Fans Page Facebook http://imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Sabtu, 21 Januari 2012

Minggu Biasa III


"Mari, ikutlah Aku dan kamu akan Kujadikan penjala manusia."
Mg Biasa III: 1Sam 3:3b-10.19; 1Kor 7:29-31; Mrk 1:14-20
Sebut saja namanya 'Pastor Yudas' (nama samaran) dan yang bersangkutan adalah ketua sebuah Yayasan Pendidikan di kota Metropolitan Jakarta yang cukup terkenal dan favorit. Ia bangga dan merasa sukses dalam karya atau tugasnya karena telah mampu mengumpulkan dana alias menambah simpanan dana abadi yayasan cukup besar, dalam hitungan milyard rupiah. Setiap akhir tahun dalam laporan pertanggungjawabannya senantiasa mengatakan bahwa telah memperoleh surplus anggaran cukup besar guna menambah simpanan dana abadi yayasan. Namun di sisi lain para pegawai maupun guru kurang memperoleh perhatian dalam hal imbal jasa, bahkan jika dihitung secara nominal imbal jasa pegawai honor maupun harian yang diterima sesuai dengan peraturan yayasan lebih rendah dari jumlah UMP setempat. Apa yang saya angkat di atas merupakan sebuah contoh, dan kiranya masih cukup banyak contoh lain dalam karya pelayanan pastoral di lingkungan Gereja Katolik yang demikian adanya alias lebih bersikap mental materialistis daripada spiritual, lebih menekankan "material investment"  daripada "human investment". Rasanya ini merupakan buah iklim materialistis dan bisnis yang lebih dominan di negeri Indonesia tercinta ini, sebagaimana nampak dalam korupsi yang terjadi di linngkungan atau jajaran Departemen Pendidikan maupun Departemen Agama. Maka marilah kita renungkan sabda Yesus kepada para rasul di bawah ini, sebagai acuan kita dalam cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari dimana pun dan kapan pun
"Mari, ikutlah Aku dan kamu akan Kujadikan penjala manusia." (Mrk 1:17)
"The man behind the gun" = Manusia dibalik senjata, itulah kata sebuah pepatah yang mengajak dan mengingatkan kita semua untuk lebih mengutamakan atau mengedepankan manusia dari pada harta benda atau materi. Dengan kata lain hendaknya kita senantiasa hidup dan bertindak secara manusiawi, sehingga dengan mudah melangkah ke yang spiritual atau rohani. Kami berharap agar anggaran belanja, entah di dalam keluarga, organisasi maupun pemerintah sungguh mengutamakan pendidikan atau pembinaan manusia, bukan pembangunan gedung dengan sarana prasarananya, sebagaimana menjadi opsi DPR RI yang ingin membangun gedung baru DPR RI yang megah atau memperbaiki toilet, yang tidak masuk akal. Orang-orang atau rakyat miskin saja kesulitan air bersih maupun MCK, lha kok para wakil rakyat ingin menghambur-hamburkan uang rakyat untuk kepentingan diri sendiri. Bukankah apa yang menjadi kecenderungan para wakil rakyat juga mempengaruhi sekompok warganegara yang bersikap mental materialistis: dengan mudah ganti mobil baru, sarana-prasarana tehnologi baru dst.., padahal yang ada atau dimiliki masih berfungsi dengan baik dan normal.
Kami berharap gizi anak-anak, entah itu berupa makanan dan minuman maupun perhatian dan kasih sungguh memadai. "Boroskan waktu dan tenaga/harta benda/uang" anda untuk pendidikan atau pembinaan anak-anak, sehingga anak-anak tumbuh berkembang menjadi pribadi yang sehat jasmani atau phisiknya maupun rohani atau spiritualnya. "Waktunya telah genap; Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil!" (Mrk 1:15), demikian sabda Yesus. Kami berharap kepada mereka yang bersikap mental materialistis segera bertobat, dan percayalah pada Penyelenggaraan Ilahi atau Allah. Allah, yang telah menciptakan kita sesuai dengan gambar atau citraNya, hadir dan berkarya terus menerus dalam semua ciptaanNya, terutama dalam diri manusia, ciptaan yang terluhur dan termulia di bumi ini.
