Fans Page Facebook http://imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Jumat, 16 Oktober 2009

17 Okt 2009 - "Barangsiapa menghujat Roh Kudus ia tidak akan diampuni"

(Rm 4:13.16-18; Luk 12:8-12)


"Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Anak Manusia juga akan mengakui dia di depan malaikat-malaikat Allah. Tetapi barangsiapa menyangkal Aku di depan manusia, ia akan disangkal di depan malaikat-malaikat Allah. Setiap orang yang mengatakan sesuatu melawan Anak Manusia, ia akan diampuni; tetapi barangsiapa menghujat Roh Kudus, ia tidak akan diampuni. Apabila orang menghadapkan kamu kepada majelis-majelis atau kepada pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa, janganlah kamu kuatir bagaimana dan apa yang harus kamu katakan untuk membela dirimu. Sebab pada saat itu juga Roh Kudus akan mengajar kamu apa yang harus kamu katakan."(Luk 12:8-12), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.



Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St.Ignasius dari Antiokhia hari ini, Uskup dan martir, saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:


Ada sementara orang yang takut terhadap para pejabat pemerintah atau penguasa dunia, apalagi ketika dipanggil secara khusus untuk menghadap mereka. Jika kita hidup dalam dan oleh Roh Kudus alias mengahayati buah-buah Roh Kudus seperti "kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri" (Gal 5:22-23), hendaknya tidak takut kepada siapapun, termasuk para tokoh atau penguasa hidup bersama di dunia ini. Hidup dan bertindaklah sesuai dengan keutamaan-keutamaan sebagai buah Roh tersebut, maka "Roh Kudus akan mengajar kamu apa yang harus kamu katakan". Dengan kata lain jika kita tidak menghujat Roh Kudus, tetapi hidup dalam dan oleh Roh Kudus, kita tidak ada masalah perihal apa yang harus kita katakan ketika diwawancarai oleh siapapun dan dimanapun. Keutamaan-keutamaan sebagai buah Roh Kudus tersebut tidak hanya dapat kita wujudkan dengan kata-kata, melainkan yang terutama dan pertama-tama adalah kita wujudkan dalam tindakan atau perilaku atau dapat kita wujudkan dengan bahasa tubuh, gerak-gerik tubuh kita, misalnya senyum, peragaan melalui tangan, sentuhan, belaian, ciuman, dst.. Banyak orang ketika menghadapi rekan bicaranya penuh senyuman, pada umumnya pembicaraan akan lebih menarik, mengesan dan mempesona serta mempererat atau memperteguh persaudaraan atau persahabatan sejati. Marilah kita tidak takut dan gentar mengakui dan menghayati iman kita dalam hidup sehari-hari, meskipun harus menghadapi aneka tantangan, hambatan dan ancaman. Semakin kita setia pada iman kita yang menjadi nyata dalam cara hidup dan cara bertindak, maka iman kita semakin teguh dan handal, tak tergoyahkan oleh aneka macam rayuan duniawi, yang menyesatkan.


• "Sebab sekalipun tidak ada dasar untuk berharap, namun Abraham berharap juga dan percaya, bahwa ia akan menjadi bapa banyak bangsa, menurut yang telah difirmankan: "Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu."(Rm 4:18), demikian kesaksian atau pesan Paulus kepada umat di Roma, kepada kita semua umat beriman. Bapa Abraham adalah bapa dan teladan umat beriman, "sekalipun tidak ada dasar untuk berharap, namun Abraham berharap juga dan percaya". Berharap tanpa dasar atau alasan yang jelas serta logis pada masa kini rasanya sulit dihayati. Apa yang akan terjadi dalam diri kita, sebagai orang beriman, hendaknya tergantung 100%(seratus persen) dari upaya dan usaha kita serta 100% (seratus persen) dari Tuhan, dengan kata lain kita berusaha dengan segenap jiwa, hati, pikiran dan tenaga serta menggantungkan diri pada Penyelenggaraan Ilahi. Secara khusus jika ada perintah dari Tuhan melaui atasan atau pembesar kita untuk melakukan sesuatu, hendaknya dengan bergairah dan bersemangat melaksanakannya, meskipun secara logis kita belum atau tidak melihat alasan-alasannya. Kita imani bahwa atasan atau pembesar kita telah membicarakan dengan berbagai pihak terkait serta mendoakannya, sebelum memberi perintah kepada kita. Kita imani bahwa atasan atau pembesar akan membimbing dan menemani perjalanan kita dalam melaksanakan perintah-perintahnya. Meneladan bapa Abraham, marilah kita tidak menggantungkan diri pada aneka macam bekal harta benda, uang atau pengalaman, melainkan menggantungkan diri yang seutuhnya mempersembahkan kepada Penyelenggaraan Ilahi atau kehendak Tuhan. Tuhan akan mendahului dan menunjukkan jalan yang harus kita tempuh, melalui orang-orang beriman yang baik hati dan murah hati dimanapun dan kapanpun.


"Hai anak cucu Abraham, hamba-Nya, hai anak-anak Yakub, orang-orang pilihan-Nya! Dialah TUHAN, Allah kita, di seluruh bumi berlaku penghukuman-Nya. Ia ingat untuk selama-lamanya akan perjanjian-Nya, firman yang diperintahkan-Nya kepada seribu angkatan, yang diikat-Nya dengan Abraham" (Mzm 105:6-9a)



Jakarta, 17 Oktober 2009


0 komentar: