Fans Page Facebook http://imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Sabtu, 16 Juni 2012

Minggu Biasa XI

Minggu Biasa XI

Yeh 17:22-24; 2Kor 5:6-10; Mrk 4:26-34

"Hal Kerajaan itu seumpama biji sesawi yang ditaburkan di tanah"

Seminari Menengah Mertoyudan diawali oleh dua pemuda, Petrus Darmaseputra dan Fransiskus Xaverius Satiman, yang tergerak untuk menjadi imam, Mei 1912. Dalam perjalanan selama kurang lebih seratus tahun telah tumbuh berkembang menjadi besar, sebagaimana adanya pada saat ini yang bertempat di Mertoyudan. Ribuan pemuda telah mengikuti jejak dua pemuda tersebut, dan para alumni seminari, entah yang menjadi imam atau dalam perjalanan selama pendidikan mengundurkan diri menjadi awam, telah tersebar luas di seluruh Indonesia ini; karya dan pelayanan mereka juga telah menghasilkan buah melimpah ruah, yaitu bertambahnya orang-orang yang beriman kepada Yesus Kristus, entah yang secara formal dibaptis secara katolik dan menjadi katolik atau secara informal atau inklusif percaya kepadaNya, yang menjadi nyata dalam cara hidup dan cara bertindak yang sungguh dijiwai oleh, iman, baik, bermoral dan berbudi pekerti luhur. Begitulah benih kecil yang ditaburkan telah menjadi pohon besar dan menjadi naungan atau tempat berlindung banyak orang. Maka marilah kita renungkan atau refleksikan warta gembira hari ini, perihal Kerajaan Allah.

"Hal Kerajaan itu seumpama biji sesawi yang ditaburkan di tanah "(Mrk 4:31)

Semua jenis biji pada umumnya memang kecil, dan ketika ditaburkan di tanah yang subur tidak lama kemudian dapat tumbuh menjadi pohon yang besar serta menghasilkan buah-buah yang berguna bagi kehidupan umat manusia. Perumpamaan perihal Kerajaan Allah bagaikan biji sesawi yang ditaburkan di tanah ini hemat saya mengajak dan mengingatkan kita semua untuk hidup dan bertindak dengan mengikuti proses sebagaimana dikehendaki oleh Tuhan, dengan kata lain kita diajak untuk berbudaya proses bukan berbudaya instant sebagaimana dihayati oleh cukup banyak orang masa kini.

Pertama-tama marilah kita sadari dan hayati diri kita masing-masing, bahwa kita juga terdiri dari persatuan sel sperma yang sangat kecil dengan sel telor, yang terjadi di dalam rahim ibu kita masing-masing dan dalam waktu kurang lebih sembilan bulan di dalam rahim ibu telah berproses menjadi besar, berat antara 3 s/d 4 kg, lengkap dengan aneka anggota tubuh yang membentuk manusia yang tampan atau cantik. Kejadian kita semua dalam proses, maka jika dalam hidup dan bertindak saat ini kita tidak mengikuti proses berarti ingkar diri. Kami berharap kepada para orangtua dalam mendidik anak-anaknya sungguh mengikuti proses perkembangan pribadi anak yang bersangkutan, demikian juga para guru di sekolah hendaknya juga mengikuti dan memperkembangkan budaya proses dalam pengajaran dan pembelajaran.

Secara umum kami juga mengharapkan siapapun juga untuk mengikuti proses dalam rangka usaha menjadi pandai/cerdas atau kaya akan harta benda/uang. Dengan kata lain dalam cara hidup dan cara bertindak kita diharapkan berpartisipasi dalam karya penciptaan Allah. Secara konkret kepada para murid atau siswa maupun mahasiswa kami harapkan setiap hari belajar, sesuai dengan tugasnya, tidak hanya belajar menjelang ulangan atau ujian saja, atau bahkan menyontek dalam ulangan atau ujian. Sebaliknya para guru hendaknya tidak terjebak untuk menyelesaikan kurikulum, melainkan ikuti kemampuan dan perkembangan peserta didik dalam belajar. Para pekerja atau pegawai hendaknya setia dan jujur melaksanakan tugas dan pekerjaannya serta tidak melakukan korupsi sedikitpun, hendaknya mencukupi kebutuhan hidupnya maupun keluarganya sesuai dengan hasil kerja dan keringatnya dan jangan menjadi 'benalu', yang merampas makanan dan minuman orang lain seenaknya.

Kita semua tumbuh berkembang menjadi pribadi yang baik, bermoral dan berbudi pekerti luhur juga melalui suatu proses, melalui pembiasaan-pembiasaan penghayataan nilai-nilai atau keutamaan-keutamaan kehidupan. Maka mungkin baik jika setiap bulan atau tahun kita lebih menekankan pembiasaan nilai atau keutamaan tertentu setiap hari dalam dalam cara hidup dan cara bertindak. Pada masa kini hemat yang mendesak dan up to date adalah disiplin dan jujur. Marilah kita membiasakan diri hidup dan bertindak disiplin dan jujur dalam hal apapun. Ketika masa kecil dan masa pendidikan tidak disiplin dan tidak jujur, maka yang bersangkutan akan menjadi koruptor, sebagaimana terjadi dalam diri tokoh-tokoh hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara saat ini, yang melakukan korupsi. Yang menamakan diri wakil rakyat alias anggota DPR pun melakukan korupsi, demikian juga mereka yang disebut dengan penegak kebenaran, para hakim maupun polisi. Marilah menjadi pandai/cerdas atau kaya akan harta benda/uang mengikuti proses, sebagaimana dikehendaki oleh Tuhan.

"Maka oleh karena itu hati kami senantiasa tabah, meskipun kami sadar, bahwa selama kami mendiami tubuh ini, kami masih jauh dari Tuhan, -- sebab hidup kami ini adalah hidup karena percaya, bukan karena melihat -- tetapi hati kami tabah, dan terlebih suka kami beralih dari tubuh ini untuk menetap pada Tuhan. Sebab itu juga kami berusaha, baik kami diam di dalam tubuh ini, maupun kami diam di luarnya, supaya kami berkenan kepada-Nya." (2Kor 5:6-9)

"Supaya kami berkenan kepadaNya", inilah yang hendaknya kita hayati dalam cara hidup dan cara bertindak kita dimana pun dan kapan pun. Memang anggota-anggota tubuh kita ini senantiasa menggoda dan merayu kita untuk tidak berkenan kepadaNya alias melakukan dosa dan hanya mengikuti nafsu-nafsu jasmani melulu, misalnya dalam hal makan dan minum maupun masalah seksual.

Pertama-tama dan terutama kami mengajak dan mengingatkan kita semua dalam hal makan dan minum, yang kiranya menjadi kebiasaan dan kesenangan kita semua setiap hari, sejak masih kanak-kanak. Hendaknya dalam hal makan dan minum sesuai dengan kehendak Tuhan atau berkenan kepadaNya, dengan kata lain hendaknya dalam hal makan dan minum berpedoman pada apa yang sehat dan tidak sehat, bukan apa yang enak dan tidak enak. Apa yang sehat mungkin tidak enak, sedangkan apa yang enak mungkin tidak sehat. Hendaknya mengkonsumsi makanan atau minuman yang alami atau organik, dan jauhi aneka makanan dan minuman instant. Pengalaman menunjukkan bahwa mereka yang terbiasa mengkonsumsi jenis makanan dan minuman instant mudah terserang penyakit, ketahanan fisik lemah, demikian juga daya juang luntur.

Nafsu seksual kiranya mulai menggejala di kalangan remaja dan muda-mudi kita. Perkembangan sarana tekonologi seperti HP dan Internet telah mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan pengetahuan maupun gelora nafsu seksual remaja dan muda-mudi kita. Sebagaimana sering diberitakan melalui media TV misalnya, ada remaja yang terjebak untuk melakukan hubungan seksual bebas karena komunikasi melalui internet atau facebook. Demikian juga melalui HP remaja dan muda-mudi kita begitu bebas bergaul dan berkomunikasi, yang berkembang ke arah pergaulan bebas dan hubungan seksual bebas. Kami berharap anak-anak sedini mungkin dibiasakan dan dididik untuk menjadi 'tuan' atas HP dan Internet, bukan  menjadi hamba HP atau Internet, yang pada gilirannya mudah tergoda untuk menjadi  hamba nafsu seksual. Nafsu seksual merupakan anugerah Tuhan, maka hendaknya difungsikan sesuai dengan kehendak Tuhan, tidak mengikuti keinginan atau selera pribadi.

Marilah kita usahakan memiliki hati yang tabah terhadap aneka godaan dan rayuan setan yang menggejala dalam aneka kenikmatan. Para orangtua kami harapkan dapat menjadi teladan bagi anak-anaknya dalam hal ketabahan hati, serta mendidik dan membiasakan anak-anak untuk memiliki ketabahan dan keteguhan hati. Orang yang memiliki hati yang tabah dan teguh akan menikmati kebahagiaan atau kesejahteraan hidup sebagaimana dikehendaki Tuhan, yaitu selamat dan bahagia jiwanya saat ini sampai mati.

"Orang benar akan bertunas seperti pohon korma, akan tumbuh subur seperti pohon aras di Libanon; mereka yang ditanam di bait TUHAN akan bertunas di pelataran Allah kita. Pada masa tua pun mereka masih berbuah, menjadi gemuk dan segar, untuk memberitakan, bahwa TUHAN itu benar, bahwa Ia gunung batuku dan tidak ada kecurangan pada-Nya."

(Mzm 92:13-16)

Ign 17 Juni 2012        

 

                                                                


Jumat, 15 Juni 2012

16 Juni


"IbuNya menyimpan semua perkara itu di dalam hatinya."

(Yes 61:9-11; Luk 2:41-51)

"Tiap-tiap tahun orang tua Yesus pergi ke Yerusalem pada hari raya Paskah. Ketika Yesus telah berumur dua belas tahun pergilah mereka ke Yerusalem seperti yang lazim pada hari raya itu. Sehabis hari-hari perayaan itu, ketika mereka berjalan pulang, tinggallah Yesus di Yerusalem tanpa diketahui orang tua-Nya. Karena mereka menyangka bahwa Ia ada di antara orang-orang seperjalanan mereka, berjalanlah mereka sehari perjalanan jauhnya, lalu mencari Dia di antara kaum keluarga dan kenalan mereka. Karena mereka tidak menemukan Dia, kembalilah mereka ke Yerusalem sambil terus mencari Dia. Sesudah tiga hari mereka menemukan Dia dalam Bait Allah; Ia sedang duduk di tengah-tengah alim ulama, sambil mendengarkan mereka dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada mereka. Dan semua orang yang mendengar Dia sangat heran akan kecerdasan-Nya dan segala jawab yang diberikan-Nya. Dan ketika orang tua-Nya melihat Dia, tercenganglah mereka, lalu kata ibu-Nya kepada-Nya: "Nak, mengapakah Engkau berbuat demikian terhadap kami? Bapa-Mu dan aku dengan cemas mencari Engkau." Jawab-Nya kepada mereka: "Mengapa kamu mencari Aku? Tidakkah kamu tahu, bahwa Aku harus berada di dalam rumah Bapa-Ku?" Tetapi mereka tidak mengerti apa yang dikatakan-Nya kepada mereka. Lalu Ia pulang bersama-sama mereka ke Nazaret; dan Ia tetap hidup dalam asuhan mereka. Dan ibu-Nya menyimpan semua perkara itu di dalam hatinya." (Luk 2:41-51), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta Hati Tersuci SP Maria hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Setelah mengenangkan Hati Kudus Yesus Kristus, pada hari ini kita diajak untuk mengenangkan kesucian hati SP Maria. Kesucian hati SP Maria antara lain dijelaskan dengan kata-kata "menyimpan semua perkara itu di dalam hatinya". Dalam Warta Gembira hari ini dikisahkan bahwa SP Maria menghadapi perkara besar, yaitu ketika bertemu dengan Yesus, Anaknya, ia menerima tanggapan "Mengapa kamu mencari Aku? Tidakkah kamu tahu, bahwa Aku harus berada di dalam rumah Bapa-Ku?. Seorang ibu yang menerima kata-kata macam ini dari anaknya secara spontan pasti akan marah, karena merasa kurang dihormati oleh anaknya. SP Maria adalah teladan umat beriman, maka kami mengajak dan mengingatkan segenap umat beriman untuk meneladannya dalam menghadapi aneka macam perkara yang harus kita alami atau hadapi setiap hari dalam hidup dan kerja kita. Kami yakin setiap hari kita semua pasti menghadapi perkara, dan sacara manusia dengan mudah akan marah, mengeluh atau menggerutu. Meneladan SP Maria berarti setiap kali menerima atau menghadapi perkara kita diajak untuk menjadikannya bahan doa atau permenungan, dengan kata lain mempersembahkan perkara kepada Tuhan seraya mohon pencerahan untuk memahami dan cara mengatasi perkara tersebut. Bukankah praktek macam ini telah terjadi dalam kehidupan menggereja, antara lain dalam rangka pemilihan gembala gereja, entah Paus atau Uskup. Dalam pemilihan Paus, misalnya para kardinal berdoa sendiri-sendiri dalam keheningan guna mohon pencerahan dari Tuhan siapa yang layak dipilih menjadi Paus. Kami berharap kita semua tidak melupakan hidup doa dalam aneka macam kesibukan dan pelayanan kita setiap hari.

·   "Keturunanmu akan terkenal di antara bangsa-bangsa, dan anak cucumu di tengah-tengah suku-suku bangsa, sehingga semua orang yang melihat mereka akan mengakui, bahwa mereka adalah keturunan yang diberkati TUHAN" (Yes 61:9). Semua orangtua, khususnya para ibu, kiranya mendambakan agar anak-anak yang dianugerahkan Tuhan maupun cucu, cicit dan semua keturunannya 'akan terkenal di antara bangsa-bangsa serta diberkati Tuhan'. Hal itu akan menjadi kenyataan kiranya tidak bagaikan  sesuatu yang turun dari langit atau sorga, melainkan membutuhkan kerja dan usaha anda sebagai orangtua, khususnya para ibu. Salah satu usaha yang hendaknya dilakukan oleh para ibu adalah menyusui anaknya dengan ASI-nya sendiri minimal selama setahun terus menerus, syukur kebih, karena anak-anak berarti menerima gizi rohani dan badani, spiritual dan fisik dengan menyusu air susu ibu. Itulah awal yang baik dan mulia yang kemudian dapat diteruskan dan diperdalam dalam perjalanan mendidik dan mendampingi anak-anak dalam kasih dan kebebasan sejati. Buktikan  hati anda sebagai orangtua sungguh dicurahkan kepada anak-anak, antara lain sungguh memboroskan waktu dan tenaga bagi anak-anaknya. Sedini mungkin anak-anak perlu dididik dan dibiasakan dalam hal kepekaan bagi sesamanya, dan biarlah kelak anak-anak tumbuh berkembang menjadi "man/woman with/for others". Jika mereka tumbuh berkembang menjadi pribadi yang social, peka terhadap sesamanya, maka percayalah bahwa mereka  'akan terkenal di antara bangsa-bangsa dan diberkati Tuhan'.

"Busur pada pahlawan telah patah, tetapi orang-orang yang terhuyung-huyung, pinggangnya berikatkan kekuatan. Siapa yang kenyang dahulu, sekarang menyewakan dirinya karena makanan, tetapi orang yang lapar dahulu, sekarang boleh beristirahat. Bahkan orang yang mandul melahirkan tujuh anak, tetapi orang yang banyak anaknya, menjadi layu.TUHAN mematikan dan menghidupkan, Ia menurunkan ke dalam dunia orang mati dan mengangkat dari sana.TUHAN membuat miskin dan membuat kaya; Ia merendahkan, dan meninggikan juga" (1Sam 2:4-7).

Ign 16 Juni 2012


Kamis, 14 Juni 2012

Hari Raya Hati Yesus yang Maha Kudus

HR HATI KUDUS YESUS

Hos 11:3-4.8c-9; Ef 3:8-12.14-19; Yoh 19:31-37

"Mereka akan memandang kepada Dia yang telah mereka tikam."

DUA BELAS JANJI HATI KUDUS YESUS

Margareta Maria Alacoque (1647-1690) menerima tugas Kristus yang menampakkan diri-Nya beberapa kali kepadanya, untuk menyebarluaskan kebaktian HATINYA YANG KUDUS.
Kepada siapa-siapa yang menghormati HATI KUDUS secara istimewa, KRISTUS menjanjikan rahmat-rahmat berikut:

1.       Aku akan menganugerahkan kurnia yang dibutuhkan dalam suatu keadaan yang mendesak.

2.       Aku akan mengaruniakan damai dalam keluarga-keluarga mereka.

3.       Aku akan menghibur mereka dalam segala penderitaan.

4.       Aku akan menjadi tempat berlindung bagi mereka sepanjang hidup, khususnya pada saat menghadapi maut.

5.       Aku akan mencurahkan berkat atas segala usaha mereka.

6.       Para pendosa akan menemukan dalam hati-Ku sumber dan samudera belas kasihan yang tak terbatas.

7.       Orang-orang yang dingin hati akan memperoleh karunia semangat kerajinan untuk berbuat baik.

8.       Orang-orang yang bersemangat dan rajin akan berkembang dengan cepat menuju kesempurnaan yang tinggi.

9.       Para imam akan memperoleh kurnia-kurnia, agar mereka sanggup melunakkan hati yang paling keras dalam dosa.

10.    Aku akan memberkati rumah-rumah dimana patung/gambar hati-Ku yang terkudus ditempatkan dan dihormati.

11.    Nama setiap orang yang menyebarluaskan penghormatan ini akan tertulis dalam hati-Ku dan tak akan pernah terhapus.

12.    Aku tak akan membatalkan sedikit pun kurnia-kurnia bagi semua orang yang ingin memperoleh-Nya dalam hati-Ku.

Apa yang saya tulis di atas merupakan kutipan dari buku doa "Doa adalah Sumber Kekuatan", hal 45, dan kiranya baik kita renungkan, resapkan dan cecap dalam-dalam pada Hari Raya Hati Yesus Yang Mahakudus hari ini. Hemat saya hati lebih awal berfungsi dalam diri manusia daripada otak atau pikiran. Perhatian alias memberikan hati kepada saudara-saudari kita sungguh penting, apalagi perhatian orangtua terhadap anak-anaknya, para guru terhadap para peserta didiknya, pamong terhadap anak-anak asuhannya dst..

"Mereka akan memandang kepada Dia yang telah mereka tikam." (Yoh 19:37)

Memandang atau melihat dalam Injil Yohanes memiliki arti atau makna yang sungguh mendalam. Sebagaimana terjadi dalam aneka pengalaman, misalnya mereka yang tergerak menjadi imam/mendaftarkan diri untuk menjadi siswa di Seminari Menengah Mertoyudan, salah satu motivasi utama yang mendorong mereka adalah karena 'melihat dengan mata kepala' apa yang ada di Seminari Menengah Mertoyudan maupun apa yang dilakukan oleh imam atau pastor yang mereka kenal. Mereka 'melihat' dan kemudian tergerak untuk membaktikan diri sepenuhnya kepada Tuhan dengan menjadi imam atau pastor.

Kita yang beriman kepada Yesus Kristus diajak untuk 'memang kepada Dia yang telah mereka tikam', Hati Yesus yang tergantung di kayu salib, yang ditusuk dengan tombak dan kemudian mengalirkan darah dan air segar, lambang kehidupan dan kesegaran atau sakramen-sakramen Gereja yang menyelamatkan. Maka baiklah jika dalam kehidupan masa kini anda merasa berat, lesu, berbeban berat dst.. kami ajak untuk 'memandang Dia yang tergantung di kayu salib', karena dengan demikian anda pasti akan digairahkan dan disegarkan. Penderitaan atau kesengsaraan yang kita alami di dunia ini sungguh sangat kecil jika dibandingkan dengan penderitaan dan kesengsaraan Tuhan kita Yesus Kristus. Kepada siapapun yang berdosa dan merasa kurang diperhatikan kami harapkan memandang Dia yang tergangung di kayu salib, karena Ia penuh belas kasih dan perhatian.

Sebagai orang-orang yang beriman kepada Yesus Kristus kita dipanggil untuk saling memperhatikan, yang secara konkret dapat kita wujudkan dengan saling menghadirkan diri alias saling memboroskan waktu dan tenaga. Ada pepatah 'jauh di mata dekat di hati', yang berarti meskipun saling berjauhan tempat tinggal atau berada, karena harus melaksanakan tugas pekerjaan atau kewajiban tetap saling memperhatikan, antara lain dengan saling mendoakan atau saling memandang foto yang harus diperhatikan. Dalam hal ini saya sangat terkesan dengan seorang sopir taksi Blue Bird di Jakarta yang memasang foto istteri bersama anak-anaknya di depan kemudinya, sehingga sambil menyopir dia dapat memperhatikan isteri dan anak-anaknya. Maka kepada mereka yang saling berjauhan tempat tinggal atau kerja kami harapkan tidak lupa membawa foto dari mereka yang harus dikasihi dan diperhatikan. Pandanglah foto mereka sambil mendoakannya. Demikian juga kami ingatkan kepada rekan-rekan anggota Lembaga Hidup Bakti, imam, bruder atau suster, yang karena tugas dan panggilan harus tinggal jauh dari sahabat-sahabatnya, untuk tetap bersatu dalam hati dan budi dengan sahabat-sahabatnya.

"Aku berdoa supaya Ia, menurut kekayaan kemuliaan-Nya, menguatkan dan meneguhkan kamu oleh Roh-Nya di dalam batinmu,sehingga oleh imanmu Kristus diam di dalam hatimu dan kamu berakar serta berdasar di dalam kasih. Aku berdoa, supaya kamu bersama-sama dengan segala orang kudus dapat memahami, betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus, dan dapat mengenal kasih itu, sekalipun ia melampaui segala pengetahuan. Aku berdoa, supaya kamu dipenuhi di dalam seluruh kepenuhan Allah." (Ef 3:15-19)

Kasih Allah melalui Yesus Kristus kiranya sulit kita pikirkan atau fahami, dan kiranya hanya dapat kita imani dan hayati. KasihNya memuncak dalam penyerahan Diri secara total, dengan menderita dan wafat di kayu salib demi keselamatan dan kebahagiaan umat manusia di bumi ini. Mungkin para suami-isteri yang saling mengasihi lebih dapat memahami kasih Kristus, karena mereka telah mengalami dengan saling memberikan diri dalam keadaan telanjang bulat ketika sedang berkasih-kasihan dalam hubungan seksual, dimana sang isteri menyerahkan keperawanannya yang sangat berharga untuk ditusuk oleh kemaluan suaminya yang telah menjadi tegang karena kasih. Sakit dan penderitaan sang isteri karena robek selaput daranya serta mengalirkan darah segar kiranya sungguh merupakan kebahagiaan yang sulit diterangkan. Konon kebahagiaan mereka berdua juga sulit dijelaskan dengan kata-kata.

Kami berharap para suami-isteri dapat menjadi saksi kasih yang luar biasa dalam hidup sehari-hari, berdasarkan pengalaman yang telah dinikmatinya. Kasih yang demikian itu hendaknya berakar dalam Allah, sehingga sungguh tak terbatas oleh ruang dan waktu, dan memang kasih tidak terbatas alias bebas. Hidup dalam kasih tidak ada sedikitpun yang ditutup-tutupi atau disembunyikan dan semuanya. Kita semua ada, diciptakan dan dibesarkan oleh dan karena kasih, dan kita semua adalah buah kasih, maka marilah kita hayati diri kita masing-masing sebagai yang terkasih, sehingga bertemu dengan siapapun berarti yang terkasih bertemu dengan yang terkasih dan dengan demikian otomatis saling mengasihi.

"Aku tidak akan melaksanakan murka-Ku yang bernyala-nyala itu, tidak akan membinasakan Efraim kembali. Sebab Aku ini Allah dan bukan manusia, Yang Kudus di tengah-tengahmu, dan Aku tidak datang untuk menghanguskan" (Hos 11:9), demikian firman Allah kepada bangsaNya melalui nabi Hosea, kepada kita semua umat beriman. Allah memang tidak pernah marah, karena Ia sungguh maha kasih dan maha pengampun, kasih dan pengampunanNya telah kita nikmati sejak kita dilahirkan di dunia ini. Ingatlah dan sadari bahwa ketika kita masih bayi atau usia balita pasti merepotkan orangtua dan saudara-saudari kita, namun demikian kita tak pernah dimarahi, melainkan tetap dikasihi, dan bahkan kasih mereka semakin mendalam dan luar biasa. Demikian juga kiranya kita juga sering mempersulit orang lain atau mengecewakan orang lain, namun kita dibiarkan saja; bukankah hal itu juga merupakan kasih dan pengampunan.

Sebagai orang-orang yang telah menerima kasih dan pengampunan secara melimpah ruah, kita semua dipanggil untuk hidup dan bertindak saling mengasihi dan mengampuni, kapan pun dan dimana pun. Kasih dan pengampunan hemat saya sungguh mendesak dan up to date untuk kita hayati dan sebarluaskan pada masa kini, mengingat dan memperhatikan masih cukup banyak orang saling membenci dan balas dendam alias bermusuhan. Orang yang tak hidup saling mengasihi dan mengampuni berarti ingkar diri, tidak mengakui dan menghayati diri sebagai 'yang terkasih'.

"Roh TUHAN akan ada padanya, roh hikmat dan pengertian, roh nasihat dan keperkasaan, roh pengenalan dan takut akan TUHAN; ya, kesenangannya ialah takut akan TUHAN. Ia tidak akan menghakimi dengan sekilas pandang saja atau menjatuhkan keputusan menurut kata orang. Tetapi ia akan menghakimi orang-orang lemah dengan keadilan, dan akan menjatuhkan keputusan terhadap orang-orang yang tertindas di negeri dengan kejujuran; ia akan menghajar bumi dengan perkataannya seperti dengan tongkat, dan dengan nafas mulutnya ia akan membunuh orang fasik.Ia tidak akan menyimpang dari kebenaran dan kesetiaan, seperti ikat pinggang tetap terikat pada pinggang. Serigala akan tinggal bersama domba dan macan tutul akan berbaring di samping kambing. Anak lembu dan anak singa akan makan rumput bersama-sama, dan seorang anak kecil akan menggiringnya"

(Yes 11:2-6)

Ign 15 Juni 2012

     


Rabu, 13 Juni 2012

14 Juni


"Segeralah berdamai dengan lawanmu selama engkau bersama-sama dengan dia di tengah jalan",

 (1Raj 18:41-46; Mat 5:20-26)

" Maka Aku berkata kepadamu: Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Kamu telah mendengar yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan membunuh; siapa yang membunuh harus dihukum. Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum; siapa yang berkata kepada saudaranya: Kafir! harus dihadapkan ke Mahkamah Agama dan siapa yang berkata: Jahil! harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala. Sebab itu, jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah dan engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap engkau, tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu. Segeralah berdamai dengan lawanmu selama engkau bersama-sama dengan dia di tengah jalan, supaya lawanmu itu jangan menyerahkan engkau kepada hakim dan hakim itu menyerahkan engkau kepada pembantunya dan engkau dilemparkan ke dalam penjara. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya engkau tidak akan keluar dari sana, sebelum engkau membayar hutangmu sampai lunas." (Mat 5:20-26), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Jika dicermati dalam hidup dan kerja sehari-hari kiranya cukup banyak orang mudah marah terhadap saudara-saudarinya. Mereka mudah marah karena sering dirinya bersifat egois dan hanya mementingkan kepentingan sendiri, kurang peka terhadap kebutuhan orang lain. Hidup dalam persaudaran atau persahabatan sejati pada masa kini memang sungguh mendesak dan up to date untuk kita hayati dan sebarluaskan, maka marilah kita perdalam dan usahakan hidup persaudaraan atau persahabatan sejati. Salah satu cara utama dan yang pertama-tama hemat saya untuk membangun dan memperdalam persahabatan atau persaudaraan adalah menghayati apa yang sama antar kita secara mendalam. Ketika apa yang sama antar kita dihayati secara mendalam, maka apa yang berbeda akan fungsional untuk memperteguh dan memperkuat persaudaraan atau persahabatan. Yang sama antar kita antara lain: sama-sama manusia, ciptaan Allah, yang diciptakan sesuai dengan gambar atau citraNya. Kami harapkan pembinaan dan pendidikan persaudaraan atau persahabatan sejati ini sedini mungkin diberikan pada anak-anak di dalam keluarga dan diteruskan serta diperdalam di sekolah-sekolah. Para pemimpin agama maupun suku kami harapkan membina umat dan warrganya untuk hidup bersaudara atau bersahabat dengan siapapun, tanpa pandang bulu atau SARA. "Segeralah berdamai dengan lawanmu selama engkau bersama-sama dengan dia di tengah jalan", demikian sabda Yesus yang hendaknya kita hayati. Hidup ini merupakan perjalanan dan terus berjalan, maka marilah dimana pun dan kapan pun kita senantiasa berusaha untuk berdamai dan bersahabat.

·   " Maka dalam sekejap mata langit menjadi kelam oleh awan badai, lalu turunlah hujan yang lebat. Ahab naik kereta lalu pergi ke Yizreel. Tetapi kuasa TUHAN berlaku atas Elia. Ia mengikat pinggangnya dan berlari mendahului Ahab sampai ke jalan yang menuju Yizreel" (1Raj 18:45-46). Orang yang mengandalkan kekuatan sendiri memang berbeda dengan yang mengandalkan Tuhan; Tuhan adalah maha segalanya, maka dengan mengandalkan diri pada Tuhan pasti akan mampu mengatasi segala rintangan, hambatan maupun masalah. Kita semua mengaku diri sebagai orang beriman, yang berarti mempersembahkan atau mengandalkan diri seutuhnya kepada Tuhan, maka marilah kita mawas diri sejauh mana dalam hidup sehari-hari kita sungguh dijiwai oleh iman kita. Elia yang bertindak karena kuasa Tuhan lebih cepat larinya daripada Ahab yang naik kereta kuda. Maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan anda sekalian untuk memiliki sikap terbuka terhadap segala macam kemungkinan dan kesempatan, lebih-lebih dan terutama terbuka terhadap Penyelenggaraan Ilahi. Ingatlah dan sadari serta hayati bahwa diri kita masing-masing adalah orang-orang berdosa, lemah  dan rapuh: hidup, perkembangan dan pertumbuhan kita tergantung dari penyelenggaraan Ilahi yang antara lain menggejala dalam aneka kebaikan, sapaan dan perhatian dari saudara-saudari kita, mereka yang mengasihi dan memperhatikan kita terus menerus sejak kita dilahirkan sampai kini. Dengan kata lain kita sebagai umat beriman dipanggil untuk senantiasa hidup dan bertindak dengan rendah hati, tidak sombong. Kepada mereka yang masih sombong kami harapkan untuk bertobat dan memperbaharui diri menjadi rendah hati.

"Engkau mengindahkan tanah itu, mengaruniainya kelimpahan, dan membuatnya sangat kaya. Batang air Allah penuh air; Engkau menyediakan gandum bagi mereka. Ya, demikianlah Engkau menyediakannya: Engkau mengairi alur bajaknya, Engkau membasahi gumpalan-gumpalan tanahnya, dengan dirus hujan Engkau menggemburkannya; Engkau memberkati tumbuh-tumbuhannya. Engkau memahkotai tahun dengan kebaikan-Mu, jejak-Mu mengeluarkan lemak; tanah-tanah padang gurun menitik, bukit-bukit berikatpinggangkan sorak-sorai"

(Mzm 65:10-13)

Ign 14 Juni 2012

 


13 Juni



"Makan dan minumlah apa yang diberikan orang kepadamu"

(Yes 61:1-3a; Luk 10:1-9)

" Kemudian dari pada itu Tuhan menunjuk tujuh puluh murid yang lain, lalu mengutus mereka berdua-dua mendahului-Nya ke setiap kota dan tempat yang hendak dikunjungi-Nya. Kata-Nya kepada mereka: "Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada Tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu. Pergilah, sesungguhnya Aku mengutus kamu seperti anak domba ke tengah-tengah serigala. Janganlah membawa pundi-pundi atau bekal atau kasut, dan janganlah memberi salam kepada siapa pun selama dalam perjalanan. Kalau kamu memasuki suatu rumah, katakanlah lebih dahulu: Damai sejahtera bagi rumah ini. Dan jikalau di situ ada orang yang layak menerima damai sejahtera, maka salammu itu akan tinggal atasnya. Tetapi jika tidak, salammu itu kembali kepadamu.Tinggallah dalam rumah itu, makan dan minumlah apa yang diberikan orang kepadamu, sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya. Janganlah berpindah-pindah rumah. Dan jikalau kamu masuk ke dalam sebuah kota dan kamu diterima di situ, makanlah apa yang dihidangkan kepadamu, dan sembuhkanlah orang-orang sakit yang ada di situ dan katakanlah kepada mereka: Kerajaan Allah sudah dekat padamu." (Luk 10:1-9), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St.Antonius dari Padua hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Antonius dari Padua ini dikenal sebagai orang yang rajin, tekun dan  bijak serta bekerja keras sering lupa makan dan minum demi pelayanan bagi sesamanya yang membutuhkan perhatian dan bantuan. Memang Antonius, orang yang sungguh telah membaktikan atau menyerahkan diri seutuhnya kepada Tuhan, tergerak untuk senantiasa memperhatikan orang lain dan dirinya sendiri kurang diperhatikan. Pengalaman macam ini juga pernah saya alami ketika berpartisipasi untuk mempersiapkan diri kunjungan pastoral Paus Yohanes Paulus II tahun 1988: selama kurang lebih satu bulan menjelang kunjungan pastoral tersebut saya harus bekerja keras, kurang tidur dan kurang makan, sampai-sampai seorang senior Yesuit mengingatkan saya untuk mengambil istirahat agar tidak jatuh sakit.  , "Sesungguhnya Aku mengutus kamu seperti anak domba ke tengah-tengah serigala", demikian pesan Yesus kepada para rasul/murid. Serigala berarti godaan atau rayuan setan yang siap sedia sewaktu-waktu 'menerkam' kita, dan 'serigala ' itu juga ada di dalam diri kita, antara lain berupa kemalasan, hidup seenaknya sendiri alias egois, hanya mementingkan diri sendiri dst.. Kita diingatkan agar dalam melaksanakan tugas pengutusan atau pekerjaan tidak mengandalkan pada aneka macam sarana-prasarana, melainkan pada keterampilan dan kecakapan pribadi yang beriman dan cerdas. Maka dengan ini kami berharap agar anak-anak sedini mungkin disiapkan dan dididik untuk menjadi pribadi yang terampil, cakap, beriman dan cerdas, mengingat dan mempertimbangkan bahwa masa depan tantangan dan masalah akan semakin berat dan banyak, dan sungguh membutuhkan pribadi yang handal dan kompeten dalam menanggapi aneka perkembangan dan pertumbuhan yang sedang dan akan terjadi.

·   "Roh Tuhan ALLAH ada padaku, oleh karena TUHAN telah mengurapi aku; Ia telah mengutus aku untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang sengsara, dan merawat orang-orang yang remuk hati, untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan kepada orang-orang yang terkurung kelepasan dari penjara, untuk memberitakan tahun rahmat TUHAN dan hari pembalasan Allah kita, untuk menghibur semua orang berkabung," (Yes 61:1-2), demikian kesaksian iman nabi Yesaya, yang kiranya juga harus menjadi kesaksian iman kita semua umat beriman. Kita semua dipanggil untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang sengsara, merawat yang remuk redam hatinya, menghibur mereka yang berkabung dst.. Saya percaya di lingkungan hidup dan kerja kita pasti ada yang sengsara, remuk redam hatinya maupun berkabung karena alasan atau kasus tertentu. Mungkin yang cukup banyak di lingkungan hidup kita adalah mereka yang remuk redam hatinya karena kurang menerima perhatian dari orangtuanya atau saudara-saudarinya. Anak-anak atau orang-orang kota besar pada umumnya kurang menerima perhatian dari pasangan hidupnya, orangtuanya, saudara-saudarinya karena harus bekerja siang malam di luar rumah atau luar kota, bahkan luar negeri. Memberi perhatian kepada mereka yang remuk redam hatinya berarti dengan rendah hati dan rela serta pengorbanan memboroskan waktu dan tenaga kepada mereka, sebagai wujud kasih dan perhatian yang utama dan terutama, yang tak dapat digantikan dengan cara lain apapun. Kepada para orangtua kami harapkan untuk sungguh memboroskan waktu dan tenaga bagi anak-anaknya, terutama anak-anak pada masa balita.

"Ya TUHAN, Allah yang menyelamatkan aku, siang hari aku berseru-seru, pada waktu malam aku menghadap Engkau. Biarlah doaku datang ke hadapan-Mu, sendengkanlah telinga-Mu kepada teriakku; sebab jiwaku kenyang dengan malapetaka, dan hidupku sudah dekat dunia orang mati. Aku telah dianggap termasuk orang-orang yang turun ke liang kubur; aku seperti orang yang tidak berkekuatan." (Mzm 88:2-5)

Ign 13 Juni 2012

 


Minggu, 10 Juni 2012

11 Juni


"Pergilah dan beritakanlah"

(Kis 10:21b-26; Mat 10:7-15)

