenduduk lebih dari seratus dua puluh ribu orang, yang semuanya tak tahu membedakan tangan kanan dari tangan kiri, dengan ternaknya yang banyak?" (Yun 4:10-11), demikian firman Allah kepada Yunus yang mengeluh dan menggerutu karena kasih pengampunan Allah kepada orang-orang Ninive yang bertobat. Yunus juga ditegor perihal salah-kaprahnya, yaitu lebih mengasihi pohon atau tanaman daripada manusia. Saya kira cukup banyak orang yang berbuat demikian juga, yaitu lebih mengasihi tanaman atau binatang kesayangannnya daripada manusia. Kita diingatkan untuk senantiasa hidup dan bertindak secara manusiawi serta mengutamakan manusia dalam berbagai hal atau kesibukan dan pekerjaan. "The man behind the gun" = Manusia yang berada di balik senjata, demikian kata sebuah pepatah, yang berarti manusialah yang utama dan terpenting bukan senjata atau harta benda. Dengan ini kami berharap kepada para pengemudi atau sopir yang membawa sejumlah penumpang manusia untuk sungguh menjaga dan mengusahakan keselamatan perjalanan, sehingga terbebaskan dari aneka bentuk kecelakaan. Kami berharap kepada mereka yang mempekerjakan  manusia, berarti para pengusaha apapun yang memiliki pekerja: hendaknya para pekerja, yaitu manusia yang bekerja keras dan memeras keringat untuk memajukan usaha anda. Kepada para orangtua kami untuk lebih mengutamakan pendidikan atau pembinaan anak-anaknya, sehingga anak-anak tumbuh berkembang sebagai pribadi yang cerdas beriman. Demikian pula kepada para penguasa atau pemimpin daerah kami harapkan mengalokasikan dana dan tenaga yang memadai untuk menunjang dan mendukung  karya pendidikan atau sekolah-sekolah yang berada di wilayahnya tanpa pandang bulu.
"Engkau adalah Allahku, kasihanilah aku, ya Tuhan, sebab kepada-Mulah aku berseru sepanjang hari. Buatlah jiwa hamba-Mu bersukacita, sebab kepada-Mulah, ya Tuhan, kuangkat jiwaku. Sebab Engkau, ya Tuhan, baik dan suka mengampuni dan berlimpah kasih setia bagi semua orang yang berseru kepada-Mu. Pasanglah telinga kepada doaku, ya TUHAN, dan perhatikanlah suara permohonanku"
 (Mzm 86:3-6)
Ign 5 Oktober 2011

_

6 Okt

"Ia akan memberikan Roh Kudus kepada mereka yang meminta kepadaNya"
(Mal 3:13-4:2a; Luk 11:5-13)

