Fans Page Facebook http://imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Jumat, 26 Maret 2010

28 Mar - Yes 50: 4-7; Flp 2:6-11; Luk 23:1-49

"Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib".

MINGGU PALMA : Yes 50: 4-7; Flp 2:6-11; Luk 23:1-49

Ketika ada seorang pemimpin atau kepala Negara berkunjung ke tempat tertentu, entah dinegaranya sendiri atau Negara lain, pada umumnya jauh sebelumnya dipersiapkan lebih-lebih dalam hal pengamanan. Kendaraan atau mobil yang digunakan sang pemimpin pada umumnya mewah serta anti peluru. Jalan-jalan yang akan dilalui disterilkan dari berbagai macam gangguan, pada saat sang pemimpin melintas semua kendaraan lain harus menyingkir atau berhenti. Pengawalan pada saat dalam perjalanan pun sangat ketat. Semuanya itu dilakukan demi keselamatan sang pemimpin, yang mungkin sedang dalam ancaman pembunuhan yang dilakukan oleh orang atau oknum yang tidak suka kepadanya. Pada hari ini kita mengenangkan Yesus, Sang Raja, memasuki kota Yerusalem dengan mengendarai keledai dan di dalam perjalananNya dielu-elukan oleh rakyat/orang banyak secara spontan. Tidak ada sterilisasi jalan yang akan dilewatiNya, bahkan orang kebanyakan atau rakyat merapat di samping dan dibelakang Yesus, sambil mengelu-elukan Yesus apa adanya. Hari ini kita masuki Pekan Suci, untuk 'menyertai perjalanan Yesus menuju Kalvari, mempersembahkan diri dengan wafat di kayu salib, dan kemudian pada hari ketiga dibangkitkan dari mati', maka baiklah kita juga mawas diri 'sejauh mana kita siap sedia mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan dan sesama' demi kebahagiaan dan keselamatan bersama.

 

"Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan,melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib" (Fil 2:6-8) 

 

KedatanganNya di dunia ini dijiwai oleh kerendahan hati, Ia "menjadi sama dengan manusia", dan tugas pengutusanNya juga dimahkotai dengan kerendahan hati, "Ia telah merendahkan diriNya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib".  Maka baiklah dalam memasuki Pekan Suci ini kami mengajak kita semua untuk mawas diri dengan mengumpulkan atau mengenangkan aneka pengalaman selama bermatiraga sejak Rabu Abu: sejauh mana kita telah belajar rendah hati dan kemudian tergerak untuk memperdalam, memperkuat dan memperteguh penghayatan kerendahan hati dalam hidup sehari-hari.

 

Dalam perjalanan memahkotai tugas pengutusanNya, Yesus harus menghadapi aneka tantangan yang datang dari aneka kelompok masyarakat, termasuk petinggi wilayah, seperti Pilatus. Orang-orang Yahudi menghadapkan Yesus kepada Pilatus dengan tuduhan bahwa Yesus menghasut rakyat untuk tidak membayar pajak dan menyatakan DiriNya sebagai Raja. Yesus juga dihadapkan pada raja Herodes. Baik Pilatus maupun Herodes merasa tidak menemukan kesalahan apa-apa yang dilakukan oleh Yesus, tetapi orang-orang Yahudi tetap terus dengan gencar menghendaki agar Yesus dihukum mati. Ia menjadi 'kambing hitam', harus mati demi keselamatan seluruh bangsa/dunia. Orang baik dan benar di dalam hidup bersama di masyarakat memang dapat menjadi 'kambing hitam', mengemban tanggungjawab dan beban sangat besar demi keselamatan atau kebahagiaan umum, siap menderita dan mati bagi sesamanya.

 

Marilah kita meneladan Yesus yang rendah hati sampai mati. "Rendah hati adalah sikap dan perilaku yang tidak suka menonjolkan dan menomorsatukan diri, yaitu dengan menenggang perasaan orang lain. Meskipun pada kenyataannya lebih dari orang lain, ia dapat menahan diri untuk tidak menonjolkan dirinya" (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka – Jakarta 1997, hal 24). Kami berharap mereka atau siapapun yang menjadi tokoh atau berpengaruh dalam hidup bersama dapat menjadi teladan dalam penghayatan kerendahan hati. Semakin tambah usia/tua, semakin kaya akan berbagai hal, semakin pandai/cerdas, semakin memiliki aneka jabatan dan fungsi dst.. hendaknya juga semakin rendah hati, sebagaimana dikatakan oleh sebuah pepatah "bulir-bulir padi atau keladi semakin berisi membuat batangnya semakin menunduk".

 

"Hai puteri-puteri Yerusalem, janganlah kamu menangisi Aku, melainkan tangisilah dirimu sendiri dan anak-anakmu" (Luk 23:28)   

 

Jika ada orang akan meninggal dunia, pada umumnya rekan-rekan perempuan lebih terasa penderitaan-nya dan jika yang akan meninggal dunia adalah yang terkasih, maka meledaklah tangisan mereka. Para perempuan atau puteri Yerusalem menangisi Yesus, yang menderita sambil memanggul salib menuju puncak Kalvari untuk disalibkan atau dihukum mati, namun dalam penderitaanNya Yesus berkata kepada mereka :"Hai puteri-puteri Yerusalem, janganlah kamu menangisi Aku, melainkan tangisilah dirimu sendiri dan anak-anakmu". Apa maksud perkataan Yesus ini? Baiklah sabda Yesus ini kita renungkan atau refleksikan bersama dalam rangka memasuki Pekan Suci ini.

 

"Tangisilah dirimu dan anak-anakmu"; perintah ini kiranya baik menjadi permenungan atau refleksi bagi para orangtua atau bapak-ibu. Suatu ajakan untuk melihat diri sendiri maupun anak-anak dengan benar dan jujur serta untuk bersama-sama berjuang dan berkorban demi keselamatan atau kebahagiaan umum/bersama. Pertama-tama marilah kita, seluruh anggota keluarga, bersama-sama merenungkan kisah sengsara Yesus, dan kiranya baik diselenggarakan atau diadakan sharing pengalaman perihal perjuangan dan pengorbanan masing-masing dalam rangka menghayati panggilan atau melaksanakan tugas pengutusan.

