Fans Page Facebook http://imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Kamis, 07 Juli 2011

8 Juli - Kej 46:1-7.28-30; Mat 10:16-23

"Hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati"

(Kej 46:1-7.28-30; Mat 10:16-23)

 "Lihat, Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala, sebab itu hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati.  Tetapi waspadalah terhadap semua orang; karena ada yang akan menyerahkan kamu kepada majelis agama dan mereka akan menyesah kamu di rumah ibadatnya.  Dan karena Aku, kamu akan digiring ke muka penguasa-penguasa dan raja-raja sebagai suatu kesaksian bagi mereka dan bagi orang-orang yang tidak mengenal Allah.  Apabila mereka menyerahkan kamu, janganlah kamu kuatir akan bagaimana dan akan apa yang harus kamu katakan, karena semuanya itu akan dikaruniakan kepadamu pada saat itu juga.  Karena bukan kamu yang berkata-kata, melainkan Roh Bapamu; Dia yang akan berkata-kata di dalam kamu.  Orang akan menyerahkan saudaranya untuk dibunuh, demikian juga seorang ayah akan anaknya. Dan anak-anak akan memberontak terhadap orang tuanya dan akan membunuh mereka. Dan kamu akan dibenci semua orang oleh karena nama-Ku; tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat.   Apabila mereka menganiaya kamu dalam kota yang satu, larilah ke kota yang lain; karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya sebelum kamu selesai mengunjungi kota-kota Israel, Anak Manusia sudah datang." (Mat 10:16-23), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Setia pada panggilan, tugas pengutusan maupun hidup beriman alias hidup baik dan berbudi pekerti luhur pada masa kini kiranya akan menghadapi aneka tantangan, hambatan dan masalah, sebagaimana dialami oleh seorang ibu di Surabaya berkenaan dengan kejujuran. Sabda Yesus hari ini kiranya dapat menjadi pegangan atau kekuatan dalam rangka menghadapi aneka tantangan, hambatan dan masalah. "Hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati", demikian sabda atau pesan Yesus kepada para rasul, yang diutus "seperti domba ke tengah-tengah serigala". Ular memang begitu cerdik dalam menangkap mangsanya, antara lain ia begitu sabar dan tenang untuk mencari waktu yang tepat dalam menangkap mangsanya. Hemat tenaga dan sukses, itulah yang terjadi dalam kecerdikannya. Dengan kata lain ia sungguh memfungsikan otak atau pikirannya. Merpati yang berwarna putih cemerlang sering digunakan sebagai symbol Roh Kudus alias kesucian, kejernihan dan ketulusan hati. Marilah kita fungsikan otak/pikiran dan hati kita dalam menghadapi aneka tantangan, masalah dan hambatan. Mengingat dan memperhatikan kecerdasan otak kita berbeda satu sama lain, maka pertama-tama dan terutama saya mengajak anda sekalian untuk mengusahakan hidup suci, baik dan berbudi pekerti luhur, dengan kata lain hidup dan bertindaklah dalam dan oleh kasih. Serigala yang segalak apapun ketika didekati dalam dan oleh kasih pasti akan dapat ditaklukkan dan dapat menjadi sahabat. Maka dekati dan sikapi saudara-saudari kita yang nampak seram dan menakutkan dalam dan oleh kasih. Seseram dan menakutkan seorang manusia pasti dalam lubuk hatinya yang terdalam ada kasih, maka sentuhlah hatinya. Marilah kita belajar dari para pawang binatang, yang dengan kasih mendekati dan menyikapi aneka macam binatang buas. Binatang buas pun dapat menjadi sahabat, apalagi manusia, yang diciptakan sebagai citra atau gambar Allah.         

