Fans Page Facebook http://imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Jumat, 13 Agustus 2010

15 Agustus - HR SP MARIA DIANGKAT KE SURGA: Why 11:19a; 12:1.3-6a; 1Kor 15:20-26; Luk 1:39-56

"Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu."

HR SP MARIA DIANGKAT KE SURGA: Why 11:19a; 12:1.3-6a; 1Kor 15:20-26; Luk 1:39-56


"Allah tidak berkenan mewahyukan misteri keselamatan umat manusia secara resmi, sebelum mencurahkan Roh yang dijanjikan oleh Kristus. Maka kita saksikan para Rasul sebelum hari Pestekosta 'bertekun sehati sejiwa dalam doa bersama beberapa wanita, dan Maria Bunda Yesus serta saudara-saudaraNya'(Kis 1:14). Kita lihat Maria juga dengan doa-doanya memohon kurnia Roh, yang pada saat Warta Gembira dulu sudah menaunginya. Akhirnya Perawan tak bernoda, yang tidak pernah terkena segala cemar dosa asal, sesudah menyelesaikan perjalanan hidupnya di dunia, Ia telah ditinggikan Tuhan sebagai Ratu alam semesta, supaya secara lebih penuh menyerupai Puteranya, Tuan di atas segala tuan (lih Why 19:16), yang telah mengalahkan dosa dan maut" (Vatikan II: LG no 59). Bunda Maria adalah teladan umat beriman, maka kita umat beriman kiranya juga mendambakan bahwa 'sesudah menyelesaikan perjalanan hidup di dunia'  alias meninggal dunia atau dipanggil Tuhan, akan hidup mulia selama-lamanya bersama Tuhan di sorga serta orang-orang kudus yang telah mendahului perjalanan kita untuk menghadap Tuhan di sorga. Dambaan tersebut akan menjadi kenyataan jika kita sungguh meneladan Bunda Maria dalam cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari, maka marilah kita renungkan dan hayati sabda-sabda yang terkait dengan Bunda Maria, sebagaimana diwartakan dalam Warta Gembira atau Injil hari ini.

 

"Jiwaku memuliakan Tuhan, dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku,sebab Ia telah memperhatikan kerendahan hamba-Nya. Sesungguhnya, mulai dari sekarang segala keturunan akan menyebut aku berbahagia, karena Yang Mahakuasa telah melakukan perbuatan-perbuatan besar kepadaku dan nama-Nya adalah kudus" (Luk 1:46-49).

    

Jiwa adalah sumber hidup, yang menghidupkan dan menggairahkan cara hidup dan cara bertindak kita. "Jiwaku memuliakan Tuhan"  berarti cara hidup dan cara bertindakku senantiasa menempatkan Tuhan di atas segala-galanya atau Tuhan menjiwai cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari dimanapun dan kapanpun. Hidup dan bertindak dijiwai oleh Tuhan berarti membahagiakan, mensejahterakan dan menyelamatkan sesama manusia maupun lingkungan hidupnya atau hidup dan bertindak dijiwai oleh Roh Kudus, sehingga menghasilkan keutamaan-keutamaan seperti "kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri." (Gal 5:22-23).

 

Hidup dijiwai oleh Tuhan berarti juga dengan rendah hati mengimani bahwa "Yang Mahakuasa telah melakuakn perbuatan-perbuatan besar kepadaku", dan dengan demikian mengakui dan menghayati bahwa apa-apa yang 'besar', baik, mulia, indah, mempesona dll merupakan karya Tuhan dalam diri kita yang lemah dan rapuh. Kita menghayati bahwa hidup dan segala sesuatu yang kita nikmati, miliki, kuasai sampai saat ini adalah anugerah Tuhan, misalnya harta benda/uang, ketampanan, kecantikan, kecerdasan, keterampilan, anak-anak, sahabat, teman dll.  Kita memfungsikan apa yang kita miliki atau kuasai pada saat ini untuk memuliakan, memuji, menghormati dan melayani Tuhan melalui saudara-saudari kita. Maka kita senantiasa saling memuliakan, memuji, menghormati dan melayani di dalam hidup sehari-hari.  Jika kita sungguh hidup dan bertindak yang demikian ini, percayalah atau imanilah bahwa ketika kita dipanggil Tuhan atau setelah meninggal dunia akan dimuliakan bersama Tuhan di surga untuk selama-lamanya. Kepada rekan-rekan perempuan yang memiliki pelindung St.Maria atau mengenakan nama 'Maria' dalam diri anda, kami harapkan dapat menjadi teladan dalam hidup beriman bagi saudara-saudarinya. Hendaknya saling berlomba dalam beriman, sehingga anda sebagai perempuan yang mengenakan nama 'Maria' dapat dikenakan sabda yang dikenakan pada Bunda Maria, yaitu "Diberkatilah engkau diantara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu": anak-anak yang pernah anda kandung dan dilahirkan terberkati serta menjadi berkat bagi sesamanya.