" Lalu kata-Nya kepada mereka: "Jika seorang di antara kamu pada
tengah malam pergi ke rumah seorang sahabatnya dan berkata kepadanya:
Saudara, pinjamkanlah kepadaku tiga roti, sebab seorang sahabatku yang
sedang berada dalam perjalanan singgah ke rumahku dan aku tidak
mempunyai apa-apa untuk dihidangkan kepadanya; masakan ia yang di
dalam rumah itu akan menjawab: Jangan mengganggu aku, pintu sudah
tertutup dan aku serta anak-anakku sudah tidur; aku tidak dapat bangun
dan memberikannya kepada saudara. Aku berkata kepadamu: Sekalipun ia
tidak mau bangun dan memberikannya kepadanya karena orang itu adalah
sahabatnya, namun karena sikapnya yang tidak malu itu, ia akan bangun
juga dan memberikan kepadanya apa yang diperlukannya. Oleh karena itu
Aku berkata kepadamu: Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah,
maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu.
Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang
mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu
dibukakan. Bapa manakah di antara kamu, jika anaknya minta ikan dari
padanya, akan memberikan ular kepada anaknya itu ganti ikan? Atau,
jika ia minta telur, akan memberikan kepadanya kalajengking? Jadi jika
kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu,
apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan Roh Kudus kepada
mereka yang meminta kepada-Nya." (Luk 11:5-13), demikian kutipan Warta
Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan
sederhana sebagai berikut:
•        Sabda hari ini kiranya mengajak atau mengingatkan kita semua untuk
berrefleksi perihal relasi kita sebagai umat beriman atau beragama
dengan Allah, yang antara lain kita wujudkan dalam doa-doa kita. Saya
percaya bahwa anda semua sering  berdoa kepada Allah, yang pada
umumnya berisi permohonan-permohonan sesuai dengan keinginan atau
dambaan anda maupun permintaan dari orang lain. Hendaknya senantiasa
mohon karunia Roh Kudus agar dianugerahi keutamaan-keutamaan yang
sungguh kita butuhkan dalam hidup dan kerja kita seperti " kasih,
sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan,
kelemahlembutan, penguasaan diri." (Gal 5:22-23). Percayalah, imanilah
jika kita mohon keutamaan-keutamaan tersebut pasti akan dikabulkan,
tentu saja pengabulan tersebut butuh kerjasama kita, artinya berusaha
mewujudkan keutamaan-keutamaan tersebut dalam hidup dan kerja kita
sehari-hari. Keutamaan yang mungkin baik baik kita mohon dan hayati
pada masa kini antara lain kesabaran, kesetiaan dan penguasaan diri.
Ketiga keutamaan ini hemat saya saling berhubungan atau terkait satu
sama lain, dan penguasaan diri merupakan dasarnya, karena jika orang
dapat menguasai diri pada umumnya juga sabar dan setia. Menguasai diri
memang sulit; orang yang dapat menguasai diri antara lain berarti
dengan rendah hati mendengarkan dan mencecap dalam-dalam aneka
informasi, nasihat, saran, kata-kata dari orang lain, sebagaimana
dihayati oleh Bunda Maria, teladan orang beriman. Menguasai diri
secara konkret dapat kita lakukan dengan mengendalikan nafsu pribadi,
cara berkata dan bertindak sedemikian rupa sehingga sesuai dengan
kehendak Allah serta tidak menyakiti diri sendiri maupun orang lain.
Orang dapat menguasai diri juga tidak mudah marah, mengeluh atau
menggerutu serta dapat menikmati segala sesuatu dengan enak.
•       "Beginilah berbicara satu sama lain orang-orang yang takut akan
TUHAN: "TUHAN memperhatikan dan mendengarnya; sebuah kitab peringatan
ditulis di hadapan-Nya bagi orang-orang yang takut akan TUHAN dan bagi
orang-orang yang menghormati nama-Nya." (Mal 3:16). Yang dimaksud
'orang-orang yang takut akan Tuhan' adalah orang-orang yang sungguh
beriman atau mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan. Dengan
terbuka, apa adanya, ia mempersembahkan diri kepada Tuhan, dan dengan
penuh kepercayaan ia berdoa kepada Tuhan, sehingga Tuhan memperhatikan
dan mendengarkannya. Terbuka kepada Tuhan hemat agjuga harus terbuka
terhadap sesamanya, maka dengan ini kami mengajak kita semua umat
beriman untuk saling terbuka satu sama lain, tentu saja tidak secara
phisik, yang berarti telanjang satu sama lain, melainkan secara
spiritual, yaitu dengan rela berani mengungkapkan apa yang sedang
dipikirkan maupun dirasakan bagi sesamanya, apalagi apa yang
dipikirkan atarau dirasakan menjadi beban hidup. Mereka menutup diri
perihal apa yang dipikirkan atau dirasakan kiranya juga dengan mudah
yang bersangkutan untuk marah, mengeluh atau menggerutu. Jika anda
merasa sulit atau berat membuka diri terhadap orang lain, maka baiklah
membuka diri terlebih dahulu kepada Tuhan, sehingga bersama dan
bersatu  dengan Tuhan kita tak akan takut atau was-was untuk membuka
diri terhadap sesama. Semoga pengalaman para suami-isteri yang saling
terbuka satu sama lain terus diperkembangkan dan disebarluaskan bagi
saudara-saudarinya dalam hidup sehari-hari.
"Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik,
yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam
kumpulan pencemooh, tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan
yang merenungkan Taurat itu siang dan malam. Ia seperti pohon, yang
ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya,
dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil."
(Mzm 1:1-3)