Marilah kita hayati dan tunjukkan bahwa kita manusia adalah ciptaan yang terluhur dan termulia di bumi ini, yang berarti menjadi 'tuan atas ciptaan-ciptaan lainnya'. Aneka jenis harta benda dan uang hendaknya difungsikan sebagai sarana atau jalan bagi manusia untuk mengejar tujuan manusia diciptakan, yaitu keselamatan  jiwa manusia, dengan mengabdi, menghormati, memuji dan memuliakan Allah dalam cara hidup dan cara bertindak setiap hari dimana pun dan kapan pun. Jika aneka harta benda dan uang mengganggu dalam mengejar tujuan manusia diciptakan, hendaknya segera dibuang atau dimusnahkan. Sikap mental materialistis hemat saya tidak hanya dihayati oleh mereka yang kaya akan harta benda atau uang, tetapi mereka yang miskin dan berkekurangan akan harta benda atau uang pun juga dapat bersikap mental materilistis, atau bahkan mereka yang telah berkaul untuk hidup miskin pun juga dapat bersikap mental materialistis. Sebagai orang yang beriman kepada Yesus Kristus, marilah kita meneladan "Ia, yang walaupun kaya telah memiskinkan dirinya agar dapat mengangkat orang miskin untuk menjadi kaya", tentu saja terutama dan pertama-tama adalah kaya akan nilai-nilai atau keutamaan-keutamaan kehidupan yang menyelamatkan jiwa manusia. Selanjutnya marilah kita renungkan sapaan Paulus kepada umat di Korintus di bawah ini.
"Saudara-saudara, inilah yang kumaksudkan, yaitu: waktu telah singkat! Karena itu dalam waktu yang masih sisa ini orang-orang yang beristeri harus berlaku seolah-olah mereka tidak beristeri; dan orang-orang yang menangis seolah-olah tidak menangis; dan orang-orang yang bergembira seolah-olah tidak bergembira; dan orang-orang yang membeli seolah-olah tidak memiliki apa yang mereka beli; pendeknya orang-orang yang mempergunakan barang-barang duniawi seolah-olah sama sekali tidak mempergunakannya. Sebab dunia seperti yang kita kenal sekarang akan berlalu" (1Kor 7:29-31)
Paulus mengingatkan kita semua bahwa segala sesuatu yang ada di dunia ini sungguh bersifat sementara, maka ia mengingatkan "orang-orang yang mempergunakan barang-barang duniawi seolah-olah sama sekali tidak mempergunakannya. Sebab dunia seperti yang kita kenal sekarang akan berlalu". Barang-barang duniawi adalah sarana dan bukan tujuan, sarana untuk membantu manusia dalam mengejar tujuan manusia diciptakan, yaitu demi keselamatan jiwa manusia. Maka dengan ini kami berharap dan mengingatkan anda sekalian jika ada barang-barang duniawi  yang mengganggu tujuan manusia diciptakan atau keselamatan jiwa hendaknya segera disingkirkan atau dimusnahkan. Hal yang senada adalah anggota-anggota tubuh kita, kaki, tangan, mulut, hidung dst.., hendaknya difungsikan demi keselamatan jiwa kita sendiri maupun jiwa orang lain.
Salah satu anggota tubuh kita yang penting adalah telinga, maka marilah kita fungsikan untuk mendengarkan sabda Tuhan, sebagaimana dihayati oleh Samuel dengan berkata "Berbicaralah, sebab hamba-Mu ini mendengar." (1Sam 3:10). Sabda Tuhan selain dapat kita temukan di dalam Kitab Suci, juga dapat kita temukan atau dengarkan melalui ciptaan-ciptaanNya di bumi ini, entah itu manusia, binatang maupun tanaman, yang antara lain menganugerahi kehidupan dan pertumbuhan atau perkembangan. Marilah kita hayati bahwa kita dapat hidup, tumbuh dan berkembang karena Tuhan, demikian juga ciptaan-ciptaan lainnya di bumi ini. Maka marilah kita saling mendengarkan satu sama lain, agar kita semakin diperkaya dengan pengalaman-pengalaman orang lain.
'Mendengarkan' merupakan salah satu keutamaan yang hendaknya terus menerus kita perdalam dan perkembangkan, karena apa yang kita dengarkan akan membentuk pribadi kita. Tentu saja seraya mendengarkan kita juga harus memilah dan memilih: yang baik kita tiru, sedangkan yang jelek atau jahat kita buang. Tentu saja kami juga berharap kepada kita semua akan apa-apa yang terdengar dari diri kita masing-masing adalah yang baik, yang menyelamatkan jiwa manusia. Dengan kata lain hendaknya kita senantiasa berusaha untuk melakukan apa yang baik dan menyelamatkan jiwa manusia.
"Ya Tuhan, tunjukkanlah itu kepadaku. Bawalah aku berjalan dalam kebenaran-Mu dan ajarlah aku, sebab Engkaulah Allah yang menyelamatkan aku, Engkau kunanti-nantikan sepanjang hari. Ingatlah segala rahmat-Mu dan kasih setia-Mu, ya TUHAN, sebab semuanya itu sudah ada sejak purbakala. Dosa-dosaku pada waktu muda dan pelanggaran-pelanggaranku janganlah Kauingat, tetapi ingatlah kepadaku sesuai dengan kasih setia-Mu, oleh karena kebaikan-Mu, ya TUHAN." (Mzm 25:4b-7)
Ign 22 Januari 2012
  