·   "Akulah Allah, Allah ayahmu, jangan takut pergi ke Mesir, sebab Aku akan membuat engkau bangsa yang besar di sana. Aku sendiri akan menyertai engkau ke Mesir, dan tentulah Aku akan membawa engkau kembali, dan tangan Yusuflah yang akan mengatupkan kelopak matamu nanti" (Kej 46:3-4), demikian firman Allah kepada Yakub.  Marilah firman Allah kepada Yakub ini kita hayati sebagai firmanNya kepada kita semua, umat beriman. "Jangan takut" senantiasa difirmankan oleh Allah kepadaa orang-orang pilihanNya. Marilah kita semua menghayati diri sebagai yang terpilih!(ingat: ada jutaan sperma berebut satu telor, dan hanya satu sperma yang berhasil alias yang terpilih untuk bersatu dengan telor, siapa itu? Tidak lain adalah kita semua). Masing-masing dari kita memiliki pengalaman dasar dalam keberhasilan atau kesuksesan dalam 'berrenang' dalam rangka menuju ke kehidupan yang membahagiakan dan menyelamatkan. Maka hemat saya pesan 'jangan takut', selayaknya menjadi pegangan kita dalam menghadapi aneka tantangan, hambatan dan masalah, karena Allah sendirilah yang akan menyertai perjalanan hidup dan panggilan kita. Marilah kita sadari dan hayati bahwa apa yang hidup di dunia ini, entah itu manusia, binatang maupun tanaman, ada dan dapat tumbuh berkembang karena dan oleh kasih; dengan kata lain apa yang hidup adalah buah kasih atau yang terkasih. Sekali lagi: dalam dan oleh kasih tiada ketakutan dan keraguan sedikitpun. Dalam dan oleh kasih segala sesuatu menjadi mungkin.

"Percayalah kepada Tuhan dan lakukanlah yang baik, diamlah di negeri dan berlakulah setia, dan bergembiralah karena Tuhan, maka Ia akan memberikan kepadamu apa yang diinginkan hatimu"

(Mzm 37:3-4)

Ign 8 Juli 2011


Rabu, 06 Juli 2011

7 Juli - Kej 44:18-21.23b-29;45:1-5; Mat 10:7-15

"Seorang pekerja patut mendapat upahnya"

(Kej 44:18-21.23b-29;45:1-5; Mat 10:7-15)

" Pergilah dan beritakanlah: Kerajaan Sorga sudah dekat. Sembuhkanlah orang sakit; bangkitkanlah orang mati; tahirkanlah orang kusta; usirlah setan-setan. Kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma, karena itu berikanlah pula dengan cuma-cuma.  Janganlah kamu membawa emas atau perak atau tembaga dalam ikat pinggangmu.  Janganlah kamu membawa bekal dalam perjalanan, janganlah kamu membawa baju dua helai, kasut atau tongkat, sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya.  Apabila kamu masuk kota atau desa, carilah di situ seorang yang layak dan tinggallah padanya sampai kamu berangkat.  Apabila kamu masuk rumah orang, berilah salam kepada mereka. Jika mereka layak menerimanya, salammu itu turun ke atasnya, jika tidak, salammu itu kembali kepadamu.  Dan apabila seorang tidak menerima kamu dan tidak mendengar perkataanmu, keluarlah dan tinggalkanlah rumah atau kota itu dan kebaskanlah debunya dari kakimu.  Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya pada hari penghakiman tanah Sodom dan Gomora akan lebih ringan tanggungannya dari pada kota itu."(Mat 107-15), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Salah satu motto UNESCO dalam memasuki Millenium Ketiga adalah "learning to do", yang berarti belajar untuk berbuat atau bekerja. Maka baiklah ajakan ini hendaknya direnungkan atau direfleksikan serta kemudian dihayati oleh para pekerja, entah pekerjaan apapun atau apapun yang harus dikerjakan. Ajakan tersebut secara lain dapat dikatakan 'bekerja agar terampil bekerja', bukan bekerja demi uang atau imbal jasa/gaji, meskipun kita juga membutuhkan gaji untuk memenuhi kebutuhan hidup pribadi atau keluarga kita. Maka apapun yang harus kita kerjakan hendaknya dikerjakan sebaik atau seoptimal mungkin, tenu saja pekerjaan yang baik. Ingatlah dan sadari bahwa yang dibutuhkan oleh masyarakat masa kini maupun mendatang, termasuk perusahaan-perusahaan apapun, adalah keterampilan bukan ijasah. Anda kiranya dapat melihat dan memperhatikan para 'entepreneur' yang tanpa ijazah namun sukses dalam usahanya berkat kerja keras yang tak kenal lelah serta keterbukaan terhadap aneka macam kemungkinan dan kesempatan. Kami berharap sikap mental 'bekerja agar terampil bekerja' ini ditanamkan atau dibiasakan pada anak-anak di dalam keluarga dengan teladan konkret para orangtua, serta kemudian diperdalam dan diperkembangkan di sekolah-sekolah. "The man behind the gun" ( =manusia dibalik senjata atau alat), itulah kata sebuah motto, yang meningatkan kita agar lebih mementingkan manusia daripada alat-alat atau sarana-prasarana. Didiklah dan binalah anak-anak memiliki sikap mental belajar terus-menerus dengan rendah hati dan kerja keras, agar kelak mereka siap sedia untuk melakukan apapun yang baik dan menyelamatkan meskipun berat dan penuh tantangan serta hambatan maupun masalah. Tuhan telah menganugerahi aneka rahmat dan bakat kepada kita, maka jangan disia-siakan rahmat atau bakat tersebut.

·   "Mohon bicara tuanku, izinkanlah kiranya hambamu ini mengucapkan sepatah kata kepada tuanku, dan janganlah bangkit amarahmu kepada hambamu ini, sebab tuanku adalah seperti Firaun sendiri" (Kej 44:18), demikian kata Yehuda atas nama saudara-saudaranya kepada Yusuf, yang telah mereka buang, karena mereka tidak tahu bahwa yang dihadapan mereka adalah Yusuf adik mereka.  Yehuda adalah salah satu anak Iskak, yang tidak setuju bahwa Yusuf dibunuh, ketika saudara-saudaranya berniat membunuh Yusuf karena irihati. Ia berusaha menyelamatkan Yusuf, dan saat ini juga atas nama saudara-saudarannya dengan rendah hati mohon keselamatan dari Yusuf yang telah mereka buang. Penderitaan memang sering merupakan rahmat terselubung, dimana di dalam penderitaan kita diingatkan akan aneka kebaikan dan kemungkinan guna penyelamatan. Dalam penderitaan juga kita ditingatkan bahwa kita adalah manusia yang lemah dan rapuh, penuh dengan dosa. Usaha Yehuda menyelamatkan Yusuf kiranya menjanjikan harapan yang membahagiakan; dari penderitaan lahirlah pengharapan, itulah kebenaran sejati. Dari kisah ini kiranya kita juga diingatkan untuk tidak malu dan ragu sebagai kakak minta tolong kepada adik, sebagai orangtua minta tolong pada orang muda, orang kaya minta tolong kepada orang miskin, dst.. , dan yang tak boleh ditinggalkan marilah kita belajar dari anak-anak perihal keutamaan-keutamaan atau nilai-nilai kehidupan yang menyelamatkan. Kita juga diingatkan untuk berdoa bagi mereka yang telah berbuat baik kepada kita, meskipun kita tak tahu namanya serta dimana mereka berada.

"DiutusNyalah seorang mendahului mereka; Yusuf, yang dijual menjadi budak. Mereka mengimpit kakinya dengan belenggu, lehernya masuk ke dalam besi, sampai saatnya firmanNya sudah genap dan janji Tuhan membenarkannya" (Mzm 105: 17-19)

Ign 7 Juli 2011


Selasa, 05 Juli 2011

6 Juli - Kej 41:55-57; 42:5-7a.17-24a; Mat 10:1-7

"Pergilah kepada domba-domba yang hilang"

(Kej 41:55-57; 42:5-7a.17-24a; Mat 10:1-7)

" Yesus memanggil kedua belas murid-Nya dan memberi kuasa kepada mereka untuk mengusir roh-roh jahat dan untuk melenyapkan segala penyakit dan segala kelemahan.  Inilah nama kedua belas rasul itu: Pertama Simon yang disebut Petrus dan Andreas saudaranya, dan Yakobus anak Zebedeus dan Yohanes saudaranya,  Filipus dan Bartolomeus, Tomas dan Matius pemungut cukai, Yakobus anak Alfeus, dan Tadeus,  Simon orang Zelot dan Yudas Iskariot yang mengkhianati Dia. . Kedua belas murid itu diutus oleh Yesus dan Ia berpesan kepada mereka: "Janganlah kamu menyimpang ke jalan bangsa lain atau masuk ke dalam kota orang Samaria,  melainkan pergilah kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel. Pergilah dan beritakanlah: Kerajaan Sorga sudah dekat." (Mat 10:1-7), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Para rasul diutus oleh Yesus "untuk mengusir roh-roh jahat dan untuk melenyapkan segala penyakit dan segala kelemahan" dan khususnya "kepada domba-domba yang hilang", yang berarti merasul di antara mereka yang miskin dan berkekurangan dalam berbagai hal atau kebutuhan hidup yang sehat wal'afiat baik secara phisik maupun spiritual. Bagi kita hal ini berarti suatu panggilan atau ajakan untuk melaksanakan salah satu opsi Gereja atau hidup beriman, yaitu "preferential option for/with the poor' (=keberpihakan pada/bagi yang miskin). Secara konkret hal ini bagi kita tergantung dari fungsi atau tugas pekerjaan kita sehari-hari. Sebagai guru atau pendidik hendaknya memperhatikan para peserta didik yang bodoh atau lemah; sebagai warga masyarakat hendaknya memperhatikan mereka yang miskin dan berkekurangan di lingkungan hidup masing-masing; sebagai dokter atau tenaga medis kiranya harus dengan lembah lembut dan rendah hati melayani pasien/orang sakit dan sementara itu rumah sakit hendaknya juga memberi peluang bagi yang miskin dan berkekurangan untuk berobat, dst.. Organisasi kemasyarakatan kami harapakan mengalokasikan dana dan tenaga secara khusus bagi mereka yang miskin dan berkekurangan. Kami berharap orang-orang miskin dan berkekurangan tidak menjadi 'sarana proyek' untuk memperkaya diri atau kelompok, sebagaimana sering dilakukan oleh LSM-LSM tertentu. "Pergilah dan beritakanlah: Kerajaan Sorga sudah dekat", demikian perintah Yesus, yang bagi kita berarti sepak terjang, cara hidup dan cara bertindak kita dimanapun dan kapanpun diharapkan menghadirkan Allah yang meraja, artinya melalui diri kita yang lemah dan rapuh ini orang tergerak untuk semakin beriman, mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan.

·   "Pergilah kepada Yusuf, perbuatlah apa yang akan dikatakannya kepadamu" (Kej 41:55), demikian kata Firaun kepada rakyat Mesir yang menderita kelaparan. Yusuf adalah anak yang dibuang dan 'dianggap hilang' oleh saudara-saudaranya; namun ternyata ia masih hidup dan di negeri asing berfungsi menyelamatkan; Yusuf pun akhirnya juga menyelamatkan saudara-saudaranya yang telah membuangnya dan menganggapnya telah hilang. Perintah Yesus kepada para rasul untuk pergi kepada domba-domba yang hilang kiranya mengingatkan kisah saudara-saudaranya yang menderita kelaparan. Yang dibuang telah menjadi penyelamat, itulah misteri karya penyelamatan sejati. Hidup pribadi atau bersama kita, entah di dalam keluarga, pastoran, biara, tempat kerja dst.. mungkin tidak beres alias kurang atau tidak bahagia, maka baiklah jika demikian adanya kami ajak anda untuk menemukan sesuatu yang hilang atau mungkin telah anda singkirkan, yaitu charisma atau spiritualitas pendiri atau visi organisasi.  Kata Firaun kepada rakyatnya kiranya dapat kita hayati pada masa kini merupakan suatu ajakan untuk mencari dan menemukan kembali  sesuatu yang penting bagi hidup kita pribadi maupun hidup bersama. Semua charisma, spiritualitas dan visi hemat saya dijiwai oleh cintakasih, dicanangkan berdasarkan cintakasih dan diharapkan siapapun yang menghayatinya semakin hidup dan bertindak saling mengasihi. Saling mengasihi berarti memberi dan menerima kasih, hemat saya pada masa kini yang sulit dihayati adalah menerima kasih. Ingat kasih tidak selalu mulus dan nikmat di tubuh, hati, jiwa maupun akal budi, tetapi juga menyakitkan atau bahkan menusuk hati, sebagaimana kasih sering disimbolkan dengan hati yang tertusuk. Menerima kasih berarti menerima pujian, saran, kritik, nasihat, ejekan, cemoohan, dst.. Bukankah menerima saran, kritik, nasihat, ejekan dan cemoohan cukup berat dan banyak orang menolaknya? Hendaknya semua saran, kritik, nasihat, ejekan dan cemoohan disikapi dan dihayati sebagai perwujudan kasih dari saudara-saudari kita, maka tanggapi dengan singkat dan rendah hati dengan kata 'terima kasih'.

"Bersyukurlah kepada Tuhan dengan kecapi; bermazmurlah bagiNya dengan gambus sepuluh tali! Nyanyikanlah bagiNya nyanyian baru; petiklah kecapi baik-baik dengan sorak-sorai"

 (Mzm 33:2-3)

Ign 6 Juli 2011


Minggu, 03 Juli 2011

4 Juli - Kej 28:10-22a; Mat 9:18-26

"Imanmu menyelamatkan engkau"

(Kej 28:10-22a; Mat 9:18-26)

" Sementara Yesus berbicara demikian kepada mereka, datanglah seorang kepala rumah ibadat, lalu menyembah Dia dan berkata: "Anakku perempuan baru saja meninggal, tetapi datanglah dan letakkanlah tangan-Mu atasnya, maka ia akan hidup." Lalu Yesuspun bangunlah dan mengikuti orang itu bersama-sama dengan murid-murid-Nya.  Pada waktu itu seorang perempuan yang sudah dua belas tahun lamanya menderita pendarahan maju mendekati Yesus dari belakang dan menjamah jumbai jubah-Nya.  Karena katanya dalam hatinya: "Asal kujamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh."  Tetapi Yesus berpaling dan memandang dia serta berkata: "Teguhkanlah hatimu, hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau." Maka sejak saat itu sembuhlah perempuan itu.  Ketika Yesus tiba di rumah kepala rumah ibadat itu dan melihat peniup-peniup seruling dan orang banyak ribut,  berkatalah Ia: "Pergilah, karena anak ini tidak mati, tetapi tidur." Tetapi mereka menertawakan Dia. Setelah orang banyak itu diusir, Yesus masuk dan memegang tangan anak itu, lalu bangkitlah anak itu. Maka tersiarlah kabar tentang hal itu ke seluruh daerah itu." (Mat 9:18-26), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Sehat wal'afiat dan sakit, cepat sembuh dari penyakit memang erat kaitannya dengan beriman atau tak/ kurang beriman, entah itu sakit hati, sakit jiwa, sakit akal budi maupun sakit tubuh. Tentu saja beriman yang saya maksudkan ialah sungguh mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan, yang secara konkret berarti setia pada dan melaksanakan janji dan tata tertib yang terkait dengan janji tersebut; sedangkan dalam kesehatan badan berarti makan dan minum berpedoman pada 'empat sehat lima sempurna', tidak mengikuti selera pribadi, kerja dan istirahat teratur serta memadai dst..  Kami berharap hal ini sedini mungkin dibiasakan pada anak-anak di dalam keluarga dengan teladan konkret orangtua atau bapak-ibu. "Teguhkanlah hatimu, hai anakKu, imanmu telah menyelamatkan engkau", demikian kata Yesus kepada seorang perempuan yang menderita sakit pendarahan lebih dari 12 tahun, ketika ia berhasil menyentuh jubah Yesus. Yesus menyembuhkan perempuan yang sakit pendarahan dan anak yang menderita sakit berat. Kami mengajak dan meneguhkan segenap umat beriman, entah agamanya atau keyakinannya apapun, untuk saling membantu dan bergotong royong dalam meneguhkan iman. Marilah dengan rendah hati kita ingatkan saudara-saudari kita yang melalaikan atau kurang memperhatikan aneka tata tertib dalam kehidupan bersama; kita ingatkan dan tegor mereka yang cara hidup dan cara bertindaknya tidak teratur sesuai dengan tata tertib yang berlaku. Jika kita dapat setia melaksanakan aneka tata tertib, maka kami percaya bahwa kita dengan mudah untuk mempersembahkan diri kepada Tuhan maupun saudara-saudari kita. Kepada anda yang sedang menderita sakit kami harapkan untuk menikmati penderitaan dengan mengintegrasikan derita anda pada penderitaan Yesus demi keselamatan jiwa umat manusia. Maka kepada yang sedang menderita sakit kami berharap mempergunakan kesempatan keterbatasan gerak anggota tubuh untuk berdoa.

·   "Aku Tuhan, Allah Abraham, nenekmu, dan Allah Iskak; tanah tempat engkau berbaring ini akan Kuberikan kepadamu dan kepada keturunanmu. Keturunanmu akan menjadi seperti debu tanah banyaknya, dan engkau akan mengembang ke sebelah timur, barat, utara dan selatan, dan olehmu dan keturunanmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat" (Kej 28:12), demikian firman Allah kepada Yakub.  Kita semua adalah keturunan Abraham, dan sebagai orang beriman kita dipanggil untuk  senantiasa menjadi berkat bagi saudara-saudari kita, dengan kata lain kita dipanggil untuk saling memberkati. Maka marilah kita kenangkan bahwa setiap awal perjumpaan dengan saudara-saudari kita pada umumnya kita saling memberi 'selamat' atau 'salam', misalnya: 'Selamat datang", "Selamat pagi", "Selamat bertemu", "Berkah Dalem" , "Asalammulaikum", dst. Semoga ucapan selamat atau salam tersebut tidak hanya manis dibibir, tetapi juga dihayati dalam cara hidup dan cara bertindak. Dengan kata lain semoga cara hidup dan cara bertindak kita senanitiasa dalam rahmat atau berkat Allah, dan dengan demikian kita hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak Allah. Marilah kita kenangkan juga bahwa setiap kali mengakhiri partisipasi kita dalam beribadat kita juga menerima berkat Allah, yang diharapkan selanjutnya diteruskan kepada saudara-saudari kita dalam hidup sehari-hari. Secara khusus kami berharap kepada para pastor, pendeta, kyai dst. ..yang sering menyampaikan berkat Allah dapat menjadi teladan sebagai berkat Allah bagi sesamanya, artinya segala sepak terjang dan kehadiranya dimanapun dan kapanpun menjadi berkat bagi sesamanya.

"Orang yang duduk dalam lindungan yang Mahatinggi dan bermalam dalam naungan yang Mahakuasa, akan berkata kepada Tuhan: "Tempat perlindunganku dan kubu pertahananku, Allahku, yang kupercaya" (Mzm 91:1-2)

Ign 4 Juli 2011


Minggu Biasa XIV: Zak 9:9-10; Rm 8:9.11-13; Mat 11: 25-30

"Marilah datang kepadaKu, semua yang letih dan berbeban berat, Aku akan memberi  kelegaan kepadamu"