 

Marilah kita bersama-sama menghayati iman, sebagaimana dihayati oleh Yesaya ini : "Tuhan ALLAH telah memberikan kepadaku lidah seorang murid, supaya dengan perkataan aku dapat memberi semangat baru kepada orang yang letih lesu. Setiap pagi Ia mempertajam pendengaranku untuk mendengar seperti seorang murid. Tuhan ALLAH telah membuka telingaku, dan aku tidak memberontak, tidak berpaling ke belakang. Aku memberi punggungku kepada orang-orang yang memukul aku, dan pipiku kepada orang-orang yang mencabut janggutku. Aku tidak menyembunyikan mukaku ketika aku dinodai dan diludahi" (Yes 50:4-6). Kita meneladan Yesus, yang tidak mengeluh, menggerutu atau marah ketika harus memanggul salib ke puncak Kalvari. Dengan kata lain hendaknya kita senantiasa siap sedia untuk 'dikasihi'. Ingat dikasihi berarti juga dikritik, diberi saran, dituntun, diberi nasihat, diejek, dst..alias direndahkan atau dilecehkan. Hemat saya pada masa kini banyak orang sulit untuk dikasihi, maunya hanya mengasihi saja. Marilah kita sadari dan hayati bahwa ketika kita masih kanak-kanak/bayi, kita sungguh siap sedia untuk dikasihi, dan hendaknya pengalaman tersebut dikenangkan dan diteguhkan kembali dalam perjalanan mengarungi samodera kehidupan masa kini.

 

"Anjing-anjing mengerumuni aku, gerombolan penjahat mengepung aku, mereka menusuk tangan dan kakiku. Segala tulangku dapat kuhitung; mereka menonton, mereka memandangi aku. Mereka membagi-bagi pakaianku di antara mereka, dan mereka membuang undi atas jubahku. Tetapi Engkau, TUHAN, janganlah jauh; ya kekuatanku, segeralah menolong aku "

(Mzm 22:17-20)

 

Jakarta, 28 Maret 2010


27 Mar - Yeh 37:21-28; Yoh 11:45-56

"Lebih berguna bagimu jika satu orang mati untuk bangsa kita dari pada seluruh bangsa kita ini binasa."

(Yeh 37:21-28; Yoh 11:45-56)

 

"Banyak di antara orang-orang Yahudi yang datang melawat Maria dan yang menyaksikan sendiri apa yang telah dibuat Yesus, percaya kepada-Nya. Tetapi ada yang pergi kepada orang-orang Farisi dan menceriterakan kepada mereka, apa yang telah dibuat Yesus itu. Lalu imam-imam kepala dan orang-orang Farisi memanggil Mahkamah Agama untuk berkumpul dan mereka berkata: "Apakah yang harus kita buat? Sebab orang itu membuat banyak mujizat.Apabila kita biarkan Dia, maka semua orang akan percaya kepada-Nya dan orang-orang Roma akan datang dan akan merampas tempat suci kita serta bangsa kita."Tetapi seorang di antara mereka, yaitu Kayafas, Imam Besar pada tahun itu, berkata kepada mereka: "Kamu tidak tahu apa-apa,dan kamu tidak insaf, bahwa lebih berguna bagimu, jika satu orang mati untuk bangsa kita dari pada seluruh bangsa kita ini binasa."Hal itu dikatakannya bukan dari dirinya sendiri, tetapi sebagai Imam Besar pada tahun itu ia bernubuat, bahwa Yesus akan mati untuk bangsa itu,dan bukan untuk bangsa itu saja, tetapi juga untuk mengumpulkan dan mempersatukan anak-anak Allah yang tercerai-berai. Mulai dari hari itu mereka sepakat untuk membunuh Dia. Karena itu Yesus tidak tampil lagi di muka umum di antara orang-orang Yahudi, Ia berangkat dari situ ke daerah dekat padang gurun, ke sebuah kota yang bernama Efraim, dan di situ Ia tinggal bersama-sama murid-murid-Nya.Pada waktu itu hari raya Paskah orang Yahudi sudah dekat dan banyak orang dari negeri itu berangkat ke Yerusalem untuk menyucikan diri sebelum Paskah itu. Mereka mencari Yesus dan sambil berdiri di dalam Bait Allah, mereka berkata seorang kepada yang lain: "Bagaimana pendapatmu? Akan datang jugakah Ia ke pesta?" (Yoh 11:45-56), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Hari ini hari terakhir sebelum kita memasuki Pekan/Minggu Suci, untuk mengenangkan sengsara, wafat dan kebangkitan Yesus dari mati, puncak iman kepercayaan kita. Dalam warta gembira hari ini seorang imam besar berkata: "Lebih berguna bagimu, jika satu orang mati untuk bangsa kita dari pada seluruh bangsa kita ini binasa.". Secara sosio-politis apa yang dikatakan imam besar ini memang  benar, karena kalau Yesus dibiarkan terus berpengaruh terhadap orang-orang Yahudi dan ada kemungkinan orang-orang Yahudi tidak mau membayar pajak yang tidak wajar itu, maka tentara Roma /kaisar Roma akan menghancurkan para tokoh Yahudi tersebut; sedangkan secara iman kristiani, yang kiranya tidak disadari oleh sang imam besar tersebut, hal itu meneguhkan tugas pengutusan Yesus. Yesus akan mati, mempersembahkan Diri seutuhnya demi keselamatan seluruh bangsa, Ia menjadi pengorban dan korban sekaligus demi keselamatan seluruh bangsa. Kiranya hal ini baik menjadi inspirasi bagi kita semua: bersediakah kita berkorban demi keselamatan diri kita sendiri maupun orang lain? Atau berkorban demi kesejahteraan umum? Selama kurang lebih empat puluh hari kita diajak mawas diri perihal panggilan untuk 'melawan kemiskinan', tema APP tahun ini, maka baiklah kita bertanya pada diri sendiri: sejauh mana saya telah siap sedia untuk berkorban dalam melawan dan memberantas aneka macam bentuk kemiskinan?

