Fans Page Facebook http://imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Rabu, 13 Februari 2013

15feb


"Mengapa kami dan orang Farisi berpuasa tetapi muridMu tidak?"

(Yes 58:1-9a; Mat 9:14-15)

" Kemudian datanglah murid-murid Yohanes kepada Yesus dan berkata: "Mengapa kami dan orang Farisi berpuasa, tetapi murid-murid-Mu tidak?" Jawab Yesus kepada mereka: "Dapatkah sahabat-sahabat mempelai laki-laki berdukacita selama mempelai itu bersama mereka? Tetapi waktunya akan datang mempelai itu diambil dari mereka dan pada waktu itulah mereka akan berpuasa" (Mat 9:14-15), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Kita semua kiranya sedikit banyak masih bersikap mental orang FARISI, yaitu melaksanakan pekerjaan atau menghayati panggilan ketika dilihat orang serta memperoleh pujian meriah dari orang lain dan ketika sendirian hidup dan bertindak seenaknya sendiri, hanya mengikuti keinginan atau selera pribadi. Maka kiranya kita masih perlu berpuasa atau matiraga sebagaimana dilakukan oleh orang-orang Farisi maupun para pengikutnya. Tujuan atau sasaran matiraga atau lakutapa tidak lain adalah agar kita senantiasa lebih dekat hidup bersatu dan bersama denganTuhan alias semakin beriman, semakin membaktikan diri sepenuhnya kepada Tuhan. Ketika kita sungguh hidup bersama dan bersatu dengan Tuhan kiranya kita tidak perlu berpuasa atau bermatiraga lagi, karena dalam cara hidup dan cara bertindak senantiasa sesuai dengan kehendak dan perintah Tuhan. Hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak dan perintah Tuhan berarti memiliki cara melihat, cara berpikir, cara merasakan, cara menyikapi dan cara melakukan segala sesuatu dalam Tuhan, bukan dengan cara sendiri atau seenaknya sendiri. Cukup banyak generasi muda masa kini terlalu bersikap dan bertindak mengikuti selera pribadi atau keinginan sendiri alias senantiasa bersikap subyektif dan egois. Hal ini hemat saya karena orangtua atau generasi pendahulu/tua tidak atau kurang mendidik dan membina generasi muda dengan benar. Cukup banyak generasi muda yang bersikap negatif terhadap aneka tata tertib dan aturan dengan alasan demi kebebasan atau hak azasi. Jika orang merasakan bahwa tata tertib atau aturan menjadi beban, maka orang yang bersangkutan perlu dilatih untuk bermatiraga.

·   "Berpuasa yang Kukehendaki, ialah supaya engkau membuka belenggu-belenggu kelaliman, dan melepaskan tali-tali kuk, supaya engkau memerdekakan orang yang teraniaya dan mematahkan setiap kuk, supaya engkau memecah-mecah rotimu bagi orang yang lapar dan membawa ke rumahmu orang miskin yang tak punya rumah, dan apabila engkau melihat orang telanjang, supaya engkau memberi dia pakaian dan tidak menyembunyikan diri terhadap saudaramu sendiri" (Yes 58:6-7). Kita diharapkan dalam berpuasa atau bermatiraga tidak hanya bersifat pribadi atau formalitas belaka, melainkan hendaknya menjadi nyata dalam perbuatan atau tindakan yang baik bagi orang lain, misalnya "memerdekakan orang yang teraniaya, memecah-mecahkan roti bagi orang yang lapar, memberi tumpangan bagi yang tidak punya rumah, memberi pakaian kepada mereka yang telanjang, dst..". Penindasan orang dengan cara memperlakukan orang seperti barang atau mesin kiranya  masih marak dalam kehidupan bersama kita, dimana para buruh atau pekerja diberi imbalan yang tak wajar. Maka dengan ini kami berseru kepada para pemberi kerja untuk memberi imbal jasa atau gaji yang memadai bagi para buruh atau pekerjanya, sehingga mereka dapat hidup layak sebagai manusia. Kita semua diharapkan suka berbagi lebih-lebih terhadap mereka yang kelaparan atau kehausan, maka dari pihak diri kita sendiri hendaknya menjauhi hidup berfoya-foya, dan selanjutnya membagikan sebagian makanan dan minuman kepada mereka yang lapar dan haus. Dalam hal memberi tumpangan, mungkin pada masa kini yang cukup mendesak adalah bagi mereka yang belum memiliki rumah atau tempat tinggal, padahal mereka sudah bekerja keras. Maka kami berharap kepada pemberi kerja untuk dengan suka hati memberi pinjaman dengan suku bunga lunak atau rendah bagi para pekerjanya yang ingin membeli atau memiliki rumah. Selama masa Prapasakah kita semua diharapkan untuk memperdalam dan memperkembangkan kepekaan sosial kita serta memberantas aneka bentuk egois . Hendaknya anak-anak sedini mungkin di dalam keluarga dididik dan dibina dalam hal kepekaan kepada orang lain.

"Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu, hapuskanlah pelanggaranku menurut rahmat-Mu yang besar! Bersihkanlah aku seluruhnya dari kesalahanku, dan tahirkanlah aku dari dosaku! Sebab aku sendiri sadar akan pelanggaranku, aku senantiasa bergumul dengan dosaku" (Mzm 51:3-5)

Ign 15 Februari 2013

 


14Feb


"Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi ia membinasakan atau merugikan dirinya sendiri"

(Ul 30:15-20; Luk 9:22-25)

"Yesus berkata: "Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga." Kata-Nya kepada mereka semua: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku. Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan menyelamatkannya. Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia membinasakan atau merugikan dirinya sendiri" (Luk 9:22-25), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Sikap mental materialistis melanda atau menjiwai hampir semua orang, termasuk kaum berjubah (imam, bruder maupun suster). Maka juga tidak mengherankan bahwa mereka yang telah kaya akan harta benda atau uang semakin kaya, dan mereka yang miskin semakin miskin. Ada orang yang berpedoman pada motto: mengumpulkan dan menabung harta benda atau uang untuk tujuh turunan. "Barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiap kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan menyelamatkannya. Apa gunanya seseorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia membinasakan atau merugikan dirinya sendiri",demikian sabda Yesus yang hendaknya menjadi refleksi atau permenungan kita. Nyawa adalah semangat atau gairah hidup, dan kita diharapkan memiliki semangat atau gairah hidup untuk menyelamatkan jiwa kita sendiri maupun jiwa orang lain. Segala macam atau bentuk harta benda maupun uang hendaknya difungsikan demi keselamatan jiwa kita sendiri maupun orang lain yang kita layani atau hidup bersama dengan kita. Secara khusus kami berharap kepada siapapun yang berpengaruh dalam hidup bersama untuk dapat menjadi teladan atau inspirator bagi orang lain dalam hidup sederhana serta hidup yang senantiasa mengusahakan keselamatan jiwa manusia. Kami berharap juga kepada rekan-rekan pastor/imam dapat menjadi teladan dalam hidup sederhana, meneladan Yesus, Guru dan Tuhan kita. Selain itu kami berharap kepada kita semua untuk memperhatikan mereka yang miskin dan berkekurangan, dan kita rela memberi dari kekurangan dan kelemahan kita.

·   "Ingatlah, aku menghadapkan kepadamu pada hari ini kehidupan dan keberuntungan, kematian dan kecelakaan, karena pada hari ini aku memerintahkan kepadamu untuk mengasihi TUHAN, Allahmu, dengan hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya dan berpegang pada perintah, ketetapan dan peraturan-Nya, supaya engkau hidup dan bertambah banyak dan diberkati oleh TUHAN, Allahmu, di negeri ke mana engkau masuk untuk mendudukinya. Tetapi jika hatimu berpaling dan engkau tidak mau mendengar, bahkan engkau mau disesatkan untuk sujud menyembah kepada allah lain dan beribadah kepadanya, maka aku memberitahukan kepadamu pada hari ini, bahwa pastilah kamu akan binasa; tidak akan lanjut umurmu di tanah, ke mana engkau pergi, menyeberangi sungai Yordan untuk mendudukinya." (Ul 30:15-18). Kiranya kita semua mendambakan kehidupan dan keberuntungan, buka kematian dan kecelakaan, maka marilah kita bersama-sama mengusahakan kehidupan dan keberuntung-an. Yang dimaksudkan keberuntungan pertama-tama dan terutama adalah keselamatan jiwa, bukan harta benda atau uang, sebagaimana didambakan banyak orang. Orang yang hanya mencari untung dalam hal harta benda atau uang kelak kemudian akan menderita dan celaka. Pengalaman menunjukkan, misalnya ketika Jakarta dilanda banjir bandang, sehingga semua harta kekayaan dan uang hanyut, maka cukup banyak orang masuk rumah sakit jiwa alias menjadi gila, karena mereka memang gila akan harta benda atau uang, sehingga ketika tiada harta atau uang tinggal gila-nya. Orang yang bersikap mental materialistis atau gila akan harta maupun uang pada umumnya juga senantiasa merasa terancam terus-menerus: bagi yang tak memiliki harta atau uang yang memadai merasa terancam masa depan, sedangkan bagi yang kaya akan harta atau uang merasa terancam akan kehilangan harta atau uangnya. Kita semua juga diharapkan untuk lebih mengasihi Allah daripada ciptaan-ciptaanNya maupun harta benda atau uang.

"Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh,tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam.Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil. Bukan demikian orang fasik: mereka seperti sekam yang ditiupkan angin."

 (Mzm 1:1-4)

Ign 14 Februari 2013

  


Selasa, 12 Februari 2013

Rabu Abu - Pantang & Puasa


Rabu Abu: Yl 2:2-18; 2Kor 5:20-6:2; Mat 6:1-6.16-18

"Hendaklah sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi, maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu."

Mulai hari ini kita memasuki Masa Prapaskah, Masa Puasa atau Masa Retret Agung Umat dalam rangka mempersiapkan diri puncak iman kristiani, yaitu Hari Raya Trihari Suci, Wafat dan Kebangkitan Yesus, Penyelamat Dunia. Selama masa ini kita diajak untuk menerungkan tema "Makin Beriman, Makin Bersaudara, Makin Berbelarasa". Dengan kata lain sebagai umat beriman kita diajak dan dipanggil untuk hidup dalam persaudaraan sejati dan secara khusus memperhatikan mereka yang miskin dan berkekurangan dalam lingkungan hidup dan kerja kita masing-masing. Selama masa Puasa kita juga diajak mawas diri perihal keutamaan "matiraga", yang secara harafiah berarti mematikan kebutuhan raga atau anggota tubuh, yang dapat diartikan mengendalikan derap langkah atau gerak raga atau anggota tubuh kita sedemikian rupa sehingga sesuai dengan kehendak Allah. Kegiatan mawas diri ini kiranya dapat dilakukan secara pribadi atau bersama-sama (dalam keluarga, tempat kerja atau lingkungan umat). Hemat saya di masing-masing keuskupan pada umumnya juga menerbitkan panduan pendalaman iman selama Masa Puasa atau Masa Prapaskah, maka baiklah panduan kita gunakan dan kita berpartisipasi dalam pendalaman iman bersama.

"Ingatlah, jangan kamu melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat mereka, karena jika demikian, kamu tidak beroleh upah dari Bapamu yang di sorga. Jadi apabila engkau memberi sedekah, janganlah engkau mencanangkan hal itu, seperti yang dilakukan orang munafik di rumah-rumah ibadat dan di lorong-lorong, supaya mereka dipuji orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. Tetapi jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu.Hendaklah sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi, maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu."(Mat 6:1-4)

Kutipan sabda di atas ini mengajak dan mengingatkan kita semua agar dalam berbuat kepada orang lain tidak perlu berkoar-koar agar diketahui banyak orang dan dengan demikian menerima pujian dan sanjungan yang melimpah ruah, melainkan secara diam-diam saja. "Bapamu (Allah) yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu", demikian sabda Yesus. Demikian juga dalam rangka melakukan matiraga, lakutapa atau berpuasa hendaknya juga diam-diam saja.