Mg Biasa XIV: Zak 9:9-10; Rm 8:9.11-13; Mat 11: 25-30

Suatu pengalaman yang sungguh mengesan dan membina pribadi saya ketika saya harus bekerja berat dalam rangka berpartisipasi dalam persiapan menyambut kunjungan Bapa Suci, Paus Yohanes Paulus II ke Indonesia, antara lain ke wilayah Keuskupan Agung Semarang dan bertempat di Yogyakarta. Waktu itu saya bertugas sebagai Ekonom Keuskupan Agung Semarang dan dalam kepanitiaan penyambutan kunjungan pastoral Bapa Suci bertugas sebagai Bendahara Umum atau utama serta bertanggungjawab dalam penyediaan dana atau beaya. Dua minggu sebelum hari H saya memang harus bekerja berat, entah untuk rapat bersama, memonitor aneka persiapan dan sering berpartisipasi langsung dalam persiapan dst.., dan selama dua minggu tersebut saya kurang tidur/istirahat serta makan dan minum tak teratur. Ada seorang rekan yang menegor saya agar cukup istirahat supaya tidak jatuh sakit. Namun saya tetap kerja keras dan kurang tidur, meskipun demikian saya tidak pernah jatuh sakit. Rahasianya adalah menikmati pekerjaan dan tugas serta mempersembahkan semuanya kepada Tuhan alias seraya  mohon rahmat kekuatan atau berkat dari Tuhan. Bersama dan bersatu dengan Tuhan segala sesuatu menjadi ringan dan enak adanya, itulah yang saya alami. Maka marilah kita renungkan dan tanggapi sabda Yesus hari ini.

"Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan." (Mat 11:28-29)

Setia dalam melaksanakan aneka tugas pengutusan atau panggilan pada masa kini pasti harus bekerja berat atau kerja keras dan dapat membuat orang menjadi lesu dan merasa berbeban berat. Jika merasa lesu dan berberan berat, marilah dengan rendah hati kita hayati semuanya itu, artinya menyadari dan menghayati diri sebagai yang lemah dan rapuh seraya mengandalkan diri sepenuhnya kepada Penyenggaraan Ilahi. Kita diharapkan belajar dari Tuhan Yesus, artinya dengan rendah hati dan terbuka melihat dan mengimani karyaNya melalui mereka yang berkehendak baik. Dengan kata lain ketika lesu dan merasa berbeban berat kami harapkan percaya dan berharap kepada mereka yang berkehendak baik, yang senantiasa siap sedia untuk membantu dan meringankan beban berat dan tugas pengutusan kita.

"Memikul kuk yang dipasang oleh Tuhan" kiranya dapat difahami dan dihayati dengan setia pada dan melaksanakan aturan atau tata tertib yang terkait dengan tugas, pekerjaan atau kewajiban yang ada. Jika dengan lemah lembut dan rendah hati melaksanakan tata tertib seberat apapun akan menjadi ringan dan enak adanya. Hidup dan bertindak sesuai dengan tata tertib yang ada juga membuat jiwa kita tenang, damai dan tenteram. Dengan kata lain yang membuat jiwa kita tenang, damai dan tenteram bukan banyak harta benda atau uang yang kita miliki dan kuasai, melainkan terletak pada penghayatan atau pelaksanaan tata tertib. Ingatlah dan hayati bahwa tata tertib dibuat dan diberlakukan agar kehidupan bersama dalam keadaan damai, tenang dan tenteram, sehingga masing-masing orang dapat melaksanakan tugas pengutusan atau pekerjaan masing-masing dengan optimal dan sukses serta buahnya membahagiakan atau menyelamatkan.     

"Marilah kepadaKu" hendaknya difahami dan dihayati sebagai peringatan atau panggilan bagi kita supaya kita tidak melupakan doa dalam hidup, tugas dan pekerjaan. Ingat dan sadari bahwa ketika mengawali makan atau tugas pekerjaan kita berdoa pribadi atau bersama; demikian juga perhatikan para pemain sepak bola, sebagaimana diberitakan melalui TV, begitu memasuki lapangan  sepak bola atau mengawali permainan/pertandingan mereka membuat tanda salib, yang berarti siap sedia bermain dalam Tuhan. Belajar atau bekerja bagaikan permainan atau pertandingan juga, maka marilah kita laksanakan dalam Tuhan, dimulai dengan berdoa dengan harapan kita belajar atau bekerja bersama dan bersatu dengan Tuhan, sehingga belajar atau bekerja menjadi enak dan ringan adanya serta membuat jiwa kita tenang, damai dan tenteram. Secara khusus kami mengingatkan dan mengajak para pelajar atau siswa untuk belajar dalam Tuhan, yang antara lain dihayati dengan belajar sungguh-sungguh setiap hari dan ketika ulangan atau ujian tidak menyontek. Selanjutnya marilah kita renungkan peringatan atau sapaan Paulus di bawah ini.

