Fans Page Facebook http://imankatolik.or.id

imankatolik.or.id on Facebook

Jumat, 26 November 2010

Minggu Adven I - Yes 2:1-5; Rm 13:11-14a; Mat 24:37-44

"Hendaklah kamu juga siap sedia, karena Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu duga."

Mg Adven I : Yes 2:1-5; Rm 13:11-14a; Mat 24:37-44


Menghadapi apa saja yang baru pada umumnya orang bergairah dan penuh pengharapan. Pasangan suami-isteri yang baru saja saling berjanji untuk hidup bersama kiranya memiliki segudang harapan, antara lain semakin saling mengasihi serta kelahiran anak sebagai anugerah Tuhan; pelajar atau mahasiswa baru berhadap sukses dalam belajar, pegawai baru berharap sukses di dalam kerja, pejabat baru berharap sukses dalam melayani, dst… Hari ini kita memasuki Tahun Baru Liturgi, masa Adven, dimana kurang lebih empat minggu kita diajak mempersiapkan diri dalam rangka menyambut kedatangan atau kelahiran Penyelamat Dunia, Allah yang memenuhi janjiNya untuk memperbaharui dunia seisinya. Memasuki Tahun Baru Liturgi ini kita diharapkan bergairah dan penuh pengharapan, sebagaimana dipesankan dalam Warta Gembira hari ini, maka baiklah kita renungkan pesan tersebut.

 

"Hendaklah kamu juga siap sedia, karena Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu duga." (Mat 24:44)

Kedatangan Anak Manusia kiranya dapat diartikan 'Hari Kelahiran Penyelamat Dunia' alias pesta Natal atau saat kita dipanggil Tuhan alias meninggal dunia. Hari pesta Natal kiranya dapat kita duga karena telah ditentukan jauh sebelumnya, namun kapan kita dipanggil Tuhan alias meninggal dunia kiranya sebagai umat beriman kita tidak tahu, maka baiklah 'kedatangan Anak Manusia' kita fahami ketika kita dipanggil Tuhan. Maka marilah kita senantiasa dalam keadaan siap sedia untuk dipanggil Tuhan serta berharap hidup mulia selama-lamanya di sorga.

 

Orang yang 'siap sedia' pada umumnya dalam keadaan sehat wal'afiat, segar bugar baik secara jasmani maupun rohani, phisik maupun spiritual, menarik, mempesona dan memikat. Orang yang 'siap sedia' juga dalam keadaan bersih alias suci serta dengan jiwa besar dan hati rela berkorban untuk mempersembahkan diri terhadap panggilan Tuhan dalam pelayanan kepada sesamanya.  Maka marilah memasuki masa Adven ini kita mawas diri sejauh mana kita dalam keadaan siap siaga atau siap sedia untuk menanggapi panggilan Tuhan, entah itu berarti meninggal dunia atau melakukan sesuatu sesuai dengan kehendakNya. Sebagai bantuan untuk mawas diri saya angkat beberapa hal sebagai berikut:


·  Panggilan sebagai ciptaan Tuhan: kita diciptakan oleh Tuhan sebagai gambar atau citraNya, artinya melalui cara hidup dan cara bertindak kita orang dapat melihat Tuhan yang hidup dan berkarya. Sebagai gambar atau citra Tuhan kita senantiasa melakukan apa yang baik dan menyelamatkan, lebih-lebih dan terutama bagi kebaikan atau keselamatan jiwa, dengan demikian semakin tambah usia atau berpengalaman dalam hidup berarti kita semakin beriman, semakin mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan melalui cara hidup dan cara bertindak kita setiap hari.


·  Panggilan sebagai orang yang telah dibaptis atau beriman kepada Yesus Kristus: ketika dibaptis kita berjanji untuk hanya mau mengabdi Tuhan saja serta menolak semua godaan setan, dengan kata lain kita  berjanji untuk hidup baik dan berbudi pekerti luhur, meneladan cara hidup dan cara  bertindak Yesus serta melaksanakan sabda-sabdaNya. Cara hidup dan cara bertindak kita seperti yang dihayati oleh jemaat purba, yaitu bahwa "kumpulan orang yang telah percaya itu, mereka sehati dan sejiwa, dan tidak seorang pun yang berkata, bahwa sesuatu dari kepunyaannya adalah miliknya sendiri, tetapi segala sesuatu adalah kepunyaan mereka bersama. Dan dengan kuasa yang besar rasul-rasul memberi kesaksian tentang kebangkitan Tuhan Yesus dan mereka semua hidup dalam kasih karunia yang melimpah-limpah" (Kis 4:32-33).

Dari dua jati diri kita masing-masing tersebut baiklah kita sungguh mawas diri dan jika kita belum atau tidak setia pada panggilan kita baiklah kita mempersiapkan diri untuk mohon kasih pengampunan Tuhan dengan menerima Sakramen Tobat sebelum mengenangkan kedatangan Tuhan, Penyelamat Dunia, di hari Natal yang akan datang.

 

"Hari sudah jauh malam, telah hampir siang. Sebab itu marilah kita menanggalkan perbuatan-perbuatan kegelapan dan mengenakan perlengkapan senjata terang! Marilah kita hidup dengan sopan, seperti pada siang hari, jangan dalam pesta pora dan kemabukan, jangan dalam percabulan dan hawa nafsu, jangan dalam perselisihan dan iri hati" (Rm 13: 12-13)   

Sapaan atau peringatan Paulus kepada di Roma di atas ini kiranya baik menjadi permenungan atau refleksi kita dalam memasuki Adven atau Tahun Baru Liturgi. Kita diingatkan untuk 'meninggalkan perbuatan-perbuatan kegelapan dan mengenakan perlengkapan senjata terang: hidup sopan, jangan dalam pesta pora dan kemabukan, percabulan, hawa nafsu, perselisihan dan iri hati". Maka baiklah secara sederhana saya kembangkan peringatan Paulus tersebut sebagai bantuan untuk mawas diri bagi kita semua:


·  Meninggalkan perbuatan-perbuatan kegelapan. Berbagai bentuk perbuatan kegelapan yang harus kita tinggalkan dengan jelas dikatakan oleh Paulus, yaitu: pesta pora, kemabukan, percabulan, perselisihan dan iri hati. Berbagai bencana alam telah menimbulkan penderitaan bagi banyak orang di negeri kita ini, maka ajakan untuk tidak berpesta pora serta bermabuk-mabukan kiranya sungguh mendesak dan up to date untuk kita hayati dan sebar-luaskan dalam kehidupan bersama kita masa kini. Kami berharap para pejabat, petinggi atau orang-orang kaya dapat menjadi teladan dalam meninggalkan pesta pora dan mabuk-mabukan di masa adven ini. Perbuatan cabul rasanya sungguh marak terjadi di sana-sini, entah itu dilakukan secara pribadi atau dengan orang lain, karena dorongan nafsu seksual yang tak terkendalikan. Hendaknya para orangtua serta pendidik atau guru dapat menjadi teladan dalam meninggalkan perbuatan cabul bagi anak-anak atau para peserta didik. Perbuatan iri hati yang berkembang menjadi perselisihan kiranya juga masih marak di sana-sini, entah itu terjadi secara pribadi atau kelompok/golongan/organisasi. Iri hati memang dapat mengarah ke kematian, maka baiklah kita tinggalkan aneka bentuk iri hati dalam diri kita masing-masing.    

 

·  Mengenakan perlengkapan senjata perang. Perlengkapan senjata perang yang diingatkan oleh Paulus adalah hidup sopan. Sopan antara lain berarti menghadirkan diri sedemikian rupa sehingga tidak menjadi batu sandungan bagi orang lain untuk berdosa atau melakukan kejahatan, dengan kata lain sopan berarti menghargai dan menjunjung tinggi harkat martabat manusia alias tidak melecehkan atau merendahkan yang lain. Cara berpakaian sopan merupakan salah satu bentuk penghayatan yang kiranya baik kita hayati, maka kami berharap hendaknya jangan berpakaian sedemikian rupa sehingga merangsang oleh lain untuk berpikiran jahat serta kemudian melakukan kejahatan.  Berkata-kata sopan juga merupakan cara hidup yang baik kita lakukan. Cara berpakaian maupun berkata-kata hemat saya mencerminkan pribadi orang yang bersangkutan alias cermin dari hati, apa yang menjadi perhatian dalam hidupnya. Sopan santun hendaknya sedini mungkin dididikkan atau dibiasakan pada anak-anak di dalam keluarga dengan teladan konkret dari orangtua serta kemudian dikembangkan dan diperdalam di sekolah-sekolah.

 

"Aku bersukacita, ketika dikatakan orang kepadaku: "Mari kita pergi ke rumah TUHAN." Sekarang kaki kami berdiri di pintu gerbangmu, hai Yerusalem. ke mana suku-suku berziarah, yakni suku-suku TUHAN, untuk bersyukur kepada nama TUHAN sesuai dengan peraturan bagi Israel. Sebab di sanalah ditaruh kursi-kursi pengadilan, kursi-kursi milik keluarga raja Daud. Berdoalah untuk kesejahteraan Yerusalem: "Biarlah orang-orang yang mencintaimu mendapat sentosa. Biarlah kesejahteraan ada di lingkungan tembokmu, dan sentosa di dalam purimu!" (Mzm 122:1-2.4-7)

  

Jakarta, 28 November 2010


Kamis, 25 November 2010

27 Nov - Why 22:1-7; Luk 21:34-36

"Berjagalah senantiasa sambil berdoa"

(Why 22:1-7; Luk 21:34-36)

 

"Jagalah dirimu, supaya hatimu jangan sarat oleh pesta pora dan kemabukan serta kepentingan-kepentingan duniawi dan supaya hari Tuhan jangan dengan tiba-tiba jatuh ke atas dirimu seperti suatu jerat. Sebab ia akan menimpa semua penduduk bumi ini. Berjaga-jagalah senantiasa sambil berdoa, supaya kamu beroleh kekuatan untuk luput dari semua yang akan terjadi itu, dan supaya kamu tahan berdiri di hadapan Anak Manusia." (Luk 21:34-26), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Hari ini adalah hari terakhir tahun Liturgy, dan besok kita mulai memasuki Tahun Baru Liturgy, masa adven, masa yang ditandai dengan keutamaan harapan untuk menyambut kedatangan Penyelamat Dunia. Dalam pergantian tahun Liturgy ini kita diingatkan agar "Berjaga-jagalah senantiasa sambil berdoa, supaya kamu beroleh kekuatan untuk luput dari semua yang akan terjadi itu dan supaya kamu tahan berdiri di hadapan Anak Manusia". "Tahan berdiri di hadapan Anak Manusia" kiranya dapat difahami sebagai saat kita dipanggil Tuhan atau akan meninggal dunia, yang dapat terjadi sewaktu-waktu, kapan saja dan dimana saja. Apakah pada menit-menit atau detik-detik terakhir hidup kita, menjelang meninggal dunia, kita begitu gelisah atau dengan tenang pasrah diri kepada Yang Ilahi. Kiranya kita semua mendambakan ketika dipanggil Tuhan tidak melawan atau gelisah, melainkan kita sambut dengan gairah, senyum dan rendah hati karena akan menerima anugerah hidup mulia selamanya di sorga bersama Allah Pencipta. Agar dapat terjadi demikian kita diharapkan senantiasa dalam keadaan berjaga-jaga sambil berdoa. Maka baiklah kita senantiasa hidup baik dan berbudi pekerti luhur seraya berdoa, sesuai dengan dambaan dan kerinduan kita masing-masing. Hidup baik/berbudi pekerti luhur dan berdoa hemat saya bagaikan mata uang bermuka dua, dapat dibedakan tetapi tak dapat dipisahkan; ada timbal balik saling meneguhkan dan memperdalam. Pendoa pada umumnya hidup baik dan berbudi pekerti luhur, sebaliknya orang baik dan berbudi pekerti luhur tak pernah melupakan hidup doa. Berdoa antara lain berarti berkomunikasi dengan Tuhan dan karena Tuhan maha segalanya, maka mau tak mau kita akan dikuasai atau dirajai olehNya, sehingga hidup dan bertindak sesuai dengan kehendakNya kapanpun dan dimanapun.


·   "Malam tidak akan ada lagi di sana, dan mereka tidak memerlukan cahaya lampu dan cahaya matahari, sebab Tuhan Allah akan menerangi mereka, dan mereka akan memerintah sebagai raja sampai selama-lamanya" (Why 22:5). Kutipan ini adalah gambaran hidup mulia selama-lamanya di sorga setelah kita dipanggil Tuhan alias meninggal dunia. Apa yang akan terjadi tersebut kiranya dapat kita siapkan selama hidup di dunia, atau bahkan dapat mencicipinya selama hidup di dunia ini. Untuk itu kita diharapkan senantiasa berjaga-jaga sambil berdoa. Apakah setelah selama satu tahun kita mengarungi hidup dan panggilan,  kita juga semakin dalam keadaan 'berjaga-jaga sambil berdoa'? Dengan kata lain apakah kita semakin rendah hati? Rendah hati merupakan keutamaan dasar yang harus kita mohon dari Tuhan serta usahakan dalam hidup sehari-hari. "Rendah hati adalah sikap dan perilaku yang tidak suka menonjolkan dan menomorsatukan diri, yaitu dengan menenggang  perasaan orang lain. Meskipun pada kenyataannya lebih dari orang lain, ia dapat menahan diri untuk tidak menonjolkan dirinya" (Prof Dr Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka – Jakarta 1997, hal 24). Orang yang rendah hati berarti juga siap sedia setiap saat untuk melakukan kehendak Tuhan alias ajakan untuk berbuat baik dan berbudi pekerti luhur. Orang yang rendah hati juga dirajai atau dikuasai oleh Tuhan dan dengan demikian juga berpartisipasi dalam 'pemerintahanNya sebagai raja sampai selama-lamanya'.  Raja yang rendah hati, yaitu yang siap sedia untuk disalibkan, artinya mempersembahkan seluruh hidup atau pribadinya kepada Tuhan melalui saudara-saudarinya. Semoga di akhir tahun Liturgy ini kita sungguh semakin mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan , sehingga sewaktu-waktu dipanggil Tuhan kita tidak gelisah atau melawan, melainkan gembira dan ceria penuh pasrah diri. Kita ucapkan 'Selamat tinggal cara hidup lama yang hanya mengikuti keinginan atau kemauan sendiri, selamat menempuh hidup baru sesuai dengan kehendak Yang Ilahi'

 

"Marilah kita bersorak-sorai untuk TUHAN, bersorak-sorak bagi gunung batu keselamatan kita. Biarlah kita menghadap wajah-Nya dengan nyanyian syukur, bersorak-sorak bagi-Nya dengan nyanyian mazmur.Sebab TUHAN adalah Allah yang besar, dan Raja yang besar mengatasi segala allah. Bagian-bagian bumi yang paling dalam ada di tangan-Nya, puncak gunung-gunung pun kepunyaan-Nya. Kepunyaan-Nya laut, Dialah yang menjadikannya, dan darat, tangan-Nyalah yang membentuknya." (Mzm 95:1-5)

 

Jakarta, 27 November 2010


Rabu, 24 November 2010

25 Nov - Why 18:1-2.21-23; 19:1-3.9a; Luk 21:20-28

"Bangkitlah dan angkatlah mukamu sebab penyelamatanmu sudah dekat."

(Why 18:1-2.21-23; 19:1-3.9a; Luk 21:20-28)


"Apabila kamu melihat Yerusalem dikepung oleh tentara-tentara, ketahuilah, bahwa keruntuhannya sudah dekat. Pada waktu itu orang-orang yang berada di Yudea harus melarikan diri ke pegunungan, dan orang-orang yang berada di dalam kota harus mengungsi, dan orang-orang yang berada di pedusunan jangan masuk lagi ke dalam kota, sebab itulah masa pembalasan di mana akan genap semua yang ada tertulis. Celakalah ibu-ibu yang sedang hamil atau yang menyusukan bayi pada masa itu! Sebab akan datang kesesakan yang dahsyat atas seluruh negeri dan murka atas bangsa ini, dan mereka akan tewas oleh mata pedang dan dibawa sebagai tawanan ke segala bangsa, dan Yerusalem akan diinjak-injak oleh bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, sampai genaplah zaman bangsa-bangsa itu.""Dan akan ada tanda-tanda pada matahari dan bulan dan bintang-bintang, dan di bumi bangsa-bangsa akan takut dan bingung menghadapi deru dan gelora laut. Orang akan mati ketakutan karena kecemasan berhubung dengan segala apa yang menimpa bumi ini, sebab kuasa-kuasa langit akan goncang. Pada waktu itu orang akan melihat Anak Manusia datang dalam awan dengan segala kekuasaan dan kemuliaan-Nya. Apabila semuanya itu mulai terjadi, bangkitlah dan angkatlah mukamu, sebab penyelamatanmu sudah dekat."(Luk 21:20-28), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.


Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Cuaca ekstrim yang tidak menentu akibat pemanasan global dll. telah menimbulkan bencana alam di sana-sini, seperti banjir bandang, angin puting beliung, gempa bumi dst yang memporak-porandakan atau memusnahkan aneka macam jenis bangunan serta menimbulkan korban manusia. Berbagai macam musibah dan bencana alam tersebut membuat banyak orang 'mengangkat muka' alias 'melihat ke atas', artinya diingatkan kembali akan peran Yang Ilahi dalam kehidupan sehari-hari. Sabda hari ini hemat saya juga mengajak kita semua untuk mengenangkan, mengimani kembali peran Yang Ilahi atau Tuhan dalam kehidupan kita sehari-hari. Marilah kita mawas diri di hari-hari terakhir tahun Liturgy ini: sejauh mana kita semakin menghayati kehadiran dan karya Tuhan dalam hidup kita sehari-hari, dengan kata lain kita semakin cerdas secara spiritual atau hidup dan bertindak sesuai dorongan atau bisikan Roh Kudus, sehingga cara hidup dan cara bertindak kita menghasilkan keutamaan-keutamaan sebagai buah Roh seperti "kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri." (Gal 5:22-23). Baiklah saya ingatkan juga bagi kita semua: marilah kita sikapi aneka macam bencana  alam atau musibah sebagai peringatan Tuhan akan keserakahan, kesombongan atau ketidak-imanan kita, suatu ajakan bagi kita semua untuk bertobat dan memperbaharui diri.


·   "Demikianlah Babel, kota besar itu, akan dilemparkan dengan keras ke bawah, dan ia tidak akan ditemukan lagi. Dan suara pemain-pemain kecapi dan penyanyi-penyanyi, dan peniup-peniup seruling dan sangkakala, tidak akan kedengaran lagi di dalammu, dan seorang yang ahli dalam sesuatu kesenian tidak akan ditemukan lagi di dalammu, dan suara kilangan tidak akan kedengaran lagi di dalammu. Dan cahaya lampu tidak akan bersinar lagi di dalammu, dan suara mempelai laki-laki dan pengantin perempuan tidak akan kedengaran lagi di dalammu. Karena pedagang-pedagangmu adalah pembesar-pembesar di bumi, oleh ilmu sihirmu semua bangsa disesatkan." (Why 18:21-23). Kutipan ini kiranya mengingatkan kita semua bahwa segala macam bentuk kebesaran duniawi seperti gedung pencakar langit, rumah mewah, mobil mewah, aneka monumen, dst  akan hancur berantakan dalam waktu sesaat. Dengan kata lain kita diingatkan untuk tidak bersikap materialistis dalam hidup kita. Hendaknya keselamatan jiwa manusia mencari pedoman atau barometer keberhasilan cara hidup dan cara bertindak kita atau segala usaha dan jerih payah kita. Secara khusus saya mengingatkan para pengelola maupun pelaksana karya-karya pastoral Gerejani seperti karya sosial, karya kesehatan dan karya pendidikan: jauhilah sikap mental materialistis dalam pelayanan dan usaha anda. Karya sosial membantu manusia semakin manusiawi, sehingga memperoleh kemudahan untuk semakin spiritual alias hidup beriman sungguh-sungguh, karya kesehatan mengutuhkan kembali anggota-anggota tubuh yang terluka, karya pendidikan membantu manusia agar tumbuh berkembang dalam hal kecerdasan spiritual. Dalam ketiga jenis karya pastoral ini  hendaknya tidak dilupakan semangat pendiri, yang mengawali karya sebagai luapan syukur dan terima kasihnya kepada Yang Ilahi. Saya juga mengingatkan secara lebih khusus kepada para pengelola maupun pelaksana karya pendidikan/sekolah agar lebih mengutamakan agar para peserta didik tumbuh berkembang menjadi pribadi yang baik dan berbudi pekerti luhur daripada cerdas intelektual.

 

"Beribadahlah kepada TUHAN dengan sukacita, datanglah ke hadapan-Nya dengan sorak-sorai! Ketahuilah, bahwa TUHANlah Allah; Dialah yang menjadikan kita dan punya Dialah kita, umat-Nya dan kawanan domba gembalaan-Nya. Masuklah melalui pintu gerbang-Nya dengan nyanyian syukur, ke dalam pelataran-Nya dengan puji-pujian, bersyukurlah kepada-Nya dan pujilah nama-Nya! Sebab TUHAN itu baik, kasih setia-Nya untuk selama-lamanya, dan kesetiaan-Nya tetap turun-temurun" (Mzm 100:2-5)

Jakarta, 25 November 2010


Senin, 22 November 2010

24 Nov - Why 15:1-4; Luk 21:12-19

"Kalau kamu tetap bertahan kamu akan memperoleh hidupmu"

(Why 15:1-4; Luk 21:12-19)

 

"Tetapi sebelum semuanya itu kamu akan ditangkap dan dianiaya; kamu akan diserahkan ke rumah-rumah ibadat dan penjara-penjara, dan kamu akan dihadapkan kepada raja-raja dan penguasa-penguasa oleh karena nama-Ku. Hal itu akan menjadi kesempatan bagimu untuk bersaksi. Sebab itu tetapkanlah di dalam hatimu, supaya kamu jangan memikirkan lebih dahulu pembelaanmu. Sebab Aku sendiri akan memberikan kepadamu kata-kata hikmat, sehingga kamu tidak dapat ditentang atau dibantah lawan-lawanmu. Dan kamu akan diserahkan juga oleh orang tuamu, saudara-saudaramu, kaum keluargamu dan sahabat-sahabatmu dan beberapa orang di antara kamu akan dibunuh dan kamu akan dibenci semua orang oleh karena nama-Ku. Tetapi tidak sehelai pun dari rambut kepalamu akan hilang. Kalau kamu tetap bertahan, kamu akan memperoleh hidupmu." (Luk 21:12-19), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St.Andreas Dung Lac, imam dan kawan-kawannya, para martir Vietnam, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Hidup dan bertindak benar, jujur serta disiplin maupun berani memperjuangkan kebenaran, kejujuran dan kedisplinan masa kini sering harus menghadapi penguasa yang korup dan tidak jujur, bahkan ada kemungkinan untuk disingkirkan atau dibunuh. Namun dalam rangka mengenangkan para martir Vietnam maupun menghayati dimensi kemartiran iman atau agama kita, marilah kita hayati sabda Yesus "Kalau kamu tetap bertahan, kamu akan memperoleh hidupmu". Kita dipanggil untuk setia dan bertahan pada jati diri kita masing-masing, panggilan maupun tugas pengutusan kita. Mungkin baik sebagai orang yang telah dibaptis dan pernah berjanji untuk hanya mengabdi Tuhan Allah saja serta menolak semua godaan setan, kami mengajak anda untuk mawas diri sejauh mana kita setia pada janji baptis tersebut. Mengabdi Tuhan Allah saja dalam hidup sehari-hari berarti senantiasa melakukan apa yang baik dan benar, hidup jujur, setia dan disiplin. Godaan atau rayuan untuk melanggar janji baptis pada masa kini memang cukup banyak, mengingat dan memperhatikan kemerosotan moral hampir di semua bidang kehidupan masih marak di sana-sini. Salah satu bentuk kemartiran adalah bertahan untuk setia dan taat pada janji, meskipun untuk itu harus menghadapi tantangan dan hambatan, atau ada kemungkinan disingkirkan. Pengalaman menunjukkan bahwa mereka yang bertahan dalam iman dan janji, meskipun untuk itu harus menderita secara phisik akhirnya sekarang hidup mulia dan damai sejahtera, meskipun tidak kaya akan harta benda atau uang. Yang penting atau utama adalah keselamatan jiwa.


