Mg Adven III: Yes 61:1-2a.10-11; 1Tes 5:16-24; Yoh 1:6-8.19-28
Fans Page Facebook http://imankatolik.or.id
Jumat, 09 Desember 2011
Minggu Adven III
Mg Adven III: Yes 61:1-2a.10-11; 1Tes 5:16-24; Yoh 1:6-8.19-28
Diposting oleh Renungan Iman Katolik di 18.52 0 komentar
Kamis, 08 Desember 2011
10 Des
Diposting oleh Renungan Iman Katolik di 20.03 0 komentar
9 des
Diposting oleh Renungan Iman Katolik di 20.02 0 komentar
Selasa, 06 Desember 2011
8 Des
"Jadilah padaku menurut perkataanmu itu"
(Kej 3:9-15.20; Ef 1:3-6.11-12; Luk 1:26-38)
" Dalam bulan yang keenam Allah menyuruh malaikat Gabriel pergi ke sebuah kota di Galilea bernama Nazaret, kepada seorang perawan yang bertunangan dengan seorang bernama Yusuf dari keluarga Daud; nama perawan itu Maria. Ketika malaikat itu masuk ke rumah Maria, ia berkata: "Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau." Maria terkejut mendengar perkataan itu, lalu bertanya di dalam hatinya, apakah arti salam itu. Kata malaikat itu kepadanya: "Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah. Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus. Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya, dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan." Kata Maria kepada malaikat itu: "Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?" Jawab malaikat itu kepadanya: "Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah. Dan sesungguhnya, Elisabet, sanakmu itu, ia pun sedang mengandung seorang anak laki-laki pada hari tuanya dan inilah bulan yang keenam bagi dia, yang disebut mandul itu. Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil." Kata Maria: "Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu." Lalu malaikat itu meninggalkan dia." (Luk 1:26-38), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan HR SP Maria Dikandung Tanpa Dosa hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
· Bunda Maria adalah teladan umat beriman dan oleh Gereja Katolik juga diimani bahwa sejak di dalam kandungan tanpa dosa. Sebenarnya masing-masing dari kita ketika masih berada di dalam kandungan atau rahim ibu kita masing-masing dalam keadaan tanpa dosa, namun begitu keluar dari kandungan alias dilahirkan, tumbuh dan berkembang sebagai pribadi manusia yang terjadi adalah tambah usia dan pengalaman berarti juga tambah dosa-dosanya. Maka baiklah di hari raya ini kami mengajak dan mengingatkan kita semua yang mengimani Bunda Maria untuk berusaha kembali sebagaimana adanya ketika kita masih berada di dalam kandungan atau rahim ibu kita masing-masing. Kiranya bagi kita semua tak mungkin sempurna untuk kembali bersih dan suci seperti semula, namun demikian baiklah kita tetap terus berusaha tanpa kenal lebaih menjadi suci dan bersih sampai mati. Salah satu cara untuk itu antara lain senantiasa berusaha menghayati keutamaan ketaatan, sebagaimana dikatakan oleh Bunda Maria "Jadilah padaku menurut perkataanmu itu". Dengan kata lain marilah kita hayati atau laksanakan dengan sepenuh hati aneka tata tertib yang terkait dengan panggilan, tugas dan kewajiban kita masing-masing. Keunggulan hidup beriman terletak pada penghayatan atau pelaksanaan, bukan wacana atau omongan atau ajaran. Marilah menjadi pelaksana-pelaksana sabda Tuhan kapan pun dan dimana pun.
· "Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anak-Nya, sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya, supaya terpujilah kasih karunia-Nya yang mulia, yang dikaruniakan-Nya kepada kita di dalam Dia, yang dikasihi-Nya" (Ef 1:5-6), demikian kesaksian iman Paulus kepada umat di Efesus, kepada kita semua yang beriman kepada Yesus Kristus. Beriman kepada Yesus Kristus belum tentu secara formal menjadi anggota Gereja, namun yang bersangkutan adalah sungguh 'anak Tuhan', artinya senantiasa melaksanakan kehendak dan perintah Tuhan kapan pun dan dimana pun., yang bersangkutan sungguh mengandalkan diri sepenuhnya pada Tuhan atau Penyelenggaran Ilahi di dalam cara hidup dntan cara bertindak setiap hari. Beriman kepada Yesus Kristus juga berarti menghayati hidup dan segala sesuatu yang kita miliki, kuasai dan nikmati sampai saat ini adalah kasih karunia Tuhan, rahmat atau anugerah Tuhan. Maka orang yang sungguh beriman kepada Yesus Kristus senantiasa hidup dalam syukur dan terima kasih, rendah hati, lemah lembut, sehingga mempesona, menarik dan memikat orang lain. Ia juga akan hidup sederhana, tidak serakah, hidup social dan tidak egois, ia menjadi "man or woman with/for others". Kepada segenap umat beriman kami ingatkan atau ajak untuk mawas diri: apakah kita sungguh menghayati iman kita dalam hidup sehari-hari, sehingga kita sungguh bermoral dan berbudi pekerti luhur, senantiasa berbuat baik kepada siapa punm, dan yang tersiarkan atau terberitakan dari orang beriman adalah apa-apa yang baik, menyelamatkan, menggairahkan dan membahagiaakan. Marilah kita hayati bahwa hidup kita senantiasa dalam kasih karunia Tuhan, artinya Tuhan senantiasa menyertai cara hidup dan cara bertindak kita dimana pun dan kapan pun.
"Nyanyikanlah nyanyian baru bagi TUHAN, sebab Ia telah melakukan perbuatan-perbuatan yang ajaib; keselamatan telah dikerjakan kepada-Nya oleh tangan kanan-Nya, oleh lengan-Nya yang kudus. TUHAN telah memperkenalkan keselamatan yang dari pada-Nya, telah menyatakan keadilan-Nya di depan mata bangsa-bangsa. Ia mengingat kasih setia dan kesetiaan-Nya terhadap kaum Israel, segala ujung bumi telah melihat keselamatan yang dari pada Allah kita. Bersorak-soraklah bagi TUHAN, hai seluruh bumi, bergembiralah, bersorak-sorailah dan bermazmurlah!" (Mzm 98:1-4)
Ign 8 Desember 2011
Diposting oleh Renungan Iman Katolik di 21.29 0 komentar
Senin, 05 Desember 2011
6 Des
"Bapamu yang di sorga tidak menghendaki supaya seorang pun dari anak-anak ini hilang."
(Yes 40:1-11; Mat 18:12-14)
"Bagaimana pendapatmu? Jika seorang mempunyai seratus ekor domba, dan seekor di antaranya sesat, tidakkah ia akan meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di pegunungan dan pergi mencari yang sesat itu? Dan Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jika ia berhasil menemukannya, lebih besar kegembiraannya atas yang seekor itu dari pada atas yang kesembilan puluh sembilan ekor yang tidak sesat. Demikian juga Bapamu yang di sorga tidak menghendaki supaya seorang pun dari anak-anak ini hilang." (Mat 18:12-14), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
· Di antara anggota keluarga kita, komunitas kita atau rekan-rekan kerja atau para murid/peserta didik kita kiranya ada yang menderita sakit, entah sakit hati, sakit jiwa, sakit akal budi atau sakit tubuh. Jika mereka phisiknya sehat ada kemungkinan tidak sehat dalam hal lain, misalnya nakal, bodoh, malas, kurang ajar dst.. Tuhan menghendaki agar mereka tidak hilang alias kita dipanggil untuk menyelamatkan atau menyembuhkannya. "Bapamu yang ada di sorga tidak menghendaki supaya seorang pun dari anak-anak ini hilang", demikian sabda Yesus. Maka marilah kita kasihi anak-anak kita yang malas, nakal, bodoh atau kurang ajar, kita selamatkan mereka yang 'hilang' atau 'berusaha memisahkan diri' dari kebersamaan hidup dan kerja kita. Memang untuk itu kita harus dengan jiwa besar dan hati rela berkorban alias dengan rendah hati memboroskan waktu dan tenaga guna mengasihi dan menyelamatkan mereka. Marilah kita sadari dan hayati bahwa yang kita nantikan kedatanganNya adalah "Penyelamat", yang datang untuk menyelamatkan, mencari yang hilang. Sebagai tanda atau bukti bahwa kita sungguh menantikan kedatanganNya kita diharapkan mengantisipasi dengan menyelamatkan saudara-saudari kita 'yang hilang': bodoh, malas, nakal, kurang ajar atau 'berusaha memisahkan diri'. Konkretnya kami harapkan para orangtua hendaknya dengan penuh kasih dan kelemah-lembutan mengasihi dan mendidik anak-anaknya yang nakal, malas atau kurang ajar, para guru atau pendidik hendaknya dengan penuh kasih mendampingi para peserta didik yang malas, bodoh dan kurang ajar, sedangkan para pastor atau pemimpin hendaknya dengan kerja keras dan penuh kasih menyelamatkan umat atau anggotanya 'yang hilang'.
· "Persiapkanlah di padang gurun jalan untuk TUHAN, luruskanlah di padang belantara jalan raya bagi Allah kita! Setiap lembah harus ditutup, dan setiap gunung dan bukit diratakan; tanah yang berbukit-bukit harus menjadi tanah yang rata, dan tanah yang berlekuk-lekuk menjadi dataran; maka kemuliaan TUHAN akan dinyatakan dan seluruh umat manusia akan melihatnya bersama-sama; sungguh, TUHAN sendiri telah mengatakannya." (Yes 40:3-5), demikian seruan Yesaya kepada bangsanya, kepada kita semua yang menantikan kedatangan Penyelamat Dunia. Kita semua dipanggil untuk mempersiapkan diri dalam menyambut kedatangan Penyelamat Dunia. Maka marilah kita mawas diri apakah kita telah siap sedia menyambut kedatanganNya, artinya hati, jiwa, akal budi dan tubuh kita sungguh bersih dan sehat, sehingga kita layak disebut sebagai 'gambar atau citra Tuhan Allah'. Sekali lagi jika kita jujur mawas diri kiranya diri kita tidak sungguh bersih dan sehat, karena egoisme, kesombongan, keserakahan dan pengawuran kita dalam cara hidup dan cara bertindak. Dengan kata lain ada kemungkinan kita tidak mentaati dan melaksanakan sepenuhnya aneka tata tertib yang terkait dengan hidup, panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing, sehingga kita merasa terancam dan tidak tenteram serta tidak dalam keadaan damai sejahtera. Salah satu cara mempersiapkan jalan bagi kedatangan Penyelamat Dunia antara lain dengan bertobat, back to basic, kembali setia melaksanakan dan mentaati aneka tata tertib yang terkait dengan hidup, panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing, maka marilah kita baca dan renungkan aneka tata tertib yang terkait dengan hidup, panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing; jika kita telah melupakannya atau melanggarnya, marilah dengan rendah hati dan bantuan rahmat Tuhan bertobat atau memperbaharui diri. Kepada para pakar aneka tata tertib, aturan atau hukum kami harapkan tanpa takut dan gentar mengingatkan kita semua yang untuk lebih memahami aneka tata tertib, aturan atau hukum tersebut, tentu saja kami juga berharap kepada anda, para pakar, dapat menjadi teladan dalam penghayatan atau pelaksanaan aneka tata tertib tersebut. Marilah kita bekerjasama dan saling membantu dalam melaksanakan aneka tata tertib.