  "Jika kamu hidup menurut daging, kamu akan mati, tetapi jika oleh Roh kamu mematikan perbuatan-perbuatan tubuhmu, kamu akan hidup" (Rm 8:13)  

Hidup menurut daging berarti melulu atau hanya mengikuti nafsu pribadi yang tak teratur sehingga cara hidup dan cara bertindaknya  amburadul, tak teratur, serta mematikan. Sebagai orang beriman kita dipanggil untuk mengendalikan nafsu pribadi kita dengan kehendak Tuhan atau bimbingan Roh Kudus, maka hendaknya nafsu atau gairah anggota tubuh kita diarahkan untuk berbuat baik kepada saudara-saudari kita, misalnya mengusahakan dan memperdalam keutamaan-keutamaan seperti "kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan dan penguasaan diri" (Gal 5:22-23). Kuasailah nafsu dan gairah anda guna mengusahakan dan memperdalam keutamaan-keutamaan sebagai buah Roh tersebut, dengan demikian "kamu akan hidup".

Kita semua yang masih ada didunia ini memang hidup, namun apakah hidup sepenuhnya alias tidak pernah lesu, frustrasi atau putus asa serta mengeluh, kiranya menjadi pertanyaan bagi kita semua. Orang yang sungguh hidup senantiasa bergairah, ceria dan penuh senyum serta tak pernah mengeluh meskipun harus bekerja berat atau kerja keras. Sungguh hidup berarti seluruh anggota tubuh dalam keadaan prima dan sehat wal'afiat serta berfungsi masing-masing sesuai dengan kehendak Tuhan. Ingat dan sadari bahwa kita diciptakan untuk memuji, memuliakan, menghormati dan mengabdi Tuhan demi keselamatan jiwa kita, maka hendaknya seluruh anggota tubuh difungsikan untuk memuji, memuliakan, menghormati dan melayani Tuhan entah secara langsung alias dengan berdoa atau tidak langsung artinya dalam pelayanan bagi sesama.

Kami tahu bahwa mayoritas waktu dan tenaga kita tercurahkan bagi saudara-saudari kita atau sesama kita melalui aneka pelayanan, pekerjaan dan kewajiban, dengan kata lain kita lebih banyak berrelasi dengan saudara-saudari atau sesama manusia serta aneka sarana-prasarana atau harta benda daripada dengan Tuhan alias berdoa. Kami berharap aneka pelayanan, pekerjaan dan kewajiban anda dapat membuat anda semakin suci, semakin berbakti kepada Tuhan dan sesama manusia, semakin dikasihi oleh Tuhan dan sesama manusia  sebagai bukti bahwa kita mendambakan hidup sejati pada saat ini maupun setelah meninggal dunia nanti.

"Bersorak-sorailah dengan nyaring" (Zak 9:9a), demikian kutipan dari kitab Zakharia. Orang yang bersorak-sorai berarti sungguh hidup, gembira dan dalam damai sejahtera, apalagi ketika sorak-sorai lahir karena kesuksesan kerja keras bersama dan bersatu dengan Tuhan. Pengalaman sorak-sorai yang demikian kiranya terjadi dalam pengalaman para pendaki gunung ketika sampai di puncak gunung yang dituju. Kenikmatan dan sorak-sorai bahagia ketika sampai di puncak gunung sebagai buah kerja keras kiranya sulit dijelaskan kepada orang lain, namun begitu nikmat dan jelas sekali bagi yang bersangkutan. Kami beharap anda tidak bersorak-sorai murahan atau sekedar berhura-hura sambil mabuk-mabukan, tetapi bersorak-sorailah karena telah berhasil mengalahkan kejahatan bersama dan bersatu dengan Tuhan.

"Aku hendak mengagungkan Engkau, ya Allahku, ya Raja, dan aku hendak memuji namaMu seterusnya dan selamanya. Besarlah Tuhan dan sangat terpuji, dan kebesaranNya tidak terduga" (Mzm   145:1-2)

Ign 3 Juli 2011