Fans Page Facebook http://imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Jumat, 02 November 2012

3 Nov

"Barangsiapa meninggikan diri ia akan direndahkan"
(Flp 1:8b-26; Luk 14:1.7-11)

" Pada suatu hari Sabat Yesus datang ke rumah salah seorang pemimpin dari orang-orang Farisi untuk makan di situ. Semua yang hadir mengamat-amati Dia dengan saksama. Karena Yesus melihat, bahwa tamu-tamu berusaha menduduki tempat-tempat kehormatan, Ia mengatakan perumpamaan ini kepada mereka: "Kalau seorang mengundang engkau ke pesta perkawinan, janganlah duduk di tempat kehormatan, sebab mungkin orang itu telah mengundang seorang yang lebih terhormat dari padamu, supaya orang itu, yang mengundang engkau dan dia, jangan datang dan berkata kepadamu: Berilah tempat ini kepada orang itu. Lalu engkau dengan malu harus pergi duduk di tempat yang paling rendah. Tetapi, apabila engkau diundang, pergilah duduk di tempat yang paling rendah. Mungkin tuan rumah akan datang dan berkata kepadamu: Sahabat, silakan duduk di depan. Dan dengan demikian engkau akan menerima hormat di depan mata semua tamu yang lain. Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan." (Luk 14:1.7-11), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Jika dicermati di jalanan dapat kita lihat bahwa aneka jenis produk diiklankan dan dinyatakan sebagai yang terbaik atau nomor satu; iklan macam itu juga dapat disaksikan melalui TV atau media cetak. Karena iklan itu dapat disaksikan setiap hari oleh siapapun, maka mau tak mau apa yang mereka saksikan mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan kepribadiannya, yaitu pada umumnya orang cenderung meninggikan diri atau sombong dan merendahkan atau melecehkan yang lain. Sabda hari ini mengajak dan mengingatkan kita semua untuk hidup dan bertindak dengan rendah hati. "Rendah hati adalah sikap dan perilaku yang tidak suka menonjolkan dan menomorsatukan diri, yaitu dengan menenggang perasaan orang lain. Meskipun pada kenyataannya lebih dari orang lain, ia dapat menahan diri untuk tidak menonjolkan dirinya" (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka – Jakarta 1997, hal 24). Kami berharap kepada siapapun yang berpengaruh dalam kehidupan dan kerja bersama untuk menjadi teladan rendah hati, demikian juga anak-anak sedini mungkin di dalam keluarga dididik dan dibina untuk rendah hati. Rendah hati merupakan keutamaan utama atau dasar, maka jika orang dapat hidup dan bertindak dengan rendah hati pada umumnya dengan mudah yang bersangkutan menghayati atau melakukan keutamaan-keutamaan lainnya. Kepada yang masih suka menyombongkan diri serta merendahkan orang lain kami ajak untuk segera bertobat atau memperbaharui diri. Marilah kita perhatikan saudara-saudari kita yang lebih miskin dari kita dalam aneka hal serta  mereka yang kurang memperoleh perhatian.

·   "Sebab yang sangat kurindukan dan kuharapkan ialah bahwa aku dalam segala hal tidak akan beroleh malu, melainkan seperti sediakala, demikian pun sekarang, Kristus dengan nyata dimuliakan di dalam tubuhku, baik oleh hidupku, maupun oleh matiku. Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan" (Fil 1:20-21). Secara khusus kami ajak dan ingatkan kepada siapapun yang beriman kepada Yesus Kristus untuk menghayati apa yang dikatakan Paulus di atas ini, yaitu "bagiku hidup adalah Kristus, dan mati adalah keuntungan". Dengan kata lain kita diharapkan meneladan cara hidup dan cara bertindak Yesus, yang rendah hati, dan secara konkret hidup dan bertindak melayani siapapun tanpa pandang bulu. Memang orang yang sungguh rendah hati di dunia ini adalah para pelayan yang baik, yang senantiasa melayani orang lain dengan rendah hati, demi kebahagiaan orang lain. Marilah kita saling melayani dan membahagiakan satu sama lain dengan rendah hati. Secara khusus kami ajak agar mereka yang berfungsi sebagai pemimpin untuk senantiasa 'turba'/turun ke bawah, mendatangi dan menyapa penuh kasih mereka yang 'berada di bawah': para direktur atau pimpinan perusahaan, kantor, karya apapun kami harapkan tidak enak-enak duduk di kursi empuk di ruang kerjanya, melainkan hendaknya 'turun kebawah' untuk memberi sapaan kasih bagi para pekerja atau buruh. Demikian juga para kepala daerah di tingkat apapun kami harapkan secara rutin mengunjungi rakyatnya. Kepada mereka yang berada di 'poros bisnis' maupun 'poros badan publik' dalam hidup bersama kami ajak untuk berpihak pada dan bersama mereka yang berada di 'poros komunitas', yaitu rakyat banyak, seluruh warga masyarakat.

"Seperti rusa yang merindukan sungai yang berair, demikianlah jiwaku merindukan Engkau, ya Allah. Jiwaku haus kepada Allah, kepada Allah yang hidup. Bilakah aku boleh datang melihat Allah? Inilah yang hendak kuingat, sementara jiwaku gundah gulana; bagaimana aku berjalan maju dalam kepadatan manusia, mendahului mereka melangkah ke rumah Allah dengan suara sorak-sorai dan nyanyian syukur, dalam keramaian orang-orang yang mengadakan perayaan " (Mzm 42:2-3.5)
Ign 3 November 2012
 

2 Nov

PERINGATAN ARWAH SEMUA ORANG BERIMAN: 2Mak 12:43-46; 1Kor 15:12-34;Yoh 6:37-40
 Semua yang diberikan Bapa kepada-Ku akan datang kepada-Ku, dan barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang.

Warga Kristen yang menyatukan kematiannya dengan kematian Yesus, menganggap kematian sebagai pertemuan dengan Yesus dan sebagai langkah masuk ke dalam kehidupan abadi. Kalau Gereja mengucapkan " untuk terakhir kalinya " kata-kata pengampunan atas nama Kristus untuk warga Kristen yang dalam sakratulmaut, dan memeteraikannya " untuk terakhir kalinya" dengan pengurapan yang menguatkan, dan memberikan kepadanya Kristus dalam bekal perjalanan sebagai makanan untuk perjalanan, ia berkata kepadanya dengan ketegasan yang lemah lembut: “Bertolaklah dari dunia ini, hai saudara (saudari) dalam Kristus, atas nama Bapa yang mahakuasa, yang menciptakan engkau; atas nama Yesus Kristus, Putera Allah yang hidup, yang menderita sengsara untuk engkau; atas nama Roh Kudus, yang dicurahkan dalam dirimu; semoga pada hari ini engkau ditempatkan dalam ketenteraman dan memperoleh kediaman bersama Allah di dalam Sion yang suci, bersama Maria, Perawan yang suci dan Bunda Allah, bersama santo Yosef dan bersama semua malaikat dan orang kudus Allah…Kembalilah kepada Penciptamu, yang telah mencipta engkau dari debu tanah. Apabila engkau berpisah dari kehidupan ini, semoga Maria bersama semua malaikat dan orang kudus datang menyongsong engkau..Engkau akan melihat Penebusmu dari muka ke muka (Doa penyerahan jiwa)(Katekismus Gereja Katolik no 1020).

"Semua yang diberikan Bapa kepada-Ku akan datang kepada-Ku, dan barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang.Sebab Aku telah turun dari sorga bukan untuk melakukan kehendak-Ku, tetapi untuk melakukan kehendak Dia yang telah mengutus Aku. Dan Inilah kehendak Dia yang telah mengutus Aku, yaitu supaya dari semua yang telah diberikan-Nya kepada-Ku jangan ada yang hilang, tetapi supaya Kubangkitkan pada akhir zaman"(Yoh 6:37-39).

Setiap kali mengenangkan arwah semua orang beriman saya senantiasa ingat akan pengalaman pribadi sebagai pastor/imam yang belum pernah berkarya di paroki atau pelayanan pastoral territorial. Pengalaman itu adalah pada suatu saat saya diejek oleh rekan imam lain yang berkarya di paroki perihal pembaptisan. Ia membanggakan diri bahwa selama 10 tahun menjadi imam/pastor telah membaptis lebih dari 1.000 orang, sedangkan saya belum sampai 10 orang. Namun dengan bangga saya tanggapi ejekannya:Ya, kamu membaptis lebih dari 1.000 orang dan saya kurang dari 10 orang, tetapi yang saya baptis jelas naik ke sorga semua, sedangkan yang anda baptis tanda tanya besar, apalagi yang bersangkutan saat ini masih hidup". Mengapa saya yakin bahwa yang saya baptis pasti naik ke sorga, karena yang saya baptis adalah pasien sakit berat, dan begitu dibaptis tidak lama kemudian meninggal dunia.

Bagaimana nasib orang-orang atau saudara-saudari kita yang telah meninggal dunia?  Sebagai orang katolik kita percaya ada orang-orang yang telah dinyatakan dan diimani telah hidup mulia dan bahagia kembali di sorga, yaitu para santo dan santa, beato dan beata. Bercermin dari kutipan-kutipan di atas, kiranya kita boleh percaya bahwa saudara-saudari kita yang telah meninggal dunia dan selama hidupnya di dunia dalam kelemahan dan kerapuhannya senantiasa berusaha hidup baik, bermoral dan berbudi pekerti luhur, karena kemurahan hati Allah, mereka telah hidup mulia dan bahagia selamanya di sorga bersama Allah, SP Maria, St.Yosef, santo dan santa serta para malaikat Allah. Maka pada hari ini dimana pada umumnya kita mengadakan ibadat atau Perayaan Ekaristi di makam, baiklah, selain kita mendoakan mereka yang telah meninggal dunia, juga mengingat dan menimba aneka keutamaan yang telah dihayati oleh mereka yang telah meninggal dunia, dengan kata lain meneladan apa yang baik, menghayati kata-kata atau pesan-pesannya menjelang meninggal dunia. Kita juga mohon doa-doanya agar suatu saat ketika dipanggil Tuhan atau meninggal dunia segera hidup mulia dan bahagia selamanya di sorga.

