Fans Page Facebook http://imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Jumat, 16 Oktober 2009

18 Okt - Minggu Biasa XXIX

Minggu Biasa XXIX

Yes 53:10-11; Ibr  4:14-16; Mrk 10:35-45

 

"Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu"

"Tua-tua keladi makin tua makin berisi". Tanaman padi semakin tua, yang berarti berbuah bulir-bulir padi tua dan siap dipanen, semakin 'menunduk', sementara itu jika bulir-bulir padi kosong ia tetap 'menengadah ke atas'. Semakin tambah usia seseorang pada umumnya juga semakin tambah berpengalaman dalam berbagai hal , demikian juga ketika orang semakin naik pangkat atau jabatan atau tambah pangkat dan jabatan, pada umumnya juga semakin tambah berpengalaman. Orang yang memiliki  banyak pengalaman memang ada dua kemungkinan, yaitu sombong atau rendah hati. Dalam sabda Yesus hari ini mereka yang semakin besar atau terkemuka hendaknya menjadi pelayan atau hamba bagi semuanya. Hari ini juga menjadi hari Minggu Evangelisasi, ajakan untuk mawas diri perihal semangat missioner kita masing-masing, maka marilah kita mawas diri bercermin pada sabda Yesus atau pesan para penulis Kitab Suci hari ini.     

 

"Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi yang terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya."(Mrk 10:43-44).

 

Yang terbesar dan terkemuka di dalam hidup dan kerja bersama di dunia ini adalah para pemimpin atau atasan. Di dalam Gereja Katolik yang terbesar dan terkemuka adalah Paus dan para Uskup, yang senantiasa menyatakan diri dan berusaha untuk menjadi yang hina dina, berusaha untuk menghayati apa yang diajarkan dan dihayati oleh Yesus, yang "datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang" (Mrk 10:45). Para pemimpin atau atasan dalam hidup dan kerja bersama dalam bidang kehidupan macam apapun hemat saya dipilih atau ditunjuk untuk 'menjadi tebusan bagi banyak orang'  alias berfungsi melayani para anggota atau bawahan, agar mereka bahagia, damai sejatera, sehat wa'afiat lahir dan batin. .

 

Mereka yang disebut pelayan baik, misalnya pelayan rumah tangga, pada umumnya memiliki ciri-ciri antara lain sebagai berikut: rajin, cermat, cekatan, tanggap, tidak pernah mengeluh atau marah, sehat, dst.., 'the last but no the least'  adalah senantiasa membahagiakan mereka yang harus dilayani. Maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan siapapun yang merasa 'terbesar' atau 'terkemuka' dalam hidup dan kerja bersama untuk bersikap mental melayani dalam melaksanakan tugas-tugasnya atau memfungsikan jabatan atau kedudukannya. Tanda keberhasilan kinerja seorang pemimpin pada tingkat atau ranah hidup dan kerja apapun ialah para anggotanya hidup sejahtera lahir batin, bahagia dan selamat. Jika masih ada anggota atau rakyat  yang masih miskin dan berkekurangan, hemat saya  hal itu berarti kegagalan pemimpin. Apa yang disediakan oleh Allah di dunia ini cukup memadai untuk memenuhi kebutuhan hidup semua manusia agar hidup sejahtera, maka ketika masih ada yang kurang sejahtera berarti ada sementara orang yang hidupnya serakah dan berfoya-foya, yaitu mereka yang 'terbesar' atau 'terkemuka', entah pemimpin atau orang-orang yang kaya akan harta benda atau uang.

 

Mereka yang terbesar atau terkemuka diharapkan menjadi tebusan bagi banyak orang, artinya berani mengorbankan diri atau mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan melalui orang banyak yang kena dampak pengaruh cara hidup, kerja dan kebijakan mereka, yang terbesar atau terkemuka. Untuk itu kepada yang merasa terbesar atau terkemuka, kami ajak untuk mendengarkan dan memperhatikan sejauh mana cara hidup dan cara bertindaknya mempengaruhi orang lain:  berapa banyak orang yang terpengaruh? Jika ternyata cara hidup dan cara bertindak kita mempengaruhi hidup orang lain menjadi sengsara atau menderita, maka hendaknya kita bertobat atau memperbaharui diri. Kemanapun pergi atau dimanapun berada, mereka yang merasa terbesar dan terkemuka hendaknya "datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani".

 

"Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa.Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya" (Ibr 4:15-16)   

 

Semua agama memiliki 'imam' atau fungsi sejenis, yang pada umumnya memiliki tugas pokok atau utama untuk memimpin ibadat atau doa bersama. Imam antara lain berfungsi sebagai 'penyalur' berkat atau rahmat Allah kepada manusia dan doa-doa, dambaan, harapan manusia kepada Allah. Penyalur yang baik antara lain tidak pernah korupsi sedikitpun, jujur, disiplin, siap menderita, dst., anggota tubuh kita yang kelihatan dan berfungsi sebagai penyalur adalah 'leher' atau alat kelamin dan dubur. Makanan, minuman dan udara segar masuk melalui leher dan tidak ada sedikitpun yang ditahan di leher, sebaliknya kotoran berupa kencing atau tinja atau kentot keluar melalui alat kelamin atau dubur, dan ketika telah keluar semuanya dengan baik maka tubuhpun segar rasanya. Bukankah jika anggota-anggota tubuh tersebut sakit dan tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya berarti tubuh atau orang yang bersangkutan akan sakit dan menderita? Sebaliknya jika anggota-anggota tubuh tersebut berfungsi baik dan norma berarti tubuh atau orang yang bersangkutan sehat, segar bugar.

 

Orang jujur, disiplin dan tak pernah korupsi sungguh merupakan kasih karunia bagi kita semua, karena orang yang tersebut pasti akan menolong siapapun yang membutuhkan bantuan. Umat beriman juga memiliki cirikhas imamat umum, maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan semua umat beriman untuk setia menghayati imamat umum kaum beriman ini, artinya cara hidup dan cara bertindaknya senantiasa membahagiakan dan mensejahterakan orang lain, hidup dan berjuang demi kebahagiaan dan kesejahteraan umum/bersama. Kita juga dipanggil untuk merasakan kelemahan-kelemahan orang lain, tetapi tidak berbuat dosa, maka hal itu berarti kita saling merasakan kelemahan-kelemahan kita, dan dengan demikian saling menolong.

 

Hidup jujur, disiplin dan tak korupsi memang sarat.dengan pencobaan-pencobaan atau godaan-godaan, sebagaimana terjadi dalam diri tokoh KPK maupun polisi dan hakim, yang memiliki fungsi utama untuk menegakkan kejujuran dan kedisiplinan. Mereka "sebagai orang yang benar, akan membenarkan banyak orang oleh hikmatnya, dan kejahatan mereka dia pikul "(Yes 53:11). Membenarkan berarti menyelamatkan. Memang ketika penegak hukum membereskan koruptor klas kakap, maka banyak orang diselamatkan; membereskan satu koruptor klas kakap berarti menyelamatkan banyak orang. Maka dengan ini kami berharap kepada orang-orang benar dan penegak hukum untuk terus memberantas korupsi tiada henti, demi keselamatan umum. Koruptor berarti tidak melayani, melainkan menguasai dan memeras, tidak membahagiakan melainkan menyiksa.

 

"Sesungguhnya, mata TUHAN tertuju kepada mereka yang takut akan Dia, kepada mereka yang berharap akan kasih setia-Nya, untuk melepaskan jiwa mereka dari pada maut dan memelihara hidup mereka pada masa kelaparan.Jiwa kita menanti-nantikan TUHAN. Dialah penolong kita dan perisai kita! Kasih setia-Mu, ya TUHAN, kiranya menyertai kami, seperti kami berharap kepada-Mu"

(Mzm 33:18-20.22)

         

Jakarta, 18 Oktober 2009


17 Okt 2009 - "Barangsiapa menghujat Roh Kudus ia tidak akan diampuni"

(Rm 4:13.16-18; Luk 12:8-12)


"Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Anak Manusia juga akan mengakui dia di depan malaikat-malaikat Allah. Tetapi barangsiapa menyangkal Aku di depan manusia, ia akan disangkal di depan malaikat-malaikat Allah. Setiap orang yang mengatakan sesuatu melawan Anak Manusia, ia akan diampuni; tetapi barangsiapa menghujat Roh Kudus, ia tidak akan diampuni. Apabila orang menghadapkan kamu kepada majelis-majelis atau kepada pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa, janganlah kamu kuatir bagaimana dan apa yang harus kamu katakan untuk membela dirimu. Sebab pada saat itu juga Roh Kudus akan mengajar kamu apa yang harus kamu katakan."(Luk 12:8-12), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.



Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St.Ignasius dari Antiokhia hari ini, Uskup dan martir, saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:


Ada sementara orang yang takut terhadap para pejabat pemerintah atau penguasa dunia, apalagi ketika dipanggil secara khusus untuk menghadap mereka. Jika kita hidup dalam dan oleh Roh Kudus alias mengahayati buah-buah Roh Kudus seperti "kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri" (Gal 5:22-23), hendaknya tidak takut kepada siapapun, termasuk para tokoh atau penguasa hidup bersama di dunia ini. Hidup dan bertindaklah sesuai dengan keutamaan-keutamaan sebagai buah Roh tersebut, maka "Roh Kudus akan mengajar kamu apa yang harus kamu katakan". Dengan kata lain jika kita tidak menghujat Roh Kudus, tetapi hidup dalam dan oleh Roh Kudus, kita tidak ada masalah perihal apa yang harus kita katakan ketika diwawancarai oleh siapapun dan dimanapun. Keutamaan-keutamaan sebagai buah Roh Kudus tersebut tidak hanya dapat kita wujudkan dengan kata-kata, melainkan yang terutama dan pertama-tama adalah kita wujudkan dalam tindakan atau perilaku atau dapat kita wujudkan dengan bahasa tubuh, gerak-gerik tubuh kita, misalnya senyum, peragaan melalui tangan, sentuhan, belaian, ciuman, dst.. Banyak orang ketika menghadapi rekan bicaranya penuh senyuman, pada umumnya pembicaraan akan lebih menarik, mengesan dan mempesona serta mempererat atau memperteguh persaudaraan atau persahabatan sejati. Marilah kita tidak takut dan gentar mengakui dan menghayati iman kita dalam hidup sehari-hari, meskipun harus menghadapi aneka tantangan, hambatan dan ancaman. Semakin kita setia pada iman kita yang menjadi nyata dalam cara hidup dan cara bertindak, maka iman kita semakin teguh dan handal, tak tergoyahkan oleh aneka macam rayuan duniawi, yang menyesatkan.


• "Sebab sekalipun tidak ada dasar untuk berharap, namun Abraham berharap juga dan percaya, bahwa ia akan menjadi bapa banyak bangsa, menurut yang telah difirmankan: "Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu."(Rm 4:18), demikian kesaksian atau pesan Paulus kepada umat di Roma, kepada kita semua umat beriman. Bapa Abraham adalah bapa dan teladan umat beriman, "sekalipun tidak ada dasar untuk berharap, namun Abraham berharap juga dan percaya". Berharap tanpa dasar atau alasan yang jelas serta logis pada masa kini rasanya sulit dihayati. Apa yang akan terjadi dalam diri kita, sebagai orang beriman, hendaknya tergantung 100%(seratus persen) dari upaya dan usaha kita serta 100% (seratus persen) dari Tuhan, dengan kata lain kita berusaha dengan segenap jiwa, hati, pikiran dan tenaga serta menggantungkan diri pada Penyelenggaraan Ilahi. Secara khusus jika ada perintah dari Tuhan melaui atasan atau pembesar kita untuk melakukan sesuatu, hendaknya dengan bergairah dan bersemangat melaksanakannya, meskipun secara logis kita belum atau tidak melihat alasan-alasannya. Kita imani bahwa atasan atau pembesar kita telah membicarakan dengan berbagai pihak terkait serta mendoakannya, sebelum memberi perintah kepada kita. Kita imani bahwa atasan atau pembesar akan membimbing dan menemani perjalanan kita dalam melaksanakan perintah-perintahnya. Meneladan bapa Abraham, marilah kita tidak menggantungkan diri pada aneka macam bekal harta benda, uang atau pengalaman, melainkan menggantungkan diri yang seutuhnya mempersembahkan kepada Penyelenggaraan Ilahi atau kehendak Tuhan. Tuhan akan mendahului dan menunjukkan jalan yang harus kita tempuh, melalui orang-orang beriman yang baik hati dan murah hati dimanapun dan kapanpun.


"Hai anak cucu Abraham, hamba-Nya, hai anak-anak Yakub, orang-orang pilihan-Nya! Dialah TUHAN, Allah kita, di seluruh bumi berlaku penghukuman-Nya. Ia ingat untuk selama-lamanya akan perjanjian-Nya, firman yang diperintahkan-Nya kepada seribu angkatan, yang diikat-Nya dengan Abraham" (Mzm 105:6-9a)



Jakarta, 17 Oktober 2009


Kamis, 15 Oktober 2009

16 Okt - "Karena itu jangan takut karena kamu lebih berharga dari pada banyak burung pipit."

(Rm 4:1-8; Luk 12:1-7)

 

"Sementara itu beribu-ribu orang banyak telah berkerumun, sehingga mereka berdesak-desakan. Lalu Yesus mulai mengajar, pertama-tama kepada murid-murid-Nya, kata-Nya: "Waspadalah terhadap ragi, yaitu kemunafikan orang Farisi. Tidak ada sesuatu pun yang tertutup yang tidak akan dibuka dan tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi yang tidak akan diketahui. Karena itu apa yang kamu katakan dalam gelap akan kedengaran dalam terang, dan apa yang kamu bisikkan ke telinga di dalam kamar akan diberitakan dari atas atap rumah. Aku berkata kepadamu, hai sahabat-sahabat-Ku, janganlah kamu takut terhadap mereka yang dapat membunuh tubuh dan kemudian tidak dapat berbuat apa-apa lagi. Aku akan menunjukkan kepada kamu siapakah yang harus kamu takuti. Takutilah Dia, yang setelah membunuh, mempunyai kuasa untuk melemparkan orang ke dalam neraka. Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, takutilah Dia! Bukankah burung pipit dijual lima ekor dua duit? Sungguhpun demikian tidak seekor pun dari padanya yang dilupakan Allah, bahkan rambut kepalamu pun terhitung semuanya. Karena itu jangan takut, karena kamu lebih berharga dari pada banyak burung pipit."(Luk 12:1-7), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

 

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana

sebagai berikut:

• Salah satu penyakit atau kelemahan yang cukup memprihatinkan dan dialami oleh banyak orang adalah `takut', misalnya: takut tidak naik kelas/lulus ujian, takut mati, takut jatuh, dst.. Orang takut pada umumnya tidak tenang atau tidak tenteram hidupnya, dan dirinya senantiasa merasa terancam, dan dengan demikian juga berusaha pasang kuda-kuda atau mengurung diri. Yang juga cukup memprihatinkan takut berbuat baik atau sosial, karena merasa akan dituduh `cari muka' atau `cari perhatian', dst.. Memang kita boleh takut ketika akan berbuat jahat, yang berarti melawan kehendak atau perintah Allah, tetapi ketika hidup dan bertindak sesuai dengan perintah atau kehendak Allah janganlah takut, meskipun harus menghadapi aneka masalah, tantangan, hambatan dan kesulitan, atau bahkan ancaman untuk dibunuh. "Jangan takut, karena kamu lebih berharga dari pada banyak burung pipit", demikian sabda Yesus. Yang harus kita utamakan atau dahulukan adalah keselamatan jiwa kita, bukan keselamatan tubuh atau harta benda. Sekiranya karena berbuat baik dan benar, adil dan jujur, kita harus mati dibunuh, percayalah bahwa akan hidup bahagia selamanya di sorga, dan nama kita akan dikenang oleh banyak orang, sebagaimana terjadi dalam diri para pahlawan bangsa atau Gereja, dimana namanya diabadikan untuk memberi nama jalan, nama bandara, nama baptis, dst.. Maka dengan ini kami berharap kepada kita semua untuk tidak takut berbuat baik, adil, benar dan jujur; dan kepada para pejuang kebenaran, keadilan dan kejujuran dimanapun kami harapkan tetap tegar dan percayalah bahwa Tuihan senantiasa menyertai perjuangan atau perjalanan anda.

 

• "Berbahagialah orang yang diampuni pelanggaran-pelanggarannya, dan yang ditutupi dosa-dosanya; berbahagialah manusia yang kesalahannya tidak diperhitungkan Tuhan kepadanya" (Rm 4:7-8). Entah telah berapa kali kita melakukan pelanggaran-pelanggaran atau berbuat salah dan berdosa, kiranya tidak ada seorang pun yang dapat mengingat-ingat kembali atau menghitungnya. Jika kita refleksikan kiranya kita dapat percaya bahwa Tuhan tidak pernah memperhitungkan pelanggaran, dosa dan kesalahan kita, melainkan senantiasa mengampuni dan melupakannya. Maka marilah kita tidak terbius oleh aneka pelanggaran, kesalahan dan dosa yang pernah kita lakukan, karena dengan demikian kita pasti akan minder atau takut. Lihat dan hayati aneka pelanggaran, dosa dan kesalahan yang telah kita lakukan sebagai pelajaran, dan tentu saja kemudian tidak melakukan pelanggaran, kesalahan dan dosa lagi. Sebaliknya kita hendaknya juga tidak mengingat-ingat kesalahan, pelanggaran dan dosa orang lain di dalam hidup sehari-hari. Perhatikan bahwa untuk mengingat-ingat pelanggaran, kesalahan dan dosa sungguh mahal, melelahkan dan menimbulkan balas dendam dan kebencian, sebagaimana terjadi di dalam proses pengadilan. Marilah kita hidup saling mengampuni dan mengasihi, demi kebahagiaan, kesejahteraan atau keselamatan kita semua. Kami ingatkan juga bahwa ketika kita dapat hidup dalam kasih dan pengampunan, alias dapat melakukan apa yang baik, benar, jujur dan adil, hendaknya dihayati sebagai anugerah atau rahmat Tuhan, yang hidup dan berkarya dalam diri kita yang lemah dan rapuh ini. Dengan kata lain hendaknya kita senantiasa hidup dan bertindak dengan rendah hati, jauh dari aneka macam bentuk kesombongan.

 

"Dosaku kuberitahukan kepada-Mu dan kesalahanku tidaklah kusembunyikan; aku berkata: "Aku akan mengaku kepada TUHAN pelanggaran-pelanggaranku," dan Engkau mengampuni kesalahan karena dosaku" (Mzm 32:5)



Jakarta, 16 Oktober 2009

 




15 Oktober 2009 - Rm 3: 21-30; Luk 11: 47-54 - "Kamu sendiri tidak masuk ke dalam dan orang yang berusaha untuk masuk ke dalam kamu halangi."


"Kamu sendiri tidak masuk ke dalam dan orang yang berusaha untuk masuk ke dalam kamu halangi."
(Rm 3:21-30; Luk 11:47-54)

"Celakalah kamu, sebab kamu membangun makam nabi-nabi, tetapi nenek moyangmu telah membunuh mereka. Dengan demikian kamu mengaku, bahwa kamu membenarkan perbuatan-perbuatan nenek moyangmu, sebab mereka telah membunuh nabi-nabi itu dan kamu membangun makamnya. Sebab itu hikmat Allah berkata: Aku akan mengutus kepada mereka nabi-nabi dan rasul-rasul dan separuh dari antara nabi-nabi dan rasul-rasul itu akan mereka bunuh dan mereka aniaya, supaya dari angkatan ini dituntut darah semua nabi yang telah tertumpah sejak dunia dijadikan, mulai dari darah Habel sampai kepada darah Zakharia yang telah dibunuh di antara mezbah dan Rumah Allah. Bahkan, Aku berkata kepadamu: Semuanya itu akan dituntut dari angkatan ini. Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat, sebab kamu telah mengambil kunci pengetahuan; kamu sendiri tidak masuk ke dalam dan orang yang berusaha untuk masuk ke dalam kamu halang-halangi." Dan setelah Yesus berangkat dari tempat itu, ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi terus-menerus mengintai dan membanjiri-Nya dengan rupa-rupa soal. Untuk itu mereka berusaha memancing-Nya, supaya mereka dapat menangkap-Nya berdasarkan sesuatu yang diucapkan-Nya."(Luk 11:47-54), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St.Teresa dari Avila, perawan dan pujangga Gereja, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
• Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi merupakan tokoh-tokoh penting dan menentukan dalam hidup bersama: hidup bermasyarakat maupun hidup beragama. Mereka menguasai dan memahami aneka aturan dan tatanan hidup bersama, namun mereka tidak melaksanakannya, sebaliknya ketika umat atau masyarakat mau melaksanakannya dihalang-halangi. Maka dengan keras dan mungkin menyakitkan, Yesus menegor dan mengingatkan mereka, sehingga mereka berusaha menangkapNya. Maka, meneladan Yesus maupun St.Teresa dari Avila, marilah kita hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak Tuhan atau Penyelenggaraan Ilahi, yang memang akan menghadapi aneka tantangan dan hambatan. Pada masa kini rasanya cukup banyak orang yang telah dikuasai oleh aneka produk teknologi, seperti alat-alat komunikasi dan sarana-prasarana lainnya, sehingga ketika alat-alat atau sarana-prasarana tersebut rusak atau terganggu menjadi stress atau frustrasi., dengan kata lain cukup banyak orang telah berbakti kepada `berhala-berhala modern', harta benda atau uang. Dengan dan melalui harta benda atau uang berusaha mengahalang- halangi penegak dan pejuang kebenaran, keadilan dan kejujuran. Dengan atau melalui uang berusaha membelokkan atau memelintir kebenaran-kebenaran hukum maupun fakta. Celakalah mereka yang berusaha melakukan manipulasi atau korupsi; dalam hidup sehari-hari marasa diri tidak aman dan senantiasa berusaha mengamankan diri dengan berbagai bentuk, entah manusia atau harta benda, sehingga mereka lebih percaya pada pengamanan oleh manusia dan harta benda atau uang daripada Tuhan atau Penyelenggaraan Ilahi.
• "Kami yakin, bahwa manusia dibenarkan karena iman, dan bukan karena ia melakukan hukum Taurat"(Rm 3:28), demikian kesaksian iman Paulus kepada umat di Roma, kepada kita semua umat beriman. Dibenarkan berarti diselamatkan atau dibahagiakan atau disejahterakan. Kita akan selamat, bahagia dan damai sejahtera jika kita sungguh beriman, mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan melalui cara hidup dan cara bertindak setiap hari. Memang dalam hidup sehari-hari kita juga terikat oleh aneka tatanan dan aturan hidup bersama, maka hendaknya dalam iman aneka aturan dan tatanan hidup bersama tersebut kita laksanakan atau hayati, sebagaimana juga dihayati oleh Paulus, "adakah kami membatalkan hukum Taurat karena iman? Sama sekali tidak! Sebaliknya, kami meneguhkannya"(Rm 3:31). Apa yang kami ingatkan ini kiranya juga tertulis dalam akta yayasan atau badan hukum publik gerejani, antara lain berbunyi "dalam terang iman kita hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara". Maka dengan ini kami berharap pada kita semua yang berpartisipasi dalam aneka kegiatan kemasyarakatan untuk menjadi saksi atau teladan dalam pengahayatan aneka tatanan dan aturan hidup bersama, misalnya yang kelihatan adalah aturan berlalu lintas. Korban kecelakaan lalu lintas cukup banyak, dan hal itu terjadi karena orang tidak mentaati atau melaksanakan aturan berlalu-lintas atau berkendaraan. Tertib berlalu-lintas di jalanan hemat saya merupakan cermin bangsa yang berbudaya dan dewasa. Kita juga perlu memperhatikan kesehatan dan kebugaran diri kita masing-masing, maka baiklah kita taati dan laksanakan aneka macam aturan hidup sehat dan bugar, entah dalam hal makanan dan minuman, olahraga, istirahat dst..

"Dari jurang yang dalam aku berseru kepada-Mu, ya TUHAN! Tuhan, dengarkanlah suaraku! Biarlah telinga-Mu menaruh perhatian kepada suara permohonanku. Jika Engkau, ya TUHAN, mengingat-ingat kesalahan-kesalahan , Tuhan, siapakah yang dapat tahan? Tetapi pada-Mu ada pengampunan, supaya Engkau ditakuti orang." (Mzm 130:1-4)

Jakarta, 15 Oktober 2009


Selasa, 13 Oktober 2009

“Kamu meletakkan beban yang tak terpikul pada orang tetapi kamu sendiri tidak menyentuh beban itu dengan satu jari pun”

"Kamu meletakkan beban yang tak terpikul pada orang tetapi kamu sendiri tidak menyentuh beban itu dengan satu jari pun"

(Rm 2:1-11; Luk 11:42-46)

 

"Tetapi celakalah kamu, hai orang-orang Farisi, sebab kamu membayar persepuluhan dari selasih, inggu dan segala jenis sayuran, tetapi kamu mengabaikan keadilan dan kasih Allah. Yang satu harus dilakukan dan yang lain jangan diabaikan. Celakalah kamu, hai orang-orang Farisi, sebab kamu suka duduk di tempat terdepan di rumah ibadat dan suka menerima penghormatan di pasar. Celakalah kamu, sebab kamu sama seperti kubur yang tidak memakai tanda; orang-orang yang berjalan di atasnya, tidak mengetahuinya." Seorang dari antara ahli-ahli Taurat itu menjawab dan berkata kepada-Nya: "Guru, dengan berkata demikian, Engkau menghina kami juga." Tetapi Ia menjawab: "Celakalah kamu juga, hai ahli-ahli Taurat, sebab kamu meletakkan beban-beban yang tak terpikul pada orang, tetapi kamu sendiri tidak menyentuh beban itu dengan satu jari pun"(Luk 11:42-46), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   "Mandor" atau pemimpin para buruh pada umumnya lebih banyak berkata dan memberi perintah atau beban daripada bekerja atau melakukan apa yang ia bebankan atau perintahkan kepada orang lain. Memang ada perbedaan antara 'mandor' yang berpengalaman sebagai pekerja atau buruh dan 'mandor' yang didrop dari sekolah alias karena ijasah dan belum berpengalaman sebagai pekerja/buruh. Hal yang senada juga dapat dilakukan oleh pemimpin lain di tingkat atau jenis kehidupan bersama apapun, misalnya keluarga atau organisasi kemasyarakatan. Dengan kata lain masih cukup banyak pemimpin yang bersikap mental Farisi, meletakkan beban-beban pada orang lain dan mereka sendiri tidak menyentuh beban tersebut. Marilah kita jauhkan dan berantas sikap mental Farisi, dan rasanya harus dimulai oleh mereka yang berpengaruh dalam hidup dan kerja bersama (pemimpin, ketua, direktur, kepala bagian, orangtua dst.). Maka merefleksikan dialog Yesus dengan orang Farisi, sebagaimana saya kutipkan di atas, kami ajak kita semua untuk meninggalkan sikap mental Farisi dalam cara hidup dan cara bertindak kita dimanapun dan kapanpun. Hendaknya kita meneladan Yesus "yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia"(Fil 2:6-7), dan hal ini, sekali lagi kami ingatkan, hendaknya terjadi di dalam keluarga, basis hidup bersama, dengan teladan orangtua atau bapak-ibu. Sebagai contoh konkret, misalnya dalam hal kebersihan kamar-kamar dan halaman rumah-> baiklah orangtua memberi teladan dalam menyapu, mengepel, menyiram dan merawat tanaman, dst.. bagi anak-anaknya.

·   "Hai manusia, siapa pun juga engkau, yang menghakimi orang lain, engkau sendiri tidak bebas dari salah. Sebab, dalam menghakimi orang lain, engkau menghakimi dirimu sendiri, karena engkau yang menghakimi orang lain, melakukan hal-hal yang sama."(Rm 2:1). Menghakimi orang lain berarti melecehkan atau merendahkan orang lain, antara dengan mencari dan membesar-besarkan  kesalahan orang lain. Sebagai orang beriman kita dipanggil untuk tidak saling menghakimi, melecehkan atau merendahkan, melainkan saling menghormati dan mengasihi serta mengabdi/melayani alias saling membahagiakan atau mensejahterakan.  Rasanya hal ini pertama-tama dan terutama perlu dihayati oleh mereka yang merasa atau dipandang berada 'di atas atau berpengaruh' dalam hidup dan kerja bersama: hendaknya tidak dengan mudah mencari kelemahan dan kekurangan orang lain apalagi memberitakan atau menyebarluaskannya. Hendaknya lebih melihat kelebihan dan kekuatan orang lain dan kemudian menghormati dan menghargainya, memujinya. Sekiranya melihat kesalahan atau kekurangan orang lain hendaknya dibetulkan dalam dan dengan cintakasih, sehingga yang bersangkutan tidak merasa dilecehkan atau direndahkan, sebaliknya siapapun yang diperingatkan atau dibetulkan kesalahan dan kekurangannya, hendaknya menanggapinya dalam kasih juga, antara mengucapkan 'terima kasih' Segala macam bentuk sapaan, tegoran, kritikan, saran, dst dari orang lain hendaknya dihayati sebagai wujud perhatian dan kasih serta ditanggapi dengan 'berterima kasih'.  Sekali lagi jauhkan sikap saling menghakimi atau melecehkan dan merendahkan, marilah kita perkuat dan teguhkan sikap saling menghormati dan menghargai.

 

"Hanya dekat Allah saja aku tenang, dari pada-Nyalah keselamatanku.Hanya Dialah gunung batuku dan keselamatanku, kota bentengku, aku tidak akan goyah. Hanya pada Allah saja kiranya aku tenang, sebab dari pada-Nyalah harapanku.Hanya Dialah gunung batuku dan keselamatanku, kota bentengku, aku tidak akan goyah" (Mzm 62:2-3.6-7).

             

Jakarta, 14 Oktober 2009


“Kamu membersihkan bagian luar dari cawan dan pinggan”

"Kamu membersihkan bagian luar dari cawan dan pinggan"

(Rm 1:16-25; Luk 11:37-410

 

"Ketika Yesus selesai mengajar, seorang Farisi mengundang Dia untuk makan di rumahnya. Maka masuklah Ia ke rumah itu, lalu duduk makan. Orang Farisi itu melihat hal itu dan ia heran, karena Yesus tidak mencuci tangan-Nya sebelum makan. Tetapi Tuhan berkata kepadanya: "Kamu orang-orang Farisi, kamu membersihkan bagian luar dari cawan dan pinggan, tetapi bagian dalammu penuh rampasan dan kejahatan. Hai orang-orang bodoh, bukankah Dia yang menjadikan bagian luar, Dia juga yang menjadikan bagian dalam? Akan tetapi, berikanlah isinya sebagai sedekah dan sesungguhnya semuanya akan menjadi bersih bagimu" (Luk 11:37-41), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Para pencopet pada umumnya berpakaian rapi dan nampak sebagai orang yang baik-baik saja. Cara berpakaian rapi merupakan strategi agar usaha kejahatanya sukses. Cara menghadirkan diri macam itu sering juga terjadi dalam kebanyakan orang, yaitu bagian luar nampak bersih, indah, rapi dan mempesona, tetapi bagian dalam alias hatinya busuk atau jahat. Nampak cantik atau tampan sebenarnya yang bersangkutan bejar moralnya. Itulah sikap mental Farisi, yang masih dihayati oleh cukup banyak orang. Sabda hari ini mengajak dan mengingatkan kita sebagai orang beriman untuk lebih menekankan kebersihan bagian dalam, yaitu hati, daripada bagian luar atau penampilan diri yang bersifat sandiwara. Dari hati yang bersih, suci dan murni akan lahir penampilan diri sejati yang mempesona dan menarik hati. Jauhkan gaya atau cara hidup sandiwara, yang pada umumnya hanya membahagiakan sesaat dan sesudahnya sengsara atau menderita cukup lama. Kita dipanggil untuk dengan jujur menyampaikan isi hati kita masing-masing kepada saudara-saudari kita terutama mereka yang setiap hari hidup dan bekerja sama dengan kita. Secara khusus kepada rekan muda-mudi yang sedang berpacaran, yang pada umumnya lebih dijiwai kepura-puraan atau sandiwara, untuk terus menerus membersihkan diri dari kepura-puraan atau sandiwara kehidupan. Maklum pada umumnya ketika masih dalam pacaran atau tunangan nampak mesra, namun ketika sudah menjadi suami-isteri kemesraan tersebut mengalami erosi dan akhirnya tinggal kenangan. Hal yang senada kami ingatkan semua saja yang masih berada dalam masa persiapan (calon imam,  bruder, suster, pegawai dst..) hendaknya selama masa persiapan tersebut hidup dan bertindak jujur atau berhati tulus. "Berikanlah isinya sebagai sedekah dan sesungguhnya semuanya akan menjadi bersih bagimu", demikian sabda Yesus. " Berikanlah isi hati anda kepada yang anda kasihi, maka anda akan mampu mengasihi semuanya atau siapa saja".

·   " Mereka menggantikan kemuliaan Allah yang tidak fana dengan gambaran yang mirip dengan manusia yang fana, burung-burung, binatang-binatang yang berkaki empat atau binatang-binatang yang menjalar. Karena itu Allah menyerahkan mereka kepada keinginan hati mereka akan kecemaran, sehingga mereka saling mencemarkan tubuh mereka" (Rm 1:23-24), demikian kata Paulus kepada umat di Roma. Mungkin kita juga termasuk 'mereka yang menggantikan kemuliaan Allah dengan gambaran yang mirip dengan manusia yang fana, burung-burung, binatang-binatang', dengan kata lain berbakti pada berhala-berhala. Memang sungguh merupakan kenyataan bahwa ada orang lebih mengutamakan burung dan binatang atau binatang daripada manusia, lebih mementingkan pesta pora daripada beribadat atau berdoa atau saling mencemarkan tubuh. Orang lebih memboroskan waktu dan tenaga bagi burung, binatang, tanaman kesayangannya daripada pasangan hidupnya atau anak-anaknya. Orang begitu royal atau murah hati dalam membelanjakan uangnya untuk membeli aneka macam hiasan atau assesori, tetapi begtu pelit dalam membeayai pendidikan anak-anaknya. Kita semua dipanggil untuk tidak menggantikan kemuliaan Allah, tetapi setia menghayati kemuliaan Allah. Menghayati kemuliaan Allah antara lain berarti senantiasa berusaha menemukan dan menjumpai Allah yang hidup dan berkarya dalam ciptaan-ciptaanNya, terutama dalam diri sesama manusia, yang diciptakan sebagai gambar atau citra Allah. Dengan kata lain kita dipanggil untuk saling memuliakan dan menghormati  sesama manusia, serta menempatkan ciptaan-ciptaan lainnya sebagai pendukung untuk saling memuliakan dan menghormati. Segala sesuatu yang mengganggu untuk saling memuliakan dan menghormati hendaknya dibuang atau disingkirkan.

 

"Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya; hari meneruskan berita itu kepada hari, dan malam menyampaikan pengetahuan itu kepada malam. Tidak ada berita dan tidak ada kata, suara mereka tidak terdengar; tetapi gema mereka terpencar ke seluruh dunia, dan perkataan mereka sampai ke ujung bumi. Ia memasang kemah di langit untuk matahari " (Mzm 19:2-5)

 

Jakarta, 13 Oktober 2009


"Angkatan ini adalah angkatan yang jahat"


"Angkatan ini adalah angkatan yang jahat"
(Rm 1:1-7; Luk 11:29-32)

"Ketika orang banyak mengerumuni-Nya, berkatalah Yesus: "Angkatan ini adalah angkatan yang jahat. Mereka menghendaki suatu tanda, tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda nabi Yunus. Sebab seperti Yunus menjadi tanda untuk orang-orang Niniwe, demikian pulalah Anak Manusia akan menjadi tanda untuk angkatan ini. Pada waktu penghakiman, ratu dari Selatan itu akan bangkit bersama orang dari angkatan ini dan ia akan menghukum mereka. Sebab ratu ini datang dari ujung bumi untuk mendengarkan hikmat Salomo, dan sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Salomo! Pada waktu penghakiman, orang-orang Niniwe akan bangkit bersama angkatan ini dan mereka akan menghukumnya. Sebab orang-orang Niniwe itu bertobat waktu mereka mendengarkan pemberitaan Yunus, dan sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Yunus!"(Luk 11:29-32), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
•    "Tanda-tanda zaman", begitulah judul bulanan dalam majalah Basis, yang ditulis oleh Pater Dick Hartoko SJ alm., ketika ia mengelola majalah bulanan tersebut. Dalam tulisan tersebut kurang lebih direfleksikan aneka macam peristiwa yang telah terjadi serta disimpulkan pelajaran tertentu dari berbagai peristiwa tersebut.  Memang dalam berbagai peristiwa ada tanda-tanda tertentu yang dapat menjadi pelajaran atau peringatan bagi kita, maka marilah kita belajar membaca tanda-tanda zaman, meningkatkan dan memperdalam kepekaan membaca tanda-tanda zaman. Salah satu cara adalah pemeriksaan batin atau mawas diri setiap hari (ingat: pemeriksaan batin merupakan bagian dari doa malam, doa harian!). Dalam pemeriksaan batin kita dididik untuk lebih mengenal dan memahami apa yang baik dan buruk, apa yang sebaiknya kita lakukan dan apa yang harus kita tinggalkan. Pemeriksaan batin merupakan doa, maka kita mawas diri bersama Tuhan, dalam terang rahmat Tuhan, sehingga kita mampu melihat lebih tajam apa yang telah dan sedang kita alami, dan tentu saja pertama-tama melihat dan kemudian mengimani karya Tuhan dalam diri kita yang lemah dan rapuh serta dalam seluruh ciptaan lainnnya di dunia ini. Ketika kita melihat karya Tuhan  yang maha segalanya, maka mau tidak mau kita akan dipengaruhi alias diperbaharui atau bertobat. Kebiasaan pemeriksaan batin atau mawas diri setiap hari dapat dikembangkan dalam kegiatan evaluasi bersama, entah di dalam keluarga, tempat kerja maupun masyarakat. Dalam evaluasi bersama pada umumnya perlu disertai dengan penelitian-penelitian, maka dengan ini kami berharap pada aneka usaha dan pemerintah untuk memberi perhatian perihal penelitian. Evaluasi berdasarkan buah-buah penelitian akan lebih berarti dan bermakna.
•    "Dengan perantaraan-Nya kami menerima kasih karunia dan jabatan rasul untuk menuntun semua bangsa, supaya mereka percaya dan taat kepada nama-Nya. Kamu juga termasuk di antara mereka, kamu yang telah dipanggil menjadi milik Kristus"(Rm 1:5-6), demikian sapaan Paulus kepada umat di Roma, kepada kita semua yang beriman kepada Yesus Kristus.  Kita, karena dan dalam pembaptisan, telah menjadi milik Kristus, dan dengan demikian juga dipanggil `untuk menuntun semua bangsa supaya mereka percaya dan taat kepada Tuhan'. Taat dan percaya kepada Tuhan pada masa kini hemat saya mengalami erosi, antara lain digerogoti atau diperlemah oleh aneka produk teknologi, misalnya HP (hand-phone). HP memang sarana fungsional serta efisien dalam hal komunikasi atau berrelasi, namun tanpa sadar ada sementara orang, kalau tidak boleh kita semua para pemilik dan pengguna HP, yang mabuk HP. Misalnya setiap jam menilpon saudaranya, isteri atau suaminya, anaknya yang sedang dalam perjalanan atau setiap hari menipon suami atau isterinya yang sedang tugas dinas luar kota cukup lama atau sedang mengkuti seminar, dst.. Hemat saya apa yang memotivasi untuk menilpon tersebut adalah kecurigaan atau kekurang-percayaan: jangan-jangan pasangannya atau anaknya menyeleweng/selingkuh.  Jika orang mudah curiga dan kurang percaya kepada saudara-saudarinya, hemat saya yang bersangkutan juga sulit untuk percaya kepada Tuhan, percaya pada Penyelenggaraan Ilahi. Jika kita sungguh percaya kepada Tuhan, maka kita juga percaya bahwa Tuhan senantiasa melindungi den merahmati saudara-saudari kita yang berada jauh dari kita atau sedang tidak bersama kita. Dengan kata lain hendaknya ketika dalam `perpisahan' tersebut orang lebih menunjukkan diri sebagai milik Tuhan alias lebih banyak berdoa, mendoakan saudara-saudarinya daripada mengganggu dengan HP.

"Nyanyikanlah nyanyian baru bagi TUHAN, sebab Ia telah melakukan perbuatan-perbuatan yang ajaib; keselamatan telah dikerjakan kepada-Nya oleh tangan kanan-Nya, oleh lengan-Nya yang kudus. TUHAN telah memperkenalkan keselamatan yang dari pada-Nya, telah menyatakan keadilan-Nya di depan mata bangsa-bangsa. Ia mengingat kasih setia dan kesetiaan-Nya terhadap kaum Israel, segala ujung bumi telah melihat keselamatan yang dari pada Allah kita. Bersorak-soraklah bagi TUHAN, hai seluruh bumi, bergembiralah, bersorak-sorailah dan bermazmurlah!" (Mzm 98:1-4)

Jakarta, 12 Oktober 2009