Fans Page Facebook http://imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Sabtu, 23 Februari 2013

Minggu Prapaskah II

Mg Prapaskah II: Kej 15:5-12.17-18; Flp 3:17-4:1; Luk 9:20b-36

"Guru, betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Baiklah kami dirikan sekarang tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia"

Di dalam perjalanan hidup dan tugas pengutusan kita sehari-hari kiranya kita sering mengalami sungguh bergairah atau lesu, gembira atau sedih, bersemangat atau frustrasi dst.. alias pengalaman hiburan rohani atau kesepian rohani, yang dalam psikologi agama disebut sebagai pengalaman "fascinosum" dan "tremendum" (=mempesona dan menghentak). Selama masa Prapaskah sekiranya kita sungguh menanggapi ajakan gembala kita/uskup kita sebagaimana tertulis di dalam 'Surat Gembala Prapaskah, yang secara nasional bertema "Makin Beriman, Makin Bersaudara, Makin Berbela Rasa", dan untuk KAS dengan tema "Semakin Beriman Dengan Bekerja Keras dan Menghayati Salib Tuhan", kita pasti akan mengalami hal-hal tersebut diatas, dan ada kemungkinan lebih banyak hiburan rohani daripada kesepian rohani, pengalaman bergairah daripada lesu, bersemangat daripada frustrasi. Dalam pengalaman terhibur, bergairah dan bersemangat biasanya orang memiliki cita-cita, harapan atau kehendak yang luar biasa dan indah, sebagaimana dialami para rasul di atas gunung sedang menemani Yesus untuk berdoa.

"Guru, betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Baiklah kami dirikan sekarang tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia." Tetapi Petrus tidak tahu apa yang dikatakannya itu. Sementara ia berkata demikian, datanglah awan menaungi mereka. Dan ketika mereka masuk ke dalam awan itu, takutlah mereka. Maka terdengarlah suara dari dalam awan itu, yang berkata: "Inilah Anak-Ku yang Kupilih, dengarkanlah Dia."(Luk 9:33-35)

Ketika mengalami hiburan atau kesepian rohani kita diharapkan dengan rendah hati dan membuka diri untuk mendengarkan suara atau kehendak Allah. Maka baiklah saya kutipkan apa yang tertulis dalam Latihan Rohani St.Ignatius Loyola perihal hiburan dan kesepian rohani. "Yang kumaksud hiburan, ialah keadaan sewaktu dalam jiwa timbul gerak batin, yang membuat jiwa jadi berkobar dalam cinta kepada Pencipta dan Tuhannya…Akhirnya juga kunamakan hiburan rohani setiap tambahnya iman, harapan dan cinta.." (St Ignatius Loyola, LR no 316). "Yang kumaksudkan kesepian rohani, ialah semua yang berbalikan (dari hiburan rohani), misalnya kegelapan jiwa, kekacauan batin, dan gerak hati ke arah yang serba hina dan duniawi, bingung menghadapi berbagai bujuk dan godaan yang menyeret orang ke arah hilangnya kepercayaan, harapan, cinta.." (ibid..no 317)

Kami berharap selama masa Prapaskah, Retret Agung umat, kita lebih banyak mengalami hiburan rohani daripada kesepian rohani, dengan kata lain "dalam jiwa timbul gerak batin, yang membuat jadi berkobar dalam cinta kepada Pencipta dan Tuhan, semakin beriman, semakin berharap dan semakin mencinta", sebagaimana dicanangkan dalam tema APP tahun 2013, dalam Tahun Iman ini. Maka kami berharap di dalam refleksi selama masa Prapaskah ini anda menerima pencerahan yang mendorong anda untuk tergerak melakukan pembaharuan atau peningkatan hidup beriman, berharap dan mencinta, dengan gerakan-gerakan konkret, entah secara pribadi atau bersama  (dalam keluarga, komunitas atau tempat kerja, atau dalam lingkungan/wilayah/paroki).

Di dalam refleksi kiranya masing-masing dari kita menerima pencerahan yang berbeda satu sama lain, maka hendaknya kemudian saling berbagai pengalaman, menceriterakan dan mendengar-kan, perihal pencerahan yang telah diterimanya. "Inilah AnakKu yang Kupilih, dengarkanlah Dia", inilah kiranya sabda yang dapat menjadi acuan kita dalam saling berbagi pengalaman pencerahan. Masing-masing dari kita adalah 'yang terpilih'( ingat ada jutaan sperma yang berebut satu telor, yang menang akhirnya hanya satu untuk bersatu dengan telor, dan tidak lain adalah masing-masing dari kita). Kami berharap kita tidak takut atau was-was membagikan pengalaman dengan leluasa, sehingga kebersamaan hidup dan kerja kita semakin diteguhkan dan diperdalam dalam iman, harapan dan kasih.

Setelah menerima pencerahan di bukit atau gunung, para rasul diajak turun oleh Yesus. Hal ini bagi kita merupakan ajakan atau peringatan agar pencerahan yang kita terima kemudian dihayati atau dilakukan, jangan hanya tinggal dalam kenangan manis dalam pikiran atau semangat, melainkan menjadi nyata dalam cara hidup atau cara bertindak. Kita 'daratkan' segala niat dan kehendak baik yang kita terima dalam permenungan menjadi cara bertindak atau berperilaku.

"Kewargaan kita adalah di dalam sorga, dan dari situ juga kita menantikan Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat, yang akan mengubah tubuh kita yang hina ini, sehingga serupa dengan tubuh-Nya yang mulia, menurut kuasa-Nya yang dapat menaklukkan segala sesuatu kepada diri-Nya" (Fil 3:20-21)

Kutipan di atas ini kiranya mengingatkan kita semua bahwa pada suatu saat kita akan mati atau dipanggil Tuhan, kapan waktunya tidak ada seorang pun dari kita yang mengetahuinya. Dengan kata lain hidup kita ini juga merupakan saat-saat penantian, yaitu menantikan dipanggil Tuhan, dimana Tuhan "mengubah tubuh kita yang hina ini, sehingga serupa dengan tubuhNya yang mulia". Kita semua kiranya mendambakan hidup berbagia dan mulia selamanya di sorga, setelah dipanggil Tuhan atau meninggal dunia, maka marilah kita hidup dan bertindak sebagai orang yang memiliki dambaan atau kerinduan mulia, luhur dan indah. Dengan kata lain sebagaimana kami angkat di atas hendaknya kita hidup dan bertindak dijiwai oleh iman, harapan dan cintakasih.

