Fans Page Facebook http://imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Jumat, 14 Juni 2013

10 Juni

"Berbahagialah"

(2Kor 1:1-7; Mat 5:1-12)

"Ketika Yesus melihat orang banyak itu, naiklah Ia ke atas bukit dan
setelah Ia duduk, datanglah murid-murid-Nya kepada-Nya. Maka Yesus pun
mulai berbicara dan mengajar mereka, kata-Nya: "Berbahagialah orang
yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan
Sorga. Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan
dihibur. Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan
memiliki bumi. Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran,
karena mereka akan dipuaskan. Berbahagialah orang yang murah hatinya,
karena mereka akan beroleh kemurahan. Berbahagialah orang yang suci
hatinya, karena mereka akan melihat Allah. Berbahagialah orang yang
membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah.
Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena
merekalah yang empunya Kerajaan Sorga. Berbahagialah kamu, jika karena
Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang
jahat. Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga,
sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu."(Mat
5:1-12), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan
sederhana sebagai berikut:

·   Kutipan Warta Gembira di atas ini kiranya merupakan inti
ajaran-ajaran Yesus, yang kemudian diuraikan atau dijabarkan lagi ke
dalam aneka ajaran yang sesuai dengan para pendengarNya maupun
lingkungan hidup para pendengar. Kiranya kita semua mendambakan hidup
berbahagia, damai sejahtera dan sehat wal'afiat baik secara fisik
maupun spiritual, jasmani maupun rohani. Untuk mewujudkan dambaan
tersebut kita diharapkan menghayati keutamaan-keutamaan seperti
"berdukacita, lemah lembut, lapar dan haus akan kebenaran, murah hati,
suci hati, pembawa damai, siap sedia dicela dan difitnah karena
kebenaran". Dari keutamaan-keutamaan ini kiranya anda dapat memilih
keutamaan mana yang sesuai dengan kondisi dan situasi anda
masing-masing, yang dirasa mendesak dan up to date. Perkenankan saya
mencoba mawas diri perihal 'siap sedia dicela dan difitman karena
kebenaran', mengingat dan memperhatikan kebohongan masih marak di
sana-sini dalam kehidupan bersama kita. Berkata dan bertindak benar
berarti jujur apa adanya, tidak ada kepalsuan atau kebohongan
sedikitpun. Nilai ujian nasional yang ada pada masa kini pada umumnya
tidak benar, apa adanya, karena terjadi 'mark up'  nilai ujian sekolah
maupun nasional, dengan alasan kasihan pada para peserta didik atau
demi 'penghargaan' atas keberhasilan ujian nasional , yang sebenarnya
penghargaan palsu. Maka hemat saya bertindak benar perlu dimulai di
sekolah-sekolah, sehingga kelak pada peserta didik ketika berkembang
dan bertumbuh menjadi dewasa senantiasa berkata dan bertindak benar,
jujur dan apa adanya. Kami harapkan mereka yang bekerja di jajaran
pendidikan atau persekolahan dari tingkat nasional sampai
daerah/sekolah sungguh memperhatikan perihal hidup dan bertindak
benar, tidak bohong, tidak palsu atau berkorupsi dalam bentuk apapun.

·   "Inilah yang kami megahkan, yaitu bahwa suara hati kami memberi
kesaksian kepada kami, bahwa hidup kami di dunia ini, khususnya dalam
hubungan kami dengan kamu, dikuasai oleh ketulusan dan kemurnian dari
Allah bukan oleh hikmat duniawi, tetapi oleh kekuatan kasih karunia
Allah. Sebab kami hanya menuliskan kepada kamu apa yang dapat kamu
baca dan pahamkan. Dan aku harap, mudah-mudahan kamu akan memahaminya
sepenuhnya," (2Kor 1:12-13). "Khususnya dalam hubungan kami dengan
kamu, dikuasai oleh ketulusan dan kemurnian Allah bukan oleh hikmat
manusia, tetapi oleh kekuatan kasih karunia Allah", inilah kiranya
yang baik kita renungkan atau refleksikan. Dalam hidup bersama kita
senantiasa berhubungan dengan orang lain, entah di dalam keluarga,
masyarakat maupun tempat kerja atau tempat tugas. Berkata dan
bertindak tulus dan murni itulah yang diharapkan dari kita semua
sebagai umat beriman. Khususnya dalam hal kemurnian kami harapkan
dihayati dalam relasi antar jenis, laki-laki dan perempuan, entah di
antara rekan muda-mudi maupun suami dan isteri. Hal ini terkait dengan
masalah hubungan seksual: kami harapkan rekan-rekan muda-mudi tidak
melakukan hubungan seksual sebelum hidup sebagai suami-isteri,
demikian juga rekan-rekan suami dan isteri hanya berhubungan seksual
dengan pasangan hidupnya sendiri. Dalam hal ketulusan hendaknya kita
semua berusaha menghayatinya, dan semoga kita semua memiliki hati yang
tulus, tidak bersandiwara dalam hati. Marilah kita tanggap ajakan
Yesus agar kita 'tulus seperti burung merpati dan cerdik seperti
ular'. Semoga para orangtua dapat menjadi teladan dalam hal ketulusan
hati bagi anak-anaknya serta mendidik dan membina anak-anak sedini
mungkin dalam hal ketulusan hati.

"Aku hendak memuji TUHAN pada segala waktu; puji-pujian kepada-Nya
tetap di dalam mulutku. Karena TUHAN jiwaku bermegah; biarlah
orang-orang yang rendah hati mendengarnya dan bersukacita. Muliakanlah
TUHAN bersama-sama dengan aku, marilah kita bersama-sama memasyhurkan
nama-Nya!5 Aku telah mencari TUHAN, lalu Ia menjawab aku, dan
melepaskan aku dari segala kegentaranku" (Mzm 34:2-5)

Ign 10 Juni 2013

0 komentar: