Fans Page Facebook http://imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Sabtu, 17 Desember 2011

19 Des


"Inilah suatu perbuatan Tuhan bagiku"

(Hak 13:3-7.24-25a; Luk 1:5-25)

"Maka tampaklah kepada Zakharia seorang malaikat Tuhan berdiri di sebelah kanan mezbah pembakaran ukupan. Melihat hal itu ia terkejut dan menjadi takut. Tetapi malaikat itu berkata kepadanya: "Jangan takut, hai Zakharia, sebab doamu telah dikabulkan dan Elisabet, isterimu, akan melahirkan seorang anak laki-laki bagimu dan haruslah engkau menamai dia Yohanes. Engkau akan bersukacita dan bergembira, bahkan banyak orang akan bersukacita atas kelahirannya itu. Sebab ia akan besar di hadapan Tuhan dan ia tidak akan minum anggur atau minuman keras dan ia akan penuh dengan Roh Kudus mulai dari rahim ibunya; ia akan membuat banyak orang Israel berbalik kepada Tuhan, Allah mereka, dan ia akan berjalan mendahului Tuhan dalam roh dan kuasa Elia untuk membuat hati bapa-bapa berbalik kepada anak-anaknya dan hati orang-orang durhaka kepada pikiran orang-orang benar dan dengan demikian menyiapkan bagi Tuhan suatu umat yang layak bagi-Nya." Lalu kata Zakharia kepada malaikat itu: "Bagaimanakah aku tahu, bahwa hal ini akan terjadi? Sebab aku sudah tua dan isteriku sudah lanjut umurnya." Jawab malaikat itu kepadanya: "Akulah Gabriel yang melayani Allah dan aku telah diutus untuk berbicara dengan engkau dan untuk menyampaikan kabar baik ini kepadamu. Sesungguhnya engkau akan menjadi bisu dan tidak dapat berkata-kata sampai kepada hari, di mana semuanya ini terjadi, karena engkau tidak percaya akan perkataanku yang akan nyata kebenarannya pada waktunya." Sementara itu orang banyak menanti-nantikan Zakharia. Mereka menjadi heran, bahwa ia begitu lama berada dalam Bait Suci. Ketika ia keluar, ia tidak dapat berkata-kata kepada mereka dan mengertilah mereka, bahwa ia telah melihat suatu penglihatan di dalam Bait Suci. Lalu ia memberi isyarat kepada mereka, sebab ia tetap bisu. Ketika selesai jangka waktu tugas jabatannya, ia pulang ke rumah. Beberapa lama kemudian Elisabet, isterinya, mengandung dan selama lima bulan ia tidak menampakkan diri, katanya:"Inilah suatu perbuatan Tuhan bagiku, dan sekarang Ia berkenan menghapuskan aibku di depan orang." (Luk 1:11-25), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Pada hari ini kita diingatkan akan anugerah agung Allah kepada hambanya yang taat dan setia pada iman serta senantiasa berbakti kepada Allah kapan pun dan dimana pun. Elisabeth, isteri Zakharia, yang telah lansia mengandung dan akan melahirkan anaknya. Saya percaya suami-isteri yang telah lama menikah dan tidak dianugerahi anak pasti akan merasa aib atau rendah diri, namun ketika pada suatu saat dianugerahi anak pasti akan berkata seperti Elisabeth "Inilah suatu perbuatan Tuhan bagiku, dan sekarang Ia berkenan menghapuskan aibku di depan orang". Anak adalah anugerah Tuhan Allah, itulah kebenaran iman yang harus kita hayati dan sebarluaskan. Jika anak adalah anugerah Tuhan Allah, maka selayaknya anak-anak dididik dan dibesarkan sesuai dengan kehendak dan perintah Tuhan Allah, dan tentu saja pertama-tama orangtua/bapak-ibu harus hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak dan perintah Allah seperti Zakharia dan Elisabeth. Menghayati anak sebagai anugerah Allah berarti juga menghayati diri sebagai anugerah Allah karena juga pernah menjadi anak, dengan kata lain kita semua diharapkan dan dipanggil untuk menghayati diri sebagai anugerah Allah, dan dengan demikian senantiasa hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak Allah serta menghayati semua yang ada pada diri kita, entah kecantikan/ketampanan, kesehatan, kepandaian/kecerdasan, kekayaan dan umur panjang sebagai buah perbuatan Tuhan Allah bagiku.

·   "Lalu perempuan itu melahirkan seorang anak laki-laki dan memberi nama Simson kepadanya. Anak itu menjadi besar dan TUHAN memberkati dia. Mulailah hatinya digerakkan oleh Roh TUHAN di Mahane" (Hak 13:24-25a), demikian kutipan perihal kelahiran Simson, anugerah Allah, sehingga ketika telah dilahirkan "hatinya digerakkan oleh Roh Tuhan". Sebagai orang yang beriman, secara khusus yang beriman kepada Yesus Kristus, hendaknya hati kita juga digerakkan oleh Roh Tuhan, tidak hanya mengikuti keingingan atau kerinduan hati pribadi, sehingga cara hidup dan cara bertindak kita akan menghasilkan buah Roh seperti "kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri" (Gal 5:22-23). Ingatlah dan sadari bahwa yang kita sambut kedatanganNya adalah pembawa sukacita dan damai sejahtera, maka selayaknya kita yang menantikan kedatanganNya juga berusaha untuk senantiasa hidup dalam sukacita dan damai sejahtera. Hidup dalam sukacita dan damai sejahtera berarti senantiasa ceria, gembira, dinamis, penuh harapan dalam menghadapi segala sesuatu yang sedang atau akan terjadi. Jika kita dengan demikian itu menghadapi segala sesuatu yang mendatangi kita, maka kita akan mampu mengerjakan dan menghayati dengan baik dan sukses, dan dengan demikian kita juga akan semakin bersukacita dan damai sejahtera. Sukacita dan damai sejahtera menjadi dambaan atau kerinduan semua umat manusia di bumi ini, maka hendaknya kita bersama-sama mengusahakan, memperdalam dan menghayatinya, sehingga damai sejahtera dan sukacita sungguh menjadi nyata di bumi.