Jumat, 20 Januari 2012

google-site-verification: google874a50e20b486e9d.html

21 Jan


"Ia pun pergi menjual seluruh miliknya lalu membeli mutiara itu"
(1Kor 1:26-31; Mat 13:44-46)
"Hal Kerajaan Sorga itu seumpama harta yang terpendam di ladang, yang ditemukan orang, lalu dipendamkannya lagi. Oleh sebab sukacitanya pergilah ia menjual seluruh miliknya lalu membeli ladang itu. Demikian pula hal Kerajaan Sorga itu seumpama seorang pedagang yang mencari mutiara yang indah. Setelah ditemukannya mutiara yang sangat berharga, ia pun pergi menjual seluruh miliknya lalu membeli mutiara itu" (Mat 13:44-46), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St.Agnes, perawan dan martir, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   St.Agnes yang kita kenangkan hari ini adalah seorang gadis cantik dan baru berumur 13 tahun, namun demikian ia telah siap sedia untuk menjadi martir atau saksi iman, meskipun untuk itu ia harus dibunuh karena imannya. Bujukan agar ia meninggalkan imannya begitu menggebu-gebu, antara lain anak kaisar, seorang pemuda yang tampan, merayunya untuk menjadi isterinya asal Agnes mau meninggalkan imannya. Tawaran atau rayuan kekayaan, ketampanan dan kedudukan tak menggoyahkan Agnes. Maka baiklah dalam rangka mengenangkan St.Agnes ini kami mengajak dan mengingatkan kita semua untuk mawas diri perihal panggilan kemartiran kita sebagai umat beriman, untuk senantiasa setia pada iman dan panggilan kita masing-masing. "Setia adalah sikap dan perilaku yang menunjukkan keterikatan dan kepedulian atas perjanjian yang telah dibuat" (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka – Jakarta 1997, hal 24). Hidup dan bertindak setia pada masa kini memang cukup berat, sarat dengan tantangan dan masalah, sehingga tidak sedikit orang yang tidak setia pada perjanjiannya, entah dalam hal perkawinan, panggilan menjadi imam, bruder atau suster, dalam hal kepegawaian maupun hal belajar pada siswa dan mahasiswa, dst. Memang itu semua kiranya disebabkan oleh ketidaksetiaan pada iman atau ajaran agamanya. Setia pada imam berarti senantiasa membaktikan dan mengandalkan diri kepada Penyelenggaraan Ilahi atau Tuhan kapan pun dan dimana pun, dalam situasi dan kondisi apapun. Puncaknya adalah orang siap sedia mati demi imannya sebagaimana dialami oleh St.Agnes. Maka dengan ini kami berharap kepada mereka yang memiliki nama baptis atau pelindung St.Agnes dapat menjadi teladan dalam hal kesetiaan pada iman dan panggilannya. Selanjutnya marilah kita renungkan sapaan atau ajakan Paulus di bawah ini.       
·   "Barangsiapa yang bermegah, hendaklah ia bermegah di dalam Tuhan" (1Kor 1:31). Bermegah berarti berbangga atas dirinya sendiri: kesuksesan, keberhasilan, kecantikan, kesehatan,  ketampanan, kekayaan, pangkat, kedudukan dst..  Ada kecenderungan orang dengan mudah untuk menjadi sombong ketika dirinya cantik, tampan, sukses, sehat, kaya, berpangkat dan berkedudukan, dst.. Sebagai orang beriman kita dipanggil untuk rendah hati, bermegah di dalam Tuhan berarti rendah hati. Maka jika anda dianugerahi hal-hal di atas hendaknya hidup dan bertindak rendah hati, penuh syukur dan terima kasih, karena semuanya itu merupakan anugerah Tuhan yang telah kita terima melalui orang-orang yang telah berbuat baik kepada kita atau mengasihi kita dalam dan melalui aneka bentuk, kesempatan dan kemungkinan. Jika anda rendah hati, bersyukur dan berterima kasih, maka ketika orang lain melihat atau berjumpa dengan anda orang yang bersangkutan secara otomatis akan tergerak untuk semakin beriman, meneladan kerendahan hati, syukur dan terima kasih anda. Entah sukses atau gagal hendaknya tetap bersyukur dan berterima kasih. Ketika sukses mungkin orang mudah bersyukur, tetapi ketika gagal kiranya orang sulit untuk bersyukur atau bahkan kemudian putus asa dan marah-marah,. Ketika gagal kita juga bersyukur karena dengan kegagalan tersebut kepada kita ditunjukkan keterbatasan kita, alias jati diri kita yang sebenarya yaitu orang berdosa yang dipanggil untuk berpartisipasi dalam karya penyelamatan. Kita diingatkan agar kita bersikap mental belajar terus menerus sampai mati. Maka marilah kita tingkatkan dan perdalam semangat belajar kita. Kita dapat belajar melalui aneka peristiwa atau kejadian hidup sehari-hari; kita refleksikan apa yang terjadi.
"TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku.Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang;Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena nama-Nya.Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku.Engkau menyediakan hidangan bagiku, di hadapan lawanku; Engkau mengurapi kepalaku dengan minyak; pialaku penuh melimpah. Kebajikan dan kemurahan belaka akan mengikuti aku, seumur hidupku; dan aku akan diam dalam rumah TUHAN sepanjang masa." (Mzm 23)
Ign 21 Januari 2012

Rabu, 18 Januari 2012

20 Jan


"DiutusNya memberitakan Injil dan diberiNya kuasa untuk mengusir setan"

(1Sam 24:3-21; Mrk 3:13-19)

" Kemudian naiklah Yesus ke atas bukit. Ia memanggil orang-orang yang dikehendaki-Nya dan mereka pun datang kepada-Nya. Ia menetapkan dua belas orang untuk menyertai Dia dan untuk diutus-Nya memberitakan Injil dan diberi-Nya kuasa untuk mengusir setan. Kedua belas orang yang ditetapkan-Nya itu ialah: Simon, yang diberi-Nya nama Petrus, Yakobus anak Zebedeus, dan Yohanes saudara Yakobus, yang keduanya diberi-Nya nama Boanerges, yang berarti anak-anak guruh, selanjutnya Andreas, Filipus, Bartolomeus, Matius, Tomas, Yakobus anak Alfeus, Tadeus, Simon orang Zelot, dan Yudas Iskariot, yang mengkhianati Dia." (Mrk 3:13-19), demikian  kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Sebagai orang beriman atau beragama kita memiliki tugas pengutusan, yaitu untuk mewartakan kabar baik atau menjadi saksi iman di dalam hidup sehari-hari. Kiranya tugas pengutusan tersebut memiliki dasar dan visi yang sama bagi yang beriman atau beragama apapun, yaitu "hanya mau mengabdi Tuhan saja serta menolak godaan setan". Maka baiklah dalam refleksi hari ini saya dengan sederhana mau menguraikan tugas pengutusan tersebut, pertama-tama adalah tugas untuk 'mengabdi Tuhan'. Mengabdi Tuhan berarti senantiasa berusaha dengan rendah hati untuk membahagiakan Tuhan, sehingga cara hidup dan cara bertindak kita senantiasa dikasihi oleh Tuhan dan sesama manusia. Yang membahagiakan Tuhan tidak lain adalah jika kita hidup saling mengasihi dan melayani satu sama lain dimana pun dan kapan pun tanpa pandang bulu. Marilah kita sadari dan hayati bahwa kita telah menerima kasih dari Tuhan secara melimpah ruah melalui siapapun yang telah memperhatikan dan berbuat baik kepada kita melalui aneka cara dan bentuk. Dengan kata lain masing-masing dari kita adalah 'yang terkasih', maka bertemu dengan siapapun berarti 'yang terkasih bertemu dengan yang terkasih' dan dengan demikian secara otomatis akan saling mengasihi dan melayani atau saling berbuat baik. Apa yang disebut baik senantiasa berlaku secara universal, kapan saja dan dimana saja, dan hemat saya yang terbaik adalah keselamatan jiwa manusia. Dengan demikian mengabdi Tuhan juga berarti berusaha untuk menyelamatkan jiwa manusia dalam cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari dimana pun dan kapan pun.

·   "Engkau lebih benar dari pada aku, sebab engkau telah melakukan yang baik kepadaku, padahal aku melakukan yang jahat kepadamu.Telah kautunjukkan pada hari ini, betapa engkau telah melakukan yang baik kepadaku: walaupun TUHAN telah menyerahkan aku ke dalam tanganmu, engkau tidak membunuh aku. Apabila seseorang mendapat musuhnya, masakan dilepaskannya dia berjalan dengan selamat? TUHAN kiranya membalaskan kepadamu kebaikan ganti apa yang kaulakukan kepadaku pada hari ini. Oleh karena itu, sesungguhnya aku tahu, bahwa engkau pasti menjadi raja dan jabatan raja Israel akan tetap kokoh dalam tanganmu" (1Sam 24:18-21), demikian kata Saul kepada Daud. Kata-kata Saul ini menunjukkan bahwa Daud adalah calon raja atau pemimpin bangsa yang dikehendaki oleh Tuhan. Maka kami berharap kepada siapapun yang berkeinginan menjadi pemimpin atau terpilih sebagai pemimpin, hendaknya bersikap seperti Daud, antara lain senantiasa bersikap baik terhadap siapapun yang memusuhi atau membencinya. Salah satu tugas atau fungsi pemimpin adalah mempersatukan atau pemersatu umat/bangsa. Secara kebetulan juga bahwa hari ini kita masih berada dalam 'Pekan Doa Seluruh dunia untuk persatuan umat Kristen', maka kami berharap secara khusus kepada segenap umat Kristen, para murid atau pengikut Yesus Kristus untuk menggalang dan memperteguh persatuan dan persahabatan sejati serta kemudian menjadi saksi atau teladan persatuan atau persahabatan di tengah kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Persatuan atau persahabatan sejati sungguh mendesak dan up to date untuk kita hayati dan sebarluaskan pada masa kini mengingat ada kelompok-kelompok ekstrim yang vocal merongrong persatuan dan persaudaraan dengan aneka cara dan bentuk, yang menimbulkan kerusuhan, ketegangan, tawuran, permusuhan bahkan juga korban dimana-mana. Semoga para pemimpin agama di tingkat apapun dapat menjadi teladan dan penggerak persaudaraan atau persatuan. Kami juga beharap kepada mereka yang berkecimpung dan bekerja di bidang pendidikan untuk memperhatikan pembinaan persaudaraan atau persatuan sejati di antara para peserta didik di sekolah-sekolah di tingkat apapun dan dimanapun. Semoga mereka yang berpikiran fanatik sempit serta tidak mengakui adanya perbedaan segera bertobat dan menghentikan aneka gerakan atau provokasi yang merongrong persaudaraan atau persahabatan sejati.

"Kasihanilah aku, ya Allah, kasihanilah aku, sebab kepada-Mulah jiwaku berlindung; dalam naungan sayap-Mu aku akan berlindung, sampai berlalu penghancuran itu. Aku berseru kepada Allah, Yang Mahatinggi, kepada Allah yang menyelesaikannya bagiku. Kiranya Ia mengirim utusan dari sorga dan menyelamatkan aku, mencela orang-orang yang menginjak-injak aku.  Kiranya Allah mengirim kasih setia dan kebenaran-Nya."

 (Mzm 57:2-4)

Ign 20 Januari 2012


19 Jan

"Engkaulah Anak Allah"

(1Sam 18:6-9; 19:1-7; Mrk 3:7-12)

