Fans Page Facebook http://imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Jumat, 09 Desember 2011

Minggu Adven III

"Aku membaptis dengan air"
Mg Adven III: Yes 61:1-2a.10-11; 1Tes 5:16-24; Yoh 1:6-8.19-28
Pada Hari Minggu Adven III ini kepada kita ditampilkan tokoh Yohanes Pembaptis yang bertugas untuk mempersiapkan bangsanya atau  saudara-saudarinya dalam rangka menyambut kedatangan Penyelamat Dunia. Selain mengajar ia juga tampil di sungai Yordan untuk membaptis mereka yang percaya kepada pengajaran atau pewartaanya, namun baptisan Yohanes hanya dengan air belum dengan dan dalam Roh. Dengan kata lain ia mempersiapkan fisik umatnya agar dalam keadaan bersih, sehingga kemudian juga siap sedia untuk menerima baptisan dalam dan oleh Roh yang akan disampaikan oleh Yesus, Penyelamat Dunia. Kita yang beriman kepada Penyelamat Dunia kiranya dipanggil untuk meneladan Yohanes Pembaptis, "Aku membaptis dengan air; tetapi di tengah-tengah kamu berdiri Dia yang tidak kamu kenal, yaitu Dia, yang datang kemudian dari padaku. Membuka tali kasut-Nya pun aku tidak layak" (Yoh 1:26-27). Maka marilah kita renungkan dan kenakan kata-kata di atas ini pada diri kita masing-masing.
"Aku membaptis dengan air; tetapi di tengah-tengah kamu berdiri Dia yang tidak kamu kenal, yaitu Dia, yang datang kemudian dari padaku. Membuka tali kasut-Nya pun aku tidak layak" (Yoh 1:26-27)
Air merupakan salah satu kebutuhan pokok atau utama bagi kita umat manusia, maupun ciptaan-ciptaan lainnya seperti binatang dan tanaman atau tumbuh-tumbuhan. Air juga merupakan sarana penyalur tenaga listrik yang paling handal dan baik. Seorang ahli kesehatan pendamping para olahragawan dan olahragawati pernah mengatakan bahwa sebelum olahraga hendaknya minum air putih secukupnya, demikian juga selama berolahraga merasa haus hendaknya cukup  minum air putih. Air juga berfungsi untuk membersihkan, misalnya untuk mandi, mencuci alat-alat makan dan minum ataupun aneka jenis pakaian dan barang. Sebagian besar tubuh kita juga terdiri dari air.
Kita semua, yang beriman kepada Yesus Kristus, dipanggil untuk mempersiapkan diri kita maupun saudara-saudari kita dalam menyonsong kedatangan Penyelamat Dunia dengan mengadakan gerakan pembesihan atau penyucian diri, tentu saja tidak hanya secara phisik, tetapi terutama dan pertama-tama adalah secara spiritual atau rohani. Maka baiklah saya mengajak anda sekalian untuk mawas diri perihal janji-janji yang pernah kita ikrarkan misalnya janji baptis, janji perkawinan, janji imamat atau kaul-kaul seperti kaul hidup bakti atau membiara. Dari janji-janji tersebut kita yang sama dan mendasari adalah janji baptis.
Ketika kita dibaptis, entah baptis dewasa atau bayi (yang berarti diwakili oleh orangtua dan bapak atau ibu baptis kita), kita berjanji hanya mau mengabdi Tuhan Allah saja serta menolak godaan setan, dan sekirnya kita masih setia pada janji baptis tersebut berarti kita juga masih dalam keadaan bersih atau suci. Namun dengan jujur kiranya kita tidak dalam keadaan suci atau bersih sebagaimana diharapkan atau kita dambakan,  maka marilah dengan rendah hati, tekun, cermat dan teliti kita periksa diri masing-masing sejauh mana atau dalam hal apa kita tidak bersih atau suci:  perasaan, pikiran, sikap, tindakan atau kata-kata. Kemungkinan besar yang tidak bersih atau tidak suci bagi kita semua adalah perasaan dan pikiran. Menerima sesuatu yang tidak sesuai dengan selera atau keinginan pribadi, entah itu makanan atau minuman, tindakan atau kata-kata sering  kita lalu dengan mudah berperasaan atau berpikiran jahat, sehingga kita sering sulit untuk istirahat atau tidur dengan baik, demikian juga tidak mudah berkonsentrasi dalam mengerjakan segala sesuatu yang harus kita kerjakan.   
Meneladan Yohanes Pembaptis juga dipanggil untuk hidup dan bertindak dengan rendah hati. Salah satu wujud penghayatan keutaman  kerendahan hati pada masa ini yang mendesak dan up to date ialah tidak mengeluh atau menggerutu ketika kita menerima perlakuan yang tidak sesuai dengan hati kita atau makanan dan minuman yang tidak sesuai dengan selera pribadi atau situasi dan kondisi lingkungan yang tidak enak. Hendaknya kita tidak mengeluh, melainkan dengan sabar dan lemah lembut menghadapi semuanya itu alias nikmati saja seraya merenungkan dan meresapkan kata-kata Yohanes Pembaptism yaitu "membuka tali kasutNya pun aku tidak layak".
"Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu. Janganlah padamkan Roh, dan janganlah anggap rendah nubuat-nubuat. Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik. Jauhkanlah dirimu dari segala jenis kejahatan." (1Tes 5:18-22)
Apa yang dikatakan oleh Paulus kepada umat di Tesalonika di atas ini kiranya baik menjadi bahan permenungan atau refleksi kita bersama. "Mengucap syukurlah dalam segala hal", inilah kiranya yang pertama-tama dan terutama untuk kita renungkan atau refleksikan. Marilah kita sadari dan hayati bahwa hidup dan segala sesuatu yang kita miliki, nikmati dan kuasai sampai saat ini adalah anugerah Tuhan yang telah kita terima melalui sekian banyak orang yang telah berbuat baik kepada, mengasihi dan memperhatikan kita, orang yang lemah dan rapuh ini. Jika kita berani menyadari dan menghayati hal itu maka kita pasti akan berterima kasih dan bersyukur dalam segala hal.
Jika kita dapat berterima kasih dan bersyukur dalam segala hal, maka kita tidak akan 'memadamkan Roh, menganggap rendah nubuat-nubuat serta menjauhkan diri dari segala jenis kejahatan'. Kita akan hidup tidak serakah, melainkan sederhana dan pasrah, rendah hati dan lemah lembut; kita tidak akan melukai atau menyakiti sedikitpun saudara-saudari kita. Dalam perjalanan hidup dan panggilan kita masing-masing kiranya kita telah menerima aneka macam nubuat atau saran dan nasihat untuk menyongsong masa depan, maka hendaknya hal itu 'diuji', artinya diusahakan untuk dihayati atau dilaksanakan dengan sungguh-sungguh dan sebaik mungkin, dan sekiranya tidak benar pasti akan ketahuan, dan jika benar berbahagialah kita yang telah menghayati atau melaksanakannya.
Dalam kesempatan ini  kami mengajak anda semua untuk 'menguji' charisma/spiritualitas, visi atau pedoman hidup dan panggilan kita masing-masing atau lembaga dimana kita berada di dalamnya, seperti lembaga hidup bakti, LSM, dst… Mungkin baik juga sebagai warganegara Indonesia kita pegang teguh 'Pancasila', dasar Negara kita, yang mungkin juga telah banyak dilupakan. Mungkin orang muak dengan usaha 'penataran P4' zaman Orde Baru, yang hanya ngomong dan diskusi saja tentang Pancasila namun tak dihayati apa yang menjadi visi atau nasihatnya, sehingga kurang perhatian lagi terhadap Pancasila. Sila kedua 'Perikemanusiaan' misalnya hemat saya pada masa kini sungguh mendesak dan up to date untuk kita hayati dan sebarluaskan, mengingat dan memperhatikan aneka kekerasan dan pelanggaran harkat martabat manusia masih marak di sana-sini. Menghormati dan menjunjung tinggi harkat martabat manusia, sehingga hidup secara manusiawi hemat saya merupakan persiapan yang bagus dalam rangka menyambut kedatangan Penyelamat Dunia.
"Aku bersukaria di dalam TUHAN, jiwaku bersorak-sorai di dalam Allahku, sebab Ia mengenakan pakaian keselamatan kepadaku dan menyelubungi aku dengan jubah kebenaran, seperti pengantin laki-laki yang mengenakan perhiasan kepala dan seperti pengantin perempuan yang memakai perhiasannya. Sebab seperti bumi memancarkan tumbuh-tumbuhan, dan seperti kebun menumbuhkan benih yang ditaburkan, demikianlah Tuhan ALLAH akan menumbuhkan kebenaran dan puji-pujian di depan semua bangsa-bangsa" (Yes 61:10-11). Apa yang diramalkan oleh Yesaya ini akan terwujud atau menjadi nyata jika kita  hidup secara manusiawi, saling menghargai dan menghormati sebagai citra dan gambar Tuhan.
"Jiwaku memuliakan Tuhan, dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku, sebab Ia telah memperhatikan kerendahan hamba-Nya. Sesungguhnya, mulai dari sekarang segala keturunan akan menyebut aku berbahagia, karena Yang Mahakuasa telah melakukan perbuatan-perbuatan besar kepadaku dan nama-Nya adalah kudus. Dan rahmat-Nya turun-temurun atas orang yang takut akan Dia" (Luk 1:46-50)
Ign 11 Desember 2011