Matiraga atau lakutapa masa kini sungguh mengalami kemerosotan atau erosi, mengingat semangat hedonis dan materialistis begitu menjiwai banyak orang, demikian juga budaya instant, terutama di kalangan generasi muda atau remaja. Bagi generasi muda atau remaja rasanya hal itu bukan karena kesalahan mereka, namun karena orangtua mereka yang tidak tahu bagaimana mendidik dan mendampingi anak-anaknya dalam menghadapi perubahan dan perkembangan zaman. Sebagai contoh HP (hand phone), yang menurut data statistik di Indonesia pada tahun 2010 ada sekitar 180 juta pemakai HP. Menurut pengamatan saya HP tanpa sadar membentuk pribadi pemakainya memiliki semangat instant atau apa yang diinginkan harus segera dilayani, dengan kata lain hilang keutamaan kesabaran berproses maupun  pengalaman 'kegagalan atau keterbatasan'.

Sabda hari ini  mengingatkan dan mengajak kita semua, umat beriman, untuk memberi sedekah, dan tentu saja perlu dijiwai pengorbanan diri atau matiraga atau lakutapa.  Selama masa Prapaskah kiranya juga diselenggarakan kegiatan Aksi Puasa Pembangunan, entah itu berupa kegiakan fisik dengan bergotong-royong guna memperbaiki sarana-prasarana masyarakat yang rusak, menyisihkan sebagai harta benda atau uang untuk kemudian disalurkan bagi mereka yang miskin dan berkekurangan, pendalaman iman dst.. Kami harapkan anda semua berpartisipasi dalam aneka kegiatan tersebut, dan tentu saja jangan melupakan anak-anak dan generasi muda untuk berpartisipasi di dalamnya, karena kegiatan ini juga mengandung pendidikan atau pembinaan matiraga atau lakutapa. Didiklah dan binalah anak-anak dan generasi muda dalam hal matiraga atau lakutapa, "to be man/woman with/for others". Kepekaan sosial, saling membantu sama lain hendaknya dibiasakan atau dididikkan pada anak-anak dan generasi muda, terutama membantu mereka yang miskin dan berkekurangan.

"Tetapi sekarang juga," demikianlah firman TUHAN, "berbaliklah kepada-Ku dengan segenap hatimu, dengan berpuasa, dengan menangis dan dengan mengaduh." Koyakkanlah hatimu dan jangan pakaianmu, berbaliklah kepada TUHAN, Allahmu, sebab Ia pengasih dan penyayang, panjang sabar dan berlimpah kasih setia, dan Ia menyesal karena hukuman-Nya. Siapa tahu, mungkin Ia mau berbalik dan menyesal, dan ditinggalkan-Nya berkat, menjadi korban sajian dan korban curahan bagi TUHAN, Allahmu" (Yl 2:12-14)

Selama masa Prapaskah kita diharapkan mawas diri, terutama atau lebih-lebih apa yang ada di dalam hati kita. Kiranya yang mengetahui isi hati saya adalah saya sendiri, sedangkan orang lain hanya menduga-duga saja. "Koyakkanlah hatimu dan jangan pakaianmu, berbaliklah kepada Tuhan", demikian peringatan bagi kita semua. Memang apa yang ada dalam hati kita, yang kemudian muncul dalam pikiran, yang menentukan cara hidup dan cara bertindak kita, maka bukalah, koyakkan hati anda, agar anda sendiri juga mengetahui dengan benar dan tepat apa yang ada di dalam hati anda.

Di dalam doa malam, doa harian, ada 'pemeriksaan batin/hati', yang berarti kita diharapkan setiap hari memeriksa hati atau batin kita masing-masing. Dalam hati kita pasti ada yang baik dan buruk, namun pada umumnya lebih banyak apa yang baik daripada apa yang buruk. Maka pertama-tama hendaknya dicari dan ditemukan apa-apa yang baik yang ada di dalam hati kita, agar dengan demikian kita memiliki kekuatan dan keberanian untuk melihat dan mengakui apa yang buruk yang ada di dalam hati kita. Hendaknya kita tidak takut dan tidak malu mengakui apa yang buruk yang ada di dalam hati kita, toh kiranya kita semua tidak ada satu pun yang sungguh memiliki hati bersih dan jernih, karena kita adalah orang-orang yang lemah dan rapuh.

Kesadaran dan penghayatan diri sebagai yang lemah, rapuh dan berdosa rasanya identik dengan kesadaran dan penghayatan diri sebagai yang sungguh beriman, mengingat dan memperhatikan bahwa iman merupakan anugerah Allah, dan kita kita sungguh beriman berarti menerima anugerah Allah melimpah ruah. "Jadi kami ini adalah utusan-utusan Kristus, seakan-akan Allah menasihati kamu dengan perantaraan kami; dalam nama Kristus kami meminta kepadamu: berilah dirimu didamaikan dengan Allah. Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah" (2Kor 5:20-21), demikian kesaksian iman Paulus. Kesaksian iman Paulus ini kiranya dapat menjadi teladan dan cermin bagi kita semua.

"Dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah", inilah kiranya yang baik kita renungkan atau refleksikan. Jika ada yang benar dan baik dalam diri kita tidak lain adalah terutama karena Allah, buah  jerih payah atau usaha kita, dan kita hanya pekerjasama yang lemah dan rapuh. Kami berharap dalam aneka kegiatan selama masa Prapaskah kita semakin memahami dan menghayati kebenaran tersebut, dan akhirnya kita juga dapat berkata seperti Paulus "Allah menasihati kamu dengan perantaraan kami". Jika kita mampu menasihati saudara-saudari kita tidak lain karena Allah dan kita hanyalah perantara atau penyalur kehendak dan sabda Allah, maka semakin bijak seseorang pada umumnya yang bersangkutan juga semakin rendah hati, lemah lembut.

"Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu, hapuskanlah pelanggaranku menurut rahmat-Mu yang besar! Bersihkanlah aku seluruhnya dari kesalahanku, dan tahirkanlah aku dari dosaku! Sebab aku sendiri sadar akan pelanggaranku, aku senantiasa bergumul dengan dosaku. Terhadap Engkau, terhadap Engkau sajalah aku telah berdosa" (Mzm 51:3-6a)

Ign 13 Februari 2013


Senin, 11 Februari 2013

12Feb


"Perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat istiadat manusia."

(Kej 1:20-2:4a; Mrk 7:1-13)

" Pada suatu kali serombongan orang Farisi dan beberapa ahli Taurat dari Yerusalem datang menemui Yesus. Mereka melihat, bahwa beberapa orang murid-Nya makan dengan tangan najis, yaitu dengan tangan yang tidak dibasuh. Sebab orang-orang Farisi seperti orang-orang Yahudi lainnya tidak makan kalau tidak melakukan pembasuhan tangan lebih dulu, karena mereka berpegang pada adat istiadat nenek moyang mereka; dan kalau pulang dari pasar mereka juga tidak makan kalau tidak lebih dahulu membersihkan dirinya. Banyak warisan lain lagi yang mereka pegang, umpamanya hal mencuci cawan, kendi dan perkakas-perkakas tembaga.Karena itu orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat itu bertanya kepada-Nya: "Mengapa murid-murid-Mu tidak hidup menurut adat istiadat nenek moyang kita, tetapi makan dengan tangan najis?" Jawab-Nya kepada mereka: "Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu, hai orang-orang munafik! Sebab ada tertulis: Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku. Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia. Perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat istiadat manusia."(Mrk 7:1-8) ,demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Dalam hidup bersama dimana pun senantiasa ada tata tertib atau aturan yang harus ditaati dan dilaksanakan oleh mereka yang tergabung dalam hidup bersama tersebut, entah itu di tingkat RT, desa, kelurahan, kecamatan, kabupaten dst.. dan juga di lingkungan hidup beragama. Di masing-masing suku dan bangsa sering juga masih hidup dengan kuat tradisi sebagai peninggalan nenek moyang atau leluhur, yang pada umumnya juga sangat berpengaruh dalam buku atau bangsa tersebut. Sebagai contoh misalnya dalam hal penentuan hari dan jam pernikahan. Namun juga dalam hal kebiasaan hidup yang lain juga masih marak, misalnya di beberapa suku masih berlaku aturan 'hutang nyawa harus membayar ganti rugi dengan nyawa', antara lain di Indonesia hal ini kiranya masih berlaku di lingkungan suku-suku di pedalamanan Irian Jaya. Sabda hari ini mengingatkan kita semua, umat beriman, agar dalam cara hidup dan cara bertindak dimana pun senantiasa lebih mengutamakan kehendak dan perintah Allah daripada adat-istiadat manusia. Maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan kita semua: hendaknya dalam dan dengan semangat iman kita hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Sebagai orang yang percaya kepada Yesus Kristus kami harapkan kita lebih setia terhadap sabda dan ajaranNya daripada aneka nasihat, saran dan petunjuk manusia. Secara umum kami ingatkan; hendaknya dalam dan semangat cinta kasih kita melaksanakan aneka tatanan dan aturan, karena hemat saya tatatan dan aturan dibuat berdasarkan cintakasih demi cintakasih.

·   "Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi." (Kej 1:26). Kita semua diciptakan oleh menurut gambar atau citraNya, dengan kata lain kita juga diharapkan senantiasa melaksanakan perintah dan kehendak Allah, sehingga siapapun yang melihat kita akan melihat karya Allah dalam diri kita yang lemah dan rapuh ini. Karena masing-masing dari kita adalah gambar atau citra Allah, maka selayaknya jika kita senantiasa hidup dan bertindak saling mengasihi, saling menghormati dan menjunjung tinggi, dan tiada seorang pun yang melecehkan atau merendahkan sesamanya. Kita semua harus menghormati dan menjunjung tinggi hak-hak azasi manusia, maka dimana ada pelanggaran atau pelecehan hak-hak azasi manusia, kami harapkan kita segera bertindak memeranginya.  Pecehan hak-hak azasi atau harkat martabat  manusia yang mungkin pada umumnya terjadi hemat saya erat kaitannya dengan masalah kenikmatan seksual, dimana orang menilai manusia hanya dalam kenikmatan seksual. Pelecehan ini hemat saya dapat terjadi dalam relasi antara suami dan isteri, entah pihak isteri atau pihak suami hanya dijadikan sarana pemuas kenikmatan seks saja. Dengan kata lain hubungan seksual tanpa kebebasan dan cintakasih hemat saya merupakan pelecehan harkat martabat manusia, dan hal ini dapat terjadi dalam relasi antar suami-isteri, tidak hanya dalam pelacuran saja. Pecehan harkat-martabat manusia juga dapat terjadi dalam dunia kerja, dimana nilai kerja manusia dihargai seperti mesin saja. Kita semua juga dipanggil untuk merawat dan mengurus aneka binatang, entah yang ada di dalam air, di udara maupun di daratan sesuai dengan kehendak Sang Pencipta.

"Jika aku melihat langit-Mu, buatan jari-Mu, bulan dan bintang-bintang yang Kautempatkan:apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya? Namun Engkau telah membuatnya hampir sama seperti Allah, dan telah memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat.Engkau membuat dia berkuasa atas buatan tangan-Mu; segala-galanya telah Kauletakkan di bawah kakinya:kambing domba dan lembu sapi sekalian, juga binatang-binatang di padang;burung-burung di udara dan ikan-ikan di laut, dan apa yang melintasi arus lautan"

 (Mzm 8:4-9)

Ign 12 Februari 2013


11Feb



"Semua orang yang menjamahNya menjadi sembuh."

(Kej 1:1-19; Mrk 6:53-56)