"Kemudian Yesus dengan murid-murid-Nya menyingkir ke danau, dan banyak orang dari Galilea mengikuti-Nya. Juga dari Yudea, dari Yerusalem, dari Idumea, dari seberang Yordan, dan dari daerah Tirus dan Sidon datang banyak orang kepada-Nya, sesudah mereka mendengar segala yang dilakukan-Nya. Ia menyuruh murid-murid-Nya menyediakan sebuah perahu bagi-Nya karena orang banyak itu, supaya mereka jangan sampai menghimpit-Nya. Sebab Ia menyembuhkan banyak orang, sehingga semua penderita penyakit berdesak-desakan kepada-Nya hendak menjamah-Nya. Bilamana roh-roh jahat melihat Dia, mereka jatuh tersungkur di hadapan-Nya dan berteriak: "Engkaulah Anak Allah." Tetapi Ia dengan keras melarang mereka memberitahukan siapa Dia." (Mrk 3:7-12), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Pengakuan akan Yesus sebagai 'Anak Allah' muncul dari setan atau penjahat, sementara itu para murid atau rasul belum sampai untuk mengimani Yesus sebagai 'Anak Allah', artinya menghayati iman akan Yesus, Penyelamat Dunia di dalam cara hidup dan cara bertindak setiap hari. Ada kemungkinan kita belum memahami sepenuhnya apa arti menjadi anak-anak Allah, maka marilah kita saling membantu dan bertukar pengalaman, sehingga kita semakin memahami dan diperkaya. Gambaran Allah di sini dijiwai oleh semangat paternailistis, yaitu penting dan mutlaknya peranan bapak di dalam keluarga, dimana anak-anak senantiasa taat kepada bapak serta meneladan cara hidup dan cara bertindak bapak. Maka menjadi anak-anak Allah berarti senantiasa mentaati kehendak Allah, sebagaimana juga dihayati oleh Yesus, sehingga cara hidup dan cara bertindaknya merupakan perwujudan kehendak dan perintah Allah. Kehendak dan perintah Allah antara lain agar kita mengusir setan, yang melayang-layang di permukaan bumi ini serta berusaha membujuk manusia untuk berbuat jahat. Setan-setan antara lain menggoda antara lain dalam tawaran-tawaran kenikmatan yang terkait dengan harta benda/uang, jabatan/kedudukan dan kehormatan duniawi, yang sering dengan samar-samar atau halus menggoda kita. Maka kami berharap kepada anda semua untuk peka terhadap tawaran-tawaran kenikmatan tersebut, dan sekiranya ragu-ragu menghadapi tawaran tersebut segera tolaklah atau hindari, jangan coba-coba mengikuti, karena dengan demikian anda pasti akan terjatuh alias mengikuti godaan tersebut dan dengan demikian mengingkari diri sebagai anak-anak Allah.

·    "Ayahku Saul berikhtiar untuk membunuh engkau; oleh sebab itu, hati-hatilah besok pagi, duduklah di suatu tempat perlindungan dan bersembunyilah di sana. Aku akan keluar dan berdiri di sisi ayahku di padang tempatmu itu. Maka aku akan berbicara dengan ayahku perihalmu; aku akan melihat bagaimana keadaannya, lalu memberitahukannya kepadamu." (1Sam 19:2-3), demikian kata Yonatan kepada Daud. Kutipan di atas ini kiranya dapat menjadi contoh yang baik bagi kita semua dalam rangka menghadapi rayuan atau godaan setan. Untuk sementara jika kita tidak mampu menghadapi, hendaknya menyingkir mencari perlindungan atau penerangan. Dengan kata lain hendaknya menghadap kepada orang yang dapat memberi nasihat atau tuntunan dalam menghadapi godaan atau rayuan setan, misalnya kepada pembimbing rohani, entah itu awam, biarawan, biarawati, imam/pendeta/kyai dst.. Dengan rendah hati kita dengarkan nasihat atau tuntunannya. Selain menghadap pembimbing rohani ada kemungkinan lain, yaitu berdoa mohon pencerahan dari Tuhan. Jika anda masih anak atau remaja, baiklah minta penerangan atau tuntunan dari orangtua masing-masing, kami percaya bahwa orangtua anda memiliki pengalaman dalam menghadapi aneka godaan atau rayuan setan. Pendek kata hendaknya mencari nasihat atau tuntunan kepada orang yang dinilai cakap dan bijak dalam memberi nasihat atau tuntunan, jangan mencari nasihat atau tuntunan kepada teman sederajat, yang ada kemungkinan akan sama-sama tersesat. Para orangtua atau pembimbing rohani hendaknya meneladan Yonatan, yaitu ketika melihat anak-anaknya atau orang yang menjadi bimbingannya hendaknya proaktif memberi tahu mereka jika mereka dalam bahaya godaan atau rayuan setan. Jangan menunggu untuk memberi tahu, agar mereka tidak terjebak pada godaan atau rayuan setan. Cara lain untuk menghadapi godaan atau rayuan setan adalah membuka diri pada orang lain bahwa anda dalam godaan atau rayuan, karena dengan demikian orang lain tersebut pasti akan mendampingi dan menyertai anda, dan dengan anda membuka godaan atau rayuan setan sebenarnya setan akan mundur teratur, dan tak akan menggoda atau merayu lagi.

"Sengsaraku Engkaulah yang menghitung-hitung, air mataku Kautaruh ke dalam kirbat-Mu. Bukankah semuanya telah Kaudaftarkan? Maka musuhku akan mundur pada waktu aku berseru; aku yakin, bahwa Allah memihak kepadaku. Kepada Allah, firman-Nya kupuji, kepada TUHAN, firman-Nya kupuji, kepada Allah aku percaya, aku tidak takut. Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadap aku? Nazarku kepada-Mu, ya Allah, akan kulaksanakan, dan korban syukur akan kubayar kepada-Mu."

(Mzm 56:9-13)

Ign. 19 Januari 2012


Selasa, 17 Januari 2012

18 Jan


"Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat?"