Kamis, 08 Desember 2011

10 Des


 "Elia sudah datang tetapi orang tidak mengenal dia"
 (Sir 48:1-4.9-11; Mat 17:10-13)
" Lalu murid-murid-Nya bertanya kepada-Nya: "Kalau demikian mengapa ahli-ahli Taurat berkata bahwa Elia harus datang dahulu?" Jawab Yesus: "Memang Elia akan datang dan memulihkan segala sesuatu dan Aku berkata kepadamu: Elia sudah datang, tetapi orang tidak mengenal dia, dan memperlakukannya menurut kehendak mereka. Demikian juga Anak Manusia akan menderita oleh mereka." Pada waktu itu mengertilah murid-murid Yesus bahwa Ia berbicara tentang Yohanes Pembaptis" (Mat 17:10-13), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Nabi adalah orang yang menyuarakan kebenaran-kebenaran atau suara dan kehendak Tuhan serta hidup dalam dan oleh Roh Kudus. Maka ketika hidup warga atau umat dijiwai oleh semangat materilistis, egoisme dan kesombongan pasti tidak akan mampu mengenali para pembawa kebenaran atau sebenarnya dengan sengaja tidak mau mengenalnya. Elia adalah nabi besar yang sangat mengesan dalam ingatan bangsa terpilih yang sedang menantikan kedatangan Penyelamat Dunia. Mereka juga mendengar bahwa Elia akan datang kembali untuk mempersiapkan bangsa terpilih dalam menyambut kedatangan Penyelamat Dunia. Menanggapi perihal kedatangan Elia kembali, Yesus menjawab bahwa "Elia sudah datang tetapi orang tidak mengenal dia", sedangkan yang dimaksudkan ialah Yohanes Pembaptis, Bentara Penyelamat Dunia. Kebanyakan orang membayangkan bahwa Penyelamat Dunia yang dinantikan adalah orang yang kelihatan terhormat dan terkenal, sehingga yang mempersiapkan kedatanganNya juga orang-orang terhormat. Namun dalam kenyataan adalah kebalikannya karena Penyelamat Dunia akan datang dalam kesederhanaanNya dan kemiskinanNya sehingga yang mempersiapkan juga kelihatan sederhana dan kecil, seperti Yohanes Pembaptis. Maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan kita semua yang sedang menantikan kedatangan Penyelamat Dunia, perayaan Natal, untuk mempersiapkan diri dengan sederhana serta memperhatikan hal-hal maupun orang-orang kecil di lingkungan hidup kita masing-masing. Dengan kata lain marilah kita siapkan mereka yang sederhana, kecil, miskin dan berkekurangan agar di kemudian hari juga dapat ikut berpartisipasi dalam perayaan Natal dengan baik. Kebenaran-kebenaran dapat kita temukan dalam apa-apa yang sederhana dan kecil.
·   "Dalam olak angin berapi engkau diangkat, dalam kereta dengan kuda-kuda berapi. Engkau tercantum dalam ancaman-ancaman tentang masa depan untuk meredakan kemurkaan sebelum meletus, dan mengembalikan hati bapa kepada anaknya serta memulihkan segala suku Yakub. Berbahagialah orang yang telah melihat dikau, dan yang meninggal dengan kasih mereka, sebab kamipun pasti akan hidup pula" (Sir 48:9-11).  Kutipan ini kiranya mengindikasikan datangnya kebenaran-kebenaran yang dibawa oleh orang-orang yang berkehendak baik, yang kehadirannya "untuk meredakan kemurkaan sebelum meletus, mengembalikan hati bapa kepada anaknya serta memulihkan hidup persaudaraan atau persahabatan sejati". Kita semua dengan rendah hati diajak untuk mendengarkan orang-orang yang berkehendak baik di lingkungan hidup kita masing-masing. Secara khusus kami berharap kepada mereka yang ingin murka atau bapa-bapa untuk dengan rendah hati mendengarkan orang-orang yang berkehendak baik guna mengingatkan kita agar tidak murka, sedangkan kepada bapa-bapa yang  telah melupakan anak-anak untuk kembali mengasihi dan memperhatikannya. Para pemimpin dalam kehidupan bersama di tingkat dan bentuk apapun kami harapkan untuk sungguh memperhatikan anggotanya atau bawahanya secara personal satu per satu, lebih-lebih dan terutama mereka yang sering lepas dari perhatian anda. Sedangkan yang memiliki keinginan atau nafsu murka kami harapkan berani mengendalikan diri, sehingga kemurkaannya tidak meletus dan menyengsarakan dirinya sendiri maupun orang lain. Marilah kita memepersiapkan kedatangan Penyelamat Dunia dengan mengusahakan, mengembangkan dan memperdalam keutamaan 'compassion', kepekaan terhadap mereka yang miskin dan berkekurangan, atau solidaritas. Ingatlah dan sadari bahwa yang kita nantikan kedatanganNya juga akan datang dengan dan dalam jiwa compassion atau solidaritas. Dalam semangat solidaritas dan compassion marilah kita bangun, kembangkan dan perdalam persaudaraan atau persahabatan sejati sebagai tanda bahwa kita sungguh mempersiapkan diri pesta Natal, pesta perdamaian, pesta persaudaraan atau persahabatan sejati.
"Ya Allah semesta alam, kembalilah kiranya, pandanglah dari langit, dan lihatlah! Indahkanlah pohon anggur ini,batang yang ditanam oleh tangan kanan-Mu! Kiranya tangan-Mu melindungi orang yang di sebelah kanan-Mu, anak manusia yang telah Kauteguhkan bagi diri-Mu itu, maka kami tidak akan menyimpang dari pada-Mu. Biarkanlah kami hidup, maka kami akan menyerukan nama-Mu."
 (Mzm 80:15-16.18-19)
Ign 10 Desember 2011