"Aku datang dengan keperkasaan-keperkasaan Tuhan ALLAH, hendak memasyhurkan hanya keadilan-Mu saja! Ya Allah, Engkau telah mengajar aku sejak kecilku, dan sampai sekarang aku memberitakan perbuatan-Mu yang ajaib" (Mzm 71:16-17)

Ign 19 Desember 2011


Minggu Adven IV


Mg Adven IV : 2Sam 7:1-5.8b-12.14a.16; Rm 16:25-27; Luk 1:26-38

"Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu"


Allah adalah Mahasetia, maka apapun yang pernah dijanjikanNya pasti akan menjadi nyata atau terwujud. Memang janji Allah akan menjadi nyata atau terwujud butuh kerjasama manusia untuk mewujudkannya, dengan kata lain  butuh kesanggupan total manusia agar janji menjadi nyata. Dalam Minggu Adven IV atau terakhir menjelang Hari Raya Kelahiran Penyelamat Dunia ini, kepada kita ditampilkan tokoh Maria, teladan umat beriman, yang menerima tugas atau panggilan untuk mengandung dan melahirkan Penyelamat Dunia, Allah yang menjadi manusia seperti kita kecuali dalam hal dosa. Maria adalah seorang perawan dan akan mengandung serta melahirkan anak, padahal belum bersuami. Anda rekan remaja putri kiranya dapat membayangkan bagaimana jika anda belum bersuami atau belum menikah tiba-tiba diketahui hamil, dan tidak diketahui siapa sebenarnya yang menghamili. Bukankah anda akan dicibir, direndahkan dan ada kemungkinan disingkirkan alias harus menanggung malu dengan penuh derita dan sengsara? Perasaan macam itu kiranya juga dialami Maria ketika diberi tahu bahwa ia akan mengandung karena Roh Kudus dan melahirkan anak. Namu karena hal itu merupakan panggilan Allah, maka Maria pasrah dan taat, serta menanggapi tawaran atau panggilan Allah dengan berkata "Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu" (Luk 1:38). Marilah kita yang beriman kepada Bunda Maria mawas diri: sejauh mana kita juga memiliki kesiap-siagaan menyambut kehahiran Penyelamat Dunia atau merayakan Natal dengan benar?

"Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu" (Luk 1:38)

"Hamba Tuhan" berarti menjadi pelayan atau pesuruh Tuhan, dan karena Tuhan Maha Segalanya maka apa yang diperintahkan atau disabdakan oleh Tuhan mau tak mau harus melaksanakannya, tak kuasa menolak atau menyingkirinya. Sebagai orang beriman kiranya kita juga memiliki panggilan untuk menjadi hamba-hamba Tuhan, yang senantiasa dalam keadaan siap-siaga untuk melaksanakan semua perintah atau sabda Tuhan dalam keadaan atau kondisi apapun, dimana pun dan kapan pun. Menjadi hamba Tuhan juga berarti senantiasa 'membahagiakan Tuhan', dan dengan demikian secara otomatis juga membahagiakan saudara-saudarinya melalui cara hidup dan cara bertindaknya.

Pesta Natal yang akan segera kita rayakan juga merupakan pesta kebahagiaan, bahagia karena kelahiran Penyelamat Dunia, Pembawa Damai Sejahtera. Maka marilah di hari-hari menjelang Pesta Natal ini kita mempersiapkan diri dengan mawas diri: apakah kita senantiasa berusaha membahagiakan saudara-saudari kita sehingga di Pesta Natal nanti kita saling membahagiakan. "Jadilah padaku menurut perkataanmu itu", demikian pernyataan lebih lanjut dari Maria setelah ia menjatakan diri sebagai hamba Tuhan. Beranikah kita juga berkata seperti Maria ini, dan tentu saja tidak hanya para sabda Tuhan, tetapi juga melalui kepanjangan sabda seperti kehendak baik, saran dan nasihat baik dari saudara-saudari kita?

Kami percaya kebanyakan orang berkehendak baik, dan karena keterbatasan maupun kelemahannya kehendak baik tersebut dapat sedikit berbeda atau berlainan satu sama lain, dan mungkin juga tidak sesuai dengan kehendak baik kita. Namun marilah kita sadari dan hayati bahwa kehendak baik kita juga terbatas dan belum tentu sesuai dengan kehendak Tuhan. Dengan kata lain marilah dengan berpkiran positif kita saling membuka diri terhadap kehendak kita, sehingga tiada permusuhan atau perseteruan di antara kita, melainkan semakin terjadi persaudaraan atau persahabatan sejati di antara kita. Marilah kita sadari dan hayati bahwa panggilan Tuhan melalui malaikatNya kepada Maria untuk mengandung dan melahirkan Penyelamat Dunia juga merupakan 'empati' atau panggilan persaudaraan dari Tuhan kepada umat manusia. Dengan belaskasih dan kemurahanNya Tuhan menjadikan kita orang-orang berdosa, yang melawan sabda atau perintah Tuhan, saudara-saudariNya. Kita tanggapi belaskasih dan kemurahanNya dengan menyalurkan belas kasih dan kemurahan Tuhan kepada saudara-saudari kita, dan dengan demikian kita saling berbelas kasih dan bermurah hati, artinya kita memperhatikan siapapun tanpa pandang bulu, SARA, usia, pengalaman, jabatan dst…

"Bagi Dia, yang berkuasa menguatkan kamu, -- menurut Injil yang kumasyhurkan dan pemberitaan tentang Yesus Kristus, sesuai dengan pernyataan rahasia, yang didiamkan berabad-abad lamanya, tetapi yang sekarang telah dinyatakan dan yang menurut perintah Allah yang abadi, telah diberitakan oleh kitab-kitab para nabi kepada segala bangsa untuk membimbing mereka kepada ketaatan iman -- bagi Dia, satu-satunya Allah yang penuh hikmat, oleh Yesus Kristus: segala kemuliaan sampai selama-lamanya! Amin." (Rm 16:25-27)

Kutipan di atas ini merupakan kata-kata terakhir surat Paulus kepada umat di Roma. "Menurut perintah Allah yang abadi, telah diberitakan oleh kitab-kitab para nabi kepada segala bangsa untuk membimbing mereka kepada ketaatan iman", kutipan inilah yang kiranya baik kita renungkan atau refleksikan bersama di hari-hari terakhir menjelang Pesta Natal yang akan segera datang. Kami percaya kita semua telah mendengarkan dan mungkin juga merefleksikan dan merenungkan apa yang tertulis di dalam kitab-kitab para nabi, entah secara pribadi maupun bersama dalam ibadat atau doa bersama. Apakah dengan itu semua kita semakin taat pada iman kita, artinya hidup dan bertindak dijiwai oleh iman kita kapan pun dan dimana pun?

