Mg Biasa III: 1Sam 3:3b-10.19; 1Kor 7:29-31; Mrk 1:14-20
Fans Page Facebook http://imankatolik.or.id
Sabtu, 21 Januari 2012
Minggu Biasa III
Mg Biasa III: 1Sam 3:3b-10.19; 1Kor 7:29-31; Mrk 1:14-20
Diposting oleh Renungan Iman Katolik di 01.08 0 komentar
Jumat, 20 Januari 2012
google-site-verification: google874a50e20b486e9d.html
Diposting oleh Renungan Iman Katolik di 07.08 0 komentar
21 Jan
Diposting oleh Renungan Iman Katolik di 06.30 0 komentar
Rabu, 18 Januari 2012
20 Jan
"DiutusNya memberitakan Injil dan diberiNya kuasa untuk mengusir setan"
(1Sam 24:3-21; Mrk 3:13-19)
" Kemudian naiklah Yesus ke atas bukit. Ia memanggil orang-orang yang dikehendaki-Nya dan mereka pun datang kepada-Nya. Ia menetapkan dua belas orang untuk menyertai Dia dan untuk diutus-Nya memberitakan Injil dan diberi-Nya kuasa untuk mengusir setan. Kedua belas orang yang ditetapkan-Nya itu ialah: Simon, yang diberi-Nya nama Petrus, Yakobus anak Zebedeus, dan Yohanes saudara Yakobus, yang keduanya diberi-Nya nama Boanerges, yang berarti anak-anak guruh, selanjutnya Andreas, Filipus, Bartolomeus, Matius, Tomas, Yakobus anak Alfeus, Tadeus, Simon orang Zelot, dan Yudas Iskariot, yang mengkhianati Dia." (Mrk 3:13-19), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
· Sebagai orang beriman atau beragama kita memiliki tugas pengutusan, yaitu untuk mewartakan kabar baik atau menjadi saksi iman di dalam hidup sehari-hari. Kiranya tugas pengutusan tersebut memiliki dasar dan visi yang sama bagi yang beriman atau beragama apapun, yaitu "hanya mau mengabdi Tuhan saja serta menolak godaan setan". Maka baiklah dalam refleksi hari ini saya dengan sederhana mau menguraikan tugas pengutusan tersebut, pertama-tama adalah tugas untuk 'mengabdi Tuhan'. Mengabdi Tuhan berarti senantiasa berusaha dengan rendah hati untuk membahagiakan Tuhan, sehingga cara hidup dan cara bertindak kita senantiasa dikasihi oleh Tuhan dan sesama manusia. Yang membahagiakan Tuhan tidak lain adalah jika kita hidup saling mengasihi dan melayani satu sama lain dimana pun dan kapan pun tanpa pandang bulu. Marilah kita sadari dan hayati bahwa kita telah menerima kasih dari Tuhan secara melimpah ruah melalui siapapun yang telah memperhatikan dan berbuat baik kepada kita melalui aneka cara dan bentuk. Dengan kata lain masing-masing dari kita adalah 'yang terkasih', maka bertemu dengan siapapun berarti 'yang terkasih bertemu dengan yang terkasih' dan dengan demikian secara otomatis akan saling mengasihi dan melayani atau saling berbuat baik. Apa yang disebut baik senantiasa berlaku secara universal, kapan saja dan dimana saja, dan hemat saya yang terbaik adalah keselamatan jiwa manusia. Dengan demikian mengabdi Tuhan juga berarti berusaha untuk menyelamatkan jiwa manusia dalam cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari dimana pun dan kapan pun.