9 des


"Hikmat  Allah dibenarkan oleh perbuatannya"
(Yes 48:17-19; Mat 11:16-19)
"Dengan apakah akan Kuumpamakan angkatan ini? Mereka itu seumpama anak-anak yang duduk di pasar dan berseru kepada teman-temannya: Kami meniup seruling bagimu, tetapi kamu tidak menari, kami menyanyikan kidung duka, tetapi kamu tidak berkabung. Karena Yohanes datang, ia tidak makan, dan tidak minum, dan mereka berkata: Ia kerasukan setan. Kemudian Anak Manusia datang, Ia makan dan minum, dan mereka berkata: Lihatlah, Ia seorang pelahap dan peminum, sahabat pemungut cukai dan orang berdosa. Tetapi hikmat Allah dibenarkan oleh perbuatannya." (Mat 11:16-19), demikian kutipan Warta Gembira hari ini. 
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Memang dalam kehidupan bersama masa kini atau mungkin sejak dahulu kala ada orang-orang yang suka komentar atau mengritik atau mengevaluasi orang lain seenaknya, dan mungkin asal bicara saja atau mungkin menunjukkan kesombongannya. Di lain pihak juga ada orang-orang yang begitu menutup diri terhadap aneka peristiwa atau informasi baru yang terjadi di lingkungan hidupnya. Sabda hari ini mengajak dan mengingatkan kita semua untuk lebih memperhatikan perbuatan-perbuatan atau perilaku-perilaku daripada omongan atau wacana. "Hikmat Allah dibenarkan oleh perbuatannya", demikian sabda Yesus. Apakah kita sungguh berhikmat akan kelihatan dalam cara hidup dan cara bertindak kita, maka marilah berusaha hidup dan bertindak sebagai orang yang berhikmat. Orang yang berhikmat pada umumnya sedikit bicara dan banyak kerja, dan apa yang dikerjakan senantiasa baik adanya, artinya berguna bagi keselamatan jiwa, entah jiwanya sendiri maupun jiwa orang lain yang kena dampak perilaku atau perbuatannya. Selama masa Adven ini marilah kita berusaha sedemikian rupa sehingga tindakan atau perilaku kita tidak pernah mencelakakan atau mengecewakan orang lain, tetapi membahagiakan dan menyelamatkan. Dalam Kamus Bahasa Indonesia berhikmat juga diartikan sebagai bijaksana, arif dan sakti. Maka hendaknya jangan bijak sana bijik sini artinya bertindak ngawur seenaknya sendiri, melainkan marilah pertama-tama dengan rendah hati kita dengarkan dan lihat apa yang sedang terjadi untuk mencermati kehendak Tuhan dalam apa yang sedang terjadi, dan kemudian kita laksanakan kehendak Tuhan tersebut untuk menanggapi apa yang sedang terjadi.
·    "Akulah TUHAN, Allahmu, yang mengajar engkau tentang apa yang memberi faedah, yang menuntun engkau di jalan yang harus kautempuh. Sekiranya engkau memperhatikan perintah-perintah-Ku, maka damai sejahteramu akan seperti sungai yang tidak pernah kering, dan kebahagiaanmu akan terus berlimpah seperti gelombang-gelombang laut yang tidak pernah berhenti, maka keturunanmu akan seperti pasir dan anak cucumu seperti kersik banyaknya; nama mereka tidak akan dilenyapkan atau ditiadakan dari hadapan-Ku." (Yes 48:17-19), demikian firman Tuhan melalui nabi Yesaya. Orang berhikmat memang berarti senantiasa 'memperhatikan perintah-perintah Tuhan' artinya mengarahkan hati sepenuhnya kepada perintah Tuhan. Jika kita sungguh memperhatikan perintah-perintah Tuhan, maka hidup kita masa kini akan damai sejahtera, demikian juga anak-cucu atau keturunan kita, "damai sejahteramau akan seperti sungai yang tidak pernah kering, dan kebahagiaanmu akan terus berlimpah seperti gelombang-gelombang laut yang tidak pernah berhenti". Kita semua kiranya mendambakan kedamaian dan kebahagiaan yang demikian itu, maka marilah dengan penuh pengharapan kita usahakan bersama-sama dalam dan melalui cara hidup maupun cara bertindak kita setiap hari  kapan pun dan dimana pun. Yang kita nantikan kedatanganNYA adalah damai sejahtera sejati, karena Penyelamat Dunia juga (Pembawa) Damai Sejahtera. Baiklah kita perhatikan aneka tata tertib yang terkait dengan panggilan dan tugas pengutusan kita, entah itu berupa konstitusi, pedoman atau acuan, yang tidak lain merupakan penterjemahan perintah Tuhan kepada kita semua. Jika anda sungguh  mendambakan damai sejahtera dan bahagia sejati, marilah kita taati dan laksanakan tata tertib yang terkait dengan hidup, panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing. Sikapi aneka tata tertib dengan atau dalam perintah Tuhan yang utama, yaitu cintakasih. Semua tata tertib dibuat dalam dan oleh cintakasih serta demi penghayatan cintakasih, maka hanya dan dalam cintakasih kita dapat memahami aneka tata tertib serta melaksanakannya.
"Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh, tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam.Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil.Bukan demikian orang fasik: mereka seperti sekam yang ditiupkan angin.Sebab itu orang fasik tidak akan tahan dalam penghakiman, begitu pula orang berdosa dalam perkumpulan orang benar; sebab TUHAN mengenal jalan orang benar, tetapi jalan orang fasik menuju kebinasaan."
(Mzm 1)
Ign 9 Desember 2011

Selasa, 06 Desember 2011

8 Des


"Jadilah padaku menurut perkataanmu itu"

(Kej 3:9-15.20; Ef 1:3-6.11-12; Luk 1:26-38)

" Dalam bulan yang keenam Allah menyuruh malaikat Gabriel pergi ke sebuah kota di Galilea bernama Nazaret, kepada seorang perawan yang bertunangan dengan seorang bernama Yusuf dari keluarga Daud; nama perawan itu Maria. Ketika malaikat itu masuk ke rumah Maria, ia berkata: "Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau." Maria terkejut mendengar perkataan itu, lalu bertanya di dalam hatinya, apakah arti salam itu. Kata malaikat itu kepadanya: "Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah. Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus. Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya, dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan." Kata Maria kepada malaikat itu: "Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?" Jawab malaikat itu kepadanya: "Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah. Dan sesungguhnya, Elisabet, sanakmu itu, ia pun sedang mengandung seorang anak laki-laki pada hari tuanya dan inilah bulan yang keenam bagi dia, yang disebut mandul itu. Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil." Kata Maria: "Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu." Lalu malaikat itu meninggalkan dia." (Luk 1:26-38), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan HR SP Maria Dikandung Tanpa Dosa hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Bunda Maria adalah teladan umat beriman dan oleh Gereja Katolik juga diimani bahwa sejak di dalam kandungan tanpa dosa. Sebenarnya masing-masing dari kita ketika masih berada di dalam kandungan atau rahim ibu kita masing-masing dalam keadaan tanpa dosa, namun begitu keluar dari kandungan alias dilahirkan, tumbuh dan berkembang sebagai pribadi manusia yang terjadi adalah tambah usia dan pengalaman berarti juga tambah dosa-dosanya. Maka baiklah di hari raya ini kami mengajak dan mengingatkan kita semua yang mengimani Bunda Maria untuk berusaha kembali sebagaimana adanya ketika kita masih berada di dalam kandungan atau rahim ibu kita masing-masing. Kiranya bagi kita semua tak mungkin sempurna untuk kembali bersih dan suci seperti semula, namun demikian baiklah kita tetap terus berusaha tanpa kenal lebaih menjadi suci dan bersih sampai mati. Salah satu cara untuk itu antara lain senantiasa berusaha menghayati keutamaan ketaatan, sebagaimana dikatakan oleh Bunda Maria "Jadilah padaku menurut perkataanmu itu". Dengan kata lain marilah kita hayati atau laksanakan dengan sepenuh hati aneka tata tertib yang terkait dengan panggilan, tugas dan kewajiban kita masing-masing. Keunggulan hidup beriman terletak pada penghayatan atau pelaksanaan, bukan wacana atau omongan atau ajaran. Marilah menjadi pelaksana-pelaksana sabda Tuhan kapan pun dan dimana pun.