Allah adalah kasih sejati, maka menantikan panggilan Allah alias kematian kita yang tidak kita ketahui kapan, sebagaimana orang menantikan yang terkasih, pada umumnya orang sungguh mengadakan pembersihan diri maupun lingkungan hidupnya. Selama mawas diri dalam masa Prapaskah ini kami harapkan masing-masing dari kita mengetahui dengan jelas dalam hal apa saja kita perlu mengadakan pembersihan alias pembaharuan hidup. Adakah anggota-anggota tubuh kita yang membuat diri kita terhina karena melakukan dosa, hal-hal yang tak sesuai dengan kehendak dan perintah Allah? Mungkin yang sering kita lakukan adalah berpikiran jelek atau jahat terhadap orang lain alias dengan mudah melihat dan mengangkat kekurangan atau kesalahan orang lain, dan ada kemungkinan juga menjadi nyata dalam omongan melalui mulut kita.

Ada empat unsur dalam diri kita, yaitu: jiwa, hati, akal budi dan tubuh, maka mungkin baik jika kita mawas diri keempat unsur tersebut. Dalam hal hati atau jiwa kiranya yang mengetahui dengan jelas dan benar tentang isi hati atau isi jiwa/semangat kita adalah saya sendiri, maka kami harapkan masing-masing dari kita sungguh jujur dalam mawas diri. Secara khusus kami berharap terjadi keterbukaan antar anggota keluarga, antar suami dan isteri, antar kakak-adik, antar orangtua dan anak-anak, karena apa yang terjadi dan dialami di dalam keluarga akan sangat bermanfaat dalam perjalanan ke dalam kebersamaan hidup yang lebih luas, entah di dalam masyarakat, tempat tugas/kerja dst.. Bukankah antar suami-isteri memiliki keterbukaan luar biasa, yaitu ketika sedang memadu kasih alias berhubungan seks dalam rangka saling mengasihi dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan segenap kekuatan atau tubuh? Semoga keterbukaan yang sama, dalam arti secara spiritual, juga dihayati dalam pergaulan dengan sesamanya, dan dengan demikian hidup bersama sungguh bersih, menarik dan mempesona.

"Dengarlah, TUHAN, seruan yang kusampaikan, kasihanilah aku dan jawablah aku! Hatiku mengikuti firman-Mu: "Carilah wajah-Ku"; maka wajah-Mu kucari, ya TUHAN."

(Mzm 27:7-8)

Ign 24 Februari 2013

         


23Feb

"Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu"

(Ul 26:16-19; Mat 5:43-48)

"Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu. Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar. Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian? Dan apabila kamu hanya memberi salam kepada saudara-saudaramu saja, apakah lebihnya dari pada perbuatan orang lain? Bukankah orang yang tidak mengenal Allah pun berbuat demikian? Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna." (Mat 5:43-48), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Kami percaya bahwa kita semua memiliki 'musuh' dan jika mengatakan tidak memiliki 'musuh' berarti pembohong. Yang kami maksudkan 'musuh' disini adalah segala sesuatu atau apapun yang kurang/ tidak kita senangi, yang tidak sesuai dengan selera atau keinginan pribadi dst.. , entah itu manusia, harta benda (tempat, sarana-prasarana), lingkungan hidup, situasi dan kondisi, cuaca dst.. Yang mungkin umum kita hadapi kiranya adalah makanan, yaitu aneka jenis makanan yang tidak sesuai dengan selera pribadi, padahal makanan tersebut sehat dan segar, dengan kata lain dalam hal makan kita sering hanya mengikuti selera pribadi dengan pedoman 'enak dan tidak enak', bukan sesuai dengan aturan kesehatan. Jika dalam hal makanan sehat orang mengalami kesulitan, maka yang bersangkutan pasti mengalami kesulitan juga dalam pergaulan dengan orang lain maupun lingkungan hidup baru. "Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar" , demikian sabda Yesus. Baik orang jahat maupun baik, benar maupun tidak benar senantiasa dikasihi oleh Allah, dan memang sebagai umat beriman kita juga dipanggil untuk mengasihi orang jahat dan tidak benar, tidak hanya kepada orang baik dan benar saja. Latihan untuk ini antara  lain kita membiasakan diri dalam hal makan senantiasa makan yang sehat meskipun tidak enak atau tidak sesuai dengan selera pribadi, sehingga suatu saat ketika menghadapi orang jahat, orang yang membenci kita, atau yang menyakiti kita, maka kita tetap mampu mengasihinya. Kita juga diingatkan: sekiranya tak mungkin mengasihi dengan bertatap mukam, hendaknya kita mendoakannya, maka marilah kita doakan setiap hari mereka yang sering menganiaya atau mempersulit cara hidup dan cara bertindak kita.

·   "Pada hari ini TUHAN, Allahmu, memerintahkan engkau melakukan ketetapan dan peraturan ini; lakukanlah semuanya itu dengan setia, dengan segenap hatimu dan segenap jiwamu. Engkau telah menerima janji dari pada TUHAN pada hari ini, bahwa Ia akan menjadi Allahmu, dan engkau pun akan hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya dan berpegang pada ketetapan, perintah serta peraturan-Nya, dan mendengarkan suara-Nya" (Ul 26:16-17). Sebagai orang yang beriman kepada Allah kita dipanggil untuk "melakukan ketetapan dan peraturan Allah dengan setia, dengan segenap hati dan dengan segenap jiwa".  Ketetapan dan peraturan Allah antara lain dicoba diterjemahkan ke dalam aneka tata tertib dan aturan hidup dan kerja bersama, maka baiklah dengan rendah hati dan kerja keras, dengan bekerjasama kita taati dan laksanakan atau lakukan aneka tata tertib atau aturan yang terkait dengan hidup, panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing. Hendaknya aneka tata tertib atau aturan yang terkait dengan hidup, panggilan atau tugas pengutusan kita bukan lagi menjadi beban, melainkan telah menjadi kebutuhan. Ingatlah dan sadari bahwa dalam kehidupan bersama dimana pun dan kapan pun senantiasa ada aturan atau tata tertib, entah tertulis atau lisan. Sendirian pun jika kita sungguh beriman pasti ada peraturan, yaitu aturan yang dibuat sendiri alias orang mengatur diri sendiri. Jika orang mampu mengatur diri sendiri dengan baik, maka yang bersangkutan tidak akan menghadapi masalah lagi dalam menghadapi aneka tata tertib dan aturan. Semua aturan atau tata tertib pada umum didasari oleh niat dan kehendak baik serta bertujuan pada sesuatu yang baik, dan dengan demikian boleh dikatakan dijiwai oleh kehendak Allah, maka selayaknya kita taati dan laksanakan.

