Fans Page Facebook http://imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Jumat, 14 Juni 2013

Minggu Biasa XI

Mg Biasa XI : 2Sam 12:7-10.13; Gal 2:16.19-21; Luk 7:36-8:3

" Dosanya yang banyak itu telah diampuni, sebab ia telah banyak berbuat kasih"

Kesan pertama kali pada umumnya akan begitu membekas di dalam hati,
apalagi apa yang dilihat pertama kali kemudian juga sering terjadi.
Itulah yang hidup dalam kebersamaan kita di masyarakat. Di masyarakat
kita berlaku kebiasaan bahwa sekali orang berbuat jahat akan dengan
mudah dipandang sebagai penjahat, dengan kata lain ada sikap mental
dalam diri kita ini lebih mudah mengadili orang lain, yang berarti
memandangnya sebagai orang jahat daripada dengan rendah hati melihat
kemungkinan bagi orang untuk bertobat dari kejahatannya. Pada masa
Orde Baru pernah terjadi gerakan yang disebut 'Bersih Diri' dan
'Bersih Lingkungan', dalam rangka mengusahakan pemerintahan yang
bersih. Yang dimaksudkan dengan 'Bersih Diri' adalah bahwa orang sama
sekali tidak terlibat dalam 'Gerakan 30 September' (G30S) PKI,
sedangkan 'Bersih Lingkungan' dimasudkan bahwa orang yang bersangkutan
tidak ada ikatan/relasi keluarga dengan tokoh PKI. Masa itu orang yang
tak 'bersih diri' maupun 'bersih lingkungan' tidak dapat menjadi
pegawai negeri apalagi pejabat pemerintahan. Itulah sikap mental
Farisi pada masa itu, mereka merasa bersih, padahal sebenarnya adalah
penjahat kelas kakap, antara lain berbuat jahat dengan korupsi,
memeras hak rakyat. Dalam Warta Gembira hari ini dikisahkan perihal
Yesus yang mengampuni pendosa besar, karena sang pendosa dengan rendah
hati mohon kasih pengampunanNya.

"Sambil berpaling kepada perempuan itu, Ia berkata kepada Simon:
"Engkau lihat perempuan ini? Aku masuk ke rumahmu, namun engkau tidak
memberikan Aku air untuk membasuh kaki-Ku, tetapi dia membasahi
kaki-Ku dengan air mata dan menyekanya dengan rambutnya. Engkau tidak
mencium Aku, tetapi sejak Aku masuk ia tiada henti-hentinya mencium
kaki-Ku. Engkau tidak meminyaki kepala-Ku dengan minyak, tetapi dia
meminyaki kaki-Ku dengan minyak wangi.Sebab itu Aku berkata kepadamu:
Dosanya yang banyak itu telah diampuni, sebab ia telah banyak berbuat
kasih. Tetapi orang yang sedikit diampuni, sedikit juga ia berbuat
kasih." (Luk 7:44-47)

Perempuan yang mendatangi Yesus serta membasaki kakiNya dengan air
mata dan menyekanya dengan rambutnya adalah pendosa besar, dan di
tengah masyarakat dikenal sebagai pelacur klas kakap. Pendosa macam
ini kiranya dinilai sebagai 'sampah masyarakat', karena
mengkomersiel-kan kemolekan tubuhnya untuk memenuhi nafsu seksual
lelaki, dan dengan demikian menjadi batu sandungan untuk berdosa alias
menyebabkan orang lain berdosa. Ada kemungkinan perempuan macam ini
terpaksa melacurkan diri yang disebabkan oleh lelaki yang tak
bertanggungjawab; dengan kata lain dari hatinya yang terdalam ada
kerinduan untuk bertobat, maka ketika menerima sentuhan hati Yesus
yang murah hati serta penuh dengan belas kasih pengampunan ia pun
bertobat.

Kita mungkin dapat meneladan sang perempuan yang bersangkutan atau
meneladan Yesus. Meneladan sang perempuan berarti betapa besar atau
kecil dosa kita, marilah dengan rendah hati kita mohon kasih
pengampunan Tuhan, serta tidak melakukan dosa lagi. Sebagai wujud
terima kasih atas kasih pengampunanNya kita hidup mengasihi siapapun
tanpa pandang bulu. Meneladan Yesus berarti hidup dan bertindak dengan
kasih pengampunan kepada orang lain tanpa pandang bulu. Secara konkret
hal ini antara lain dapat kita wujudkan: sebagai orangtua ketika
melihat anaknya kurang ajar hendaknya dididik dan didampingi dengan
penuh kasih agar bertobat, sebagai guru atau pendidik ketika melihat
peserta didik 'bodoh' alias kurang dapat menerima dan memahami
pengajaran yang disampaikannya, hendaknya peserta didik yang
bersangkutan dididik dan didampingi dengan penuh kesabaran dan
kerendahan hati.

Kepada kita semua marilah kita sadari dan hayati bahwa kepada kita
Tuhan menganugerahi kesempatan dan kemungkinan untuk bertobat atau
memperbaharui diri. Kami percaya dalam kehidupan sehari-sehari di
tengah masyarkat pasti ada kemungkinan dan kesempatan bagi kita semua
untuk bertobat atau memperbaharui diri, maka ketika ada kesempatan dan
kemungkinan hendaknya segera dimanfaatkan dan tidak disia-siakan.
Sebagai orang beriman kita semua juga dipanggil untuk senantiasa
memberi kesempatan dan kemungkinan bagi orang lain untuk bertobat atau
memperbaharui diri. Ingatlah dan sadari serta hayati bahwa Tuhan juga
menganugerahi kesempatan dan kemungkinan kepada kita semua untuk
bertobat. Jika sampai kini kita masih dianugerahi kehidupan itu
berarti kita dianugerahi kesempatan dan kemungkinan untuk bertobat dan
memperbaharui diri, maka marilah kita senantiasa berusaha untuk
bertobat, berubah menjadi semakin suci, semakin bermoral atau semakin
berbudi pekerti luhur.

"Sebab aku telah mati oleh hukum Taurat untuk hukum Taurat, supaya aku
hidup untuk Allah. Aku telah disalibkan dengan Kristus; namun aku
hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus
yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam
daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi
aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku. Aku tidak menolak kasih
karunia Allah. Sebab sekiranya ada kebenaran oleh hukum Taurat, maka
sia-sialah kematian Kristus" (Gal 2:19-21)

"Aku telah disalibkan dengan Kristus; namun aku hidup, tetapi bukan
lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam
aku", inilah yang kiranya baik untuk kita renungkan atau refleksikan.
Sebagai orang beriman kita semua diharapkan hidup dan bertindak dalam
Tuhan, bukan hidup dan bertindak seenaknya sendiri, mengikuti selera
atau keinginan pribadi. Dalam hidup bersama dimana pun kita akan
menghadapi tata tertib atau aturan, maka langkah awal agar kita dapat
hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak dan perintah Tuhan alias di
dalam Tuhan tidak lain adalah setia melaksanakan aneka tata tertib
atau aturan yang terkait dengan hidup, panggilan dan tugas pengutusan
kita masing-masing.

