Fans Page Facebook http://imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Sabtu, 02 Juni 2012

Hari Raya Tritunggal Mahakudus


HARI RAYA  TRITUNGGAL MAHAKUDUS:

Ul 4:32-34.39-40; Rm 8:14-17; Mat 28:16-20

"Jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus"

"Kebenaran wahyu mengenai Tritunggal Mahakudus, sejak awal mula adalah dasar pokok iman Gereja yang hidup, terutama karena Pembaptisan. Ia terungkap dalam syahadat Pembaptisan yang dirumuskan dalam kotbah, katekese dan doa Gereja. Rumusan-rumusan yang demikian itu sudah ada dalam tulisan-tulisan para Rasul, seperti salam yang diambil alih ke dalam perayaan Ekaristi:'Kasih karunia Tuhan Yesus Kristus dan kasih Allah dan persekutuan Roh Kudus menyertai kamu sekalian(2Kor 13:13)'" (Katekismus Gereja Katolik no 249). Tritunggal Mahakudus merupakan misteri dan sebagai misteri memang tak mungkin dapat difahami secara rational sepenuhnya, melainkan hanya dapat diimani. Beriman berarti mempercayakan diri sepenuhnya kepada 'sesuatu' yang tak dapat kita fahami atau mengerti secara rational, tetapi dihayati dalam cara hidup dan cara bertindak. Maka para Hari Raya Tritunggal Mahakudus hari ini kami mengajak anda sekalian untuk mawas diri perihal penghayatan iman kita masing-masing didalam cara hidup dan cara bertindak setiap hari, dan sebagai orang Katolik perkenankan saya membagikan pengalaman secara Katolik juga.

"Jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman." (Mat 28:19-20)

Setiap kali kita berdoa senantiasa diawali dan diakhiri dengan membuat tanda salib sambil berkata "Dalam nama Bapa, Putera dan Roh Kudus", demikian juga mengawali dan mengakhiri tugas atau pekerjaan. Membuat tanda salib berarti menepuk dahi, dada dan bahu, yang melambangkan pikiran, semangat/jiwa dan kekuatan atau tenaga. Maka mengawali dan mengakhiri suatu kegiatan, entah doa atau kerja, dengan membuat tanda salib berarti akan melaksanakan kegiatan tersebut dalam nama Allah, sesuai dengan kehendak dan perintah Allah. Dengan kata lain, entah dengan berdoa atau bekerja kita semakin berbakti kepada Allah, semakin suci. Segala sesuatu yang kita kerjakan atau yang menyertai kita juga kita baktikan sepenuhnya kepada Allah, sehingga lingkungan hidup dan kerja bagaikan lingkungan beribadat.

Tritunggal Mahakudus adalah Misteri Cintakasih, maka beriman kepadaNya berarti senantiasa hidup dan bertindak saling mengasihi, sebagaimana diajarkan oleh Yesus dalam ajaranNya yang utama dan pertama-tama, antara lain: "Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu" (Mat 5:44). Beriman kepada Tritunggal Mahakudus ada kemungkian dibenci atau dimusuhi orang lain, namun tidak membenci dan memusuhinya melainkan mengasihi mereka yang membenci dan memusuhi tersebut. Orang tidak mungkin membenci kita jika mereka tidak memboroskan waktu dan tenaganya bagi kita, dan hemat saya pemborosan waktu dan tenaga merupakan wujud utama dari cintakasih, yang tak dapat digantikan oleh cara lain apapun. Maka hayatilah kebencian dan permusuhan orang lain sebagai cintakasih mereka terhadap kita dan sikapilah dengan syukur dan terima kasih. Demikian juga setia pada iman akan Tritunggal ada kemungkinan akan teraniaya, yang secara konkret berarti tak terfahami, maka baiklah kita doakan mereka yang tidak mampu memahami tersebut dengan rendah hati dan lemah lembut. Apapun yang kita lakukan maupun katakan hendaknya senantiasa dalam Allah, bersama dan bersatu dengan Allah.

 

Hendaknya kita juga tidak takut dan gentar dalam menghadapi aneka macam ancaman, tekanan atau intimidasi karena kesetiaan pada iman, karena Allah senantiasa menyertai dan mendampingi kita terus menerus. Hadapi dan sikapi segala macam dan bentuk ancaman, tekanan dan intimidasi dalam dan bersama Allah, karena dengan demikian kita akan mampu mengatasinya, dan mereka yang mengancam, menekan serta mengintimidasi pasti akan berbalik mengasihi kita dan dengan demikian bersahabat dan bersaudara dengan kita kapan pun dan dimana pun. Sikapi dan hadapi mereka yang mengancam, menekan dan mengintimidasi sebagai salah satu bentuk penyertaan dan kasih Allah kepada kita.    

 

"Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah. Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru: "ya Abba, ya Bapa!" Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah. Dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris, maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah, yang akan menerimanya bersama-sama dengan Kristus, yaitu jika kita menderita bersama-sama dengan Dia, supaya kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia" (Rm 8:14-17)

 

 Beriman kepada Tritunggal Mahakudus berarti hidup dipimpin oleh Roh Kudus dan dengan demikian hidup dan bertindak menghayati nilai-nilai atau keutamaan-keutamaan sebagai buah Roh Kudus, yaitu "kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri" (Gal 5:22-23). Nilai-nilai atau keutamaan-keutamaan ini hemat saya masa kini sungguh mendesak dan up to date untuk kita hayati dan sebarluaskan melalui cara hidup dan cara bertindak kita dimana pun dan kapan pun. Menjadi saksi atas nilai-nilai atau keutamaan-keutaman tersebut itulah yang menjadi panggilan dan tugas pengutusan sebagai orang-orang yang beriman kepada Tritunggal Mahakudus.

 

Menjadi saksi sebagaimana saya katakan diatas berarti juga menjadi suci atau kudus, karena yang kita imani adalah Mahakudus. Dari nilai-nilai atau keutamaan-keutamaan sebagai buah Roh Kudus di atas, manakah nilai atau keutamaan yang sungguh mendesak dan up to date di lingkungan hidup dan kerja kita masing-masing?. Hemat saya yang penting adalah masalah kesetiaan, mengingat dan memperhatikan cukup banyak orang tidak dan kurang setia dalam cara hidup maupun cara kerja. "Setia adalah sikap dan perilaku yang menunjukkan keterikatan dan kepedulian atas perjanjian yang telah dibuat. Ini diwujudkan dalam perilaku tetap memilih dan mempertahankan perjanjian yang telah dibuat dari godaan-godaan lain yang lebih menguntungkan" (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka – Jakarta 1997, hal 24-25).

 

Pertama-tama dan terutama kami mengajak dan mengingatkan mereka yang berkeluarga, para suami-isteri untuk setia pada janji perkawinan yang telah dibuatnya, tidak selingkuh, bercerai atau berpisah. Kesetiaan anda sebagai suami-isteri akan menjadi teladan atau panutan bagi anak-anak anda, dan ketika anak-anak tumbuh berkembang menjadi dewasa, terpanggil untuk jalan hidup atau panggilan apapun pasti akan setia menghayatinya. Para imam, bruder maupun suster hendaknya juga setia pada panggilan dan tugas pengutusan masing-masing, sehingga juga menjadi teladan kesetiaan bagi umat yang harus dilayaninya. Sedangkan para pelajar maupun mahasiswa kami harapkan setia dalam belajar sehingga sukses dan berhasil dalam belajar. Para pekerja atau pegawai setia pada tugas dan kewajibannya, tidak bermalas-malas di tempat kerja.

 

"Sebab itu ketahuilah pada hari ini dan camkanlah, bahwa TUHANlah Allah yang di langit di atas dan di bumi di bawah, tidak ada yang lain. Berpeganglah pada ketetapan dan perintah-Nya yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, supaya baik keadaanmu dan keadaan anak-anakmu yang kemudian, dan supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu untuk selamanya." (Ul 4:39-40). Kutipan dari kitab Ulangan ini kiranya menjadi peneguh dan peringatan bagi kita semua untuk senantiasa 'berpegang pada ketetapan dan perintah Allah' kapan pun dan dimana pun. Perintah dan ketetapan Allah antara lain dapat kita temukan dalam Kitab Suci kita masing-masing.

 

"Sebab firman TUHAN itu benar, segala sesuatu dikerjakan-Nya dengan kesetiaan. Ia senang kepada keadilan dan hukum; bumi penuh dengan kasih setia TUHAN.Oleh firman TUHAN langit telah dijadikan, oleh nafas dari mulut-Nya segala tentaranya. Sebab Dia berfirman, maka semuanya jadi; Dia memberi perintah, maka semuanya ada" (Mzm 33:4-6.9)

 

Ign 3 Juni 2012


Jumat, 01 Juni 2012

2 Juni

"Baptisan Yohanes itu dari sorga atau dari manusia?"

(Yud 17.20b-25; Mrk 11:27-33)

" Lalu Yesus dan murid-murid-Nya tiba pula di Yerusalem. Ketika Yesus berjalan di halaman Bait Allah, datanglah kepada-Nya imam-imam kepala, ahli-ahli Taurat dan tua-tua, dan bertanya kepada-Nya: "Dengan kuasa manakah Engkau melakukan hal-hal itu? Dan siapakah yang memberikan kuasa itu kepada-Mu, sehingga Engkau melakukan hal-hal itu?" Jawab Yesus kepada mereka: "Aku akan mengajukan satu pertanyaan kepadamu. Berikanlah Aku jawabnya, maka Aku akan mengatakan kepadamu dengan kuasa manakah Aku melakukan hal-hal itu. Baptisan Yohanes itu, dari sorga atau dari manusia? Berikanlah Aku jawabnya!" Mereka memperbincangkannya di antara mereka, dan berkata: "Jikalau kita katakan: Dari sorga, Ia akan berkata: Kalau begitu, mengapakah kamu tidak percaya kepadanya? Tetapi, masakan kita katakan: Dari manusia!" Sebab mereka takut kepada orang banyak, karena semua orang menganggap bahwa Yohanes betul-betul seorang nabi. Lalu mereka menjawab Yesus: "Kami tidak tahu." Maka kata Yesus kepada mereka: "Jika demikian, Aku juga tidak mengatakan kepadamu dengan kuasa manakah Aku melakukan hal-hal itu." (Mrk 11:27-33), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Karena merasa tersingkir dan pamornya di kalangan rakyat semakin berkurang gara-gara kehadiran Yesus, maka imam-imam kepala, ahli-ahli Taurat dan tua-tua Yahudi berusaha menyingkirkan Yesus dengan pertanyaan-pertanyaan jebakan. Mereka mempertanyakan perihal kuasa yang Ia terima, dan Yesus  tahu maksud jahat mereka, maka Ia pun ganti bertanya perihal baptisan Yohanes, dari sorga atau dari manusia. Baptisan Yohanes telah dipercaya oleh rakyat banyak sebagai yang berasal dari sorga, maka mereka pun tak berani menanggapinya serta mengaku tidak tahu, karena takut kalah berdebat, dan dengan demikian pamor mereka semakin merosot. Begitulah orang-orang yang gila kuasa dan kehormatan duniawi serta hanya mengutamakan kepentingan pribadi: mereka semakin terpojok dan tersingkir. Maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan kita semua untuk tidak mengutamakan kepentingan pribadi, melainkan kepentingan dan kesejahteraan umum atau rakyat dalam cara hidup dan cara bertindak kita dimana pun dan kapan pun. Ingatlah dan hayati bahwa masing-masing dari kita berasal dari Allah, ciptaan Allah, dan Allah menghendaki agar kita semua selamat dan berbahagia, seluruh umat manusia di dunia ini selamat, bahagia dan sejahtera, baik lahir maupun batin, fisik maupun spiritual. Hari ini kami di Seminari Menengah Mertoyudan sedang mengenangkan satu abad berdirinya Seminari Menengah, mengenangkan proses pembinaan dan pembelajaran pribadi-pribadi yang tergerak untuk kesejahteraan dan kebahagiaan umum, dan ribuan alumni telah tersebar ke seluruh dunia, maka kami berharap kepada para alumni Seminari Menengah Mertoyudan untuk senantiasa dapat menjadi orang bagi dan bersama orang lain (to man with/for others).

·   "Peliharalah dirimu demikian dalam kasih Allah sambil menantikan rahmat Tuhan kita, Yesus Kristus, untuk hidup yang kekal. Tunjukkanlah belas kasihan kepada mereka yang ragu-ragu, selamatkanlah mereka dengan jalan merampas mereka dari api. Tetapi tunjukkanlah belas kasihan yang disertai ketakutan kepada orang-orang lain juga, dan bencilah pakaian mereka yang dicemarkan oleh keinginan-keinginan dosa." (Yud 21-23). Kutipan ini kiranya cukup jelas bagi kita semua: suatu ajakan untuk senantiasa hidup dalam kasih Allah dengan berbelas kasih kepada mereka yang hidup dalam keraguan atau berkeinginan jahat. Kepada mereka ini hendaknya kita sampaikan pencerahan-pencerahan, entah berupa kata-kata atau tindakan, sebagaimana dilakukan oleh Yesus kepada orang-imam-imam kepala, ahli-ahli Taurat dan tua-tua Yahudi, yang berpikiran dan berkeinginan jahat. Pikiran dan keinginan jahat mereka memang muncul dari keraguan, yang terus-menerus ditutup-tutupi atau disembunyikan. Maka kepada mereka yang berada dalam keraguan kami harapkan dengan jujur mengakuinya dan kemudian dengan rendah hati minta bantuan orang lain guna mengatasi keraguannya. Ingatlah akan motto 'malu bertanya sesat di jalan'!. Sebaliknya kepada siapapun yang membantu mereka yang berada dalam keraguan hendaknya sungguh dijiwai oleh belas kasih Allah, yang berarti dengan lemah lembut, rendah hati dan sopan memberi penerangan atau penjelasan, sehingga penerangan atau penjelasan yang disampaikan kepada orang lain dapat diterima dengan senang hati. Belas kasih Allah kami harapkan juga menjiwai cara hidup dan cara bertindak para orangtua maupun para guru/pendidik dalam rangka mendampingi dan mendidik anak-anaknya/para peserta didiknya.

"Bagi-Mulah puji-pujian di Sion, ya Allah; dan kepada-Mulah orang membayar nazar. Engkau yang mendengarkan doa. Kepada-Mulah datang semua yang hidup karena bersalah. Bilamana pelanggaran-pelanggaran kami melebihi kekuatan kami, Engkaulah yang menghapuskannya. Berbahagialah orang yang Engkau pilih dan yang Engkau suruh mendekat untuk diam di pelataran-Mu! Kiranya kami menjadi kenyang dengan segala yang baik di rumah-Mu, di bait-Mu yang kudus" (Mzm 65:2-5)

Ign 2 Juni 2012


Kamis, 31 Mei 2012

1 Juni


"Kamu adalah garam dunia"

(1Kor 1:18-25; Mat 5:13-19)

 "Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang. Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi. Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu. Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga." "Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titik pun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi. Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga; tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga." (Mat 5:13-19), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St.Yustinus, martir, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Garam sedikit sebagai kelengkapan bumbu makanan membuat makanan yang bersangkutan enak dan nikmat, demikian juga api yang kecil dapat menjadi besar ketika digunakan untuk membakar sampah atau bangunan. "Saya sendiri tak ingin tergolek begittu saja seperti dalam museum. Saya ingin hidup di tengah pergolakan kehidupan", demikin kutipan dalam Majalah Tempo, dalam rangka mengenangkan almarhum Yustinus Kardinal Darmojuwono pr, setelah Yang Mulia dipanggil Tuhan pada tanggal 3 Februari 1994. Bapak Kardinal Darmojuwono pr ketika dibaptis menjadi katolik diberi nama pelindung St.Yustinus, dan kiranya kita semua tahu bahwa Yang Mulia sungguh menjadi 'garam dan terang dunia' dalam rangka menghayati panggilan maupun melaksanakan tugas pengutusannya. Maka dalam rangka mengenangkan pesta St.Yustinus hari ini kami mengajak segenap umat beriman, khususnya yang beriman kepada Yesus Kristus untuk dapat menjadi 'garam dan terang dunia' dalam cara hidup dan cara bertindak setiap hari dimana pun dan kapan pun. Menjadi 'garam dan terang dunia' berarti cara hidup dan cara bertindaknya senantiasa membuat lingkungan hidupnya enak dan nikmat untuk didiami serta dapat membantu orang lain semakin menemukan jati diri dan panggilannya alias menerangi mereka yang berada di dalam kegelapan atau kebingungan. Maka marilah kita mawas diri apakah derap langkah dan kinerja kita senantiasa membuat lingkungan hidup semakin enak dan nikmat didiami maupun membantu orang lain untuk semakin menemukan jati diri dan panggilan hidupnya. Kita semua juga dipanggil untuk mentaati dan melaksanakan aneka tata tertib atau aturan dengan sepenuh hati, betapapun sederhana atau kecil tata tertib atau aturan tersebut.

·   "Pemberitaan tentang salib memang adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa, tetapi bagi kita yang diselamatkan pemberitaan itu adalah kekuatan Allah" (1Kor 1:18). Taat dan setia dalam melaksanakan aneka tata tertib atau aturan tak akan pernah terlepas dari perjuangan dan pengorbanan maupun penderitaan. Orang yang taat dan setia memang menunjukkan bahwa kekuatan atau rahmat Allah hidup dan bekerja dalam dirinya yang lemah dan rapuh alias yang bersangkutan dengan sepenuh hati, jiwa, pikiran dan tenaga melaksanakan tata tertib atau aturan maupun menghayati panggilan. Kita yang beriman kepada Yesus Kristus dipanggil untuk setia meneladan Dia, yang telah rela menderita, wafat di kayu salib dan dibangkitkan dari mati demi keselamatan seluruh dunia. Kami percaya bahwa para ibu yang telah mengandung dan melahirkan anaknya memiliki pengalaman akan pendeitaan sebagai konsekwensi pada jati diri dan panggilannya, dan penderitaan yang telah dialaminya merupakan jalan menuju  kesejahteraan atau kebahagiaan sejati. Sebagai orang yang beriman kepada Yesus Kristus, kiranya setiap hari kita membuat tanda salib, dengan harapan hidup dan bertindak meneladan Yang Tersalib, dengan kata lain mempersembahkan diri seutuhnya pada panggilan maupun tugas pengutusan. Setia pada tugas dan panggilan tak akan pernah terlepas dari penderitaan dan pengorbanan, maka hendaknya ketika harus menderita dan berkorban demi tugas dan panggilan, kami harapkan untuk terus gembira dan ceria menghadapinya, karena dengan demikian penderitaan dan pengorbanan tersebut tidak akan sia-sia. Kami berharap anak-anak di dalam keluarga sedini mungkin dilatih dan dibiasakan dalam hal kesetiaan, yang mungkin harus disertai dengan penderitaan dan pengorbanan.

"Bersyukurlah kepada TUHAN dengan kecapi, bermazmurlah bagi-Nya dengan gambus sepuluh tali! Nyanyikanlah bagi-Nya nyanyian baru; petiklah kecapi baik-baik dengan sorak-sorai! Sebab firman TUHAN itu benar, segala sesuatu dikerjakan-Nya dengan kesetiaan.Ia senang kepada keadilan dan hukum; bumi penuh dengan kasih setia TUHAN. Oleh firman TUHAN langit telah dijadikan, oleh nafas dari mulut-Nya segala tentaranya.Ia mengumpulkan air laut seperti dalam bendungan," (Mzm 33:2-7) Ign 1 Juni 2012


Rabu, 30 Mei 2012

31 Mei


"Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu."

(Rm 12:9-16b; Lk 1:39-56)

