"Pergilah dan beritakanlah"
(Kis 11:21b-26; 13:1-3; Mat 10:7-13)
" Pergilah dan beritakanlah: Kerajaan Sorga sudah dekat. Sembuhkanlah
orang sakit; bangkitkanlah orang mati; tahirkanlah orang kusta;
usirlah setan-setan. Kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma, karena
itu berikanlah pula dengan cuma-cuma. Janganlah kamu membawa emas atau
perak atau tembaga dalam ikat pinggangmu.0 Janganlah kamu membawa
bekal dalam perjalanan, janganlah kamu membawa baju dua helai, kasut
atau tongkat, sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya. Apabila
kamu masuk kota atau desa, carilah di situ seorang yang layak dan
tinggallah padanya sampai kamu berangkat. Apabila kamu masuk rumah
orang, berilah salam kepada mereka. Jika mereka layak menerimanya,
salammu itu turun ke atasnya, jika tidak, salammu itu kembali
kepadamu" (Mat 10:7-13), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta
St.Barnabas, rasul, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana
sebagai berikut:
· Rasul adalah utusan, maka terpanggil sebagai rasul memang berarti
harus pergi untuk menyampaikan pesan dari yang mengutus. Terpanggil
menjadi rasul Tuhan berarti harus pergi untuk memberitakan sabda atau
kehendak Tuhan. Dalam rangka melaksanakan tugas pengutusan sebagai
rasul ini diharapkan lebih mengandalkan diri sebagai yang hidup dan
bertindak bersama dan bersatu dengan Tuhan, daripada aneka macam
sarana-prasarana. Konon Petrus Kanisius, yang mendirikan kolese-kolese
atau sekolah-sekolah, memberi saran atau nasihat kepada para guru atau
pendidik agar dalam menyampaikan pengajaran atau ilmu pengetahuan
tidak menggantungkan diri pada alat peraga maupun alat bantu lain,
melainkan lebih menekankan pada wacana atau omongan, yang menunjukkan
bahwa guru atau pendidik sungguh menguasai bahan alias meneruskan apa
yang telah dimilikinya. Dalam hal kerasulan sebagai orang beriman hal
ini berarti kita dipanggil untuk mensharingkan atau membagikan
pengalaman iman kita, relasi kita dengan Tuhan. Maka sebagai orang
beriman pertama-tama hendaknya memperdalam dan memperkembangkan
relasinya dengan Tuhan, entah dengan bacaan rohani maupun meditasi
atau kontemplasi. Secara khusus kepada rekan-rekan yang sering
berkotbah atau mengajar agama kami harapkan terus memperdalam
pengalaman iman, sehingga kotbah atau ajarannya mengena pada para
pendengar, artinya mendorong dan memotivasi para pendengar untuk
semakin beriman, semakin membaktikan diri sepenuhnya kepada Tuhan,
semakin suci, semakin dikasihi oleh Tuhan maupun oleh sesamanya.
Semoga melalui kesaksian hidup para pengkotbah atau pengajar maupun
melalui ajaran dan kotbahnya semakin banyak orang semakin dirajai atau
dikuasai oleh Allah.
· "Setelah Barnabas datang dan melihat kasih karunia Allah,
bersukacitalah ia. Ia menasihati mereka, supaya mereka semua tetap
setia kepada Tuhan, karena Barnabas adalah orang baik, penuh dengan
Roh Kudus dan iman. Sejumlah orang dibawa kepada Tuhan. Lalu pergilah
Barnabas ke Tarsus untuk mencari Saulus; dan setelah bertemu dengan
dia, ia membawanya ke Antiokhia.Mereka tinggal bersama-sama dengan
jemaat itu satu tahun lamanya, sambil mengajar banyak orang. Di
Antiokhialah murid-murid itu untuk pertama kalinya disebut Kristen"
(Kis 11:23-26). Kutipan ini kiranya baik menjadi bahan mawas diri atau
refleksi akan nama yang dikenakan pada diri kita masing-masing.