Ign 6 Oktober 2011

Minggu, 02 Oktober 2011

4 Okt


"Marta engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara"
(Yun 3:1-10; Luk 10:38-42)

" Ketika Yesus dan murid-murid-Nya dalam perjalanan, tibalah Ia di
sebuah kampung. Seorang perempuan yang bernama Marta menerima Dia di
rumahnya. Perempuan itu mempunyai seorang saudara yang bernama Maria.
Maria ini duduk dekat kaki Tuhan dan terus mendengarkan perkataan-Nya,
sedang Marta sibuk sekali melayani. Ia mendekati Yesus dan berkata:
"Tuhan, tidakkah Engkau peduli, bahwa saudaraku membiarkan aku
melayani seorang diri? Suruhlah dia membantu aku." Tetapi Tuhan
menjawabnya: "Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan
banyak perkara, tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih
bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya." (Luk
10:38-42), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St.Fransiskus
dari Assisi hari ini, saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai
berikut:
•        St.Fransiskus dari Assisi antara lain dikenal sebagai anak orang
kaya raya, yang meninggalkan keluarga dan kekayaannya serta kemudian
hidup miskin meneladan Yesus miskin dalam hal harta benda atau uang.
Harta benda atau uang memang menimbulkan banyak perkara di dunia ini,
serta membuat sibuk orang tanpa kendali sehingga mudah mengeluh dan
menggerutu ketika kurang diperhatikan atau dihargai seperti Marta.
Hidup miskin yang dihayati Fransiskus dari Assisi merupakan
penghayatan penyerahan diri kepada Penyelenggaraan Ilahi, dimana ia
tidak hidup dan bertindak dengan mangandalkan diri pada harta benda
atau uang, melainkan kehendak Tuhan atau Penyelenggaraan Ilahi.
Keutamaan atau kaul kemiskinan adalah 'benteng dan ibu' hidup beriman
atau berkaul membiara, maka ketika 'benteng kropos' atau 'tidak
mengasihi ibu' berarti telah penghayatan iman atau kaul hidup
membiara. Maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan kita sekalian
untuk senantiasa hidup sederhana serta tidak bersikap mental
materialistis. Kami berharap kepada segenap imam maupun anggota
lembaga hidup bakti, khususnya para pengikut St.Fransiskus dari
Assisi, dapat menjadi teladan dalam hidup sederhana; marilah meneladan
Maria yang "telah memilih bagian terbaik", yang bagi kita berarti
senantiasa mengandalkan diri pada Penyelenggaraan Ilahi dalam hidup
sehari-hari, dan secara konkret juga hidup rendah hati serta terbuka
terhadap kebaikan atau belas kasih dan perhatian orang lain.
•       "Ketika Allah melihat perbuatan mereka itu, yakni bagaimana mereka
berbalik dari tingkah lakunya yang jahat, maka menyesallah Allah
karena malapetaka yang telah dirancangkan-Nya terhadap mereka, dan Ia
pun tidak jadi melakukannya" (Yun 3:10). "Berbalik dari tingkah laku
yang jahat" alias bertobat atau memperbaharui diri itulah yang
hendaknya kita hayati atau laksanakan. Maka dengan ini kami mengajak
dan mengingatkan kita semua untuk meninggalkan aneka kejahatan,
khususnya pada masa ini, yang mendesak dan up to date, ialah korupsi.
Tindakan korupsi merupakan pembusukan lingkungan hidup atau hidup
bersama maupun pribadi, maka para koruptor berarti busuk. Saya
perhatikan tindakan korupsi di negeri kita ini justru masih marak di
lingkungan departemen yang seharusnya membina rakyat untuk bermoral
atau berbudi pekerti luhur, yaitu 'Departemen Agama dan Departemen
Pendidikan', maka tidak mengherankan bahwa korupsi masih marak di
negeri ini atau bahkan semakin tumbuh subur. Maka kepada mereka yang
berkarya di lingkungan dua departemen ini, sejak dari pusat sampai
daerah, saya ajak untuk meninggalkan tindakan korupsi sedikitpun.
Memang akhirnya saya mengajak dan mengingatkan para orangtua atau
bapak-ibu keluarga untuk membiasakan dan membina anak-anaknya tidak
korupsi sedikitpun di dalam keluarga dan tentu saja dengan teladan
konkret dari para orangtua. Didiklah dan dampingilah anak-anak untuk
hidup sederhana dengan teladan konkret anda sebagai orangtua. Saya
juga berharap kepada para tokoh agama maupun guru/pendidik juga dapat
menjadi teladan dalam hidup sederhana dan tidak melakukan korupsi
sedikitpun. Korupsi telah menimbulkan aneka macam bentuk malapetaka
dan pemborosan waktu dan tenaga dari orang-orang baik di negeri ini.
Waktu dan tenaga diboroskan untuk memberantas korupsi sehingga tiada
waktu dan tenaga lagi untuk usaha pembangunan hidup bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Lebih mengerikan lagi usaha pemberantasan
korupsi dikacau oleh orang-orang berduit dan berkuasa, antara lain
dengan membelokkan perhatian rakyat ke perkara lain, misalnya
kerusuhan agama yang dibuatnya.
'Dari jurang yang dalam aku berseru kepada-Mu, ya TUHAN! Tuhan,
dengarkanlah suaraku! Biarlah telinga-Mu menaruh perhatian kepada
suara permohonanku. Jika Engkau, ya TUHAN, mengingat-ingat
kesalahan-kesalahan, Tuhan, siapakah yang dapat tahan? Tetapi pada-Mu
ada pengampunan" (Mzm 130:1-4a)
Kepada para pengikut St.Fransiskus Assisi, kami ucapkan "SELAMAT PESTA"

Ign 4 Oktober 2011

3 Okt

"Siapakah sesamaku manusia?"
(Yun 1:1-17;2:10; Luk 10:25-37)

" Pada suatu kali berdirilah seorang ahli Taurat untuk mencobai Yesus,
katanya: "Guru, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang
kekal?" Jawab Yesus kepadanya: "Apa yang tertulis dalam hukum Taurat?
Apa yang kaubaca di sana?" Jawab orang itu: "Kasihilah Tuhan, Allahmu,
dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap
kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu
manusia seperti dirimu sendiri." Kata Yesus kepadanya: "Jawabmu itu
benar; perbuatlah demikian, maka engkau akan hidup." Tetapi untuk
membenarkan dirinya orang itu berkata kepada Yesus: "Dan siapakah
sesamaku manusia?" Jawab Yesus: "Adalah seorang yang turun dari
Yerusalem ke Yerikho; ia jatuh ke tangan penyamun-penyamun yang bukan
saja merampoknya habis-habisan, tetapi yang juga memukulnya dan yang
sesudah itu pergi meninggalkannya setengah mati. Kebetulan ada seorang
imam turun melalui jalan itu; ia melihat orang itu, tetapi ia
melewatinya dari seberang jalan. Demikian juga seorang Lewi datang ke
tempat itu; ketika ia melihat orang itu, ia melewatinya dari seberang
jalan. Lalu datang seorang Samaria, yang sedang dalam perjalanan, ke
tempat itu; dan ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh
belas kasihan. Ia pergi kepadanya lalu membalut luka-lukanya, sesudah
ia menyiraminya dengan minyak dan anggur. Kemudian ia menaikkan orang
itu ke atas keledai tunggangannya sendiri lalu membawanya ke tempat
penginapan dan merawatnya. Keesokan harinya ia menyerahkan dua dinar
kepada pemilik penginapan itu, katanya: Rawatlah dia dan jika
kaubelanjakan lebih dari ini, aku akan menggantinya, waktu aku
kembali. Siapakah di antara ketiga orang ini, menurut pendapatmu,
adalah sesama manusia dari orang yang jatuh ke tangan penyamun itu?"
Jawab orang itu: "Orang yang telah menunjukkan belas kasihan
kepadanya." Kata Yesus kepadanya: "Pergilah, dan perbuatlah demikian!"
(Luk 10:25-37), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan
sederhana sebagai berikut:
•       Ikatan darah atau suku pada umumnya sangat mempengaruhi cara hidup
dan cara bertindak kebanyakan orang, dengan kata lain penghayatan iman
atau ajaran agama memang berat dan sulit karena sarat dengan
tantangan, masalah dan hambatan, maka orang cenderung hidup dan
bertindak sesuai dengan kebiasaan yang telah diterimanya sejak
dilahirkan. Sabda hari  ini mengajak dan mengingatkan kita semua untuk
hidup dan bertindak sesuai dengan tiga keutamaan yaitu "iman, harapan
dan cintakasih", dan dari ketiga keutamaan tersebut yang terbesar
adalah cintakasih. Cintakasih itu bebas, tak terbatas, sedangkan
kebebasan dibatasi oleh cintakasih. Cintakasih dan kebebasan bagaikan
mata uang bermuka dua, dapat dibedakan namun tak dapat dipisahkan.