Kita akan menyambut kedatangan Allah menjadi Manusia, Yesus Kritus, yang taat untuk mewujudkan janji Allah untuk menyelamatkan seluruh dunia. Maka baiklah kita mempersiapkan diri dengan mawas diri: sejauh mana kita taat pada iman kita. Hidup dan bertindak dijiwai oleh iman akan mulia kini dan selamanya, meskipun harus menghadapi aneka tantangan, hambatan dan masalah. Marilah kita dengan semangat iman hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, sebagaimana sering dicanangkan sebagai visi-misi aneka LSM Kristiani dalam anggaran dasarnya. Maka pertama-tama dan terutama kami mengajak dan mengingatkan para pemimpin atau pengurus aneka lembaga atau gerakan untuk dapat menjadi teladan dalam cara hidup dan cara bertindak yang dijiwai oleh iman.

Hidup dan bertindak dijiwai oleh iman merupakan salah satu bentuk penghayatan rahmat kenabian yang dianugerahkan kepada kita semua umat beriman. Menghayati rahmat kenabian berarti senantiasa menjadi saksi dan menyebarluaskan kebenaran-kebenaran serta dengan berani dan gigih, tanpa takut dan tanpa gentar menghadapi dan memberantas aneka kebohongan, yang masih marak pada masa kini. Maka menghayati rahmat kenabian harus hidup dan bertindak jujur. "Jujur adalah sikap dan perilaku yang tidak suka berbohong dan berbuat curang, berkata-kata apa adanya dan berani mengakui kesalahan serta rela berkorban untuk kebenaran" (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka – Jakarta 1997 hal 17). Hidup jujur memang akan hancur untuk sementara, tetapi akan mulia dan bahagia selamanya. Marilah kita biasakan dan didik anak-anak kita untuk hidup dan bertindak jujur kapan pun dan dimana pun.

"Aku hendak menyanyikan kasih setia TUHAN selama-lamanya, hendak memperkenalkan kesetiaan-Mu dengan mulutku turun-temurun. Sebab kasih setia-Mu dibangun untuk selama-lamanya; kesetiaan-Mu tegak seperti langit. Engkau telah berkata: "Telah Kuikat perjanjian dengan orang pilihan-Ku, Aku telah bersumpah kepada Daud, hamba-Ku: Untuk selama-lamanya Aku hendak menegakkan anak cucumu, dan membangun takhtamu turun-temurun." (Mzm 89:2-5)

  Ign 18 Desember 2011


17 Des

"Inilah silsilah Yesus Kristus"

(Kej 49:2.8-10; Mat 1:1-17)

"Inilah silsilah Yesus Kristus, anak Daud, anak Abraham.Abraham memperanakkan Ishak, Ishak memperanakkan Yakub, Yakub memperanakkan Yehuda dan saudara-saudaranya,Yehuda memperanakkan Peres dan Zerah dari Tamar, Peres memperanakkan Hezron, Hezron memperanakkan Ram, Ram memperanakkan Aminadab, Aminadab memperanakkan Nahason, Nahason memperanakkan Salmon, Salmon memperanakkan Boas dari Rahab, Boas memperanakkan Obed dari Rut, Obed memperanakkan Isai, Isai memperanakkan raja Daud. Daud memperanakkan Salomo dari isteri Uria, Salomo memperanakkan Rehabeam, Rehabeam memperanakkan Abia, Abia memperanakkan Asa, Asa memperanakkan Yosafat, Yosafat memperanakkan Yoram, Yoram memperanakkan Uzia, Uzia memperanakkan Yotam, Yotam memperanakkan Ahas, Ahas memperanakkan Hizkia, Hizkia memperanakkan Manasye, Manasye memperanakkan Amon, Amon memperanakkan Yosia, Yosia memperanakkan Yekhonya dan saudara-saudaranya pada waktu pembuangan ke Babel. Sesudah pembuangan ke Babel, Yekhonya memperanakkan Sealtiel, Sealtiel memperanakkan Zerubabel, Zerubabel memperanakkan Abihud, Abihud memperanakkan Elyakim, Elyakim memperanakkan Azor, Azor memperanakkan Zadok, Zadok memperanakkan Akhim, Akhim memperanakkan Eliud, Eliud memperanakkan Eleazar, Eleazar memperanakkan Matan, Matan memperanakkan Yakub, Yakub memperanakkan Yusuf suami Maria, yang melahirkan Yesus yang disebut Kristus. Jadi seluruhnya ada: empat belas keturunan dari Abraham sampai Daud, empat belas keturunan dari Daud sampai pembuangan ke Babel, dan empat belas keturunan dari pembuangan ke Babel sampai Kristus." (Mat 1:1-17), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Hari ini kita memasuki hari pertama dalam Pekan Khusus Adven, dengan kata lain satu minggu lagi kita akan segera merayakan Natal, hari raya kelahiran Yesus Kristus, Penyelamat Dunia. Kepada kita ditampilkan silsilah Yesus Kristus, suatu ajakan untuk menyadari dan menghayati bahwa kelahiran Yesus Kristus, Penyelamat Dunia, merupakan pemenuhan janji Allah kepada umatNya, yang menantikan penebusan atas dosa-dosanya. Maka mungkin baik jika hari ini kita mawas diri perihal janji Allah kepada kita masing-masing terkait dengan jati diri dan panggilan kita sebagai orang katolik, yang telah dibaptis, sebagai suami/isteri, imam, bruder dan suster, dimana kepada kita dijanjikan bahwa jika kita setia menghayati janji-janji yang telah kita ikhrarkan, maka kebahagiaan atau kesejahteraan sejati sudah ada di ambang pintu. Dengan kata lain jika kita setia pada janji-janji, maka dengan penuh keyakinan dan kemantapan kita akan bahagia dan sejahtera. Sejauh mana kita setia atau melanggar janji-janji yang pernah kita ikhrarkan? Jika kita merasa kurang setia atau telah melanggar marilah dengan rendah hati mengakui kesalahan dan dosa kita serta mohon kasih pengampunan dari Allah. Pada hari-hari selama Pekan Khusus Adven ini kiranya ada kesempatan bagi kita semua untuk menerima Sakramen Pengampunan dalam pengakuan dosa, maka hendaknya kesempatan untuk mengaku dosa yang telah disediakan dimanfaatkan sungguh-sungguh, dan jangan dilewatkan.

·   "Yehuda, engkau akan dipuji oleh saudara-saudaramu, tanganmu akan menekan tengkuk musuhmu, kepadamu akan sujud anak-anak ayahmu. Yehuda adalah seperti anak singa: setelah menerkam, engkau naik ke suatu tempat yang tinggi, hai anakku; ia meniarap dan berbaring seperti singa jantan atau seperti singa betina; siapakah yang berani membangunkannya? Tongkat kerajaan tidak akan beranjak dari Yehuda ataupun lambang pemerintahan dari antara kakinya, sampai dia datang yang berhak atasnya, maka kepadanya akan takluk bangsa-bangsa" (Kej 49:8-10). Kutipan ini hendaknya kita renungkan atau refleksikan, yaitu jika kita setia pada janji-janji yang telah kita ikrarkan, maka kita akan dikenang oleh anak-cucu atau keturunan kita. Cara hidup dan cara bertindak kita akan menjadi teladan, panutan atau inspirasi bagi generasi berikutnya, maka hendaknya kita sungguh memiliki cara hidup dan cara bertindak yang layak dikenang atau diabadikan oleh anak-cucu, keturunan atau generasi penerus. Tentu saja cara hidup dan cara bertindak yang baik dan berbudi pekerti luhur, yang membuahkan damai sejahtera dan kebahagiaan atau keselamatan sejati itulah yang hendaknya kita usahakan bersama-sama dengan rendah hati dan bantuan rahmat Tuhan. Semoga cara hidup dan cara bertindak kita mempesona, memikat dan menarik orang lain karena baik dan berbudi pekerti luhur, dan siapapun yang melihat cara hidup dan cara bertindak kita akan mengikutinya. Marilah kita wariskan nilai-nilai atau keutamaan-keutamaan hidup yang membahagiakan dan menyelamatkan kepada anak-cucu, keturunan dan generasi penerus kita, bukan harta benda atau uang yang kita wariskan. Nilai dan keutamaan hidup tak akan mudah hancur dan musnah karena aneka tantangan, masalah dan hambatan, sebaliknya akan semakin handal dan teguh.

"Ya Allah, berikanlah hukum-Mu kepada raja dan keadilan-Mu kepada putera raja!Kiranya ia mengadili umat-Mu dengan keadilan dan orang-orang-Mu yang tertindas dengan hukum! Kiranya gunung-gunung membawa damai sejahtera bagi bangsa, dan bukit-bukit membawa kebenaran! Kiranya ia memberi keadilan kepada orang-orang yang tertindas dari bangsa itu, menolong orang-orang miskin" (Mzm 72:1-4b)

Ign 17 Desember 2011


Rabu, 14 Desember 2011

16 Des


" Sungguhpun kamu telah melihat Aku kamu tidak percaya"
(Yes 56: 1-3a.6-8; Yoh 6:33-36)
"Karena roti yang dari Allah ialah roti yang turun dari sorga dan yang memberi hidup kepada dunia." Maka kata mereka kepada-Nya: "Tuhan, berikanlah kami roti itu senantiasa." Kata Yesus kepada mereka: "Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi. Tetapi Aku telah berkata kepadamu: Sungguhpun kamu telah melihat Aku, kamu tidak percaya." (Yoh 6:33-36), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Dalam Warta Gembira hari ini kita diajak untuk mawas diri perihal apa yang telah kita alami atau lakukan, lebih-lebih dalam hal melihat dan mendengarkan. Kami percaya kita semua telah melihat dan mendengarkan aneka macam peristiwa dan informasi di dalam perjalanan hidup dan kerja kita setiap hari di mana pun dan kapan pun. Kepada kita ditanyakan apakah setelah melihat dan mendengarkan semuanya itu kita semakin beriman, semakin membaktikan diri seutuhnya kepada Tuhan atau semakin hidup baik dan berbudi pekerti lubur. Jika kita sungguh membuka diri dengan rendah hati, sahar, teliti dan tekun, kami percaya bahwa kita semakin beriman, semakin membaktikan diri seutuhnya kepada Tuhan. Maka marilah kita renungkan sabda Yesus "Aku telah berkata kepadamu: Sungguhpun kamu telah melihat Aku, kamu tidak percaya". Sabda atau sapaan ini memang terutama diarahkan kepada mereka yang tidak percaya kepada Yesus sebagai Penyelamat Dunia. Apakah kita termasuk orang yang percaya atau tidak percaya? Mungkin kita ada di tengah-tengahnya: tidak percaya total atau seratus persen, dengan kata lain tidak hitam atau tidak putih melainkan abu-abu. Sebagai orang yang beriman kepada Yesus Kristus, khususnya orang katolik, kiranya kita semua telah sering menerima komuni atau Tubuh Kristus dalam rupa roti, maka marilah kita mawas diri apakah kita semakin percaya kepadaNya, semakin suci atau semakin berbakti sepenuhnya kepada Tuhan melalui pelayanan kepada saudara-saudari kita dalam hidup dan kerja sehari-hari. Karena telah menerima Tubuh Kristus berarti kita hidup dan bertindak sesuai dengan sabda-sabdaNya atau meneladan cara hidup dan cara bertindakNya setiap hari dimana pun dan kapanpun.
·   "Beginilah firman TUHAN: Taatilah hukum dan tegakkanlah keadilan, sebab sebentar lagi akan datang keselamatan yang dari pada-Ku, dan keadilan-Ku akan dinyatakan.Berbahagialah orang yang melakukannya, dan anak manusia yang berpegang kepadanya: yang memelihara hari Sabat dan tidak menajiskannya, dan yang menahan diri dari setiap perbuatan jahat." (Yes 56:1-2). Kutipan ini kiranya baik menjadi bahan refleksi atau renungan kita, terutama ajakan "Taatilah hukum dan tegakkanlah keadilan". Ketidakadilan pada masa kini merajalela dimana-mana: para penegak hukum seperti hakim maupun polisi dengan mudah bertindak tidak adil karena uang. Kepada kita semua juga diajak untuk "menahan diri dari setiap perbuatan jahat". Kami berharap peringatan atau ajakan melalui nabi Yesaya ini pertama-tama dan terutama dihayati di dalam keluarga: para orangtua atau bapak-ibu kami harapkan dapat menjadi teladan atau inspirasi bagi anak-anaknya dalam mentaati aneka tata tertib, menegakkan keadilan maupun menahan diri dari setiap perbuatan jahat. Godaan atau rayuan untuk tidak tertib, tidak adil dan berbuat jahat ada dimana-mana, kapan saja, tak kenal ruang dan waktu, demikian pula sebaliknya hidup tertib, berbuat adil dan berbuat baik juga dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja. Salah satu wujud keadilan yang mendasar adalah menjunjung tinggi harkat martabat manusia, maka kami harapkan antara suami dan isteri, bapak dan ibu, tidak terjadi pelecehan harkat martabat manusia, misalnya dengan bertindak kasar atau marah terhadap pasangan hidupnya. Mungkin juga dalam relasi antar suam-isteri juga terjadi pelanggaran hak azasi manusia, perkosaan, secara konkret dalam rangka hubungan seksual yang tidak seimbang, artinya entah isteri atau suami memaksa pasangannya untuk hubungan seksual, sehingga salah satu dari mereka tidak menikmati kebahagiaan dalam hubungan seksual, melainkan siksaan karena dipaksa atau diperkosa. Kami harap orangtua tidak tidak berlaku keras atau kasar terhadap anak-anaknya; hendaknya mendidik dan mendampingi anak-anak dalam semangat cintakasih dan kebebasan. Ajakan untuk menghindari perbuatan jahat secara konkret kami harapkan dihayati di sekolah-sekolah, yaitu pemberlakuan dilarang menyontek baik dalam ulangan maupun ujian. Membiasakan peserta didik untuk menyontek berarti membiarkan tidak kejahatan terjadi alias mendidik para peserta didik latihan berbuat jahat atau korupsi.
"Kiranya Allah mengasihani kita dan memberkati kita, kiranya Ia menyinari kita dengan wajah-Nya, supaya jalan-Mu dikenal di bumi, dan keselamatan-Mu di antara segala bangsa. Kiranya suku-suku bangsa bersukacita dan bersorak-sorai, sebab Engkau memerintah bangsa-bangsa dengan adil, dan menuntun suku-suku bangsa di atas bumi" (Mzm 67:2-3.5)
Ign 16 Desember 2011

15 Des

"Aku menyuruh utusanKu mendahului Engkau"

(Yes 54:1-10; Luk 7:24-30)

"Setelah suruhan Yohanes itu pergi, mulailah Yesus berbicara kepada orang banyak itu tentang Yohanes: "Untuk apakah kamu pergi ke padang gurun? Melihat buluh yang digoyangkan angin kian ke mari? Atau untuk apakah kamu pergi? Melihat orang yang berpakaian halus? Orang yang berpakaian indah dan yang hidup mewah, tempatnya di istana raja. Jadi untuk apakah kamu pergi? Melihat nabi? Benar, dan Aku berkata kepadamu, bahkan lebih dari pada nabi. Karena tentang dia ada tertulis: Lihatlah, Aku menyuruh utusan-Ku mendahului Engkau, ia akan mempersiapkan jalan-Mu di hadapan-Mu. Aku berkata kepadamu: Di antara mereka yang dilahirkan oleh perempuan tidak ada seorang pun yang lebih besar dari pada Yohanes, namun yang terkecil dalam Kerajaan Allah lebih besar dari padanya." Seluruh orang banyak yang mendengar perkataan-Nya, termasuk para pemungut cukai, mengakui kebenaran Allah, karena mereka telah memberi diri dibaptis oleh Yohanes. Tetapi orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat menolak maksud Allah terhadap diri mereka, karena mereka tidak mau dibaptis oleh Yohanes." (Luk 7:24-30), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Tugas menjadi utusan atau bentara Penyelamat Dunia memang harus siap diterima atau ditolak: orang-orang yang sungguh mendambakan Penyelamat Dunia pada umumnya dengan rendah hati akan me- nerimanya, sedangkan orang-orang yang mapan akan menolaknya, sebagaimana dilakukan oleh orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat. Selama masa adven ini kita diajak untuk mawas diri sejauh mana kita mendambakan kedatangan Penyelamat Dunia atau mempersiapkan diri serta saudara-saudari kita untuk menyambut kedatangan Penyelamat Dunia. Pertama-tama marilah kita sadari dan hayati bahwa sebagian besar dari kita telah menerima pewartaan utusan-utusan Allah, yang telah mengajar dan memberitahukan kepada kita perihal Penyelamat Dunia dan dengan rendah hati kita juga bersedia untuk dibaptis. Selanjutnya marilah kita hayati rahmat pembaptisan itu dengan menghayati diri sebagai utusan-utusan untuk mempersiapkan jalan bagi orang lain atau saudara-saudari kita menuju ke perjumpaan dengan Penyelamat Dunia alias juga dalam kesiap-sediaan untuk dibaptis atau mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan, semakin beriman, semakin hidup suci, semakin berbudi pekerti luhur dst… Salah satu cirikhas hidup orang yang mempersiapkan jalan adalah bermatiraga atau berlaku tapa, sebagaimana dilakukan oleh Yohanes dengan mengasingikan diri di padang gurun sebelum melakukan tugas pengutusan dengan membaptis mereka yang percaya kepada pemberitaannya. Matiraga atau laku tapa antara lain berarti mengendalikan gerak raga atau anggota tubuh sedemikian rupa sehingga hanya bergerak untuk melaksanakan kehendak Tuhan alias berbuat baik atau berbudi pekerti luhur. Hidup baik atau berbudi pekerti luhur juga merupakan jalan bagi orang lain untuk menelusuri hidup beriman dan bermoral sebagaimana dikehendaki Tuhan.

·   "Lapangkanlah tempat kemahmu, dan bentangkanlah tenda tempat kediamanmu, janganlah menghematnya; panjangkanlah tali-tali kemahmu dan pancangkanlah kokoh-kokoh patok-patokmu! Sebab engkau akan mengembang ke kanan dan ke kiri, keturunanmu akan memperoleh tempat bangsa-bangsa, dan akan mendiami kota-kota yang sunyi.Janganlah takut, sebab engkau tidak akan mendapat malu, dan janganlah merasa malu, sebab engkau tidak akan tersipu-sipu. Sebab engkau akan melupakan malu keremajaanmu, dan tidak akan mengingat lagi aib kejandaanmu. Sebab yang menjadi suamimu ialah Dia yang menjadikan engkau, TUHAN semesta alam nama-Nya; yang menjadi Penebusmu ialah Yang Mahakudus" (Yes 54: 2-5). Secara symbolis Yesaya mengajak kita untuk membuka diri sepenuhnya terhadap kedatangan Penyelamat Dunia. Ia menggambarkan keterbukaan itu dengan seorang isteri yang menanggapi cintakasih suaminya antara lain dengan telanjang di hadapan sang suami, siap sedia menerima wujud kasih suaminya yang akan (maaf sedikit porno) memasukkan penisnya ke dalam vaginanya. Di hadapan Tuhan memang kita tak mungkin menyembunyikan diri sedikitpun, karena Tnuhan Maha Tahu, maka marilah kita hidup dan bertindak dengan terbuka atau  transparan satu sama lain, lebih-lebih dalam komunitas basis seperti keluarga. Dengan kata lain kami berharap semangat terbuka satu sama lain hendaknya sungguh terjadi  di dalam keluarga dengan contoh konkret dari para orangtua. Ingat dan hayati bahwa anda sebagai orangtua atau bapak-ibu pernah melakukan terbuka satu sama lain apa adanya ketika sedang memadu kasih, yang antara lain ditandai dengan hubungan seksual. Hendaknya pengaaman ini juga dikembangkan dalam bidang kehidupan bersama yang lain dalam hidup sehari-hari. Marilah kita sadari dan hayati bahwa suami atau isteri kita adalah "Tuhan" yang telah mengasihi kita semua tanpa batas.

"Kiranya Allah mengasihani kita dan memberkati kita, kiranya Ia menyinari kita dengan wajah-Nya,  supaya jalan-Mu dikenal di bumi, dan keselamatan-Mu di antara segala bangsa. Kiranya suku-suku bangsa bersukacita dan bersorak-sorai, sebab Engkau memerintah bangsa-bangsa dengan adil, dan menuntun suku-suku bangsa di atas bumi." (Mzm 67:2-3.5)

Ign 15 Desember 2011


Selasa, 13 Desember 2011

14 Des


"Berbahagialah orang yang tidak menjadi kecewa dan menolak Aku"

(Yes 45:6b-8.18.21b-25; Luk 7:19-23)

"Ia memanggil dua orang dari antaranya dan menyuruh mereka bertanya kepada Tuhan: "Engkaukah yang akan datang itu atau haruskah kami menantikan seorang lain?" Ketika kedua orang itu sampai kepada Yesus, mereka berkata: "Yohanes Pembaptis menyuruh kami bertanya kepada-Mu: Engkaukah yang akan datang itu atau haruskah kami menantikan seorang lain?" Pada saat itu Yesus menyembuhkan banyak orang dari segala penyakit dan penderitaan dan dari roh-roh jahat, dan Ia mengaruniakan penglihatan kepada banyak orang buta. Dan Yesus menjawab mereka: "Pergilah, dan katakanlah kepada Yohanes apa yang kamu lihat dan kamu dengar: Orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi tahir, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada orang miskin diberitakan kabar baik. Dan berbahagialah orang yang tidak menjadi kecewa dan menolak Aku." (Luk 7:19-23), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St.Yohanes dari Salib, imam dan pujangga Gereja, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   "Katakanlah kepada Yohanes apa yang kamu lihat dan kamu dengar", demikian pesan Yesus kepada dua orang utusan Yohanes perihal kedatangan Penyelamat Dunia. Para utusan Yohanes melihat dan mendengar apa yang dikerjakan oleh Penyelamat Dunia, Yesus, yaitu membuka mata orang buta, membuat orang lumpuh dapat berjalan, menyembuhkan orang berpenyakit, membuat orang tuli dapat mendengar dan memberi kabar baik kepada orang miskin. Dengan melihat dan mendengar semuanya itu kiranya dua utusan Yohanes tidak kecewa dan tidak menolak Yesus, Penyelamat Dunia. Sebagai orang beriman atau beragama kiranya kita semua juga dipanggil agar siapapun yang melihat dan mendengar cara hidup dan cara bertindak kita tidak kecewa dan percaya kepada Tuhan. Hemat saya cara hidup dan cara bertindak sebagaimana telah dihayati dan dikerjakan oleh Yesus di atas itulah yang hendaknya juga kita hayati dan kerjakan. Memang untuk itu butuh perjuangan dan pengorbanan, sebagaimana juga dialami oleh Yohanes dari Salib dalam usaha pembaharuan tarekat atau ordonya, Ordo Karmelit. Usaha atau gerakan penyelamatan yang dikerjakan oleh Yesus dan juga Yohanes dari Salib memang juga merupakan gerakan pembaharuan dan setiap usaha atau gerakan pembaharuan pada umumnya menghadapi perlawanan, tantangan dan hambatan, yang berasal dari mereka yang bersikap mental 'statusquo' dan tidak mau berubah sesuai dengan tuntutan dan perkembangan zaman. Kita semua dipanggil untuk berubah, tentu saja berubah lebih baik, lebi sehat, lebih suci, lebih cerdas, lebih terampil, dst.., dan untuk itu tak akan pernah lepas dari aneka bentuk perjuangan serta pengorbanan. 

·   "Akulah TUHAN dan tidak ada yang lain, yang menjadikan terang dan menciptakan gelap, yang menjadikan nasib mujur dan menciptakan nasib malang; Akulah TUHAN yang membuat semuanya ini. Hai langit, teteskanlah keadilan dari atas, dan baiklah awan-awan mencurahkannya! Baiklah bumi membukakan diri dan bertunaskan keselamatan, dan baiklah ditumbuhkannya keadilan! Akulah TUHAN yang menciptakan semuanya ini." (Yes 45:6b-8). Kutipan dari Kitab Nabi Yesaya ini sungguh baik untuk kita renungkan atau refleksikan. Kita semua dipanggil untuk menghayati bahwa semua yang ada di bumi ini adalah ciptaan Tuhan, anugerah dan rahmat Tuhan. Mereka yang berada dalam posisi atas atau kepemimpinan diharapkan meneteskan dan mencurahkan keadilan kepada yang berada di bawah: atasan kepada bawahannya, pemimpin kepada anggotanya, orangtua kepada anak-anaknya, generasi tua kepada generasi muda, kakak kepada adiknya, senior kepada yunior, dst.. Salah satu bentuk keadilan adalah menghormati dan menjunjung tinggi harkat martabat manusia, sebagai ciptaan Allah, yang diciptakan sesuai dengan gambar atau citraNya. Maka kami berharap mereka yang berada di atas untuk menjunjung tinggi harkat martabat yang dibawah, dan secara konkret berarti senantiasa mengusahakan kesejahteraan dan keselamatan yang dibawah atau umum. Lebih konkret lagi antara lain hendaknya para buruh atau pegawai diberi imbal jasa atau gaji yang memadai sesuai dengan kebutuhan hidup sehari-hari, sehingga mereka hidup damai sejahtera dan selamat lahir dan batin. Sebaliknya mereka yang berada di bawah (anggota, bawahan, anak, yunior,  rakyat dst..)  diharapkan memiliki keterbukaan, mendengarkan dengan sungguh-sungguh ajakan untuk mengusahakan kesejahteraan hidup bersama. Dengan kata lain semuanya diharapkan bekerja keras sesuai dengan fungsi, kedudukan, jabatan atau pekerjaan dan tugas masing-masing. "Bekerja keras adalah sikap dan perilaku yang suka berbuat hal-hal yang positif dan tidak suka berpangku tangan serta selalu gigih dan sungguh-sungguh dalam melakukan sesuatu" (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka-Jakarta 1997, hal 10)

"Kasih dan kesetiaan akan bertemu, keadilan dan damai sejahtera akan bercium-ciuman. Kesetiaan akan tumbuh dari bumi, dan keadilan akan menjenguk dari langit. Bahkan TUHAN akan memberikan kebaikan, dan negeri kita akan memberi hasilnya.Keadilan akan berjalan di hadapan-Nya, dan akan membuat jejak kaki-Nya menjadi jalan" (Mzm 85:11-14)

Ign 14 Desember 2011


Senin, 12 Desember 2011

13 Des


"Perempuan sundal akan mendahului kamu masuk ke dalam Kerajaan Allah"

(Zef 3:1-2.9-13; Mat 21:28-32)

"Tetapi apakah pendapatmu tentang ini: Seorang mempunyai dua anak laki-laki. Ia pergi kepada anak yang sulung dan berkata: Anakku, pergi dan bekerjalah hari ini dalam kebun anggur. Jawab anak itu: Baik, bapa. Tetapi ia tidak pergi. Lalu orang itu pergi kepada anak yang kedua dan berkata demikian juga. Dan anak itu menjawab: Aku tidak mau. Tetapi kemudian ia menyesal lalu pergi juga. Siapakah di antara kedua orang itu yang melakukan kehendak ayahnya?" Jawab mereka: "Yang terakhir." Kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya pemungut-pemungut cukai dan perempuan-perempuan sundal akan mendahului kamu masuk ke dalam Kerajaan Allah. Sebab Yohanes datang untuk menunjukkan jalan kebenaran kepadamu, dan kamu tidak percaya kepadanya. Tetapi pemungut-pemungut cukai dan perempuan-perempuan sundal percaya kepadanya. Dan meskipun kamu melihatnya, tetapi kemudian kamu tidak menyesal dan kamu tidak juga percaya kepadanya." (Mat 21:28-32), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St.Lusia, perawan dan martir, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Yang dimaksudkan dengan anak pertama di sini tidak lain adalah para tokoh bangsa Yahudi seperti para ahli Taurat, orang-orang Farisi, imam-imam kepala serta tua-tua Yahudi, sedangkan anak kedua adalah rakyat jelata atau orang-orang yang menyadari dan menghayati diri sebagai yang berdosa, lemah dan rapuh serta mendambakan penyelamatan Allah. Yang kemudian ini diumpamakan seperti para pemungut cukai dan perempuan sundal alias pelacur. Menyadari dan menghayati diri sebagai yang beriman hemat saya identik dengan menyadari dan menghayati diri sebagai pendosa. St. Lusia yang kita kenangkan hari ini sungguh beriman dan mempersembahkan diri seutuhnya kepada Allah, maka ketika gadis cantik ini dilamar oleh seorang pemuda ia menolaknya dan kemudian dituduh Kristen dan dibunuh dengan ditusuk lehernya. Leher adalah bagian tubuh dari anggota tubuh kita yang kelihatan yang tak pernah menyakiti anggota tubuh lainnya, yang rendah hati melaksanakan fungsinya, maka leher kiranya juga dapat menjadi symbol orang yang sungguh beriman, yang senantiasa siap sedia diperlakukan apa saja tanpa mengeluh, menggerutu dan marah. Kita semua dipanggil untuk menghayati rahmat kemartiran kita dengan menjadi pelaksana-pelaksana perintah Allah sebagaimana digambarkan bagaikan anak kedua yang pergi dan melaksanakan perintah ayahnya. Maka marilah bersama-sama berusaha dengan rendah hati untuk menjadi pelaksana-pelaksana perintah dan kehendak Allah dalam cara hidup dan cara bertindak kita dimana pun dan kapan pun. Semoga St Lusia, perawan dan martir, menjadi teladan kita dan senantiasa mendoakan kita agar setia menjadi pelaksana-pelaksana kehendak dan perintah Allah.

·   "Celakalah si pemberontak dan si cemar, hai kota yang penuh penindasan! Ia tidak mau mendengarkan teguran siapa pun dan tidak mempedulikan kecaman; kepada TUHAN ia tidak percaya dan kepada Allahnya ia tidak menghadap." (Zef 3:1-2), demikian peringatan nabi Zefanya kepada bangsanya, kepada kita semua umat beriman. Kita diingatkan agar jangan menjadi pemberontak-pemberontak, entah dalam hidup bersama di dalam keluarga, tempat kerja/tugas maupun di masyarakat, apalagi memberontak kepada Tuhan alias tidak percaya kepadaNya. Ada kemungkinan dan kiranya sangat mungkin bahwa kita sering memberontak atau melawan kehendak dan perintah Tuhan atau aneka perintah dan kehendak serta nasihat orang yang berkehendak baik, entah sengaja atau tidak sengaja. Baiklah ketika kita diingatkan atas pemberontakan atau perlawanan kita hendaknya dengan rendah hati segera bertobat alias memperbaharui diri tanpa menunda-nunda, jika kita mendambakan hidup damai, selamat dan sejahtera, baik lahir maupun batin, jasmani maupun rohani, phisik maupun spiritual. Keutamaan ketaatan itulah yang hendaknya kita usahakan, perdalam dan teguhkan dalam kehidupan beriman di mana pun dan kapan pun. Untuk itu memang kita diharapkan dengan rendah hati mendengarkan aneka kecaman, peringatan, nasihat, tegoran atau kritikan yang mendatangi kita; sikapi dan terimalah semuanya itu sebagai perwujudan kasih dan perhatian mereka terhadap kita, orang yang lemah, rapuh dan berdosa, yang mendambakan keselamatan atau kebahagiaan sejati. Ingatlah dan hayati bahwa orang tak akan mengritik, mengecam, menegor atau menasihati kita jika mereka tidak mengasihi kita; hanya karena dan dalam kasih lah mereka berani mengritik, mengecam dan menegor kita. Hayati dan  sikapi aneka kritik, kecaman, tegoran dan nasihat sebagai wahana untuk membimbing dan mendorong kita agar semakin beriman, semakin membaktikan diri sepenuhnya kepada Tuhan melalui pembaktian diri terhadap saudara-saudari kita.

"Wajah TUHAN menentang orang-orang yang berbuat jahat untuk melenyapkan ingatan kepada mereka dari muka bumi. Apabila orang-orang benar itu berseru-seru, maka TUHAN mendengar, dan melepaskan mereka dari segala kesesakannya.34:19 TUHAN itu dekat kepada orang-orang yang patah hati, dan Ia menyelamatkan orang-orang yang remuk jiwanya." (Mzm 34:17-19)

Ign 13 Desember 2011


Minggu, 11 Desember 2011

12 Des


"Dengan kuasa manakah Engkau melakukan hal itu?"
(Bil 24:2-7.15-17a; Mat 21:23-27)
" Lalu Yesus masuk ke Bait Allah, dan ketika Ia mengajar di situ, datanglah imam-imam kepala serta tua-tua bangsa Yahudi kepada-Nya, dan bertanya: "Dengan kuasa manakah Engkau melakukan hal-hal itu? Dan siapakah yang memberikan kuasa itu kepada-Mu?" Jawab Yesus kepada mereka: "Aku juga akan mengajukan satu pertanyaan kepadamu dan jikalau kamu memberi jawabnya kepada-Ku, Aku akan mengatakan juga kepadamu dengan kuasa manakah Aku melakukan hal-hal itu. Dari manakah baptisan Yohanes? Dari sorga atau dari manusia?" Mereka memperbincangkannya di antara mereka, dan berkata: "Jikalau kita katakan: Dari sorga, Ia akan berkata kepada kita: Kalau begitu, mengapakah kamu tidak percaya kepadanya? Tetapi jikalau kita katakan: Dari manusia, kita takut kepada orang banyak, sebab semua orang menganggap Yohanes ini nabi." Lalu mereka menjawab Yesus: "Kami tidak tahu." Dan Yesus pun berkata kepada mereka: "Jika demikian, Aku juga tidak mengatakan kepadamu dengan kuasa manakah Aku melakukan hal-hal itu." (Mat 21:23-27), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Imam-imam kepala serta tua-tua bangsa Yahudi yang merasa tersingkir karena kedatangan Yesus berusaha untuk menyebak dan menjatuhkan Yesus dengan suatu pertanyaan. Mereka bertanya kepadaNya tentang  dari mana kuasa Yesus mengadakan aneka mujizat serta mengajarkan hal-hal yang penuh wibawa dan memikat. Yesus tahu kelicikan mereka maka kemudian sebelum menjawab Ia bertanya perihal baptisan Yohanes dari sorga atau dari manusia. Mereka bingung karena takut, maka kemudian menjawab "Kami tidak tahu". Dialog antara imam-imam kepada serta tua-tua dengan Yesus ini kiranya baik menjadi cermin permenungan kita. Hendaknya kita jujur terhadap diri sendiri, mengakui dan menghayati keterbatasan dan ketidak-mampuan kita. Masa adven juga kesempatan untuk menyadari dan menghayati diri bahwa kita adalah orang-orang berdosa, lemah dan rapuh yang membutuhkan penyelamatan dari Tuhan. Marilah kita hayati secara mendalam keutamaan harapan yang juga mewarnai masa adven. Kiranya kita semua memiliki harapan untuk melebihi diri sendiri pada saat ini, misalnya lebih baik, lebih suci, lebih terampil, lebih cerdas dst..  Untuk itu kita harus dengan rendah hati berani membuka diri terhadap aneka kemungkinan dan kesempatan untuk menjadi lebih dari yang ada pada saat ini. Dengan kata lain marilah kita hayati semangat belajar terus menerus sampai mati atau dipanggil oleh Tuhan. Semangat belajar dengan rendah hati ini hendaknya dididikkan dan dibiasakan pada anak-anak di dalam keluarga melalui teladan konkret para orangtua atau bapak-ibu.
·    "Tutur kata Bileam bin Beor, tutur kata orang yang terbuka matanya; tutur kata orang yang mendengar firman Allah, dan yang beroleh pengenalan akan Yang Mahatinggi, yang melihat penglihatan dari Yang Mahakuasa, sambil rebah, namun dengan mata tersingkap" (Bil 24:15-16), demikian sanjak Bileam bin Beor. Sanjak ini kiranya baik kita refleksikan atau renungkan bersama selama masa adven ini. Kita diingatkan dan diajak untuk membuka mata dan telinga kita guna melihat dan mendengarkan firman atau sabda Allah, entah melalui atau dengan Kitab Suci ataupun aneka peristiwa yang terjadi di lingkungan hidup kita maupun aneka kehendak baik saudara-saudari kita dimana pun dan kapan pun. Allah hidup dan berkarya terus-menerus melalui ciptaan-ciptaanNya di dunia ini, melalui tanaman, binatang dan manusia yang terus tumbuh dan berkembang. Marilah kita imani bahwa aneka pertumbuhan dan perkembangan terutama merupakan karya Allah yang memang membutuhkan partisipasi manusia yang saling mengasihi satu sama lain. Sebagai contoh penciptaan dan pertumbuhan serta perkembangan manusia: bukankah masing-masing dari kita diciptakan oleh Allah bekerja sama dengan ayah-ibu atau orangtua kita masing-masing yang saling mengasihi, saling membuka mata dan telinga dengan dan dalam cintakasih untuk saling menyerahkan diri, yang antara lain ditandai dengan hubungan seksual?. Kita juga dapat melihat pertumbuhan dan perkembangan aneka jenis tanaman dan binatang: sungguh luar biasa jika kita sungguh dapat melihat dan mendengarkan dengan baik apa yang terjadi dalam pertumbuhan dan perkembangan ciptaan Allah: manusia, binatang maupun tanaman. Dalam tanaman dan binatang misalnya: ada aneka warna dan bentuk yang indah, unik, mempesona dan memikat, yang mungkin kita juga tak pernah mempertanyakan alias menganggap biasa saja, padahal semuanya itu merupakan karya Allah. Berani mengimani dan menghayati aneka pertumbuhan dan perkembangan ciptaan sebagai karya Allah merupakan kekuatan iman, harapan dan cintakasih.
"Ingatlah segala rahmat-Mu dan kasih setia-Mu, ya TUHAN, sebab semuanya itu sudah ada sejak purbakala.Dosa-dosaku pada waktu muda dan pelanggaran-pelanggaranku janganlah Kauingat, tetapi ingatlah kepadaku sesuai dengan kasih setia-Mu, oleh karena kebaikan-Mu, ya TUHAN. TUHAN itu baik dan benar; sebab itu Ia menunjukkan jalan kepada orang yang sesat. Ia membimbing orang-orang yang rendah hati menurut hukum, dan Ia mengajarkan jalan-Nya kepada orang-orang yang rendah hati" (Mzm 25:6-9)
Ign 12 Desember 2011