· "Engkau lebih benar dari pada aku, sebab engkau telah melakukan yang baik kepadaku, padahal aku melakukan yang jahat kepadamu.Telah kautunjukkan pada hari ini, betapa engkau telah melakukan yang baik kepadaku: walaupun TUHAN telah menyerahkan aku ke dalam tanganmu, engkau tidak membunuh aku. Apabila seseorang mendapat musuhnya, masakan dilepaskannya dia berjalan dengan selamat? TUHAN kiranya membalaskan kepadamu kebaikan ganti apa yang kaulakukan kepadaku pada hari ini. Oleh karena itu, sesungguhnya aku tahu, bahwa engkau pasti menjadi raja dan jabatan raja Israel akan tetap kokoh dalam tanganmu" (1Sam 24:18-21), demikian kata Saul kepada Daud. Kata-kata Saul ini menunjukkan bahwa Daud adalah calon raja atau pemimpin bangsa yang dikehendaki oleh Tuhan. Maka kami berharap kepada siapapun yang berkeinginan menjadi pemimpin atau terpilih sebagai pemimpin, hendaknya bersikap seperti Daud, antara lain senantiasa bersikap baik terhadap siapapun yang memusuhi atau membencinya. Salah satu tugas atau fungsi pemimpin adalah mempersatukan atau pemersatu umat/bangsa. Secara kebetulan juga bahwa hari ini kita masih berada dalam 'Pekan Doa Seluruh dunia untuk persatuan umat Kristen', maka kami berharap secara khusus kepada segenap umat Kristen, para murid atau pengikut Yesus Kristus untuk menggalang dan memperteguh persatuan dan persahabatan sejati serta kemudian menjadi saksi atau teladan persatuan atau persahabatan di tengah kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Persatuan atau persahabatan sejati sungguh mendesak dan up to date untuk kita hayati dan sebarluaskan pada masa kini mengingat ada kelompok-kelompok ekstrim yang vocal merongrong persatuan dan persaudaraan dengan aneka cara dan bentuk, yang menimbulkan kerusuhan, ketegangan, tawuran, permusuhan bahkan juga korban dimana-mana. Semoga para pemimpin agama di tingkat apapun dapat menjadi teladan dan penggerak persaudaraan atau persatuan. Kami juga beharap kepada mereka yang berkecimpung dan bekerja di bidang pendidikan untuk memperhatikan pembinaan persaudaraan atau persatuan sejati di antara para peserta didik di sekolah-sekolah di tingkat apapun dan dimanapun. Semoga mereka yang berpikiran fanatik sempit serta tidak mengakui adanya perbedaan segera bertobat dan menghentikan aneka gerakan atau provokasi yang merongrong persaudaraan atau persahabatan sejati.
"Kasihanilah aku, ya Allah, kasihanilah aku, sebab kepada-Mulah jiwaku berlindung; dalam naungan sayap-Mu aku akan berlindung, sampai berlalu penghancuran itu. Aku berseru kepada Allah, Yang Mahatinggi, kepada Allah yang menyelesaikannya bagiku. Kiranya Ia mengirim utusan dari sorga dan menyelamatkan aku, mencela orang-orang yang menginjak-injak aku. Kiranya Allah mengirim kasih setia dan kebenaran-Nya."
(Mzm 57:2-4)
Ign 20 Januari 2012
Diposting oleh Renungan Iman Katolik di 22.56 0 komentar
19 Jan
"Engkaulah Anak Allah"
(1Sam 18:6-9; 19:1-7; Mrk 3:7-12)
"Kemudian Yesus dengan murid-murid-Nya menyingkir ke danau, dan banyak orang dari Galilea mengikuti-Nya. Juga dari Yudea, dari Yerusalem, dari Idumea, dari seberang Yordan, dan dari daerah Tirus dan Sidon datang banyak orang kepada-Nya, sesudah mereka mendengar segala yang dilakukan-Nya. Ia menyuruh murid-murid-Nya menyediakan sebuah perahu bagi-Nya karena orang banyak itu, supaya mereka jangan sampai menghimpit-Nya. Sebab Ia menyembuhkan banyak orang, sehingga semua penderita penyakit berdesak-desakan kepada-Nya hendak menjamah-Nya. Bilamana roh-roh jahat melihat Dia, mereka jatuh tersungkur di hadapan-Nya dan berteriak: "Engkaulah Anak Allah." Tetapi Ia dengan keras melarang mereka memberitahukan siapa Dia." (Mrk 3:7-12), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