·   "Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anak-Nya, sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya, supaya terpujilah kasih karunia-Nya yang mulia, yang dikaruniakan-Nya kepada kita di dalam Dia, yang dikasihi-Nya" (Ef 1:5-6), demikian kesaksian iman Paulus kepada umat di Efesus, kepada kita semua yang beriman kepada Yesus Kristus. Beriman kepada Yesus Kristus belum tentu secara formal menjadi anggota Gereja, namun yang bersangkutan adalah sungguh 'anak Tuhan', artinya senantiasa melaksanakan kehendak dan perintah Tuhan kapan pun dan dimana pun., yang bersangkutan sungguh mengandalkan diri sepenuhnya pada Tuhan atau Penyelenggaran Ilahi di dalam cara hidup dntan cara bertindak setiap hari. Beriman kepada Yesus Kristus juga berarti menghayati hidup dan segala sesuatu yang kita miliki, kuasai dan nikmati sampai saat ini adalah kasih karunia Tuhan, rahmat atau anugerah Tuhan. Maka orang yang sungguh beriman kepada Yesus Kristus senantiasa  hidup dalam syukur dan terima kasih, rendah hati, lemah lembut, sehingga mempesona, menarik dan memikat orang lain. Ia juga akan hidup sederhana, tidak serakah, hidup social dan tidak egois, ia menjadi "man or woman with/for others". Kepada segenap umat beriman kami ingatkan atau ajak untuk mawas diri: apakah kita sungguh menghayati iman kita dalam hidup sehari-hari, sehingga kita sungguh bermoral dan berbudi pekerti luhur, senantiasa berbuat baik kepada siapa punm, dan yang tersiarkan atau terberitakan dari orang beriman adalah apa-apa yang baik, menyelamatkan, menggairahkan dan membahagiaakan. Marilah kita hayati bahwa hidup kita senantiasa dalam kasih karunia Tuhan, artinya Tuhan senantiasa menyertai cara hidup dan cara bertindak kita dimana pun dan kapan pun.

"Nyanyikanlah nyanyian baru bagi TUHAN, sebab Ia telah melakukan perbuatan-perbuatan yang ajaib; keselamatan telah dikerjakan kepada-Nya oleh tangan kanan-Nya, oleh lengan-Nya yang kudus. TUHAN telah memperkenalkan keselamatan yang dari pada-Nya, telah menyatakan keadilan-Nya di depan mata bangsa-bangsa. Ia mengingat kasih setia dan kesetiaan-Nya terhadap kaum Israel, segala ujung bumi telah melihat keselamatan yang dari pada Allah kita. Bersorak-soraklah bagi TUHAN, hai seluruh bumi, bergembiralah, bersorak-sorailah dan bermazmurlah!" (Mzm 98:1-4)

Ign 8 Desember 2011


Senin, 05 Desember 2011

6 Des

"Bapamu yang di sorga tidak menghendaki supaya seorang pun dari anak-anak ini hilang."

(Yes 40:1-11; Mat 18:12-14)

 "Bagaimana pendapatmu? Jika seorang mempunyai seratus ekor domba, dan seekor di antaranya sesat, tidakkah ia akan meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di pegunungan dan pergi mencari yang sesat itu? Dan Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jika ia berhasil menemukannya, lebih besar kegembiraannya atas yang seekor itu dari pada atas yang kesembilan puluh sembilan ekor yang tidak sesat. Demikian juga Bapamu yang di sorga tidak menghendaki supaya seorang pun dari anak-anak ini hilang." (Mat 18:12-14), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Di antara anggota keluarga kita, komunitas kita atau rekan-rekan kerja atau para murid/peserta didik kita kiranya ada yang menderita sakit, entah sakit hati, sakit jiwa, sakit akal budi atau sakit tubuh. Jika mereka phisiknya sehat ada kemungkinan tidak sehat dalam hal lain, misalnya nakal, bodoh, malas, kurang ajar dst.. Tuhan menghendaki agar mereka tidak hilang alias kita dipanggil untuk menyelamatkan atau menyembuhkannya. "Bapamu yang ada di sorga tidak menghendaki supaya seorang pun dari anak-anak ini hilang", demikian sabda Yesus. Maka marilah kita kasihi anak-anak kita yang malas, nakal, bodoh atau kurang ajar, kita selamatkan mereka yang 'hilang' atau 'berusaha memisahkan diri' dari kebersamaan hidup dan kerja kita. Memang untuk itu kita harus dengan jiwa besar dan hati rela berkorban alias dengan rendah hati memboroskan waktu dan tenaga guna mengasihi dan menyelamatkan mereka. Marilah kita sadari dan hayati bahwa yang kita nantikan kedatanganNya adalah "Penyelamat", yang datang untuk menyelamatkan, mencari yang hilang. Sebagai tanda atau bukti bahwa kita sungguh menantikan kedatanganNya kita diharapkan mengantisipasi dengan menyelamatkan saudara-saudari kita 'yang hilang': bodoh, malas, nakal, kurang ajar atau 'berusaha memisahkan diri'. Konkretnya kami harapkan para orangtua hendaknya dengan penuh kasih dan kelemah-lembutan mengasihi dan mendidik anak-anaknya yang nakal, malas atau kurang ajar, para guru atau pendidik hendaknya dengan penuh kasih mendampingi para peserta didik yang malas, bodoh dan kurang ajar, sedangkan para pastor atau pemimpin hendaknya dengan kerja keras dan penuh kasih menyelamatkan umat atau anggotanya 'yang hilang'.

·   "Persiapkanlah di padang gurun jalan untuk TUHAN, luruskanlah di padang belantara jalan raya bagi Allah kita! Setiap lembah harus ditutup, dan setiap gunung dan bukit diratakan; tanah yang berbukit-bukit harus menjadi tanah yang rata, dan tanah yang berlekuk-lekuk menjadi dataran; maka kemuliaan TUHAN akan dinyatakan dan seluruh umat manusia akan melihatnya bersama-sama; sungguh, TUHAN sendiri telah mengatakannya." (Yes 40:3-5), demikian seruan Yesaya kepada bangsanya, kepada kita semua yang menantikan kedatangan Penyelamat Dunia. Kita semua dipanggil untuk mempersiapkan diri dalam menyambut kedatangan Penyelamat Dunia. Maka marilah kita mawas diri apakah kita telah siap sedia menyambut kedatanganNya, artinya hati, jiwa, akal budi dan tubuh kita sungguh bersih dan sehat, sehingga kita layak disebut sebagai 'gambar atau citra Tuhan Allah'.  Sekali lagi jika kita jujur mawas diri kiranya diri kita tidak sungguh bersih dan sehat, karena egoisme, kesombongan, keserakahan dan pengawuran kita dalam cara hidup dan cara bertindak. Dengan kata lain ada kemungkinan kita tidak mentaati dan melaksanakan sepenuhnya aneka tata tertib yang terkait dengan hidup, panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing, sehingga kita merasa terancam dan tidak tenteram serta tidak dalam keadaan damai sejahtera. Salah satu cara mempersiapkan jalan bagi kedatangan Penyelamat Dunia antara lain dengan bertobat, back to basic, kembali setia melaksanakan dan mentaati aneka tata tertib yang terkait dengan hidup, panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing, maka marilah kita baca dan renungkan aneka tata tertib yang terkait dengan hidup, panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing; jika kita telah melupakannya atau melanggarnya, marilah dengan rendah hati dan bantuan rahmat Tuhan bertobat atau memperbaharui diri. Kepada para pakar aneka tata tertib, aturan atau hukum kami harapkan tanpa takut dan gentar mengingatkan kita semua yang untuk lebih memahami aneka tata tertib, aturan atau hukum tersebut, tentu saja kami juga berharap kepada anda, para pakar, dapat menjadi teladan dalam penghayatan atau pelaksanaan aneka tata tertib tersebut. Marilah kita bekerjasama dan saling membantu dalam melaksanakan aneka tata tertib.

"Nyanyikanlah nyanyian baru bagi TUHAN, menyanyilah bagi TUHAN, hai segenap bumi! Menyanyilah bagi TUHAN, pujilah nama-Nya, kabarkanlah keselamatan yang dari pada-Nya dari hari ke hari. Ceritakanlah kemuliaan-Nya di antara bangsa-bangsa dan perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib di antara segala suku bangsa" (Mzm 96:1-3)

Ign 6 Desember 2011


Minggu, 04 Desember 2011

5 Des


"Apakah yang kamu pikirkan dalam hatimu?"

(Yes 35:1-10; Luk 5:17-26)


" Pada suatu hari ketika Yesus mengajar, ada beberapa orang Farisi dan ahli Taurat duduk mendengarkan-Nya. Mereka datang dari semua desa di Galilea dan Yudea dan dari Yerusalem. Kuasa Tuhan menyertai Dia, sehingga Ia dapat menyembuhkan orang sakit. Lalu datanglah beberapa orang mengusung seorang lumpuh di atas tempat tidur; mereka berusaha membawa dia masuk dan meletakkannya di hadapan Yesus. Karena mereka tidak dapat membawanya masuk berhubung dengan banyaknya orang di situ, naiklah mereka ke atap rumah, lalu membongkar atap itu, dan menurunkan orang itu dengan tempat tidurnya ke tengah-tengah orang banyak tepat di depan Yesus. Ketika Yesus melihat iman mereka, berkatalah Ia: "Hai saudara, dosamu sudah diampuni." Tetapi ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi berpikir dalam hatinya: "Siapakah orang yang menghujat Allah ini? Siapa yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah sendiri?" Akan tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka, lalu berkata kepada mereka: "Apakah yang kamu pikirkan dalam hatimu? Manakah lebih mudah, mengatakan: Dosamu sudah diampuni, atau mengatakan: Bangunlah, dan berjalanlah? Tetapi supaya kamu tahu, bahwa di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa" -- berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu --: "Kepadamu Kukatakan, bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu!" Dan seketika itu juga bangunlah ia, di depan mereka, lalu mengangkat tempat tidurnya dan pulang ke rumahnya sambil memuliakan Allah. Semua orang itu takjub, lalu memuliakan Allah, dan mereka sangat takut, katanya: "Hari ini kami telah menyaksikan hal-hal yang sangat mengherankan." (Luk 5:17-26),demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Penyakit atau orang sakit erat kaitannya dengan dosa, dengan kata lain orang mudah jatuh sakit hemat saya karena dosanya. Dalam Warta Gembira hari ini dikisahkan seorang sakit yang dibawa oleh teman-temannya kepada Yesus untuk mohon penyembuhan, dan Yesus pun menyembuhkannya dengan sabdaNya "Hai saudara, dosamu sudah diampuni". Peristiwa mujzat penyembuhan orang sakit ini menimbulkan dua reaksi, yaitu para ahli Taurat dan orang-orang Farisi menuduh Yesus menghujat Allah dan orang kebanyakan yang takjub dan memuliakan Allah dengan berkata "Hari ini kami telah menyaksikan hal-hal yang sangat mengherankan". Maka kepada orang Farisi dan ahli Taurat Yesus menanggapi "Apakah yang kamu pikirkan dalam hatimu?". Orang-orang Farisi dan para ahli Taurat berpikiran jelek atau jahat terhadap mujizat, karena mereka tidak percaya bahwa Yesus adalah Allah yang menjadi manusia. Mungkinkah kita juga seperti orang-orang Farisi atau ahli-ahli Taurat, yang mudah berpikiran jelek atau jahat atas sesuatu yang tak masuk akal atau diluar jangkauan pikiran dan harapan kita? Jika kita jujur mawas diri kiranya sedikit banyak diri kita ada kemiripan dengan orang-orang Farisi atau ahli-ahli Taurat alias mudah curiga dan berpkiran jahat atau jelek terhadap aneka pembaharuan atau penyembuhan sebagai karya Allah melalui saudara-saudari kita. Maka marilah kita sadari dan akui pikiran jahat atau jelek kita, dan kemudian mohon kasih pengampunan atau penyembuhan dari Allah dan saudara-saudari kita.