Semua aturan atau tata tertib bersumber dari dan bermuara pada
cintakasih, maka marilah kita senantiasa hidup dalam dan oleh
cintakasih, karena kita semua diciptakan, diperkembangkan atau
dibesarkan dalam dan oleh cintakasih, tanpa cintakasih kita tak
mungkin hidup sebagaimana adanya pada saat ini. Sekali lagi kami
ingatkan dan angkat bahwa salah satu wujud cintakasih yang sangat
mendesak dan up to date untuk dihayati dan disebarluaskan pada masa
kini adalah 'memboroskan waktu dan tenaga bagi yang terkasih'. Maka
dengan rendah hati kami ajak para orangtua untuk sungguh memboroskan
waktu dan tenaga bagi anak-anaknya, terutama anak-anak pada usia
balita. Kepada para pemimpin atau atasan kami harapkan sungguh
memboroskan waktu dan tenaga bagi yang dipimpin atau bawahan.

Ibu Teresa dari Calcuta menasihati kita semua agar senantiasa dengan
dan dalam cintakasih yang besar dalam melakukan segala sesuatu. "Bukan
besarnya pekerjaan yang penting, melainkan pekerjaan sekecil apapun
hendaknya dilaksanakan atau dilakukan dengan cinta kasih besar".
Cintakasih besar hemat saya senada dengan pemborosan waktu dan tenaga
bagi yang terkasih. Dengan ini kami berharap kepada kita semua:
marilah tugas pekerjaan atau kewajiban sekecil apapun kita laksanakan
dengan cintakasih yang besar. Dengan cintakasih yang besar pekerjaan
sebesar dan seberat apapun juga dapat diselesaikan dengan baik dan
memuaskan. Ketika  kita semua melakukan segala sesuatu dengan
cintakasih yang besar, maka hidup bersama dimana pun dan kapan pun
akan damai sejahtera, nikmat dan selamat, menarik, memikat dan
mempesona.

"Berbahagialah orang yang diampuni pelanggarannya, yang dosanya
ditutupi! Berbahagialah manusia, yang kesalahannya tidak
diperhitungkan TUHAN, dan yang tidak berjiwa penipu! Dosaku
kuberitahukan kepada-Mu dan kesalahanku tidaklah kusembunyikan; aku
berkata: "Aku akan mengaku kepada TUHAN pelanggaran-pelanggaranku,"
dan Engkau mengampuni kesalahan karena dosaku. Engkaulah persembunyian
bagiku, terhadap kesesakan Engkau menjaga aku, Engkau mengelilingi
aku, sehingga aku luput dan bersorak."

 (Mzm 32:1-2.5.7)

Ign 16 Juni 2013

15Juni

"Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak"

(2Kor 5:14-21; Mat 5:33-37)

" Kamu telah mendengar pula yang difirmankan kepada nenek moyang kita:
Jangan bersumpah palsu, melainkan peganglah sumpahmu di depan Tuhan.
Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah sekali-kali bersumpah, baik
demi langit, karena langit adalah takhta Allah, maupun demi bumi,
karena bumi adalah tumpuan kaki-Nya, ataupun demi Yerusalem, karena
Yerusalem adalah kota Raja Besar; janganlah juga engkau bersumpah demi
kepalamu, karena engkau tidak berkuasa memutihkan atau menghitamkan
sehelai rambut pun. Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak,
hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal
dari si jahat" (Mat 5:33-37), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan
sederhana sebagai berikut;

·   Proses pengadilan terjadi dimana-mana, di setiap ibu kota
kabupaten, provinsi, dan lebih-lebih di ibu kota Negara seperti
Jakarta, setiap hari terjadi proses pengadilan, mengingat semakin
maraknya tidak kejahatan dan korupsi. Kiranya semakin banyak orang
juga terlibat dalam pengadilan, entah sebagai tersangka atau saksi.
Sabda hari ini mengingatkan dan mengajak kita semua agar sebagai
tersangka maupun saksi berkata jujur, benar, apa adanya. "Jujur adalah
sikap dan perilaku yang tidak suka berbohong dan berbuat curang,
berkata-kata apa adanya dan berani mengakui kesalahan, serta rela
berkorban demi kebenaran" (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman
Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka-Jakarta 1997, hal 17).
Hidup dan bertindak jujur pada masa kini memang berat, sarat dengan
tantangan, mengingat dan mempertimbangkan kebohongan dan kepalsuan
telah mulai tertanam dalam diri anak-anak sejak mereka belajar di
Sekolah Dasar sampai dengan Perguruan Tinggi, yaitu berupa pembiaran
tindakan menyontek dalam ulangan maupun ujian, serta 'mark-up' nilai
yang dilakukan oleh para guru atau pelaksana pendidikan. Maka kiranya
perlu dua gerakan serentak untuk masa kini: memberantas kebohongan dan
ketidak-jujuran di kalangan pegawai dan pejabat serta memberlakukan
dengan ketat ketentuan "dilarang menyontek dalam ulangan dan ujian" di
sekolah-sekolah, gerakan kuratif dan preventif. Kami berharap kepada
mereka yang bekerja atau berkarya di lingkungan Departemen Pendidikan
serta Departemen Agama dapat menjadi teladan hidup dan bertindak
jujur, jangan sampai terjadi pembinaan korupsi melalui dua departemen
ini.