Pertama-tama dengan ini kami mengajak dan mengingatkan rekan-rekan
umat Kristen dan Katolik: apakah kita layak disebut Kristen atau
Katolik, yang berarti cara hidup dan cara bertindak kita meneladan
cara hidup dan cara bertindak Yesus Kristus. Sebagai suami atau isteri
sejauh mana cara hidup dan cara bertindak anda menunjukkan diri bahwa
telah bersuami atau beristeri, demikian juga sebagai orangtua. Sebagai
pelajar apakah anda layak mengenakan diri sebagai pelajar, karena
memang sungguh memboroskan waktu dan tenaga setiap hari untuk belajar.
Kepada semua umat beragama kami harapkan untuk mawas diri: sejauh mana
anda layak disebut sebagai umat Islam, umat Hindu, umat Budha dst..
Sebagai warganegara sejauh maka kita mentaati dan melaksanakan aneka
tata tertib hidup bersama sebagai warganegara? Semoga para pemimpin
hidup bersama, entah dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara maupun beragama dapat menjadi teladan dalam penghayatan
kesetiaan akan nama yang disandangnya.
"Dengarkanlah, TUHAN, perkara yang benar, perhatikanlah seruanku;
berilah telinga akan doaku, dari bibir yang tidak menipu. Dari
pada-Mulah kiranya datang penghakiman: mata-Mu kiranya melihat apa
yang benar. Bila Engkau menguji hatiku, memeriksanya pada waktu malam,
dan menyelidiki aku, maka Engkau tidak akan menemui sesuatu kejahatan;
mulutku tidak terlanjur. Tentang perbuatan manusia, sesuai dengan
firman yang Engkau ucapkan, aku telah menjaga diriku terhadap jalan
orang-orang yang melakukan kekerasan; langkahku tetap mengikuti
jejak-Mu, kakiku tidak goyang." (Mzm 17:1-5)
Ign 11 Juni 2013
(Kis 11:21b-26; 13:1-3; Mat 10:7-13)
" Pergilah dan beritakanlah: Kerajaan Sorga sudah dekat. Sembuhkanlah
orang sakit; bangkitkanlah orang mati; tahirkanlah orang kusta;
usirlah setan-setan. Kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma, karena
itu berikanlah pula dengan cuma-cuma. Janganlah kamu membawa emas atau
perak atau tembaga dalam ikat pinggangmu.0 Janganlah kamu membawa
bekal dalam perjalanan, janganlah kamu membawa baju dua helai, kasut
atau tongkat, sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya. Apabila
kamu masuk kota atau desa, carilah di situ seorang yang layak dan
tinggallah padanya sampai kamu berangkat. Apabila kamu masuk rumah
orang, berilah salam kepada mereka. Jika mereka layak menerimanya,
salammu itu turun ke atasnya, jika tidak, salammu itu kembali
kepadamu" (Mat 10:7-13), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta
St.Barnabas, rasul, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana
sebagai berikut:
· Rasul adalah utusan, maka terpanggil sebagai rasul memang berarti
harus pergi untuk menyampaikan pesan dari yang mengutus. Terpanggil
menjadi rasul Tuhan berarti harus pergi untuk memberitakan sabda atau
kehendak Tuhan. Dalam rangka melaksanakan tugas pengutusan sebagai
rasul ini diharapkan lebih mengandalkan diri sebagai yang hidup dan
bertindak bersama dan bersatu dengan Tuhan, daripada aneka macam
sarana-prasarana. Konon Petrus Kanisius, yang mendirikan kolese-kolese
atau sekolah-sekolah, memberi saran atau nasihat kepada para guru atau
pendidik agar dalam menyampaikan pengajaran atau ilmu pengetahuan
tidak menggantungkan diri pada alat peraga maupun alat bantu lain,
melainkan lebih menekankan pada wacana atau omongan, yang menunjukkan
bahwa guru atau pendidik sungguh menguasai bahan alias meneruskan apa
yang telah dimilikinya. Dalam hal kerasulan sebagai orang beriman hal
ini berarti kita dipanggil untuk mensharingkan atau membagikan
pengalaman iman kita, relasi kita dengan Tuhan. Maka sebagai orang
beriman pertama-tama hendaknya memperdalam dan memperkembangkan
relasinya dengan Tuhan, entah dengan bacaan rohani maupun meditasi
atau kontemplasi. Secara khusus kepada rekan-rekan yang sering
berkotbah atau mengajar agama kami harapkan terus memperdalam
pengalaman iman, sehingga kotbah atau ajarannya mengena pada para
pendengar, artinya mendorong dan memotivasi para pendengar untuk
semakin beriman, semakin membaktikan diri sepenuhnya kepada Tuhan,
semakin suci, semakin dikasihi oleh Tuhan maupun oleh sesamanya.