" Pergilah dan beritakanlah: Kerajaan Sorga sudah dekat. Sembuhkanlah orang sakit; bangkitkanlah orang mati; tahirkanlah orang kusta; usirlah setan-setan. Kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma, karena itu berikanlah pula dengan cuma-cuma. Janganlah kamu membawa emas atau perak atau tembaga dalam ikat pinggangmu. Janganlah kamu membawa bekal dalam perjalanan, janganlah kamu membawa baju dua helai, kasut atau tongkat, sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya. Apabila kamu masuk kota atau desa, carilah di situ seorang yang layak dan tinggallah padanya sampai kamu berangkat. Apabila kamu masuk rumah orang, berilah salam kepada mereka. Jika mereka layak menerimanya, salammu itu turun ke atasnya, jika tidak, salammu itu kembali kepadamu. Dan apabila seorang tidak menerima kamu dan tidak mendengar perkataanmu, keluarlah dan tinggalkanlah rumah atau kota itu dan kebaskanlah debunya dari kakimu. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya pada hari penghakiman tanah Sodom dan Gomora akan lebih ringan tanggungannya dari pada kota itu." (Mat 10:7-15), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St.Barnabas, rasul, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Rasul berarti yang diutus, maka terpanggil sebagai rasul pada umumnya banyak bepergian untuk melaksanakan tugas pengutusan. Dengan kata lain seorang rasul senantiasa bergerak dan bepergian bukan karena kehendak atau keinginan pribadi, melainkan kehandak yang mengutus. Sebagai umat beriman kita semua memiliki dimensi panggilan rasuli, yang diutus, yaitu untuk mewartakan bahwa Kerajaan Sorga atau Kerajaan Allah sudah dekat. Kerajaan Allah dapat diartikan sebagai Allah yang meraja atau menguasai, maka terpanggil untuk mewartakan Kerajaan Allah berarti dirinya sungguh dirajai atau dikuasai oleh Allah, dan karena Allah maha segalanya maka mau tak mau orang yang bersangkutan harus melaksanakan kehendak Allah alias hidup baik, bermoral dan berbudi pekerti luhur. Kami percaya setiap hari kita senantiasa bepergian, entah dalam jarak dekat atau jarak jauh, maka hendaknya dimana pun kita berada atau kemana pun kita pergi senantiasa dalam keadaan baik, bermoral dan berbudi pekerti luhur. Marilah kita wartakan apa yang baik, menyelamatkan dan membahagiakan, terutama keselamatan atau kebahagiaan jiwa dengan cuma-cuma, artinya tanpa balas jasa apapun kita senantiasa berbuat baik atau dalam keadaan baik. Biarlah kebaikan kita disebarluaskan ke mana-mana oleh mereka yang telah mengalami kebaikan kita atau melihat apa yang kita lakukan. Dan tentu saja kami juga berharap agar dari kita masing-masing senantiasa tersiarkan atau terberitakan apa-apa yang baik, mulia dan luhur. Sebaliknya kita juga dipanggil untuk senantiasa melihat dan mengimani apa yang baik, mulia dan luhur dalam diri saudara-saudari kita.

·    "Kornelius, seorang perwira yang tulus hati dan takut akan Allah, dan yang terkenal baik di antara seluruh bangsa Yahudi, telah menerima penyataan Allah dengan perantaraan seorang malaikat kudus, supaya ia mengundang engkau ke rumahnya dan mendengar apa yang akan kaukatakan." (Kis 10:22), demikian jawaban orang-orang atas pertanyaan Petrus. Seorang perwira alias jendral pada umumnya lebih mengandalkan pada kekuatan fisik dan kurang memperhatikan kekuatan spiritual atau 'suara malaikat kudus', maka sungguh menarik untuk direfleksikan, yaitu keterbukaan pada 'malaikat kudus', yang kiranya dapat menggejala dalam aneka kehendak baik dari para tokoh atau pemuka agama. Di Indonesia ini dalam kenyataan para perwira atau tokoh militer cukup berperan dalam menentukan derap langkah hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, maka kami harapkan mereka mendengarkan aneka masukan, saran, kritik, pujian dst .. dari para pemuka atau tokoh agama, yang pada umumnya juga menampung dan menerima aneka aspirasi dari masyarakat pada umumnya maupun umat beragama khususnya. Sebaliknya kami berharap kepada para tokoh dan pemuka agama untuk tidak putus asa mewartakan inti ajaran agamanya masing-masing, yang tidak lain adalah cintakasih kepada semua orang. Kami percaya  bahwa para tokoh atau pemuka agama sungguh mendengarkan suka-duka umatnya serta lebih memahami masalah-masalah dan ajaran-ajaran moral, maka hendaknya apa yang didengarkan dan dimiliki sebagai kekuatan spiritual disampaikan kepada siapapun. Hemat saya pembinaan atau pendidikan budi pekerti, spiritual atau moral di negeri kita ini kurang memperoleh perhatian, maka marilah kita suarakan dan perjuangkan pentingnya penddikan moral atau budi pekerti, baik didalam keluarga-keluarga maupun di sekolah-sekolah dan masyarakat pada umumnya.

"TUHAN telah memperkenalkan keselamatan yang dari pada-Nya, telah menyatakan keadilan-Nya di depan mata bangsa-bangsa. Ia mengingat kasih setia dan kesetiaan-Nya terhadap kaum Israel, segala ujung bumi telah melihat keselamatan yang dari pada Allah kita.Bersorak-soraklah bagi TUHAN, hai seluruh bumi, bergembiralah, bersorak-sorailah dan bermazmurlah! Bermazmurlah bagi TUHAN dengan kecapi, dengan kecapi dan lagu yang nyaring, dengan nafiri dan sangkakala yang nyaring bersorak-soraklah di hadapan Raja, yakni TUHAN!" (Mzm 98:2-6)

Ign 11 Juni 2012