·   "Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya oleh Kristus dengan tidak
memperhitungkan pelanggaran mereka. Ia telah mempercayakan berita
pendamaian itu kepada kami. Jadi kami ini adalah utusan-utusan
Kristus, seakan-akan Allah menasihati kamu dengan perantaraan kami;
dalam nama Kristus kami meminta kepadamu: berilah dirimu didamaikan
dengan Allah.Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi
dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah" (2Kor
5:19-21). Sebagai orang beriman kita semua dipanggil untuk senantiasa
berdamai dengan Allah, yang kita imani. Berdamai dengan Allah berarti
tidak pernah melawan atau melanggar perintah dan kehendakNya sekecil
apapun dalam cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari. Meskipun
sendirian, entah di dalam  kamar atau perjalanan, hendaknya kita tetap
setia berdamai dengan Allah; apapun yang kita lakukan senantiasa
diketahui oleh Allah, tidak ada yang tersembunyi bagi Allah. Di
Indonesia ini kita setiap hari dapat mendengar, dan semoga juga dapat
mendengarkan, seruan melalui surau atau masjid: ajakan untuk mengimani
Allah yang Maha Besar, Maha Segalanya. Tentu saja hanya orang yang
memiliki keterbukaan hati, jiwa dan akal budi merasa terbantu dengan
seruan tersebut agar tetap setia berdamai dengan Allah. Maka secara
pribadi saya berterima kasih kepada rekan-rekan Muslim yang mengangkat
seruan tersebut. Di jalanan kita sering juga melihat iklan ajakan
untuk hidup dalam damai, persaudaraan atau persahabatan sejati. Memang
berdamai dengan Allah harus menjadi nyata atau terwujud dalam berdamai
dengan sesama manusia maupun ciptaan-ciptaan Allah lainnya yang ada di
permukaan bumi ini. Jika kita dengan mudah juga dapat berdamai dengan
situasi dan kondisi dimana kita berada, juga terkait dan iklim atau
cuaca, kiranya kita dengan mudah berdamai dengan saudara-saudari kita,
dengan siapapun tanpa pandang bulu. Tentu saja diri kita sendiri
diharapkan senantiasa berada dalam damai dan tenteram, karena dengan
demikian kita juga akan memiliki kemampuan untuk berdamai dengan Allah
maupun ciptaan-ciptaanNya.

"Bersyukurlah kepada TUHAN, serukanlah nama-Nya, perkenalkanlah
perbuatan-Nya di antara bangsa-bangsa! Bernyanyilah bagi -Nya,
bermazmurlah bagi-Nya, percakapkanlah segala perbuatan-Nya yang ajaib!
Bermegahlah di dalam nama-Nya yang kudus, biarlah bersukahati
orang-orang yang mencari TUHAN! Carilah TUHAN dan kekuatan-Nya,
carilah wajah-Nya selalu!" (Mzm 105:1-4)

Ign 15 Juni 2013

14 Juni

" Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya"

(2Kor 4:7-15; Mat 5:27-32)

"Kamu telah mendengar firman: Jangan berzinah. Tetapi Aku berkata
kepadamu: Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya,
sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya. Maka jika matamu yang
kanan menyesatkan engkau, cungkillah dan buanglah itu, karena lebih
baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa, dari pada tubuhmu
dengan utuh dicampakkan ke dalam neraka. Dan jika tanganmu yang kanan
menyesatkan engkau, penggallah dan buanglah itu, karena lebih baik
bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa dari pada tubuhmu dengan
utuh masuk neraka. Telah difirmankan juga: Siapa yang menceraikan
isterinya harus memberi surat cerai kepadanya. Tetapi Aku berkata
kepadamu: Setiap orang yang menceraikan isterinya kecuali karena
zinah, ia menjadikan isterinya berzinah; dan siapa yang kawin dengan
perempuan yang diceraikan, ia berbuat zinah" (Mat 5:27-32), demikian
kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan
sederhana sebagai berikut:

·   Perempuan cantik dan seksi pasti mempesona, menarik dan memikat
bagi orang lain, lebih-lebih bagi para lelaki yang memiliki nafsu
seksual besar, sehingga sering terjadi pelecehan seksual terhadap di
dalam kendaraan-kendaraan umum seperti bus atau kereta api. Sabda
Yesus hari ini cukup keras dan mendalam, bahwa "memandang serta
menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya".
Pelecehan seksual atau perzinahan sejak dulu memang sering terjadi,
dan pada masa kini semakin marak karena pengaruh sarana komunikasi
seperti BB atau Internet, dimana sejak anak-anak telah terbiasa
mengakses situs-situs porno melalui sarana-sarana komunikasi tersebut.
Kecantikan dan ketampanan merupakan anugerah Allah, maka ketika
memadang perempuan cantik atau laki-laki tampan hendaknya mendorong
dan memotivasi kita untuk semakin memuliakan dan memuji Allah, yang
sangat indah menciptakan manusia, sebagai gambar dan citraNya. Dengan
kata lain kami berharap kepada kita semua, segenap umat beriman, agar
senantiasa mengimani dan menghayati karya dan penyelenggaraan Ilahi
dalam diri perempuan cantik atau laki-laki  tampan. Tak saya lupakan
juga mengingatkan dan mengajak rekan-rekan perempuan yang dianugerahi
tubuh cantik dan seksi untuk tidak menjadi batu sandungan bagi para
lelaki, dan untuk itu hendaknya berpakaian sopan atau menampilkan diri
secara sopan. Kepada kita semua marilah kita sadari dan hayati bahwa
nafsu atau gairah seksual merupakan anugerah Allah, maka hendaknya
diwujudkan juga sesuai dengan kehendak dan perintah Allah. Kepada para
pengusaha kami harapkan juga tidak serakah menggunakan perempuan
cantik yang berpakaian seksi untuk mengiklankan produk-produknya.

·   "Kami senantiasa membawa kematian Yesus di dalam tubuh kami,
supaya kehidupan Yesus juga menjadi nyata di dalam tubuh kami. Sebab
kami, yang masih hidup ini, terus-menerus diserahkan kepada maut
karena Yesus, supaya juga hidup Yesus menjadi nyata di dalam tubuh
kami yang fana ini. Maka demikianlah maut giat di dalam diri kami dan
hidup giat di dalam kamu." (2Kor 4:10-12). Kutipan ini kiranya dapat
menjadi pegangan atau pedoman cara hidup dan cara bertindak kita,
lebih-lebih kalimat "Kami senantiasa membawa kematian Yesus di dalam
tubuh kami". Hal ini antara lain dapat kita wujudkan dengan
mengendalikan seluruh  anggota tubuh kita untuk tidak melakukan
apa-apa yang tidak baik, tidak bermoral dan tidak berbudi pekerti
luhur. Seluruh anggota tubuh merupakan ciptaan adan karya Allah,
karena kita diciptakan oleh Allah sesuai dengan gambar atau citraNya,
maka selayaknya anggota-anggota tubuh kita fungsikan untuk memuliakan,
memuji, menghormati dan mengabdi Allah. Sekali lagi saya angkat:
hendaknya apa yang ada dalam hati dan pikiran kita hanya kehendak dan
perintah Allah alias hanya memikirkan apa yang baik, menyelamatkan dan
membahagiakan, dengan kata lain senantiasa berpikiran positif terhadap
diri sendiri dan sesamanya maupun ciptaan-ciptaan Allah yang ada di
permukaan bumi ini. Jika kita senantiasa berpikir demikian maka
percayalah apa yang kita katakan atau lakukan pasti baik adanya. Dalam
Injil di atas kita juga diingatkan bahwa apa yang mengganggu kita
untuk memuji, memuliakan, menghormati dan mengabdi Allah, hendaknya
disingkirkan atau dibuang. Maka jika kita dianugerahi kecantikan,
ketampanan, kecakapan, keterampilan, kekayaan dst.., hendaknya semua
itu kita fungsikan sebagai bantuan atau dukungan dalam memuji,
memuliakan, menghormati dan mengabdi Allah.