"Berbahagialah orang-orang yang hidupnya tidak bercela, yang hidup menurut Taurat TUHAN. Berbahagialah orang-orang yang memegang peringatan-peringatan-Nya, yang mencari Dia dengan segenap hati,Engkau sendiri telah menyampaikan titah-titah-Mu, supaya dipegang dengan sungguh-sungguh.Sekiranya hidupku tentu untuk berpegang pada ketetapan-Mu!" (Mzm 119:1-2.4-5)

Ign 23 Februari 2013


22Feb

"Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga"

(1Pet 5:1-4; Mat 16:13-19)

"Setelah Yesus tiba di daerah Kaisarea Filipi, Ia bertanya kepada murid-murid-Nya: "Kata orang, siapakah Anak Manusia itu?" Jawab mereka: "Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia dan ada pula yang mengatakan: Yeremia atau salah seorang dari para nabi." Lalu Yesus bertanya kepada mereka: "Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?" Maka jawab Simon Petrus: "Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!" Kata Yesus kepadanya: "Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga. Dan Aku pun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya. Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga."(Mat 16:13-19), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan Pesta Takhta St.Petrus, Rasul, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Paus Benediktus XVI menyadari kelemahan dan keterbatasannya telah menyatakan untuk mengundur-kan diri terhitung per 28 Februari 2013. Tugas pengutusan Paus sebagai penerus Takhta St.Petrus memang berat, sarat dengan aneka tantangan, masalah dan hambatan, karena mengemban tugas pengutusan dari Allah, sebagaimana disabdakan oleh Yesus kepada Petrus:"Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga". Apa yang disampaikan oleh Paus pada umumnya memang sangat berpengaruh dalam kehidupan bersama di dunia ini. Di dalam Gereja Katolik Paus memiliki wewenang untuk 'memutuskan' ikatan perkawinan maupun 'membatalkan' tahbisan imamat. Tidak lama lagi kiranya akan diselenggarakan Konklaf untuk mengisi kekosongan Takhta St.Petrus, memilih Paus baru, maka dengan ini kami mengajak segenap anggota Gereja Katolik untuk berdoa, mohon kepada Allah, agar terpilih Paus sebagaimana dikehendaki oleh Allah. Pemimpin dalam Gereja Katolik memang berbeda dengan pemimpin negara pada umumnya, antara lain harus meneladan Yesus, yang 'datang untuk melayani, bukan dilayani', dengan rendah hati melayani seluruh anggota Gereja Katolik dan umat manusia di dunia. Sebagai Umat Allah kita mengimani bahwa apa yang dikatakan, diajarkan serta diarahkan oleh Paus merupakan kehendak Allah yang harus sungguh kita dengarkan dan hayati. Maka marilah dalam Tahun Iman ini, dan secara khusus selama masa Prapaskah, kita perdalam dan perkembangkan iman kita dengan membaca, merenungkan dan membatinkan apa yang tertulis di dalam aneka dokumen resmi Gereja Katolik, seperti Dokumen Konsili Vatikan II, Katekismus Gereja Katolik, Kitab Hukum Kanonik, dst.. Selama masa Prapaskah ini juga kiranya kita juga diajak oleh gembala kita masing-masing untuk merenungkan dan mencecap dalam-dalam tema tertentu, sesuai dengan kondisi dan situasi wilayah keuskupan masing-masing, maka baiklah kita fungsikan sebaik mungkin Surat Gembala Prapaskah 2013 dalam aneka kegiatan Prapaskah yang diselenggarakan.

·   "Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada padamu, jangan dengan paksa, tetapi dengan sukarela sesuai dengan kehendak Allah, dan jangan karena mau mencari keuntungan, tetapi dengan pengabdian diri.Janganlah kamu berbuat seolah-olah kamu mau memerintah atas mereka yang dipercayakan kepadamu, tetapi hendaklah kamu menjadi teladan bagi kawanan domba itu" (1Petr 5:2-3). Kutipan ini kiranya baik untuk menjadi permenungan para gembala: uskup, pastor/imam atau pemimpin-pemimpin dalam lingkungan Umat Allah. Kepemimpinan di lingkungan Umat Allah, dalam Gereja Katolik dihayati dengan kerelaan hati, tidak mencari keuntungan, keteladanan dalam pelayanan, dst.. Hemat saya yang menjadi ujung tombak penggembalaan Umat Allah adalah rekan-rekan pastor atau imam, maka dengan ini kami mengharapkan rekan-rekan iman sungguh menanggapi secara positif apa yang dikatakan oleh St.Petrus, sebagaimana saya kutipkan di atas. "Hendaklah kamu menjadi teladan bagi kawanan domba", inilah yang kiranya layak kita renungkan dan hayati. Kehidupan bersama masa kini antara lain begitu dikuasai oleh semangat atau sikap mental materialistis, egois dan mencari keuntungan pribadi, maka para gembala/pastor/imam diharapkan dapat menjadi teladan atau inspirator hidup sederhana dan penuh pelayanan. Kesederhanaan pribadi rekan-rekan imam/pastor semoga juga menjiwai dalam aneka kegiatan Umat Allah, entah di tingkat paroki, stasi maupun wilayah dan lingkungan, sehingga seluruh Umat Allah akhirnya juga hidup dalam kesederhanaan dan saling melayani.

"TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku. Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang; Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena nama-Nya. Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku." (Mzm 23:1-4)

Ign 22 Februari 2013


Rabu, 20 Februari 2013

21feb

"Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepadaNya."

(Est 4:10a.10c-12.17-19; Mat 7:7-12)

"Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan. Adakah seorang dari padamu yang memberi batu kepada anaknya, jika ia meminta roti, atau memberi ular, jika ia meminta ikan? Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya." "Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi." (Mat 7:7-12), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Ketika sedang berdoa pada umumnya orang mengajukan atau mempersembahkan permohonan-permohonan kepada Allah, sesuai dengan dambaan, kerinduan, harapan atau cita-citanya sendiri. Warta Gembira hari ini mengingatkan dan mengajak kita semua bahwa ketika kita berdoa hendaknya mohon yang baik, dan yang dimaksudkan dengan baik disini tidak lain adalah keselamatan dan kebahagiaan jiwa manusia. Percayalah jika kita mohon keselamatan atau kebahagiaan jiwa manusia, maka permohonan kita pasti dikabulkan, dan tentu saja pengabulan doa ini perlu partisipasi kita sepenuhnya, artinya dari pihak kita yang mohon senantiasa dalam hidup dan karya mengusahakan keselamatan atau kebahagiaan jiwa manusia.   Untuk itu berarti kita harus hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak dan perintah Allah alias hidup baik, bermoral dan berbudi pekerti luhur. Warta Gembira hari ini kiranya juga mengingatkan dan mengajak para orangtua untuk senantiasa memberikan apa yang baik untuk anak-anaknya. Hemat saya apa yang baik bagi anak-anak adalah pendidikan atau pembinaan yang memadai, dan untuk itu antara lain kami harapkan anak-anak pada usia balita dapat menerima cintakasih yang memadai dari orangtuanya, yang berarti orangtua diharapkan memboroskan waktu dan tenaga bagi anak-anak balitanya. Maka kami harap anak-anak balita hendaknya tidak dengan mudah diserahkan kepada pembantu atau neneknya. Pengalaman menunjukkan anak-anak yang kurang ajar pada umumnya pada masa balita kurang memperoleh kasih dari orangtuanya; dimana orangtua merasa cukup dengan memberi makanan dan minuman, tidak memberi waktu dan tenaga bagi anak-anaknya.  Kepada anda semua yang sedang saling mengasihi atau membina dan memperdalam hidup saling mengasihi kami harapkan berani saling memboroskan waktu dan tenaga satu sama lain.