·    "Kuatkanlah hati, janganlah takut! Lihatlah, Allahmu akan datang dengan pembalasan dan dengan ganjaran Allah. Ia sendiri datang menyelamatkan kamu!" (Yes 35:4), demikian kata nabi Yesaya, suatu ajakan bagi kita semua untuk tidak takut meneguhkan yang goyah, meluruskan yang berbelok-belok, menyembuhkan yang sakit, menolong mereka yang miskin dan berkekurangan, yang memang sering menimbulkan keraguan dan ketakutan apakah kita mampu melakukannya. Kutipan diatas juga mengajak dan mengundang kita semua yang sakit, goyah dan tidak lurus hatinya untuk bertobat atau memperbaharui diri dengan pegangan sabda "Ia sendiri akan menyelamatkan kamu". Perkenankan dengan rendah hati kami mengajak dan mengingatkan siapapun yang sedang menderita sakit, entah sakit hati, sakit jiwa, sakit akal budi dan sakit tubuh, untuk menyadari dan mengakui kesakitannya serta kemudian siap sedia dengan rendah hati untuk dibantu penyembuhannya sebagaimana dikisahkan dalam Warta Gembira hari ini seorang lumpuh digotong oleh empat saudaranya mohon penyembuhan dari Yesus. Dengan kata lain marilah kita dengan rendah hati membuka diri terhadap aneka macam nasihat, saran, petunjuk atau arahan baik dari siapapun yang berkehendak baik sebagai kepanjangan tangan Allah untuk menyembuhkan atau menyelamatkan kita. Kita sikapi dan hayati aneka sapaan, sentuhan dan perlakuan siapapun yang berkehendak baik sebagai uluran kasih Allah yang menyembuhkan dan menyelamatkan. Hendaknya jangan dengan mudah berpikiran jahat atau jelek terhadap siapapun, karena para umumnya mereka berkehendak baik terhadap kita.

"Kasih dan kesetiaan akan bertemu, keadilan dan damai sejahtera akan bercium-ciuman. Kesetiaan akan tumbuh dari bumi, dan keadilan akan menjenguk dari langit. Bahkan TUHAN akan memberikan kebaikan, dan negeri kita akan memberi hasilnya. Keadilan akan berjalan di hadapan-Nya, dan akan membuat jejak kaki-Nya menjadi jalan" (Mzm 85:11-14)

Ign 5 Desember 2011


Fwd: Mg Adven II


"Sesudah aku akan datang Ia yang lebih berkuasa dari padaku; membungkuk dan membuka tali kasut-Nya pun aku tidak layak."


Mg Adven II : Yes 40:1-5.9-11; 2Ptr 3:8-14; Mrk 1:1-8


Mempersiapkan kedatangan atau kunjungan pejabat tinggi pada umumnya orang sungguh mempersiapkan diri sebaik mungkin, sehingga kunjungan atau kedatangan pejabat tinggi tersebut mengesan bagi siapapun. Hal yang sama juga terjadi dalam diri orang-orang yang mempersiapkan diri untuk suatu acara penting seperti perkawinan atau tahbisan imamat. Persiapan yang dilakukan antara lain: kebersihan lingkungan, dan bagi yang akan menikah atau ditahbiskan imam kiranya mempersiapkan diri dengan mawas diri sambil bertanya-tanya pada diri sendiri apakah dirinya layak atau mampu hidup berkeluarga sebagai suami-isteri atau menjadi imam, yang harus melayani umat Allah dengan rendah hati. Pada Minggu Adven II hari ini kepada kita dihadapkan tokoh Yohanes Pembaptis, yang sering juga disebut sebagai bentara Penyelamat Dunia, orang yang mempersiapkan jalan bagi kedatangan Penyelamat Dunia.  Ia juga dikenal sebagai nabi besar dan terkenal serta disanjung-sanjung, namun dengan rendah hati ia menanggapi sanjungan para pengikutnya dengan berkata "Sesudah aku akan datang Ia yang lebih berkuasa dari padaku; membungkuk dan membuka tali kasut-Nya pun aku tidak layak." Marilah kita yang mempersiapkan diri kedatangan Penyelamat Dunia, Pesta Natal, meneladan semangat Yohanes Pembaptis.  

"Sesudah aku akan datang Ia yang lebih berkuasa dari padaku; membungkuk dan membuka tali kasut-Nya pun aku tidak layak. Aku membaptis kamu dengan air, tetapi Ia akan membaptis kamu dengan Roh Kudus." (Mrk 1:7-8)

Yohanes Pembaptis sebagai 'bentara Penyelamat Dunia' mempersiapkan para pengikutnya dalam rangka menyambut kedatangan Penyelamat Dunia dengan membaptis mereka dengan air. Air memang antara berfungsi untuk membersihkan, antara lain kita mandi dengan air untuk membersihkan tubuh, tetapi hanya bagian luar, yang kelihatan saja. Tubuh kita mungkin kelihatan bersih, namun apakah hati, jiwa dan akal budi kita sungguh bersih kiranya dapat dipertanyakan. Yang mampu membersihkan hati, jiwa dan akal budi kita adalah Tuhan, maka Yohanes Pembaptis dengan rendah hati berkata "Sesudah aku akan datang Ia yang lebih berkuasa dari padaku; membungkuk dan membuka tali kasut-Nya pun aku tidak layak. Aku membaptis kamu dengan air, tetapi Ia akan membaptis kamu dengan Roh Kudus."