Semoga melalui kesaksian hidup para pengkotbah atau pengajar maupun
melalui ajaran dan kotbahnya semakin banyak orang semakin dirajai atau
dikuasai oleh Allah.
· "Setelah Barnabas datang dan melihat kasih karunia Allah,
bersukacitalah ia. Ia menasihati mereka, supaya mereka semua tetap
setia kepada Tuhan, karena Barnabas adalah orang baik, penuh dengan
Roh Kudus dan iman. Sejumlah orang dibawa kepada Tuhan. Lalu pergilah
Barnabas ke Tarsus untuk mencari Saulus; dan setelah bertemu dengan
dia, ia membawanya ke Antiokhia.Mereka tinggal bersama-sama dengan
jemaat itu satu tahun lamanya, sambil mengajar banyak orang. Di
Antiokhialah murid-murid itu untuk pertama kalinya disebut Kristen"
(Kis 11:23-26). Kutipan ini kiranya baik menjadi bahan mawas diri atau
refleksi akan nama yang dikenakan pada diri kita masing-masing.
Pertama-tama dengan ini kami mengajak dan mengingatkan rekan-rekan
umat Kristen dan Katolik: apakah kita layak disebut Kristen atau
Katolik, yang berarti cara hidup dan cara bertindak kita meneladan
cara hidup dan cara bertindak Yesus Kristus. Sebagai suami atau isteri
sejauh mana cara hidup dan cara bertindak anda menunjukkan diri bahwa
telah bersuami atau beristeri, demikian juga sebagai orangtua. Sebagai
pelajar apakah anda layak mengenakan diri sebagai pelajar, karena
memang sungguh memboroskan waktu dan tenaga setiap hari untuk belajar.
Kepada semua umat beragama kami harapkan untuk mawas diri: sejauh mana
anda layak disebut sebagai umat Islam, umat Hindu, umat Budha dst..
Sebagai warganegara sejauh maka kita mentaati dan melaksanakan aneka
tata tertib hidup bersama sebagai warganegara? Semoga para pemimpin
hidup bersama, entah dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara maupun beragama dapat menjadi teladan dalam penghayatan
kesetiaan akan nama yang disandangnya.
"Dengarkanlah, TUHAN, perkara yang benar, perhatikanlah seruanku;
berilah telinga akan doaku, dari bibir yang tidak menipu. Dari
pada-Mulah kiranya datang penghakiman: mata-Mu kiranya melihat apa
yang benar. Bila Engkau menguji hatiku, memeriksanya pada waktu malam,
dan menyelidiki aku, maka Engkau tidak akan menemui sesuatu kejahatan;
mulutku tidak terlanjur. Tentang perbuatan manusia, sesuai dengan
firman yang Engkau ucapkan, aku telah menjaga diriku terhadap jalan
orang-orang yang melakukan kekerasan; langkahku tetap mengikuti
jejak-Mu, kakiku tidak goyang." (Mzm 17:1-5)
Ign 11 Juni 2013
0 komentar:
Posting Komentar