·   "Semua pegawai raja serta penduduk daerah-daerah kerajaan mengetahui bahwa bagi setiap laki-laki atau perempuan, yang menghadap raja di pelataran dalam dengan tiada dipanggil, hanya berlaku satu undang-undang, yakni hukuman mati. Hanya orang yang kepadanya raja mengulurkan tongkat emas, yang akan tetap hidup. Dan aku selama tiga puluh hari ini tidak dipanggil menghadap raja." (Est 4:11). Tongkat emas pada masa kini menjadi symbol para gembala (paus dan para uskup), yang memiliki tugas utama untuk menggembalakan umat Allah. Maka kutipan "Hanya orang yang kepadanya raja mengulurkan tongkat eman, yang akan tetap hidup", kiranya dapat difahami bahwa umat Allah yang mentaati dan melaksanakan arahan atau petunjuk pastoral para gembala yang akan hidup bahagia dan selamat jiwanya. Maka dengan ini kami mengajak umat Allah (rekan pastor, biarawan dan biarawati maupun awam) untuk senantiasa memperhatikan dan secara positif menanggapi arahan dan petunjuk pastoral gembala masing-masing (uskup setempat). Marilah kita sadari dan hayati bahwa arahan atau petunjuk pastoral gembala kita pada umumnya merupakan tanggapan atas apa yang kita alami atau hadapi, merupakan keprihatinan atas kehidupan iman umat Allah, setelah menerima aneka macam masukan dan informasi dari sana-sini, entah itu berupa ceritera informal atau laporan resmi dari paroki, lembaga hidup bakti maupun aneka pelayanan pastoral yang ada. Tentu saja aplikasi bagi tempat dan karya kita masing-masing membutuhkan kreatifitas dan kerja keras kita, untuk menyesuaikan situasi dan kondisi setempat. Dengan kata lain sebagai umat Allah kita diharapkan memiliki ketaatan yang hidup.

"Aku hendak bersyukur kepada-Mu dengan segenap hatiku, di hadapan para allah aku akan bermazmur bagi-Mu. Aku hendak sujud ke arah bait-Mu yang kudus dan memuji nama-Mu, oleh karena kasih-Mu dan oleh karena setia-Mu; sebab Kaubuat nama-Mu dan janji-Mu melebihi segala sesuatu. Pada hari aku berseru, Engkau pun menjawab aku, Engkau menambahkan kekuatan dalam jiwaku."

(Mzm 138:1-3)

Ign 21 Februari 2013


20 feb

"Angkatan ini adalah angkatan yang jahat."

(Yus 3:1-10; Luk 11:29-32)

" Ketika orang banyak mengerumuni-Nya, berkatalah Yesus: "Angkatan ini adalah angkatan yang jahat. Mereka menghendaki suatu tanda, tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda nabi Yunus. Sebab seperti Yunus menjadi tanda untuk orang-orang Niniwe, demikian pulalah Anak Manusia akan menjadi tanda untuk angkatan ini. Pada waktu penghakiman, ratu dari Selatan itu akan bangkit bersama orang dari angkatan ini dan ia akan menghukum mereka. Sebab ratu ini datang dari ujung bumi untuk mendengarkan hikmat Salomo, dan sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Salomo! Pada waktu penghakiman, orang-orang Niniwe akan bangkit bersama angkatan ini dan mereka akan menghukumnya. Sebab orang-orang Niniwe itu bertobat waktu mereka mendengarkan pemberitaan Yunus, dan sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Yunus!" (Luk 11:29-32), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Kepekaan terhadap tanda-tanda zaman alias peka terhadap aneka macam peristiwa yang terjadi di lingkungan hidup kita kiranya sungguh penting demi keselamatan dan kebahagiaan kita, terutama kebahagiaan atau keselamatan jiwa manusia. Dalam Warta Gembira hari ini dikisahkan perihal tegoran atau peringatan Yesus terhadap mereka yang tidak atau kurang peka terhadap tanda-tanda zaman, aneka peristiwa dunia yang telah dan sedang berlangsung.  "Angkatan ini adalah angkatan yang jahat. Mereka menghendaki suatu tanda, tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda nabi Yunus. Sebab seperti Yunus menjadi tanda untuk orang-orang Niniwe, demikian pulalah Anak Manusia akan menjadi tanda untuk angkatan ini", demikian sabda Yesus. Allah hidup dan berkarya dimana saja dan kapan saja, tanpa kenal waktu dan tempat, dan kita yang beriman kepadaNya diharapkan peka atas kehadiran dan karyaNya dalam hidup sehari-hari. Mungkin baik untuk itu kami mengajak anda sekalian untuk melihat dan mencermati aneka pertumbuhan dan perkembangan ciptaan-ciptaan Allah di dunia ini, entah manusia, binatang maupun tanaman. Aneka pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi dalam ciptaanNya sungguh merupakan karyaNya, maka baiklah kita peka terhadap perkembangan dan pertumbuhan yang ada. Secara khusus kami mengingatkan dan mengajak rekan-rekan perempuan atauswanita yang mengalami menstruasi atau datang bulan. Konon menjelang menstruasi orang cenderung untuk marah, maka hendaknya anda peka atas gejala-gejala yang terjadi menjelang menstruasi dan kemudian mengusahakan agar tidak emosi atau marah. Ketika kita peka atas perkembangan dan pertumbuhan yang terjadi di dalam tubuh kita, maka kiranya kita juga akan memiliki kepekaan terhadap aneka peristiwa yang terjadi di lingkungan hidup kita, yang pada umumnya menjadi peringatan bagi kita semua agar hidup dan bertindak semakin beriman, semakin mengandalkan diri pada Penyelenggaraan Ilahi.

·   "Manusia dan ternak, lembu sapi dan kambing domba tidak boleh makan apa-apa, tidak boleh makan rumput dan tidak boleh minum air. Haruslah semuanya, manusia dan ternak, berselubung kain kabung dan berseru dengan keras kepada Allah serta haruslah masing-masing berbalik dari tingkah lakunya yang jahat dan dari kekerasan yang dilakukannya. Siapa tahu, mungkin Allah akan berbalik dan menyesal serta berpaling dari murka-Nya yang bernyala-nyala itu, sehingga kita tidak binasa." (Yun 3:7-9). Kutipan ini kiranya merupakan peringatan bagi kita semua agar kita bertobat alias memperbaharui diri menuju ke pembaktian diri sepenuhnya kepada Penyelenggaraan Ilahi alias semakin beriman, semakin suci. "Haruslah masing-masing berbalik dari tingkah lakunya yang jahat dan dari kekerasan yang dilakukannya", inilah kiranya yang baik kita laksanakan atau hayati dalam hidup kita sehari-hari. Pertama-tama dan terutama kami mengajak para orangtua agar tidak berlaku keras terhadap anak-anaknya serta menjadi teladan bagi anak-anaknya bahwa tidak pernah melakukan apa yang jahat. Semoga anak-anak di dalam keluarga memperoleh pengalaman lemah lembut, rendah hati, sabar dan baik di dalam keluarganya, serta kemudian kelak memperkembangkan dan memperdalamnya dalam pendidikan di sekolah-sekolah. Kepada para penjahat atau koruptor kami harapkan segera bertobat jika anda mendambakan keselamatan atau kebahagiaan sejati, sedangkan kepada penegak dan pejuang kebenaran dan kejujuran kami harapkan tak kenal lelah terus berjuang demi kebahagiaan umum atau kebaikan umum. Percayalah bahwa kebaikan pasti akan mengalahkan kejahatan, kejujuran mengalahkan kebohongan, kelemah-lembutan mengalahkan kekerasan.

"Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu, hapuskanlah pelanggaranku menurut rahmat-Mu yang besar! Bersihkanlah aku seluruhnya dari kesalahanku, dan tahirkanlah aku dari dosaku!"

 (Mzm 51:3-4)

Ign 20 Februari 2013


19feb

"Doamu itu janganlah kamu bertele-tele"

(Yes 55:10-11; Mat 6:7-15)

"Lagipula dalam doamu itu janganlah kamu bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah. Mereka menyangka bahwa karena banyaknya kata-kata doanya akan dikabulkan. Jadi janganlah kamu seperti mereka, karena Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan, sebelum kamu minta kepada-Nya. Karena itu berdoalah demikian: Bapa kami yang di sorga, Dikuduskanlah nama-Mu, datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga.Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami; dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat. [Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin.] Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga. Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu." (Mat 6: 7-15), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·    Berdoa berarti berkomunikasi dalam cintakasih dengan Allah, maka pertama-tama dan terutama orang harus mengusahakan diri sedemikian rupa sehingga menghayati diri ada di 'hadirat Allah'. Untuk itu orang harus dengan rendah hati mengosongkan diri sehingga dalam keadaan siap sedia untuk mendengarkan apa yang disabdakan oleh Allah. Sekiranya dengan kata-kata dalam berdoa hendaknya yang sederhana saja sebagaimana diajarkan oleh Yesus dengan doa 'Bapa Kami'.  Dari teks doa Bapa Kami hemat saya yang mendesak pada masa kini untuk didoakan dan dihayati adalah "Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami". Pertama-tama marilah kita berdoa agar hidup dan bertindak sederhana, tidak berfoya-foya, secara khusus mohon 'pada hari ini makanan kami yang secukupnya', bukan sebanyak-banyaknya. Hendaknya dalam hal makan cukup dan sederhana, dan yang penting sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh tubuh kita agar senantiasa dalam keadaan sehat, segar-bugar, tidak pernah jatuh sakit. Maka perhatikan dengan masalah gizi, makanan yang sehat, meskipun tidak enak (hendaknya menjauhi aneka jenis makanan instan ). Hidup dalam kasih pengampunan pada masa kini juga mendesak dan up to date, mengingat dan memperhatikan hidup bersama yang belum sebagaimana didambakan dan masih diwarnai oleh aneka bentuk permusuhan dan kebencian. Tentu pertama-tama marilah kita hayati bahwa kita telah menerima kasih pengampunan dari Allah secara melimpah ruah, yang kita terima melalui sekian banyak orang yang memperhatikan dan mengasihi kita, dan selanjutnya kita salurkan kasih pengampunan tersebut kepada siapapun yang layak menerimanya, terutama yang telah menyakiti atau mempersulit kita.

·   " Sebab seperti hujan dan salju turun dari langit dan tidak kembali ke situ, melainkan mengairi bumi, membuatnya subur dan menumbuhkan tumbuh-tumbuhan, memberikan benih kepada penabur dan roti kepada orang yang mau makan, demikianlah firman-Ku yang keluar dari mulut-Ku: ia tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kukehendaki, dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya" (Yes 55:10-11). Kutipan ini kiranya dapat menjadi pegangan dan jaminan kita dalam berdoa, berkomunikasi dengan Alllah, mendengarkan kehendak dan sabda Allah. Allah adalah Mahakuasa, maka sabda-sabdaNya atau kehendakNya sungguh mahakuasa juga. Jika kita sungguh mendengarkan sabda atau kehendak Allah, maka mau tak mau kita harus melaksanakan kehendak dan sabdaNya. Keutamaan yang utama dan pertama bagi umat beriman adalah melaksanakan sabda atau kehendak Allah, dalam perilaku atau cara bertindak, bukan dalam omongan atau wacana. Kami berharap anak-anak di dalam keluarga dididik dan dibiasakan untuk senantiasa berperilaku baik dan bermoral. Apa yang disebut baik senantiasa berlaku universal, dimana saja dan kapan saja, dan karena Allah hadir dimana-mana dan kapan saja, maka jika kita sungguh berada di 'hadiratNya' pasti senantiasa melakukan apa yang baik dan bermoral. Memang kita semua diharapkan sungguh dapat menjadi pendengar dan pelaksana sabda atau kehendak Allah, untuk itu marilah kita buka hati, jiwa, akal budi kita sehingga kita senantiasa siap sedia mendengarkan sabdaNya serta melaksanakanNya.