·   "Besar dan ajaib segala pekerjaan-Mu, ya Tuhan, Allah, Yang Mahakuasa! Adil dan benar segala jalan-Mu, ya Raja segala bangsa! Siapakah yang tidak takut, ya Tuhan, dan yang tidak memuliakan nama-Mu? Sebab Engkau saja yang kudus; karena semua bangsa akan datang dan sujud menyembah Engkau, sebab telah nyata kebenaran segala penghakiman-Mu." (Why 15:3-4), demikian nyanyian Musa yang menjadi kesukaan orang beriman untuk dinyanyikan.  Marilah nyanyian ini kita nyanyikan dengan sepenuh hati agar menjiwai cara hidup dan cara bertindak kita. Kita diingatkan untuk senantiasa menelusuri 'jalan Tuhan' dalam hidup sehari-hari, dalam aneka pelayanan dan pekerjaan kita, atau senantiasa bersembah-sujud kepadaNya melalui ciptaan-ciptaanNya terutama manusia yang diciptakan sebagai gambar atau citra Tuhan. Menelusuri 'jalan Tuhan' antara juga berarti menemukan dan mentaati serta melaksanakan kehendak Tuhan yang hidup dan berkarya dalam diri sesama manusia, dengan kata lain melihat kehendak baik yang ada dalam diri sesama dan kemudian disijernikan dengan kehendak baik kita. Pekerjaan Tuhan sungguh besar dan ajaib, antara lain menganugerahi pertumbuhan dan perkembangan ciptaan-ciptaanNya serta mengihiasi atau mendandani sedemikian rupa sehingga menarik, mempesona serta memikat, misalnya sesama manusia yang tampan atau cantik, aneka jenis bunga yang warna-warni, aneka jenis binatang yang lucu, dst… Marilah kita hayati dan imani bahwa apa yang menarik, mempesona dan memikat dalam ciptaan-ciptaanNya adalah karya agung Tuhan, maka hendaknya jangan dirusak atau dihancurkan. Ketika melihat apa yang menarik, mempesona atau memikat, hendaknya kemudian bersembah-sujud kepada Tuhan alias semakin beriman. Marilah kita saling bersembah-sujud, melayani dan membahagiakan, memuji dan bersyukur serta berterima kasih.

 

"Nyanyikanlah nyanyian baru bagi TUHAN, sebab Ia telah melakukan perbuatan-perbuatan yang ajaib; keselamatan telah dikerjakan kepada-Nya oleh tangan kanan-Nya, oleh lengan-Nya yang kudus. TUHAN telah memperkenalkan keselamatan yang dari pada-Nya, telah menyatakan keadilan-Nya di depan mata bangsa-bangsa." (Mzm 98:1-2)

Jakarta, 24 November 2010       .   


23 Nov - Why 14;14-20; Luk 21:5-11

"Waspadalah supaya kamu jangan disesatkan."

(Why 14;14-20; Luk 21:5-11)

 

"Ketika beberapa orang berbicara tentang Bait Allah dan mengagumi bangunan itu yang dihiasi dengan batu yang indah-indah dan dengan berbagai-bagai barang persembahan, berkatalah Yesus: "Apa yang kamu lihat di situ -- akan datang harinya di mana tidak ada satu batu pun akan dibiarkan terletak di atas batu yang lain; semuanya akan diruntuhkan." Dan murid-murid bertanya kepada Yesus, katanya: "Guru, bilamanakah itu akan terjadi? Dan apakah tandanya, kalau itu akan terjadi?" Jawab-Nya: "Waspadalah, supaya kamu jangan disesatkan. Sebab banyak orang akan datang dengan memakai nama-Ku dan berkata: Akulah Dia, dan: Saatnya sudah dekat. Janganlah kamu mengikuti mereka. Dan apabila kamu mendengar tentang peperangan dan pemberontakan, janganlah kamu terkejut. Sebab semuanya itu harus terjadi dahulu, tetapi itu tidak berarti kesudahannya akan datang segera." Ia berkata kepada mereka: "Bangsa akan bangkit melawan bangsa dan kerajaan melawan kerajaan, dan akan terjadi gempa bumi yang dahsyat dan di berbagai tempat akan ada penyakit sampar dan kelaparan, dan akan terjadi juga hal-hal yang mengejutkan dan tanda-tanda yang dahsyat dari langit." (Luk 21:5-11), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.


Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Waspada kiranya dapat difahami sebagai 'awas pada'. Awas berarti tajam dan tepat dalam melihat, sehingga dapat melangkah ke depan dengan aman dan damai serta tak mudah tersesat. Di akhir tahun liturgy ini kita juga diajak untuk mawas diri apakah kita semakin waspada, sehingga tak mudah disesatkan oleh aneka macam bentuk godaan, rayuan, tipu daya atau jebakan. Saya percaya jika kita setia dalam menghayati iman kita di dalam hidup sehari-hari, maka kita akan menjadi orang yang waspada terhadap aneka macam perisitiwa atau apa yang akan terjadi. Orang yang waspada juga dapat 'melihat apa yang akan terjadi', sehingga ia dapat bersiap-siaga.serta membekali diri dengan baik dalam menghadapi apa yang akan terjadi. Aneka macam bentuk penyesatan masih terus terjadi yang dilakukan oleh orang jahat dan tak bermoral, dalam bentuk tawaran harta benda/uang, pangkat/kedudukan/jabatan dan kehormatan duniawi. Pada umumnya harta benda atau uang yang menjadi alat penyesatan, mengingat dan memperhatikan cukup banyak orang yang masih bersikap mental materialistis. Salah satu cara menghadapi godaan akan harta benda atau uang adalah hidup dan bertindak sederhana, karena dengan demikian juga akan waspada terhadap tawaran-tawaran yang menarik dan mempesona. Sejauh saya dengar melalui aneka informasi konon para calon anggota DPR/DPRD atau kepala daerah sungguh tersesat, karena agar berhasil menjadi anggota DPR/DPRD atau kepala daerah harus memberi 'uang pelicin' yang cukup besar. Maka tidak mengherankan ketika mereka menjabat kemudian bersikap mental materialistis. Dampak berikutnya mereka tidak waspada terhadap aneka peristiwa yang terjadi.


·   "Aku melihat: sesungguhnya, ada suatu awan putih, dan di atas awan itu duduk seorang seperti Anak Manusia dengan sebuah mahkota emas di atas kepala-Nya dan sebilah sabit tajam di tangan-Nya. Maka keluarlah seorang malaikat lain dari Bait Suci; dan ia berseru dengan suara nyaring kepada Dia yang duduk di atas awan itu: "Ayunkanlah sabit-Mu itu dan tuailah, karena sudah tiba saatnya untuk menuai; sebab tuaian di bumi sudah masak." (Why 14:14-15). Sebagai orang beriman kita semua diharapkan dapat melihat sebagaimana digambarkan dalam kutipan di atas ini. Marilah kita lihat apa yang indah, mulia, luhur dan baik dalam diri sesama manusia, binatang maupun tumbuhan atau lingkungan hidup kita. Marilah kita lihat karya Roh dalam diri sesama manusia, antara lain seperti "kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri." (Gal 5:22-23). Kami percaya dalam diri kita masing-masing atau sesama kita dapat ditemukan buah-buah Roh tersebut. Selanjutnya secara khusus jika kita dapat melihat buah-buah Roh dalam diri kitam marilah kita 'ayunkan', artinya kita hayati dalam hidup sehari-hari. Kita berantas dan musnahkan aneka macam bentuk penyesatan. Buah-buah Roh tersebut semakin diayunkan atau diberikan kepada orang lain tidak akan pernah berkurang sedikitpun, bahkan akan semakin bertambah, semakin mendalam dan handal. Kita semua dipanggil untuk setia dan taat pada malaikat-malaikat yang mendampingi perjalanan hidup, tugas pengutusan kita. Suara dan pendampingannya antara lain berupa tegoran ketika kita akan tersesat atau menyeleweng, dukungan dan peneguhan ketika kita akan berbuat baik. Semoga kita semua senantiasa tergerak untuk berbuat baik kepada saudara-saudari kita.

 

"Katakanlah di antara bangsa-bangsa: "TUHAN itu Raja! Sungguh tegak dunia, tidak goyang. Ia akan mengadili bangsa-bangsa dalam kebenaran." Biarlah langit bersukacita dan bumi bersorak-sorak, biarlah gemuruh laut serta isinya, biarlah beria-ria padang dan segala yang di atasnya, maka segala pohon di hutan bersorak-sorai di hadapan TUHAN, sebab Ia datang, sebab Ia datang untuk menghakimi bumi. Ia akan menghakimi dunia dengan keadilan, dan bangsa-bangsa dengan kesetiaan-Nya " (Mzm 96:10-13)

 

Jakarta, 23 November 2010


Minggu, 21 November 2010

22 nov - Why 14:1-3.4b-5; Luk 21:1-4)

"Janda ini memberi dari kekurangannya bahkan ia memberi seluruh nafkahnya."

(Why 14:1-3.4b-5; Luk 21:1-4)

 

"Ketika Yesus mengangkat muka-Nya, Ia melihat orang-orang kaya memasukkan persembahan mereka ke dalam peti persembahan. Ia melihat juga seorang janda miskin memasukkan dua peser ke dalam peti itu. Lalu Ia berkata: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang itu. Sebab mereka semua memberi persembahannya dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, bahkan ia memberi seluruh nafkahnya." (Luk 21:1-4), demikian kutipan Warta Gembira hari ini. 

 

Berrefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St.Cesilia, perawan dan martir, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

·   Orang-orang kaya pada umumnya penuh dengan perhitungan untung-rugi alias apakah akan ada keuntungan yang menjanjikan dalam melakukan segala sesuatu. Misalnya ada ajakan untuk melakukan sesuatu, yang sebenarnya baik, terlalu banyak berpikir dan akhirnya mangkir. Sebaliknya orang-orang miskin ketika menerima ajakan untuk melakukan sesuatu, tanpa pikir dan aneh-aneh, segera melakukannya dengan sepenuh hati. "Mereka semua memberi persembahannya dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, bahkan ia memberi seluruh nafkahnya" , demikian sabda Yesus menanggapi apa yang dilakukan oleh orang-orang kaya dan janda miskin dalam memberi persembahan. Kebetulan hari ini kita juga merayakan St.Cesilia, perawan dan martir, yang mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan, meskipun untuk itu harus menghadapi tantangan dan ancaman untuk dibunuh. Pembunuhan Cesilia merupakan peneguhan atas persembahan diri seutuhnya kepada Tuhan. Maka dengan ini kami mengajak anda sekalian untuk meneladan janda miskin atau St.Cesilia, yang "memberi dari kekuranganya, bahkan memberi seluruh nafkahnya". Dengan kata lain kami mengajak dan mengingatkan kita semua untuk menghayati segala sesuatu yang kita miliki atau kuasai dan nikmati sampai saat ini adalah anugerah Tuhan, dan kemudian kita persembahkan kembali kepadaNya melalui saudara-saudari kita, terutama mereka yang miskin dan berkekurangan. Hendaknya jangan memberi dari kelimpahannya yang berarti membuang sampah, dan dengan demikian memperlakukan penerima sebagai tempat sampah. Memberi dari kekurangaan itulah yang indah, mulia, luhur dan membahagiakan.


·   "Mereka menyanyikan suatu nyanyian baru di hadapan takhta dan di depan keempat makhluk dan tua-tua itu, dan tidak seorang pun yang dapat mempelajari nyanyian itu selain dari pada seratus empat puluh empat ribu orang yang telah ditebus dari bumi itu"(Why 14:3). Baiklah kutipan ini kita fahami bahwa kita sebagai 'yang telah ditebus dari bumi'  dipanggil untuk menghayati hidup baru, hidup dan bertindak hanya mengikuti kehendak Tuhan saja serta menolak semua godaan setan. Dengan kata lain saya mengajak kita semua untuk mawas diri perihal rahmat baptisan yang telah kita terima, dimana pada saat dibaptis kita berjanji untuk hanya mengabdi Tuhan Allah saja serta menolak semua godaan setan. Rahmat baptis merupakan dasar hidup beriman bagi kita semua yang beriman kepada Yesus Kristus. Apakah kita setia menghayati janji baptis tersebut? Jika kita dengan rendah hati serta bantuan rahmat Tuhan dapat menghayati janji baptis dengan baik dan benar setiap hari, maka saya percaya kita akan mampu menghayati panggilan khusus kita masing-masing dengan baik juga. Sebagai suami-isteri yang telah dibaptis, jika masing-masing setia pada janji baptis maka mereka akan setia pada janji perkawinan untuk saling mengasihi baik dalam untung maupun malang, sehat maupun sakit sampai mati. Sebagai imam atau anggota lembaga hidup bakti (bruder atau suster) jika setia menghayati janji baptis, maka akan semakin mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan melalui sesamanya atau mereka yang harus dilayani dalam tugas pengutusan. Secara khusus saya mengingatkan mereka yang berkeluarga atau para suami-isteri untuk saling memberi dari kekurangan atau seluruh pribadinya, sehingga dapat menjadi teladan bagi anak-anak yang dianugerahkan Tuhan kepada mereka berdua.  Hal ini saya ingatkan karena apa yang terjadi atau dialami di dalam keluarga akan menjadi dasar dan modal untuk dikembangkan lebih lanjut di sekolah atau di masyarakat. Semoga janda miskin atau St.Cesilia sungguh dapat menjadi teladan bagi kita semua sebagai orang beriman.

 

"TUHANlah yang empunya bumi serta segala isinya, dan dunia serta yang diam di dalamnya. Sebab Dialah yang mendasarkannya di atas lautan dan menegakkannya di atas sungai-sungai. "Siapakah yang boleh naik ke atas gunung TUHAN? Siapakah yang boleh berdiri di tempat-Nya yang kudus?" "Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya, yang tidak menyerahkan dirinya kepada penipuan" (Mzm 24:1-4)

 

Jakarta, 22 November 2010