Maka baiklah, sebagaimana sabda Yesus di atas, marilah dalam hidup dan kerja kita sehari-hari kita senantiasa berusaha untuk datang kepadaNya berusaha mendengarkan dan melaksanakan sabda-sabda dan perintah-perintah Tuhan. Hal ini secara konkret antara lain kita senantiasa secara positif menanggapi aneka kehendak baik dari diri kita sendiri maupun dari saudara-saudari kita. Dengan kata lain marilah kita senantiasa dalam situasi dan kondisi apapun berusaha untuk melakukan apa yang baik, bermoral dan berbudi pekerti luhur, sehingga sewaktu-waktu kita meninggal dunia siap sedia untuk hidup mulia dan berbahagia selamanya di sorga, bersatu kembali dengan saudara-saudari kita yang telah mendahului peerjalanan kita menghadap Allah di sorga.

"Sebab sama seperti maut datang karena satu orang manusia, demikian juga kebangkitan orang mati datang karena satu orang manusia.Karena sama seperti semua orang mati dalam persekutuan dengan Adam, demikian pula semua orang akan dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan Kristus. Tetapi tiap-tiap orang menurut urutannya: Kristus sebagai buah sulung; sesudah itu mereka yang menjadi milik-Nya pada waktu kedatangan-Nya. Kemudian tiba kesudahannya, yaitu bilamana Ia menyerahkan Kerajaan kepada Allah Bapa, sesudah Ia membinasakan segala pemerintahan, kekuasaan dan kekuatan"(1Kor 15:21-24)

Apakah kita sebagai orang beriman menjadi "milik Kristus"alias dalam cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari dimana pun dan kapan pun senantiasa melaksanakan kehendakNya dan meneladan cara hidup dan cara bertindakNya? Jika kita selama hidup di dunia ini senantiasa dalam "pœpersekutuan dengan Allah/Kristus" maka setelah meninggal dunia kita juga akan langsung bersatu denganNya di sorga untuk selamanya. Maka marilah kita saling membantu dan mengingatkan untuk selalu dalam persekutuan dengan Allah/Kristus. Hendaknya jika kita melihat saudara atau saudari kita menjauh  dari persekutuan dengan Allah segera ditegor dan diingatkan untuk tetap bersekutu denganNya.

Dalam rangka mengenangkan Arwah Semua Orang Beriman hari ini, saya juga mengajak anda sekalian untuk mengenangkan santo atau santa pelindung masing-masing. Untuk itu anda jika tidak tahu riwayat hidup santo atau santa pelindung anda, silahkan buka di situs: www.imankatolik.or.id. Marilah kita meneladan cara hidup dan cara bertindak santo atau santa pelindung kita masing-masing. Maka hendaknya nama santo-santa yang menandai nama kita jangan hanya untuk gagah-gagahan alias pamer saja, tetapi hendaknya konsekwen: saya meneladan santo atau santa pelindung kita dalam cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari dimana pun dan kapan pun.

Kemudian dikumpulkannya uang di tengah-tengah pasukan. Lebih kurang dua ribu dirham perak dikirimkannya ke Yerusalem untuk mempersembahkan korban penghapus dosa. Ini sungguh suatu perbuatan yang sangat baik dan tepat, oleh karena Yudas memikirkan kebangkitan. Sebab jika tidak menaruh harapan bahwa orang-orang yang gugur itu akan bangkit, niscaya percuma dan hampalah mendoakan orang-orang mati. (2Mak 12:43-44). Kami percaya bahwa pada hari ini anda tergerak untuk mendoakan saudara-saudari kita yang telah mati atau meninggal dunia, maka marilah dalam iman kita imani bahwa mereka kelak juga akan bangkit pada akhir zaman. Memang mendoakan mereka yang telah meninggal dunia tanpa iman akan kebangkitan orang mati tiada gunanya. Beriman akan kebangkitan orang mati berarti kita tidak hidup dan bertindak dengan sikap mental materialistis atau duniawi, melainkan secara spiritual. Dengan kata lain menghayati bahwa hidup di dunia ini hanya sebentar saja, sebagaimana orang Jawa sering mengatakan bahwa “hidup itu bagaikan orang dalam perjalanan sedang berhenti untuk minum (=urip iku koyo wong mampir ngombe). Hendaknya hidup yang hanya sebentar ini diisi dengan cara hidup dan cara bertindak yang sebaik mungkin, hidup dan bertindak sesuai dengan iman kita, sesuai dengan spiritualitas/karisma atau visi lembaga dimana kita hidup di dalamnya atau bergabung dengannya.

Dari jurang yang dalam aku berseru kepada-Mu, ya TUHAN! Tuhan, dengarkanlah suaraku! Biarlah telinga-Mu menaruh perhatian kepada suara permohonanku. Jika Engkau, ya TUHAN, mengingat-ingat kesalahan-kesalahan, Tuhan, siapakah yang dapat tahan? Tetapi pada-Mu ada pengampunan, supaya Engkau ditakuti orang. Aku menanti-nantikan TUHAN, jiwaku menanti-nanti, dan aku mengharapkan firman-Nya. Jiwaku mengharapkan Tuhan lebih dari pada pengawal mengharapkan pagi, lebih dari pada pengawal mengharapkan pagi.
(Mzm 130:1-6)
Ign 2 November 2012

Rabu, 31 Oktober 2012

1 Nov - HARI RAYA SEMUA ORANG KUDUS:


HARI RAYA SEMUA ORANG KUDUS:

Why 7:2-4.9-14; 1Yoh 3:1-3; Mat 5:1-12a

" Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah"

Dalam rangka mengenangkan Hari Raya Semua Orang Kudus hari ini saya coba refleksikan sabda Yesus tentang "Sabda Bahagia", sebagaimana diajukan dalam bacaan Injil hari ini, sebagai berikut:

"Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.(Mat 5:3)

Apa yang dimaksudkan dengan 'miskin di hadapan Allah' antara lain adalah sikap mental senantiasa terbuka terhadap kehendak Allah atau Penyelenggaraan Ilahi, sehingga orang tidak hidup dan bertindak hanya mengikuti selera atau keinginan pribadi, melainkan kehendak dan perintah Tuhan. Dengan demikian orang yang bersangkutan adalah orang suci, orang yang sungguh membaktikan diri sepenuhnya kepada Tuhan dalam dan melalui hidup sehari-hari kapan pun dan dimana pun. Saya percaya bahwa kita semua mendambakan hidup suci dan kelak setelah meninggal dunia hidup mulia selamanya di sorga, maka dengan ini kami harapkan anda semua senantiasa membuka diri terhadap Penyelenggaraan Ilahi.    

"Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur" (Mat 5:4).

Hidup suci sesuai dengan perintah dan kehendak Allah atau senantiasa terbuka pada Penyelenggaraan Ilahi tak akan pernah terlepas dari aneka penderitaan dan perjuangan alias dukacita. Maka ada pepatah: "jer basuki mowo beyo" (=untuk hidup mulia dan berbahagia orang harus berjuang dan berkorban), "berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian, bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian". Dua pepatah atau peribahasa di atas ini kiranya senada dengan sabda di atas, maka dengan ini kami mengajak anda sekalian untuk senantiasa siap sedia berjuang dan berkorban alias berduka cita demi penghiburan sejati yang akan kita terima atau nikmati serta dambaan.     

"Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi." (Mat 5:5)

Orang yang setia berjuang dan berkorban karena kesetiaan kepada Penyelenggaraan Ilahi akan tumbuh berkembang menjadi pribadi yang lemah lembut, tidak kasar. Orang yang lembah lembut pada umumnya juga akan hidup dan bertindak 'membumi', artinya sungguh merakyat atau mencermati dan memperhatikan kebutuhan sehari-hari sekecil dan sesederhana apapun. Hidup merakyat alias memperhatikan rakyat dan anak-anak kecil harus dengan lemah lembut, demikian juga memeperhatikan perkara atau hal-hal kecil dan sederhana. Kami berharap mereka yang berperan dalam hidup bersama untuk senantiasa hidup dan bertindak dengan lemah lembut, sehingga kita semua juga hidup dan bertindak dengan lemah lembut.   

"Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan" (Mat 5:6)

Orang yang lemah lembut pasti akan 'lapar dan haus akan kebenaran', rindu untuk mengetahui, memiliki dan menghayati apa yang benar dan baik, menyelamatkan dan membahagiakan, terutama keselamatan jiwa manusia. Dengan demikian yang bersangkutan kapan pun dan dimana pun senantiasa berusaha untuk melakukan apa yang benar dan yang baik. Saya percaya jika siapapun dapat melakukan apa yang baik dan benar dengan sukses pasti akan sungguh puas, dan kepuasannya akan tinggal lama dalam dirinya atau bahkan membekas dalam dirinya sampai mati.

`"Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan." (Mat 5:7)

Jika orang sungguh puas atas pengalaman hidup dan cara bertindaknya, maka yang bersangkutan akan bermurah hati kepada siapapun, artinya akan memperhatikan siapapun yang membutuhkan perhatian, tanpa pandang bulu. Hatinya senantiasa terbuka kepada siapapun sepanjang waktu, dan tentu saja juga akal budi, jiwa, tenaga maupun harta bendanya juga siap sedia untuk memperhatikan orang lain. Dengan kata lain orang yang bersangkutan akan menjadi orang yang sungguh social, dan dengan demikian akan memiliki banyak teman, saudara atau sahabat.

"Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah." (Mat 5:8)

Karena perhatian orang lain begitu melimpah ruah, maka orang yang bermurah hati juga akan berkembang menjadi suci hatinya, memiliki suara hati yang bersih dan jernih. Ia bagaikan dalam pewayangan seperti Puntadewa, yang memiliki kesucian hati sehingga dikatakan darahnya pun berwarna putih. Orang yang suci hatinya akan melihat Allah hadir dan berkarya dalam semua ciptaanNya, tentu saja terutama dalam diri manusia, yang diciptakan sesuai dengan gambar atau citra Allah. Dengan demikian yang bersangkutan pun juga menjadi wahana atau sarana kerja Allah, karena apa yang dilakukan senantiasa sesuai dengan kehendak dan perintah Allah, maka yang bersangkutan pun senantiasa 'membawa damai' bagi siapapun yang dijumpai.

"Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah." (Mat 5:9)

"Orang yang membawa damai" kemana pun dan dimana pun berarti menjadi sahabat-sahabat Allah, karena Allah senantiasa mendambakan damai di bumi. "Mereka akan disebut anak-anak Allah", orang yang senantiasa kehadiran dan sepak terjangnya dimana pun dan kapan pun merupakan perwujudan kehendak dan perintah Allah, Allah sungguh hidup dan berkarya dalam dirinya yang lemah dan rapuh. Sebagai orang beriman sering kita juga disebut sebagai Umat Allah, maka marilah kita saling membawa damai bagi saudara-saudari kita, dan dimana ada pertentangan atau permusuhan hendak kita segera datang untuk mendamaikan. 

"Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga." (Mat 5:10)

Pada masa kini pembawa damai atau pewarta kebenaran pasti tak akan terlepas dari aneka bentuk penganiayaan atau penderitaan, mengingat dan memperhatikan pertentangan dan kebohongan masih marak di sana-sini. Kepada mereka yang harus mengalami penganiayaan atau penderitaan karena mewartakan damai dan kebenaran, kami harapkan tetap setia melakukannya seraya mengenangkan Yesus yang rela menderita dan wafat di kayu salib demi keselamatan dan kebahagiaan umat manusia seluruh dunia. Pandang dan nikmati Dia yang tergantung di kayu salib, karena dengan demikian anda telah 'empunya Kerajaan Sorga', artinya sewaktu-waktu anda meninggal dunia akan langsung menikmati hidup mulia dan bahagia selamanya di sorga.    

"Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat." (Mat 5:11)

Akhirnya menjadi orang yang hidup dan bertindak dalam kuasa Allah alias dirajai atau dikuasai oleh Allah dan secara konkret hidup baik, jujur, disiplin, menghayati rahmat kenabian yang berarti pada suatu saat harus melawan arus, maka yang bersangkutan akan mengalami celaan dan aniaya maupun fitnah. Jangan menjadi kecil hati atau penakut jika harus mengalami yang demikian itu, tetapi tetap berbahagia dan bergembiralah, karena para santo dan santa pelindung kita dan menandai nama kita, telah mengalami yang sama. Nikmati dan hayati aneka celaan, aniaya dan fitnah sebagai kesempatan menghayati iman kita kepada Yang Tersalib. Marilah kita renungkan kutipan ini : "Lihatlah, betapa besarnya kasih yang dikaruniakan Bapa kepada kita, sehingga kita disebut anak-anak Allah, dan memang kita adalah anak-anak Allah. Karena itu dunia tidak mengenal kita, sebab dunia tidak mengenal Dia. Saudara-saudaraku yang kekasih, sekarang kita adalah anak-anak Allah, tetapi belum nyata apa keadaan kita kelak; akan tetapi kita tahu, bahwa apabila Kristus menyatakan diri-Nya, kita akan menjadi sama seperti Dia, sebab kita akan melihat Dia dalam keadaan-Nya yang sebenarnya. Setiap orang yang menaruh pengharapan itu kepada-Nya, menyucikan diri sama seperti Dia yang adalah suci." (1Yoh 3:1-3)

"TUHANlah yang empunya bumi serta segala isinya, dan dunia serta yang diam di dalamnya. Sebab Dialah yang mendasarkannya di atas lautan dan menegakkannya di atas sungai-sungai. "Siapakah yang boleh naik ke atas gunung TUHAN? Siapakah yang boleh berdiri di tempat-Nya yang kudus?" "Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya, yang tidak menyerahkan dirinya kepada penipuan, dan yang tidak bersumpah palsu." (Mzm 24:1-4) . Ign 1 November 2012


31Okt


"Berjuanglah untuk masuk melalui pintu yang sesak itu!"
(Ef 6:1-9; Luk 13:22-30)
"Kemudian Yesus berjalan keliling dari kota ke kota dan dari desa ke desa sambil mengajar dan meneruskan perjalanan-Nya ke Yerusalem.  Dan ada seorang yang berkata kepada-Nya: "Tuhan, sedikit sajakah orang yang diselamatkan?"  Jawab Yesus kepada orang-orang di situ: "Berjuanglah untuk masuk melalui pintu yang sesak itu! Sebab Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan berusaha untuk masuk, tetapi tidak akan dapat.  Jika tuan rumah telah bangkit dan telah menutup pintu, kamu akan berdiri di luar dan mengetok-ngetok pintu sambil berkata: Tuan, bukakanlah kami pintu! dan Ia akan menjawab dan berkata kepadamu: Aku tidak tahu dari mana kamu datang.  Maka kamu akan berkata: Kami telah makan dan minum di hadapan-Mu dan Engkau telah mengajar di jalan-jalan kota kami. Tetapi Ia akan berkata kepadamu: Aku tidak tahu dari mana kamu datang, enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu sekalian yang melakukan kejahatan!  Di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi, apabila kamu akan melihat Abraham dan Ishak dan Yakub dan semua nabi di dalam Kerajaan Allah, tetapi kamu sendiri dicampakkan ke luar.  Dan orang akan datang dari Timur dan Barat dan dari Utara dan Selatan dan mereka akan duduk makan di dalam Kerajaan Allah.  Dan sesungguhnya ada orang yang terakhir yang akan menjadi orang yang terdahulu dan ada orang yang terdahulu yang akan menjadi orang yang terakhir."(Luk 13:22-30), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St.Alfonsus Rodriguez, biarawan SJ, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Hidup dengan rendah hati, lemah lembut dan sabar kiranya tidak mudah untuk masa kini, karena budaya instant yang berarti ingin cepat-cepat dan segera dilayani begitu menjiwai orang masa kini. Kebiasaan untuk antri atau menunggu dengan sabar dan rendah hati kiranya telah mengalami erosi, karena orang senantiasa ingin menjadi yang pertama atau nomor satu. Sabda hari ini mengingatkan dan mengajak kita semua untuk hidup dan bertindak sesuai dengan panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing, tidak menyeleweng atau berselingkuh. St.Alfonsus Rodriguez yang kita kenangkan hari ini adalah seorang bruder SJ, yang tugas pekerjaan hariannya selama bertahun-tahun menjadi penjaga pintu dan penerima tamu. Bukankah dalam melaksanakan tugas ini  ada kemungkinan sepanjang hari orang kelihatan menganggu karena harus berjaga-jaga terus-menerus dan ada kemungkinan sangat sibuk karena begitu banyak tamu berdatangan. Pengalaman dalam kesesakan begitu dominan dalam diri orang yang bertugas sebagai penjaga pintu atau penerima tamu, sesak karena pada umumnya kurang dihormati atau bahkan sering dimarahi, sesak karena apa yang dikerjakan kelihatan hina atau tidak penting dst… , dengan kata lain rasanya tidak banyak orang bersedia ditugaskan sebagai penjaga pintu. Tetapi ingatlah bahwa penjaga pintu sangat penting, karena ia dapat menentukan hidup dan kinerja anggota rumah, kantor/tempat kerja atau komunitas, yaitu menolak atau menerima tamu. Kiranya masih cukup banyak tugas pekerjaan yang kelihatan sederhana tetapi begitu penting dalam kehidupan bersama dan sering kurang menjadi perhatian kita, misalnya tukang masak, tukang kebersihan dst.. Sabda hari ini juga mengajak dan mengingatkan kita semua untuk senantiasa siap sedia berjuang dan berkorban dalam mengusahakan kesuksesan.
·   "Hai hamba-hamba, taatilah tuanmu yang di dunia dengan takut dan gentar, dan dengan tulus hati, sama seperti kamu taat kepada Kristus, jangan hanya di hadapan mereka saja untuk menyenangkan hati orang, tetapi sebagai hamba-hamba Kristus yang dengan segenap hati melakukan kehendak Allah, dan yang dengan rela menjalankan pelayanannya seperti orang-orang yang melayani Tuhan dan bukan manusia" (Ef 6:5-7). Kutipan dari surat Paulus kepada umat di Efesus mengingatkan segenap anggota keluarga atau rumah tangga untuk senantiasa hidup dan bertindak saling melayani dengan rendah hati, lemah lembut dan sabar, serta berusaha tidak pernah mengecewakan orang lain sedikitpun. Kita semua juga dipannggil untuk hidup dengan tulus hati dan taat. Tulus hati berarti hati yang bersih dan suci, tidak pernah melakukan kejahatan dosa, hatinya seperti Hati Yesus, yang dari HatiNya mengalir 'air dan darah segar', lambang kehidupan dan kesegaran: dari hati tulus akan keluar segala sesuatu yang menghidupkan dan menyegarkan. Maka marilah kita senantiasa berusaha untuk hidup dengan tulus hati, dan hemat saya ketulusan hati ini hendaknya sedini mungkin dibiasakan atau dididikkan pada anak-anak di dalam keluarga, dan tentu saja dengan teladan konkret orangtua. Kami berharap ketulusan hati juga menjadi perhatian dalam proses pendidikan dan pembelajaran di sekolah-sekolah atau perguruan-perguruan tinggi. Semoga ketulusan hati menjiwai semua warganegara Republik Indonesia tercinta ini.
"Segala yang Kaujadikan itu akan bersyukur kepada-Mu, ya TUHAN, dan orang-orang yang Kaukasihi akan memuji Engkau. Mereka akan mengumumkan kemuliaan kerajaan-Mu, dan akan membicarakan keperkasaan-Mu, untuk memberitahukan keperkasaan-Mu kepada anak-anak manusia, dan kemuliaan semarak kerajaan-Mu. Kerajaan-Mu ialah kerajaan segala abad, dan pemerintahan-Mu tetap melalui segala keturunan. TUHAN setia dalam segala perkataan-Nya dan penuh kasih setia dalam segala perbuatan-Nya. TUHAN itu penopang bagi semua orang yang jatuh dan penegak bagi semua orang yang tertunduk" (Mzm 145:10-14)
Ign 31 Oktober 2012

Senin, 29 Oktober 2012

30 Okt


"Ia seumpama ragi yang diambil seorang perempuan dan diadukkan ke dalam tepung terigu tiga sukat sampai khamir seluruhnya."
(Ef 5:21-35; Luk 13:18-21)

"Maka kata Yesus: "Seumpama apakah hal Kerajaan Allah dan dengan apakah Aku akan mengumpamakannya?  Ia seumpama biji sesawi, yang diambil dan ditaburkan orang di kebunnya; biji itu tumbuh dan menjadi pohon dan burung-burung di udara bersarang pada cabang-cabangnya."  Dan Ia berkata lagi: "Dengan apakah Aku akan mengumpamakan Kerajaan Allah?  Ia seumpama ragi yang diambil seorang perempuan dan diadukkan ke dalam tepung terigu tiga sukat sampai khamir seluruhnya." (Luk 13:18-21), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Segala sesuatu kiranya mulai dari kecil, sederhana atau sedikit. Dalam Warta Gembira hari ini kepada kita diketengahkan perihal perumpamaan Kerajaan Allah bagaikan biji sesawi atau ragi. Biji sesawi konon yang terkecil, namun begitu tumbuh menjadi rimbun dan banyak burung-burung kecil berdatangan untuk mencari makan; demikian juga ragi dalam jumlah kecil ketika diadukkan ke dalam tepung terigu, maka rasanya jadi lain: ragi merasuki seluruh tepung terigu. Maka sabda hari ini kiranya dapat menjadi pegangan hidup kita, dimana meskipun jumlah kita kecil tetapi karena berkualitas, maka akan sangat berguna bagi kehidupan bersama. Dengan kata lain sabda hari ini mengajak dan mengingatkan kita semua untuk lebih menekankan kualitas daripada kuantitas, mutu daripada jumlah. Tentu saja kualitas yang kami maksudkan terutama atau lebih-lebih kualitas iman, dengan kata lain marilah kita tingkatkan dan perdalam kualitas iman kita. Dalam Tahun Iman ini kita diajak untuk mawas diri sejauh mana kedalaman iman kita dan kemudian menghasilkan buah melimpah, berupa banyak jiwa diselamatkan. Semoga perkembangan dan pertumbuhan iman kita sungguh dapat menjadi tempat berlindung bagi banyak orang dalam rangka menyelamatkan jiwanya atau kehadiran dan sepak terjang kita senantiasa lebih enak dan nikmat untuk didiami, karena kita senantiasa melakukan apa yang baik dan menyelamatkan, terutama keselamatan jiwa manusia. Marilah kita didik dan bina anak-anak kita agar tumbuh berkembang menjadi pribadi yang baik, bermoral dan berbudi pekerti luhur. Demikian pula kami mengingatkan siapapun yang bekerja dalam pelayanan pendidikan atau sekolah untuk lebih mengutamakan agar para peserta didik tumbuh berkembang menjadi pribadi cerdas spiritual, bukan hanya secara intelektual belaka.

·   "Rahasia ini besar, tetapi yang aku maksudkan ialah hubungan Kristus dan jemaat. Bagaimanapun juga, bagi kamu masing-masing berlaku: kasihilah isterimu seperti dirimu sendiri dan isteri hendaklah menghormati suaminya." (Ef 5:32-33). Paulus menggambarkan kesatuan kita dengan Yesus Kristus, Tuhan, bagaikan kesatuan antar suami-isteri yang baik. Bukankah suami-isteri yang baik saling mengasihi dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan segenap kekuatan atau tubuh? Memang ajaran perihal saling mengasihi hemat saya secara konkret dapat diindrai atau dilihat dalam diri suami-isteri yang baik. Tentu saja kasih Tuhan kepada kita lebih daripada kasih suami terhadap isteri maupun isteri terhadap suaminya, karena " Ia menempatkan jemaat di hadapan diri-Nya dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu, tetapi supaya jemaat kudus dan tidak bercela" (Ef 5:27). Dalam keadaan atau kondisi macam apapun Tuhan senantiasa mengasihi kita tanpa batas. Hidup saling mengasihi memang sungguh memikat, mempesona dan menarik banyak orang untuk mendekat dan bersahabat. Marilah kita hayati secara konkret hubungan erat atau mesra kita dengan Tuhan dan senantiasa berhubungan mesra dan erat dengan saudara-saudari kita, tentu saja tidak harus semesra hubungan suami-isteri. Kemesraan hubungan kita dengan orang lain antara lain menjadi nyata atau konkret ketika kita tidak saling menyakiti atau melecehkan, tetapi saling menghormati dan menjunjung tinggi, saling membahagiakan dan menyelamatkan. Sebagai umat beriman marilah kita wujudkan pendampingan atau penyertaan Tuhan dalam cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari dimana pun dan kapan pun, artinya semoga siapapun yang melihat kita akhirnya tergerak untuk semakin beriman dan bersahabat dengan Tuhan maupun sesamanya. Persaudaraan atau persahabatan sejati antar kita , umat manusia, pada masa kini sungguh mendesak dan up to date untuk kita hayati dan sebarluaskan.

"Berbahagialah setiap orang yang takut akan TUHAN, yang hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya! Apabila engkau memakan hasil jerih payah tanganmu, berbahagialah engkau dan baiklah keadaanmu! Isterimu akan menjadi seperti pohon anggur yang subur di dalam rumahmu; anak-anakmu seperti tunas pohon zaitun sekeliling mejamu!Sesungguhnya demikianlah akan diberkati orang laki-laki yang takut akan TUHAN." (Mzm 128:1-4)

Ign 30 Oktober 2012     

Minggu, 28 Oktober 2012

29 Okt

"Ia adalah keturunan Abraham"
(Ef 4:32-5:8; Luk 13:10-17)

" Pada suatu kali Yesus sedang mengajar dalam salah satu rumah ibadat pada hari Sabat.  Di situ ada seorang perempuan yang telah delapan belas tahun dirasuk roh sehingga ia sakit sampai bungkuk punggungnya dan tidak dapat berdiri lagi dengan tegak. Ketika Yesus melihat perempuan itu, Ia memanggil dia dan berkata kepadanya: "Hai ibu, penyakitmu telah sembuh."  Lalu Ia meletakkan tangan-Nya atas perempuan itu, dan seketika itu juga berdirilah perempuan itu, dan memuliakan Allah.  Tetapi kepala rumah ibadat gusar karena Yesus menyembuhkan orang pada hari Sabat, lalu ia berkata kepada orang banyak: "Ada enam hari untuk bekerja. Karena itu datanglah pada salah satu hari itu untuk disembuhkan dan jangan pada hari Sabat."  Tetapi Tuhan menjawab dia, kata-Nya: "Hai orang-orang munafik, bukankah setiap orang di antaramu melepaskan lembunya atau keledainya pada hari Sabat dari kandangnya dan membawanya ke tempat minuman?  Bukankah perempuan ini, yang sudah delapan belas tahun diikat oleh Iblis, harus dilepaskan dari ikatannya itu, karena ia adalah keturunan Abraham?"  Dan waktu Ia berkata demikian, semua lawan-Nya merasa malu dan semua orang banyak bersukacita karena segala perkara mulia, yang telah dilakukan-Nya." (Luk 13:10-17), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Abraham ada bapa umat beriman, dan Yesus adalah Allah yang menjadi manusia seperti kita kecuali dalam hal dosa. Iman mendasari dan mengatasi semua tata tertib maupun aturan, dan dalam kisah hari ini diceriterakan bahwa Yesus menyembuhkan orang yang telah bertahun-tahun menderita sakit pada hari Sabat, yang menurut adat istiadat atau peraturan Yahudi pada hari Sabat harus beristirahat, tidak bekerja, sedangkan tindakan penyembuhan yang dilakukan oleh Yesus dinilai sebagai kerja. Maka ketika kepala rumah ibadat gusar karena tindakan Yesus tersebut demgan tegas Ia menanggapi: "Hai orang-orang munafik, bukankan setiap orang di antaramu melepaskan lembunya atau keledaian pada hari Sabat dari kandangnya dan membawanya ke tempat minuman". Orang munafik memang lebih mengasihi binatang dari pada manusia, harta benda daripada keselamatan jiwa manusia. Sebagai orang beriman dalam cara hidup dan cara bertindak kita diharapkan senantiasa lebih mengutamakan keselamatan manusia daripada binatang atau harta benda. Bukankah kita semua mengaku sebagai orang beriman, dan dengan demikian juga menjadi ketururan Abraham? Maka marilah kita tidak gusar seperti orang-orang munafik, melainkan tetap gembira dan ceria ketika ada orang berbuat baik untuk menyelamatkan jiwa manusia, meskipun tempat dan waktunya menurut kebisaan atau tata tertib tidak benar. Ingatlah, sadari dan hayati tata tertib atau aturan dibuat demi keselamatan jiwa manusia, misalnya peraturan atau rambu-rambu lalu lintas.

·   "Karena ingatlah ini baik-baik: tidak ada orang sundal, orang cemar atau orang serakah, artinya penyembah berhala, yang mendapat bagian di dalam Kerajaan Kristus dan Allah. Janganlah kamu disesatkan orang dengan kata-kata yang hampa, karena hal-hal yang demikian mendatangkan murka Allah atas orang-orang durhaka" (Ef 5:5-6). Sebagai orang beriman atau beragama kita semua mendambakan 'mendapat bagian dalam Kerajaan Allah', alias hidup bahagia dan damai sejahtera selama hidup di dunia ini maupun di akhirat nanti setelah meninggal dunia. Maka hendaknya dijauhkan dari diri kita perbuatan sundal, cemar atau serakah. Pada masa kini memang ada segelintir orang yang serakah dan mencemarkan diri melakukan tindakan-tindakan amoral, entah yang terkait dengan masalah seks atau kenikmatan-kenikmatan lainnya. Dalam hal keserakahan seks kiranya mewarnai cara hidup dan cara bertindak banyak orang, lebih orang yang bersikap mental materialistis dan kurang beriman. Cukup banyak muda-mudi yang mencemarkan diri melalui atau dengan keserakahan seksual, bahkan masih berstatus sebagai pelajar di tingkat sekolah menengah telah hamil karena pergaulan seks bebas. Kami berharap para orangtua mendidik anak-anak sebaik mungkin sehingga ketika menginjak masa remaja tidak melakukan perbuatan amoral yang merusak diri maupun masa depannya. Para pemimpin agama kami harapkan memberi wadah atau tempat untuk pembinaan anak-anak serta generasi muda. Orangtua yang tidak mendidik dan membina anak-anaknya dengan baik akan mengalami kemurkaan di masa depan dari orang lain maupun dari Allah sendiri, dengan kata lain di masa tuanya tidak damai sejahtera, melainkan semakin banyak menghadapi masalah dan tantangan berat. Semoga masa tua anda dapat menikmati hidup bahagia dan sejahtera karena anak-anaknya sukses sebagai pribadi, tidak menimbulkan masalah dalam hidup dan kerjanya.

"Sungguh, Allah itu keselamatanku; aku percaya dengan tidak gementar, sebab TUHAN ALLAH itu kekuatanku dan mazmurku, Ia telah menjadi keselamatanku." Maka kamu akan menimba air dengan kegirangan dari mata air keselamatan.Pada waktu itu kamu akan berkata: "Bersyukurlah kepada TUHAN, panggillah nama-Nya, beritahukanlah perbuatan-Nya di antara bangsa-bangsa, masyhurkanlah, bahwa nama-Nya tinggi luhur! "(Yes 12:2-4)
Ign 29 Oktober 2012
__._,_.___