"Muliakanlah TUHAN bersama-sama dengan aku, marilah kita bersama-sama memasyhurkan nama-Nya! Aku telah mencari TUHAN, lalu Ia menjawab aku, dan melepaskan aku dari segala kegentaranku. Tujukanlah pandanganmu kepada-Nya, maka mukamu akan berseri-seri, dan tidak akan malu tersipu-sipu.Orang yang tertindas ini berseru, dan TUHAN mendengar; Ia menyelamatkan dia dari segala kesesakannya" (Mzm 34:4-7)

Ign 19 Februari 2013


Minggu, 17 Februari 2013

18 Feb


"Ia akan memisahkan mereka seorang dari pada seorang"

(Im 19:1-2.11-18; Mat 25:31-36)

"Apabila Anak Manusia datang dalam kemuliaan-Nya dan semua malaikat bersama-sama dengan Dia, maka Ia akan bersemayam di atas takhta kemuliaan-Nya. Lalu semua bangsa akan dikumpulkan di hadapan-Nya dan Ia akan memisahkan mereka seorang dari pada seorang, sama seperti gembala memisahkan domba dari kambing, dan Ia akan menempatkan domba-domba di sebelah kanan-Nya dan kambing-kambing di sebelah kiri-Nya. Dan Raja itu akan berkata kepada mereka yang di sebelah kanan-Nya: Mari, hai kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan. Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku" (Mat 25:31-36), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sbb.:

·   Salah satu kecakapan atau keterampilan penting dalam hidup beriman atau beragama adalah refleksi atau mawas diri, yang bagi umat katolik pada umumnya dilakukan setiap hari dalam doa malam, yaitu 'pemeriksaan batin', dan dalam Latihan Rohani St.Ignatius disebut 'pembedaan roh' atau 'spiritual discerment'. Kutipan Warta Gembira hari ini kiranya dapat membantu kita dalam bercermin sejauh mana kita terampil dalam kecakapan atau keterampilan tersebut. Dalam refleksi atau pemeriksaan batin pertama-tama hendaknya dicari dan dihayati apa yang baik, luhur dan mulia dalam diri kita, baru kemudian apa yang tidak baik atau jelek. Kami percaya dalam diri kita masing-masing lebih banyak apa yang baik daripada apa yang jelek, dan ketika kita dengan mendalam dan mantap mengakui dan menghayati apa yang baik, maka kita pasti memiliki keberanian untuk mengakui dan menghayati apa yang jelek, tidak malu mengakuinya serta kemudian mohon maaf atau ampun. Bukankah untuk melihat dengan jelas apa yang ada di lingkungan kita perlu penerangan yang baik, sehingga dengan jelas membedakan apa yang ada? Selanjutnya tentu saja kami berharap kita semua memperdalam dan memperkembangkan apa yang baik, misalnya sebagaimana diangkat dalam Warta Gembira hari ini: "memberi makanan kepada yang kelaparan, memberi minuman kepada yang kehausan, memberi tumpangan kepada orang asing, memberi pakaian kepada yang telanjang, melawat atau mengunjungi mereka yang sedang menderita sakit". Dengan kata lain selama masa Prapaskah ini kami mengajak anda sekalian untuk meningkatkan dan memperdalam perbuatan baik anda kepada orang lain, kepada siapapun tanpa pandang bulu, sehingga kehidupan bersama kita bertambah baik, menyenangkan, memikat dan mempesona.

·  "Janganlah kamu mencuri, janganlah kamu berbohong dan janganlah kamu berdusta seorang kepada sesamanya. Janganlah kamu bersumpah dusta demi nama-Ku, supaya engkau jangan melanggar kekudusan nama Allahmu; Akulah TUHAN. Janganlah engkau memeras sesamamu manusia dan janganlah engkau merampas; janganlah kautahan upah seorang pekerja harian sampai besok harinya. Janganlah kaukutuki orang tuli dan di depan orang buta janganlah kautaruh batu sandungan, tetapi engkau harus takut akan Allahmu; Akulah TUHAN. Janganlah kamu berbuat curang dalam peradilan; janganlah engkau membela orang kecil dengan tidak sewajarnya dan janganlah engkau terpengaruh oleh orang-orang besar, tetapi engkau harus mengadili orang sesamamu dengan kebenaran. Janganlah engkau pergi kian ke mari menyebarkan fitnah di antara orang-orang sebangsamu; janganlah engkau mengancam hidup sesamamu manusia; Akulah TUHAN. Janganlah engkau membenci saudaramu di dalam hatimu, tetapi engkau harus berterus terang menegor orang sesamamu dan janganlah engkau mendatangkan dosa kepada dirimu karena dia.Janganlah engkau menuntut balas, dan janganlah menaruh dendam terhadap orang-orang sebangsamu, melainkan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri; Akulah TUHAN" (Im 19:11-18). Kutipan dari Kitab Imamat di atas ini hemat saya sudah cukup jelas, ajakan untuk kita lakukan dan hayati, maka marilah kita bekerjasama atau saling membantu melaksanakan atau menghayati ajakan tersebut. Masing-masing dari kita kiranya dapat memilih ajakan mana yang sesuai dengan lingkungan hidup dan kerja kita, dan kiranya jika anda dapat memperhatikan dengan baik dan tajam lingkungan hidup atau kerja anda, maka anda dengan mudah dapat memilih dan melaksanakan ajakan yang sesuai. Pendek kata kita semua diingatkan agar senantiasa hidup dengan membaktikan diri sepenuhnya kepada Allah.

"Taurat TUHAN itu sempurna, menyegarkan jiwa; peraturan TUHAN itu teguh, memberikan hikmat kepada orang yang tak berpengalaman.Titah TUHAN itu tepat, menyukakan hati; perintah TUHAN itu murni, membuat mata bercahaya. Takut akan TUHAN itu suci, tetap ada untuk selamanya; hukum-hukum TUHAN itu benar, adil semuanya" (Mzm 19:8-10)

Ign 18 Februari 2013


Minggu Prapaskah I

Mg Prapaskah I: Ul 26:4-10; Rm 10:8-13; Luk 4:1-13

"Yesus dibawa oleh Roh Kudus ke padang gurun"

Hidup bemasyarakat, berbangsa dan bernegara maupun beragama pada masa kini, bagaikan 'pergi ke padang gurun', karena cukup banyak godaan dan rayuan untuk berbuat jahat atau berperilaku amoral. Aneka bentuk korupsi, ketidaksiplinan, ketidak-jujuran, hidup seenaknya dan hanya mengikuti selera atau keinginan pribadi marak dalam kehidupan dan kerja bersama. Yang cukup memprihatinkan adalah mereka yang bekerja dalam naungan atau dibawah paying Departemen Pendidikan maupun Departemen Agama tak terlepas dari perilaku amoral, misalnya korupsi, yang hemat kami akar dari semuanya itu adalah kebebesan menyontek dalam ulangan maupun ujian di sekolah-sekolah atau mark-up nilai raport maupun nilai ujian akhir. Maka tidak mengherankan bahwa tindakan korupsi tak kunjung surut, apalagi berhenti, dan sebaliknya semakin marak dan berkembang. Kebanyakan orang masuk ke tempat kerja atau tugas dengan sikap mental untuk mencari keuntungan pribadi atau memperkaya diri alias dengan dorongan setan atau roh jahat. Dalam Warta Gembira hari ini dikisahkan ada tiga bentuk utama yang sering menggoda atau merayu kita, maka marilah kita renungkan atau refleksikan.