·   "Aku akan mengadakan perjanjian damai dengan mereka, dan itu akan menjadi perjanjian yang kekal dengan mereka. Aku akan memberkati mereka dan membuat mereka banyak dan memberikan tempat kudus-Ku di tengah-tengah mereka untuk selama-lamanya. Tempat kediaman-Ku pun akan ada pada mereka dan Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umat-Ku" (Yeh 37:26-27). Janji Tuhan kepada bangsa terpilih melalui nabi Yeheskiel ini kiranya baik kita renungkan. Janji tersebut juga terarah kepada kita semua, umat beriman. Benarkah masing-masing dari kita menjadi 'tempat kediaman Tuhan'? benarkah kita menjadi umat Tuhan, orang-orang yang sungguh melaksanakan kehendak dan perintah Tuhan? Jika kita sungguh beriman serta menjadi 'tempat kediaman Tuhan', maka kemanapun kita pergi dan dimanapun kita berada akan menjadi berkat bagi sesama, dan dengan demikian kita saling memberkati, saling berdamai dan saling mengasihi. Marilah kita masuki Pekan Suci dengan hati, jiwa, akal budi dan tubuh yang bersih, agar kita layak menggabungkan diri dalam perjalanan Yesus menuju 'Kalvari', untuk menjadi berkat dan rahmat bagi seluruh dunia atau bangsa.  Marilah siap sedia dan rela untuk menjadi 'penyalur-penyalur rahmat dan berkat Tuhan bagi sesama', lebih-lebih bagi mereka yang sungguh membutuhkan, yang miskin dan berkekurangan. Kami berharap kepada mereka yang saling bermusuhan untuk berdamai dan berjabatan tangan, lebih dengan mereka yang dekat dengan kita, yang setiap hari hidup dan bekerja dengan kita.

 

"Dengarlah firman TUHAN, hai bangsa-bangsa, beritahukanlah itu di tanah-tanah pesisir yang jauh, katakanlah: Dia yang telah menyerakkan Israel akan mengumpulkannya kembali, dan menjaganya seperti gembala terhadap kawanan dombanya!  Sebab TUHAN telah membebaskan Yakub, telah menebusnya dari tangan orang yang lebih kuat dari padanya." (Yer. 31:10-11)

Jakarta, 27 Maret 2010       

 


Kamis, 25 Maret 2010

26 Mar - Yer 20:10-13; Yoh 10:31-42

"Semua yang pernah dikatakan Yohanes tentang orang ini adalah benar."

(Yer 20:10-13; Yoh 10:31-42)


"Sekali lagi orang-orang Yahudi mengambil batu untuk melempari Yesus. Kata Yesus kepada mereka: "Banyak pekerjaan baik yang berasal dari Bapa-Ku yang Kuperlihatkan kepadamu; pekerjaan manakah di antaranya yang menyebabkan kamu mau melempari Aku?" Jawab orang-orang Yahudi itu: "Bukan karena suatu pekerjaan baik maka kami mau melempari Engkau, melainkan karena Engkau menghujat Allah dan karena Engkau, sekalipun hanya seorang manusia saja, menyamakan diri-Mu dengan Allah." Kata Yesus kepada mereka: "Tidakkah ada tertulis dalam kitab Taurat kamu: Aku telah berfirman: Kamu adalah allah? Jikalau mereka, kepada siapa firman itu disampaikan, disebut allah -- sedang Kitab Suci tidak dapat dibatalkan --, masihkah kamu berkata kepada Dia yang dikuduskan oleh Bapa dan yang telah diutus-Nya ke dalam dunia: Engkau menghujat Allah! Karena Aku telah berkata: Aku Anak Allah? Jikalau Aku tidak melakukan pekerjaan-pekerjaan Bapa-Ku, janganlah percaya kepada-Ku, tetapi jikalau Aku melakukannya dan kamu tidak mau percaya kepada-Ku, percayalah akan pekerjaan-pekerjaan itu, supaya kamu boleh mengetahui dan mengerti, bahwa Bapa di dalam Aku dan Aku di dalam Bapa." Sekali lagi mereka mencoba menangkap Dia, tetapi Ia luput dari tangan mereka. Kemudian Yesus pergi lagi ke seberang Yordan, ke tempat Yohanes membaptis dahulu, lalu Ia tinggal di situ. Dan banyak orang datang kepada-Nya dan berkata: "Yohanes memang tidak membuat satu tanda pun, tetapi semua yang pernah dikatakan Yohanes tentang orang ini adalah benar." Dan banyak orang di situ percaya kepada-Nya" (Yoh 10:31-42), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   "Lihatlah Anak domba Allah!" (Yoh 1:36), demikian kata Yohanes Pembaptis kepada para murid, di tepi sungai Yordan. Yohanes mengatakan kepada mereka bahwa Yesus adalah Allah yang menjadi Manusia, turun ke dunia untuk menyelamatkan dunia. Beberapa tokoh orang-orang Yahudi tidak percaya akan hal itu, maka ketika Ia menyatakan diri sebagai Allah, mereka ingin melempari Yesus sampai mati alias membunuhNya. Tetapi banyak orang semakin percaya kepadaNya, yaitu rakyat biasa yang memang lebih terbuka pada Penyelenggaraan Ilahi daripada para tokoh. Maka marilah kita mawas diri: melalui aneka pengalaman perjalanan hidup iman kita sampai kini, apakah saya semakin beriman, semakin meneladan cara hidup dan cara bertindak Yesus, ataukah semakin menjauh dari Tuhan alias semakin kafir. Kami berharap kita semua melalui berbagai pengalaman semakin beriman, semakin mempercayakan diri pada Penyelenggaraan Ilahi. Kami berharap kita siap sedia untuk memasuki Pekan atau Minggu Suci untuk mengenangkan kisah puncak iman kita, kisah Sengsara dan Wafat serta Kebangkitan Yesus. Kami berharap kita semua semakin siap sedia untuk menjadi pelaksana-pelaksana kehendak atau  perintah Tuhan dalam dan melalui hidup dan sepak terjang kita sehari-hari. Semoga melalui cara hidup dan cara bertindak kita juga semakin banyak orang tergerak untuk semakin beriman, semakin membaktikan diri seutuhnya kepada Tuhan.

·   "TUHAN menyertai aku seperti pahlawan yang gagah, sebab itu orang-orang yang mengejar aku akan tersandung jatuh dan mereka tidak dapat berbuat apa-apa. Mereka akan menjadi malu sekali, sebab mereka tidak berhasil, suatu noda yang selama-lamanya tidak terlupakan" (Yer 20:11), demikian keyakinan iman Yeremia yang sedang diancam oleh musuh-musuh atau lawan-lawannya. Mungkin saat ini anda juga sedang mengalami atau menghadapi ancaman dalam penghayatan iman; jika memang demikian marilah menyatukan diri pada sikap Yeremia.  Percayalah dan imanilah bahwa jika kita senantiasa bersama dan bersatu dengan Tuhan pasti akan mampu mengalahkan atau mengatasi aneka ancaman, godaan dan hambatan, yang lahir dari 'setan'. Tuhan adalah mahasegalanya, maka bersama dan bersatu dengan Tuhan alias hidup baik dan berbudi-pekerti luhur kita pasti akan mampu mengatasi berbagai rintangan, ancaman, godaan dan rayuan yang ingin merongrong kesetiaan kita pada iman, panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing. Maka baiklah kita juga meningkatkan dan memperdalam hidup rohani atau hidup doa kita masing-masing, serentak menghayati bahwa hidup kita ini adalah anugerah Tuhan (kita dapat hidup dan tumbuh berkembang seperti saat ini karena Tuhan). Tanpa Tuhan kita tak mungkin hidup, tumbuh berkembang sebagaimana adanya saat ini. Marilah hidup dan bertindak dijiwai syukur dan terima kasih atas segala anugerah dan kasih karunia Tuhan, yang telah dilimpahkan kepada kita melalui mereka yang telah berbuat baik dan mengasihi kita.

 

"Aku mengasihi Engkau, ya TUHAN, kekuatanku!Ya TUHAN, bukit batuku, kubu pertahananku dan penyelamatku, Allahku, gunung batuku, tempat aku berlindung, perisaiku, tanduk keselamatanku, kota bentengku! Terpujilah TUHAN, seruku; maka aku pun selamat dari pada musuhku. Tali-tali maut telah meliliti aku, dan banjir-banjir jahanam telah menimpa aku, tali-tali dunia orang mati telah membelit aku, perangkap-perangkap maut terpasang di depanku. Ketika aku dalam kesesakan, aku berseru kepada TUHAN, kepada Allahku aku berteriak minta tolong. Ia mendengar suaraku dari bait-Nya, teriakku minta tolong kepada-Nya sampai ke telinga-Nya." (Mzm 18:2-7)

Jakarta, 26 Maret 2010     

 


Rabu, 24 Maret 2010

25 mar - Yes 7: 10-14; 8:10; Ibr 10:4-10; Luk 1:26-38

"Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu."

HR KABAR SUKACITA : Yes 7: 10-14; 8:10; Ibr 10:4-10;  Luk 1:26-38

 

Dalam berbagai kesempatan menilpon beberapa orang, ada satu dua orang yang dengan spontan menjawab tilpon saya sungguh mengesan dan menyentuh hati saja. Begitu mendengarkan suara panggilan saya via tilpon orang tersebut menanggapi: "Matur nuwun Romo, wonten dhawuh" (Terima kasih Romo, ada perintah). Orang tersebut begitu siap sedia untuk dimintai tolong apapun atau secara kasar diperintah apapun. Bukankah hal itu sungguh menggembirakan, dan jawaban macam itu senada dengan tanggapan atau jawaban Bunda Maria atas sapaan dan penjelasan malaikat dengan berkata: "Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.". Bunda Maria adalah teladan umat beriman, maka marilah sebagai umat beriman kita mawas diri dengn bantuan tanggapan Bunda Maria atas sapaan malaikat tersebut.

 

"Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu."(Luk 1:38)

 

 Tanggapan Maria atas sapaan Tuhan melalui malaikatNya ini kiranya merupakan bentuk penghayatan keutamaan 'ketaatan', dan memang hemat saya siapapun yang unggul dalam penghayatan ketaatan juga merupakan kabar sukacita, kabar baik atau kabar gembira. Maka dengan ini kami mengajak kita semua untuk mawas diri perihal penghayatan ketaatan, yang sungguh mendesak dan up to date untuk kita hayati dan sebarluaskan, mengingat dan memperhatikan masih begitu marak aneka macam bentuk pelanggaran peraturan alias ketidak-taatan terhadap aneka aturan dan tatanan hidup bersama. Jika kita mencermati apa yang terjadi di jalanan nampak sekali bahwa masih cukup banyak para pengendara atau sopir maupun pejalan kaki yang tidak mentaati aneka aturan atau rambu-rambu lalu lintas. Apa yang terjadi di jalanan hemat saya merupakan cermin kwalitas masyarakat atau bangsa.

 

Di dalam etika dikenal adanya tiga tingkatan norma atau nilai, yaitu: norma sopan santun, norma hukum dan norma moral. Yang pertama-tama kita kenal dan hayati rasanya adalah norma sopan santun, yang kita terima melalui orangtua kita masing-masing. Norma sopan santun berlaku bagi wilayah atau kelompok tertentu dan tidak jelas seberapa jauh dan lebarnya wilayah alias tidak ada batas jelas. Sedangkan norma hukum dikenal kemudian ketika kita mulai hidup bersama dengan orang lain, di luar keluarga. Norma hukum berlaku untuk wilayah atau daerah tertentu dan terbatas untuk wilayah atau daerah tersebut. Norma moral, yaitu baik atau buruk, berlaku secara universal atau umum, dimana saja dan kapan saja. Mentaati atau melaksanakan norma-norma tersebut dengan baik sungguh merupakan kabar baik, kabar gembira bagi orang lain.