Karena cintakasih tak terbatas, maka panggilan kita untuk hidup saling
mencintai juga tak dapat dibatasi oleh suku, ras maupun agama.
Cintakasih mengatasi ikatan suku, ras maupun agama. Marilah kita
wujudkan cintakasih kepada sesama kita tanpa pandang bulu, terutama
mereka yang sungguh membutuhkan pertolongan, entah karena kecelakaan,
menjadi korban bencana alam, miskin, kekurangan dst.. Kita dipanggil
untuk mencintai secara total atau sungguh-sungguh, dengan segenap
hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan segenap kekuatan. Sekali
lagi kami angkat pengalaman anda sebagai suami-isteri: bukankah anda
memiliki pengalaman mencintai yang demikian itu, yang antara lain
memuncak dalam hubungan seksual? Maka hendaknya pengalaman tersebut
terus diperdalam dan disebarluaskan dalam hidup sehari-hari dimanapun
dan rkapanpun.
•        "Ya TUHAN, janganlah kiranya Engkau biarkan kami binasa karena
nyawa orang ini dan janganlah Engkau tanggungkan kepada kami darah
orang yang tidak bersalah, sebab Engkau, TUHAN, telah berbuat seperti
yang Kaukehendaki" (Yun 1:14), demikian doa orang banyak sebagai
tanggapan atas dosa seseorang yang cukup berpengaruh di dalam
kehidupan bersama. Memang dalam kebersamaan ketika ada salah sesrorang
berbuat jahat maka semuanya yang berada di dalam kebersamaan tersebut
harus menanggung akibatnya. Hal yang demikian juga terjadi dalam tubuh
kita yang terdiri dari sekian banyak anggota, ketika ada anggota
menderita sakit maka seluruh tubuh ikut merasakannya serta menanggung
akibatnya. Maka marilah kita saling mengingatkan dan membantu agar tak
ada seorang pun dalam kebersamaan hidup kita berbuat jahat atau
berdosa. Mereka yang hendak berbuat jahat atau berdosa hendaknya
sesegera mungkin diingatkan dan dicegah dengan dan dalam cintakasih,
jangan dimarahi atau dilecehkan. Sebaliknya jika kita tidak berani
mengingatkan secara langsung, baiklah kita berdoa kepada Tuhan: mohon
kasih pengampunan bagi mereka dan kebebasan sejati bagi kita, sehingga
kita dapat hidup dan bertindak saling mencintai terus menerus.
Cintakasih juga dapat diwujudkan dalam doa, mendoakan mereka yang kita
cintai. Maka meskipun kita secara territorial saling berjauhan,
marilah kita saling mendoakan. "Jauh di mata dekat di hati", demikian
kata sebuah pepatah.
"Dalam kesusahanku aku berseru kepada TUHAN, dan Ia menjawab aku, dari
tengah-tengah dunia orang mati aku berteriak, dan Kaudengarkan
suaraku. Telah Kaulemparkan aku ke tempat yang dalam, ke pusat lautan,
lalu aku terangkum oleh arus air; segala gelora dan gelombang-Mu
melingkupi aku. Dan aku berkata: telah terusir aku dari hadapan
mata-Mu. Mungkinkah aku memandang lagi bait-Mu yang kudus? Segala air
telah mengepung aku, mengancam nyawaku; samudera raya merangkum aku;
lumut lautan membelit kepalaku" (Yun 2:2-5)

Ign 3 Oktober 2011