"Yang benar ialah, bahwa Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati, sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal. Sebab sama seperti maut datang karena satu orang manusia, demikian juga kebangkitan orang mati datang karena satu orang manusia. Karena sama seperti semua orang mati dalam persekutuan dengan Adam, demikian pula semua orang akan dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan Kristus" (1Kor 15:20-22)

    

"Dalam persekutuan dengan Adam"  berarti berdosa, sedangkan "dalam persekutuan dengan Kristus"  berarti hidup baik, suci dan berbudi pekerti luhur selama di dunia ini. Bersekutu dengan Kristus berarti menjadi sahabat-sahabatNya, dan karena Ia adalah Allah, lebih dalam segalanya daripada kita, maka mau tidak mau kita pasti dikuasai atau dirajai alias harus melaksanakan perintah-perintahNya dan menghayati sabda-sabdaNya. Jika kita sungguh menjadi sahabat-sahabatNya selama hidup di dunia ini, maka ketika dipanggil Tuhan atau setelah meninggal dunia kita akan hidup mulia di sorga bersamaNya untuk selama-lamanya. Menjadi sahabatNya berarti juga meneladan Bunda Maria "yang mendengarkan firman Allah dan melakukannya." (Luk 8:21)

 

Menjadi 'pendengar dan pelaksana' yang baik merupakan salah satu keutamaan yang harus kita usahakan, perdalam dan perkuat. Indera pendengaran atau kegiatan mendengarkan merupakan indera yang pertama kali aktif dan paling banyak aktif daripada indera-indera lainnya, tentu saja asal tidak tuli. Apa yang kita dengarkan akan membentuk pribadi kita, mempengaruhi cara hidup dan cara bertindak kita. Apa yang kita dengarkan dapat merubah pikiran kita, yang pada gilirannya merubah rencana atau kegiatan. Kita semua kiranya mendambakan bahwa jika terjadi perubahan hendaknya berubah lebih baik atau menjadi baik, maka baiklah kita berusaha untuk mendengarkan apa-apa yang baik dan sebaliknya memperdengarkan atau berkata-kata apa-apa yang baik. Ingat dan hayati bahwa sebagai sahabat Tuhan kita dipanggil untuk menjadi pewarta-pewarta kabar baik.

 

Pelaksanaan atau penghayatan aneka macam aturan dan tatanan hidup pada masa kini sungguh memprihatinkan. Aneka aturan atau tatanan dibuat dan diundangkan atau diberlakukan, namun 'hangat-hangat tahi ayam', artinya dilaksanakan dengan baik jika ada pengawasan ketat, dan ketika tiada pengawasan orang bertindak seenaknya untuk melanggar aneka aturan dan tatanan hidup. Dengan kata lain kedisiplinan dan kejujuran di antara kita sungguh memprihatinkan. Ada kebiasaan tidak disiplin yang dimaklumi umum, misalnya: undangan rapat atau pertemuan dikatakan mulai pk 08.00, tetapi sering baru dimulai pk 09.00, dan panitia pengundang diam saja, tidak minta maaf tanpa alasan. Kebiasaan mulai terlambat dan pulang lebih awal hemat saya merupakan sikap mental yang merusak hidup pribadi maupun hidup bersama. Kita semua dipanggil untuk menjadi pelaksana-pelaksana yang disiplin dan jujur. Keunggulan hidup beriman terletak dalam pelaksanaan bukan omongan atau wacana, dalam penghayatan bukan dalam diskusi atau perdebatan. "Seperti tubuh tanpa roh adalah mati, demikian jugalah iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati." (Yak 2:26),  demikian kata Yakobus. Marilah kita berlomba menjadi pelaksana-pelaksana aturan dan tatanan hidup yang baik di dalam hidup kita sehari-hari, dimanapun dan kapanpun.

 

"Di sebelah kananmu berdiri permaisuri berpakaian emas dari Ofir. Dengarlah, hai puteri, lihatlah, dan sendengkanlah telingamu, lupakanlah bangsamu dan seisi rumah ayahmu! Biarlah raja menjadi gairah karena keelokanmu, sebab dialah tuanmu!"

(Mzm 45:10bc-12ab)

 

Jakarta, 15 Agustus 2010        

  


14 Agustus - Yeh 18:1-10.13b.30-32; Mat 19:13-15

"Orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Sorga."

(Yeh 18:1-10.13b.30-32; Mat 19:13-15)

 

"Lalu orang membawa anak-anak kecil kepada Yesus, supaya Ia meletakkan tangan-Nya atas mereka dan mendoakan mereka; akan tetapi murid-murid-Nya memarahi orang-orang itu. Tetapi Yesus berkata: "Biarkanlah anak-anak itu, janganlah menghalang-halangi mereka datang kepada-Ku; sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Sorga." Lalu Ia meletakkan tangan-Nya atas mereka dan kemudian Ia berangkat dari situ" (Mat 19:13-15), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St.Maksimilianus Maria Kolbe, imam dan martir, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Anak-anak memang lebih suci daripada orangtuanya. Cirikhas seorang anak antara lain: terbuka dan siap sedia diperlakukan apa saja, yang menandakan keterbukaan terhadap kehendak Tuhan, maka Yesus bersabda "Biarkanlah anak-anak itu, jangan menghalangi mereka datang kepada-Ku; sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Sorga". St.Maksimilianus Maria Kolbe, yang kita rayakan hari ini berani mempersembahkan hidup kepada alias mati demi Tuhan karena anak-anak. Konon ada seorang bapak tahanan yang akan dihukum mati dan bapak tersebut memiliki banyak anak, maka Maria Kolbe, yang juga menjadi tahanan bersamanya, dengan rendah hati bersedia mengganti terhukum mati tersebut dan memang diizinkan; ia bersedia mati demi anak-anak yang membutuhkan cintakasih orangtuanya. Maka baiklah kami mengajak dan mengingatkan kita semua untuk senantiasa memperhatikan anak-anak secara memadai. Para orangtua maupun guru/pendidik hendaknya lebih takut jika anak-anak tidak tumbuh berkembang sebagai pribadi yang cerdas beriman daripada takut terhadap yang lain. Di dalam hidup beriman atau beragama yang dihormati, dilayani dan dimuliakan adalah mereka yang suci, maka karena anak-anak lebih suci daripada orangtua atau orang dewasa, kami berharap kepada orangtua atau orang dewasa untuk menghormati, melayani dan memuliakan anak-anak. Anak-anak, termasuk kita semua, ada dan dilahirkan serta dibesarkan dalam dan oleh 'cintkasih dan kebebasan Injili', maka hendaknya mereka juga dibesarkan dan dididik dalam semangat 'cintakasih dan kebebasan'. Cintakasih itu bebas alias tak terbatas oleh apapun, sedangkan kebebasan dibatasi oleh cintakasih. Dalam dan oleh cintakasih kita dapat berbuat apapun asal tidak melecehkan atau merendahkan harkat martabat manusia, yang diciptakan sesuai dengan gambar atau  citra Allah.

·   "Kalau seseorang adalah orang benar dan ia melakukan keadilan dan kebenaran, dan ia tidak makan daging persembahan di atas gunung atau tidak melihat kepada berhala-berhala kaum Israel, tidak mencemari isteri sesamanya dan tidak menghampiri perempuan waktu bercemar kain, tidak menindas orang lain, ia mengembalikan gadaian orang, tidak merampas apa-apa, memberi makan orang lapar, memberi pakaian kepada orang telanjang, tidak memungut bunga uang atau mengambil riba, menjauhkan diri dari kecurangan, melakukan hukum yang benar di antara manusia dengan manusia, hidup menurut ketetapan-Ku dan tetap mengikuti peraturan-Ku dengan berlaku setia -- ialah orang benar, dan ia pasti hidup, demikianlah firman Tuhan ALLAH" (Yeh 18:5-9). Kutipan dari Kitab Yeheskiel ini hemat saya cukup jelas sebagai ajakan atau perintah moral yang harus kita lakukan atau hayati dalam hidup sehari-hari. Maka marilah kita saling membantu atau bekerjasama dalam menghayati ajakan tersebut, antara lain jika ada saudara kita yang melanggar perintah tersebut hendaknya segera ditegor, diingatkan dan dibetulkan dengan rendah hati dan dalam cintakasih. Para orangtua kami harapkan dapat menjadi teladan penghayatan perintah tersebut bagi anak-anaknya di dalam keluarga, sehingga anak-anak sedini mungkin terbiasa untuk menjadi orang-orang benar, yang hidup dan bertindak sesuai dengan kehendak atau perintah Allah. Ada aneka macam ketetapan dan peraturan Allah, yang kemudian diterjemahkan  kedalam aneka macam aturan dan tatanan hidup bersama, maka baiklah kita senantiasa berusaha dengan sungguh-sungguh melaksanakan aturan atau tatanan yang terkait dengan hidup, panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing. Sekali lagi secara khusus saya mengingatkan dan mengajak rekan-rekan suami-isteri untuk setia pada janji perkawinan, yaitu 'saling mengasihi baik dalam untung maupun malang, sehat maupun sakit sampai mati'.

 

"Jadikanlah hatiku tahir, ya Allah, dan perbaharuilah batinku dengan roh yang teguh! Janganlah membuang aku dari hadapan-Mu, dan janganlah mengambil roh-Mu yang kudus dari padaku! Bangkitkanlah kembali padaku kegirangan karena selamat yang dari pada-Mu, dan lengkapilah aku dengan roh yang rela! Maka aku akan mengajarkan jalan-Mu kepada orang-orang yang melakukan pelanggaran, supaya orang-orang berdosa berbalik kepada-Mu" (Mzm 51:12-15)

Jakarta, 14 Agustus 2010


Kamis, 12 Agustus 2010

13 Agustus - Yeh 16:1-15.60.63; Mat 19:3-12

"Apakah diperbolehkan orang menceraikan isterinya dengan alasan apa saja?"

(Yeh 16:1-15.60.63; Mat 19:3-12)


"Maka datanglah orang-orang Farisi kepada-Nya untuk mencobai Dia. Mereka bertanya: "Apakah diperbolehkan orang menceraikan isterinya dengan alasan apa saja?" Jawab Yesus: "Tidakkah kamu baca, bahwa Ia yang menciptakan manusia sejak semula menjadikan mereka laki-laki dan perempuan? Dan firman-Nya: Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia." Kata mereka kepada-Nya: "Jika demikian, apakah sebabnya Musa memerintahkan untuk memberikan surat cerai jika orang menceraikan isterinya?" Kata Yesus kepada mereka: "Karena ketegaran hatimu Musa mengizinkan kamu menceraikan isterimu, tetapi sejak semula tidaklah demikian. Tetapi Aku berkata kepadamu: Barangsiapa menceraikan isterinya, kecuali karena zinah, lalu kawin dengan perempuan lain, ia berbuat zinah." Murid-murid itu berkata kepada-Nya: "Jika demikian halnya hubungan antara suami dan isteri, lebih baik jangan kawin." Akan tetapi Ia berkata kepada mereka: "Tidak semua orang dapat mengerti perkataan itu, hanya mereka yang dikaruniai saja. Ada orang yang tidak dapat kawin karena ia memang lahir demikian dari rahim ibunya, dan ada orang yang dijadikan demikian oleh orang lain, dan ada orang yang membuat dirinya demikian karena kemauannya sendiri oleh karena Kerajaan Sorga. Siapa yang dapat mengerti hendaklah ia mengerti." (Mat 19:3-12), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:


·   Harian Suara Karya 15 Agustus 2009 antara lain memberitakan bahwa di Indonesia setiap tahun ada sekitar 2 juta pasangan menikah dan 200.000 perceraian, berarti 10% pernikahan bercerai.  Angka 10% kiranya cukup besar dalam hal ini, apalagi dampak yang akan terjadi dari perceraian. Yang sering menimbulkan perceraian antara lain adanya perbedaan, misalnya beda selera, beda pikiran, beda suku, dst.. Laki-laki dan perempuan berbeda satu sama lain tetapi saling tertarik, saling ingin mendekat dan bersahabat serta mengasihi, tergerak untuk saling melengkapi. Itulah misteri ilahi, yang hendaknya kita imani. Maka hendaknya aneka perbedaan menjadi daya tarik, daya pikat untuk saling mendekat dan mengasihi, jangan menjadi sumber permusuhan atau perpisahan. Ingat bahwa di dunia ini tidak ada yang sama persis alias identik: manusia kembar pun tidak identik, pasangan anggota tubuh kita yang nampak samapun tidak sama persis, misalnya dua buah dada, dua daun telinga, dua lobang hidung, dua buah pelir, dll.  Alasan perceraian adalah kedegilan hati, hati yang membatu dan tak mungkin ditembus dengan peluru. Memang setia pada janji perkawinan selain karena jerih payah atau usaha keras pasangan yang bersangkutan, juga dan terutama merupakan anugerah Tuhan, sebagaimana apa yang berbeda merupakan karya Tuhan. Kesetiaan antara suami-isteri dalam saling mengasihi sampai mati merupakan dasar dan kekuatan hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang damai sejahtera.


·   "Engkau mengandalkan kecantikanmu dan engkau seumpama bersundal dalam menganggarkan ketermasyhuranmu dan engkau menghamburkan persundalanmu kepada setiap orang yang lewat" (Yeh 16:15), demikian sindiran Tuhan kepada bangsa terpilih melalui nabi Yeheskiel. "Mengandalkan kecantikan untuk bersundal atau melacur' itulah sindirannya. Memang gadis cantik akan lebh mudah melacurkan diri dan pada umumnya akan cepat menjadi kaya raya akan uang dengan menjual dirinya alias melacur. Kecantikan merupakan anugerah Tuhan dan harus kita syukuri dan terima kasihi, jangan dikomersialkan entah dengan pelacuran atau iklan-iklan aneka macam produk. Kecantikan juga merupakan symbol apa yang baik indah, luhur dan mulia di dalam diri kita masing-masing, maka baiklah kecantikan hendaknya menjadi dorongan atau motivasi bagi kita semua, entah yang berssangkutan sendiri yang merasa cantik maupun orang lain, untuk semakin mendekatkan diri kita dengan Tuhan alias memuji dan memuliakan Tuhan. Dengan kata lain ketika melihat gadis atau perempuan cantik hendaknya dipuji seperlunya saja, tanpa dirayu atau disanjung-sanjung secara berlebihan. Kepada rekan-rekan gadis atau perempuan yang cantik dan pada umumnya menjadi perhatian banyak orang, kami harapkan menjadikan diri sebagai dorongan atau motivasi bagi mereka yang memperhatikan untuk semakin memuji, memuliakan, mengabdi dan menghormati Tuhan. Jauhkan atau hindari gaya atau cara hidup yang merangsang orang lain untuk berpikiran jahat atau berdosa; hendaknya kecantikan anda tidak menjadi batu sandungan bagi orang lain untuk berdosa atau melakukan kejahatan. Jadikan kecantikan anda sebagai sarana atau wahana membangun, memperdalam dan memperkuat persaudaraan atau persahabatan sejati.

 

" Sungguh, Allah itu keselamatanku; aku percaya dengan tidak gementar, sebab TUHAN ALLAH itu kekuatanku dan mazmurku, Ia telah menjadi keselamatanku." Maka kamu akan menimba air dengan kegirangan dari mata air keselamatan.Pada waktu itu kamu akan berkata: "Bersyukurlah kepada TUHAN, panggillah nama-Nya, beritahukanlah perbuatan-Nya di antara bangsa-bangsa, masyhurkanlah, bahwa nama-Nya tinggi luhur! Bermazmurlah bagi TUHAN, sebab perbuatan-Nya mulia; baiklah hal ini diketahui di seluruh bumi"

(Yes 12:2-5) Jakarta, 13 Agustus 2010


Rabu, 11 Agustus 2010

12 Agustus - Yeh 12:1-12; Mat 18:21-19:1

"Sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku ?"

(Yeh 12:1-12; Mat 18:21-19:1)

 

"Kemudian datanglah Petrus dan berkata kepada Yesus: "Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?" Yesus berkata kepadanya: "Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali" (Mat 18:21-22), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.  .

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   "Ampunilah kami seperti kamipun mengampuni yang bersalah kepada kami", demikian kutipan dari doa Bapa kami, doa harian, doa yang mungkin lebih dari sekali kita doakan setiap hari. Pertanyaannya: "apakah doa tersebut meresapi dalam hati dan kemudian menjiwai cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari?". Sabda hari ini mengingatkan dan mengajak kita semua untuk hidup saling mengampuni. Hendaknya kita saling mengampuni sampai tujuh puluh kali tujuh berarti suatu ajakan atau panggilan untuk selalu saling mengampuni. Kita semua dipanggil untuk senantiasa menyalurkan kasih pengampunan Allah yang telah kita terima secara melimpah ruah melalui saudara-saudari kita. Ingatlah dan hayatilah bahwa masing-masing dari kita sejak masih berada di dalam kandungan ibu kita masing-masing telah menerima kasih pengampunan sampai saat ini, lebih-lebih dari atau melalui ibu kita menerima kasih pengampunan, sebagaimana disenandungkan dalam sebuah lagu "Kasih ibu kepada beta tak terhingga sepanjang masa, hanya memberi tak harap kembali,  bagai sang surya menyinari dunia". Semoga para ibu dapat menjadi saksi atau teladan dalam pengampunan ini di dalam hidup sehari-hari. Salah satu cara agar kita dapat dengan mudah dan enak mengampuni orang yang telah bersalah kepada kita, antara lain hendaknya kita senantiasa menyadari dan menghayati diri sebagai yang berdosa serta dengan rendah hati senantiasa melihat apa yang baik dalam diri orang yang telah menyalahi kita tersebut. Ingat bahwa mereka yang menyalahi kita belum tentu salah, karena mungkin mereka tidak tahu bagaimana harus berbuat, dan orang yang tidak tahu berarti tidak salah.


·   "Hai anak manusia, engkau tinggal di tengah-tengah kaum pemberontak, yang mempunyai mata untuk melihat, tetapi tidak melihat dan mempunyai telinga untuk mendengar, tetapi tidak mendengar, sebab mereka adalah kaum pemberontak. Maka engkau, anak manusia, sediakanlah bagimu barang-barang seorang buangan dan berjalanlah seperti seorang buangan pada siang hari di hadapan mata mereka; pergilah dari tempatmu sekarang ke tempat yang lain seperti seorang buangan di hadapan mata mereka. Barangkali mereka akan insaf bahwa mereka adalah kaum pemberontak." (Yeh 12:2-3). Para pemberontak memang memiliki mata dan telinga, tetapi tidak melihat dan mendengarkan, dan pada umumnya hidup dan bertindak hanya mengikuti kemauan sendiri atau selera pribadi. Kita dipanggil untuk menyadarkan para pemberontak, entah dalam kehidupan bersama kita di tingkat apapun dan dimanapun, dan kiranya terutama yang ada di dalam keluarga atau komunitas kita masing-masing. Kami percaya diam-diam di antara anggota keluarga ada yang ingin memberontak atau sudah memberontak, misalnya tidak taat pada aturan atau kebijakan dalam keluarga atau pada orangtua. Kiranya cukup banyak anak-anak yang menjadi pemberontak alias melawan orangtuanya. Anak-anak yang demikian ini hemat saya mereka merasa kurang dikasihi, maka penyadaran bagi mereka berarti menyadarikan mereka sebagai yang dikasihi atau yang terkasih. Ingatkan dan ajaklah anak-anak untuk menyadari dan menghayati diri kembali ketika masih berada di dalam rahim ibu, masih bayi yang sering menangis dan mengganggu ibu, dst.. dan ibu tidak marah atau membenci melainkan tetap setia mengasihi. Jika mungkin anak-anak diminta membaca buku mungil yang berjudul 'Sembilan bulan dalam kandungan atau rahim ibu'. Dalam kutipan di atas diingatkan bahwa untuk menyadarkan pemberontak kita diharapkan menempatkan diri sebagai yang terbuang, alias menjadi korban pemberontakan. Kami percaya di dalam hati kecil pemberontak pasti masih ada kasih, dan ketika melihat orang terbuang dan menderita pasti tersentuh untuk melakukan sesuatu yang lebih baik.

 

"Tetapi mereka mencobai dan memberontak terhadap Allah, Yang Mahatinggi, dan tidak berpegang pada peringatan-peringatan-Nya; mereka murtad dan berkhianat seperti nenek moyang mereka, berubah seperti busur yang memperdaya; mereka menyakiti hati-Nya dengan bukit-bukit pengorbanan mereka, membuat Dia cemburu dengan patung-patung mereka" (Mzm 78:56-58)

 

Jakarta, 12 Agustus 2010


Selasa, 10 Agustus 2010

11 Agustus - Yeh 9:1-7; 10:18-22; Mat 18:15-20

 "Apabila saudaramu berbuat dosa tegorlah dia di bawah empat mata."