(1Sam 17:32-33.37.40-51; Mrk 3:1-6)

" Kemudian Yesus masuk lagi ke rumah ibadat. Di situ ada seorang yang mati sebelah tangannya. Mereka mengamat-amati Yesus, kalau-kalau Ia menyembuhkan orang itu pada hari Sabat, supaya mereka dapat mempersalahkan Dia.Kata Yesus kepada orang yang mati sebelah tangannya itu: "Mari, berdirilah di tengah!" Kemudian kata-Nya kepada mereka: "Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat, menyelamatkan nyawa orang atau membunuh orang?" Tetapi mereka itu diam saja. Ia berdukacita karena kedegilan mereka dan dengan marah Ia memandang sekeliling-Nya kepada mereka lalu Ia berkata kepada orang itu: "Ulurkanlah tanganmu!" Dan ia mengulurkannya, maka sembuhlah tangannya itu. Lalu keluarlah orang-orang Farisi dan segera bersekongkol dengan orang-orang Herodian untuk membunuh Dia." (Mrk 3:1-6), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Hari 'Sabat' dalam tradisi Yahudi adalah hari istirahat dan dipersembahkan kepada Allah. Pada hari Sabat , yang berarti hari Sabtu,  ini masa kini di daerah Yahudi memang kegiatan kantor dan sekolah-sekolah libur dan masyarakat menikmati hari itu untuk berrekreasi dengan seluruh anggota keluarga. Mereka memang tidak boleh bekerja pada hari Sabat, maka ketika Yesus menyembuhkan orang sakit pada hari Sabat orang-orang Yahudi mempersalahkanNya. Menanggapi sikap orang-orang Farisi tersebut Yesus bersabda;" Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat, menyelamatkan nyawa orang atau membunuh orang?". Orang yang waras dan berbudi pekerti luhur atau bermoral kiranya akan memilih untuk berbuat baik dan menyelamatkan nyawa. Perbuatan baik dan penyelamatan nyawa atau jiwa mengatasi aneka tata tertib atau kebiasaan-kebiasaan hidup. Hemat saya aneka tata tertib dan kebiasaan hidup pada umumnya bertujuan untuk melakukan apa yang baik, dan memang ada keterbatasan apa yang terjadi dalam kata-kata atau rumus-rumus tata tertib. Untuk berani mengatasi atau 'melanggar' tata tertib memang mengandaikan pengetahuan dan pemahaman tata tertib dengan baik dan benar serta berwawasan luas. Maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan agar anak-anak kita sedini mungkin untuk melakukan apa yang baik seraya diberitahukan aneka tata tertib yang berlaku maupun aneka pengetahuan yang perlu untuk hidup bersama. Keselamatan jiwa hendaknya menjadi barometer atau tolok ukur dalam cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari dimana pun dan kapan pun.

·    "Engkau mendatangi aku dengan pedang dan tombak dan lembing, tetapi aku mendatangi engkau dengan nama TUHAN semesta alam, Allah segala barisan Israel yang kautantang itu. Hari ini juga TUHAN akan menyerahkan engkau ke dalam tanganku dan aku akan mengalahkan engkau dan memenggal kepalamu dari tubuhmu; hari ini juga aku akan memberikan mayatmu dan mayat tentara orang Filistin kepada burung-burung di udara dan kepada binatang-binatang liar, supaya seluruh bumi tahu, bahwa Israel mempunyai Allah, dan supaya segenap jemaah ini tahu, bahwa TUHAN menyelamatkan bukan dengan pedang dan bukan dengan lembing. Sebab di tangan TUHANlah pertempuran dan Ia pun menyerahkan kamu ke dalam tangan kami." (1Sam 17:45-47), demikian kata Daud kepada orang-orang Filistin. Berperang dalam nama Tuhan semesta alam itulah yang dihayati oleh Daud, bukan 'dengan pedang dan tombak dan lembing'. Kita semua dalam hidup sehari-hari juga dipanggil untuk berperang, tetapi berperang melawan kejahatan-kejahatan. Dalam hal ini saya teringat apa yang terjadi di Filipina dalam revolusi rakyat untuk menggulingkan presiden Marcos. Tank-tank dan persenjataan lengkap dan mutakhir yang dipakai oleh tentara-tentara yang gagah dan kekar dihadapi oleh para wanita, ibu-ibu dan anak-anak dengan memegang rosario seraya berdoa rosario. Pasukan tentara utusan Marcos pun akhirnya bertekuk lutut di hadapan para ibu, wanita dan anak-anak tersebut. Bukankah hal ini menunjukkan bahwa dalam tiap pribadi orang ada kerinduan dan dambaan mendalam akan Tuhan di dalam hatinya?  Maka hendaknya menyikapi dan menghadapi siapapun, termasuk para penjahat, senantiasa di dalam dan bersama dengan Tuhan, artinya hadapi dan sikapi dalam dan dengan cintakasih. Setiap orang yang hidup serta masih hidup sampai saat ini hanya karena cintakasih, tanpa cintakasih mereka tak dapat hidup sebagaimana adanya pada saat ini. Mereka menjadi jahat dan berbuat jahat, hemat  kurang menyadari dan menghayati cintakasih yang telah diterimanya, maka marilah kita tolong untuk menyadari dan menghayati cintakasih dengan kita kasihi dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan segenap tubuh atau tenaga. Dalam dan dengan cintakasih Tuhan kita akan mampu menghadapi dan mengatasi aneka kejahatan yang ada di sekitar kita.

"Engkau yang memberikan kemenangan kepada raja-raja, dan yang membebaskan Daud, hamba-Mu! Bebaskanlah aku dari pada pedang celaka dan lepaskanlah aku dari tangan orang-orang asing, yang mulutnya mengucapkan tipu, dan yang tangan kanannya adalah tangan kanan dusta." (Mzm 144:10-11)

Ign 18 Januari 2012. Note: mulai hari ini kita diajak untuk berdoa bagi kesatuan umat Kristen/pengikut Yesus Kristus s/d tgl 25 Januari, Pesta Bertobatnya St.Paulus.


Senin, 16 Januari 2012

17 Jan

"Perbuatan baik apakah yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?"