· Pengakuan akan Yesus sebagai 'Anak Allah' muncul dari setan atau penjahat, sementara itu para murid atau rasul belum sampai untuk mengimani Yesus sebagai 'Anak Allah', artinya menghayati iman akan Yesus, Penyelamat Dunia di dalam cara hidup dan cara bertindak setiap hari. Ada kemungkinan kita belum memahami sepenuhnya apa arti menjadi anak-anak Allah, maka marilah kita saling membantu dan bertukar pengalaman, sehingga kita semakin memahami dan diperkaya. Gambaran Allah di sini dijiwai oleh semangat paternailistis, yaitu penting dan mutlaknya peranan bapak di dalam keluarga, dimana anak-anak senantiasa taat kepada bapak serta meneladan cara hidup dan cara bertindak bapak. Maka menjadi anak-anak Allah berarti senantiasa mentaati kehendak Allah, sebagaimana juga dihayati oleh Yesus, sehingga cara hidup dan cara bertindaknya merupakan perwujudan kehendak dan perintah Allah. Kehendak dan perintah Allah antara lain agar kita mengusir setan, yang melayang-layang di permukaan bumi ini serta berusaha membujuk manusia untuk berbuat jahat. Setan-setan antara lain menggoda antara lain dalam tawaran-tawaran kenikmatan yang terkait dengan harta benda/uang, jabatan/kedudukan dan kehormatan duniawi, yang sering dengan samar-samar atau halus menggoda kita. Maka kami berharap kepada anda semua untuk peka terhadap tawaran-tawaran kenikmatan tersebut, dan sekiranya ragu-ragu menghadapi tawaran tersebut segera tolaklah atau hindari, jangan coba-coba mengikuti, karena dengan demikian anda pasti akan terjatuh alias mengikuti godaan tersebut dan dengan demikian mengingkari diri sebagai anak-anak Allah.
· "Ayahku Saul berikhtiar untuk membunuh engkau; oleh sebab itu, hati-hatilah besok pagi, duduklah di suatu tempat perlindungan dan bersembunyilah di sana. Aku akan keluar dan berdiri di sisi ayahku di padang tempatmu itu. Maka aku akan berbicara dengan ayahku perihalmu; aku akan melihat bagaimana keadaannya, lalu memberitahukannya kepadamu." (1Sam 19:2-3), demikian kata Yonatan kepada Daud. Kutipan di atas ini kiranya dapat menjadi contoh yang baik bagi kita semua dalam rangka menghadapi rayuan atau godaan setan. Untuk sementara jika kita tidak mampu menghadapi, hendaknya menyingkir mencari perlindungan atau penerangan. Dengan kata lain hendaknya menghadap kepada orang yang dapat memberi nasihat atau tuntunan dalam menghadapi godaan atau rayuan setan, misalnya kepada pembimbing rohani, entah itu awam, biarawan, biarawati, imam/pendeta/kyai dst.. Dengan rendah hati kita dengarkan nasihat atau tuntunannya. Selain menghadap pembimbing rohani ada kemungkinan lain, yaitu berdoa mohon pencerahan dari Tuhan. Jika anda masih anak atau remaja, baiklah minta penerangan atau tuntunan dari orangtua masing-masing, kami percaya bahwa orangtua anda memiliki pengalaman dalam menghadapi aneka godaan atau rayuan setan. Pendek kata hendaknya mencari nasihat atau tuntunan kepada orang yang dinilai cakap dan bijak dalam memberi nasihat atau tuntunan, jangan mencari nasihat atau tuntunan kepada teman sederajat, yang ada kemungkinan akan sama-sama tersesat. Para orangtua atau pembimbing rohani hendaknya meneladan Yonatan, yaitu ketika melihat anak-anaknya atau orang yang menjadi bimbingannya hendaknya proaktif memberi tahu mereka jika mereka dalam bahaya godaan atau rayuan setan. Jangan menunggu untuk memberi tahu, agar mereka tidak terjebak pada godaan atau rayuan setan. Cara lain untuk menghadapi godaan atau rayuan setan adalah membuka diri pada orang lain bahwa anda dalam godaan atau rayuan, karena dengan demikian orang lain tersebut pasti akan mendampingi dan menyertai anda, dan dengan anda membuka godaan atau rayuan setan sebenarnya setan akan mundur teratur, dan tak akan menggoda atau merayu lagi.
"Sengsaraku Engkaulah yang menghitung-hitung, air mataku Kautaruh ke dalam kirbat-Mu. Bukankah semuanya telah Kaudaftarkan? Maka musuhku akan mundur pada waktu aku berseru; aku yakin, bahwa Allah memihak kepadaku. Kepada Allah, firman-Nya kupuji, kepada TUHAN, firman-Nya kupuji, kepada Allah aku percaya, aku tidak takut. Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadap aku? Nazarku kepada-Mu, ya Allah, akan kulaksanakan, dan korban syukur akan kubayar kepada-Mu."
(Mzm 56:9-13)
Ign. 19 Januari 2012
Diposting oleh Renungan Iman Katolik di 01.22 0 komentar
Selasa, 17 Januari 2012
18 Jan
"Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat?"
(1Sam 17:32-33.37.40-51; Mrk 3:1-6)
" Kemudian Yesus masuk lagi ke rumah ibadat. Di situ ada seorang yang mati sebelah tangannya. Mereka mengamat-amati Yesus, kalau-kalau Ia menyembuhkan orang itu pada hari Sabat, supaya mereka dapat mempersalahkan Dia.Kata Yesus kepada orang yang mati sebelah tangannya itu: "Mari, berdirilah di tengah!" Kemudian kata-Nya kepada mereka: "Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat, menyelamatkan nyawa orang atau membunuh orang?" Tetapi mereka itu diam saja. Ia berdukacita karena kedegilan mereka dan dengan marah Ia memandang sekeliling-Nya kepada mereka lalu Ia berkata kepada orang itu: "Ulurkanlah tanganmu!" Dan ia mengulurkannya, maka sembuhlah tangannya itu. Lalu keluarlah orang-orang Farisi dan segera bersekongkol dengan orang-orang Herodian untuk membunuh Dia." (Mrk 3:1-6), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
· Hari 'Sabat' dalam tradisi Yahudi adalah hari istirahat dan dipersembahkan kepada Allah. Pada hari Sabat , yang berarti hari Sabtu, ini masa kini di daerah Yahudi memang kegiatan kantor dan sekolah-sekolah libur dan masyarakat menikmati hari itu untuk berrekreasi dengan seluruh anggota keluarga. Mereka memang tidak boleh bekerja pada hari Sabat, maka ketika Yesus menyembuhkan orang sakit pada hari Sabat orang-orang Yahudi mempersalahkanNya. Menanggapi sikap orang-orang Farisi tersebut Yesus bersabda;" Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat, menyelamatkan nyawa orang atau membunuh orang?". Orang yang waras dan berbudi pekerti luhur atau bermoral kiranya akan memilih untuk berbuat baik dan menyelamatkan nyawa. Perbuatan baik dan penyelamatan nyawa atau jiwa mengatasi aneka tata tertib atau kebiasaan-kebiasaan hidup. Hemat saya aneka tata tertib dan kebiasaan hidup pada umumnya bertujuan untuk melakukan apa yang baik, dan memang ada keterbatasan apa yang terjadi dalam kata-kata atau rumus-rumus tata tertib. Untuk berani mengatasi atau 'melanggar' tata tertib memang mengandaikan pengetahuan dan pemahaman tata tertib dengan baik dan benar serta berwawasan luas. Maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan agar anak-anak kita sedini mungkin untuk melakukan apa yang baik seraya diberitahukan aneka tata tertib yang berlaku maupun aneka pengetahuan yang perlu untuk hidup bersama. Keselamatan jiwa hendaknya menjadi barometer atau tolok ukur dalam cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari dimana pun dan kapan pun.
· "Engkau mendatangi aku dengan pedang dan tombak dan lembing, tetapi aku mendatangi engkau dengan nama TUHAN semesta alam, Allah segala barisan Israel yang kautantang itu. Hari ini juga TUHAN akan menyerahkan engkau ke dalam tanganku dan aku akan mengalahkan engkau dan memenggal kepalamu dari tubuhmu; hari ini juga aku akan memberikan mayatmu dan mayat tentara orang Filistin kepada burung-burung di udara dan kepada binatang-binatang liar, supaya seluruh bumi tahu, bahwa Israel mempunyai Allah, dan supaya segenap jemaah ini tahu, bahwa TUHAN menyelamatkan bukan dengan pedang dan bukan dengan lembing. Sebab di tangan TUHANlah pertempuran dan Ia pun menyerahkan kamu ke dalam tangan kami." (1Sam 17:45-47), demikian kata Daud kepada orang-orang Filistin. Berperang dalam nama Tuhan semesta alam itulah yang dihayati oleh Daud, bukan 'dengan pedang dan tombak dan lembing'. Kita semua dalam hidup sehari-hari juga dipanggil untuk berperang, tetapi berperang melawan kejahatan-kejahatan. Dalam hal ini saya teringat apa yang terjadi di Filipina dalam revolusi rakyat untuk menggulingkan presiden Marcos. Tank-tank dan persenjataan lengkap dan mutakhir yang dipakai oleh tentara-tentara yang gagah dan kekar dihadapi oleh para wanita, ibu-ibu dan anak-anak dengan memegang rosario seraya berdoa rosario. Pasukan tentara utusan Marcos pun akhirnya bertekuk lutut di hadapan para ibu, wanita dan anak-anak tersebut. Bukankah hal ini menunjukkan bahwa dalam tiap pribadi orang ada kerinduan dan dambaan mendalam akan Tuhan di dalam hatinya? Maka hendaknya menyikapi dan menghadapi siapapun, termasuk para penjahat, senantiasa di dalam dan bersama dengan Tuhan, artinya hadapi dan sikapi dalam dan dengan cintakasih. Setiap orang yang hidup serta masih hidup sampai saat ini hanya karena cintakasih, tanpa cintakasih mereka tak dapat hidup sebagaimana adanya pada saat ini. Mereka menjadi jahat dan berbuat jahat, hemat kurang menyadari dan menghayati cintakasih yang telah diterimanya, maka marilah kita tolong untuk menyadari dan menghayati cintakasih dengan kita kasihi dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan segenap tubuh atau tenaga. Dalam dan dengan cintakasih Tuhan kita akan mampu menghadapi dan mengatasi aneka kejahatan yang ada di sekitar kita.
"Engkau yang memberikan kemenangan kepada raja-raja, dan yang membebaskan Daud, hamba-Mu! Bebaskanlah aku dari pada pedang celaka dan lepaskanlah aku dari tangan orang-orang asing, yang mulutnya mengucapkan tipu, dan yang tangan kanannya adalah tangan kanan dusta." (Mzm 144:10-11)
Ign 18 Januari 2012. Note: mulai hari ini kita diajak untuk berdoa bagi kesatuan umat Kristen/pengikut Yesus Kristus s/d tgl 25 Januari, Pesta Bertobatnya St.Paulus.
Diposting oleh Renungan Iman Katolik di 02.11 0 komentar
Senin, 16 Januari 2012
17 Jan
"Perbuatan baik apakah yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?"
(Ef 6:10-13.18; Mat 19:16-21)
"Ada seorang datang kepada Yesus, dan berkata: "Guru, perbuatan baik apakah yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?" Jawab Yesus: "Apakah sebabnya engkau bertanya kepada-Ku tentang apa yang baik? Hanya Satu yang baik. Tetapi jikalau engkau ingin masuk ke dalam hidup, turutilah segala perintah Allah." Kata orang itu kepada-Nya: "Perintah yang mana?" Kata Yesus: "Jangan membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta, hormatilah ayahmu dan ibumu dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri." Kata orang muda itu kepada-Nya: "Semuanya itu telah kuturuti, apa lagi yang masih kurang?" Kata Yesus kepadanya: "Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku." (Mat 19:16-21), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St.Antonius, Abas, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
· Semua orang kiranya mendambakan hidup kekal, bahagia selamanya di sorga bersama Tuhan, setelah meninggal dunia atau dipanggil Tuhan, sebagaimana didambakan dan ditanyakan oleh seseorang kepada Yesus dalam Warta Gembira hari ini. Jika kita sungguh mendambakan hidup kekal marilah kita hayati atau laksanakan sabda Yesus "Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutilah Aku". Sabda ini kiranya telah dihayati atau dilaksanakan oleh St.Antonius, Abas, serta para pengikutnya. Sabda tersebut tidak hanya diperuntukkan bagi Antonius dan para pengikutnya, tetapi juga bagi kita semua yang beriman kepada Yesus Kristus. Maka marilah kita yang beriman kepada Yesus Kristus bekerjasama dan saling membantu untuk menghayati atau melaksanakan sabda tersebut. Memang tak mungkin bagi kita semua untuk menghayati sabda tersebut apa adanya, maka baiklah saya ajukan kurang lebih apa yang dimaksudkan bagi kita semua. Sabda tersebut terkait dengan masalah harta benda atau uang: hendaknya memfungsikan aneka jenis harta benda serta uang sedemikian rupa sehingga semakin dikasihi oleh Tuhan dan sesama manusia alias juga semakin memiliki banyak sahabat. Kita juga diharapkan dan dipanggil untuk membantu mereka yang miskin atau melarat, entah karena kesalahan pribadi atau kesalahan orang lain. Prinsip hidup "preferential option for/with the poor"=keberpihakan bagi dan bersama yang miskin/melarat, hendaknya dihayati dalam cara hidup dan cara bertindak setiap hari.
· "Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat bertahan melawan tipu muslihat Iblis; karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara. Sebab itu ambillah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat mengadakan perlawanan pada hari yang jahat itu dan tetap berdiri, sesudah kamu menyelesaikan segala sesuatu" (Ef 6:10-13), demikian nasehat Paulus kepada umat di Efesus, kepada kita semua umat beriman. Mengenakan senjata Allah berarti tidak bersikap materialistis sebagaimana dihayati oleh mayoritas manusia di bumi masa kini. Derap langkah pertumbuhan dan perkembangan teknologi dengan aneka macam produksinya telah mempengaruhi banyak orang bersikap mental materialistis, dan sikap mental ini juga merasuki umat beragama, termasuk para pemimpin agama (dalam Gereja Katolik: pastor, bruder dan suster). Kami berharap agar anak-anak sedini mungkin dididik dan dibina untuk tidak bersikap materialistis di dalam keluarga dengan teladan atau inspirasi dari para orangtua. Mengenakan senjata Allah secara positif berarti memiliki kecerdasan spiritual, yang cirikkasnya, sebagaimana diketengahkan oleh Danah Zohar dan Ian Marshall dalam bukunya "SQ" , adalah "mampu bersikap fleksibel(adaptif secara spontan dan aktif), memiliki tingkat kesadaran diri yang tinggi, mampu untuk menghadapi dan memanfaatkan penderitaan, mampu menghadapi dan mengatasi rasa sakit, memiliki kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai-nilai, enggan untuk menyebabkan kerugian yang tidak perlu, cenderung untuk melihat keterkaitan antara berbagai hal (berpandangan 'holistik'),cenderung untuk bertanya 'mengapa' atau 'bagaimana jika' untuk mencari jawaban-jawaban yang mendasar, memiliki kemudahan untuk bekerja melawan konvensi" (lih Danah Zohar dan Ian Marshall: SQ, Penerbit Mizan, Bandung 2000, hal 14). Marilah kita berusaha bersama-sama menghayati apa yang menjadi cirikhas kecerdasan spiritual di atas ini.
"Pernah Engkau berbicara dalam penglihatan kepada orang-orang yang Kaukasihi, kata-Mu: "Telah Kutaruh mahkota di atas kepala seorang pahlawan, telah Kutinggikan seorang pilihan dari antara bangsa itu. Aku telah mendapat Daud, hamba-Ku; Aku telah mengurapinya dengan minyak-Ku yang kudus, maka tangan-Ku tetap dengan dia, bahkan lengan-Ku meneguhkan dia"
(Mzm 89:20-22)
Ign 17 Januari 2012
Diposting oleh Renungan Iman Katolik di 06.44 0 komentar
Minggu, 15 Januari 2012
16 Jan
Diposting oleh Renungan Iman Katolik di 09.34 0 komentar