(Yeh 9:1-7; 10:18-22; Mat 18:15-20)

 

"Apabila saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia di bawah empat mata. Jika ia mendengarkan nasihatmu engkau telah mendapatnya kembali. Jika ia tidak mendengarkan engkau, bawalah seorang atau dua orang lagi, supaya atas keterangan dua atau tiga orang saksi, perkara itu tidak disangsikan. Jika ia tidak mau mendengarkan mereka, sampaikanlah soalnya kepada jemaat. Dan jika ia tidak mau juga mendengarkan jemaat, pandanglah dia sebagai seorang yang tidak mengenal Allah atau seorang pemungut cukai. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya apa yang kamu ikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kamu lepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga. Dan lagi Aku berkata kepadamu: Jika dua orang dari padamu di dunia ini sepakat meminta apa pun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh Bapa-Ku yang di sorga. Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka." (Mat 18:15-20), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St.Klara, perawan, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Ketika ada orang kumpul-kumpul, dua, tiga orang atau lebih, pada umumnya ada kecenderungan umum untuk membicarakan kekurangan atau kesalahan orang lain yang tidak pada saat itu tidak bersama mereka. Ngrumpi atau 'ngrasani' yang isinya membicarakan kekurangan atau kelemahan orang lain memang terasa nikmat dan meriah pada saat itu. Yesus mengingatkan kita bahwa jika saudara kita berbuat dosa hendaknya ditegor di bawah empat mata, dengan kata lain hendaknya dimana dua atau tiga orang atau lebih berkumpul senantiasa dalam nama Tuhan, sehingga apa-apa yang dikatakan atau dibicarakan semakin mendekatkan yang berkumpul dalam Tuhan alias semakin suci bersama-sama. Ketika yang ditegor tidak mendengarkan atau tidak menerima barulah diusahakan pihak ketiga yang diharapkan dapat menegor dengan berhasil dan yang bersangkutan dengan rendah hati berani mengakui kesalahaan atau kekurangannya. St.Klara yang kita rayakan pada hari ini kiranya dapat menjadi teladan kesucian serta motivasi atau dorongan bagi rekan-rekan gadis untuk mengikuti cara hidup St.Klara dengan mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan dalam pelayanan bagi sesama, lebih-lebih yang miskin dan berkekurangan. Kami juga mengingatkan rekan-rekan gadis untuk menjaga keperawanannya sebelum hidup berkeluarga, tidak melakukan hubunngan seks sebelum nikah. Persembahkan keperawanan anda kepada 'yang terkasih', entah Tuhan atau suami anda, sebagai wujud kasih dan syukur atas anugerah Tuhan.


·   "Kelihatannya muka mereka adalah serupa dengan muka yang kulihat di tepi sungai Kebar. Masing-masing berjalan lurus ke mukanya." (Yeh 10:22). Kutipan ini merupakan bagian dari sharing Yeheskiel perihal penglihatan akan makhluk-makluk yang baik. "Masing-masing berjalan lurus ke mukanya", kata-kata inilah kiranya yang baik kita renungkan atau refleksikan. Kita semua dipanggil untuk berjalan lurus ke muka, artinya senantiasa berujud lurus serta  mengusahakan terwujudnya ujud tersebut dengan cara yang lurus juga, cara yang baik dan berbudi pekerti luhur. Maka dengan ini kami mengingatkan dan mengajak baik bagi mereka yang masih belajar maupun sudah bekerja. Bagi yang masih belajar, yaitu para murid/peserta didik, pelajar maupun mahasiswa, kami ajak untuk sungguh belajar sehingga terampil belajar. Usahakan terus menerus selama belajar agar semakin terampil belajar. Tanamkan dalam diri anda sikap mental 'belajar terus menerus', ongoing education, ongoing formation. Kepada para pekerja, entah dalam bidang pekerjaan atau pelayanan apapun, kami harapkan selama bekerja berusaha agar semakin terampil bekerja atau melayani. Percayalah bahwa jika anda semakin terampil bekerja atau melayani pasti akan semakin sejahtera dan damai-bahagia juga. Kepada para orangtua kami berharap sungguh mendampingi dan mendidik anak-anaknya untuk senantiasa memiliki ujud lurus serta mewujudkannya dengan cara yang lurus juga, tentu saja teladan orangtua sungguh menjadi kunci keberhasilan pendidikan atau pendampingan.tersebut. Kita semua dipanggil untuk hidup dan bertindak dengan jujur dimanapun dan kapanpun. "Jujur adalah sikap dan perilaku yang tidak suka berbohong dan berbuat curang, berkata-kata apa adanya dan berani mengakui kesalahan, serta berkorban untuk kebenaran" (Prof Dr. Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka – Jakarta 1997 , hal 12).

 

"Haleluya! Pujilah, hai hamba-hamba TUHAN, pujilah nama TUHAN! Kiranya nama TUHAN dimasyhurkan, sekarang ini dan selama-lamanya. Dari terbitnya sampai kepada terbenamnya matahari terpujilah nama TUHAN. TUHAN tinggi mengatasi segala bangsa, kemuliaan-Nya mengatasi langit. Siapakah seperti TUHAN, Allah kita, yang diam di tempat yang tinggi, yang merendahkan diri untuk melihat ke langit dan ke bumi?"

(Mzm 113:1-6)

  

Jakarta, 11 Agustus 2010


Senin, 09 Agustus 2010

10 Agustus - 2Kor 9:6-10; Yoh 12:24-26

"Ia harus mengikut Aku dan di mana Aku berada"

(2Kor 9:6-10; Yoh 12:24-26)

 

"Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah. Barangsiapa mencintai nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, tetapi barangsiapa tidak mencintai nyawanya di dunia ini, ia akan memeliharanya untuk hidup yang kekal. Barangsiapa melayani Aku, ia harus mengikut Aku dan di mana Aku berada, di situ pun pelayan-Ku akan berada. Barangsiapa melayani Aku, ia akan dihormati Bapa" (Yoh 12:24-26), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St.Laurentius, diakon dan martir, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   "Memiliki iman yang utuh, terdorong oleh maksud yang benar, berilmu pengetahuan yang dituntut, mempunyai nama baik, hidup tak bercela serta dilengkapi dengan keutamaan-keutamaan yang teruji dan sifat-sifat lainnya, baik fisik maupun psikis" (KHK kan 1028), demikian kurang lebih ciri-ciri yang harus ada dalam diri sesorang  yang hendak ditabiskan menjadi diakon atau imam. Fungsi utama diakon adalah pelayanan, hidup dan bertindak dengan menghayati sabda Yesus "Barangsiapa melayani Aku, ia akan dihormati Bapa". Hidup melayani berarti senantiasa berusaha membahagiakan atau menyelamatkan orang lain sebagaimana dilakukan oleh para pelayan atau pembantu rumah tangga yang baik di dalam keluarga-keluarga atau  komunitas-komunitas. "Ia mengikuti Aku dan dimana Aku berada, di situpun pelayan-Ku akan berada". Seorang pelayan yang baik senantiasa melihat dan menghayati kehadiran Tuhan dalam diri orang yang harus dilayani, ia memperhatikan terus-menerus mereka yang harus dilayani, entah secara phisik atau spiritual.  Pelayan baik pada umumnya juga memliki nama baik dan hidup tak bercela. Maka dalam rangka mengenangkan pesta St.Laurentius, diakon dan martir, kami mengajak kita semua untuk saling membantu dan mengingatkan dalam hal hidup saling melayani, menjaga nama baik maupun hidup tak bercela. Dengan kata lain kami berharap pada kita semua untuk saling melihat dan menghayati apa yang baik, indah, luhur dan mulia dalam diri kita masing-masing, menghayati kehadiran Tuhan dalam diri kita, sehingga kita dimungkinkan untuk hidup saling melayani, membahagiakan adan menyelamatkan.

·   "Camkanlah ini: Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga. Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita" (2Kor 9:6-7). Menabur atau memberi dengan sukarela dan sukacita itulah panggilan dan tugas pengutusan kita semua, maka baiklah kita senantiasa berusaha untuk saling menabur dan memberi dengan sukarela dan sukacita, entah menabur atau.memberi apapun, tentu saja apa-apa yang baik dan menyelamatkan jiwa manusia. Ingat bahwa para petani senantiasa  berusaha menabur benih baik serta memberi perhatian apa yang telah mereka tabur dengan penuh kasih. Maaf kalau agak kurang sopan: ingat juga bahwa lak-laki/bapak telah menabur benih ke dalam telor perempuan/ibu dengan penuh kasih mesra, kehangatan dan kegairahan serta kegembiraan ketika sedang dalam berhubungan seksual. Para orangtua memberi aneka macam bimbingan, didikan, asuhan dst..bagi anak-anaknya, para guru memberi aneka pengetahuan kepada para muridnya, dst.. Memberi dengan sukacita dan sukarela akan membuat si penerima bergembira, bergairah dan bersyukur serta berterimakasih. Kebahagiaan sejati hemat saya dalam memberi dengan sukarela dan sukacita. Marilah kita beri perhatian mereka yang miskin dan berkekurangan dengan sukarela dan sukacita, sesuai dengan kebutuhan mereka agar dapat hidup sejahtera dan damai. Semoga kia semua tidak tumbuh berkembang menjadi orang yang egois dan pelit, hanya mencari keuntungan atau kenikmatan diri sendiri. Salah satu kehausan atau kelaparan yang sungguh memprihatinkan masa kini hemat saya adalah haus dan lapar akan kasih dan perhatian, maka kami berharap para orangtua sungguh memberi kasih dan perhatian bagi anak-anaknya, bukan harta benda atau uang. Berilah anak-anak nilai-nilai atau keutamaan-keutamaan hidup yang tak akan mudah luntur atau hancur karena aneka macam tantangan, masalah dan malapetaka.

 

"Mujur orang yang menaruh belas kasihan dan yang memberi pinjaman, yang melakukan urusannya dengan sewajarnya. Sebab ia takkan goyah untuk selama-lamanya; orang benar itu akan diingat selama-lamanya. Ia tidak takut kepada kabar celaka, hatinya tetap, penuh kepercayaan kepada TUHAN. Hatinya teguh, ia tidak takut, sehingga ia memandang rendah para lawannya. Ia membagi-bagikan, ia memberikan kepada orang miskin; kebajikannya tetap untuk selama-lamanya, tanduknya meninggi dalam kemuliaan." (Mzm 112:5-9)

Jakarta, 10 Agustus 2010 

  .  