"Setibanya di seberang Yesus dan murid-murid-Nya mendarat di Genesaret dan berlabuh di situ. Ketika mereka keluar dari perahu, orang segera mengenal Yesus. Maka berlari-larilah mereka ke seluruh daerah itu dan mulai mengusung orang-orang sakit di atas tilamnya kepada Yesus, di mana saja kabarnya Ia berada. Ke mana pun Ia pergi, ke desa-desa, ke kota-kota, atau ke kampung-kampung, orang meletakkan orang-orang sakit di pasar dan memohon kepada-Nya, supaya mereka diperkenankan hanya menjamah jumbai jubah-Nya saja. Dan semua orang yang menjamah-Nya menjadi sembuh." (Mrk 6:53-56), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan 'Hari Orang Sakit Sedunia' hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Sehat dan sakit maupun sembuh dari penyakit yang dideritanya erat sekali dengan beriman atau tidak beriman. Kami percaya bahwa kita semua mendambakan hidup sehat, segar-bugar dan tidak pernah jatuh sakit, maka dalam rangka Tahun Iman ini juga marilah kita perdalam dan perkembangkan iman kita. Iman pertama-tama dan terutama harus menjadi nyata dalam tindakan atau perilaku, tidak berhenti pada wacana atau omongan. Salah satu kesibukan sehari-hari yang selalu kita lakukan adalah makan dan minum, maka hendaknya dalam hal makan dan minum sungguh dijiwai oleh iman. Hendaknya dalam hal makan dan minum mengkonsumi jenis makanan dan minuman yang sehat, dan belum tentu enak dan nikmat. Kepada mereka yang pada saat ini sedang menderita sakit, entah  sakit hati, sakit jiwa, sakit akal budi maupun sakit tubuh, kami harapkan dengan rendah hati mohon penyembuhan kepada Tuhan melalui pelayanan dan kebaikan saudara-saudari kita yang mampu menyembuhkan. Sedangkan kepada para dokter, perawat maupun mereka yang melayani orang sakit di rumah-rumah sakit kami harapkan melayani, merawat dan mengurus pasien dengan lemah lembut. Secara khusus kepada para dokter kami harapkan sungguh jujur dalam melayani pasien, artinya tidak menjadi 'agen komersial obat maupun rumah sakit' dengan menjadikan pasien korban semangat materialistis atau duniawi, sebagaimana sering dilakukan oleh sementara dokter di kota-kota besar. Demikian juga kami harapkan tidak ada dokter atau perawat yang membantu tindakan aborsi. Kepada kita semua marilah kita jaga dan rawat diri kita dengan makan, minum, istirahat, olahraga teratur dst.. demi kesehatan dan kebugaran tubuh kita dan dengan demikian tidak mudah jatuh sakit.

·   "Allah menaruh semuanya itu di cakrawala untuk menerangi bumi, dan untuk menguasai siang dan malam, dan untuk memisahkan terang dari gelap. Allah melihat bahwa semuanya itu baik." (Kej 1:17-18). Kutipan ini mengingatkan kita semua bahwa apa yang diciptakan oleh Allah senantiasa baik adanya; semua ciptaan di permukaan bumi maupun di alam raya diciptakan untuk membantu manusia, ciptaan terluhur dan termulia di bumi ini, agar dapat hidup sehat, segar-bugar, selamat dan damai sejahtera. Kita semua dipanggil untuk merawat dan mengurus semua ciptaan Allah, misalnya tanaman dan binatang,  agar senantiasa baik adanya, tumbuh dan berkembang biak sebagaimana dikehendaki oleh Allah, Sang Pencipta. Rasanya sungguh memprihatinkan ketika ada orang-orang karena hobby-nya dengan begitu mudah mengurungi binatang dalam sangkar sendirian, sehingga tidak dapat berkembang biak, demikian juga aneka jenis intervensi teknologi terhadap tanaman demi tujuan komersial. Allah mendambakan agar semua ciptaanNya tumbuh dan berkembang dalam suasana atau iklim 'cintakasih dan kebebasan', sehingga tiada ciptaan satupun yang dilecehkan. Kebetulan pada tahun ini para gembala Gereja Katolik di Indonesia mengajak kita semua untuk memperhatikan lingkungan hidup sebagaimana mestinya, sebagaimana digariskan dalam pesan pastoral KWI 2012. Untuk kebutuhan oksigen yang memadai, marilah kita rawat dan urus aneka jenis tanaman yang mendukung hal itu, dan kiranya lahan-lahan kosong dapat ditanami dengan tanaman yang mungkin juga menghasilkan buah yang berguna bagi kesehatan manusia. Jenis tanaman seperti mangga, misalnya, kiranya dengan mudah dapat ditanam dan tanaman mangga tetap baik dalam segala cuaca (selain membuat lingkungan hidup lebih segar, kiranya buah mangga juga berguna bagi manusia). Semoga penebangan hutan seenaknya juga dapat dihentikan.

"Pujilah TUHAN, hai jiwaku! TUHAN, Allahku, Engkau sangat besar! Engkau yang berpakaian keagungan dan semarak, yang berselimutkan terang seperti kain, yang membentangkan langit seperti tenda, yang telah mendasarkan bumi di atas tumpuannya, sehingga takkan goyang untuk seterusnya dan selamanya. Dengan samudera raya Engkau telah menyelubunginya; air telah naik melampaui gunung-gunung." (Mzm 104:1-2.5-6)

Ign 11 Februari 2013