"Nyanyikanlah nyanyian baru bagi TUHAN, menyanyilah bagi TUHAN, hai segenap bumi! Menyanyilah bagi TUHAN, pujilah nama-Nya, kabarkanlah keselamatan yang dari pada-Nya dari hari ke hari. Ceritakanlah kemuliaan-Nya di antara bangsa-bangsa dan perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib di antara segala suku bangsa" (Mzm 96:1-3)
Ign 6 Desember 2011
Diposting oleh Renungan Iman Katolik di 09.09 0 komentar
Minggu, 04 Desember 2011
5 Des
"Apakah yang kamu pikirkan dalam hatimu?"
(Yes 35:1-10; Luk 5:17-26)
" Pada suatu hari ketika Yesus mengajar, ada beberapa orang Farisi dan ahli Taurat duduk mendengarkan-Nya. Mereka datang dari semua desa di Galilea dan Yudea dan dari Yerusalem. Kuasa Tuhan menyertai Dia, sehingga Ia dapat menyembuhkan orang sakit. Lalu datanglah beberapa orang mengusung seorang lumpuh di atas tempat tidur; mereka berusaha membawa dia masuk dan meletakkannya di hadapan Yesus. Karena mereka tidak dapat membawanya masuk berhubung dengan banyaknya orang di situ, naiklah mereka ke atap rumah, lalu membongkar atap itu, dan menurunkan orang itu dengan tempat tidurnya ke tengah-tengah orang banyak tepat di depan Yesus. Ketika Yesus melihat iman mereka, berkatalah Ia: "Hai saudara, dosamu sudah diampuni." Tetapi ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi berpikir dalam hatinya: "Siapakah orang yang menghujat Allah ini? Siapa yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah sendiri?" Akan tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka, lalu berkata kepada mereka: "Apakah yang kamu pikirkan dalam hatimu? Manakah lebih mudah, mengatakan: Dosamu sudah diampuni, atau mengatakan: Bangunlah, dan berjalanlah? Tetapi supaya kamu tahu, bahwa di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa" -- berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu --: "Kepadamu Kukatakan, bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu!" Dan seketika itu juga bangunlah ia, di depan mereka, lalu mengangkat tempat tidurnya dan pulang ke rumahnya sambil memuliakan Allah. Semua orang itu takjub, lalu memuliakan Allah, dan mereka sangat takut, katanya: "Hari ini kami telah menyaksikan hal-hal yang sangat mengherankan." (Luk 5:17-26),demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
· Penyakit atau orang sakit erat kaitannya dengan dosa, dengan kata lain orang mudah jatuh sakit hemat saya karena dosanya. Dalam Warta Gembira hari ini dikisahkan seorang sakit yang dibawa oleh teman-temannya kepada Yesus untuk mohon penyembuhan, dan Yesus pun menyembuhkannya dengan sabdaNya "Hai saudara, dosamu sudah diampuni". Peristiwa mujzat penyembuhan orang sakit ini menimbulkan dua reaksi, yaitu para ahli Taurat dan orang-orang Farisi menuduh Yesus menghujat Allah dan orang kebanyakan yang takjub dan memuliakan Allah dengan berkata "Hari ini kami telah menyaksikan hal-hal yang sangat mengherankan". Maka kepada orang Farisi dan ahli Taurat Yesus menanggapi "Apakah yang kamu pikirkan dalam hatimu?". Orang-orang Farisi dan para ahli Taurat berpikiran jelek atau jahat terhadap mujizat, karena mereka tidak percaya bahwa Yesus adalah Allah yang menjadi manusia. Mungkinkah kita juga seperti orang-orang Farisi atau ahli-ahli Taurat, yang mudah berpikiran jelek atau jahat atas sesuatu yang tak masuk akal atau diluar jangkauan pikiran dan harapan kita? Jika kita jujur mawas diri kiranya sedikit banyak diri kita ada kemiripan dengan orang-orang Farisi atau ahli-ahli Taurat alias mudah curiga dan berpkiran jahat atau jelek terhadap aneka pembaharuan atau penyembuhan sebagai karya Allah melalui saudara-saudari kita. Maka marilah kita sadari dan akui pikiran jahat atau jelek kita, dan kemudian mohon kasih pengampunan atau penyembuhan dari Allah dan saudara-saudari kita.
· "Kuatkanlah hati, janganlah takut! Lihatlah, Allahmu akan datang dengan pembalasan dan dengan ganjaran Allah. Ia sendiri datang menyelamatkan kamu!" (Yes 35:4), demikian kata nabi Yesaya, suatu ajakan bagi kita semua untuk tidak takut meneguhkan yang goyah, meluruskan yang berbelok-belok, menyembuhkan yang sakit, menolong mereka yang miskin dan berkekurangan, yang memang sering menimbulkan keraguan dan ketakutan apakah kita mampu melakukannya. Kutipan diatas juga mengajak dan mengundang kita semua yang sakit, goyah dan tidak lurus hatinya untuk bertobat atau memperbaharui diri dengan pegangan sabda "Ia sendiri akan menyelamatkan kamu". Perkenankan dengan rendah hati kami mengajak dan mengingatkan siapapun yang sedang menderita sakit, entah sakit hati, sakit jiwa, sakit akal budi dan sakit tubuh, untuk menyadari dan mengakui kesakitannya serta kemudian siap sedia dengan rendah hati untuk dibantu penyembuhannya sebagaimana dikisahkan dalam Warta Gembira hari ini seorang lumpuh digotong oleh empat saudaranya mohon penyembuhan dari Yesus. Dengan kata lain marilah kita dengan rendah hati membuka diri terhadap aneka macam nasihat, saran, petunjuk atau arahan baik dari siapapun yang berkehendak baik sebagai kepanjangan tangan Allah untuk menyembuhkan atau menyelamatkan kita. Kita sikapi dan hayati aneka sapaan, sentuhan dan perlakuan siapapun yang berkehendak baik sebagai uluran kasih Allah yang menyembuhkan dan menyelamatkan. Hendaknya jangan dengan mudah berpikiran jahat atau jelek terhadap siapapun, karena para umumnya mereka berkehendak baik terhadap kita.
"Kasih dan kesetiaan akan bertemu, keadilan dan damai sejahtera akan bercium-ciuman. Kesetiaan akan tumbuh dari bumi, dan keadilan akan menjenguk dari langit. Bahkan TUHAN akan memberikan kebaikan, dan negeri kita akan memberi hasilnya. Keadilan akan berjalan di hadapan-Nya, dan akan membuat jejak kaki-Nya menjadi jalan" (Mzm 85:11-14)
Ign 5 Desember 2011
Diposting oleh Renungan Iman Katolik di 07.56 0 komentar
Fwd: Mg Adven II
"Sesudah aku akan datang Ia yang lebih berkuasa dari padaku; membungkuk dan membuka tali kasut-Nya pun aku tidak layak."
Mg Adven II : Yes 40:1-5.9-11; 2Ptr 3:8-14; Mrk 1:1-8
Mempersiapkan kedatangan atau kunjungan pejabat tinggi pada umumnya orang sungguh mempersiapkan diri sebaik mungkin, sehingga kunjungan atau kedatangan pejabat tinggi tersebut mengesan bagi siapapun. Hal yang sama juga terjadi dalam diri orang-orang yang mempersiapkan diri untuk suatu acara penting seperti perkawinan atau tahbisan imamat. Persiapan yang dilakukan antara lain: kebersihan lingkungan, dan bagi yang akan menikah atau ditahbiskan imam kiranya mempersiapkan diri dengan mawas diri sambil bertanya-tanya pada diri sendiri apakah dirinya layak atau mampu hidup berkeluarga sebagai suami-isteri atau menjadi imam, yang harus melayani umat Allah dengan rendah hati. Pada Minggu Adven II hari ini kepada kita dihadapkan tokoh Yohanes Pembaptis, yang sering juga disebut sebagai bentara Penyelamat Dunia, orang yang mempersiapkan jalan bagi kedatangan Penyelamat Dunia. Ia juga dikenal sebagai nabi besar dan terkenal serta disanjung-sanjung, namun dengan rendah hati ia menanggapi sanjungan para pengikutnya dengan berkata "Sesudah aku akan datang Ia yang lebih berkuasa dari padaku; membungkuk dan membuka tali kasut-Nya pun aku tidak layak." Marilah kita yang mempersiapkan diri kedatangan Penyelamat Dunia, Pesta Natal, meneladan semangat Yohanes Pembaptis.