"Berharga di mata TUHAN kematian semua orang yang dikasihi-Nya. Ya
TUHAN, aku hamba-Mu! Aku hamba-Mu, anak dari hamba-Mu perempuan!
Engkau telah membuka ikatan-ikatanku! Aku akan mempersembahkan korban
syukur kepada-Mu, dan akan menyerukan nama TUHAN, akan membayar
nazarku kepada TUHAN di depan seluruh umat-Nya," (Mzm 116:15-18)

Ign 14 Juni 2013

Fwd: 13Juni

"Sesungguhnya Aku mengutus kamu seperti anak domba ke tengah-tengah serigala"

(Yes 61:1-3a; Luk 10:1-9)

" Kemudian dari pada itu Tuhan menunjuk tujuh puluh murid yang lain,
lalu mengutus mereka berdua-dua mendahului-Nya ke setiap kota dan
tempat yang hendak dikunjungi-Nya. Kata-Nya kepada mereka: "Tuaian
memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada Tuan
yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk
tuaian itu. Pergilah, sesungguhnya Aku mengutus kamu seperti anak
domba ke tengah-tengah serigala. Janganlah membawa pundi-pundi atau
bekal atau kasut, dan janganlah memberi salam kepada siapa pun selama
dalam perjalanan. Kalau kamu memasuki suatu rumah, katakanlah lebih
dahulu: Damai sejahtera bagi rumah ini. Dan jikalau di situ ada orang
yang layak menerima damai sejahtera, maka salammu itu akan tinggal
atasnya. Tetapi jika tidak, salammu itu kembali kepadamu. Tinggallah
dalam rumah itu, makan dan minumlah apa yang diberikan orang kepadamu,
sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya. Janganlah
berpindah-pindah rumah. Dan jikalau kamu masuk ke dalam sebuah kota
dan kamu diterima di situ, makanlah apa yang dihidangkan kepadamu, dan
sembuhkanlah orang-orang sakit yang ada di situ dan katakanlah kepada
mereka: Kerajaan Allah sudah dekat padamu." (Luk 10:1-9), demikian
kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta
St.Antonius dari Padua, Imam dan Pujangga Gereja, hari ini saya
sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Terpanggil menjadi imam dan pujangga Gereja berarti orang yang
bersangkutan suci dan cerdas atau memiliki kecerdasan spiritual. Maka
perkenankan secara khusus kami mengajak dan mengingatkan rekan-rekan
imam untuk membina dan mengembangkan diri terus-menerus sehingga
menjadi pribadi yang memiliki kecerdasan spiritual, mengingat dan
mempertimbangkan pada masa kini banyak godaan dan rayuan dalam dan
melalui aneka bentuk yang menggeroti atau memperlemah penghayatan
panggilan maupan dalam melaksanakan tugas pengutusan. Godaan atau
rayuan tersebut atau 'serigala-serigala' kemungkinan ada di dalam diri
kita masing-masing, misalnya berupa keinginan-keinginan sesuai dengan
nafsu duniawi, yang mengarah kepada kesombongan, atau dalam lingkungan
Umat Allah yang dilayani, misalnya pada janda yang kesepian atau haus
akan cintakasih. Maka hendaknya apa yang kita inginkan tidak lain
adalah kehendak Allah, sedangkan dalam menghadapi tawaran dari orang
kaya atau berduit, hendaknya sungguh dicermati apakah ada 'udang di
balik' batu dari yang bersangkutan. Secara khusus dalam pelayanan
pastoral kita diingatkan untuk memperhatikan mereka yang sedang
menderita sakit. Yang agak sulit adalah memperhatikan mereka yang
sakit hati, maka kepada yang sakit hati hendaknya disikapi dengan
rendah hati dan lemah lembut dalam kesatuan dan kebersamaan dengan
Tuhan. Percayalah dan imanilah bahwa bersama dan bersatu dengan Tuhan
kita pasti akan mampu menyembuhkan mereka yang sakit hati. Kita semua
juga diharapkan untuk senantiasa mewartakan damai sejahtera dalam
situasi dan kondisi apapun, dan kepada siapapun.

·   "Roh Tuhan ALLAH ada padaku, oleh karena TUHAN telah mengurapi
aku; Ia telah mengutus aku untuk menyampaikan kabar baik kepada
orang-orang sengsara, dan merawat orang-orang yang remuk hati, untuk
memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan kepada
orang-orang yang terkurung kelepasan dari penjara, untuk memberitakan
tahun rahmat TUHAN dan hari pembalasan Allah kita, untuk menghibur
semua orang berkabung, untuk mengaruniakan kepada mereka perhiasan
kepala ganti abu, minyak untuk pesta ganti kain kabung, nyanyian
puji-pujian ganti semangat yang pudar," (Yes 61:1-3a). Sebagai orang
yang beriman kepada Yesus Kristus dan telah dibaptis kita telah
menerima anugerah Roh Kudus, "Roh Tuhan Allah ada padaku". Jika Roh
Kudus sungguh menjiwai hidup kita, maka mau tak mau kita pasti harus
'memberitakan tahun rahmat Tuhan dan hari pembebasan Allah kita'.
Dengan kata lain hendaknya cara hidup dan cara bertindak kita
senantiasa menjadi rahmat Tuhan bagi orang lain, sehingga orang-orang
yang kena dampak cara hidup dan cara bertindak kita semakin
membaktikan diri sepenuhnya kepada Tuhan, semakin suci, semakin
dikasihi oleh Tuhan dan sesamanya. Kita juga dipanggil untuk
membebaskan saudara-saudari kita yang tertawan atau terpenjara, antara
lain yang tertawan dan terpenjara oleh keinginan atau nafsu duniawi,
misalnya harta benda atau uang atau kenikmatan seksual. Tentu saja
kita sendiri harus menjadi orang yang lepas bebas, tidak memiliki
kelekatan tak teratur, entah dengan orang, harta benda,
pangkat/kedudukan atau jabatan.

"Ya TUHAN, Allah yang menyelamatkan aku, siang hari aku berseru-seru,
pada waktu malam aku menghadap Engkau. Biarlah doaku datang ke
hadapan-Mu, sendengkanlah telinga-Mu kepada teriakku; sebab jiwaku
kenyang dengan malapetaka, dan hidupku sudah dekat dunia orang
mati.Aku telah dianggap termasuk orang-orang yang turun ke liang
kubur; aku seperti orang yang tidak berkekuatan" (Mzm 88:2-5)

Ign 13 Juni 2013

12Juni

" Aku datang bukan untuk meniadakannya  melainkan untuk menggenapinya"

(2Kor  3:4-11; Mat 5:17-19)

 "Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum
Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya,
melainkan untuk menggenapinya. Karena Aku berkata kepadamu:
Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau
satu titik pun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum
semuanya terjadi. Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah
hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian
kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di
dalam Kerajaan Sorga; tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan
segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang
tinggi di dalam Kerajaan Sorga" (Mat 5:17-19) , demikian kutipan Warta
Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan
sederhana sebagai berikut:

·   Jika dicermati dalam kehidupan bersama masa kini ada dua arus kuat
yang saling berlawanan, yaitu  kecenderungan para penguasa atau
pemimpin mau mengatur apapun dengan aturan-aturan dan kecenderungan
banyak orang untuk hidup dan berindak sebebas-bebasnya tanpa aturan.
Maka tidak mengherankan bahwa ada banyak aturan atau tata tertib tetap
tinggal dalam tulisan dan tak pernah dilaksanakan. Sebagai contoh apa
yang terjadi di Seminari Menengah Mertoyudan: Buku Pedoman Pembinaan
Seminari dibagikan kepada semua seminaris, namun buku tersebut hanya
diterima dan kemudian ditumpuk di meja saja, tak pernah dibaca dan
dipelajari, apalagi dilaksanakan atau dihayati. Di dalam Gereja
Katolik juga ada Kitab Hukum Kanonik, aturan dan tata tertib dalam
hidup menggereja, namun sejauh saya cermati para pastor pun jarang
mempelajari dan memperdalam kembali, lebih-lebih yang terkait dengan
panggilan dan tugas pengutusannya. Kebanyakan orang mempelajari dan
menfungsikan tata tertib atau aturan bukan untuk diri sendiri,
melainkan bagi orang lain, entah itu untuk menjatuhkan atau membina.
Sabda hari ini mengingatkan dan mengajak kita semua: hendaknya kita
unggul dan handal dalam melaksanakan atau menghayati tata tertib,
lebih-lebih atau terutama tata tertib atau aturan yang terkait dengan
panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing." Janganlah kamu
menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab
para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk
menggenapinya.", demikian sabda Yesus. Menggenapi berarti melaksanakan
serta menyempurnakan, dengan kata lain sebelum  menyempurnakan lebih
dahulu melaksanakannya. Marilah kita meneladan Yesus: unggul dan
handal dalam penghayatan aturan atau tata tertib, dan sekiranya harus
menyempurnakan atau merubah hendaknya yang terjadi semakin baik dan
semakin sempurna.

·   "Sebab, jika pelayanan yang memimpin kepada penghukuman itu mulia,
betapa lebih mulianya lagi pelayanan yang memimpin kepada pembenaran.
Sebenarnya apa yang dahulu dianggap mulia, jika dibandingkan dengan
kemuliaan yang mengatasi segala sesuatu ini, sama sekali tidak
mempunyai arti. Sebab, jika yang pudar itu disertai dengan kemuliaan,
betapa lebihnya lagi yang tidak pudar itu disertai kemuliaan" (2Kor
3:9-11).  Manusia, aneka jenis barang atau harta benda yang ada di
dunia ini mudah pudar dan musnah, hancur tak berbekas sedikitpun,
namun demikian orang sering memandangnya sebagai yang mulia. Yang
lebih mulia alias tidak mudah pudar antara lain adalah nilai-nilai
atau keutamaan-keutamaan hidup, misalnya cintakasih dan 'pelayanan
yang memimpin kepada pembenaran'. Maka marilah kita senantiasa hidup
dan bertindak saling melayani dengan dan dalam cintakasih. Untuk itu
kita dapat mengenangkan para santo-santa atau pahlawan sejati, dimana
orang atau tubuhnya sudah kembali menjadi tanah, tak berbekas lagi,
namun namanya tetap dikenang dan dimuliakan, misalnya diabadikan untuk
memberi nama jalan atau gedung atau manusia. Namanya dimuliakan terus
menerus karena selama hidupnya di dunia ini hidup dan bertindak
melayani dengan dan dalam cintakasih. Secara khusus kami mengingatkan
dan mengajak para orangtua untuk dapat menjadi saksi penghayatan
nilai-nilai atau keutamaan-keutamaan kehidupan serta mendidik dan
membina anak-anaknya hidup dan bertindak berdasarkan nilai-nilai atau
keutamaan-keutamaan kehidupan. Wariskan kepada anak-anak anda bukan
harta benda atau uang, melainkan keutamaan-keutamaan atau nilai-nilai
kehidupan. Dengan kata lain kami mengharapkan anda sekalian tidak
bersikap mental materialistis atau duniawi.

"Tinggikanlah TUHAN, Allah kita, dan sujudlah menyembah kepada tumpuan
kaki-Nya! Kuduslah Ia! Musa dan Harun di antara imam-imam-Nya, dan
Samuel di antara orang-orang yang menyerukan nama-Nya. Mereka berseru
kepada TUHAN dan Ia menjawab mereka. Dalam tiang awan Ia berbicara
kepada mereka; mereka telah berpegang pada peringatan-peringatan-Nya
dan ketetapan yang diberikan-Nya kepada mereka. TUHAN, Allah kami,
Engkau telah menjawab mereka, Engkau Allah yang mengampuni bagi
mereka, tetapi yang membalas perbuatan-perbuatan mereka. Tinggikanlah
TUHAN, Allah kita, dan sujudlah menyembah di hadapan gunung-Nya yang
kudus! Sebab kuduslah TUHAN, Allah kita"

 (Mzm 99:5-9)

Ign 12 Juni 2013

11 Juni

"Pergilah dan beritakanlah"

(Kis 11:21b-26; 13:1-3; Mat 10:7-13)

" Pergilah dan beritakanlah: Kerajaan Sorga sudah dekat. Sembuhkanlah
orang sakit; bangkitkanlah orang mati; tahirkanlah orang kusta;
usirlah setan-setan. Kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma, karena
itu berikanlah pula dengan cuma-cuma. Janganlah kamu membawa emas atau
perak atau tembaga dalam ikat pinggangmu.0 Janganlah kamu membawa
bekal dalam perjalanan, janganlah kamu membawa baju dua helai, kasut
atau tongkat, sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya. Apabila
kamu masuk kota atau desa, carilah di situ seorang yang layak dan
tinggallah padanya sampai kamu berangkat. Apabila kamu masuk rumah
orang, berilah salam kepada mereka. Jika mereka layak menerimanya,
salammu itu turun ke atasnya, jika tidak, salammu itu kembali
kepadamu" (Mat 10:7-13), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta
St.Barnabas, rasul, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana
sebagai berikut:

·   Rasul adalah utusan, maka terpanggil sebagai rasul memang berarti
harus pergi untuk menyampaikan pesan dari yang mengutus. Terpanggil
menjadi rasul Tuhan berarti harus pergi untuk memberitakan sabda atau
kehendak Tuhan. Dalam rangka melaksanakan tugas pengutusan sebagai
rasul ini diharapkan lebih mengandalkan diri sebagai yang hidup dan
bertindak bersama dan bersatu dengan Tuhan, daripada aneka macam
sarana-prasarana. Konon Petrus Kanisius, yang mendirikan kolese-kolese
atau sekolah-sekolah, memberi saran atau nasihat kepada para guru atau
pendidik agar dalam menyampaikan pengajaran atau ilmu pengetahuan
tidak menggantungkan diri pada alat peraga maupun alat bantu lain,
melainkan lebih menekankan pada wacana atau omongan, yang menunjukkan
bahwa guru atau pendidik sungguh menguasai bahan alias meneruskan apa
yang telah dimilikinya. Dalam hal kerasulan sebagai orang beriman hal
ini berarti kita dipanggil untuk mensharingkan atau membagikan
pengalaman iman kita, relasi kita dengan Tuhan. Maka sebagai orang
beriman pertama-tama hendaknya memperdalam dan memperkembangkan
relasinya dengan Tuhan, entah dengan bacaan rohani maupun meditasi
atau kontemplasi. Secara khusus kepada rekan-rekan yang sering
berkotbah atau mengajar agama kami harapkan terus memperdalam
pengalaman iman, sehingga kotbah atau ajarannya mengena pada para
pendengar, artinya mendorong dan memotivasi para pendengar untuk
semakin beriman, semakin membaktikan diri sepenuhnya kepada Tuhan,
semakin suci, semakin dikasihi oleh Tuhan maupun oleh sesamanya.
Semoga melalui kesaksian hidup para pengkotbah atau pengajar maupun
melalui ajaran dan kotbahnya semakin banyak orang semakin dirajai atau
 dikuasai oleh Allah.

·   "Setelah Barnabas datang dan melihat kasih karunia Allah,
bersukacitalah ia. Ia menasihati mereka, supaya mereka semua tetap
setia kepada Tuhan, karena Barnabas adalah orang baik, penuh dengan
Roh Kudus dan iman. Sejumlah orang dibawa kepada Tuhan. Lalu pergilah
Barnabas ke Tarsus untuk mencari Saulus; dan setelah bertemu dengan
dia, ia membawanya ke Antiokhia.Mereka tinggal bersama-sama dengan
jemaat itu satu tahun lamanya, sambil mengajar banyak orang. Di
Antiokhialah murid-murid itu untuk pertama kalinya disebut Kristen"
(Kis 11:23-26). Kutipan ini kiranya baik menjadi bahan mawas diri atau
refleksi akan nama yang dikenakan pada diri kita masing-masing.
Pertama-tama dengan ini kami mengajak dan mengingatkan rekan-rekan
umat Kristen dan Katolik: apakah kita layak disebut Kristen atau
Katolik, yang berarti cara hidup dan cara bertindak kita meneladan
cara hidup dan cara bertindak Yesus Kristus. Sebagai suami atau isteri
sejauh mana cara hidup dan cara bertindak anda menunjukkan diri bahwa
telah bersuami atau beristeri, demikian juga sebagai orangtua. Sebagai
pelajar apakah anda layak mengenakan diri sebagai pelajar, karena
memang sungguh memboroskan waktu dan tenaga setiap hari untuk belajar.
Kepada semua umat beragama kami harapkan untuk mawas diri: sejauh mana
anda layak disebut sebagai umat Islam, umat Hindu, umat Budha dst..
Sebagai warganegara sejauh maka kita mentaati dan melaksanakan aneka
tata tertib hidup bersama sebagai warganegara? Semoga para pemimpin
hidup bersama, entah dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara maupun beragama dapat menjadi teladan dalam penghayatan
kesetiaan akan nama yang disandangnya.

"Dengarkanlah, TUHAN, perkara yang benar, perhatikanlah seruanku;
berilah telinga akan doaku, dari bibir yang tidak menipu. Dari
pada-Mulah kiranya datang penghakiman: mata-Mu kiranya melihat apa
yang benar. Bila Engkau menguji hatiku, memeriksanya pada waktu malam,
dan menyelidiki aku, maka Engkau tidak akan menemui sesuatu kejahatan;
mulutku tidak terlanjur. Tentang perbuatan manusia, sesuai dengan
firman yang Engkau ucapkan, aku telah menjaga diriku terhadap jalan
orang-orang yang melakukan kekerasan; langkahku tetap mengikuti
jejak-Mu, kakiku tidak goyang." (Mzm 17:1-5)

Ign 11 Juni 2013

10 Juni

"Berbahagialah"

(2Kor 1:1-7; Mat 5:1-12)

"Ketika Yesus melihat orang banyak itu, naiklah Ia ke atas bukit dan
setelah Ia duduk, datanglah murid-murid-Nya kepada-Nya. Maka Yesus pun
mulai berbicara dan mengajar mereka, kata-Nya: "Berbahagialah orang
yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan
Sorga. Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan
dihibur. Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan
memiliki bumi. Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran,
karena mereka akan dipuaskan. Berbahagialah orang yang murah hatinya,
karena mereka akan beroleh kemurahan. Berbahagialah orang yang suci
hatinya, karena mereka akan melihat Allah. Berbahagialah orang yang
membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah.
Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena
merekalah yang empunya Kerajaan Sorga. Berbahagialah kamu, jika karena
Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang
jahat. Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga,
sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu."(Mat
5:1-12), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan
sederhana sebagai berikut:

·   Kutipan Warta Gembira di atas ini kiranya merupakan inti
ajaran-ajaran Yesus, yang kemudian diuraikan atau dijabarkan lagi ke
dalam aneka ajaran yang sesuai dengan para pendengarNya maupun
lingkungan hidup para pendengar. Kiranya kita semua mendambakan hidup
berbahagia, damai sejahtera dan sehat wal'afiat baik secara fisik
maupun spiritual, jasmani maupun rohani. Untuk mewujudkan dambaan
tersebut kita diharapkan menghayati keutamaan-keutamaan seperti
"berdukacita, lemah lembut, lapar dan haus akan kebenaran, murah hati,
suci hati, pembawa damai, siap sedia dicela dan difitnah karena
kebenaran". Dari keutamaan-keutamaan ini kiranya anda dapat memilih
keutamaan mana yang sesuai dengan kondisi dan situasi anda
masing-masing, yang dirasa mendesak dan up to date. Perkenankan saya
mencoba mawas diri perihal 'siap sedia dicela dan difitman karena
kebenaran', mengingat dan memperhatikan kebohongan masih marak di
sana-sini dalam kehidupan bersama kita. Berkata dan bertindak benar
berarti jujur apa adanya, tidak ada kepalsuan atau kebohongan
sedikitpun. Nilai ujian nasional yang ada pada masa kini pada umumnya
tidak benar, apa adanya, karena terjadi 'mark up'  nilai ujian sekolah
maupun nasional, dengan alasan kasihan pada para peserta didik atau
demi 'penghargaan' atas keberhasilan ujian nasional , yang sebenarnya
penghargaan palsu. Maka hemat saya bertindak benar perlu dimulai di
sekolah-sekolah, sehingga kelak pada peserta didik ketika berkembang
dan bertumbuh menjadi dewasa senantiasa berkata dan bertindak benar,
jujur dan apa adanya. Kami harapkan mereka yang bekerja di jajaran
pendidikan atau persekolahan dari tingkat nasional sampai
daerah/sekolah sungguh memperhatikan perihal hidup dan bertindak
benar, tidak bohong, tidak palsu atau berkorupsi dalam bentuk apapun.