" Beberapa waktu kemudian berangkatlah Maria dan langsung berjalan ke pegunungan menuju sebuah kota di Yehuda. Di situ ia masuk ke rumah Zakharia dan memberi salam kepada Elisabet. Dan ketika Elisabet mendengar salam Maria, melonjaklah anak yang di dalam rahimnya dan Elisabet pun penuh dengan Roh Kudus, lalu berseru dengan suara nyaring: "Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu. Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku? Sebab sesungguhnya, ketika salammu sampai kepada telingaku, anak yang di dalam rahimku melonjak kegirangan. Dan berbahagialah ia, yang telah percaya, sebab apa yang dikatakan kepadanya dari Tuhan, akan terlaksana." Lalu kata Maria: "Jiwaku memuliakan Tuhan, dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku, sebab Ia telah memperhatikan kerendahan hamba-Nya. Sesungguhnya, mulai dari sekarang segala keturunan akan menyebut aku berbahagia, karena Yang Mahakuasa telah melakukan perbuatan-perbuatan besar kepadaku dan nama-Nya adalah kudus. Dan rahmat-Nya turun-temurun atas orang yang takut akan Dia.Ia memperlihatkan kuasa-Nya dengan perbuatan tangan-Nya dan mencerai-beraikan orang-orang yang congkak hatinya; Ia menurunkan orang-orang yang berkuasa dari takhtanya dan meninggikan orang-orang yang rendah; Ia melimpahkan segala yang baik kepada orang yang lapar, dan menyuruh orang yang kaya pergi dengan tangan hampa; Ia menolong Israel, hamba-Nya, karena Ia mengingat rahmat-Nya, seperti yang dijanjikan-Nya kepada nenek moyang kita, kepada Abraham dan keturunannya untuk selama-lamanya." Dan Maria tinggal kira-kira tiga bulan lamanya bersama dengan Elisabet, lalu pulang kembali ke rumahnya" (Luk 1:39-56), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan Pesta SP Maria Mengunjungi Elisabet hari ini, saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Pada hari terakhir bulan Mei untuk menghormati dan memperdalam devosi kita kepada SP Maria kita diajak untuk mengenangkan SP Maria yang mengunjungi Elisabet, saudarinya. SP Maria adalah teladan umat beriman dan ia mengunjungi Elisabet, saudarinya atas informasi dari malaikat bahwa saudarinya tersebut dalam usia usurnya mengandung anaknya yang pertama, sedangkan SP Maria sendiri juga mulai mengandung karena Roh Kudus. Kami percaya bahwa perempuan yang baik ketika mengetahui dirinya mulai mengandung anaknya yang pertama pasti sangat berbahagia dan tergerak untuk memberitahukan kebahagiaannya kepada saudara-saudarinya, dan tentu saja setelah memberi tahu suaminya yang terkasih. Memang sungguh merupakan kebenaran ilahi bahwa orang yang sedang bergembira atau berbahagia kemudian tergerak menyebaluaskan kebahagiaan atau kegembiraannya kepada orang lain. Dalam rangka mengenangkan pesta SP Maria Mengunjungi Elisabet hari ini kami mengajak kita semua untuk senantiasa bermurah hati menyebarluaskan atau memberitahukan kebagiaam, kebaikan dan kegembiraan kepada orang lain, dengan kata lain kita semua dipanggil untuk menjadi pewarta apa yang baik, menggembirakan dana membahagiakan orang lain. Kita hendaknya juga meneladan SP Maria dengan saling mengunjungi atau mendatangi saudara-saudari kita, dan sekiranya tidak mungkin mengunjungi secara fisik hendaknya saling mendoakan, misalnya setiap hari kita mendoakan orangtua, kakak-adik, sahabat dll ..secara singkat sebelum istirahat malam.

·   "Hendaklah kasih itu jangan pura-pura! Jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang baik. Hendaklah kamu saling mengasihi sebagai saudara dan saling mendahului dalam memberi hormat. Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan." (Rm 12:9-11), demikian nasihat Paulus kepada umat di Roma, kepada kita semua segenap umat beriman. Kasih memang pertama-tama dan terutama harus diwujudkan secara konkret dalam tindakan atau perilaku, bukan dengan kata-kata manis dan mesra saja. Kita juga diingatkan untuk tidak melakukan apa yang jahat dan senantiasa melakukan apa yang baik dalam cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari dimana pun dan kapan pun. Apa yang disebut baik senantiasa berlaku secara universal, kapan saja dan dimana saja. Marilah kita juga rajin dalam bekerja maupun belajar, tidak memboroskan waktu dan tenaga alias bermalas-malasan; ingatlah bahwa 'malas merupakan bantal setan' alias kemalasan merupakan motivasi untuk melakukan apa yang jahat. Kami berharap anak-anak di dalam keluarga sedini mungkin dididik dan dibina dalam hal kerajinan: rajin berdoa, rajin belajar, rajin membantu orangtua dst, dan tentu saja dengan teladan konkret dari para orangtua atau bapak-ibu. Rajin adalah pangkal pandai dan cerdas. Di sekolah-sekolah hendaknya juga digerakkan hidup dan berindak rajin dalam proses belajat-mengajar.

"Sungguh, Allah itu keselamatanku; aku percaya dengan tidak gementar, sebab TUHAN ALLAH itu kekuatanku dan mazmurku, Ia telah menjadi keselamatanku." Maka kamu akan menimba air dengan kegirangan dari mata air keselamatan. Pada waktu itu kamu akan berkata: "Bersyukurlah kepada TUHAN, panggillah nama-Nya, beritahukanlah perbuatan-Nya di antara bangsa-bangsa, masyhurkanlah, bahwa nama-Nya tinggi luhur! Bermazmurlah bagi TUHAN, sebab perbuatan-Nya mulia; baiklah hal ini diketahui di seluruh bumi! Berserulah dan bersorak-sorailah, hai penduduk Sion, sebab Yang Mahakudus, Allah Israel, agung di tengah-tengahmu!" (Yes 12:2-6)

Ign 31 Mei 2012


Selasa, 29 Mei 2012

30 mei

"Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani"

(1Pet 1:18-25; Mrk 10:32-45)