Minggu, 08 Agustus 2010

9 Agustus - Yeh 1:2-5.24-2:1a; Mat 17:22-27

"Jangan kita menjadi batu sandungan bagi mereka"

(Yeh 1:2-5.24-2:1a; Mat 17:22-27)


"Pada waktu Yesus dan murid-murid-Nya bersama-sama di Galilea, Ia berkata kepada mereka: "Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia dan mereka akan membunuh Dia dan pada hari ketiga Ia akan dibangkitkan." Maka hati murid-murid-Nya itu pun sedih sekali. Ketika Yesus dan murid-murid-Nya tiba di Kapernaum datanglah pemungut bea Bait Allah kepada Petrus dan berkata: "Apakah gurumu tidak membayar bea dua dirham itu?" Jawabnya: "Memang membayar." Dan ketika Petrus masuk rumah, Yesus mendahuluinya dengan pertanyaan: "Apakah pendapatmu, Simon? Dari siapakah raja-raja dunia ini memungut bea dan pajak? Dari rakyatnya atau dari orang asing?" Jawab Petrus: "Dari orang asing!" Maka kata Yesus kepadanya: "Jadi bebaslah rakyatnya. Tetapi supaya jangan kita menjadi batu sandungan bagi mereka, pergilah memancing ke danau. Dan ikan pertama yang kaupancing, tangkaplah dan bukalah mulutnya, maka engkau akan menemukan mata uang empat dirham di dalamnya. Ambillah itu dan bayarkanlah kepada mereka, bagi-Ku dan bagimu juga." (Mat 17:22-27), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Kepekaan sosial atau kepedulian terhadap orang lain merupakan salah satu cirikhas dari orang yang baik dan berbudi pekerti luhur. Orang yang memiliki kepekaan atau kepedulian terhadap orang lain berusaha seoptimal mungkin agar cara hidup dan cara bertindaknya tidak menjadi 'batu sandungan' bagi orang lain untuk berbuat dosa atau melakukan kejahatan, tetapi menjadi dorongan atau motivasi bagi orang lain untuk semakin hidup baik, beriman dan berbudi pekerti luhur, sebagaimana dilakukan oleh Yesus dan para rasul dalam hal pembayaran pajak. Maka dengan ini kami berharap kepada kita semua untuk berusaha seoptimal mungkin agar cara hidup dan cara bertindak kita tidak menjadi 'batu sandungan' bagi orang lain untuk berbuat jahat atau berdosa. Hendaknya cara hidup dan cara bertindak kita tidak merangsang orang lain untuk berbuat dosa, misalnya cara berpakaian, pemakaian aneka asesori atau perhiasan, cara bicara dst… Memang dalam hal 'batu sandungan' ini bagi mereka yang terpandang dalam hidup bersama sungguh tantangan, karena dimanapun berada atau kemanapun pergi senantiasa menjadi perhatian orang. Hendaknya para orangtua, guru, pemimpin atau atasan tidak menjadi batu sandungan bagi anak-anak, peserta didik, anggota atau bawahan. Mereka yang terpandang atau berada 'di atas' hendaknya menjadi teladan dalam hal hidup yang dipersembahkan kepada Tuhan seutuhnya melalui sesamanya dengan melayani, membahagiakan dan menyelamatkan mereka. Secara khusus kami berharap kepada para pemimpin kelompok hidup beragama di tingkat apapun senantiasa berusaha untuk tidak menjadi batu sandungan bagi umat untuk melakukan kejahatan atau berdosa.

·   "Begitulah kelihatan gambar kemuliaan TUHAN" (Yeh 1:28b).  Yeheskiel menggambarkan kemuliaan Tuhan dengan 'makhluk hidup' di cakrawala yang sungguh menakjubbkan serta membuat orang bersembah sujud dan berusaha mendengarkan suara dari 'makhluk hidup' tersebut.  Kita semua adalah ciptaan Tuhan, yang diciptakan sesuai dengan gambar atau citraNya, dengan kata lain Tuhan hidup dan berkarya di dalam diri kita, manusia yang lemah dan rapuh ini. Kita dipanggil untuk menyaksikan karya Tuhan dalam diri kita sendiri maupun sesama kita, dan tentu saja pertama-tama dan terutama kita sendiri memang sungguh layak menjadi 'bait Tuhan'. Masing-masing dari kita diharapkan menjadi 'bait Tuhan' agar dengan demikian kita juga akan saling bersembah-sujud sata sama lain dimanapun dan kapapun. Sembah sujud kepada Tuhan harus menjadi nyata juga dalam sembah sujud kepada sesama manusia. Marilah kita saling melihat apa yang indah, luhur, mulia dan baik dalam diri kita masing-masing. Mungkin yang paling mudah adalah tubuh yang indah alias cantik atau tampan, sehingga senantiasa mempesona bagi orang lain. Hendaknya kecantikan atau ketampanan tersebut dihayati sebagai karya atau anugerah Tuhan artinya tidak menjadi bahan pelecehan atau dorongan atau motivasi untuk berbuat jahat dan berdosa. Rekan-rekan gadis atau perempuan yang merasa diri sungguh cantik dan menjadi perhatian orang lain kami harapkan tetap menghadirkan diri sedemikian rupa sehingga menjadi dorongan atau motivasi bagi orang lain untuk semakin bersembah-sujud kepada Tuhan; hendaknya jangan merangsang orang lain untuk berdosa. Kepada mereka yang kaya, pandai atau cerdas kami harapkan tetap rendah hati, semakin kaya atau semakin pandai hendaknya semakin rendah hati. Pendek kata semakin banyak menerima anugerah Tuhan, entah berupa kekayaan, pengalaman, kecerdasan, kesehatan, kecantikan, ketampanan dll,. hendaknya semakin rendah hati.

 

"Hai raja-raja di bumi dan segala bangsa, pembesar-pembesar dan semua pemerintah dunia; hai teruna dan anak-anak dara, orang tua dan orang muda! Biarlah semuanya memuji-muji TUHAN, sebab hanya nama-Nya saja yang tinggi luhur, keagungan-Nya mengatasi bumi dan langit." (Mzm 148:11-13)

.  

Jakarta, 9 Agustus 2010