"Jika Engkau Anak Allah, suruhlah batu ini menjadi roti." (Luk 4:3)

Godaan setan terhadap Yesus diatas ini pada masa kini kiranya berupa godaan yang terkait dengan harta benda/uang, makanan dan minuman. Uang atau harta benda adalah 'jalan ke sorga' atau 'jalan ke neraka', artinya jika kita memfungsikannya sesuai dengan kehendak atau perintah Tuhan, maka uang atau harta benda dapat menjadi sarana atau wahana untuk semakin suci, semakin beriman, semakin membaktikan diri sepenuhnya kepada Tuhan, sebaliknya jika kita memfungsikannya hanya mengikuti selera pribadi atau  keinginan sendiri berarti uang atau harta benda akan membuat hidup kita semakin amburadul, ngawur, mudah jatuh sakit dan ada kemungkinan juga cepat mati. Pengamangatan membuktikan cukup banyak orang tergoda jatuh ke dalam dosa karena uang, entah itu suami-isteri, generasi muda, imam, bruder maupun suster. Makanan dan minuman demikian juga, jika kita makan dan minum hanya mengikuti selera pribadi pasti akan mudah jatuh sakit dan cepat mati, maka hendaknya dalam hal makan dan minum berpedoman pada sehat dan tidak sehat, serta kemudian senantiasa memilih dan menikmati apa yang sehat, meskipun tidak enak.

Godaan dalam hal makan dan minum yang marak pada saat ini adalah makanan atau minuman instant, yang cepat saji dan nikmat di lidah, namun belum tentu baik dan sehat bagi perkembangan dan pertumbuhan tubuh. Kami mengajak dan mengingatkan kita semua; untuk menjadi kaya atau sehat hendaknya mengikuti proses sebagaimana dikehendaki oleh Tuhan. Dalam hal makan dan minum hendaknya mengkonsumsi yang alamiah, belum teracuni oleh aneka jenis obat maupun zat -zat buatan manusia yang dapat merusak anggota tubuh. Kami berharap kepada kita semua untuk senantiasa hidup sederhana. Hendaknya jangan gila akan uang atau harta benda, karena ketika tiada uang atau harta benda anda akan menjadi gila.    

"Segala kuasa itu serta kemuliaannya akan kuberikan kepada-Mu, sebab semuanya itu telah diserahkan kepadaku dan aku memberikannya kepada siapa saja yang kukehendaki.Jadi jikalau Engkau menyembah aku, seluruhnya itu akan menjadi milik-Mu.(Luk 4:6-7)

Harta benda atau uang dapat untuk membeli kedudukan, sebagaimana terjadi di Indonesia ini, yang dikenal dengan 'kampanye uang' dalam pemilu: untuk menjadi anggota DPR harus setor sekian juta rupiah kepada partai, untuk menjadi kepala daerah harus mengeluarkan sekian milyard rupiah untuk membeli suara rakyat, dst.. Memang pada umumnya kita sungguh gila akan kedudukan atau kuasa, apalagi dengan kedudukan dan kuasa tinggi orang dapat memperkaya diri seenaknya. Sikap mental berkuasa atau menguasai memang merebak dan menjiwai banyak orang, dan sebagai orang beriman kita dipanggil untuk bersikap mental melayani, bukan menguasai, dan dalam hal harta benda atau uang bukan memiliki, melainkan menggunakan dengan izin dari mereka yang berwewenang.

Yesus mengingatkan kita semua bahwa yang berkuasa adalah Allah, maka kita sebagai orang beriman diharapkan senantiasa membaktikan diri kepada Allah dalam cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari dimana pun dan kapan pun. Dengan kata lain marilah kita arahkan hati dan perhatian kita kepada Allah, yang terus-menerus berkarya melalui ciptaan-ciptaanNya, terutama melalui manusia, yang diciptakan sesuai dengan gambar atau citraNya. "Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan" (Rm 10:10), demikian peringatan Paulus kepada kita semua, umat beriman. Semoga kita semua senantiasa berkata-kata tentang Allah atau berdasarkan bisikan dan sentuhan Allah, sehingga kita semua senantiasa melaksanakan kehendak dan perintah Allah.

"Jika Engkau Anak Allah, jatuhkanlah diri-Mu dari sini ke bawah, sebab ada tertulis: Mengenai Engkau, Ia akan memerintahkan malaikat-malaikat-Nya untuk melindungi Engkau, dan mereka akan menatang Engkau di atas tangannya, supaya kaki-Mu jangan terantuk kepada batu."(Luk 4:9-11)

Godaan atau rayuan orang yang berkuasa dan berkedudukan ialah kesombongan. Orang menyombongkan kekayaan dan kekuasaannya dan senantiasa melecehkan atau merendahkan orang lain, dan dengan demikian menginjak-injak harkat martabat manusia serta tak percaya kepada Penyelenggaraan Ilahi/Allah. Kebalikan dari sombong adalah rendah hati, maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan segenap umat beriman untuk senantiasa hidup dan bertindak dengan rendah hati. Bentuk sederhana dan mungkin sulit dihayati dalam hal rendah hati masa kini, yang sungguh mendesak dan up to date adalah tidak mengeluh atau tidak menggerutu.

Kebanyakan orang ketika harus menghadapi sesuatu yang tidak sesuai dengan selera atau keinginan pribadi pada umumnya lalu mengeluh atau menggerutu, misalnya yang setiap hari dihadapi atau dilakukan adalah dalam hal makan atau makanan. Jika dilayani makanan yang tidak enak, tetapi  sehat, pada umumnya orang mengeluh atau menggerutu, maka dengan ini kami harapkan hendaknya tidak mengeluh atau tidak menggerutu ketika kita harus mengkomsumsi makanan yang tidak enak tetapi sehat. Ketika kita tidak mengalami kesulitan dalam hal mengkomsumsi makanan sehat dan tidak enak, maka kiranya kita akan mudah untuk hidup dan bertindak dengan rendah hati.

Kami berharap kepada para pemimpin atau atasan atau yang memiliki kuasa dapat menjadi teladan dalam kerendahan hati. Ingatlah dan sadari  serta hayati bahwa kuasa yang anda miliki dan nikmati saat ini merupakan pemberian rakyat, yaitu ketika pemilu, maka hendaknya dihayati untuk melayani rakyat, membahagiakan dan mensejahterakan rakyat. Keberhasilan kerja atau  jerih payah anda sebagai pemimpin atau atasan tidak lain ada pada kesejahteraan atau kebahagiaan rakyat. Rakyat tidak sejahtera dan tidak bahagia berarti yang menjadi pemimpin atau yang berkuasa hidup dan bertindak dengan sombong.

"Malapetaka tidak akan menimpa kamu, dan tulah tidak akan mendekat kepada kemahmu; sebab malaikat-malaikat-Nya akan diperintahkan-Nya kepadamu untuk menjaga engkau di segala jalanmu. Mereka akan menatang engkau di atas tangannya, supaya kakimu jangan terantuk kepada batu. Singa dan ular tedung akan kaulangkahi, engkau akan menginjak anak singa dan ular naga. "Sungguh, hatinya melekat kepada-Ku, maka Aku akan meluputkannya, Aku akan membentenginya, sebab ia mengenal nama-Ku.Bila ia berseru kepada-Ku, Aku akan menjawab, Aku akan menyertai dia dalam kesesakan, Aku akan meluputkannya dan memuliakannya" (Mzm 91:10-15)

Ign 17 Februari 2013


16Feb


"Orang Farisi dan ahli Taurat bersungut-sungut"

(Yes 58:9b-14; Luk 5:2-32)

"Kemudian, ketika Yesus pergi ke luar, Ia melihat seorang pemungut cukai, yang bernama Lewi, sedang duduk di rumah cukai. Yesus berkata kepadanya: "Ikutlah Aku!" Maka berdirilah Lewi dan meninggalkan segala sesuatu, lalu mengikut Dia. Dan Lewi mengadakan suatu perjamuan besar untuk Dia di rumahnya dan sejumlah besar pemungut cukai dan orang-orang lain turut makan bersama-sama dengan Dia. Orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat bersungut-sungut kepada murid-murid Yesus, katanya: "Mengapa kamu makan dan minum bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?" Lalu jawab Yesus kepada mereka, kata-Nya: "Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit; Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, tetapi orang berdosa, supaya mereka bertobat." (Luk 5:27-32), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Jika kita mawas diri dengan jujur dan benar kiranya kita semua harus mengakui dan menghayati diri bahwa kita adalah orang-orang berdosa yang membutuhkan kasih pengampunan dan kemurahan hati Allah. Yesus adalah Allah yang menjadi manusia seperti kita kecuali dalam hal dosa, datang ke dunia untuk menyelamatkan orang-orang berdosa, menyembuhkan orang sakit, entah sakit hati, sakit jiwa, sakit akal budi maupun sakit tubuh. "Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit; Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, tetapi orang berdosa, supaya mereka bertobat", demikian sabdaNya dan Ia melakukan apa yang Ia sabdakan. Maka marilah kita sadari dan hayati dosa dan kelemahan kita serta kemudian mohon kasih pengampunan dari Allah, dan ketika melihat orang berdosa diampuni hendaknya kita tidak menggerutu atau bersungut-sungut seperti para ahli Taurat dan orang Farisi. Dengan kata lain hendaknya kita tidak pernah menyombongkan diri sedikitpun, meskipun dalam diri kita ada yang baik, mulia dan luhur, sebaliknya hendaknya semakin baik, mulia dan luhur semakin rendah hati, karena semuanya merupakan anugerah atau rahmat Allah yang kita terima melalui sekian banyak orang yang memperhatikan dan mengasihi kita dalam hidup sehari-hari. Dengan kata lain marilah kita senantiasa hidup dan bertindak saling mengasihi dan mengampuni, serta menjauhkan diri dari aneka gerutu dan sungut-sungut ketika melihat orang lain dikasihi dan diampuni. Hendaknya kita juga tidak malu hidup dan bersama dengan orang-orang berdosa, dan biarlah karena kehadiran kita orang-orang berdosa bertobat.

·   "TUHAN akan menuntun engkau senantiasa dan akan memuaskan hatimu di tanah yang kering, dan akan membaharui kekuatanmu; engkau akan seperti taman yang diairi dengan baik dan seperti mata air yang tidak pernah mengecewakan. Engkau akan membangun reruntuhan yang sudah berabad-abad, dan akan memperbaiki dasar yang diletakkan oleh banyak keturunan. Engkau akan disebutkan "yang memperbaiki tembok yang tembus", "yang membetulkan jalan supaya tempat itu dapat dihuni"(Yes 58:11-12). Kutipan di atas ini, dari kitab Nabi Yesaya, kiranya dapat menjadi pegangan kita untuk senantiasa hidup dalam pengharapan, meskipun kita berada dalam kekurangan atau penderitaan, karena kelalaian, dosa dan kesambalewaan kita. "Tuhan akan menuntun engkau senantiasa dan akan memuaskan hatimu di tanah kering, dan akan membaharui kekuatanmu; engkau akan seperti taman diairi dengan baik dan seperti mata air yang tidak mengecewakan", sabda ini kiranya yang menjadi kekuatan dan harapan kita. Maka marilah kita senantiasa membuka diri terhadap tuntunan Tuhan, yang dalam hidup sehari-hari antara lain menjadi nyata dalam aneka bentuk tuntunan dari saudara-saudari kita yang baik hati.  Maka dengan ini kami berharap kepada anda sekalian untuk memiliki keterbukaan diri dituntun, diutus, dibentuk dst…, dengan kata lain hayati dan sikapi aneka sentuhan, sapaan dan perlakuan orang lain sebagai kasih atau tuntunan Tuhan menuju ke keselamatan  atau kebahagiaan sejati. Hendaknya ketika kita salah siap sedia dibetulkan serta mengucapkan terima kasih atas usaha orang lain membetulkan saya. Ketika saya dalam kesepian atau frustrasi ada orang mendatangi saya, terimalah dengan terbuka, terima kasih dan syukur.

" Sendengkanlah telinga-Mu, ya TUHAN, jawablah aku, sebab sengsara dan miskin aku. Peliharalah nyawaku, sebab aku orang yang Kaukasihi, selamatkanlah hamba-Mu yang percaya kepada-Mu. Engkau adalah Allahku, kasihanilah aku, ya Tuhan, sebab kepada-Mulah aku berseru sepanjang hari. Buatlah jiwa hamba-Mu bersukacita, sebab kepada-Mulah, ya Tuhan, kuangkat jiwaku." (Mzm 86:1-4)

Ign 16 Februari 2013