Fans Page Facebook http://imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Sabtu, 10 April 2010

11 Apr - Kis 5:12-16; Why 1:9-11a.12-13.17-19; Yoh 20:19-31

"Terimalah Roh Kudus. Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada."

Mg Paskah II /Mg Kerahiman Ilahi: Kis 5:12-16; Why 1:9-11a.12-13.17-19; Yoh 20:19-31


Dalam suatu kesempatan audiensi dengan umat katolik yang berziarah ke Roma, di lapangan Santo Petrus, Paus Yohanes Paulus II, berkeliling dengan berdiri di atas bak mobil terbuka untuk memberi salam dan memberkati umat. Tiba-tiba ada seorang lelaki menembak Paus, dan Paus pun  tersungkur didukung oleh para pengawalnya. Begitu sadar Paus langsung berkata bahwa Yang Mulia mengampuni penembaknya. Apa yang dikatakan tersebut menjadi kenyataan ketika Paus telah sembuh dari sakitnya, Paus mengunjungi penembaknya yang pada waktu itu berada di sel penjara. Sang penembak pun dengan menyesal mengaku dosa di hadapan Paus dan Paus menyampaikan kasih pengampunan atau kerahiman Ilahi kepadanya. Peristiwa itu kiranya layak kita kenangkan dalam rangka merayakan Hari Minggu Kerahiman Ilahi hari ini. Maka marilah kita renungkan sabda Yesus yang telah bangkit dari mati kepada para murid, kepada kita semua, di bawah ini.

 

"Terimalah Roh Kudus. Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada." (Yoh 20:22-23)

Kerahiman dalam bahasa Latin adalah 'misericordia' ; sedangkan 'misericordia'  dapat berarti kasihan, belas-kasihan, kerahiman, kerelaan, kemurahan, kedermawanan'. Yesus mengugerahkan Roh Kudus kepada para rasul beserta para penerusnya masa kini yaitu para uskup beserta para pembantunya, para imam, serta kuasa untuk 'mengampuni dosa orang atau menyatakan dosa orang tetap ada'.  Hemat saya apa yang lebih banyak telah diberikan dan kita terima adalah pengampunan atau kerahiman ilahi, maka selayaknya kita bersyukur dan berterima kasih dengan meneruskan pengampunan atau kerahiman Ilahi tersebut kepada saudara-saudari kita dimanapun dan kapanpun. Dalam menyampaikan pengampunan atau kerahiman ilahi kiranya secara implicit juga kita sampaikan keutamaan-keutamaan seperti arti dari kata misericordia diatas, yaitu belas-kasih,  kerelaan, kemurahan dan kedermawanan. Maka kerahiman Ilahi kiranya juga dapat diwujudkan dalam bentuk harta benda atau uang, lebih-lebih dan terutama bagi mereka yang miskin dan berkekurangan.

 

Masing-masing dari kita pernah tinggal penuh cintakasih dan kerahiman di rahim ibu kita masing-masing selama kurang lebih sembilan bulan lamanya sebelum dilahirkan di dunia ini, dan kiranya setelah dilahirkan juga menerima terus menerus kerahiman dan kasih pengampunan dari ibu kita masing-masing. Bukankah ketika kita masih bayi sering rewel dan mengganggu ketenangan ibu dan ibu tidak marah, melainkan dengan penuh kasih mesra dan kerahiman memeluk, menciumi dan membelai serta menimang-nimang kita? Dengan kata lain masing-masing dari kita telah menerima kasih pengampunan dan kerahiman secara melimpah ruah, maka panggilan untuk membawa dan memberitakan kasih pengampunan maupun kerahiman hemat saya tidak sulit asal tidak pelit, karena kita tinggal meneruskan apa yang telah kita miliki secara melimpah ruah.

 

Rekan-rekan kaum wanita atau perempuan memiliki rahim, dan secara khusus bagi yang telah menjadi ibu kiranya telah mewartakan kasih pengampunan dan kerahiman luar biasa terutama dan lebih-lebih bagi anak yang telah dikandungnya selama sembilan bulan serta dilahirkan dalam derita yang membahagiakan. Maka kami berharap rekan-rekan wanita atau perempuan sungguh dapat menjadi saksi kasih pengampunan dan kerahiman Ilahi di dalam hidup sehari-hari, entah di dalam keluarga maupun tempat kerja, dimana setiap hari memboroskan waktu dan tenaga. Terutama di dalam keluarga hendaknya para ibu dapat menjadi 'pahlawan kasih pengampunan dan kerahiman Ilahi' bagi suami maupun anak-anaknya. Pengalaman akan apa yang terjadi di dalam keluarga akan sangat berpengaruh bagi semua anggota keluarga di dalam kehidupan bersama yang lebih luas, entah di dalam masyarakat, tempat kerja atau dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

 

"Mereka membawa orang-orang sakit ke luar, ke jalan raya, dan membaringkannya di atas balai-balai dan tilam, supaya, apabila Petrus lewat, setidak-tidaknya bayangannya mengenai salah seorang dari mereka.Dan juga orang banyak dari kota-kota di sekitar Yerusalem datang berduyun-duyun serta membawa orang-orang yang sakit dan orang-orang yang diganggu roh jahat. Dan mereka semua disembuhkan" (Kis 5:15-16)       

 

Kerahiman Ilahi melalui Petrus sungguh luar biasa, karena melalui Petrus banyak orang disembuhkan dari aneka macam penyakit, bahkan mereka menerima bayangan Petrus yang sedang lewat pun percaya akan disembuhkan dari sakit atau gangguan roh jahat. Kiranya kita semua yang beriman kepada Yesus yang telah bangkit dari mati juga dipanggil untuk bersaksi seperti Petrus, kemanapun kita pergi atau dimanapun kita berada hendaknya memotivasi sesama untuk bertobat atau lebih bergairah dalam rangka menghayati panggilan atau melaksanakan tugas pengutusannya. Memang untuk itu kita sendiri diharapkan senantiasa bersama dan bersatu dengan Tuhan dalam hidup sehari-hari alias berbudi pekerti luhur atau cerdas spiritual.

 

Beriman pada Yesus yang telah bangkit dari mati diharapkan menjadi pribadi yang menarik, memikat, mempesona bagi orang lain untuk mendekat pada kita serta kemudian bersahabat mesra dengan kita. Mereka yang sedang menghadapi aneka masalah atau kesulitan, yang sedang menderita sakit atau kurang bergairah dalam kehidupan, dst.. tergerak untuk mendatangi kita serta mohon ditolong, maka baiklah kita tetap menjaga diri sebagai pribadi yang menarik, mempesona dan memikat. Marilah kita dengan rendah hati dan bantuan rahmat Tuhan senantiasa berusaha untuk 'bermurah hati dan berderma' kepada saudara-saudari kita, terutama yang miskin dan berkekurangan. Bermurah  hati berarti menjual hati dengan murah kepada siapapun alias memperhatikan siapapun yang dijumpai atau hidup bersama dengan kita, sedangkan berderma rasanya erat kaitannya dengan harta benda atau uang, maka berarti memberi bantuan harta benda atau uang dengan sukarela dan besar hati.

 

Secara kelompok atau organisatoris kita semua juga diharapkan menjadi daya tarik, pikat dan mempesona bagi orang lain: keluarga kita, tempat kerja/kantor kita, kampung atau lingkungan hidup kita, dst.. Tanda bahwa kebersamaan hidup atau kerja kita menarik, memikat dan mempesona, antara lain adalah bahwa mereka yang pernah bergabung dengan kita atau bersama dengan meskipun hanya sesaat saja akan menceritakan atau menyebarluaskan pengalaman yang baik dan membahagiakan; dengan kata lain mereka yang pernah tinggal dan bekerja bersama dengan kita menjadi 'sarana marketing'  kebersamaan hidup maupun karya-karya pelayanan kita.  Maka dengan ini kami berharap kepada semua anggota, dalam bentuk hidup dan kerja apapun, untuk saling bekerjasama satu sama lain sehingga kebersamaan sungguh mempesona, menarik dan memikat.

 

"Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru. Hal itu terjadi dari pihak TUHAN, suatu perbuatan ajaib di mata kita. Inilah hari yang dijadikan TUHAN, marilah kita bersorak-sorak dan bersukacita karenanya! Ya TUHAN, berilah kiranya keselamatan! Ya TUHAN, berilah kiranya kemujuran! Diberkatilah dia yang datang dalam nama TUHAN! Kami memberkati kamu dari dalam rumah TUHAN. TUHANlah Allah, Dia menerangi kita."

 (Mzm 118:22-27a)

 

Jakarta, 11 April 2010

     


Jumat, 09 April 2010

10 Apr Kis 4:13-21; Mrk 16:9-15

"Pergilah ke seluruh dunia beritakanlah Injil kepada segala makhluk".

(Kis 4:13-21; Mrk 16:9-15)

 

"Setelah Yesus bangkit pagi-pagi pada hari pertama minggu itu, Ia mula-mula menampakkan diri-Nya kepada Maria Magdalena. Dari padanya Yesus pernah mengusir tujuh setan. Lalu perempuan itu pergi memberitahukannya kepada mereka yang selalu mengiringi Yesus, dan yang pada waktu itu sedang berkabung dan menangis.Tetapi ketika mereka mendengar, bahwa Yesus hidup dan telah dilihat olehnya, mereka tidak percaya.Sesudah itu Ia menampakkan diri dalam rupa yang lain kepada dua orang dari mereka, ketika keduanya dalam perjalanan ke luar kota. Lalu kembalilah mereka dan memberitahukannya kepada teman-teman yang lain, tetapi kepada mereka pun teman-teman itu tidak percaya. Akhirnya Ia menampakkan diri kepada kesebelas orang itu ketika mereka sedang makan, dan Ia mencela ketidakpercayaan dan kedegilan hati mereka, oleh karena mereka tidak percaya kepada orang-orang yang telah melihat Dia sesudah kebangkitan-Nya. Lalu Ia berkata kepada mereka: "Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk." (Mrk 16:9-15), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Mayoritas waktu dan tenaga kita setiap hari untuk bepergian, entah jarak jauh atau jarak dekat, dan bertemu dengan sesama serta ciptaan-ciptaan Tuhan lainnya. Sebagai orang beriman kita dipanggil untuk 'memberitakan Injil kepada segala makhluk' dimanapun kita berada atau kemanapun kita pergi. Injil berarti kabar gembira atau kabar baik, maka memberitakan Injil berarti memberitakan atau menyebarluaskan apa yang baik dan menggembirakan. Tentu saja untuk itu kita sendiri diharapkan senantiasa dalam keadaan baik dan gembira. Mungkin kondisi fisik atau tubuh kita tidak selalu dalam keadaan baik alias sedang menderita sakit, namun demikian kita tetap dipanggil untuk gembira. Dalam memberitakan kabar baik atau kabar gembira kiranya pertama-tama dan terutama kita sampaikan kepada saudara-saudari kita yang setiap hari hidup atau bekerja bersama kita, saling memboroskan waktu dan tenaga, entah di dalam keluarga maupun tempat kerja/tugas. Ketika dengan saudara-saudari kita yang dekat kita dapat saling memberitakan apa yang baik dan menggembirakan, maka kiranya dengan mudah kita memberitakan apa yang baik dan menggembirakan kepada orang lain, yang kita jumpai atau temui dimanapun dan kapanpun. Kita kiranya dapat meneladan Yesus yang menampakkan diri kepada berbagai orang, seperti yang kerasukan setan, berkabung atau menangis, dst..Marilah kita datangi mereka untuk menghibur dan menggembirakan mereka, membebaskan mereka dari aneka derita dan kesusahan.

·   "Silakan kamu putuskan sendiri manakah yang benar di hadapan Allah: taat kepada kamu atau taat kepada Allah. Sebab tidak mungkin bagi kami untuk tidak berkata-kata tentang apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar." (Kis 4:19-20), demikian kata Petrus dan Yohanes menanggapi larangan para imam besar Yahudi agar mereka tidak memberitakan Yesus yang telah bangkit dari mati. Sebagai orang beriman kita dipanggil untuk meneladan Petrus dan Yohanes, yaitu lebih taat kepada Allah daripada manusia. Taat kepada Allah antara lain taat dan setia menghayati kehendak Allah , yang antara lain dapat kita temukan dalam visi, spiritualitas atau pedoman hidup yang terkait dengan panggilan atau tugas pengutusan kita masing-masing,  serta dengan tidak takut dan gentar menyuarakan apa yang benar, baik, suci, luhur dan mulia. Memang untuk itu pada masa kini, sebagaimana juga pada masa Gereja Purba, kita pasti akan menghadapi aneka macam ancaman atau tekanan dari beberapa oknum penguasa atau yang berwenang dalam hidup bersama, yaitu mereka yang gila akan harta benda, pangkat/kedudukan maupun kehormatan duniawi. Dengan ini kami juga berharap kepada para pejuang kebenaran untuk tidak takut dan gentar menghadapi aneka ancaman dan tekanan; sebaliknya kepada para penegak kebenaran, seperti hakim, jaksa, penuntut maupun polisi kami harapkan sungguh menghayati fungsi atau jabatannya dalam rangka menegakkan kebenaran: jauhkan aneka macam bentuk 'makelar kasus' atau kebohongan. Kepada para penguasa atau yang berwenang mengatur dan mengendalikan hidup bersama kami berharap tidak membungkam para pejuang kebenaran, yang memang pada umumnya kritis terhadap aneka macam peristiwa dan kebijakan yang dinilai tidak adil atau tidak benar. Kami berharap para pemimpin dan penguasa berpedoman pada kesejahteraan umum atau 'bonum commune'.

 

"TUHAN itu kekuatanku dan mazmurku; Ia telah menjadi keselamatanku. Suara sorak-sorai dan kemenangan di kemah orang-orang benar: "Tangan kanan TUHAN melakukan keperkasaan, tangan kanan TUHAN berkuasa meninggikan, tangan kanan TUHAN melakukan keperkasaan!" (Mzm 11:14-16)

          

Jakarta, 10 April 2010


Kamis, 08 April 2010

9 Apr - Kis 4:1-12; Yoh 21:1-14

"Tebarkanlah jalamu di sebelah kanan perahu maka akan kamu peroleh."

(Kis 4:1-12; Yoh 21:1-14)

 

"Kemudian Yesus menampakkan diri lagi kepada murid-murid-Nya di pantai danau Tiberias dan Ia menampakkan diri sebagai berikut. Di pantai itu berkumpul Simon Petrus, Tomas yang disebut Didimus, Natanael dari Kana yang di Galilea, anak-anak Zebedeus dan dua orang murid-Nya yang lain. Kata Simon Petrus kepada mereka: "Aku pergi menangkap ikan." Kata mereka kepadanya: "Kami pergi juga dengan engkau." Mereka berangkat lalu naik ke perahu, tetapi malam itu mereka tidak menangkap apa-apa. Ketika hari mulai siang, Yesus berdiri di pantai; akan tetapi murid-murid itu tidak tahu, bahwa itu adalah Yesus. Kata Yesus kepada mereka: "Hai anak-anak, adakah kamu mempunyai lauk-pauk?" Jawab mereka: "Tidak ada." Maka kata Yesus kepada mereka: "Tebarkanlah jalamu di sebelah kanan perahu, maka akan kamu peroleh." Lalu mereka menebarkannya dan mereka tidak dapat menariknya lagi karena banyaknya ikan. Maka murid yang dikasihi Yesus itu berkata kepada Petrus: "Itu Tuhan." Ketika Petrus mendengar, bahwa itu adalah Tuhan, maka ia mengenakan pakaiannya, sebab ia tidak berpakaian, lalu terjun ke dalam danau. Murid-murid yang lain datang dengan perahu karena mereka tidak jauh dari darat, hanya kira-kira dua ratus hasta saja dan mereka menghela jala yang penuh ikan itu."(Yoh 21:1-8), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Orang yang kecewa atau frustrasi pada umum hidup dan bertindak seenaknya sendiri, alias mengikuti keinginan pribadi serta kurang atau tidak memperhatikan aneka aturan dan tatanan hidup yang berlaku. Begitulah kiranya yang terjadi di antara para murid, yang kecewa karena ditinggal oleh Yesus: sebelum mengikuti Yesus mereka terbiasa mencari/menjala ikan, dan ketika harus mengikuti Yesus mereka meninggalkan semuanya itu. Kini mereka ditinggalkan Yesus, maka untuk menghibur diri mereka kembali ke hobby atau kebiasaan lama, yaitu mencari/menjala ikan. Mereka adalah nelayan-nelayan yang cukup berpengalaman, namun sepanjang malam tak seekor ikan pun dapat mereka tangkap, tetapi ketika mereka menebarkan jala atas perintah Tuhan Yesus mereka dapat menangkap ikan cukup banyak alias berhasil. Pengalaman para murid ini kiranya baik menjadi permenungan atau refleksi kita: hidup dan bertindak kita. Hendaknya kita tidak hidup dan bertindak hanya mengikuti keinginan atau selera pribadi, melainkan mengikuti aturan atau tatanan hidup yang berlaku atau sesuai dengan visi, charisma, pedoman hidup bersama. Sebagai umat beragama hendaknya mentaati semua aturan dan ketetapan dalam hidup beragama; sebagai pekerja hendaknya mentaati peraturan atau janji kerja, sebagai siswa atau mahasiswa hendaknya mentaati janji setia pelajar/mahasiswa, sebagai anggota lembaga hidup bakti hendaknya menghayati charisma pendiri, dst..

·   "Yesus adalah batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan -- yaitu kamu sendiri --, namun ia telah menjadi batu penjuru. Dan keselamatan tidak ada di dalam siapa pun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan." (Kis 4:11-12), demikian kutipan tanggapan Petrus terhadap para imam besar Yahudi. Sebagai orang yang beriman kepada Yesus Kristus, jika menghendaki hidup selamat dan berbahagia, hendaknya senantiasa menghayati ajaran-ajaran Yesus atau meneladan cara bertindakNya. Paling tidak , jika rajin, setiap minggu kita berpartisipasi di dalam Ibadat Sabda atau Ekaristi, dimana dibacakan dan direnungkan sabda-sabda Yesus; jika setiap hari berpartisipasi dalam Perayaan Ekaristi berarti setiap hari mendengarkan sabda-sabda Yesus. Maka dengan ini kami berharap: hendaknya ketika sedang dibacakan dan direnungkan sabda-sabda Yesus, kita sungguh mendengarkan dengan sepenuh hati, jiwa, akal budi dan tubuh. Ingat bahwa iman muncul dan diperkuat melalui pendengaran dengan mendengarkan. Kami percaya jika kita sungguh mendengarkan sabda-sabda Tuhan, mau tidak mau kita pasti akan dipengaruhi dan dikuasaiNya, karena Tuhan mahasegalanya. Marilah kita hayati bahwa sebagai orang beriman atau beragama kita juga dibentuk atau dibina oleh sabda atau kata-kata yang penuh kuasa dan wibawa, seperti sabda Tuhan. Kami berharap kebiasaan mendengarkan dengan baik ini sedini mungkin dididikkan atau dibinakan pada anak-anak di dalam keluarga, dan tentu saja dengan teladan orangtua/bapak-ibu. Ingat dan hayati juga bahwa dalam hal berdoa pun yang utama dan pertama-tama kita lakukan dan hayati adalah 'mendengarkan'.

 

"Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru. Hal itu terjadi dari pihak TUHAN, suatu perbuatan ajaib di mata kita. Inilah hari yang dijadikan TUHAN, marilah kita bersorak-sorak dan bersukacita karenanya! Ya TUHAN, berilah kiranya keselamatan! Ya TUHAN, berilah kiranya kemujuran! Diberkatilah dia yang datang dalam nama TUHAN! Kami memberkati kamu dari dalam rumah TUHAN. TUHANlah Allah, Dia menerangi kita " (Mzm 118:22-27a).

 

Jakarta, 9 April 2010


Rabu, 07 April 2010

8 Apr - Kis 3:11-26; Luk 24:35-48

"Dalam namaNya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa mulai dari Yerusalem".

(Kis 3:11-26; Luk 24:35-48)

"Lalu kedua orang itu pun menceriterakan apa yang terjadi di tengah jalan dan bagaimana mereka mengenal Dia pada waktu Ia memecah-mecahkan roti. Dan sementara mereka bercakap-cakap tentang hal-hal itu, Yesus tiba-tiba berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata kepada mereka: "Damai sejahtera bagi kamu!" Mereka terkejut dan takut dan menyangka bahwa mereka melihat hantu. Akan tetapi Ia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu terkejut dan apa sebabnya timbul keragu-raguan di dalam hati kamu? Lihatlah tangan-Ku dan kaki-Ku: Aku sendirilah ini; rabalah Aku dan lihatlah, karena hantu tidak ada daging dan tulangnya, seperti yang kamu lihat ada pada-Ku." Sambil berkata demikian, Ia memperlihatkan tangan dan kaki-Nya kepada mereka. Dan ketika mereka belum percaya karena girangnya dan masih heran, berkatalah Ia kepada mereka: "Adakah padamu makanan di sini?" Lalu mereka memberikan kepada-Nya sepotong ikan goreng. Ia mengambilnya dan memakannya di depan mata mereka. Ia berkata kepada mereka: "Inilah perkataan-Ku, yang telah Kukatakan kepadamu ketika Aku masih bersama-sama dengan kamu, yakni bahwa harus digenapi semua yang ada tertulis tentang Aku dalam kitab Taurat Musa dan kitab nabi-nabi dan kitab Mazmur." Lalu Ia membuka pikiran mereka, sehingga mereka mengerti Kitab Suci. Kata-Nya kepada mereka: "Ada tertulis demikian: Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati pada hari yang ketiga, dan lagi: dalam nama-Nya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem. Kamu adalah saksi dari semuanya ini." (Luk 24:35-48), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Yerusalem adalah kota suci dan idaman bagi banyak umat beragama atau beriman. Para murid diutus oleh Yesus yang telah bangkit dari mati untuk dalam namaNya memberitkan tentang pertobatan dan pengampunan dosa kepada segala bangsa mulai dari Yerusalem. Apa artinya hal itu bagi kita? Yerusalem bagi kita adalah keluarga dan tempat kerja/tugas, dimana kita memboroskan waktu dan tenaga kita. Dari keluarga maupun tempat kerja/tugas kita masing-masing diharapkan tersiarkan atau tersebarluaskan 'pertobatan dan pengam-punan dosa'. Buah pertobatan dan pengampunan dosa adalah pertumbuhan dan perkembangan kepribadian menuju ke lebih baik, lebih beriman dan lebih cerdas. Maka marilah kita mawas diri apakah diri kita masing-masing selama ini semakin lebih baik, beriman dan cerdas karena aneka macam pergaulan, gesekan, sapaan dan sentuhan dari rekan-rekan anggota keluarga maupun kerja/belajar. Agar kita dapat terus menerus tumbuh berkembang, hemat saya kita harus bersikap mental 'belajar' dalam rangka melaksanakan aneka tugas pengutusan, pekerjaan ataupun mengemban jabatan atau fungsi tertentu dalam kehidupan bersama. Orang yang bersikap mental 'belajar' memang senantiasa siap sedia untuk diperbaharui maupun berani mengambil resiko ketika berbuat salah, alias tidak takut berbuat salah dalam rangka mencoba dan mencoba terus menerus hal-hal baru di dalam kehidupan bersama.

·   "Bagi kamulah pertama-tama Allah membangkitkan Hamba-Nya dan mengutus-Nya kepada kamu, supaya Ia memberkati kamu dengan memimpin kamu masing-masing kembali dari segala kejahatanmu."(Kis 3:26). Beriman kepada kebangkitan Yesus memang antara berarti meninggalkan aneka macam kejahatan yang telah dilakukan dan kemudian hidup baru sesuai dengan kehendak Roh. Kejahatan-kejahatan itu mungkin berupa "percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya." (Gal 5:19-21), yang rasanya masih marak terjadi dalam kehidupan bersama kita masa kini. Mungkin kita sendiri juga masih tergoda untuk melakukan kejahatan, mengingat dan memperhatikan begitu banyak tawaran kenikmatan duniawi yang menggebu-gebu saat ini. Maka baiklah kami mengajak kita semua untuk saling membantu dan mengingatkan niat untuk memperbaharui diri terus-menerus, setelah mengaku dosa sebelum Perayaan Paskah kiranya masing-masing dari kita memiliki niat-niat untuk meninggalkan kejahatan yang telah kita lakukan. Mungkin baik jika niat tersebut dikomunikasikan kepada rekan-rekan yang setiap hari hidup dan bekerja bersama, sehingga ketika kita tergoda untuk tidak setia pada niat tersebut ada yang mengingatkannya. Saling mengingatkan dan membantu ini hendaknya pertama-tama dan terutama dihayati dalam komunitas paling dasar, yaitu di dalam keluarga-keluarga. Semoga dari keluarga-keluarga kita tersiarkan kabar baik: pertobatan dan pengampunan dosa.

 

"Apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya? Namun Engkau telah membuatnya hampir sama seperti Allah, dan telah memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat. Engkau membuat dia berkuasa atas buatan tangan-Mu; segala-galanya telah Kauletakkan di bawah kakinya: kambing domba dan lembu sapi sekalian, juga binatang-binatang di padang; burung-burung di udara dan ikan-ikan di laut, dan apa yang melintasi arus lautan." (Mzm 8:5-9)

  

Jakarta, 8 April 2010     

  


Selasa, 06 April 2010

7 Apr - Kis 3:1-10; Luk 24:13-35

"Hai kamu orang bodoh betapa lambannya hatimu"

(Kis 3:1-10; Luk 24:13-35)


"Lalu Ia berkata kepada mereka: "Hai kamu orang bodoh, betapa lambannya hatimu, sehingga kamu tidak percaya segala sesuatu, yang telah dikatakan para nabi! Bukankah Mesias harus menderita semuanya itu untuk masuk ke dalam kemuliaan-Nya?" Lalu Ia menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis tentang Dia dalam seluruh Kitab Suci, mulai dari kitab-kitab Musa dan segala kitab nabi-nabi. Mereka mendekati kampung yang mereka tuju, lalu Ia berbuat seolah-olah hendak meneruskan perjalanan-Nya. Tetapi mereka sangat mendesak-Nya, katanya: "Tinggallah bersama-sama dengan kami, sebab hari telah menjelang malam dan matahari hampir terbenam." Lalu masuklah Ia untuk tinggal bersama-sama dengan mereka. Waktu Ia duduk makan dengan mereka, Ia mengambil roti, mengucap berkat, lalu memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka. Ketika itu terbukalah mata mereka dan mereka pun mengenal Dia, tetapi Ia lenyap dari tengah-tengah mereka. Kata mereka seorang kepada yang lain: "Bukankah hati kita berkobar-kobar, ketika Ia berbicara dengan kita di tengah jalan dan ketika Ia menerangkan Kitab Suci kepada kita?" Lalu bangunlah mereka dan terus kembali ke Yerusalem. Di situ mereka mendapati kesebelas murid itu. Mereka sedang berkumpul bersama-sama dengan teman-teman mereka. Kata mereka itu: "Sesungguhnya Tuhan telah bangkit dan telah menampakkan diri kepada Simon." Lalu kedua orang itu pun menceriterakan apa yang terjadi di tengah jalan dan bagaimana mereka mengenal Dia pada waktu Ia memecah-mecahkan roti." (Luk 24:25-35), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Pandai dan bodoh dalam Kerajaan Allah atau Umat Allah/beriman adalah perkara hati dan jiwa, bukan otak atau tubuh. Hati dan jiwa yang peka terhadap aneka macam peristiwa, ajaran, nasihat, pengalaman dan kebersamaan hidup. Yesus dengan keras mengritik dua murid dari Emaus yang tidak mengerti atau tidak memahami Kitab Suci, meskipun telah berkali-kali mendengarkan dan membacanya: "Hai kamu orang bodoh, betapa lambannya hatimu, sehingga kamu tidak percaya segala sesuatu, yang telah dikatakan para nabi!". Dua murid dari Emaus menjadi cerdas ketika mereka melihat sendiri Yesus yang bangkit dari mati membagi-bagikan roti, "terbukalah mata mereka dan mereka pun mengenal Dia". Kisah penampakan kepada dua murid dari Emaus ini kiranya menjadi bahan mawas diri bagi kita semua apa makna atau artinya ketika kita merayakan atau berpartisipasi dalam Perayaan Ekaristi. Ada dua bagian besar dalam Perayaan Ekaristi, yaitu ibadat sabda dan Ekaristi. Di dalam ibadat sabda kepada dibacakan atau diperdengarkan sabda-sabda Tuhan sebagaimana tertulis di dalam Kitab Suci, maka hendaknya dengarkan dengan rendah hati ketika terjadi pembacaan sabda Tuhan maupun homili. Kami percaya ketika kita sungguh dapat mendengarkan maka mata hati dan jiwa kita terbuka dan dapat melihat  dan mengimani Yesus yang memberikan DiriNya dalam rupa roti ketika kita menerima komuni kudus, sehingga kita juga seperti dua murid Emaus, yang setelah mengenali Yesus yang bangkit, "bangun dan terus kembali ke Yerusalem". Kembali ke Yerusalem bagi kita berarti kembali ke tempat idaman, yaitu keluarga dan tempat.kerja/tugas, dimana setiap hari kita memboroskan waktu dan tenaga kita. Di dalam keluarga maupun tempat kerja/tugas kita dapat saling membagikan pengalaman iman kita.