Kebersihan bagian luar sedikit banyak memang juga mencerminkan kebersihan bagian dalam (hati, jiwa, akal budi), maka marilah pertama-tama kita usahakan yang lebih mudah dahulu, yaitu kebersihan bagian luar, entah itu berarti tubuh kita atau lingkungan hidup, tempat tinggal atau tempat kerja kita. Orang berkata bahwa kebersihan adalah pangkal kesehatan, tentu saja kesehatan phisik. Kesehatan phisik hemat saya dapat menjadi jembatan menuju ke kesehatan spiritual, termasuk juga kesehatan emosional dan social. Maka ketika kebersihan phisik atau bagian luar sudah baik dan memadai, marilah dengan rendah hati kita usahakan bersama kebersihan bagi dalam: hati, jiwa dan akal budi.  Dengan kata lain saya mengajak anda sekalian untuk mawas diri bahwa kita telah dibaptis juga dalam Roh serta menerima Sakramen Krisma: apakah kita senantiasa juga hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak dan bisikan Roh Kudus, dan dengan demikian kita memiliki kecerdasan spiritual atau hidup dan bertindak sesuai dengan Roh Kudus sehingga cara hidup dan cara bertindak kita menghasilkan buah-buah Roh seperti  "kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembut-an, penguasaan diri." (Gal 5:22-23).

"Damai sejahtera" itulah kiranya yang menjadi dambaan atau kerinduan kita bersama dan juga yang kita nantikan perayaannya, kedatangan Penyelamat Dunia, yang membawa damai sejahtera bagi semua umat manusia di bumi yang berkehendak baik. Marilah sejak sekarang kita usahakan damai sejahtera ini. Salah satu cara atau usaha yang hendaknya kita lakukan atau hayati dalam rangka mengusahakan damai sejahtera adalah hidup dalam kasih pengampunan, artinya kita sadari dan hayati bahwa kita telah menerima kasih pengampunan dari Tuhan secara melimpah ruah melalui orang-orang yang telah berbuat baik kepada kita dan mengasihi kita, dan selanjutnya kita dipanggil untuk menyebarluaskan kasih pengampunan kepada saudara-saudari kita kapan pun dan dimana pun. Marilah kita hayati dengan sungguh-sungguh bagian dari doa Bapa Kami, yang kita doakan setiap hari, yaitu "ampunilah kesalahan kami seperti kamipun mengampuni yang bersalah kepada kami".


"Saudara-saudaraku yang kekasih, yang satu ini tidak boleh kamu lupakan, yaitu, bahwa di hadapan Tuhan satu hari sama seperti seribu tahun dan seribu tahun sama seperti satu hari. Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya, sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai kelalaian, tetapi Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat." (2Ptr 3:8-9)


"Di hadapan Tuhan satu hari sama seperti seribu tahun dan seribu tahun sama seperti satu hari", inilah yang mungkin baik kita renungkan atau refleksikan bersama dalam rangka menyongsong kedatangan Penyelamat Dunia. Di hadapan Tuhan mau tak mau kita harus hidup dan bertindak bersama dan bersatu dengan Tuhan alias dikuasai atau dirajai oleh Tuhan. Hidup dan segala sesuatu yang menyertai kita, atau kita miliki dan kuasai sampai saat ini adalah anugerah Tuhan, yang Maha Murah dan Maha Kasih, maka berada di hadapan Tuhan apa yang kita dambakan dan rindukan, yaitu damai sejahtera pasti menjadi kenyataan atau terwujud.


Tuhan senantiasa menepati janjiNya dan sabar terhadap kita semua demi pertobatan atau pembaharuan hidup kita, orang-orang lemah, rapuh dan berdosa ini. Kita tanggapi kesetiaan dan kesabaran Tuhan dengan hati, jiwa, akal budi dan tubuh terbuka, sehingga kita pun juga menerima anugerah kesetiaan dan kesabaran, dan sebagai ucapan  syukur dan terima kasih kita atas anugerah tersebut, tidak lain adalah meneruskan atau menyebarluaskan kesetiaan dan kesabaran melalui cara hidup dan cara bertindak kita dimana pun dan kapan pun.

"Setia adalah sikap dan perilaku yang menunjukkan keterikatan dan kepedulian atas perjanjian yang terkait", sedangkan "sabar adalah sikap dan perilaku yang menunjukkan kemampuan dalam mengendalikan gejolak diri dan tetap bertahan seperti keadaan semula dalam menghadapi berbagai ransangan atau masalah". (Lih Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka – Jakarta 1997, hal 24). Kesetiaan dan kesabaran hemat saya merupakan keutamaan-keutamaan yang mendesak dan up to date pada masa kini untuk kita hayati dan sebarluaskan, mengingat dan memperhatikan cukup banyak orang tidak setia dan tidak sabar dalam cara hidup dan cara bertindak mereka.


Salah satu bentuk hidup dalam damai sejahtera dalam Tuhan memang antara lain hidup setia pada panggilan dan tugas pengutusan, serta sabar dalam menghadapi aneka tantangan, hambatan dan masalah, yang muncul karena kesetiaan tersebut. Setia pada panggilan dan tugas pengutusan tak akan terbebaskan dari aneka tantangan, masalah dan hambatan, maka hadapilah dengan kesabaran sebagai wahana untuk meneguhkan dan memperkuat kesetiaan. Kami harapkan para suami-isteri dapat menjadi teladan kesabaran dan kesetiaan bagi anak-anak, demikian juga para pimpinan rumah atau komunitas bagi para anggota atau bawahannya.

"Kasih dan kesetiaan akan bertemu, keadilan dan damai sejahtera akan bercium-ciuman. Kesetiaan akan tumbuh dari bumi, dan keadilan akan menjenguk dari langit. Bahkan TUHAN akan memberikan kebaikan, dan negeri kita akan memberi hasilnya. Keadilan akan berjalan di hadapan-Nya, dan akan membuat jejak kaki-Nya menjadi jalan."

(Mzm 85:11-14)

Ign 4 Desember 2011