" Yesus dan murid-murid-Nya sedang dalam perjalanan ke Yerusalem dan Yesus berjalan di depan. Murid-murid merasa cemas dan juga orang-orang yang mengikuti Dia dari belakang merasa takut. Sekali lagi Yesus memanggil kedua belas murid-Nya dan Ia mulai mengatakan kepada mereka apa yang akan terjadi atas diri-Nya, kata-Nya: "Sekarang kita pergi ke Yerusalem dan Anak Manusia akan diserahkan kepada imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, dan mereka akan menjatuhi Dia hukuman mati. Dan mereka akan menyerahkan Dia kepada bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, dan Ia akan diolok-olokkan, diludahi, disesah dan dibunuh, dan sesudah tiga hari Ia akan bangkit." Lalu Yakobus dan Yohanes, anak-anak Zebedeus, mendekati Yesus dan berkata kepada-Nya: "Guru, kami harap supaya Engkau kiranya mengabulkan suatu permintaan kami!" Jawab-Nya kepada mereka: "Apa yang kamu kehendaki Aku perbuat bagimu?" Lalu kata mereka: "Perkenankanlah kami duduk dalam kemuliaan-Mu kelak, yang seorang lagi di sebelah kanan-Mu dan yang seorang di sebelah kiri-Mu." Tetapi kata Yesus kepada mereka: "Kamu tidak tahu apa yang kamu minta. Dapatkah kamu meminum cawan yang harus Kuminum dan dibaptis dengan baptisan yang harus Kuterima?" Jawab mereka: "Kami dapat." Yesus berkata kepada mereka: "Memang, kamu akan meminum cawan yang harus Kuminum dan akan dibaptis dengan baptisan yang harus Kuterima. Tetapi hal duduk di sebelah kanan-Ku atau di sebelah kiri-Ku, Aku tidak berhak memberikannya. Itu akan diberikan kepada orang-orang bagi siapa itu telah disediakan." Mendengar itu kesepuluh murid yang lain menjadi marah kepada Yakobus dan Yohanes. Tetapi Yesus memanggil mereka lalu berkata: "Kamu tahu, bahwa mereka yang disebut pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi, dan pembesar-pembesarnya menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi yang terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya.Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang." (Mrk 10:32-45), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Sebagai orang yang beriman kepada Yesus Kristus kita semua dipanggil untuk meneladan cara hidup dan cara bertindakNya, antara lain "datang tidak untuk dilayani, melainkan melayani".  Cirikhas seorang pelayan yang baik adalah dengan rendah hati dan kerja keras berusaha untuk membahagiakan dan menyelamatkan yang dilayani, maka marilah kita dengan rendah hati dan kerja keras berusaha saling membahagiakan dan melayani satu sama lain  dimana pun kita berada maupun kita pergi. Marilah kita saling mempersembahkan atau memberikan cita-cita, harapan dan dambaan kita alias bercurhat perihal cita-cita, harapan dan dambaan serta kemudian bersinerji atau bekerjasama untuk mewujudkannya. Marilah kita jauhkan aneka macam perilaku sombong maupun kekerasan dalam cara hidup dan cara bertindak kita. Perkenankan secara khusus kami mengajak dan mengingatkan para pemimpin atau atasan dalam kehidupan bersama dimana pun atau apapun untuk bersikap mental dan bertindak melayani dengan rendah hati: berusaha dengan keras dan rendah hati membahagiakan dan menyelamatkan mereka yang harus dipimpin atau dilayani. Tanda kesuksesan atau keberhasilan seorang pemimpin adalah mereka yang dipimpin bahagia, sealamat dan sejahtera baik secara fisik maupun spiritual, jasmani maupun rohani.

·    "Semua yang hidup adalah seperti rumput dan segala kemuliaannya seperti bunga rumput, rumput menjadi kering, dan bunga gugur, tetapi firman Tuhan tetap untuk selama-lamanya." Inilah firman yang disampaikan Injil kepada kamu" (1Pet 1:24-25). Apa yang dikatakan oleh Petrus ini mengingatkan kita semua bahwa apa yang ada di dunia ini bersifat sementara, tidak abadi, termasuk diri kita sebagai manusia. Kita masing-masing berasal dari tanah dan akan kembali menjadi tanah ketika dipanggil Tuhan nanti. Dengan kata lain kita semua adalah orang-orang yang lemah, rapuh dan tak berdaya, dan jika ada apa yang baik, luhur, mulia, kuat, indah, menarik dan mempesona dalam diri kita sungguh merupakan anugerah atau rahmat Tuhan, bukan hasil kerja atau keringat kita. Yang abadi adalah firman atau sabda Tuhan, maka jika kita mendambakan hidup bahagia, selamat dan damai sejahtera, hendaknya kita setia melaksanakan sabda atau firman Tuhan, antara lain sebagaimana tertulis di dalam Kitab Suci. Marilah kita kenangkan bahwa para santo atau santa telah hidup dan bertindak sesuai dengan sabda Tuhan, sehingga nama mereka dikenang sampai kini, menjadi nama baptis kita masing-masing. Hal yang sama terjadi dalam diri para pahlawan, yang telah membaktikan diri sepenuhnya demi keselamatan seluruh bangsa dan rakyat, dimana namanya diabadikan dalam nama-nama jalan atau bangunan. Marilah kita baktikan hidup kita demi keselamatan atau kebahagiaan saudara-saudari kita.

" Megahkanlah TUHAN, hai Yerusalem, pujilah Allahmu, hai Sion! Sebab Ia meneguhkan palang pintu gerbangmu, dan memberkati anak-anakmu di antaramu. Ia memberikan kesejahteraan kepada daerahmu dan mengenyangkan engkau dengan gandum yang terbaik. Ia menyampaikan perintah-Nya ke bumi; dengan segera firman-Nya berlari." (Mzm 147:12-15)

Ign 30 Mei 2012

Note: Hari ini adalah HUT Seminari Menengah Mertoyudan ke 100, yang akan dirayakan besok  Sabtu tgl 2 Juni 2012, dengan acara pk 09.00 Perayaan Ekaristi dan Pagelaran Seni Daerah, pk 21.00 Pagelaran Wayang Kulit semalam suntuk, Datanglah dan hadirilah

 


29 Mei


"Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau!"

(1Pet 1:10-16; Mrk 10:28-31)

" Berkatalah Petrus kepada Yesus: "Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau!" Jawab Yesus: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang karena Aku dan karena Injil meninggalkan rumahnya, saudaranya laki-laki atau saudaranya perempuan, ibunya atau bapanya, anak-anaknya atau ladangnya, orang itu sekarang pada masa ini juga akan menerima kembali seratus kali lipat: rumah, saudara laki-laki, saudara perempuan, ibu, anak dan ladang, sekalipun disertai berbagai penganiayaan, dan pada zaman yang akan datang ia akan menerima hidup yang kekal. Tetapi banyak orang yang terdahulu akan menjadi yang terakhir dan yang terakhir akan menjadi yang terdahulu." (Mrk 10:28-31), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Kutipan Warta Gembira hari ini kiranya baik untuk dijadikan refleksi bagi mereka yang terpanggil untuk menjadi imam, bruder atau suster, maupun para orangtua yang anaknya tergerak atau memiliki keinginan untuk menjadi imam, bruder atau suster. Sering ada komentar atau keluh kesah ketika ada anak yang terpanggil menjadi imam, bruder atau suster, orangtua merasa kehilangan seorang anak. Terpanggil menjadi imam, bruder atau suster sekilas memang tidak ada lagi ikatan darah dengan orangtua maupun keluarganya, padahal dalam kenyataan relasi spiritual lebih handal dan kuat daripada relasi darah dan daging. Pengalaman saya pribadi sebagai seorang imam tidak pernah merasa jauh dari orangtua maupun keluarga, melainkan setiap hari berrelasi yaitu dengan mendoakannya. Secara social kami pun memiliki banyak sahabat dan rekan, yang tak terhitung jumlahnya. Maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan para imam, bruder atau suster untuk setiap hari mendoakan orangtua maupun kakak dan adiknya, sedangkan kepada para orangtua kami harapkan dengan penuh syukur berterima kasih kepada Tuhan ketika salah seorang anaknya terpanggil menjadi imam, bruder atau suster. Bahkan kami mengajak para orangtua untuk berpromosi panggilan menjadi imam, bruder atau suster, antara lain dengan membina dan mendidik anak-anak untuk peka akan orang lain alias memiliki kepedulian pada orang lain, terutama bagi mereka yang miskin dan berkekurangan.  "To be man or woman with/for others", itulah yang hendaknya menjadi acuan bagi para orangtua dalam mendidik dan mendampingi anak-anaknya.

·   "Hiduplah sebagai anak-anak yang taat dan jangan turuti hawa nafsu yang menguasai kamu pada waktu kebodohanmu, tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus" (1Pet 1:14-16). Marilah anak-anak kita didik dan dampingi untuk menjadi 'anak-anak yang taat dan tidak menuruti hawa nafsu', sehingga menjadi kudus atau suci. Kudus atau suci berarti dipersembahkan seutuhnya kepada Tuhan, karena anak juga merupakan anugerah Tuhan. Saya percaya ketika anak baru saja dilahirkan adalah kudus atau suci adanya, dan memang semakin tambah usia atau besar karena pengaruh lingkungan ternyata juga semakin tambah dosanya alias ada kecenderungan tidak suci lagi. Kami berharap agar lingkungan hidup keluarga dapat membantu dan memotivasi anak-anak untuk tumbuh berkembang menjadi pribadi yang kudus atau suci. Untuk itu orangtua atau bapak-ibu hendaknya dapat menjadi teladan hidup suci bagi anak-anaknya, setia hidup saling mengasihi sebagai suami-isteri sampai mati. Sebagai orang beriman dan beragama hendaknya didalam keluarga setiap hari diselenggarakan doa bersama, saling mendoakan satu sama lain, syukur juga dapat diadakan pendalaman iman atau kitab suci, saling berbagi pengalaman iman. Sebagai rector Seminari Menengah Mertoyudan saya sangat terkesan akan sharing seorang seminaris, dimana tiga bersaudara tergerak untuk menjadi imam dan suster: dua anak laki-laki yang satu telah menjadi frater SJ dan adiknya saat ini diterima sebagai novis SJ, sedangkan adiknya/si bungsu, perempuan juga akan menjadi suster. Semoga nafsu-nafsu duniawi seperti seks, narkoba, semangat materialistis tidak menjiwai seluruh anggota keluarga.

"Nyanyikanlah nyanyian baru bagi TUHAN, sebab Ia telah melakukan perbuatan-perbuatan yang ajaib; keselamatan telah dikerjakan kepada-Nya oleh tangan kanan-Nya, oleh lengan-Nya yang kudus. TUHAN telah memperkenalkan keselamatan yang dari pada-Nya, telah menyatakan keadilan-Nya di depan mata bangsa-bangsa. Ia mengingat kasih setia dan kesetiaan-Nya terhadap kaum Israel, segala ujung bumi telah melihat keselamatan yang dari pada Allah kita.Bersorak-soraklah bagi TUHAN, hai seluruh bumi, bergembiralah, bersorak-sorailah dan bermazmurlah!" (Mzm 98:1-4)

Ign 29 Mei 2012


Minggu, 27 Mei 2012

28 Mei


"Lebih mudah seekor unta melewati lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah."