(Ef 6:10-13.18; Mat 19:16-21)

"Ada seorang datang kepada Yesus, dan berkata: "Guru, perbuatan baik apakah yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?" Jawab Yesus: "Apakah sebabnya engkau bertanya kepada-Ku tentang apa yang baik? Hanya Satu yang baik. Tetapi jikalau engkau ingin masuk ke dalam hidup, turutilah segala perintah Allah." Kata orang itu kepada-Nya: "Perintah yang mana?" Kata Yesus: "Jangan membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta, hormatilah ayahmu dan ibumu dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri." Kata orang muda itu kepada-Nya: "Semuanya itu telah kuturuti, apa lagi yang masih kurang?" Kata Yesus kepadanya: "Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku." (Mat 19:16-21), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St.Antonius, Abas, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana  sebagai berikut:

·   Semua orang kiranya mendambakan hidup kekal, bahagia selamanya di sorga bersama Tuhan, setelah meninggal dunia atau dipanggil Tuhan, sebagaimana didambakan dan ditanyakan oleh seseorang kepada Yesus dalam Warta Gembira hari ini. Jika kita sungguh mendambakan hidup kekal marilah kita hayati atau laksanakan sabda Yesus "Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutilah Aku". Sabda ini kiranya telah dihayati atau dilaksanakan oleh St.Antonius, Abas, serta para pengikutnya. Sabda tersebut tidak hanya diperuntukkan bagi Antonius dan para pengikutnya, tetapi juga bagi kita semua yang beriman kepada Yesus Kristus. Maka marilah kita yang beriman kepada Yesus Kristus bekerjasama dan saling membantu untuk menghayati atau melaksanakan sabda tersebut. Memang tak mungkin bagi kita semua untuk menghayati sabda tersebut apa adanya, maka baiklah saya ajukan kurang lebih apa yang dimaksudkan bagi kita semua. Sabda tersebut terkait dengan masalah harta benda atau uang: hendaknya memfungsikan aneka jenis harta benda serta uang sedemikian rupa sehingga semakin dikasihi oleh Tuhan dan sesama manusia alias juga semakin memiliki banyak sahabat. Kita juga diharapkan dan dipanggil untuk membantu mereka yang miskin atau melarat, entah karena kesalahan pribadi atau kesalahan orang lain. Prinsip hidup "preferential option for/with the poor"=keberpihakan bagi dan bersama yang miskin/melarat, hendaknya dihayati dalam cara hidup dan cara bertindak setiap hari.

·   "Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat bertahan melawan tipu muslihat Iblis; karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara. Sebab itu ambillah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat mengadakan perlawanan pada hari yang jahat itu dan tetap berdiri, sesudah kamu menyelesaikan segala sesuatu" (Ef 6:10-13), demikian nasehat Paulus kepada umat di Efesus, kepada kita semua umat beriman. Mengenakan senjata Allah berarti tidak bersikap materialistis sebagaimana dihayati oleh mayoritas manusia di bumi masa kini. Derap langkah pertumbuhan dan perkembangan teknologi dengan aneka macam produksinya telah mempengaruhi banyak orang bersikap mental materialistis, dan sikap mental ini juga merasuki umat beragama, termasuk para pemimpin agama (dalam Gereja Katolik: pastor, bruder dan suster). Kami berharap agar anak-anak sedini mungkin dididik dan dibina untuk tidak bersikap materialistis di dalam keluarga dengan teladan atau inspirasi dari para orangtua.  Mengenakan senjata Allah secara positif berarti memiliki kecerdasan spiritual, yang cirikkasnya, sebagaimana diketengahkan oleh Danah Zohar dan Ian Marshall dalam bukunya "SQ" , adalah "mampu bersikap fleksibel(adaptif secara spontan dan aktif), memiliki tingkat kesadaran diri yang tinggi, mampu untuk menghadapi dan memanfaatkan penderitaan, mampu menghadapi dan mengatasi rasa sakit, memiliki kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai-nilai, enggan untuk menyebabkan kerugian yang tidak perlu, cenderung untuk melihat keterkaitan antara berbagai hal (berpandangan 'holistik'),cenderung untuk bertanya 'mengapa' atau 'bagaimana jika' untuk mencari jawaban-jawaban yang mendasar, memiliki kemudahan untuk bekerja melawan konvensi" (lih Danah Zohar dan Ian Marshall: SQ, Penerbit Mizan, Bandung 2000, hal 14). Marilah kita berusaha bersama-sama menghayati apa yang menjadi cirikhas kecerdasan spiritual di atas ini.

"Pernah Engkau berbicara dalam penglihatan kepada orang-orang yang Kaukasihi, kata-Mu: "Telah Kutaruh mahkota di atas kepala seorang pahlawan, telah Kutinggikan seorang pilihan dari antara bangsa itu. Aku telah mendapat Daud, hamba-Ku; Aku telah mengurapinya dengan minyak-Ku yang kudus, maka tangan-Ku tetap dengan dia, bahkan lengan-Ku meneguhkan dia"

(Mzm 89:20-22)

Ign 17 Januari 2012


Minggu, 15 Januari 2012

16 Jan

"Anggur yang baru hendaknya disimpan dalam kantong yang baru pula."
(1Sam 15:16-23; Mrk  2:18-22)
" Pada suatu kali ketika murid-murid Yohanes dan orang-orang Farisi sedang berpuasa, datanglah orang-orang dan mengatakan kepada Yesus: "Mengapa murid-murid Yohanes dan murid-murid orang Farisi berpuasa, tetapi murid-murid-Mu tidak?" Jawab Yesus kepada mereka: "Dapatkah sahabat-sahabat mempelai laki-laki berpuasa sedang mempelai itu bersama mereka? Selama mempelai itu bersama mereka, mereka tidak dapat berpuasa. Tetapi waktunya akan datang mempelai itu diambil dari mereka, dan pada waktu itulah mereka akan berpuasa. Tidak seorang pun menambalkan secarik kain yang belum susut pada baju yang tua, karena jika demikian kain penambal itu akan mencabiknya, yang baru mencabik yang tua, lalu makin besarlah koyaknya. Demikian juga tidak seorang pun mengisikan anggur yang baru ke dalam kantong kulit yang tua, karena jika demikian anggur itu akan mengoyakkan kantong itu, sehingga anggur itu dan kantongnya dua-duanya terbuang. Tetapi anggur yang baru hendaknya disimpan dalam kantong yang baru pula." (Mrk 2:18-22), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
·   Di dunia ini setiap hari ada yang baru dan pada umumnya orang senang dengan yang baru, berbahagia dengan yang baru. Apa yang baru itu? Misalnya; baju baru, teman baru, keluarga baru, imam/bruder/ suster baru, rumah baru, pekerjaan/tugas/jabatan, baru, baptisan baru dst.. Ketika memasuki atau memakai apa yang baru tersebut pada umumnya orang juga memiliki semangat baru yang menjanjikan masa depan yang cerah dan membahagiakan, apalagi untuk mencapai yang baru tersebut orang harus berjanji, misalnya janji baptis, janji perkawinan, janji imamat, kaul, sumpah jabatan dst.. "Anggur yang baru hendaknya disimpan dalam kantong yang baru pula", demikian sabda Yesus. Marilah kita renungkan dan hayati sabda ini. Sekali lagi saya tak henti-hentinya mengajak dan mengingatkan anda sekalian untuk setia pada janji yang telah kita ikrarkan ketika memasuki hidup baru maupun tugas/ jabatan baru, sebagai agar kita sungguh menyimpan"anggur yang baru dalam kantong yang baru pula". Sebagai orang yang beriman kepada Yesus Kristus dan telah dibaptis kami ajak untuk setia menghayati janji baptis, karena jika setia pada janji baptis dengan mudah kita akan setia pada panggilan, tugas pengutusan atau kewajiban yang baru atau 'hidup baru' di rumah yang baru dengan teman yang baru dst.. Sebaliknya jika kita kurang atau tidak setia pada janji-janji yang telah kita ikrarkan, marilah kita melakukan lakutapa atau matiraga. Matiraga berarti mengendalikan seluruh anggota raga atau tubuh sehingga berfungsi untuk mengabdi, melayani, memuji dan menghormati Tuhan maupun saudara-saudari kita yang hidup dan bekerja bersama dengan kita.
·   "TUHAN telah menyuruh engkau pergi, dengan pesan: Pergilah, tumpaslah orang-orang berdosa itu, yakni orang Amalek, berperanglah melawan mereka sampai engkau membinasakan mereka. Mengapa engkau tidak mendengarkan suara TUHAN? Mengapa engkau mengambil jarahan dan melakukan apa yang jahat di mata TUHAN?"(1Sam 15:18-19), demikian kata nabi Samuel kepada raja Saul. Apa yang dilakukan oleh Saul ini kiranya juga sering dilakukan oleh para pemimpin atau raja di tingkat apapun atau dalam kehidupan bersama apapun. Menyeleweng atau berselingkuh dalam tugas dan pekerjaan itulah yang sering dilakukan. Sebagai contoh orang diberi tugas ke luar kota untuk beberapa hari karena kesepian lalu berselingkuh pergi ke tempat pelacuran. Tegoran Samuel di atas mengajak dan mengingatkan kita semua untuk 'berujud lurus' atau dalam hal penggunaan harta benda atau uang sesuai dengan motto 'intentio dantis' (=maksud pemberi). Ingatlah dan sadarilah jika kita menyeleweng atau berselingkuh mungkin untuk sementara tak ketahuan orang lain, tetapi Tuhan tahu, dan akhirnya penyelewengan atau perselingkuhan anda pada suatu saat akan ketahuan juga dan andapun akan malu serta kena hukuman yang memadai sesuai dengan penyelewengan atau kejahatan atau perselingkuhan anda. "Sepandai-pandai tupai melompat, akhirnya jatuh juga", demikian kata sebuah pepatah. Serapi-rapi dan seketat apapun anda menyembunyikan penyelewengan, perselingkuhan atau kejahatan anda akhirnya ketahuan juga. Hendaknya kita jujur dalam dan selama melaksanakan tugas pengutusan atau mengemban fungsi atau jabatan tertentu. Kejujuran pada masa kini sungguh dibutuhkan. "Jujur adalah sikap dan perilaku yang tidak suka berbohong dan berbuat curang, berkata-kata benar apa adanya dan berani mengakui kesalahan, serta rela berkorban untuk kebenaran" (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka – Jakarta 1997, hal 17)
"Apakah urusanmu menyelidiki ketetapan-Ku, dan menyebut-nyebut perjanjian-Ku dengan mulutmu, padahal engkaulah yang membenci teguran, dan mengesampingkan firman-Ku? Itulah yang engkau lakukan, tetapi Aku berdiam diri; engkau menyangka, bahwa Aku ini sederajat dengan engkau. Aku akan menghukum engkau dan membawa perkara ini ke hadapanmu.Siapa yang mempersembahkan syukur sebagai korban, ia memuliakan Aku; siapa yang jujur jalannya, keselamatan yang dari Allah akan Kuperlihatkan kepadanya."
(Mzm 50:16b-17.21.23)
Ign 16 Januari 2012