·   "Inilah yang kami megahkan, yaitu bahwa suara hati kami memberi
kesaksian kepada kami, bahwa hidup kami di dunia ini, khususnya dalam
hubungan kami dengan kamu, dikuasai oleh ketulusan dan kemurnian dari
Allah bukan oleh hikmat duniawi, tetapi oleh kekuatan kasih karunia
Allah. Sebab kami hanya menuliskan kepada kamu apa yang dapat kamu
baca dan pahamkan. Dan aku harap, mudah-mudahan kamu akan memahaminya
sepenuhnya," (2Kor 1:12-13). "Khususnya dalam hubungan kami dengan
kamu, dikuasai oleh ketulusan dan kemurnian Allah bukan oleh hikmat
manusia, tetapi oleh kekuatan kasih karunia Allah", inilah kiranya
yang baik kita renungkan atau refleksikan. Dalam hidup bersama kita
senantiasa berhubungan dengan orang lain, entah di dalam keluarga,
masyarakat maupun tempat kerja atau tempat tugas. Berkata dan
bertindak tulus dan murni itulah yang diharapkan dari kita semua
sebagai umat beriman. Khususnya dalam hal kemurnian kami harapkan
dihayati dalam relasi antar jenis, laki-laki dan perempuan, entah di
antara rekan muda-mudi maupun suami dan isteri. Hal ini terkait dengan
masalah hubungan seksual: kami harapkan rekan-rekan muda-mudi tidak
melakukan hubungan seksual sebelum hidup sebagai suami-isteri,
demikian juga rekan-rekan suami dan isteri hanya berhubungan seksual
dengan pasangan hidupnya sendiri. Dalam hal ketulusan hendaknya kita
semua berusaha menghayatinya, dan semoga kita semua memiliki hati yang
tulus, tidak bersandiwara dalam hati. Marilah kita tanggap ajakan
Yesus agar kita 'tulus seperti burung merpati dan cerdik seperti
ular'. Semoga para orangtua dapat menjadi teladan dalam hal ketulusan
hati bagi anak-anaknya serta mendidik dan membina anak-anak sedini
mungkin dalam hal ketulusan hati.

"Aku hendak memuji TUHAN pada segala waktu; puji-pujian kepada-Nya
tetap di dalam mulutku. Karena TUHAN jiwaku bermegah; biarlah
orang-orang yang rendah hati mendengarnya dan bersukacita. Muliakanlah
TUHAN bersama-sama dengan aku, marilah kita bersama-sama memasyhurkan
nama-Nya!5 Aku telah mencari TUHAN, lalu Ia menjawab aku, dan
melepaskan aku dari segala kegentaranku" (Mzm 34:2-5)

Ign 10 Juni 2013

Minggu Biasa X

Mg Biasa X : 1Raj 17:17-24; Gal 1:11-19; Luk 7:11-17

"Seorang nabi besar telah muncul di tengah-tengah kita"

Dalam kehidupan bersama sering muncul seseorang yang diimani menerima
wahyu atau anugerah khusus dari Allah, misalnya 'dukun' yang mampu
menyembuhkan aneka penyakit bagi mereka yang datang kepadanya dengan
penuh iman. Sebenarnya karena iman atau kepercayaan-nya yang menjadi
kekuatan atau modal utama penyembuhan, bukan petama-tama karena
kehebatan atau keunggulan sang dukun. Hal demikian yang senada pernah
muncul di wilayah Keuskupan Agung Semarang di tempat-tempat ziarah
Bunda Maria, seperti Sendang Sono dan Sendang Sriningsih, yaitu
'penampakan Bunda Maria' yang dimotori oleh Bapak Thomas (alm.), yang
ternyata itu merupakan karya 'para normal' yang jahat. Cukup banyak
umat berdatangan dari mana-mana, termasuk ada pastor dan suster maupun
bruder, sejak sore sudah berkumpul di area tempat ziarah sambil berdoa
untuk menunggu 'penampakan Bunda Maria' pada tengah malam. Namun entah
dukun atau Bapak Thomas ternyata bukan utusan Allah, maka dalam waktu
singkat hilang dan terlupakan sama sekali. Dalam Warta Gembira hari
ini dikisahkan 'Nabi' sejati, yaitu Yesus, yang membangkitkan orang
mati, dan beritanya tersebar ke mana-mana, dan banyak orang pun
percaya selamanya bahwa Yesus adalah Allah yang mendangi umatNya.

"Ketika Tuhan melihat janda itu, tergeraklah hati-Nya oleh belas
kasihan, lalu Ia berkata kepadanya: "Jangan menangis!" Sambil
menghampiri usungan itu Ia menyentuhnya, dan sedang para pengusung
berhenti, Ia berkata: "Hai anak muda, Aku berkata kepadamu,
bangkitlah!" Maka bangunlah orang itu dan duduk dan mulai
berkata-kata, dan Yesus menyerahkannya kepada ibunya. Semua orang itu
ketakutan dan mereka memuliakan Allah, sambil berkata: "Seorang nabi
besar telah muncul di tengah-tengah kita," dan "Allah telah melawat
umat-Nya." Maka tersiarlah kabar tentang Yesus di seluruh Yudea dan di
seluruh daerah sekitarnya" (Luk 7:13-17)

Seorang janda yang memiliki anak tunggal pada umumnya sangat mengasihi
sang anak, maka ketika anaknya meninggal kita dapat membayangkan
betapa sedihnya, sehingga tangisannya tak mungkin dihentikan oleh
saudara-saudari atau kenalannya. Melihat sang janda Yesus
'tergerak-lah hatiNya oleh belas kasihan' dan Ia pun mengadakan
muzijat dengan membangkitkan anak tersebut dari kematiannya. Hal ini
membuat orang-orang yang melihatnya menjadi ketakutan, dan dari
ketakutannya mereka memuliakan Allah, sambil berkata :"Seorang nabi
besar telah muncul di tengah-tengah kita".

