Fans Page Facebook http://imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Sabtu, 04 Desember 2010

4 Des - Yes 30:19-2123-26 ; Mat9:35-10:16-8

Pergilah dan beritakanlah bahwa Kerajaan Sorga sudah dekat
Yes30:19-2123-26 ; Mat9:35-10:16-8

"Demikianlah Yesus berkeliling ke semua kota dan desa; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Sorga serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan. Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala. Maka kata-Nya kepada murid-murid-Nya: "Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu." Yesus memanggil kedua belas murid-Nya dan memberi kuasa kepada mereka untuk mengusir roh-roh jahat dan untuk melenyapkan segala penyakit dan segala kelemahan.…..pergilah kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel. Pergilah dan beritakanlah: Kerajaan Sorga sudah dekat. Sembuhkanlah orang sakit; bangkitkanlah orang mati; tahirkanlah orang kusta; usirlah setan-setan. Kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma, karena itu berikanlah pula dengan cuma-Cuma" (Mat9:35-10:16-8), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

"Madecer" = Masa depan cerah, itulah motto yang berlaku bagi mereka yang terpanggil untuk menjadi imam, bruder atau suster, artinya tidak akan kekurangan pekerjaan atau tugas alias tak akan menganggur. Namun sayang bahwa jumlah imam, bruder atau suster mengalami kemerosotan, demikian juga kemerosotan kwalitas. Kemerosotan tersebut antara disebabkan oleh sikap mental materialistis yang begitu menjiwai banyak orang masa kini atau oleh gerakan keluarga berencana dimana dua atau satu anak cukup. Maka dengan ini kami berharap agar anak-anak sedini mungkin dibina perihal kepekaan sosial, perhatian terhadap yang lain, terutama mereka yang miskin dan berkekurangan. Dengan pembinaan sosial kami berharap anak-anak tumbuh berkembang menjadi 'man or woman with/for others'. Tentu saja kami juga berharap kepada para orangtua jika anak-anaknya atau salah satu anaknya tergerak untuk menjadi imam, bruder atau suster tidak dilarang, mengingat dan memperhatikan bahwa pada masa kini yang sering merasa berat ketika anak ingin menjadi imam, bruder atau suster adalah orangtua. Anak-anak adalah anugerah Tuhan, maka baiklah ketika Tuhan memanggilnya untuk menjadi imam, bruder atau suster dengan jiwa besar dan hati rela berkorban didukung dengan sepenuh hati. Kami juga berharap kepada seluruh umat untuk mendukung hidup dan panggilan para imam, bruder atau suster, entah dengan mendoakannya atau memberi bantuan sesuai dengan kebutuhan karya pelayanannya. Ketika melihat atau mendengar ada imam, bruder atau suster nampak kurang setia pada panggilannya hendaknya sedini mungkin diingatkan.

"Walaupun Tuhan memberi kamu roti dan air serba sedikit, namun Pengajarmu tidak akan menyembunyikan diri lagi, tetapi matamu akan terus melihat Dia, dan telingamu akan mendengar perkataan ini dari belakangmu: "Inilah jalan, berjalanlah mengikutinya," entah kamu menganan atau mengiri" (Yes30:20-21). Kutipan dari kitab Yesaya di atas ini mengingatkan dan mengajak kita semua untuk membuat mata dan telinga kita peka terhadap sapaan atau sentuhan Tuhan melalui saudara-saudari kita maupun aneka macam peristiwa di lingkungan hidup kita. Sapaan atau sentuhan Tuhan tersebut dapat berupa ajakan untuk berbuat baik kepada orang lain, antara lain membantu mereka yang miskin dan berkekurangan atau menderita karena menjadi korban bencana alam atau musibah. Bukalah mata dan telinga anda terhadap apa yang terjadi di lingkungan hidup anda!. Ketika ada ajakan untuk berbuat baik dan berkorban bagi orang lain hendaknya segera diikuti dan dihayati, dan jangan ditolak atau dihindari. Ingatlah perbuatan dan pengorbanan yang kita berikan kepada orang lain tidak akan berkurang melainkan semakin bertambah, artinya kita semakin senang berbuat baik dan berkorban dimanapun dan kapanpun. "Berjalanlah mengikutinya, entah kamu menganan atau mengiri", demikian peringatan Yesaya. Karyu Roh memang dapat kita dengar dan lihat, namun kita tidak tahu ke arah mana Roh menghendaki kita berjalan, kita tidak tahu. Yang dibutuhkan dari kita adalah kesiap-siagaan untuk melakukan sesuatu yang baik atau kehendak Roh Kudus. Masa adven juga masa untuk mawas diri perihal kesiap-siagaan kita sebagai umat beriman dalam menanggapi panggilan Tuhan.

"Sungguh, bermazmur bagi Allah kita itu baik, bahkan indah, dan layaklah memuji-muji itu.TUHAN membangun Yerusalem, Ia mengumpulkan orang-orang Israel yang tercerai-berai; Ia menyembuhkan orang-orang yang patah hati dan membalut luka-luka mereka;Ia menentukan jumlah bintang-bintang dan menyebut nama-nama semuanya. Besarlah Tuhan kita dan berlimpah kekuatan, kebijaksanaan-Nya tak terhingga.TUHAN menegakkan kembali orang-orang yang tertindas, tetapi merendahkan orang-orang fasik sampai ke bumi." (Mzm147:1-6)

Jakarta, 4 Desember 2010

Minggu Adven II - Yes 11:1-10; Rm 15:4-9; Mat 3:1-12

"Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!"

Mg Adven II : Yes 11:1-10; Rm 15:4-9; Mat 3:1-12


Menjelang ulangan umum atau ujian pada umumnya para pelajar atau mahasiswa sungguh giat belajar, dengan harapan sukses dalam ulangan umum atau ujian. Hal yang sama juga terjadi pada mereka yang akan menikah: berbagai persiapan diadakan, entah untuk upacara pernikahan atau pesta pernikahan. Dalam persiapan pernikahan yang tak kalah penting adalah mempersiapkan undangan: siapa saja yang akan diundang. Dalam mempersiapkan nama-nama yang akan diundang hadir dalam upacara maupun pesta pernikahan pada umumnya orang membuka hati, jiwa, akal budi dan tenaga/kekuatannya untuk mengingat-ingat atau mengenangkan nama-nama, sahabat dan handai taulan yang akan diundang. Dengan kata lain suasana 'menjelang' pada umumnya orang berusaha 'membersihkan diri dan lingkungan hidupnya': bersih diri dan lingkungan. Masa adven juga masa 'pembersihan diri dan lingkungan' alias pertobatan atau pembaharuan diri, maka marilah kita mawas diri sejauh mana kita melaksanakan pertobatan atau pembaharuan diri.

 

"Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!" (Mat 3:2)

"Hasilkanlah buah yang sesuai dengan pertobatan" (Yoh 3:8), demikian kutipan seruan Yohanes Pembaptis kepada orang-orang Farisi dan Saduki, yang minta dibaptis. Pembaptisan juga berarti pertobatan atau pembaharuan hidup, dibaptis berarti menerima anugerah atau rahmat Allah untuk meninggalkan cara hidup lama yang tidak sesuai dengan kehendak Allah dan kemudian memeluk hidup baru sesuai dengan kehendak Allah. Dalam pembaptisan kita berjanji "hanya mau mengabdi Tuhan Allah saja serta menolak semua godaan setan", maka baiklah di masa adven ini kita mawas diri perihal penghayatan rahmat atau janji baptis tersebut.  Apakah rahmat atau anugerah pembaptisan yang telah kita terima menghasilkan buah-buah sebagaimana diharapkan:


1)    Menolak semua godaan setan. Godaan setan pada umumnya menggejala dalam rayuan atau tawaran harta benda/uang, kedudukan/jabatan dan kehormatan duniawi. Cukup banyak orang jatuh karena godaan-godaan ini, sehingga yang bersangkutan tidak setia pada panggilan dan tugas pengutusannya; bahkan jika dicermati sementara tokoh agama pun (imam, bruder, suster, para anggota dewan paroki dst..) mengikuti godaan tersebut. Mereka hanyut dalam usaha dan kerja keras untuk membangun kerajaannya sendiri, bukan Kerajaan Allah.

Memang secara konkret dalam pelaksanaan tugas atau penghayatan panggilan kita tak akan terlepas dari urusan harta benda/uang, kedudukan/jabatan atau kehormatan duniawi, dengan kata lain kita tak mungkin menolak 100%. Kita terima dan hayati harta benda/uang, kedudukan/jabatan dan kehormatan duniawi sebagai sarana atau wahana menyucikan diri, mendukung penghayatan iman dan panggilan kita masing-masing. .Dengan kata lain semakin kaya akan harta benda atau uang, berkedudukan dan terhormat secara duniawi, hendaknya juga semakin beriman, semakin mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan, hidup dan bertindak dijiwai oleh syukur dan terima kasih. Selanjutnya syukur dan terima kasih tersebut kita wujudkan dalam pelayanan kepada sesama atau pengabdian kepada Tuhan melalui saudara-saudari kita.  


2)   Hanya mau mengabdi Tuhan Allah saja. "Manusia diciptakan untuk mengabdi, menghormati dan memuliakan Tuhan Allah", demikian kutipan  dari Arah Dasar Latihan Rohani St.Ignatius Loyola. Ajakan ini kiranya dapat kita wujudkan sebagai sesama manusia saling mengabdi, menghormati dan memuliakan dalam hidup sehari-hari. Dengan kata lain kita dipanggil untuk saling menjunjung tinggi harkat martabat manusia di dalam hidup sehari-hari. Untuk itu hendaknya kita menjauhkan diri dari aneka macam bentuk pelecehan terhadap harkat martabat manusia seperti membenci, memarahi, memperkosa dst.. Secara khusus kami ingatkan dalam relasi antara laki-laki dan perempuan, entah yang belum berkeluarga atau sudah berkeluarga sebagai suami-isteri: hendaknya tidak terjadi pemerkosaan dalam hubungan seksual. Hendaknya jangan menjadi hamba nafsu seksual yang tak terkendalikan, sebagaimana masih marak dalam relasi antara laki-laki dan perempuan masa kini.

 

"Semoga Allah, yang adalah sumber ketekunan dan penghiburan, mengaruniakan kerukunan kepada kamu, sesuai dengan kehendak Kristus Yesus, sehingga dengan satu hati dan satu suara kamu memuliakan Allah dan Bapa Tuhan kita, Yesus Kristus " (Rm 15:5-6)      

 

Kutipan dari surat Paulus kepada umat di Roma di atas ini kiranya baik untuk kita renungkan atau refleksikan. Sebagai orang beriman kita diingatkan untuk dengan tekun saling menghibur, membangun dan memperdalam kerukunan serta memuliakan Allah dalam hidup sehari-hari. Kerukunan atau hidup dalam persaudaraan atau persahabatan sejati antar kita, umat manusia, sungguh mendesak dan up to date untuk kita hayati dan sebarluaskan masa kini, mengingat masih maraknya permusuhan dan tawuran di sana-sini yang mengakibatkan penderitaan manusia, bahkan juga ada korban yang meninggal dunia.

 

Dalam membangun dan memperdalam persaudaraan atau persahabatan sejati ini, pertama-tama saya mengajak para suami-isteri untuk mawas diri serta dapat menjadi teladan atau saksi, mengingat anda berdua pernah berjanji untuk saling mengasihi baik dalam untung maupun malang, sehat maupun sakit sampai mati. Saya percaya bahwa anda sebagai suami-isteri saling mengasihi dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan segenap tubuh, yang antara lain anda menghayati saling mengasihi tersebut dalam persetubuhan/hubungan seksual, yang ada kemungkinan berbuah kasih, seorang anak, sebagai anugerah Tuhan. selanjutnya kami mengingatkan kita semua bahwa masing-masing dari kita adalah buah kasih, atau yang terkasih, dapat hidup, tumbuh dan berkembang seperti saat ini hanya karena dan oleh kasih. Karena masing-masing dari kita adalah yang terkasih atau buah kasih, maka bertemu dengan siapapun berarti yang terrkasih bertemu dengan yang terkasih dan dengan demikian otomatis saling mengasihi, membangun dan memperdalam persaudaraan atau persahabatan yang sejati. Hidup dalam persaudaraan atau persahabatan sejati pasti saling menghibur dan membahagiakan.

 

Kita semua juga dipanggil untuk dengan satu hati dan satu suara memuliakan Allah, artinya yang termulia dalam kebersamaan kita adalah Allah dan kita semua sama-sama hamba atau pelayan: sebagai sesama manusia kita hidup dan bertindak saling melayani. Berrefleksi perihal 'melayani' baiklah kita melihat dan mengamati apa yang dihayati oleh seorang pelayan yang baik di dalam keluarga atau komunitas. Ingat pelayan yang tidak baik pada umumnya langsung dipecat tanpa pesangon, yang bersangkutan tidak layak menjadi pelayan. Berkali-kali saya angkat perihal cirikhas pelayan atau pembantu rumah tangga yang baik antara lain: sederhana, tanggap, peka terhadap kebutuhan orang lain atau yang dilayani, tidak pernah mengeluh atau marah, membahagiakan, dst… Ciri-ciri pelayan yang baik inilah yang hendaknya juga kita hayati dalam hidup saling melayani. Tidak pernah mengeluh dan marah inilah yang kiranya baik kita hayati dan sebarluaskan. Orang yang mudah mengeluh dan marah pada umumnya hanya mengikuti selera pribadi, sedangkan yang tidak pernah mengeluh atau marah adalah orang yang setia pada panggilan dan tugas pengutusan dalam keadaan dan situasi apapun serta dimanapun.

 

"Ya Allah, berikanlah hukum-Mu kepada raja dan keadilan-Mu kepada putera raja!Kiranya ia mengadili umat-Mu dengan keadilan dan orang-orang-Mu yang tertindas dengan hukum! Kiranya keadilan berkembang dalam zamannya dan damai sejahtera berlimpah, sampai tidak ada lagi bulan!  Kiranya ia memerintah dari laut ke laut, dari sungai Efrat sampai ke ujung bumi!"

(Mzm 72:1-2.7-8)

    

Jakarta, 5 Desember 2010



Selasa, 30 November 2010

2 Des - Yes 26:1-6; Mat 7:21.24-27

"Dia yang melakukan kehendak BapaKu yang di sorga."

(Yes 26:1-6; Mat 7:21.24-27)

 

"Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga. "Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu. Tetapi setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang yang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir.Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, sehingga rubuhlah rumah itu dan hebatlah kerusakannya." (Mat 7: 21.24-27), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Keunggulan hidup beriman atau beragama adalah dalam perilaku atau tindakan bukan wacana atau omongan. "Bukan setiap orang yang berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak BapaKu yang di sorga", demikian sabda Yesus. Maka marilah kita mawas diri perihal penghayatan iman atau agama kita masing-masing. Jika masing-masing dari kita berani mawas diri dengan rendah hati dan terbuka kiranya kita akan mengetahui dan mengakui bahwa sampai kini kita telah menerima aneka macam nasihat, petuah, saran atau ajaran yang baik dan benar secara melimpah ruah, entah melalui orangtua kita masing-masing, para guru, rekan dst… Namun demikian dengan jujur kita harus mengakui bahwa kurang dalam pelaksanaan  atau penghayatan, maka baiklah kita memperbaiki diri alias bertobat. Tidak ada kata terlambat untuk memperbaharui diri atau bertobat. Kami berharap para orangtua, guru atau pendidik dapat menjadi teladan dalam penghayatan atau pelaksanaan. Keteladanan atau kesaksian merupakan cara utama dan pertama dalam pewartaan iman, pendidikan atau pembinaan, yang tak tergantikan dengan cara lainnya. Kepada anak-anak atau remaja dan generasi muda kami harapkan membuka diri terhadap aneka teladan dan kesaksian hidup baik dan berbudi pekerti luhur dari orangtua, guru atau pendidik, seniors dst. Hendaknya juga lebih mengimani dan menghayati aneka nasihat, saran, ajaran yang baik daripada melihat cara hidup dan cara bertindak orang yang bersangkutan, karena memang orangtua, guru atau pendidik kita tak akan lepas dari kelemahan, kerapuhan dan keterbatasan. Laksanakan atau lakukan apa yang mereka ajarkan tetapi jangan ikuti perilaku mereka yang tidak baik.


·   "Percayalah kepada TUHAN selama-lamanya, sebab TUHAN ALLAH adalah gunung batu yang kekal. Sebab Ia sudah menundukkan penduduk tempat tinggi; kota yang berbenteng telah direndahkan-Nya, direndahkan-Nya sampai ke tanah dan dicampakkan-Nya sampai ke debu." (Yes 26:4-5), demikian seruan atau peringatan Yesaya kepada bangsanya, kepada kita semua umat beriman. Kita berasal dari Allah dan harus kembali kepada Allah, kita diciptakan oleh Allah sesuai dengan gambar dan citraNya dan hanya dapat hidup baik, berbahagia dan damai sejahtera jika kita setia pada kehendak Allah serta melaksanakan perintah Allah dalam hidup sehari-hari.  Perintah Allah yang utama dan pertama adalah kasih dan kasih merupakan benteng yang kuat dalam menghadapi aneka godaan. Segala sesuatu didekati, diperlakukan dan disikapi dalam dan oleh kasih pasti akan takluk dan menjadi sahabat.  Ingatlah bahwa binatang buas pun ketika disikapi, didekati dan diperlakukan dalam dan oleh kasih dapat menjadi sahabat, apalagi manusia. Menjadi Tuhan Allah sebagai gunung batu yang kekal berarti senantiasa hidup dan bertindak dalam dan oleh kasih, hidup saling mengasihi kapanpun dan dimanapun, dengan siapapun dan apapun. Ingatlah dan hayati juga bahwa masing-masing dari kita adalah yang terkasih atau buah kasih alias kasih, maka bertemu dengan orang lain berarti yang terkasih bertemu dengan yang terkasih dan dengan demikian otomatis saling mengasihi. Maka penghayatan iman bahwa diri kita adalah yang terkasih merupakan benteng atau gunung batu yang kekal dan kuat kuasa. Jika kita berani menghayati diri sebagai yang terkasih, maka kita akan mampu mengatasi aneka hambatan, tantangan, masalah dan godaan dalam hidup kita. Hadapi, sikapi, perlakukan segala sesuatu dalam dan oleh kasih, dan barangsiapa tidak saling mengasihi berarti tidak beriman, tidak kenal Allah.

 

"Lebih baik berlindung pada TUHAN dari pada percaya kepada manusia. Lebih baik berlindung pada TUHAN dari pada percaya kepada para bangsawan  Bukakanlah aku pintu gerbang kebenaran, aku hendak masuk ke dalamnya, hendak mengucap syukur kepada TUHAN. Inilah pintu gerbang TUHAN, orang-orang benar akan masuk ke dalamnya. Aku bersyukur kepada-Mu, sebab Engkau telah menjawab aku dan telah menjadi keselamatanku" (Mzm 118:8-9.19-21).

Jakarta, 2 Desember 2010

.  

  .        


Senin, 29 November 2010

1 Des - Yes 25:6-10a; Mat 15:29-37

"HatiKu tergerak oleh belas kasihan kepada orang banyak itu".

(Yes 25:6-10a; Mat 15:29-37)


"Setelah meninggalkan daerah itu, Yesus menyusur pantai danau Galilea dan naik ke atas bukit lalu duduk di situ. Kemudian orang banyak berbondong-bondong datang kepada-Nya membawa orang lumpuh, orang timpang, orang buta, orang bisu dan banyak lagi yang lain, lalu meletakkan mereka pada kaki Yesus dan Ia menyembuhkan mereka semuanya. Maka takjublah orang banyak itu melihat orang bisu berkata-kata, orang timpang sembuh, orang lumpuh berjalan, orang buta melihat, dan mereka memuliakan Allah Israel. Lalu Yesus memanggil murid-murid-Nya dan berkata: "Hati-Ku tergerak oleh belas kasihan kepada orang banyak itu. Sudah tiga hari mereka mengikuti Aku dan mereka tidak mempunyai makanan. Aku tidak mau menyuruh mereka pulang dengan lapar, nanti mereka pingsan di jalan." Kata murid-murid-Nya kepada-Nya: "Bagaimana di tempat sunyi ini kita mendapat roti untuk mengenyangkan orang banyak yang begitu besar jumlahnya?" Kata Yesus kepada mereka: "Berapa roti ada padamu?" "Tujuh," jawab mereka, "dan ada lagi beberapa ikan kecil." Lalu Yesus menyuruh orang banyak itu duduk di tanah. Sesudah itu Ia mengambil ketujuh roti dan ikan-ikan itu, mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada murid-murid-Nya, lalu murid-murid-Nya memberikannya pula kepada orang banyak. Dan mereka semuanya makan sampai kenyang. Kemudian orang mengumpulkan potongan-potongan roti yang sisa, tujuh bakul penuh." (Mat 15:29-37), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta B.Dionisius dan Redemptus, biarawan dan martir Indonesia, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:


·   Orang-orang miskin dan berkekurangan kiranya masih cukup banyak di masyarakat atau Negara kita, apalagi dengan adanya musibah atau bencana alam yang menghancurkan berbagai macam sarana dan harta benda akhir-akhir ini, entah itu gempa bumi, tsunami, banjir, gunung berapi meletus, dst.. Dalam perjalanan melakasanakan tugasNya Yesus menghadapi ribuan orang yang kelaparan dan kelelahan dan HatiNya pun tergerak oleh belas kasihan kepada orang banyak itu. Hati tergerak oleh belas kasihan kepada orang-orang yang lapar, haus, menderita atau menjadi korban bencana alam atau musibah rasanya untuk masa kini juga merupakan salah satu bentuk penghayatan kemartiran hidup iman atau agama kita.  Maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan kita semua untuk dengan rendah hati 'membuka hati' bagi mereka yang miskin, berkekurangan atau menjadi korban bencana alam. 'Membuka hati' berarti memberi perhatian, dan perhatian yang dimaksudkan bukan sekedar omongan atau kata-kata belaka, melainkan menjadi nyata dalam perbuatan atau tindakan pengorbanan. Marilah kita sisihkan sebagian harta benda atau kekayaan kita dan kemudian kita sumbangkan kepada mereka yang miskin dan berkekurangan atau menjadi korban bencana alam atau musibah. Jika kita tidak mungkin menyalurkan secara langsung sumbangan tersebut, kiranya kita dapat menyalurkan melalui aneka macam LSM yang bergerak dalam pelayanan bagi mereka yang miskin dan berkekurangan atau menjadi korban bencana alam/musibah.