 

Ketaatan Maria kepada kehendak atau panggilan Tuhan bersifat moral atau spiritual, dan menurut kami merupakan keutamaan tertinggi, karena mengandaikan yang bersangkutan sungguh berbudi pekerti luhur atau cerdas secara spiritual. Pribadi yang bersangkutan telah sampai pada penghayatan 'contemplativus in actione', menemukan Tuhan dalam segala sesuatu atau menghayati segala sesuatu dalam Tuhan. .Ia akrab dengan sabda-sabda Tuhan, bergaul mesra dengan Tuhan, yang mahasegalanya, sehingga mau tidak mau yang bersangkutan akan dikuasai atau dirajai alias senantiasa melaksanakan atau menghayati perintah-perintah Tuhan. Taat kepada kehendak atau perintah Tuhan berarti juga rendah hati serta senantiasa bersikap melayani yang lain, siapapun juga. Di mana ia berada atau kemana ia pergi senantiasa berusaha melayani dan membahagiakan atau menggembirakan yang lain, maka dirinya sendiri sungguh merupakan kabar baik atau kabar gembira. Kita semua dipanggil untuk meneladan Bunda Maria, maka marilah kita saling melayani dan membahagiakan, sehingga kebersamaan hidup kita otomatis merupakan kabar gembira.

 

"Sungguh, Aku datang untuk melakukan kehendak-Mu." Yang pertama Ia hapuskan, supaya menegakkan yang kedua. Dan karena kehendak-Nya inilah kita telah dikuduskan satu kali untuk selama-lamanya oleh persembahan tubuh Yesus Kristus." (Ibr 10:9-10)

Kutipan dari surat Ibrani di atas ini menunjuk pada ketaatan Yesus, sebagaimana dikatakan oleh Paulus kepada umat di Filipi :" Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib." (Fil 2:5-7). Marilah kita meneladan Yesus, sebagaimana dikatakan dalam surat Ibrani di atas : "Sungguh, Aku datang untuk melakukan kehendakMu".

 

Marilah kemanapun pergi atau dimanapun berada kita senantiasa melakukan kehendak Tuhan, dan hal ini secara konkret berarti senantiasa mentaati dan melaksanakan aneka aturan atau tatanan yang berlaku dan terkait dengan hidup dan kesibukan kita masing-masing, sehingga kita bersih dan bebas serta tidak melakukan pelanggaran apapun. Hari Raya Kabar Sukacita ini kita rayakan di hari-hari terakhir dalam rangka mawas diri selama Masa Prapaskah, maka baiklah saya mengajak kita semua untuk mawas diri apakah setelah berpartisipasi dalam kegiatan Prapaskah, pantang dan puasa atau matiraga kita mampu semakin mengenali diri, sebagai yang terpanggil dan telah dibaptis. Sejauh mana kita merasa telah atau tergerak untuk mempersembahkan seluruh tubuh kita kepada Tuhan. Mentaati sepenuhnya aturan atau tatanan hidup memang juga berarti mempersembahkan tubuh kita, mengerahkan seluruh tenaga, waktu, perhatian dst.. pada pelaksanaan aturan atau tatatan hidup, sehingga kita akan menjadi pribadi yang terbiasa untuk taat dan melayani.

 

"Sesungguhnya, seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel" (Yes 7: 14). Hidup taat dan melayani akan melahirkan keutamaan-keutamaan yang menyelamatkan dan membahagiakan. Sebagaimana melalui lambung Yesus, yang tergantung di kayu, yang ditusuk tombak dan dari HatiNya keluar darah dan air segar, lambang sakramen-sakramen Gereja yang menyelamatkan, kami berharap melalui cara hidup dan cara bertindak kita juga 'lahir' atau keluar keutamaan-keutamaan atau nilai-nilai kehidupan yang menyelamatkan. Kami berharap kepada siapapun yang berpengaruh dalam kehidupan atau kerja bersama dapat menjadi teladan dalam hal ketaatan dan melayani, sehingga mereka yang terpengaruh juga tergerak untuk taat dan melayani. Semoga kebersamaan hidup dan kerja kita dimanapun dan kapanpun melahirkan keutamaan-keutamaan atau nilai-nilai kehidupan, sehingga kita semua terus tumbuh berkembang sebagai pribadi yang cerdas spiritual, menjadi pewarta-pewarta kabar baik dimana saja dan kapan saja.

 

"Pergilah, pandanglah pekerjaan TUHAN, yang mengadakan pemusnahan di bumi, yang menghentikan peperangan sampai ke ujung bumi, yang mematahkan busur panah, menumpulkan tombak, membakar kereta-kereta perang dengan api! "Diamlah dan ketahuilah, bahwa Akulah Allah! Aku ditinggikan di antara bangsa-bangsa, ditinggikan di bumi!"