Nabi adalah utusan Allah dan Yesus disebut nabi besar berarti Ia
melebihi nabi-nabi lainnya, karena Ia adalah Allah yang menjadi
Manusia. Dalam hidup sehari-hari mungkin kita juga mengalami
kesedihan, maka jika demikian adanya marilah kita sadari dan hayati
bahwa Allah hadir di tengah-tengah kita, untuk membangkitkan kita dari
kesedihan atau kemurungan. Dengan kata lain ketika mengalami kesedihan
hendaknya mengarahkan diri kepada Allah seraya dengan rendah hati
mohon belas kasihanNya. Percayalah, imanilah jika kita dengan rendah
hati mohon belas kasihanNya pasti akan dikabulkan, karena Allah adalah
Maha Belas Kasih dan Maha Murah. Tentu saja ketika kita telah menerima
belas kasihanNya diharapkan meneruskan belas kasihan Allah tersebut
kepada orang lain, saudara-saudari kita.

Berbelas kasih berarti 'memberi' kepada orang lain tanpa syarat, dan
sebagaimana telah saya angkat sebelumnya bahwa 'memberi' merupakan
keharusan bagi kita semua sebagai manusia, ciptaan Allah, karena hidup
kita dan segala sesuatu yang kita miliki dan kuasai saat ini juga
merupakan 'pemberian' atau anugerah dari Allah. Maka marilah kita
perhatikan dan cermati apakah ada di antara saudara-saudari atau
kenalan kita yang sedang mengalami kesedihan, dan sekiranya ada
marilah yang bersangkutan kita 'beri perhatian', antara lain dengan
mendatanginya untuk memberi sapaan atau sentuhan kasih. Jika kita
sungguh bersama dan bersatu dengan Allah, maka percayalah sapaan dan
sentuhan kasih kita akan menghibur dan membangkitkan saudara-saudari
kita yang mengalami kesedihan. Marilah kita saling memberi sapaan dan
sentuhan kasih satu sama lain,  sehingga kesedihan atau kemurungan
tidak ada lagi di antara kita.

"Ia, yang telah memilih aku sejak kandungan ibuku dan memanggil aku
oleh kasih karunia-Nya, berkenan menyatakan Anak-Nya di dalam aku,
supaya aku memberitakan Dia di antara bangsa-bangsa bukan Yahudi, maka
sesaat pun aku tidak minta pertimbangan kepada manusia; juga aku tidak
pergi ke Yerusalem mendapatkan mereka yang telah menjadi rasul sebelum
aku, tetapi aku berangkat ke tanah Arab dan dari situ kembali lagi ke
Damsyik." (Gal 1:15-17)

Apa yang dikatakan Paulus di atas ini kiranya dapat menjadi
permenungan bagi kita semua yang beriman kepada Yesus Kristus,
khususnya yang tidak termasuk sebagai bangsa Yahudi. Belas kasih atau
kasih karunia Allah, yang bagi kita yang beriman kepada Yesus berarti
Yesus sendiri, dengan semua ajaran maupun cara hidupNya. AjaranNya
tidak hanya bagi bangsa tertentu, melainkan bagi semua bangsa di dunia
ini, dan semua ajaranNya kiranya dapat dipadatkan dalam ajaran untuk
hidup dalam kasih, hidup saling mengasihi sebagaimana Allah telah
mengasihi kita. Bukankah ajaran perihal saling mengasihi juga
diajarkan oleh semua agama dan keyakinan?

Paulus membagikan pengalamannya bahwa 'Ia telah memilih aku sejak
kandungan ibuku dan memanggil aku oleh kasih karuniaNya'. Hal ini
kiranya mengingatkan kita semua bahwa masing-masing dari kita adalah
'yang terpilih dan yang terkasih', yaitu ketika ada jutaan sperma
berebut satu telor, sel laki-laki berebut sel perempuan, dan hanya
satu yang menang dan terpilih, sehingga oleh kasih karuniaNya
persatuan sperma dan telor tersebut tumbuh berkembang sebagai manusia,
yang tidak lain masing-masing dari kita. Dengan kata lain kita telah
menang dan terpilih mengalahkan saingan yang jumlahnya jutaan, maka
sebagai pemenang dan terpilih hendaknya kita tidak takut dan tidak
gentar mewartakan atau menyebar-luaskan kasih karunia Allah.

Dalam diri kita masing-masing ada kekuatan luar biasa, maka hendaknya
dalam menghadapi tugas pekerjaan atau kewajiban hendaknya kita
senantiasa berpedoman pada motto "Success is my life, my life is
success". Jika motto ini hidup dalam hati dan pikiran kita, percayalah
apapun yang harus kita kerjakan atau lakukan, tentu saja apa yang
sesuai dengan kehendak Allah, pasti berhasil dengan baik dan sukses.
Kepada orang yang beriman kepada Yesus marilah kita meneladanNya,
dimana Ia berkata kepada sang pemuda yang telah  mati "Bangunlah", dan
yang mati akhirnya bangkit dan hidup kembali. Semoga dalam hati dan
pikiran kita senantiasa bergema kata 'bangunlah', sehingga kita
sendiri senantiasa hidup bergairah dan dinamis serta mampu
menggairahkan dan membangkitkan orang lain.

"Sekarang aku tahu, bahwa engkau abdi Allah dan firman TUHAN yang
kauucapkan itu adalah benar." (1Raj 17:24), demikian kata seorang
perempuan kepada Elia, yang telah membangkitkan anaknya dari kematian.
Kita dapat meneladan sang perempuan atau Elia. Meneladan sang
perempuan berarti setiap kali kita dibangkitkan atau digairahkan oleh
orang lain hendaknya kita berkata seperti perempuan tersebut kepada
orang yang bersangkutan. Sedangkan meneladan Elia berarti kita sungguh
menjadi 'abdi Allah' sehingga apa yang kita katakan  senantiasa benar
adanya, membangkitkan, membahagiakan dan menyelamatkan orang lain.

"Aku akan memuji Engkau, ya TUHAN, sebab Engkau telah menarik aku ke
atas, dan tidak memberi musuh-musuhku bersukacita atas aku.TUHAN,
Engkau mengangkat aku dari dunia orang mati, Engkau menghidupkan aku
di antara mereka yang turun ke liang kubur. Nyanyikanlah mazmur bagi
TUHAN, hai orang-orang yang dikasihi-Nya, dan persembahkanlah syukur
kepada nama-Nya yang kudus!Sebab sesaat saja Ia murka, tetapi seumur
hidup Ia murah hati; sepanjang malam ada tangisan, menjelang pagi
terdengar sorak-sorai."

(Mzm 30:2.4-6)

Ign 9 Juni 2013