·   "Sesungguhnya, inilah Allah kita, yang kita nanti-nantikan, supaya kita diselamatkan. Inilah TUHAN yang kita nanti-nantikan; marilah kita bersorak-sorak dan bersukacita oleh karena keselamatan yang diadakan-Nya!" (Yes 25:9), demikian kata orang-orang menanggapi ramalan Yesaya perihal kedatangan Penyelamat Dunia. Segala macam bentuk perhatian kita kepada sesama, lebih-lebih mereka yang miskin dan berkekurangan, kiranya akan membangkitkan hati mereka sehingga mereka pun akan berkata sebagaimana saya kutipkan di atas ini: "Inilah Tuhan yang kita nanti-nantikan; marilah kita bersorak-sorai dan bersukacita oleh karena keselamatan yang diadakanNya". Keselamatan dari Tuhan antara lain dapat terwujud melalui perhatian kita kepada saudara-saudari kita, maka marilah kita saling memperhatikan, dan secara khusus kita perhatikan mereka yang miskin dan berkekurangan di lingkungan hidup kita masing-masing, di masyarakat atau tempat kerja kita. Marilah kita perhatikan mereka yang sedih, murung atau frustrasi agar mereka bersedia untuk bersorak-sorai dan bersukacita; kita boroskan waktu dan tenaga kita bagi mereka yang sedih, murung dan frustrasi sebagai tanda kasih atau perhatian kita. Pemborosan waktu dan tenaga bagi yang terkasih atau terperhatikan merupakan bentuk kasih atau perhatian yang mulia dan luar biasa, maka dengan ini kami juga mengingatkan kita semua untuk dengan rendah hati memboroskan waktu dan tenaga bagi yang terkasih, misalnya suami atau isteri kita, anak-anak kita, rekan sekomunitas/kerja dst.. Biarlah di hari Natal nanti kita semua dapat bersorak-sorai dan bersukaria dengan segenap hati, jiwa, akal budi dan tubuh/tenaga.

 

"TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku. Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang; Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena nama-Nya. Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku. Engkau menyediakan hidangan bagiku, di hadapan lawanku; Engkau mengurapi kepalaku dengan minyak; pialaku penuh melimpah. Kebajikan dan kemurahan belaka akan mengikuti aku, seumur hidupku; dan aku akan diam dalam rumah TUHAN sepanjang masa"

(Mzm 23)

Jakarta, 1 Desember 2010


30 Nov - Rm 10:9-18; Mat 4:18-22

"Ikutlah Aku dan kamu akan Kujadikan penjala manusia."

(Rm 10:9-18; Mat 4:18-22)

 

"Dan ketika Yesus sedang berjalan menyusur danau Galilea, Ia melihat dua orang bersaudara, yaitu Simon yang disebut Petrus, dan Andreas, saudaranya. Mereka sedang menebarkan jala di danau, sebab mereka penjala ikan. Yesus berkata kepada mereka: "Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia." Lalu mereka pun segera meninggalkan jalanya dan mengikuti Dia. Dan setelah Yesus pergi dari sana, dilihat-Nya pula dua orang bersaudara, yaitu Yakobus anak Zebedeus dan Yohanes saudaranya, bersama ayah mereka, Zebedeus, sedang membereskan jala di dalam perahu. Yesus memanggil mereka dan mereka segera meninggalkan perahu serta ayahnya, lalu mengikuti Dia." (Mat 4:18-22), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka merayakan pesta St.Andreas, rasul, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Menjadi rasul berarti dikumpulkan di sekitar Yesus, mengikuti Yesus kemanapun Ia pergi atau dimanapun Ia berada, dan dengan demikian mau tak mau hidup dan bertindak meneladan Yesus atau melaksanakan perintah atau sabdaNya. Sabda Yesus kepada Andreas hari ini adalah "Mari, ikutilah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia". Yang dimaksudkan dengan menjadi 'penjala manusia' antara lain adalah hidup dan bertindak lebih mengutamakan keselamatan jiwa manusia, entah jiwa kita sendiri maupun jiwa orang lain, yang kita layani. Sebagai umat beriman kita memiliki panggilan menjadi rasul juga, maka marilah kita hayati dimensi rasuli hidup kita di dalam berbagai cara hidup dan bertindak kita setiap hari. Dalam cara hidup dan cara bertindak apapun dan dimanapun hendaknya keselamatan jiwa manusia menjadi barometer atau pedoman usaha dan keberhasilan kita. Dengan kata lain hendaknya kita sendiri senantiasa mengusahakan hidup baik dan berbudi pekerti luhur dan kemudian membantu orang lain untuk hidup baik dan berbudi pekerti luhur. Untuk itu kita perlu 'meninggalkan perahu dan orangtua' kita artinya melepaskan diri dari ketergantungan pada aneka macam jenis harta benda maupun orangtua kita masing-masing. Dengan jiwa lepas bebas kita ikuti kehendak Tuhan kapanpun dan dimanapun, kita tinggalkan cara hidup dan cara bertindak yang hanya mengikuti selera pribadi atau kemauan sendiri. Hendaknya kita juga siap sedia untuk diutus kemanapun dan dimanapun, lebih-lebih dimana semakin banyak jiwa manusia dapat diselamatkan.

·   "Bagaimana mereka dapat berseru kepada-Nya, jika mereka tidak percaya kepada Dia? Bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia, jika mereka tidak mendengar tentang Dia. Bagaimana mereka mendengar tentang Dia, jika tidak ada yang memberitakan-Nya? Dan bagaimana mereka dapat memberitakan-Nya, jika mereka tidak diutus? Seperti ada tertulis: "Betapa indahnya kedatangan mereka yang membawa kabar baik!" (Rm 10:14-15). "Betapa indahnya kedatangan mereka yang membawa kabar baik", inilah kiranya yang baik kita renungkan atau refleksikan. Sebagai umat beriman kita dipanggil untuk menjadi pembawa kabar baik, sehingga dimanapun berada atau kemanapun pergi kita senantiasa membawa kabar baik, terdengar dan tersiarkan segala sesuatu yang baik. Memang untuk itu kita sendiri harus senantiasa dalam keadaan baik serta suka berbuat baik kepada siapapun dan dimanapun tanpa pandang bulu. Apa yang disebut baik senantiasa berlaku universal, kapan saja dan dimana saja, maka hemat saya yang paling baik adalah keselamatan jiwa manusia. Maka baiklah jika kita sungguh mengutamakan dan memperjuangkan keselamatan jiwa manusia, hendaknya tidak takut dan tidak gentar menghadapi aneka masalah, tantangan dan hambatan, mengingat dan memperhatikan bahwa untuk mengusahakan keselamatan jiwa pada masa kini sungguh berat karena sikap mental materialistis begitu merasuki banyak orang dalam berbagai macam bidang kehidupan bersama di tengah masyarakat. Namun percayalah jika kita sungguh berkehendak baik serta mengusahakan apa yang baik pasti akan memperoleh dukungan dari banyak orang, karena mereka yang berkehendak baik lebih banyak daripada mereka yang berkehendak jahat. Tanda baik kita berkehendak baik serta mengusahakan apa yang baik antara lain cukup banyak orang tergerak untuk mendekat dan bersahabat dengan kita, karena cara hidup dan cara bertindak kita sungguh menarik, mempesona serta memikat. Marilah kita saling membantu dan mendukung agar semakin banyak orang semakin percaya kepada Tuhan, semakin beriman, semakin mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan dalam cara hidup dan cara bertindak setiap hari.

 

"Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya; hari meneruskan berita itu kepada hari, dan malam menyampaikan pengetahuan itu kepada malam. Tidak ada berita dan tidak ada kata, suara mereka tidak terdengar; tetapi gema mereka terpencar ke seluruh dunia, dan perkataan mereka sampai ke ujung bumi. Ia memasang kemah di langit untuk matahari" (Mzm 19:2-5)

Jakarta, 30 November 2010         


Minggu, 28 November 2010

29 Nov - Yes 2:1-5; Mat 8:5-11

"Aku akan datang menyembuhkannya."

(Yes 2:1-5; Mat 8:5-11)

 

"Ketika Yesus masuk ke Kapernaum, datanglah seorang perwira mendapatkan Dia dan memohon kepada-Nya: "Tuan, hambaku terbaring di rumah karena sakit lumpuh dan ia sangat menderita." Yesus berkata kepadanya: "Aku akan datang menyembuhkannya." Tetapi jawab perwira itu kepada-Nya: "Tuan, aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku, katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh. Sebab aku sendiri seorang bawahan, dan di bawahku ada pula prajurit. Jika aku berkata kepada salah seorang prajurit itu: Pergi!, maka ia pergi, dan kepada seorang lagi: Datang!, maka ia datang, ataupun kepada hambaku: Kerjakanlah ini!, maka ia mengerjakannya." Setelah Yesus mendengar hal itu, heranlah Ia dan berkata kepada mereka yang mengikuti-Nya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai pada seorang pun di antara orang Israel. Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan datang dari Timur dan Barat dan duduk makan bersama-sama dengan Abraham, Ishak dan Yakub di dalam Kerajaan Sorga," (Mat 8:5-11), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.


Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Masa adven adalah masa menyongsong kedatangan atau kelahiran Penyelamat Dunia dengan penuh harapan, maka baiklah kita mawas diri sejauh masa kita layak menyongsong kedatanganNya. Seorang perwira yang dengan rendah hati menghadap Yesus, sebagaimana dikisahkan dalam warta gembira hari ini, kiranya dapat menjadi cermin refleksi atau permenungan kita. Keterbukaan bagi mereka yang sedang sakit dan menderita serta usaha untuk mencari penyembuhan atau pembebasan bagi mereka, itulah yang hendaknya kita hayati dan sebarluaskan di masa adven ini. Dalam masa adven biasanya juga ada kegiatan pengumpulan kolekte khusus atau barang/harta benda, yang kemudian dipersembahkan kepada Tuhan dengan diberikan kepada mereka yang miskin dan berkekurangan, sebaga aksi Natal. Hal itu dilakukan dengan harapan kebahagiaan damai Natal dapat dialami atau dinikmati oleh sebanyak mungkin umat manusia di bumi ini. Maka baiklah saya mengajak dan mengingatkan kita semua untuk 'turba'/turun ke bawah, 'menunduk' atau sungguh membumi untuk melihat kenyataan yang ada di lingkungan hidup kita. Apakah ada di antara saudara-saudari kita yang sedang sakit, menderita atau kurang diperhatikan? Kami berharap kita menyisihkan sebagai kekayaan, uang atau harta benda kita untuk kita sumbangkan kepada mereka yang miskin dan kekurangan di lingkungan hidup kita maupun di tempat lain yang sungguh membutuhkan. Marilah wujudkan kesiap-siaga kita dalam menyongsong kedatangan Penyelamat Dunia dengan membuka hati, budi, jiwa dan tubuh atau segala milik dan kekayaan kita bagi orang lain, dengan kata lain kita usahakan dan perdalam keutamaan solidaritas, simpati serta empati.


·   "Ia akan menjadi hakim antara bangsa-bangsa dan akan menjadi wasit bagi banyak suku bangsa; maka mereka akan menempa pedang-pedangnya menjadi mata bajak dan tombak-tombaknya menjadi pisau pemangkas; bangsa tidak akan lagi mengangkat pedang terhadap bangsa, dan mereka tidak akan lagi belajar perang." (Yes 2:4), demikian ramalan nabi Yesaya perihal Penyelamat Dunia yang kita songsong kedatanganNya. Yang mungkin baik kita renungkan atau refleksikan adalah bahwa 'mereka tidak akan lagi belajar perang'. Apa yang disebut perang bagaimanapun membuahkan penderitaan atau kesengsaraan, menghambur-hamburkan uang atau harta benda tiada guna, bahkan untuk menghancurkan yang lain. Namun perang dalam arti mengalahkan godaan setan atau kejahatan kiranya baik dipelajari atau diperdalam, mengingat godaan setan pada masa kini juga semakin canggih. Pembelajaran perang melawan godaan setan antara lain dapat dilakukan dengan berdoa atau membaca dan merenungkan sabda Tuhan. Pada masa adven biasanya juga ada kegiatan pendalaman iman umat atau doa lingkungan mingguan bersama-sama, maka baiklah kebiasaan ini kita selenggarakan atau ikuti bersama. Jika tidak mungkin berpartisipasi dalam pertemuan lingkungan, baiknya entah secara pribadi atau dalam keluarga diselenggarakan sendiri. Kebiasaan berdoa dengan baik serta membaca dan merenungkan sabda Tuhan merupakan pelatihan perang melawan godaan setan, karena entah berdoa maupun merenungkan sabda Tuhan mau tak mau kita pasti akan dikuasai atau dirajai oleh Tuhan, dan dengan demikian kita senantiasa hidup bersama dan bersatu dengan Tuhan. Bersama dan bersatu dengan Tuhan kita dapat mengalahkan semua godaan setan. Marilah kita wujudkan kesiap-siagaan kita dalam menyongsong kedatangan Penyelamat Dunia dengan berdoa dan berkontemplasi atau meditasi.

 

"Berdoalah untuk kesejahteraan Yerusalem: "Biarlah orang-orang yang mencintaimu mendapat sentosa. Biarlah kesejahteraan ada di lingkungan tembokmu, dan sentosa di dalam purimu!" Oleh karena saudara-saudaraku dan teman-temanku aku hendak mengucapkan: "Semoga kesejahteraan ada di dalammu!" Oleh karena rumah TUHAN, Allah kita, aku hendak mencari kebaikan bagimu." (Mzm 122:6-9)

 

Jakarta, 29 November 2010