·   "Emas dan perak tidak ada padaku, tetapi apa yang kupunyai, kuberikan kepadamu: Demi nama Yesus Kristus, orang Nazaret itu, berjalanlah!"(Kis 3:6), demikian kata Petrus kepada orang lumpuh yang meminta sedekah kepadaNya, dan orang lumpuh itupun kemudian dapat berjalan. Penyembuhan orang lumpuh dalam nama Tuhan Yesus Kristus, itulah yang terjadi. Mungkin kepada kita datang orang lumpuh, tentu saja tidak hanya lumpuh secara phisik, melainkan secara spiritual alias putus asa, tiada harapan atau gairah lagi untuk hidup. Baiklah mereka kita sembuhkan dalam nama Yesus Kristus, antara lain kita perlakukan mereka dengan rendah hati dan penuh kasih serta perhatian. Mereka yang lumpuh secara spiritual pada umumnya merasa kurang dikasihi atau diperhatikan, padahal kasih dan perhatian telah diberikan secara melimpah ruah kepada mereka, antara lain melalui orangtua atau kakak-adik. Maka baiklah kepada mereka kita ingatkan akan kasih dan perhatian orangtua atau bapak-ibu mereka masing-masing, sehingga dapat menjadi pribadi manusia seperti apa adanya saat ini. Kami percaya jika mereka dapat kita tolong untuk mengimani dan mengenangkan kembali kasih dan perhatian orangtua atau bapak-ibu yang melimpah ruah tersebut, maka mereka pasti akan bergairah dan bersemangat lagi baik dalam hidup maupun bekerja. Kepada mereka yang putus asa, kurang bergairah dalam hidup dan kerja, kami ajak untuk mengenangkan kasih dan perhatian bapak-ibu anda yang melimpah-ruah tersebut, lebih-lebih kasih ibu yang tak terhingga, sepanjang masa, hanya memberi dan tak harap kembali.

 

"Bersyukurlah kepada TUHAN, serukanlah nama-Nya, perkenalkanlah perbuatan-Nya di antara bangsa-bangsa! Bernyanyilah bagi-Nya, bermazmurlah bagi-Nya, percakapkanlah segala perbuatan-Nya yang ajaib! Bermegahlah di dalam nama-Nya yang kudus, biarlah bersukahati orang-orang yang mencari TUHAN! Carilah TUHAN dan kekuatan-Nya, carilah wajah-Nya selalu!" (Mzm 105:1-4).

Jakarta, 7 April 2010

 

 


Senin, 05 April 2010

6 Apr - Kis 2:36-41; Yoh 20:11-18

"Aku telah melihat Tuhan!"

(Kis 2:36-41; Yoh 20:11-18)

 

"Maria berdiri dekat kubur itu dan menangis. Sambil menangis ia menjenguk ke dalam kubur itu, dan tampaklah olehnya dua orang malaikat berpakaian putih, yang seorang duduk di sebelah kepala dan yang lain di sebelah kaki di tempat mayat Yesus terbaring. Kata malaikat-malaikat itu kepadanya: "Ibu, mengapa engkau menangis?" Jawab Maria kepada mereka: "Tuhanku telah diambil orang dan aku tidak tahu di mana Ia diletakkan." Sesudah berkata demikian ia menoleh ke belakang dan melihat Yesus berdiri di situ, tetapi ia tidak tahu, bahwa itu adalah Yesus. Kata Yesus kepadanya: "Ibu, mengapa engkau menangis? Siapakah yang engkau cari?" Maria menyangka orang itu adalah penunggu taman, lalu berkata kepada-Nya: "Tuan, jikalau tuan yang mengambil Dia, katakanlah kepadaku, di mana tuan meletakkan Dia, supaya aku dapat mengambil-Nya." Kata Yesus kepadanya: "Maria!" Maria berpaling dan berkata kepada-Nya dalam bahasa Ibrani: "Rabuni!", artinya Guru. Kata Yesus kepadanya: "Janganlah engkau memegang Aku, sebab Aku belum pergi kepada Bapa, tetapi pergilah kepada saudara-saudara-Ku dan katakanlah kepada mereka, bahwa sekarang Aku akan pergi kepada Bapa-Ku dan Bapamu, kepada Allah-Ku dan Allahmu." Maria Magdalena pergi dan berkata kepada murid-murid: "Aku telah melihat Tuhan!" dan juga bahwa Dia yang mengatakan hal-hal itu kepadanya" (Yoh 20:11-18), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Orang yang saling mengasihi pada umumnya saling menyapa dengan singkat nama panggilan hariannya, dan sapaan itu sungguh bermakna. Begitulah sapaan Yesus yang bangkit terhadap Maria Magdalena, yang menyapa "Maria", dan Maria Magdalena pun menjawab "Rabuni". Dengan sapaan mesra penuh kasih tersebut Maria Magdalena percaya bahwa Yesus telah bangkit dari mati, dan ia pun dengan cepat dan gembira melaksanakan apa yang diperintahkan oleh Yesus agar ia mengatakan apa yang dilihat dan didengarkannya kepada para murid atau saudara-saudara Yesus. Kepada para murid pun Maria Magdalena berkata dengan singkat "Aku telah melihat Tuhan". Kita semua dipanggil untuk meneladan Maria Magdalena, yang peka akan sapaan Tuhan serta dengan gembira mensharingkan apa yang telah didengarkan dan dilihatnya, yaitu karya-karya Tuhan. Maka marilah kita membuka hati, jiwa, akal budi dan tubuh kita terhadap aneka macam sapaan kasih Tuhan, yang antara lain melalui saudara-saudari kita, yang setiap hari hidup atau bekerja bersama dengan kita. Dengan kata lain marilah kita lihat dan imani karya Tuhan dalam saudara-saudari kita, dan kemudian kita sharingkan apa yang kita lihat tersebut kepada saudara-saudari kita yang lain. Karya-karya Tuhan dalam diri kita dan saudara-saudari kita antara lain menggejala dalam perbuatan-perbuatan maupun kehendak baik. Tuhan hadir dan berkarya dimana-mana, termasuk di tempat atau lingkungan hidup yang amburadul, kurang teratur atau kacau balau, maka marilah kita lihat kehadiran dan karyaNya dalam ketidak-teraturan atau kekacauan tersebut, dan kemudian kita ceriterakan kepada mereka yang takut dan gentar menghadapi ketidak-teraturan dan kekacauan tersebut agar mereka berani memasuki dan mengatasinya.

·   "Orang-orang yang menerima perkataannya itu memberi diri dibaptis dan pada hari itu jumlah mereka bertambah kira-kira tiga ribu jiwa" (Kis 2:41). Kutipan ini kiranya dapat menjadi inspirasi bagi kita semua dalam rangka melaksanakan karya pewartaan. Petrus menceriterakan apa yang dilihatnya dan diimaninya alias yang dihayatinya dengan penuh keyakinan dan percaya diri, sehingga apa yang dikatakan menyentuh hati para pendengarnya dan mereka bertobat atau menggabungkan diri pada Petrus dan murid-murid yang lain. Baiklah kita meneladan Petrus tersebut, maka marilah kita senantiasa berkata-kata perihal apa yang sungguh kita lihat, alami atau hayati alias jujur apa adanya, tidak berbohong atau menipu. Secara khusus kami mengingatkan atau menghimbau para guru agama/katekis atau pengkotbah: hendaknya sungguh mempersiapkan diri, sehingga apa yang akan diajarkan atau dikotbahkan sungguh mengesan dan menyentuh hati para pendengar. Hendaknya para katekis/guru agama dan pengkotbah juga dapat menjadi saksi iman, menghayati apa yang diajarkan atau dikotbahkan. Karena tugas karya pewartaan menjadi tugas kita semua, orang beriman, maka marilah kita saling membantu dan mengingatkan agar cara berkata-kata atau berkomunikasi kita dimanapun dan kapanpun mengesan dan menyentuh hati orang untuk bertobat atau memperbaiki atau membaharui diri, sehingga cara hidup dan cara bertindaknya sesuai dengan kehendak Tuhan. Hendaknya jauhkan aneka bentuk paksaan dalam rangka melaksanakan tugas karya pewartaan; bentuk pewartaan yang utama dan pertama-tama adalah kesaksian atau keteladanan hiduo beriman.

 

"Sesungguhnya, mata TUHAN tertuju kepada mereka yang takut akan Dia, kepada mereka yang berharap akan kasih setia-Nya, untuk melepaskan jiwa mereka dari pada maut dan memelihara hidup mereka pada masa kelaparan. Jiwa kita menanti-nantikan TUHAN. Dialah penolong kita dan perisai kita! Kasih setia-Mu, ya TUHAN, kiranya menyertai kami, seperti kami berharap kepada-Mu" (Mzm 33:18-20.22)

 

Jakarta, 6 April 2010


Minggu, 04 April 2010

5 Apr - Kis 2:14.22-32; Mat 28:8-15

"Pergi dan katakanlah kepada saudaraKu supaya mereka pergi ke Galilea dan di sanalah mereka akan melihat Aku."

(Kis 2:14.22-32; Mat 28:8-15)

 

"Mereka segera pergi dari kubur itu, dengan takut dan dengan sukacita yang besar dan berlari cepat-cepat untuk memberitahukannya kepada murid-murid Yesus. Tiba-tiba Yesus berjumpa dengan mereka dan berkata: "Salam bagimu." Mereka mendekati-Nya dan memeluk kaki-Nya serta menyembah-Nya. Maka kata Yesus kepada mereka: "Jangan takut. Pergi dan katakanlah kepada saudara-saudara-Ku, supaya mereka pergi ke Galilea, dan di sanalah mereka akan melihat Aku." Ketika mereka di tengah jalan, datanglah beberapa orang dari penjaga itu ke kota dan memberitahukan segala yang terjadi itu kepada imam-imam kepala. Dan sesudah berunding dengan tua-tua, mereka mengambil keputusan lalu memberikan sejumlah besar uang kepada serdadu-serdadu itu dan berkata: "Kamu harus mengatakan, bahwa murid-murid-Nya datang malam-malam dan mencuri-Nya ketika kamu sedang tidur. Dan apabila hal ini kedengaran oleh wali negeri, kami akan berbicara dengan dia, sehingga kamu tidak beroleh kesulitan apa-apa." Mereka menerima uang itu dan berbuat seperti yang dipesankan kepada mereka. Dan ceritera ini tersiar di antara orang Yahudi sampai sekarang ini" (Mat 28:8-15), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Yesus yang telah dibangkitkan dari mati hadir dan berkarya dimana-mana, tanpa batas ruang dan waktu melalui RohNya. Kepada para murid pertama yang menerima penampakan Yesus yang telah bangkit, Ia memberi perintah :"Jangan takut. Pergi dan katakanlah kepada saudara-saudara-Ku, supaya mereka pergi ke Galilea, dan di sanalah mereka akan melihat Aku.". Galilea adalah tempat asal atau hidup sehari-hari para rasul/murid sebelum mereka mengikuti Yesus, maka pesan Yesus yang telah bangkit tersebut bagi kita masa kini berarti panggilan bagi kita semua untuk melihat dan mengalami kehadiran Yesus yang telah bangkit dalam diri saudara-saudari kita, yang setiap hati memboroskan waktu dan tenaga bersama dengan kita, entah itu di dalam keluarga maupun tempat kerja/tugas. Dengan kata lain marilah kita saling melihat dan mengimani kebaikan, keluhuran, keindahan, keunggulan dst ..atau apa-apa yang baik dalam diri saudara-saudari kita, dan selanjutnya kita saling berbuat baik. Kita juga dipanggil untuk melihat dan mengimani kehadiran dan karya Yesus yang bangkit, melalui Rohnya dalam aneka macam sarana-prasarana yang kita pakai atau tempat yang kita datangi setiap hari, dengan kata lain menemukan Tuhan dalam segala sesuatu atau menghayati kehadiran dan karya Tuhan dalam segala sesuatu. Kita juga diharapkan untuk tidak takut menjadi saksi iman di dalam tugas pekerjaan kita sehari-hari, lebih-lebih di tempat kerja, meskipun sebagai orang Katolik atau Kristen hanya sendirian saja di tempat kerja tersebut.

·   "Ia (Daud) telah melihat ke depan dan telah berbicara tentang kebangkitan Mesias, ketika ia mengatakan, bahwa Dia tidak ditinggalkan di dalam dunia orang mati, dan bahwa daging-Nya tidak mengalami kebinasaan. Yesus inilah yang dibangkitkan Allah, dan tentang hal itu kami semua adalah saksi" (Kis 2:31-32). Kita semua adalah saksi kebangkitan Yesus, maka hendaknya cara hidup dan cara bertindak kita tiada menunjukkan ketakutan sedikitpun untuk berbuat baik dan benar dimanapun dan kapanpun. Hendaknya kita senanitasa bergairah, dinamis dan bergembira dalam menghadapi aneka macam tantangan, hambatan atau masalah yang muncul dalam hidup kita sehari-hari, karena Roh Kudus senantiasa mendampingi dan menghidupi kita, Tuhan senantiasa menyertai kita. Bersama dan bersatu dengan Tuhan kita pasti dapat mengatasi aneka macam tantangan, hambatan dan masalah atau godaan-godaan atau rayuan setan untuk berbuat jahat. Sebagai saksi kebangkitan, aneka macam tantangan, hambatan, masalah dan godaan justru semakin membangkitkan atau menggairahkan iman kita, karena semuanya itu sungguh mendewasakan iman kita. Perhatikan kecambah yang ditutupi rumput atau dedaunan, yang dengan gairah tumbuh berkembang untuk mencari sinar matahari kehidupan. Rumput dan dedauan menjadi penghalang bagi kecambah untuk menerima sinar matahari, namun kecambah tumbuh dan berkembang terus, bahkan lebih cepat pertumbuhannya karena penghalang tersebut. Kita lebih daripada kecambah atau tanaman, karena kita adalah ciptaan terluhur di bumi ini, maka hadapi tantangan, hambatan, masalah dan godaan dalam dan bersama dengan Tuhan, karena dengan demikian iman kita semakin didewasakan dan diteguhkan.

 

"Aku memuji TUHAN, yang telah memberi nasihat kepadaku, ya, pada waktu malam hati nuraniku mengajari aku. Aku senantiasa memandang kepada TUHAN; karena Ia berdiri di sebelah kananku, aku tidak goyah. Sebab itu hatiku bersukacita dan jiwaku bersorak-sorak, bahkan tubuhku akan diam dengan tenteram; sebab Engkau tidak menyerahkan aku ke dunia orang mati, dan tidak membiarkan Orang Kudus-Mu melihat kebinasaan. Engkau memberitahukan kepadaku jalan kehidupan; di hadapan-Mu ada sukacita berlimpah-limpah, di tangan kanan-Mu ada nikmat senantiasa" (Mzm 16:7-11).

  Jakarta, 5 April 2010