(Mzm 46:9-11)

Jakarta, 25 Maret 2010  

 

 


24 Mar - Dan 3:14-20.24-25.28; Yoh 8:31-42)

"Jikalau kamu tetap dalam firmanKu, kamu benar-benar adalah muridKu"

(Dan 3:14-20.24-25.28; Yoh 8:31-42)


"Maka kata-Nya kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepada-Nya: "Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu." Jawab mereka: "Kami adalah keturunan Abraham dan tidak pernah menjadi hamba siapa pun. Bagaimana Engkau dapat berkata: Kamu akan merdeka?" Kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang berbuat dosa, adalah hamba dosa. Dan hamba tidak tetap tinggal dalam rumah, tetapi anak tetap tinggal dalam rumah. Jadi apabila Anak itu memerdekakan kamu, kamu pun benar-benar merdeka." "Aku tahu, bahwa kamu adalah keturunan Abraham, tetapi kamu berusaha untuk membunuh Aku karena firman-Ku tidak beroleh tempat di dalam kamu.Apa yang Kulihat pada Bapa, itulah yang Kukatakan, dan demikian juga kamu perbuat tentang apa yang kamu dengar dari bapamu." Jawab mereka kepada-Nya: "Bapa kami ialah Abraham." Kata Yesus kepada mereka: "Jikalau sekiranya kamu anak-anak Abraham, tentulah kamu mengerjakan pekerjaan yang dikerjakan oleh Abraham. Tetapi yang kamu kerjakan ialah berusaha membunuh Aku; Aku, seorang yang mengatakan kebenaran kepadamu, yaitu kebenaran yang Kudengar dari Allah; pekerjaan yang demikian tidak dikerjakan oleh Abraham. Kamu mengerjakan pekerjaan bapamu sendiri." Jawab mereka: "Kami tidak dilahirkan dari zinah. Bapa kami satu, yaitu Allah." Kata Yesus kepada mereka: "Jikalau Allah adalah Bapamu, kamu akan mengasihi Aku, sebab Aku keluar dan datang dari Allah. Dan Aku datang bukan atas kehendak-Ku sendiri, melainkan Dialah yang mengutus Aku." (Yoh 8:31-42), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Percaya kepada Yesus berarti juga menjadi 'anak-anak atau keturunan Abraham', dan dengan demikian senantiasa 'tetap dalam FirmanNya", artinya melaksanakan kehendak Tuhan di dalam hidup sehari-hari dan juga tidak pernah melakukan atau berbuat dosa apapun. Maka marilah kita yang percaya kepada Yesus mawas diri: sejauh mana kita senantiasa melaksanakan perintah atau ajaran-ajaran Yesus, terutama ajaran dan pertintahNya yang utama dan pertama, yaitu 'saling mengasihi satu sama lain'? Atau sebagai anak-anak atau keturunan Abraham: sejauh mana kita meneladan Bapa Abraham, yang senantiasa taat dan setia kepada kehendak dan perintah Tuhan. Secara konkret bagi kita antara lain berarti kita senantiasa melaksanakan tugas, pekerjaan dan kewajiban dengan baik selesai pada waktunya serta memuaskan semua orang. Di tempat kerja atau kantor kita senantiasa mengerjakan tugas yang diberikan oleh atasan atau yang menjadi tanggungjawab dan tugas utama, sebagai pelajar di sekolah berarti senantiasa dengan rendah hati, tekun dan rajin mendengarkan semua ajaran atau informasi yang disampaikan oleh para guru; para pengendara kendaraan jenis apapun atau pejalan kaki tertib dan taat terhadap peraturan lalu lintas, tidak melanggar rambu-rambu lalu lintas dst…

·    "Tidak ada gunanya kami memberi jawab kepada tuanku dalam hal ini. Jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, dan dari dalam tanganmu, ya raja; tetapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu" (Dan 3:16-18), demikian jawaban  Sadrakh, Mesakh dan Abednego terhadap raja Nebukadnezar. Keberanian tiga orang ini kiranya baik menjadi teladan kita dalam penghayatan iman di dalam hidup sehari-hari. Berbagai macam jenis harta benda dan kekayaan pada masa kini telah menjadi 'sembahan atau andalan sepenuhnya' bagi sementara orang alias menjadi 'berhala-berhala'. Dengan kata lain rasanya cukup banyak orang yang bersikap mental materialistis, tidak memberi tempat atau peran Tuhan dalam hidup sehari-hari, dalam aneka pelayanan dan kesibukan. Dengan kami kami mengharapkan kepada kita semua umat beriman: marilah kita setia pada iman kita, artinya mengandalkan dan mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan di dalam hidup sehari-hari alias hidup baik dan berbudi pekerti luhur. Memang dengan hidup baik dan berbudi pekerti luhur pada masa kini ada kemungkinan harus menghadapi tekanan dan ancaman dari para penguasa yang serakah akan harta benda, uang atau kehormatan duniawi, sebagaimana dihadapi oleh Sadrakh, Mesakh dan Abednego. Percayalah dan hayatilah bahwa jika kita tetap setia pada kebenaran dan iman, kita pasti akan menang terhadap aneka kejahatan, kebohongan dan keserakahan serta ancaman. Marilah kita berani berkata seperti tiga orang tersebut dan menghayati kata-kata ini "kami tidakakan memuja dewa dan tidak akan menyembah patung emas".

 

"Terpujilah Engkau, Tuhan, Allah nenek moyang kami, yang patut dihormati dan ditinggikan selama-lamanya. terpujilah nama-Mu yang mulia dan kudus, yang patut dihormat dan ditinggikan selama-lamanya. Terpujilah Engkau dalam Bait-Mu yang mulia dan kudus, Engkau patut dinyanyikan dan dimuliakan selama-lamanya. Terpujilah Engkau di atas takhta kerajaan-Mu, Engkau patut dinyanyikan dan ditinggikan selama-lamanya. Terpujilah Engkau yang mendugai samudera raya dan bersemayam di atas kerub-kerub, Engkau patut dihormat dan ditinggikan selama-lamanya.Terpujilah Engkau di bentangan langit, Engkau patut dinyanyikan dan dimuliakan selama-lamanya" (Dan 3:52-56)

 

Jakarta, 24 Maret 2010


Senin, 22 Maret 2010

23 Mar - Bil 21:4-9; Yoh 8:21-30

"Setelah Yesus mengatakan semuanya itu banyak orang percaya kepadaNya".