(1Pet 1:3-9; Mrk 10:17-27)

" Pada waktu Yesus berangkat untuk meneruskan perjalanan-Nya, datanglah seorang berlari-lari mendapatkan Dia dan sambil bertelut di hadapan-Nya ia bertanya: "Guru yang baik, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?" Jawab Yesus: "Mengapa kaukatakan Aku baik? Tak seorang pun yang baik selain dari pada Allah saja. Engkau tentu mengetahui segala perintah Allah: Jangan membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta, jangan mengurangi hak orang, hormatilah ayahmu dan ibumu!" Lalu kata orang itu kepada-Nya: "Guru, semuanya itu telah kuturuti sejak masa mudaku." Tetapi Yesus memandang dia dan menaruh kasih kepadanya, lalu berkata kepadanya: "Hanya satu lagi kekuranganmu: pergilah, juallah apa yang kaumiliki dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku." Mendengar perkataan itu ia menjadi kecewa, lalu pergi dengan sedih, sebab banyak hartanya. Lalu Yesus memandang murid-murid-Nya di sekeliling-Nya dan berkata kepada mereka: "Alangkah sukarnya orang yang beruang masuk ke dalam Kerajaan Allah." Murid-murid-Nya tercengang mendengar perkataan-Nya itu. Tetapi Yesus menyambung lagi: "Anak-anak-Ku, alangkah sukarnya masuk ke dalam Kerajaan Allah. Lebih mudah seekor unta melewati lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah." Mereka makin gempar dan berkata seorang kepada yang lain: "Jika demikian, siapakah yang dapat diselamatkan?" Yesus memandang mereka dan berkata: "Bagi manusia hal itu tidak mungkin, tetapi bukan demikian bagi Allah. Sebab segala sesuatu adalah mungkin bagi Allah."(Mrk 10:17-27), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sbb.:

·   Mulai hari ini kita kembali memasuki masa Biasa dalam Kalendarium Tahun Liturgi, dan dalam kutipan Warta Gembira hari ini kita diingatkan bahwa dalam kehidupan biasa setiap hari kita harus tetap setia pada iman kita alias dirajai oleh Allah terus menerus alias tetap hidup baik, bermoral dan berbudi pekerti luhur. Memang untuk hidup dan bertindak demikian tidak mudah alias sulit, bagaikan 'seekor unta melewati lobang jarum'. Dengan kata lain di dalam hidup sehari-hari, dalam berpartisipasi ke dalam seluk beluk duniawi atau mendunia kita akan menghadapi aneka macam masalah, tantangan dan hambatan. "Bagi manusia hal itu tidak mungkin, tetapi bukan demikian bagi Allah. Sebab segala sesuatu mungkin bagi Allah", demikian sabda Yesus yang hendaknya kita renungkan dan kita jadikan pegangan dalam cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari, dalam menghadapi aneka masalah, tantangan dan hambatan. Allah hadir dan berkarya dimana-mana dan kapan saja, tidak terikat oleh ruang dan waktu, maka dengan ini kami mengajak segenap umat beriman untuk menjumpai atau menemukan Allah dalam segala sesuatu. Dengan kata lain dalam aneka masalah, tantangan dan hambatan, hendaknya dicari peluang dan kesempatan guna mengatasinya: menemukan dan mengimani aneka kehendak baik dalam masalah, hambatan dan tantangan yang ada. Marilah kita senantiasa berpikiran positif terhadap segala sesuatu agar kita dapat mengatasi aneka masalah, tantangan dan hambatan.

·   "Kamu, yang dipelihara dalam kekuatan Allah karena imanmu sementara kamu menantikan keselamatan yang telah tersedia untuk dinyatakan pada zaman akhir. Bergembiralah akan hal itu, sekalipun sekarang ini kamu seketika harus berdukacita oleh berbagai-bagai pencobaan"(1Pet 1:5-6), demikian nasihat Petrus kepada kita semua, umat beriman. Berbagai-bagai pencobaan menghadang kita dalam penghayatan iman, antara lain berupa rayuan atau godaan aneka kenikmatan seksual, fisik, emosi, makanan dan minuman atau harta benda alias aneka macam hedonism. Godaan atau rayuan yang umum kiranya adalah kenikmatan makanan dan minuman serta seksual. Dalam hal makan dan minum banyak orang berpedoman pada enak/nikmat dan tidak enak/nikmat, bukan sehat dan tidak sehat, dan orang lebih cenderung untuk menikmati yang enak dan nikmat tetapi tidak sehat. Jika dalam hal makan dan minum kita berpedoman pada enak, nikmat dan tidak sehat, maka dalam hal pergaulan, bekerja atau hidup bersama pada umumnya kita juga akan cari enak atau nikmat sendiri tanpa memperhatikan kepentingan orang lain. Demikian  juga orang yang dikuasai oleh kenikmatan seksual pada umumnya lalu cenderung berbuat jahat, entah pergi ke pelacuran atau melakukan korupsi, yang berarti merusak diri sendiri maupun orang lain. Marilah kita hidup dan bertindak berpedoman pada apa yang sehat meskipun tidak enak.

"Haleluya! Aku mau bersyukur kepada TUHAN dengan segenap hati, dalam lingkungan orang-orang benar dan dalam jemaah. Besar perbuatan-perbuatan TUHAN, layak diselidiki oleh semua orang yang menyukainya. Diberikan-Nya rezeki kepada orang-orang yang takut akan Dia. Ia ingat untuk selama-lamanya akan perjanjian-Nya.111:6 Kekuatan perbuatan-Nya diberitakan-Nya kepada umat-Nya, dengan memberikan kepada mereka milik pusaka bangsa-bangsa." (Mzm 111:1-2.5-6)

Ign 28 Mei 2012