"Sesudah aku akan datang Ia yang lebih berkuasa dari padaku; membungkuk dan membuka tali kasut-Nya pun aku tidak layak. Aku membaptis kamu dengan air, tetapi Ia akan membaptis kamu dengan Roh Kudus." (Mrk 1:7-8)
Yohanes Pembaptis sebagai 'bentara Penyelamat Dunia' mempersiapkan para pengikutnya dalam rangka menyambut kedatangan Penyelamat Dunia dengan membaptis mereka dengan air. Air memang antara berfungsi untuk membersihkan, antara lain kita mandi dengan air untuk membersihkan tubuh, tetapi hanya bagian luar, yang kelihatan saja. Tubuh kita mungkin kelihatan bersih, namun apakah hati, jiwa dan akal budi kita sungguh bersih kiranya dapat dipertanyakan. Yang mampu membersihkan hati, jiwa dan akal budi kita adalah Tuhan, maka Yohanes Pembaptis dengan rendah hati berkata "Sesudah aku akan datang Ia yang lebih berkuasa dari padaku; membungkuk dan membuka tali kasut-Nya pun aku tidak layak. Aku membaptis kamu dengan air, tetapi Ia akan membaptis kamu dengan Roh Kudus."
Kebersihan bagian luar sedikit banyak memang juga mencerminkan kebersihan bagian dalam (hati, jiwa, akal budi), maka marilah pertama-tama kita usahakan yang lebih mudah dahulu, yaitu kebersihan bagian luar, entah itu berarti tubuh kita atau lingkungan hidup, tempat tinggal atau tempat kerja kita. Orang berkata bahwa kebersihan adalah pangkal kesehatan, tentu saja kesehatan phisik. Kesehatan phisik hemat saya dapat menjadi jembatan menuju ke kesehatan spiritual, termasuk juga kesehatan emosional dan social. Maka ketika kebersihan phisik atau bagian luar sudah baik dan memadai, marilah dengan rendah hati kita usahakan bersama kebersihan bagi dalam: hati, jiwa dan akal budi. Dengan kata lain saya mengajak anda sekalian untuk mawas diri bahwa kita telah dibaptis juga dalam Roh serta menerima Sakramen Krisma: apakah kita senantiasa juga hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak dan bisikan Roh Kudus, dan dengan demikian kita memiliki kecerdasan spiritual atau hidup dan bertindak sesuai dengan Roh Kudus sehingga cara hidup dan cara bertindak kita menghasilkan buah-buah Roh seperti "kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembut-an, penguasaan diri." (Gal 5:22-23).
"Damai sejahtera" itulah kiranya yang menjadi dambaan atau kerinduan kita bersama dan juga yang kita nantikan perayaannya, kedatangan Penyelamat Dunia, yang membawa damai sejahtera bagi semua umat manusia di bumi yang berkehendak baik. Marilah sejak sekarang kita usahakan damai sejahtera ini. Salah satu cara atau usaha yang hendaknya kita lakukan atau hayati dalam rangka mengusahakan damai sejahtera adalah hidup dalam kasih pengampunan, artinya kita sadari dan hayati bahwa kita telah menerima kasih pengampunan dari Tuhan secara melimpah ruah melalui orang-orang yang telah berbuat baik kepada kita dan mengasihi kita, dan selanjutnya kita dipanggil untuk menyebarluaskan kasih pengampunan kepada saudara-saudari kita kapan pun dan dimana pun. Marilah kita hayati dengan sungguh-sungguh bagian dari doa Bapa Kami, yang kita doakan setiap hari, yaitu "ampunilah kesalahan kami seperti kamipun mengampuni yang bersalah kepada kami".
"Saudara-saudaraku yang kekasih, yang satu ini tidak boleh kamu lupakan, yaitu, bahwa di hadapan Tuhan satu hari sama seperti seribu tahun dan seribu tahun sama seperti satu hari. Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya, sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai kelalaian, tetapi Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat." (2Ptr 3:8-9)
"Di hadapan Tuhan satu hari sama seperti seribu tahun dan seribu tahun sama seperti satu hari", inilah yang mungkin baik kita renungkan atau refleksikan bersama dalam rangka menyongsong kedatangan Penyelamat Dunia. Di hadapan Tuhan mau tak mau kita harus hidup dan bertindak bersama dan bersatu dengan Tuhan alias dikuasai atau dirajai oleh Tuhan. Hidup dan segala sesuatu yang menyertai kita, atau kita miliki dan kuasai sampai saat ini adalah anugerah Tuhan, yang Maha Murah dan Maha Kasih, maka berada di hadapan Tuhan apa yang kita dambakan dan rindukan, yaitu damai sejahtera pasti menjadi kenyataan atau terwujud.
Tuhan senantiasa menepati janjiNya dan sabar terhadap kita semua demi pertobatan atau pembaharuan hidup kita, orang-orang lemah, rapuh dan berdosa ini. Kita tanggapi kesetiaan dan kesabaran Tuhan dengan hati, jiwa, akal budi dan tubuh terbuka, sehingga kita pun juga menerima anugerah kesetiaan dan kesabaran, dan sebagai ucapan syukur dan terima kasih kita atas anugerah tersebut, tidak lain adalah meneruskan atau menyebarluaskan kesetiaan dan kesabaran melalui cara hidup dan cara bertindak kita dimana pun dan kapan pun.
"Setia adalah sikap dan perilaku yang menunjukkan keterikatan dan kepedulian atas perjanjian yang terkait", sedangkan "sabar adalah sikap dan perilaku yang menunjukkan kemampuan dalam mengendalikan gejolak diri dan tetap bertahan seperti keadaan semula dalam menghadapi berbagai ransangan atau masalah". (Lih Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka – Jakarta 1997, hal 24). Kesetiaan dan kesabaran hemat saya merupakan keutamaan-keutamaan yang mendesak dan up to date pada masa kini untuk kita hayati dan sebarluaskan, mengingat dan memperhatikan cukup banyak orang tidak setia dan tidak sabar dalam cara hidup dan cara bertindak mereka.
Salah satu bentuk hidup dalam damai sejahtera dalam Tuhan memang antara lain hidup setia pada panggilan dan tugas pengutusan, serta sabar dalam menghadapi aneka tantangan, hambatan dan masalah, yang muncul karena kesetiaan tersebut. Setia pada panggilan dan tugas pengutusan tak akan terbebaskan dari aneka tantangan, masalah dan hambatan, maka hadapilah dengan kesabaran sebagai wahana untuk meneguhkan dan memperkuat kesetiaan. Kami harapkan para suami-isteri dapat menjadi teladan kesabaran dan kesetiaan bagi anak-anak, demikian juga para pimpinan rumah atau komunitas bagi para anggota atau bawahannya.
"Kasih dan kesetiaan akan bertemu, keadilan dan damai sejahtera akan bercium-ciuman. Kesetiaan akan tumbuh dari bumi, dan keadilan akan menjenguk dari langit. Bahkan TUHAN akan memberikan kebaikan, dan negeri kita akan memberi hasilnya. Keadilan akan berjalan di hadapan-Nya, dan akan membuat jejak kaki-Nya menjadi jalan."
(Mzm 85:11-14)
Ign 4 Desember 2011
Diposting oleh Renungan Iman Katolik di 05.28 0 komentar