(Bil 21:4-9; Yoh 8:21-30)

 

"Maka Yesus berkata pula kepada orang banyak: "Aku akan pergi dan kamu akan mencari Aku tetapi kamu akan mati dalam dosamu. Ke tempat Aku pergi, tidak mungkin kamu datang." Maka kata orang-orang Yahudi itu: "Apakah Ia mau bunuh diri dan karena itu dikatakan-Nya: Ke tempat Aku pergi, tidak mungkin kamu datang?" Lalu Ia berkata kepada mereka: "Kamu berasal dari bawah, Aku dari atas; kamu dari dunia ini, Aku bukan dari dunia ini. Karena itu tadi Aku berkata kepadamu, bahwa kamu akan mati dalam dosamu; sebab jikalau kamu tidak percaya, bahwa Akulah Dia, kamu akan mati dalam dosamu." Maka kata mereka kepada-Nya: "Siapakah Engkau?" Jawab Yesus kepada mereka: "Apakah gunanya lagi Aku berbicara dengan kamu? Banyak yang harus Kukatakan dan Kuhakimi tentang kamu; akan tetapi Dia, yang mengutus Aku, adalah benar, dan apa yang Kudengar dari pada-Nya, itu yang Kukatakan kepada dunia." Mereka tidak mengerti, bahwa Ia berbicara kepada mereka tentang Bapa. Maka kata Yesus: "Apabila kamu telah meninggikan Anak Manusia, barulah kamu tahu, bahwa Akulah Dia, dan bahwa Aku tidak berbuat apa-apa dari diri-Ku sendiri, tetapi Aku berbicara tentang hal-hal, sebagaimana diajarkan Bapa kepada-Ku. Dan Ia, yang telah mengutus Aku, Ia menyertai Aku. Ia tidak membiarkan Aku sendiri, sebab Aku senantiasa berbuat apa yang berkenan kepada-Nya." Setelah Yesus mengatakan semuanya itu, banyak orang percaya kepada-Nya."(Yoh 8:21-30), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Bagi siapapun yang percaya kepada Yesus, ketika semakin mengenalNya maka juga semakin percaya kepadaNya, sebaliknya bagi yang tidak percaya pasti akan semakin tidak mengerti dan tidak percaya kepadaNya. Kita kiranya termasuk dalam jajaran orang yang percaya kepada  Yesus, maka kami harapkan setelah sekian lama kita mawas diri , sejak hari Rabu Abu, berarti kita semakin percaya kepadaNya, semakin mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan, semakin beriman. Tentu saja secara konkret juga semakin giat, rajin, tekun, cekatan dan cermat dalam melaksanakan aneka macam tugas dan pekerjaan, sehingga mereka yang menyaksikan cara hidup dan cara bertindak kita juga semakin tergerak untuk mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan, semakin beriman. Hendaknya kita juga semakin menyadari dan menghayati bahwa diri kita 'berasal dari atas', gambar dan citra Allah di dunia ini. Kita juga meneladan Yesus, yang mendengarkan perintah, ajaran, petunjuk 'dari atas' dan kemudian meneruskannya ke dunia, kepada sesama manusia. Kita semakin hidup dan bertindak sesuai dengan charisma atau spiritualitas, yang telah kita pelajari dan coba hayati, dan kemudian menyebarluaskan spiritualitas tersebut kepada sesama, entah melalui cara bertindak maupun kata-kata atau wacana. Melalui dan dengan cara hidup dan cara bertindak kita kami berharap semakin membuat banyak orang percaya kepada Tuhan, semakin beriman.

·   "Kemudian datanglah bangsa itu mendapatkan Musa dan berkata: "Kami telah berdosa, sebab kami berkata-kata melawan TUHAN dan engkau; berdoalah kepada TUHAN, supaya dijauhkan-Nya ular-ular ini dari pada kami." Lalu Musa berdoa untuk bangsa itu. Maka berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Buatlah ular tedung dan taruhlah itu pada sebuah tiang; maka setiap orang yang terpagut, jika ia melihatnya, akan tetap hidup." (Bil 21:7-8). Kutipan ini kiranya mengarah pada Yang Tersalib, Yesus yang mempersembahkan diri dan wafat di kayu salib demi keselamatan atau kebahagiaan dunia. Marilah kita meneladan Musa, yang berdoa untuk seluruh bangsa, yang sedang dalam perjalanan menuju tanah terjanji. Kita semua juga masih berada di perjalananan dalam rangka menghayati panggilan atau melaksanakan aneka tugas pengutusan dan pekerjaan, dan di perjalanan kiranya kita harus menghadapi aneka godaan dan rayuan setan dalam berbagai bentuk. Marilah kita saling mendoakan dan mengarahkan diri kepada Yang Tersalib: pandang dan nikmati Dia yang tergantung di kayu salib. Mohonlah kekuatan dari Yang Tersalib dalam rangka mengatasi dan menghadapi aneka tantangan, hambatan dan masalah, godaan dan rayuan untuk berbuat jahat, dst..  Kami juga mengingatkan kita semua akan pentingnya hidup doa sebagai orang beriman atau beragama; hendaknya jangan melupakan berdoa setiap hari dalam dan melalui berbagai kesempatan. Secara khusus kepada mereka yang akan mengadakan perjalanan, kami harapkan sebelum melangkah atau berjalan berdoa lebih dahulu, mohon perlindungan dan pendampingan Tuhan agar selamat sampai tujuan. Entah pengemudi maupun penumpang kami harapkan berdoa, entah sendiri maupun bersama, sebelum mengadakan perjalanan.

 

"Bangsa-bangsa menjadi takut akan nama TUHAN, dan semua raja bumi akan kemuliaan-Mu, bila TUHAN sudah membangun Sion, sudah menampakkan diri dalam kemuliaan-Nya, sudah berpaling mendengarkan doa orang-orang yang bulus, dan tidak memandang hina doa mereka. Biarlah hal ini dituliskan bagi angkatan yang kemudian, dan bangsa yang diciptakan nanti akan memuji-muji TUHAN, sebab Ia telah memandang dari ketinggian-Nya yang kudus, TUHAN memandang dari sorga ke bumi,"

(Mzm 102:16-20)

 

Jakarta, 23 Maret 2010 


Minggu, 21 Maret 2010

22 Mar - Dan 13:1-9.15-17.19-30.33-62; Yoh 8:12-20

"Jikalau sekiranya kamu mengenal Aku kamu mengenal juga BapaKu."

(Dan 13:1-9.15-17.19-30.33-62; Yoh 8:12-20)

 

"Maka Yesus berkata pula kepada orang banyak, kata-Nya: "Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup." Kata orang-orang Farisi kepada-Nya: "Engkau bersaksi tentang diri-Mu, kesaksian-Mu tidak benar." Jawab Yesus kepada mereka, kata-Nya: "Biarpun Aku bersaksi tentang diri-Ku sendiri, namun kesaksian-Ku itu benar, sebab Aku tahu, dari mana Aku datang dan ke mana Aku pergi. Tetapi kamu tidak tahu, dari mana Aku datang dan ke mana Aku pergi. Kamu menghakimi menurut ukuran manusia, Aku tidak menghakimi seorang pun, dan jikalau Aku menghakimi, maka penghakiman-Ku itu benar, sebab Aku tidak seorang diri, tetapi Aku bersama dengan Dia yang mengutus Aku. Dan dalam kitab Tauratmu ada tertulis, bahwa kesaksian dua orang adalah sah; Akulah yang bersaksi tentang diri-Ku sendiri, dan juga Bapa, yang mengutus Aku, bersaksi tentang Aku." Maka kata mereka kepada-Nya: "Di manakah Bapa-Mu?" Jawab Yesus: "Baik Aku, maupun Bapa-Ku tidak kamu kenal. Jikalau sekiranya kamu mengenal Aku, kamu mengenal juga Bapa-Ku." Kata-kata itu dikatakan Yesus dekat perbendaharaan, waktu Ia mengajar di dalam Bait Allah. Dan tidak seorang pun yang menangkap Dia, karena saat-Nya belum tiba" (Yoh 8:12-20), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Ketegangan antara Yesus dan orang-orang Farisi yang tidak percaya kepadanya semakin panas, dan mereka ingin menangkapNya tetapi tak mungkin "karena saatNya belum tiba". Mereka tidak percaya dan mengenal Yesus sebagai Mesias, maka semakin Yesus menyatakan jati DiriNya mereka semakin tidak tahu. Maka baiklah kita mawas diri "apakah kita mengenal Yesus dan Bapa di sorga". Mengenal Yesus berarti bergaul akrab denganNya, dan karena Dia Allah maka bagaimanapun juga kita akan dikuasaiNya, serta mau tidak mau harus mentaati sabda-sabdaNya dan meneladan cara hidup dan cara bertindakNya. Dengan mengenalNya kita hidup dan berjalan di dalam terang, sehingga melalui cara hidup dan cara bertindak kita dapat menerangi mereka yang barada di dalam kegelapan. Kita adalah saksi-saksi Yesus, Sang Terang Dunia sejati. Menjadi saksi terang berarti senantiasa mewartakan kebenaran-kebenaran, maka untuk itu mau tidak mau pasti akan menghadapi aneka tantangan, hambatan dan masalah dari mereka yang kurang atau tidak beriman. Kita diharapkan menyikapi segala sesuatu tidak menurut ukuran manusia, melainkan menurut ukuran Tuhan, tidak hanya berhenti pada ukuran manusia, melainkan sampai ke yang ilahi/spiritual. Maka dengan ini kami mengingatkan kita semua: marilah kita hidup dan bertindak sesuai dengan spiritualitas atau charisma pendiri oorganisasi atau paguyuban kita, entah sebagai imam, bruder, suster atau awam. Secara umum, sebagai orang-orang yang percaya kepada Yesus diharapkan semakin kristiani, sehingga dengan dan dalam semangat iman kristiani kita hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

·   "Maka berseru-serulah seluruh himpunan itu dengan suara nyaring. Mereka memuji Allah yang menyelamatkan siapa saja yang berharap kepada-Nya. Serentak mereka bangkit melawan kedua orang tua-tua itu, sebab Daniel telah membuktikan dengan mulut mereka sendiri bahwa mereka telah memberikan kesaksian palsu. Lalu mereka diperlakukan sebagaimana mereka sendiri mau mencelakakan sesamanya"(Dan 13:60-61). Dengan cerdas dan berani Daniel berhasil membongkar kedok dan kebohongan 'kedua orang tua-tua', yang tidak lain adalah tokoh-tokoh hidup bermasyarakat pada zamannya. Daniel berhasil mendobrak kesaksian palsu. Pada masa kini kiranya kita butuh 'Danel-Daniel', orang-orang cerdas dan berani membongkar aneka kepalsuan dan kebohongan yang masih marak di dalam kehidupan bersama. Memang keberanian dan kecerdasan macam itu pada umumnya ada dalam diri para mahasiswa-mahasiswi yang baik, cerdas, jujur dan berani, maka kami berharap rekan-rekan mahasiswa-mahasiswi atau generasi muda hendaknya tetap cerdas, berani dan rendah hati menyuarakan kebenaran-kebenaran dalam rangka mendobrak kebohongan dan kepalsuan. Secara khusus kami juga berharap semoga di dalam berbagai proses pengadilan yang terjadi sungguh diperjuangkan kebenaran-kebenaran; semoga kebenaran memang atas uang dan kedudukan. Entah para hakim, jaksa maupun pembela kami dambakan sungguh menjadi pejuang dan pembela kebenaran-kebenaran; demikian juga rekan-rekan yang berada di jajaran POLRI. Semoga mereka yang kaya akan uang atau harta benda juga tidak mudah  memberi uang pelicin atau sogokan demi keuntungan diri sendiri.

 

"Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena nama-Nya. Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku. Engkau menyediakan hidangan bagiku, di hadapan lawanku; Engkau mengurapi kepalaku dengan minyak; pialaku penuh melimpah. Kebajikan dan kemurahan belaka akan mengikuti aku, seumur hidupku; dan aku akan diam dalam rumah TUHAN sepanjang masa" (Mzm 23:3b-6)

Jakarta, 22 Maret 2010